Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA

Disusun Oleh:
KELOMPOK 11
1. MUHAMMAD ZAKI MUJAHIDIN (2230402052)
2. MIFTAHUL JANNAH (2230402044)
3. RONA DWI PUTRI (2230402067)

DOSEN PENGAMPU:
FAWZA RAHMAT, SHI., M.A

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Ketahanan Nasional Dan Bela
Negara”. Shalawat serta salam juga kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
umatnya dari alam kebodohan kealam yang berilmu pengetahuan seperti saat ini.

Pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih
yang setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya kepada Bpk. Fawza rahmat SHI., M.A selaku dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan. Semoga Makalah ini dapat
bermanfaat.

Batusangkar,4 Desember 2022

Kelompok 11
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
BAB 1.........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................6
C. Tujuan..............................................................................................................................................7
BAB II........................................................................................................................................................8
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................9
A. Konsep pertahanan nasional dan bela negara.................................................................................10
B. Alasan perlunya ketahanan nasional dan bela negara....................................................................11
C. Sumber Historis, Sosiologis, Politik Tentang Ketahanan Nasional dan Bela Negara.....................12
D. Dinamika dan Tantangan Ketahanan Nasional dan Bela Negara...................................................13
E. Esensi dan Urgensi Ketahanan Nasional dan Bela Negara............................................................14
F. Menjaga Ketahanan Nasional dan Praktik bela negara..................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................................17
A. Kesimpulan....................................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang Keahanan Nasional Terbentuknya Negara Indonesia dilatar belangi oleh
para pejuang seluruh bangsa Indonesia. Sekian lama nya bangsa indoneisa menjadi inhcaran
banyak Negara atau bangsa – bangsa lain, karena potensinya yang dangat besar dilihat dari
wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam yang banyak. Kebenarannya ancaman datang tidak
hanya dari luar, tetapi juga dari dalam. Harta, waktu dan nyawa mereka korbankan demi
kemerdekaan Negara Indonesia. Sejak Negara Indonesia merdeka, Indonesia tidak luput dari
gejolak dan ancama yang membahayakan rakyat Indonesia. Tetapi selama ini bangsa Indonesia
mampu memepertahankan kemerdekaaan dan kedaulatannya serta mampu menegakkan wibawah
pemerintahan.
Ketahanan nasional adalah kondisi bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek
kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan mengembangkan kekuatan
nasional, dalam menggapai dan mengatasi seagla tantangan, ancaman, hambatan, dam gangguan
baik yang datang dari luar dan dari dalam untuk menjamin identitas, integrasi, kelangsungan
hidup bangsa dan Negara Indonesia serta perjuangan mencapai tujuan nasional Negara Indonesia.
Bela Negara merupakan sikap dan perilaku warga Negara yang di jiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan
undang-undang dasar dalam menjamin Kelangsungan hidup dan bernegara, Seluruh masyarakat
Indonesia wajib dan berhak ikut serta dalam pembelaan negara bertujuan untuk untuk membekali
setiap warga negara Indonesia dengan nilai-nilai bela negara dalam rangka membentuk karakter
bangsa yang ulet tangguh, berwawasan kebangsaan dan memiliki kesadaran untuk menjiwai
negara, sikap dan tindakan warga negara yang teratur dan menyeluruh, dan terpadu secara
sendiri-sendiri maupun berkelompok sebagai bagian dari rasa cinta tanah air, kesadaran
berbangsa dan bernegara , keyakinan terhadap pancasila dan kerelaan berkorban untuk bangsa
dan negara. Dengan demikian, bela negara yang dimaksud di sini, tidak selalu dalam bentuk fisik
dalam suatu perang mempertahankan kedaulatan Indonesia. Tetapi dapat berwujud segala sesuatu
yang dilakukan oleh warga negara untuk memajukan bangsanya, membantu warga negara lain
yang termasuk bangsanya, dan ikut serta dalam kegiatan pembangunan nasional sesuai profesi
dan kemampuannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep ketahanan nasional dan bela negara?
2. Apa alasan perlunya ketahanan nasional dan bela negara?
3. Apa saja sumber historis, sosiologis, politik tentang ketahanan nasional dan bela negara?
4. Apa dinamika dan tantangan ketahanan nasional dan bela negara?
5. Apa esensi dan urgensi ketahanan nasional dan bela negara?
6. Bagaimana menjaga ketahanan nasional dan praktik bela negara?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep ketahanan nasional dan bela negara.
2. Mengetahui alasan perlunya ketahanan nasional dan bela negara.
3. Menegetahu sumber historis, sosiologis, politik tentang ketahanan nasional dan bela negara.
4. Menegetahui dinamika dan tantangan ketahanan nasional dan bela negara.
5. Mengetahui esensi dan urgensi ketahanan nasional dan bela negara.
6. Menjaga ketahanan nasional dan praktik bela negara.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep pertahanan nasional dan bela negara


