Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA

TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Disusun oleh:

Agnia Nafisa Zulfikar 8882190040


Hanifa Arfiani Rusmana 8882190005
Amal Maulinda 8882190010
Rifa Febriyani 8882190040

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Ketahanan
Nasional dan Bela Negara” ini dengan baik. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Nilam Sari, M.Pd. selain itu, kami
berharap makalah ini dapat menambah wawasan tentang ketahanan nasional dan
bela negara bagi para pembaca dan juga penulis.
kami menyadari, bahwa makalah yang kami tulis masih jauh dari
kesempurnaan karena pengetahuan kami yang terbatas. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari semua pembaca akan kami terima demi memperbaiki
makalah ini.

Cilegon, 13 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II ISI
2.1 Konsep dan Urgensi Ketahanan Nasional dan Bela Negara....................... 3
2.1.1 Pengertian Ketahanan Nasional.......................................................... 3
2.1.2 Pengertian dan Konsepsi Ketahanan Nasional.................................. 3
2.1.3 Pengertian Bela Negara........................................................................ 4
2.1.4 Unsur Bela Negara................................................................................ 5
2.1.5 Dasar Hukum Bela Negara.................................................................. 5
2.1.6 Urgensi Bela Negara............................................................................. 6
2.2 Mengapa diperlukan Ketahanan Nasional dan Bela Negara...................... 8
2.2.1 Ketahanan Pangan................................................................................ 8
2.2.2 Bela Negara............................................................................................ 9
2.3 Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik mengenai Ketahanan Nasional
dan Bela Negara............................................................................................. 9
2.4 Dinamika dan Tantangan Ketahanan Nasional dan Bela Negara............ 12
2.4.1 Ketahanan Nasional............................................................................ 12
2.4.2 Bela Negara.......................................................................................... 13
2.5 Esensi dan Urgensi Ketahanan Nasional dan Bela Negara....................... 14
2.5.1 Esensi dan Urgensi Ketahanan Nasional.......................................... 14
2.5.2 Asas-asas Ketahanan Nasional Indonesia......................................... 16
2.5.3 Ketahanan Nasional Indonesia.......................................................... 16
2.5.4 Unsur-unsur Ketahanan Nasional Model Indonesia....................... 17
2.5.5 Bela Negara.......................................................................................... 18

ii
2.5.6 Bela Negara Secara Fisik.................................................................... 18
2.5.7 Bela Negara Secara non Fisik............................................................ 19
2.6 Aspek Ketahanan Pangan..................................................................... 21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 28
3.2 Saran............................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan
seluruh bangsa. Sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak bangsa atau
negara karena potensi yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan
kekayaan alam yang banyak (Sutoyo,2011). Bahkan setelah Indonesia
merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, harus menghadapi ancaman dan
gangguan baik yang bersifat fisik sampai ideologi. Sampai saat ini ancaman
dan hambatan yang harus dihadapi Indonesia kian kompleks, yaitu ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) yang memengaruhi berbagai
aspek astragatra terutama gatra ideologi, politik, dan ekonomi Indonesia.
Salah satunya adalah ancaman separatis mengingat banyaknya wilayah atau
propinsi di Indonesia yang ingin melepaskan diri seperti Aceh, Riau, Irian
Jaya, dan beberapa daerah lainnya. Begitu pula beberapa aksi provokasi yang
mengganggu kestabilan kehidupan hingga terjadi kerusuhan yang diwarnai
nuansa etnis dan agama. Tapi bangsa Indonesia telah berusaha dan berhasil
menghadapi berbagai hal tersebut dengan semangat persatuan dan keutuhan.
Diperlukan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menjaga dan menjamin keutuhan
dan keberlangsungan bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasional yang
disebut dengan ketahanan nasional. Selain itu, bela negara merupakan
implementasi bangsa Indonesia dalam peranannya menjalankan konsepsi
ketahanan nasional Indonesia sehingga tercipta dan terjaganya keamanan,
keutuhan, kesejahteraan dan kedamaian negara Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dan urgensi ketahanan nasional dan bela negara?
2. Mengapa alasan diperlakukannya ketahanan nasional dan bela negara?
3. Apa penjelasan sumber historis,sosiologis,politik tentang ketahanan
nasional dan bela negara?
4. Apa dinamika ketahanan nasional dan bela negara?
5. Apa esensi ketahanan nasional dan bela negara ?
6. Bagaimana pengaruh aspek ketahanan nasional dalam berbagai aspek,
termasuk ketahanan pangan?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk memahami konsep dan urgensi ketahanan nasional dan bela negara.
2. Untuk mengetahui alasan diperlukannya ketahanan nasional dan bela
negara.
3. Untuk mengetahui sumber historis,sosiologis,politik tentang ketahanan
pangan dan bela negara.
4. Agar dapat membangun argument mengenai dinamika dan tantangan
ketahanan nasional dan bela negara.
5. Agar dapat memahami dan menjelaskan esensi ketahanan nasional dan
bela negara.

2
3

BAB II
ISI

2.1. Konsep dan Urgensi Ketahanan Nasional dan Bela Negara


2.1.1. Pengertian Ketahanan Nasional
Ketahanan Nasional (Tannas) Indonesia adalah kondisi dinamis
bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang
terintegrasi, yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu
bangsa baik unsur sosial maupun alamiah, baik bersifat potensional maupun
fungsional. Ketahanan nasional berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan
gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam dan Negara untuk
menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara, serta
perjuangan mencapai tujuan nasional. Menurut Sumarno, ketahanan
nasional adalah kondisi di mana bangsa yang mencakup semua aspek
kehidupan nasonal terintegrasi.

2.1.2. Pengertian Konsepsi Ketahanan Nasional


Ketahanan Nasional (Tannas) Indonesia konsepsi pengebangan
kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan
dan keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek
kehidupan secara utuh dan menyeluruh berlandaskan Pancasila, UUD 1945,
dan Wawasan Nusantaran. Konsepsi ketahanan nasional Indonesia
menggunakan pendekatan kesejahteraan dan keamanan.
Tanpa kesejahteraan dan keamanan, sistem kehidupan nasional tidak
akan dapat berlangsung karena pada dasarnya keduanya merupakan nilai
intrinsik yang ada dalam kehidupan nasional. Dalam kehidupan nasional,
tingkat kesejahteraan dan keamanan nasional merupakan tolak ukur
ketahanan nasional. Peran masing-masing gatra dalam astagrata seimbang
dan saling mengisi. Maksudnya antargatra mempunyai hubungan yang
saling terkait dan saling bergantung secara utuh menyeluruh membentuk
tata laku masyarakat dalam kehidupan nasional. Kesejahteraan dapat
digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan
mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi kemakmuran rakyat secara
adil dan merata. Sedangkan keamanan adalah kemampuan bangsa untuk
melindungi nilai-nilai nasionalnya terhadap ancaman dari luar negeri.