1. Makna Bela negara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bela negara digolongkan dengan makna luas. Bila
bela negara didefenisikan dengan “tekad, sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup dan kejayaan bangsa dan negara” Maka makna bela negara adalah
sebagai panggilan konstitusional, sebagai nilai luhur yang mutlak dalam semua bidang
kehidupan bangsa dan negara, dan harus diberdayakan secara nyata. (Zainal A. dkk. 2014:
31-32)
Dalam UU.RI No. 56 tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih, bela negara disebutkan sebagai
berikut: “bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara”. (Zainal A. dkk. 2014: 29)
Kementerian Pertahanan R.I. menyederhanakan pengertian bela negara sebagai “sikap
dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara”. (Zainal A. dkk. 2014: 30)
2. Makna Kertahanan Nasional
Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan Nasional di dalam menghadapi
dan mengatasi segala macam bentuk TAHG (Tantangan, Ancaman, Hambatan, dan
Gangguan) yang datang dari luar atau dari dalam, yang langsung dan tidak langsung
membahayakan integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
mengejar tujuan Nasional.
Ketahanan Nasional meliputi kemanan nasional dan kesejahteraan nasional yang berarti
Ketahanan Nasional sejalan dengan kepentingan nasional . (Suryatni L. 2019: 53-54)
3. Dasar hukum bela negara
Dasar hukum bela negara di Indonesia memang sudah sangat jelas tercantum dalam
berbagai aturan perundang-undangan, khususnya di dalam UUD NRI 1945. UUD NRI 1945
Pasal 30 ayat 1 dan ayat 2 menyatakan secara eksplisit tentang bela negara bagi seluruh
rakyat Indonesia, sebagai berikut:
• Pasal 30 ayat 1: “Setiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pertahanan dan keamanan negara”.
• Pasal 30 ayat 2: “Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Polri sebagai kekuatan utama dan
rakyat sebagai kekuatan pendukung”.
Selanjutnya dalam UU No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara, di pasal 9
diamanahkan secara jelas tentang aturan bela negra bagi masyarakat indonesia, sebagai
berikut:
a. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
b. Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), diselenggarakan melalui: pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara
sukarela atau secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi.
c. Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara
wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang. (Subagyo
A. 2014: 5)
4. Upaya Bela Negara
a. Bela Negara Secara Fisik
Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan
menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar Kemiliteran. Sekarang
ini pelatihan dasar kemiliteran diselenggarakan melalui program Rakyat Terlatih (Ratih),
meskipun konsep Rakyat Terlatih (Ratih) adalah amanat dari Undang-Undang No. 20
Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pertahanan dan Keamanan Negara. Rakyat Terlatih
(Ratih) terdiri dari berbagai unsur, seperti Resimen Mahasiswa (Menwa), Perlawanan
Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipil (Hansip), Mitra Babinsa, dan Organisasi
Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Militer dan
lainnya.
Rakyat Terlatih merupakan unsur bantuan tempur bagi pasukan regular TNI dan
terlibat langsung di medan perang. tugas pertahanan keamanan negara bukanlah semata-
mata tanggung jawab TNI, tetapi adalah hak dan kewajiban seluruh warga negara
Republik Indonesia. (Suryatni L. 2019: 52-53)
b. Bela Negara secara Nonfisik
Menurut Undang - Undang No. 3 Tahun 2002 keikutsertaan warga negara dalam
bela negara secara nonfisik dapat diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan
dan pengabdian sesuai dengan profesi. Pendidikan kewargenegaraan diberikan dengan
maksud menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Pendidikan
kewarganegaraan dapat dilaksankan melalui jalur formal dan jalur non-formal.
Berdasarkan hal itu maka keterlibatan warga negara dalam bela negara secara non fisik
dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa, dan dalam segala situasi,
misalnya dengan cara:
1. Mengikuti pendidikan kewarganegaraan baik melalui jalur formal dan
nonformal.
2. Berperan aktif dalam ikut menanggulangi acaman terutama ancaman nirmiliter,
misalnya sukarelawan bencana banjir.