2.1.3. Pengertian Bela Negara


Berdasarkan Pasal 30 UUD 1945, bela negara merupakan hak dan
kewajiban setiap warga negara Republik Indonesia. Bela negara adalah
upaya setiap warga negara untuk mempertahankan Republik Indonesia
terhadap ancaman baik dari luar maupun dalam negeri. Kesadaran bela
negara merupakan satu hal yang esensial dan harus dimiliki oleh setiap
warga negara Indonesia (WNI), sebagai wujud penunaian hak dan
kewajibannya dalam upaya bela negara. Kesadaran bela negara menjadi
modal dasar sekaligus kekuatan bangsa, dalam rangka menjaga keutuhan,
kedaulatan serta kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945) mengatur mengenai Upaya Bela Negara yaitu ketentuan Pasal 27
Ayat (3): “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan Negara,” dan Pasal 30 Ayat (1): “Tiap-tiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.” Upaya
bela negara harus dilakukan dalam kerangka pembinaan kesadaran bela
negara sebagai sebuah upaya untuk mewujudkan WNI yang memahami dan
menghayati serta yakin untuk menunaikan hak dan kewajibannya.
Di sisi lain, bahwa UUD 1945 memberikan landasan serta arah dalam
pengembangan sistem dan penyelenggaraan pertahanan negara. Substansi
pertahanan negara yang terdapat dalam UUD 1945 diantaranya adalah
pandangan bangsa Indonesia dalam melihat diri dan lingkungannya, tujuan
negara, sistem pertahanan negara, serta keterlibatan warga negara. Hal ini
merefleksikan sikap bangsa Indonesia yang menentang segala bentuk
penjajahan, yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusian, keadilan dan
kesejahteraan.

4
Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan Syarat-syarat tentang
pembelaan diatur dengan undang-undang. Kesadaran bela negara itu
hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban
membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling
halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga
negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.
Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa
dan negara.

2.1.4. Unsur dalam Bela Negara


Unsur dasar bela negara yang dianut oleh bangsa Indonesia adalah
sebagai berikut :
Cinta Tanah Air.
Kesadaran Berbangsa dan bernegara.
Yakin akan Pancasila sebagai Ideologi Negara.
Rela berkorban untuk bangsa dan negara
Memiliki kemampuan awal Bela Negara.

2.1.5. Dasar Hukum Bela Negara


Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara di
negara Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep wawasan nusantara dan
keamanan nasional.
2. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan
Rakyat.
3. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam
Negara RI. Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.

5
6. Amandemen UUD ’45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.
7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

Landasan pembentukan bela negara adalah wajib militer. Bela negara


adalah pelayanan oleh seorang individu atau kelompok dalam tentara atau
militer lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari
rancangan tanpa sadar militer beberapa negara (misalnya Israel dan Iran)
meminta jumlah tertentu dinas militer dari masing-masing dan setiap salah
satu warga negara (kecuali untuk kasus khusus seperti fisik atau gangguan
mental atau keyakinan keagamaan).
Sebuah pasukan cadangan militer berbeda dari pembentukan
cadangan, kadang-kadang disebut sebagai cadangan militer, yang
merupakan kelompok atau unit personil militer tidak berkomitmen untuk
pertempuran oleh komandan mereka sehingga mereka bersedia untuk
menangani situasi tak terduga, memperkuat pertahanan Negara.

2.1.6. Urgensi Bela Negara


Wilayah Indonesia yang sebagian besar adalah wilayah perairan
mempunyai banyak celah kelemahan yang dapat dimanfaatkan oleh negara
lain yang pada akhirnya dapat meruntuhkan bahkan dapat menyebabkan
disintegrasi bangsa Indonesia. Indonesia yang memiliki kurang lebih 13.670
pulau memerlukan pengawas yang cukup ketat. Dimana pengawas tersebut
tidak hanya dilakukan oleh pihak TNI/POLRI saja tetapi semua lapisan
masyarakat Indonesia atau bila hanya mengandalkan TNI/POLRI saja yang
persenjataannya kurang lengkap mungkin bangsa Indonesia sudah tercabik-
cabik oleh bangsa lain, atau dengan adanya bela negara kita dapat
mempererat rasa persatuan di antara penduduk Indonesia yang saling
berbhineka tunggal ika.
Sikap bela negara terhadap bangsa Indonesia merupakan kekuatan
negara Indonesia bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional
dan merupakan kondisi yang harus diwujudkan agar proses pencapaian
tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan sukses. Oleh karena itu,
diperlukan suatu konsepsi ketahanan nasional yang sesuai dengan

6
karakteristik bangsa Indonesia. Dengan adanya kesadaran akan bela negara,
kita harus dapat memiliki sikap dan prilaku yang sesuai kejuangan, cinta
tanah air serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa. Dalam sikap bela
negara kita hendaknya mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi
yang sedang berlangsung di negara kita, tidak mungkin kita tunjukan sikap
bela negara yang bersifat keras seandainya situasi keamanan nasional
terkendali.
Bela negara bisa dilihat secara mikro dan makro sesuai dengan negara
masing-masing elemen kehidupan. Secara mikro, implementasi bela negara
diwujudkan oleh setiap elemen kehidupan dalam bentuk pembelaan
terhadap tempat di mana kaki berdiri dan di mana nafkah sebagai belanja
hidup didapat. Ini berarti, akan adanya perlawanan pada setiap intervensi
yang datang dari negara lain. Secara makro, bentuk bela negara diwujudkan
dengan kemampuan menggerakkan semua elemen pendukung untuk
mencapai tujuan bersama, yaitu terwujudnya masyarakat yang adil,
makmur, aman, tenteram, rukun, damai, bahagia, dan sejahtera. Dengan
demikian, pengambilan keputusan dilakukan dengan mufakat bulat sehingga
tidak ada tempat untuk lari dari tanggung jawab.
Makna bela Negara selalu dipersepsikan terkait dengan upaya
perjuangan bangsa Indonesia menghadapi ancaman terhadap kelangsungan
hidup bangsa Indonesia pada periode-periode berikut:
1. Periode pertama perang kemerdekaan (1945 – 1949).
Bela negara dipersepsikan dengan perang kemerdekaan.
Artinya, keikutsertaaan warga negara dalam bela negara diwujudkan
ikut serta berperan dalam perang kemerdekaan, baik bersenjata
maupun tidak bersenjata.
2. Periode kedua (1950 – 1965).
Dalam menghadapi berbagai pemberontakan dan gangguan-
gangguan keamanan dalam negri, bela negara dipersepsikan identik
dengan upaya pertahanan keamanan, baik bersenjata maupun tidak
bersenjata.

7
3. Periode ketiga (Orde Baru 1966 – 1998).
Dalam upaya menghadapi ATHG, dikembangkan dan
diterapkan konsepsi ketahanan nasional. Oleh karena itu, bela negara
dipersepsikan identik dengan ketahanan nasional. Pada periode ini
keikutsertaan warga negara dalam bela negara diselenggarakan
melalui segenap aspek kehidupan nasional.
4. Periode keempat (Orde reformasi 1998 – sekarang.
Bela negara dipersepsikan sebagai upaya untuk mengatasi
berbagai krisis yang sedang dihadapi oleh segenap bangsa Indonesia.
Pada periode ini keikutsertaan setiap warga negara dalam upaya bela
negara disesuaikan dengan kemampuan dan profesi masing-masing.
2.2. Mengapa diperlukan Ketahanan Nasional dan Bela Negara
2.2.1. Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional merupakan faktor penting dan determinan
terhadap eksistensi suatu bansa dan negara. Ketahanan nasional merupakan
benteng pertahanan bangsa dan negara dalam menghadapi dan memecahkan
berbagai permasalahan yang dihadapi oleh bangsa dan negara, tak terkecuali
bagi bangsa Indonesia. Hal ini penting, mengingat ketahanan nasional tidak
hanya berkaitan dengan aspek keamanan dan ketertiban masyarakat,
melainkan berkaitan juga dengan berbagai aspek kehidupan bangsa,
termasuk aspek penyelenggaraan negara pemerintah negara.
Secara filosofis, ketahanan nasional mengandung makna yang sangat
dalam dan mendasar bagikedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), sedangkan secara empiris ketahanan Nasional
menghadapi berbagai masalah yang dinamis seiring dengan dinamika
kehidupan bangsa dan negara Indonesia, baik karena dinamika perubahan
yang terjadi di dalamnya maupun perubahan globalisasi. Sebagai bangsa
yang besar, negara Indonesia harus mampu memecahkan berbagai masalah
dengan memperkuat dan memperkokoh kondisi ketahanan nasional dengan
dilandasi semangat persatuan dan kesatuan, nasionalisme, dan cinta tanah
air berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

8
2.2.2. Bela Negara
Bela negara adalah tekad, sikap, dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara. Pembelaan negara bukan semata-mata tugas TNI, tetapi
segenap warga sesuai kemampuan dan profesinya dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
2.3. Sumber Historis, Sosiologis, Politik mengenai Ketahanan Nasional dan
Bela Negara
Secara historis, gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada
awal tahun 1960-an di kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang
sekarang bernama SESKOAD (Sunardi, 1997). Masa itu sedang meluasnya
pengaruh komunisme yang berasal dari Uni Sovyet dan Cina. Pengaruh
komunisme menjalar sampai kawasan Indo Cina sehingga satu per satu
kawasan Indo Cina menjadi negara komunis seperti Laos, Vietnam, dan
Kamboja. Tahun 1960-an terjadi gerakan komunis di Philipina, Malaysia,
Singapura, dan Thailand. Bahkan gerakan komunis Indonesia mengadakan
pemberontakan pada 30 September 1965 namun akhirnya dapat diatasi.
Sejarah keberhasilan bangsa Indonesia menangkal ancaman komunis
tersebut menginspirasi para petinggi negara (khususnya para petinggi militer)
untuk merumuskan sebuah konsep yang dapat menjawab, mengapa bangsa
Indonesia tetap mampu bertahan menghadapi serbuan ideologi komunis,
padahal negara-negara lain banyak yang berguguran? Jawaban yang
dimunculkan adalah karena bangsa Indonesia memiliki ketahanan nasional
khususnya pada aspek ideologi. Belajar dari pengalaman tersebut, dimulailah
pemikiran tentang perlunya ketahanan sebagai sebuah bangsa.
Pengembangan atas pemikiran awal di atas semakin kuat setelah
berakhirnya gerakan Gerakan 30 September/PKI. Pada tahun 1968, pemikiran
di lingkungan SSKAD tersebut dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga
Pertahanan Nasional) dengan dimunculkan istilah kekuatan bangsa.
Pemikiran Lemhanas tahun 1968 ini selanjutnya mendapatkan kemajuan

9
konseptual berupa ditemukannya unsur-unsur dari tata kehidupan nasional
yang berupa ideologi, politik, ekonomi, sosial dan militer. Pada tahun 1969
lahirlah istilah Ketahanan Nasional yang intinya adalah keuletan dan daya
tahan suatu bangsa untuk menghadapi segala ancaman. Kesadaran akan
spektrum ancaman ini lalu diperluas pada tahun 1972 menjadi ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG). Akhirnya pada tahun 1972
dimunculkan konsepsi ketahanan nasional yang telah diperbaharui. Pada
tahun 1973 secara resmi konsep ketahanan nasional dimasukkan ke dalam
GBHN yakni Tap MPR No IV/MPR/1978.
Berdasar perkembangan tersebut kita mengenal tiga perkembangan
konsepsi ketahanan nasional yakni ketahanan nasional konsepsi 1968,
ketahanan nasional konsepsi 1969, dan ketahanan nasional konsepsi 1972.
Menurut konsepsi 1968 dan 1969, ketahanan nasional adalah keuletan dan
daya tahan, sedang berdasarkan konsepsi 1972, ketahanan nasional
merupakan suatu kondisi dinamik yang berisi keuletan dan ketangguhan. Jika
dua konsepsi sebelumnya mengenal IPOLEKSOM (ideologi, politik,
ekonomi, sosial, militer) sebagai Panca Gatra, konsepsi 1972 memperluas
dengan ketahanan nasional berdasar asas Asta Gatra (delapan gatra).
Konsepsi terakhir ini merupakan penyempurnaan sebelumnya
(Haryomataraman dalam Panitia Lemhanas, 1980).
Perkembangan selanjutnya rumusan ketahanan nasional masuk dalam
GBHN sebagai hasil ketetapan MPR yakni dimulai pada GBHN 1973, GBHN
1978, GBHN 1983, GBHN 1988, GBHN 1993 sampai terakhir GBHN 1998.
Rumusan GBHN 1998 sebagaimana telah dinyatakan di atas merupakan
rumusan terakhir, sebab sekarang ini GBHN tidak lagi digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pembangunan.
Sekarang ini sebagai pengganti Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yang
pada hakekatnya merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program presiden
terpilih. Misalnya dokumen RPJMN 2010-2014 tertuang dalam Peraturan
Presiden RI No. 5 Tahun 2010. Pada dokumen tersebut tidak lagi ditemukan