3. Membayar pajak dan retribusi yang berfungsi sebagai sumber pembiayaan
negara untuk melaksanakan pembangunan. (Suryatni L. 2019: 53)
5. Sifat Ketahanan Nasional Indonesia
a. Mandiri adalah percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri bertumpu pada identitas,
integritas dan kepribadian
b. Dinamis adalah berubah tergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara serta
kondisi lingkungan strategis.
c. Wibawa adalah pembinaan Ketahanan Nasional yang berhasil akan meningkatkan
kemampuan bangsa dan menjadi faktor yang diperhatikan pihak lain.
d. Konsultasi dan kerjasama yaitu sikap konsultif dan kerjasama serta saling menghargai
dengan mengandalkan pad akekuatan moral dan kepribadian bangsa. (Herman. dkk.
2015: 248)
B. Alasan perlunya ketahanan nasional dan bela negara
Bela negara merupakan kewajiban bagi warga negara, membela negara bukan saja bagi warga
negara, membela negara bukan saja menjadi keawajiban tetapi juga sebagai hak bagi warga
negara untuk negaranya. Bela negara dan ketahanan nasional sangat diperlukan untuk
mewujudkan tujuan negara yakni masyarakat adil dan makmur. ketahanan sebuah bangsa pada
dasarnya dibutuhkan guna menjamin serta memperkuat kemampuan bangsa yang bersangkutan
baik dalam rangka mempertahankan kesatuannya, menghadapi ancaman, gangguan maupuan
mengupayakan sumber daya guna memenuhi kebutuhan hidup. Ketahanan dan bela negara sangat
diperlukan bangsa indonesia Untuk menciptakan semangat juang, mempertahankan kemerdekaan,
kedaulatan, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta menghadapi dan mengatasi segala
ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Dengan adanya ketahanan nasional dan bela negara bangsa Indonesia dapat menghadapinya
dan mengatasi setiap ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang dihadapinya maka
kemerdekaan, kedaulatan, identitas, integritas nasional dapat dipertahankan dan mampu membina
kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara di masa yang akan datang.Dan
didalam UUD juga sudah diatur tentang hak dan kewajiban warga negara dalam usaha bela
negara yaitu Pasal 27 ayat 3 UUD NRI 1945 bahwa usaha pembelaan negara merupakan hak dan
kewajiban setiap warga negara Indonesia. Hal ini berkonsekuensi bahwa setiap warga negara
berhak dan wajib untuk turut serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan negara
melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang
berlaku termasuk pula aktifitas bela negara. Selain itu, setiap warga negara dapat turut serta
dalam setiap usaha pembelaan negara sesuai dengan kemampuan dan profesi masing – masing.
Jadi dapat kita simpulkan Artinya setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk
melakukan bela negara tidak pandang laki-laki atau perempuan, pekerjaan maupun profesinya,
tua maupun muda, ulama maupun umaro, pejabat maupun penjahat, politisi maupun polisi, sipil
maupun militer. Dengan demikian bela negara bukan monopoli salah satu kelompok profesi,
pekerjaan, golongan, ras, etnik.
C. Sumber Historis, Sosiologis, Politik Tentang Ketahanan Nasional dan Bela Negara
a. Sumber historis
Kelahirannya sebagai suatu negara merdeka dan berdaulat, 11 dengan nama Negara
Kesatuan Republik Indonesia, berlangsung dalam suatu rangkaian bertahap yang berawal dari
tahap perjuangan kemerdekaan dan memuncak pada momen proklamasi kemerdekaan
sebagai tahapan yang nmengantarkan bangsa Indonesia sampai pintu gerbang kemerdekaan.
Tahap perjuangan kemerdekaan berawal dari berbagai pergerakan yang berwawasan
“kedaerahan” seperti Boedi Oetomo (1908), Sarekat Islam (1911), Muhammadiyah (1912),
Indische Party (1912), Indische Sosial Democratische Vereiniging (1913), Trikoro Darmo
(1915) sebagai embrio Jong Java (1918), Nahdhatoel Oelama (1926), dan Indonesia Moeda
(1931).
Pada tahapan penjajahan, semua suku bangsa dan subkultur yang berada dibawah
tekanan penjajahan Belanda, oleh kesadaran akan keterjajahanya, mulai bangkit dan
menegaskan diri sebagai satu bangsa (tunggal), yaitu bangsa Indonesia. Itulah sebabnya,
nasionalisme jaman penjajahan ini dapat disebut sebagai nasionalisme anti-kolonialisme,
anti-imperialisme dan anti-diskriminasi. Ciri nasionalisme terungkap jelas dalam Sumpah
Pemuda Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dapat disebut sebagai awal tumbuhnya kesadaran
berbangsa (nasionalisme) Indonesia.

Sejak awal kemerdekaan hingga era reformasi sekarang ini, peristiwa sejarah sebagai
wujud hak dan kewajiban bela negara itu dapat dikelompokkan berdasarkan periodisasi
sebagai berikut;

a) Periode 1945 – 1949, yakni perang kemerdekaan menghadapi Belanda yang ingin
kembali menjajah Indonesia. Pada periode ini wujud hak dan kewajiban warga
negara dalam pembelaan negara lebih terlihat bdalam keikutsertaan dalam perang
kemerdekaan, baik bersenjata maupun tidak bersenjata.
b) Periode 1950 – 1965. Pada periode ini bangsa Indonesia mengalami berbagai bentuk
gangguan keamanan dalam negara. Periode ini juga diwarnai dengan perjuangan
Trikora merebut kembali Irian barat dan perjuangan Dwikora.
c) Periode 1966 – 1998 atau periode Orde Baru. Bangsa Indonesia memasuki periode
pembangunan dengan tantangan yang semakin kompleks dan penuh ketidakpastian.
Pada periode ini perwujudan hak dan kewajibanwarga negara dalam pembelaan 13
negara tampak dalam kegiatan terpadu keamanan dan pertahanan, yang terfokus pada
stabilitas nasional.
d) Periode reformasi sejak tahun 1998, tantangan kebangsaan Indonesia semakin maya
karena pengaruh arus globalisasi yang menuntut transparansi dan kehidupan bangsa
yang lebih demokratis. Pada periode ini hakikat dan hak dan kewajiban bela negara
terarahkan kepada peningkatan ketahanan nasional.