10
rumusan tentang ketahanan nasional bahkan juga tidak lagi secara eksplisit
termuat istilah ketahanan nasional.
Namun demikian, jika kita telusuri naskah RPJMN 2010-2014 masih
dapat kita temukan kata-kata yang terkait dengan ketahanan nasional, misal
istilah ketahanan pangan. Dengan mendasarkan pengertian ketahanan
nasional sebagai kondisi dinamik bangsa yang ulet dan tangguh dalam
menghadapi berbagai ancaman, maka konsepsi ini tetaplah relevan untuk
dijadikan kajian ilmiah. Hal ini disebabkan bentuk ancaman di era modern
semakin luas dan kompleks. Bahkan ancaman yang sifatnya nonfisik dan
nonmiliter lebih banyak dan secara masif amat mempengaruhi kondisi
ketahanan nasional. Misalnya, ancaman datan gnya kemarau yang panjang di
suatu daerah akan mempengaruhi kondisi ketahanan pangan di daerah yang
bersangkutan.
Ketahanan Nasional tetap relevan sebagai kekuatan penangkalan
dalam suasana sekarang maupun nanti, sebab ancaman setelah berakhirnya
perang dingin lebih banyak bergeser kearah nonfisik, antara lain; budaya dan
kebangsaan (Sudradjat, 1996: 1-2). Inti ketahanan Indonesia pada dasarnya
berada pada tataran “mentalitas” bangsa Indonesia sendiri dalam menghadapi
dinamika masyarakat yang menghendaki kompetisi di segala bidang. Hal ini
tetap penting agar kita benar-benar memiliki ketahanan yang benar-benar ulet
dan tangguh. Ketahanan nasional dewasa ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
ketidakadilan sebagai “musuh bersama”. (Armawi, 2012:90). Konsep
ketahanan juga tidak hanya ketahanan nasional tetapi sebagai konsepsi yang
berlapis, atau Ketahanan Berlapis yakni ketahanan individu, ketahanan
keluarga, ketahanan daerah, ketahanan regional dan ketahanan nasional
(Basrie, 2002).
Sekarang ini, wajah ketahanan yang lebih ditekankan adalah
ketahanan sebagai kondisi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
mengetahui dalam kondisi yang bagaimana suatu wilayah negara atau daerah
memiliki tingkat ketahanan tertentu. Tinggi rendahnya ketahanan nasional
amat dipengaruhi oleh unsur-unsur ketahanan nasional itu sendiri. Unsur-

11
unsur tersebut dalam pemikiran Indonesia dikenal dengan asta gatra yang
berarti delapan unsur, elemen atau faktor.
2.4. Dinamika dan Tantangan Ketahanan Nasional dan Bela Negara
2.4.1. Ketahanan Nasional
Perubahan politik secara internasional telah mengubah ancaman
terhadap ketahanan nasional. Pada zaman dahulu, ancaman ketahanan
nasional adalah agresi militer dari luar. Kini, ancaman yang berupa agresi
militer sudah berkurang, karena besarnya sanksi dari mayarakat
internasional terhadap agresor.
Walau begitu, bangsa indonesia masih mengahadapi ancaman
ketahanan nasional yang tidak kalah berat. Ancaman-ancaman itu dapat
dikategorikan dalam beberapa hal, yaitu:
a. Ancaman karena bahaya alam. Yang termasuk dalam kategori ini
adalah globalisasi, banjir, tsunami, dan lain sebagainya. Untuk
menghadapi hal di atas, maka kita harus mencitai alam
sebagaimana kita mencintai diri sendiri. Pembakaran liar harus
diperangi karena dapat mengakibatkan pemanasan global dan
banjir.
b. Ancamn karena penyakit. Yang termasuk dalam kategori ini
adalah virus HIV/AIDS, flu burung, dan penyakit epidemik
lainnnya. Untuk menghadapi ancaman ini kita harus memahami
bagaimana penyakit itu menyebar dan bagaimana cara
menanggulanginya.
c. Ancaman karena kemiskinan dan pengangguran. Persoalan
kemiskinan dan pengangguran merupakan persoalan seius yang
dihadapi bansa Indonesia.
d. Ancaman karena narkotika dan zat adiktif lainnya. Narkotika
sangat merusak mental. Kini, indonesia bukan hanya tempat
transit peredaran narkotika, melainkan sudah menjadi sasaran
perdagangan narkotika Internasional.
e. Ancaman karena faktor sosial politik. Yang termasuk dalam
kategori ini adalah konflik etnis, budaya, agama, kejahatan

12
terorganisir, terorisme, dan lain sebagainya. Mengatasi ancaman
ini, upaya pencegahan lebih penting dari pada penanganannya
mencegah pidana terorisme jauh lebih penting dari menindak
pelaku terorisme. Karena jika pelaku teror dapat dicegah sejak
dini, maka tindakan terorisme tidak akan terjadi.
f. Ancaman karena faktor militer. Ancaman karena agresi militer
memang sudah berkurang, namun jika kita tidak mempunyai
militer yang kuat yang didukung oleh peralatan yang memadai,
maka bangsa kita akan mudah diolok-olok. Misalnya, karena
peralatan radar yang lemah, akan banyak gangguan terhadap
kedaulatan tanah air kita, seperti memasuki teritori Indonesia di
darat, laut, dan udara tanpa prosedur yang semestinya.
2.4.2. Bela Negara
Dari kesadaran bela negara muncul yang namanya kewajiban. Artinya,
berjuang membela dan mempertahankan negara bersifat wajib dan tidak
perlu ditawar lagi bagi siapapun. Seiring dengan waktu, ancaman dan
tantangan yang dihadapi setiap negara akan selalu berubah. Jika dulu
serangan secara fisik ke negara lain dalam bentuk agresi, invasi, dan
sebagainya lebih mendominasi, kondisi sekarang ini berbeda.
Serangan yang terjadi terhadap pertahanan suatu negara kian
kompleks. Bahkan, kebanyakan tak terlihat alias bersifat non-fisik. Seperti
munculnya peretas (hacker) yang mencoba meretas sistem pertahanan suatu
negara hingga serangan-serangan dalam bentuk ekonomi, politik dan
budaya.
Globalisasi juga merupakan salah satu tantangan bela negara.
Globalisasi yang didominasi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
informmasi telah merubah pola hubungan antar bangsa dalam berbagai
aspek dan menjadikan globalisasi sebagai fenomena yang bersifat
multidimensi. Negara seolah tanpa batas (borderless), saling tergantung
(interdependency) dan saling terhubung (interconected) antara satu negara
dengan negara lainnya. Sementara itu, dominasi negara-negara maju