Dari rangkaian peristiwa sejarah upaya bela negara sebagaimana diuraikan, tampak
dinamika kehidupan bangsa untuk mencapai tujuan dan cita-cita nasional. Seluruh warga
negara menjalankan hak dan kewajibannya dalam wujud yang sesuai dengan situasi dan
kondisi yang terjadi dan berkembang pada zamannya. (Zainal A. dkk. 2014: 10-13)

b. Sumber sosiologis
Di dalam ketentuan-ketentuan sosial, manusia individual berinteraksi dengan sesamanya
di dalam lingkungan sekitar tempat ia tinggal dan beraktivitas. Di dalam kesatuan-kesataun
sosial, manusia individual menjalani proses personisasi, proses penyempurnaan diri sebagai
pribadi. Di sana pula ia mewujudkan dimensi politis kehidupannya dengan melakoni peran-
peran sosial demi kebaikan umum masyarakat. Dengan peran-peran sosial itu serta seluruh
kehidupannya, ia membaktikan diri bagi kebaikan umum seluruh masyarakat, bangsa dan
negara. Dalam konteks negara sebagai kesatuan atau ikatan sosial terbesar yang dibentuk oleh
rakyat atas dasar konsensus bersama, individu warga negara bertumbuh dalam kesempurnaan
dirinya sebagai manusia.

Negara tugas pokoknya, menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan waragta


negara mengembangkan dirinya dan mengusahakan kesejahteraannya. Maka pada gilirannya,
warga negara mempunyai kewajiban-kewajiban tertentu disamping hak-haknya, terhadap
negara. Salah satu hak dan kewajiban dasar warga negara adalah hak dan kewajiban membela
negara. (Zainal A. dkk. 2014: 13-14)

D. Dinamika dan Tantangan Ketahanan Nasional dan Bela Negara


Pengalaman sejarah bangsa Indonesia telah membuktikan pada kita, konsep ketahanan
nasional kita terbukti mampu menangkal berbagai bentuk ancaman sehingga tidak berujung pada
kehancuran bangsa atau berakhirnya NKRI. Setidaknya ini terbukti pada saat bangsa Indonesia
menghadapi ancaman komunisme tahun 1965 dan yang lebih aktual menghadapi krisis ekonomi
dan politik pada tahun 1997 – 1998. Sampai saat ini kita masih kuat bertahan dalam wujud NKRI.
Ketahanan Nasional Indonesia Indonesia akan selalu menghadapi aneka tantangan dan ancaman
yang terus berubah.
masalah pokok pertama dan ketahanan nasional Indonesia jika dilihat dari sudut geopolitik
dapat dilihat dari bagaimana menghadapi paham geopolitik negara-negara lain, terutama negara
yang mengandalkan power concept dan bertujuan menciptakan kondisi “penguasaan” dan
“dominasi”. Lalu permasalah pokok lain ketahanan nasional Indonesia adalah bagaimana
menciptakan hubungan bilateral yang “simetris” dengan negara-negara lain.

Hubungan simetris ini dimaksudkan sebagai hubungan yang didasari motivasi kerjasama
saling menguntungkan dan saling menghormati, dalam arti “duduk sama rata dan tegak sama
tinggi. Sebagai contoh hubungan bilateral Indonesia dengan negara-negara Eropa dan Amerika
Serikat. Hubungan itu pada umumnya bersifat asymetris. Indonesia dianggap hanya berpotensi
sebagai negara menegah atau kekuatan “regional” dimana ekonominya belum begitu kuat dalam
percaturan internasional.
Indonesia dianggap sebagai negara phery-phery dalam sistem politik internasional yang
dikuasai negara ini dalam hal ini Amerika Serikat. Selain itu permasalahan ketahanan nasional
Indonesia terletak pada masalah sengketa perbatasan, pengaturan zona ekonomi eksklusif, Sea
Lane of Communication (SLOC), penguasaan sumber kekayaan alam, maupun pengaturan
fasilitas atau sarana perdagangan yang mengandung dimensi kepentingan internasional.

Terdapat tiga cara pandang dalam melihat ketahanan. Ketiganya menghasilkan tiga wajah
ketahanan nasional yakni ketahanan nasional sebagai konsepsi, ketahanan nasional sebagai
kondisi, dan ketahanan nasional sebagai konsepsi atau doktrin. Ketiganya bisa saling berkaitan
karena diikat oleh pemikiran bahwa kehidupan nasional ini dipengaruhi oleh delapan gatra
sebagai unsurnya atau dikenal dengan nama “Ketahanan Nasional berlandaskan ajaran Asta
Gatra.” Konsepsi ini selanjutnya digunakan sebagai strategi, cara atau pendekatan di dalam
mengupayakan ketahanan nasional Indonesia. Kedelapan gatra ini juga digunakna sebagai tolok
ukur dalam menilai ketahanan nasional Indonesia sebagai kondisi. (Herman. dkk. 2015: 254)

E. Esensi dan Urgensi Ketahanan Nasional dan Bela Negara


Esensi dari ketahanan nasional pada hakikatnya adalah kemampuan yang dimiliki bangsa dan
negara dalam menghadapi segala bentuk ancaman yang dewasa ini spektrumnya semakin luas dan
kompleks. Hal yang menjadikan ketahanan nasional sebagai konsepsi khas bangsa Indonesia
adalah pemikiran tentang delapan unsur kekuatan bangsa yang dinamakan Asta Gatra. Pemikiran
tentang Asta Gatra dikembangkan oleh Lemhanas. Bahwa kekuatan nasional Indonesia
dipengaruhi oleh delapan unsur terdiri dari tiga unsur alamiah (tri gatra) dan lima unsur sosial
(panca gatra).

Perihal unsur-unsur kekuatan nasional ini telah mendapat banyak kajian dari para ahli.
Morgentahu dalam bukunya “Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace”
mengemukakan bahwa menurutnya ada dua faktor yang memberikan kekuatan bagi suatu negara,
yakni faktor-faktor yang relatif stabil (stable factors), terdiri atas geografi dan sumber daya alam,
dan faktor-faktor yang relatif berubah (dinamic factors), terdiri atas kemampuan industri, militer,
demografi, karakter nasional, moral nasional, kualitas diplomasi, dan kualitas pemerintah.

Esensi adalah hakikat, inti atau hal yang pokok dari sesuatu. Kaitannya dengan bela negara
maka esensi bela negara adalah inti atau hal yang pokok dari bela negara itu sendiri. Kita pahami
bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam bela negara adalah: cinta terhadap tanah air, sadar
berbangsa dan bernegara, yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk
bangsa dan negara, serta memiliki kemampuan awal bela negara. Maka setiap warga negara yang
memahami dan mengahayati serta mengimplementasikan nilai-nilai bela negara tersebut maka dia
telah menghayati esensi bela negara. Dengan kata lain esensi atau hal yang pokok dari bela
negara adalah bersikap dan berbuat serta bertindak yang terbaik bagi negara dan bangsa. Dalam
setiap perbuatan, sikap dan perilaku warga negara telah dilandasi dengan nilai-nilai bela negara.
(Zainal A. dkk. 2014: 31)