13
terhadap negara berkembang semakin menguat melalui konsep pasar bebas
dalam lingkup global maupun regional.
Sejak era reformasi digulirkan tahun 1998 dari perspektif kehidupan
demokrasi, kehidupan politik nasional mengalami kemajuan yang sangat
signifikan. Kebebasan dan keterbukaan dalam menyampaikan pendapat
menjadi ciri kehidupan masyarakat sehari-hari. Disatu sisi, pencapaian ini
tentu saja merupakan kemajuan dan prestasi besar bangsa, namun di sisi lain
tidak dapat disangkal, bahwa keseharian kehidupan masyarakat telah
diwarnai pola pikir, pola sikap, dan pola tindakan individualistis dan
kelompok. Masyarakat luas, dalam berbagai tataran telah mengadopsi nilai-
nilai baru yang belum sepenuhnya dipahami serta diyakini kebenaran dan
kesesuaiannya dengan karakter bangsa. Sementara nilai-nilai luhur bangsa
dianggap sebagai nilai lama yang usang dan sudah tidak relevan dengan
semangat reformasi yang sarat dengan semangat perubahan.
Dinamika kehidupan nasional berjalan sangat dinamis tapi kontra
produktif bagi penguatan wawasan kebangsaan. Dampak demokratisasi
tidak didasari dengan pemahaman nilai-nilai pancasila telah memunculkan
sikap individualistis yang sangat jauh berbeda dengan nilai pancasila yang
lebih mengutamakan semangat gotong royong, keseimbangan, kerjasama,
saling menghormati, kesamaan dan kesederhanaan dalam hubungan
manusia dengan manusia. Perubahan tata nilai dan tata laku sebagian besar
komponen bangsa tercermin dari sikap pragmatisme dalam menyikapi dan
menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa.
2.5. Esensi dan Urgensi Ketahanan Nasional dan Bela Negara
2.5.1. Esensi dan Urgensi Ketahanan nasional
Geostrategi Indonesia pada dasarnya adalah strategi nasional
bangsaIndonesia dalam memanfaatkan wilayah negara Republik Indonesia
sebagai ruanglingkup nasional guna merancang arahan tentang kebijakan,
sarana, dan sasaran pembangunan untuk mencapai kepentingan dan tujuan
nasional. GeostrategiIndonesia dirumuskan dalam wujud Konsepsi
Ketahanan Nasional (HenyHerdiwanto& Jumanta Hamdayama, 2010).
Ketahanan nasional Indonesia adalahkondisi dinamis suatu bangsa atau

14
Indonesia yang meliputi segenap kehidupannasional yang terintegrasi, berisi
keuletan, dan ketangguhan yang mengandungkemampuan mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasisegala tantangan,
ancaman, hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari dalammaupun
dari luar, untu menjamin identitas, integritas dan kelangsungan hidup
bangsa dan Negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional
(Lemhamnas,200:98) kondisi ini dibina terus menerus dan sinergi mulai dari
pribadi, keluarga,lingkungan nasional.Konsepsi ketahanan Indonesia
merupakan pedoman untuk meningkatkankeuletan dan ketangguhan bangsa
yang mengandung kemampuan mengembangkankekuatan nasional dengan
pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Pernyataankonseptual yang
kompleks tersebut dapat dijelaskan unsur-unsurnya (Sunarso danKus Eddi
Sartono) :
a). Ketangguhan adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang atau sesuatu
dapat bertahan karena beban yang dipikulnya.
b). Keuletan adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang sangat keras
dalam menggunakan kemampuan untuk mencapai tujuan.
c). Identitas adalah cirri khas suatu bangsa dan Negara dilihat secara
keseluruhan (holistic)
d). Integritas adalah kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu
bangsa baik unsure sosial maupun alamiah, baik yang bersifat potensial
maupunfungsional.
e). Ancaman adalah hal usaha yang bersifat mengubah kebijaksanaan
yangdilakukan secara konseptual, criminal, dan politis.
f). Tantangan adalah hal atau usaha yang bersifat menggugah kemampuan
yangterjadi karena kondisi yang menyebabkan seseorang melakukan
tindakanuntuk menanggulangi keadaan yang ada didepannya.
g). Hambatan adalah hal atau usaha dari diri sendiri yang bersifat dan
bertujuanmelemahkan atau menghalangi secara tidak konseptual.
h). Gangguan adalah hal atau usaha yang berasal dari luar, bersifat dan
bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak konseptual.

15
2.5.2. Asas-Asas Ketahan Nasional Indonesia
Asas ketahanan nasional Indonesia adalah tata laku berdasarkan nilai-nilai
pancasila, UUD 1995, dan wawasan nusantara yang terdiri dari :
1. Asas kesejahteraan dan keamanan
Asas kesejahteraan dan keamanan merupakan asas dalam
kehidupannasional yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan
yang tanpakeduannya system kehidupan nasional tidak dapat
berlangsung atau berjalan lancar.
2. Asas komprehensif integral atau menyeluruh terpadu
Sistem kehidupan nasional mencakup aspek kehidupan bangsa dalam
perwujudan persatuan dan kesatuan yang selaras, serasi, dan
seimbangseluruh aspek kehidupan bermasyaraat, berbangsa dan
bernegara.
3. Asas mawas kedalam dan mawas keluar
Mawas kedalam Bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi
kehidupannasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai kemandirian yang
proporsional untuk meningkatkan kualitas derajat kemandirian bangsa
yang ulet dan tangguh.Mawas keluar Bertujuan untuk dapat
mengantisipasi dan berperan serta mengatasidampak lingkungan
strategis luar negeri dan menerima kenyataanadanya interaksi dan
ketergantungan dengan dunia internasional.
4. Asas kekeluargaan
Asas ini yang menggakui adanya keanekaragaman di Indonesia
yangharus dikembangkan secara serasi dalam hubungan kemitraan agar
tidak berkembang menjadi konflik saling menghancurkan.

2.5.3. Ketahanan Nasional Indonesia


a. Mandiri
Ketahanan Nasional percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri serta
pada keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak
mudahmenyerah dengan tumpuan pada integritas dan kepribadian bangsa.

16
b.Dinamis
Ketahanan nasional tidaklah tetap, ia dapat meningkat atau
menuruntergantung pada situasi dan kondisi bangsa, Negara, serta
lingkunganstrategisnya.
c.Wibawa
Keberhasilan pembinaan ketahanan nasional Indonesia secara berlanjutdan
berkesinambungan akan meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa,
makin tinggi tingkat ketahanan nasional maka makin tinggi pulanilai
kewibawaan dan daya tangkal yang dimiliki oleh bangsa dan Negara
Indonesia.
d. Konsultasi dan kerjasama
Konsepsi ketahanan nasional Indonesia tidak mengutamakan
sikapkonfrontasi danjantagonis tidak mengandalkan kekuatan, kekuatan
fisik semata, tetapi lebih mengutamakan sikap konsultatif, kerjasama serta
saling menghargai dengan mengandalkan kekuatan moral dan kepribadian
bangsa.