F. Menjaga Ketahanan Nasional dan Praktik bela negara


a. Cinta terhadap Tanah Air.
Cinta tanah air dapat pula diartikan rasa kebanggan, rasa memiliki, rasa menghormati dan
loyalitas yang dimiliki setiap individu pada negara dimana dia tinggal. Beberapa sikap dan
perilaku yang mencerminkan sikap tanah air, antara lain:
(a) Bangga sebagai orang Indonesia,
(b) Memakai produk dalam negeri,
(c) Mentaati semua peraturan-perundangan,
(d) Taat membayar pajak
(e) Dengan ikhlas mengikuti upacara bendera.
(f) Menjaga kelestarian lingkungan,
(g) Saling hormat-menghormati sesama warga negara, dan masih banyak lagi sikap dan
perilaku yang menunjukkan rasa cinta tanah air. (Zainal A. dkk. 2014: 19)
b. Sadar berbangsa dan bernegara
kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia mempunyai makna bahwa individu yang
hidup dan terikat dalam kaidah dan naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia harus
mempunyai sikap dan perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasi
keikhlasan/kerelaan bertindak demi kebaikan bangsa dan negara Indonesia. (Zainal A. dkk.
2014: 20)
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara.
Pancasila sebagai konsep, gagasan atau himpunan dan ide-ide sesungguhnya telah teruji,
baik dalam kajian ilmiah apalagi dalam menghadapi ujian dan ancaman yang secara fisik
ingin merubah Pancasila sebagai ideologi negara. Keyakinan akan Pancasila sebagai ideologi
negara, sebagai salah satu nilai dari kesadaran bela negara harus ditanamkan kepada setiap
warga negara. Pemahamaman Pancasila sebagai ideologi negara serta bukti nyata akan
kesaktian Pancasila dalam perjalanan sejarah bangsa harus tertanam dalam sanubari setiap
warga negara yang memiliki hak dan kewajiban dalam upaya bela negara. (Zainal A. dkk.
2014: 23)
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara Indonesia.
Rela berkorban demi bangsa dan negara yaitu dengan rela mengorbankan waktu, tenaga,
pikiran dan harta-benda untuk kepentingan umum. Atau dengan pengertian lain adalah
pengabdian tanpa pamrih yang diberikan oleh warga negara terhadap tanah tumpah darah
dengan penuh kesadaran, keikhlasan dan tanggung jawab untuk mempertahankan
kelangsungan kejayaan bangsa dan negara Republik Indonesia. (Zainal A. dkk. 2014: 2

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Bela Negara merupakan sikap dan perilaku warga Negara yang di jiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan
undang-undang dasar dalam menjamin Kelangsungan hidup dan bernegara, Seluruh masyarakat
Indonesia wajib dan berhak ikut serta dalam pembelaan negara bertujuan untuk untuk membekali
setiap warga negara Indonesia dengan nilai-nilai bela negara dalam rangka membentuk karakter
bangsa yang ulet tangguh, berwawasan kebangsaan dan memiliki kesadaran untuk menjiwai
negara, sikap dan tindakan warga negara yang teratur dan menyeluruh, dan terpadu secara
sendiri-sendiri maupun berkelompok sebagai bagian dari rasa cinta tanah air, kesadaran
berbangsa dan bernegara , keyakinan terhadap pancasila dan kerelaan berkorban untuk bangsa
dan negara.
Ketahanan nasional adalah kondisi bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek
kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan mengembangkan kekuatan
nasional, dalam menggapai dan mengatasi seagla tantangan, ancaman, hambatan, dam gangguan
baik yang datang dari luar dan dari dalam untuk menjamin identitas, integrasi, kelangsungan
hidup bangsa dan Negara Indonesia serta perjuangan mencapai tujuan nasional Negara Indonesia.
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini kami menngucapkan banyak terimakasih kepada pihak-
pihak yang ikut terlibat dalam penyelesaian makalah ini. Tentunya penulis menyadari bahwa
terdapat masih banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan, karna kesempurnaan hanyalah
milik Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Herman. dkk. 2015. Urgensi Ketahana Nasional Sebagai Geostrategi Indonesia. Jurnal Ilmu
Pengetahuan Sosial. Makasar: Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
llmu Sosial UNM
Subagyo A. 2014. Bela Negara; Peluang dan Tantangan di Era Globalisasi. Yogyakarta: GRAHA
ILMU
Suryatni L. 2019. Bela Negara Sebagai Penjewatan Dalam Ketahanan Nasional Berdasarkan UUD
NRI.Jurnal Ilmiah Ilmu Dirgantara. Jawa Timur: 10 (1)
Widodo S. 2011. Implementasi Bela Negara Untuk Mewujudkan Nasionalisme. Jurnal Ilmiah CIVIS:
1 (1)
Zainal A, dkk. 2014. Buku Ajar Bela Negara; Pendidikan Bela Negara. Jawa Timur: Universitas
Pembangunan Nasional

Anda mungkin juga menyukai