2.5.4. Unsur-Unsur Ketahanan Nasional Model Indonesia


Terdiri atas delapan unsur yang dinamakan Asta Gatra (delapan gatra),
yang terdiri dari Tri Gatra (tiga gatra) alamiah dan Panca Gatra (lima gatra)
sosial. Unsur atau gatra dalam ketahanan nasional Indonesia tersebut,
sebagai berikut;
Tiga aspek kehidupan alamiah (tri gatra) yaitu:
1) Gatra letak dan kedudukan geografi
2) Gatra keadaan dan kekayaan alam
3) Gatra keadaan dan kemampuan penduduk

Lima aspek kehidupan sosial (panca gatra) yaitu:


1) Gatra ideologi
2) Gatra politik
3) Gatra ekonomi
4) Gatra sosial budaya (sosbud)
5) Gatra pertahanan dan keamanan (hankam)

17
Model Asta Gatra merupakan perangkat hubungan bidang-bidang
kehidupan manusia dan budaya yang berlangsung di atas bumi ini dengan
memanfaatkan segala kekayaan alam yang dapat dicapai dengan
menggunakan kemampuannya. Model ini merupakan hasil pengkajian
Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas).
2.5.5. Esensi Bela Negara
Bela negara adalah sikap, tekad dan juga perilaku warga negara yang
dilakukansecara menyeluruh, teratur serta terpadu dan juga dijiwai oleh
kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 untuk menjamin kelangsungan hidup
berbangsa. Dasar hukum mengenai bela negara terdapat dalam isi UUD
1945, yakni:
a. Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
b. Pasal 30 ayat (1) yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara
berhak danwajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.Bela negara mencakup pengertian bela negara secara fisik dan
nonfisik. Bela negarasecara fisik adalah memanggul senjata dalam
menghadapi musuh (secara militer).
2.5.6. Bela Negara Secara Fisik
Menurut Undang-Undang No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara militer. Bela negara secara fisik pengertiannya lebih sempit
daripada bela keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara fisik
dapat dilakukan dengan menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia dan
Pelatihan DasarKemiliteran. Sekarang ini pelatihan dasar kemiliteran
diselenggarakan melalui program Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun
konsep Rakyat Terlatih (Ratih)adalah amanat dari Undang-undang No. 20
Tahun 1982. Rakyat Terlatih (Ratih) terdiri dari berbagai unsur, seperti
Resimen Mahasiswa (Menwa), PerlawananRakyat (Wanra), Pertahanan
Sipil (Hansip), Mitra Babinsa, dan OrganisasiKemasyarakatan Pemuda
(OKP) yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Militer,dan lain-lain.
Rakyat Terlatih mempunyai empat fungsi yaitu Ketertiban Umum,

18
Perlindungan Masyarakat, Keamanan Rakyat, dan Perlawanan Rakyat.
Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya dilakukan pada masa damai
atau pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di mana unsur-
unsur Rakyat Terlatih membantu pemerintah daerah dalam menangani
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. Sementara fungsi Perlawanan
Rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang di mana Rakyat Terlatih
merupakan unsur bantuan tempur.Bila keadaan ekonomi dan keuangan
negara memungkinkan, maka dapat pula dipertimbangkan kemungkinan
untuk mengadakan Wajib Militer bagi warga negara yang memenuhi
syarat seperti yang dilakukan di banyak negaramaju di Barat. Mereka yang
telah mengikuti pendidikan dasar militer akan dijadikan Cadangan Tentara
Nasional Indonesia selama waktu tertentu, dengan masa dinas misalnya
sebulan dalam setahun untuk mengikuti latihan atau kursus-kursus
penyegaran. Dalam keadaan darurat perang, mereka dapat dimobilisasi
dalam waktu singkat untuk tugas-tugas tempur maupun tugas-tugas
teritorial. Rekrutmen dilakukan secara selektif, teratur, dan
berkesinambungan. Penempatan tugas dapat disesuaikan dengan latar
belakang pendidikan atau profesi mereka dalam kehidupan sipil misalnya
dokter ditempatkan di Rumah Sakit Tentara, pengacara di Dinas Hukum,
akuntan di Bagian Keuangan, penerbang di Skuadron Angkatan, dan
sebagainya. Gagasan ini bukanlah dimaksudkan. Sebagai upaya
militerisasi masyarakat sipil, tapi memperkenalkan “dwi-fungsi sipil”.
Maksudnya sebagai upaya sosialisasi “konsep bela negara” dimana tugas
pertahanan keamanan negara bukanlah semata-mata tanggung jawab TNI,
tapi adalah hak dan kewajiban seluruh warga negara Republik Indonesia.
2.5.7. Bela Negara Secara Nonfisik
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa bela negara tidak
selalu harus berarti “memanggul senjata menghadapi musuh” atau bela
negara yang militerisitik. Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2002
tentang Pertahanan Negara keikutsertaan warga negara dalam bela negara
secara nonfisik dapat diselenggarakan melalui pendidikan
kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan profesi. Pendidikan

19
kewarganegaraan diberikan dengan maksud menanamkan semangat
kebangsaan dan cinta tanah air. Pendidikan kewarganegaraan dapat
dilaksanakan melalui jalur formal. Bela negara memiliki kedudukan yang
penting karena merupakan implementasidan upaya bangsa Indonesia
sehingga tidak terjadi perpecahan dalam negara Indonesia demi terjaganya
kelangsungan hidup dan keutuhan negara sesuai dengandinamika
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Bela negara memiliki
fungsi, tujuan dan manfaat sebagai berikut:
A.Tujuan Bela Negara
a. Menjalankan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
b. Menjaga identitas dan integritas bangsa dan negara.
c. Melestarikan budaya.
d. Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan juga negara.
e. Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan juga negara.
B. Fungsi Bela Negara
a. Merupakan kewajiban setiap warga negara.
b. Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman
c. Merupakan panggilan sejarah.
d. Menjaga keutuhan wilayah negara.
C. Manfaat Bela Negara
Bela negara memiliki beragam manfaat, baik bagi individu
masing-masing warga negara ataupun bagi negara itu sendiri. Berikut
ialah beberapa contoh manfaat bela negara.
a. Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai
dengankemampuan masing-masing.
b. Membentuk Iman dan Taqwa pada masing-masing Agama
c. Melatih jiwa kepemimpinan dalam memimpin diri sendiri
ataupunkelompok.
d. Menghilangkan sikap negatif, misalnya malas, apatis, boros,
egois, dantidak disiplin.
e. Membentuk sikap disiplin akan waktu, aktivitas, dan juga
pengaturankegiatan lain.

20
f. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, serta kepedulian
antar sesama.
g. Membentuk jiwa kebersamaan serta solidaritas antar sesama
rekanseperjuangan.
h. Membentuk mental dan juga fisik yang Tangguh
2.6. Aspek Ketahanan Nasional
Berdasarkan rumusan pengertian ketahanan nasional dan kondisi
kehidupan nasional Indonesia sesungguhnya ketahanan nasional merupakan
gambaran dari kondisi sistem (tata) kehidupan nasional dalam berbagai aspek
pada saat tertentu. Tiap aspek didalam tata kehidupan nasional relatif berubah
menurut waktu, ruang dan lingkungan terutama pada aspek-aspek dinamis
sehingga interaksinya menciptakan kondisi umum yang amat sulit dipantau,
karena sangat kompleks.
Berdasarkan pemahaman tentang hubungan tersebut diperoleh
gambaran bahwa konsepsi ketahanan nasional akan menyangkut hubungan
antar aspek yang mendukung kehidupan yaitu :
aspek yang berkaitan dengan alamiah bersifat statis meliputi aspek
 geografi, kependudukan, dan sumber daya alam
aspek yang berkaitan dengan sosial bersifat dinamis meliputi aspek
 ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam.
1. Ketahanan Pada Aspek Ideologi
Ketahanan ideologi adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang
berlandaskan keyakinan dalam kebenaran ideologi pancasila yang
mengandung kemampuan untuk menggalang dan memelihara persatuan dan
kesatuan nasional dan kemampuan menangkal penetrasi ideologi asing serta
nilai-nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Untuk memperkuat
ketahanan ideologi diperlukan langkah pembinaan sebagai berikut :
a. Pengamalan Pancasila secara objektif dan subjektif ditumbuh kembangkan
secara konsisten
b. Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu teru direlevansikan dan
diaktualisasikan nilai instrumentalnya agar tetap mampu membimbing dan
mengarahkan kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,

21
selaras dengan peradaban dunia yang berubah dengan cepat tanpa
kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia.
c. Sesanti Bhineka Tunggal Ika dan konsep Wawasan Nusantara bersumber
dari Pancasila harus terus dikembangkan dan ditanamkan di masyarakat
yang majemuk sebagai upaya untuk selalu menjaga persatuan bangsa dan
kesatuan wilayah serta moralitas yang loyal utuh dan bangga terhadap
bangsa dan negara. Di samping itu perlu dituntut sikap yang wajar dari
anggota masyarakat dan pemerintah terhadap adanya keanekaragaman.
Untuk itu setiap anggota masyarakat dan pemerintah memberikan
penghormatan dan penghargaan yang wajar terhadap kebhinekaan.
d. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik
Indonesia harus dihayati dan diamalkan secara nyata untuk menjaga
kelestarian dan keampuhannya demi terwujudnya tujuan nasional serta
cita-cita bangsa Indonesia, khususnya oleh setiap penyelenggara negara
serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan serta setiap
warga negara Indonesia. Dalam hal ini teladan para pemimpin
penyelenggara negara dan tokoh-tokoh masyarakat merupakan hal yang
sangat mendasar.
e. Pembangunan sebagai pengamalan Pancasila harus menunjukkan
keseimbangan fisik material dengan pembangunan mental spiritual untuk
menghindari tumbuhnya materialisme dan sekulerisme. Dengan
memperhatikan kondisi geografi Indonesia, maka strategi pembangunan
harus adil dan merata di seluruh wilayah untuk memupuk rasa persatuan
bangsa dan kesatuan wilayah.
f. Pendidikan Moral Pancasila ditanamkan pada diri anak didik dengan cara
mengintegrasikannya dalam mata pelajaran lain, juga diberikan kepada
masyarakat.
2. Pengaruh Pada Aspek Politik
Politik di Indonesia dapat dilihat dalam konteks Ketahanan Nasional
ini yang meliputi dua bagian utama yaitu politik dalam negeri dan politik
luar negeri.

22
a. Politik Dalam Negeri
Politik dalam negeri adalah kehidupan politik dan kenegaraan berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 yang mampu menyerap aspirasi dan dapat
mendorong partisipasi masyarakat dalam satu sistem, yang unsur-
unsurnya terdiri dari :
 Struktur Politik. Merupakan wadah penyaluran
pengambilan berupa kepentingan masyarakat dan sekaligus wadah
dalam menjaring/pengkaderan pimpinan nasional.
 Proses Politik. Merupakan suatu rangkaian pengambilan keputusan
tentang berbagai kepentingan politik maupun kepentingan umum
yang bersifat nasional dan penentuan dalam pemilihan
kepemimpinan, yang puncaknya terselenggara dalam pemilu.
 Budaya Politik. Merupakan pencerminan dari aktualisasi hak dan
kewajiban rakyat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang dilaksanakan secara sadar dan rasional baik melalui
pendidikan politik maupun kegiatan-kegiatan politik yang sesuai
dengan disiplin nasional.
 Komunikasi Politik. Merupakan suatu hubungan timbal balik antar
berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara baik
rakyat sebagai sumber aspirasi maupun sumber pimpinan-pimpinan
nasional.
b. Politik Luar Negeri
Politik luar negari merupakan proyeksi kepentingan nasional kedalam
kehidupan antar bangsa. Dijiwai oleh falsafah negara Pancasila sebagai
tuntutan moral dan etika, politik luar negeri Indonesia diabadikan kepada
kepentingan nasional terutama untuk pembangunan nasional. Dengan
demikian politik luar negeri merupakan bagian intergral dari strategi
nasional dan secara keseluruhan merupakan salah satu sarana pencapaian
tujuan nasional.

23
3. Pengaruh Pada Aspek Ekonomi
Sistem perekonomian yang dianut oleh bangsa Indonesia mengacu
kepada pasal 33 UUD 1945. Didalamnya menjelaskan bahwa sistem
perekonomian adalah usaha bersama berarti setiap warga negara
mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam menjalankan roda
perekonomian dengan tujuan untuk mensejahterakan bangsa.
Wujud ketahanan ekonomi tercermin dalam kondisi kehidupan
perekonomian bangsa, yang mengandung kemampuan memelihara
stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta kemampuan menciptakan
kemandirian ekonomi nasional dengan daya saing tinggi dan mewujudkan
kemakmuran rakyat yang adil dan merata. Dengan demikian,
pembangunan ekonomi diarahkan kepada mantapnya ketahanan ekonomi
melalui terciptanya iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi, tersedianya barang dan jasa, terpeliharanya
fungsi lingkungan hidup serta meningkatkan daya saing dalam lingkup
persaingan global.
4. Pengaruh Pada aspek Sosial Budaya
Wujud ketahanan sosial budaya nasional tercermin dalam kehidupan
sosial budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional
berdasarkan Pancasila, yang mengandung kemampuan membentuk dan
mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat
Indonesia. Esensi pengaturan dan penyelenggaran kehidupan sosial budaya
bangsa Indonesia adalah pengembangan kondisi sosial budaya dimana
setiap warga masyarakat dapat merealisasikan pribadi dan segenap potensi
manusiawinya yang dilandasi nilai-nilai Pancasila
5. Pengaruh Pada Aspek Pertahanan dan Keamanan
Wujud ketahanan pertahanan dan keamanan tercermin dalam kondisi
daya tangkal bangsa yang dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat
yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas pertahanan dan
keamanan yang dinamis, mengamankan pembangunan dan hasil-hasilnya,
serta kemampuan mempertahankan kedaulatan negara. Dengan kata lain,
adalah keuletan dan ketangguhan bangsa dalam mewujudkan kesiapsiagaan

24
serta upaya bela negara, suatu perjuangan rakyat semesta, dalam mana
seluruh potensi dan kekuatan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
militer dan kepolisian disusun dan dikerahkan secara terpimpin ,
terintegrasi dan terkoordinasi, untuk menjamin kelangsungan sistem
keamanan nasional. Ketahanan pada aspek pertahanan dan keamanan:
a. Pertahanan dan Keamanan harus dapat mewujudkan kesiapsiagaan
serta upaya bela negara , yang berisi ketangguhan, kemampuan dan
kekuatan melalui penyelenggaraan Siskamnas (Sishankarata) untuk
menjamin kesinambungan Pembangunan Nasional dan kelangsungan
hidup bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan
dan kedaulatannya. Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan
mengamankan kedaulatan negara yang mencakup wilayah tanah air
beserta segenap isinya merupakan suatu kehormatan demi martabat
bangsa dan negara. Oleh karena itu, haruslah diselenggarakan dengan
mengandalkan pada kekuatan dan kemampuan sendiri.
c. Pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan
dimanfaatkan untuk menjamin perdamaian dan stabilitas
keamanan yang diabdikan untuk kesinambungan Pembangunan
Nasional dan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
d. Potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai
harus dilindungi dari segala ancaman dan gangguan, agar dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan bathin
segenap lapisan masyarakat bangsa Indonesia.
e. Perlengkapan dan peralatan untuk mendukung pembangunan
kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan
sedapat mungkin harus dihasilkan oleh industri dalam negeri,
pengadaan dari luar negeri dilakukan karena terpaksa dimana indutri
dalam negeri masih terbatas kemampuannya. Oleh karena itu, iptek
militer dalam negeri senantiasa harus ditingkatkan kemampuannya.
f. Pembangunan dan penggunaan kekuatan dan kemampuan pertahanan
dan keamanan haruslah diselenggarakan oleh manusia-manusia yang

25
berbudi luhur, arif bijaksana, menghormati Hak Asasi Manusia
(HAM) dan menghayati makna nilai dan hakikat perang dan damai.
Kelangsungan hidup dan perkembangan hidup bangsa, memerlukan
dukungan manusia-manusia yang bermutu tinggi, tanggap dan
tangguh serta bertanggung jawab, kerelaan berjuang dan berkorban
demi kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan golongan
dan pribadi.
g. Sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional, TNI
berpedoman pada Sapta Marga yang merupakan penjabaran Pancasila.
Sebagai kekuatan pertahanan, dalam keadaan damai TNI
dikembangkan dengan kekuatan kecil, profesional, efektif, efisien dan
modern bersama segenap kekuatan perlawanan bersenjata dalam
wadah tunggal TNI disusun dalam Siskamnas (Sishankamrata) dengan
strategi penangkalan.
h. Sebagai kekuatan inti Kamtibnas, Polri berpedoman kepada Tri Brata
dan Catur Prasetya dan dikembangkan sebagai kekuatan yang mampu
melaksanakan penegakkan hukum, memelihara dan mewujudkan
keamanan dan ketertiban masyarakat.
i. Masyarakat secara terus menerus perlu ditingkatkan kesadaran dan
ketaatanya kapada hukum.
6. Pengaruh pada aspek ketahanan pangan
Dalam UU no 7 tahun 1996 tentang pangan, pengertian ketahanan
pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari ketersediaan yang cukup, baik dalam jumlah maupun
mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Dari pengertian tersebut, tersirat
bahwa upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus lebih dipahami
sebagai pemenuhan kondisi-kondisi:
1) Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup,
mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan dan
memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, vitamin dan mineral yang
bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan menusia.

26
2) Terpenuhinya pangan dengan kondisi aman, diartikan bebas dari
pencemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia,
serta aman untuk kaidah agama.
3) Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata diartikan
bahwa distribusi pangan harus mendukung tersedianya pangan
pada setiap saat dan merata diseluruh tanah air.
4) Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan bahwa
pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang
terjangkau.
Secara umum, ketahanan pangan mencangkup 4 aspek, yaitu
kecukupan (sufficiency), akses (access), keterjaminan (security), dan waktu
(time) (Baliwaty, 2004). Dengan adanya aspek tersebut maka ketahanan
pangan dipandang menjadi suatu sistem yang merupakan rangkaian dari tiga
komponen utama yaitu ketersediaan dan stabilitas pangan (food availibility
and stability), kemudahan memperoleh pangan (food accessibility), dan
pemanfaatan pangan.

27
28

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini:
1. Ketahanan Nasional (Tannas) Indonesia adalah kondisi dinamis bangsa
Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang
terintegrasi, yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu
bangsa baik unsur sosial maupun alamiah, baik bersifat potensional
maupun fungsional.
2. Bela negara adalah tekad, sikap, dan perilaku warga negara yang dijiwai
oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara.
3. Asas-asas Ketahanan Nasional terdiri dari: asas kesejahteraan dan
keamanan, asas komprehensif integral atau menyeluruh terpadu, asas
mawas kedalam dan mawas keluar, dan asas kekeluargaan.
4. Sistem Pertahanan Negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta
yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya
nasional lainnya sedangkan Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga
negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara
seutuhnya.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kita harus mampu memberikan contoh kepada
generasi selanjutnya bagaimana menerapkan sikap pertahanan nasional dan
bela negara yang benar, bukan dengan menggunakan cara yang anarkis. Kita
juga dituntut untuk mampu melindungi dan mempertahankan kedaulatan
bangsa ini serta saling mengingatkan ke individu lain pentingnya
mempertahankan kedaulatan nasional bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Komariyah S. 2019. Pentinganya Ketahanan Nasional . <


https://www.kompasiana.com/tsaniaqomariyah/5e03f54a097f3622d
60e20b2/pentingnya-ketahanan-nasional# > diakses pada tanggal
13 April 2020.

Nurwardani Paristiyanti dkk, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN untuk


Perguruan Tinggi ,Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia 2016, Jakarta.

Pranowo Bambang. 2010. Multidimensi Ketahanan Nasional. Jakarta: Pustaka


Alvabet.

----. Bela Negara. < https://www.kemhan.go.id/belanegara/opini/asd > diakses


pada tanggal 13 April 2020.

Harahap Yudani Alamsyah. 2015. Ketahanan Nasional dan Pertahanan Pangan.


Departemen Agribisnis. Universitas Muhammadiyah: Yogyakarta.

Tohir. 2018. Konsep Bela Negara di Indonesia.


< https://belanegaranews.com/2018/10/11/konsep-bela-negara-di-
indonesia/ > diakses pada tanggal 13 April 2010.

---. 2014. Pengertian Ketahanan Nasional Menurut Para Ahli.<


http://dilihatya.com/2668/pengertian-ketahanan-nasional-menurut-
para-ahli-adalah > diakses pada tanggal 13 April 2020.

Yudhistiro, Alviansyah. 2017. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional pda


Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, Keberhasilan Ketahanan
Nasional Indonesia. <
http://a4creatio.blogspot.com/2017/05/pengaruh-aspek-ketahanan-
nasional-pada.html > diakses pada tanggal 13 April 2020.

---. Makalah Ketahanan Nasional. <


https://www.academia.edu/35148817/Makalah_Ketahanan_Nasion
al.docx > diakses pada tanggal 13 April 2020.

Anda mungkin juga menyukai