Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“KETAHANAN NASIONAL”

DISUSUN OLEH:

ALDORA KLARISA BR MILALA


191214148
KELAS D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2021
DAFTAR ISI

Daftar isi..............................................................................................................2

BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................3
1.1 Latar Belakang..............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................4

BAB II: PEMBAHASAN...................................................................................5


2.1 Latar Belakang Sejarah Lahirnya Sejarah Ketahanan Nasional………5
2.2 Pengertian, Landasan, Ciri, Unsur, Sifat, dan Dimensi Ketahanan
Nasional..…………………………………………….………………………….7
2.3 Perwujudan Ketahanan Nasional..................................................13

BAB III: PENUTUP.........................................................................................16


3.1 Kesimpulan..................................................................................................16
3.2 Saran............................................................................................................16

Daftar Pustaka..................................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan terbesar dunia, posisi geografis Indonesia
membentang pada koordinat 6 LU – 11.08’ LS dan 95 BT – 141.45’ BT dan
terletak di antara dua benua, Asia di utara, Australia di Selatan, dan dua
samudera yaitu Hindia/Indonesia di barat dan Pasifik di timur. Dalam perspektif
geopolitik, bentangan posisi geografis ini tentu saja menjadikan Indonesia
sebagai Negara yang memiliki bargaining power dan bargaining
positionstrategis dalam percaturan dan hubungan antar bangsa, baik dalam
lingkup kawasan maupun global. Hal ini berangkat dari pemikiran bahwa ruang
merupakan inti dari geopolitik karena di sana merupakan wadah dinamika
politik dan militer. Penguasaan ruang secara de facto dan de jure merupakan
legitimasi dari kekuasaan politik. Bertambahnya ruang negara atau
berkurangnya ruang negara oleh berbagai jenis sebab, selalu dikaitkan dengan
kehormatan dan kedaulatan negara dan bangsa (Sunardi, 2000, 33 – 35).
Sementara itu, hubungan antar bangsa senantiasa diwarnai oleh kompetisi dan
kerjasama. Dalam hubungan tersebut, setiap bangsa berupaya untuk mencapai
dan mengamankan kepentingan nasionalnya menggunakan semua instrumen
kekuatan nasional dimilikinya. Dalam kaitan kepentingan nasional itulah,
bangsa Indonesia tentu saja harus senantiasa mengembangkan dan memiliki
kesadaran ruang (space consciousness) dan kesadaran geografis (geographical
awareness) sebagai Negara kepulauan. Hal ini logis dan sangat mendasar
mengingat, di satu sisi, posisi geografis yang strategis dan terbuka serta
mengandung keragaman potensi sumber kekayaan alam, tentu saja merupakan
peluang dan keuntungan bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita dan
tujuan nasionalnya. Namun di sisi lain, posisi geografis yang menjadi
perlintasan dan pertemuan kepentingan berbagai negara ini, mengandung pula
kerawanan dan kerentanan karena pengaruh perkembangan lingkungan strategis
yang dapat berkembang menjadi ancaman bagi ketahanan bangsa dan
pertahanan Negara.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Latar Belakang Sejarah Lahirnya Sejarah Ketahanan
Nasional?
1.2.2 Apakah Pengertian, Landasan, Ciri, Unsur, Sifat, dan Dimensi Ketahanan
Nasional?
3
1.2.3 Bagaimana Perwujudan Ketahanan Nasional?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui Latar Belakang Sejarah Lahirnya Sejarah Ketahanan
Nasional
1.3.2 Untuk mengetahui Pengertian, Landasan, Ciri, Unsur, Sifat, dan Dimensi
Ketahanan Nasional
1.3.3 Untuk mengetahui Perwujudan Ketahanan Nasional

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Sejarah Lahirnya Sejarah Ketahanan Nasional
Proses terbentuknya negara Republik Indonesia bukan hal yang mudah namun
melalui perjuangan panjang bahkan berabad-abad. Sejak jaman kerajaan-
kerajaan lokal nusantara dahulu perjuangan sudah dilakukan untuk melawan
dominasi-dominasi asing. Sangat jelas perjuangan kerajaan lokal nusantara
dimulai jaman Sultan Agung raja Mataram. Perjuangan semakin mengerucut
dengan arah perjuangan kemerdekaan pada abad 20 dengan lahirnya organisasi
gerakan nasional Budi Utomo 20 Mei 1908.
Perjuangan untuk mewujudkan negara merdeka ini merupakan perjuangan
seluruh bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke dengan latar belakang
berbagai suku, berbagai ras, berbagai kepercayaan dan agama. Hal yang
demikian menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia
bukan perjuangan salah satu golongan saja tetapi perjuangan semua unsur
bangsa Indonesia.
Sejak lama bangsa Indonesia menjadi incaran banyak bangsa karena potensi
yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alamnya. Incaran
terhadap bangsa Indonesia terbukti bahwa setelah Indonesia merdeka harus
menghadapi ancaman dan gangguan baik bersifat fisik maupun dengan ideologi.
Secara fisik bangsa Indonesia harus berhadapan dengan agresi Belanda, dan
secara ideologi bahwa Pancasila sebagai ideologi negara harus berhadapan
dengan komunisme yang berkembang pada masa awal kemerdekaan Republik
Indonesia.
Untuk mewujudkan kondisi yang dicita-citakan bangsa Indonesia harus
menghadapi hal-hal kompleks yaitu ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan (ATHG) yang akan berpengaruh terhadap ideologi, politik, ekonomi,
sosial-budaya dan pertahanan keamanan. Ketahanan suatu bangsa merupakan
kebutuhan untuk menjamin serta memperkuat kemampuan bangsa yang
bersangkutan...(Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia,
2016: 239).
Ancaman dan gangguan terhadap ketahanan bagi suatu bangsa bisa datang dari
dalam maupun dari luar. Bangsa Indonesia mengalami hal itu baik dari dalam
maupun dari luar. Ketika Republik Indonesia lahir langsung dihadapkan situasi
kritis pada masa revolusi fisik yaitu perang kemerdekaan yang secara fisik

5
bangsa Indonesia harus mempertahankan mati-matian melawan ancaman dari
luar yang ingin melenyapkan negara Indonesia.
Ancaman dan gangguan dari dalam banyak bentuk dan sifatnya. Pemberontakan
bersenjata pernah terjadi beberapa kali sejak Pemberontakan DI/TII, PKI
Madiun, PRRI, Permesta, RMS dan G30S/PKI, serta intoleran (sikap tidak
menghormati perbedaan) yang semuanya itu adalah ancaman dan tantangan
perpecahan bagi negara Indonesia. Separatisme yang muncul di berbagai
daerah, kelompok- kelompok ekstrem radikalis, terorisme, rasisme,
meninggalkan istilah bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan sejenisnya
merupakan praktek-praktek yang bertentangan dengan prinsip Bhinneka
Tunggal Ika.
Perkembangan konsep ketahanan nasional diawali dengan munculnya istilah
ketahanan nasional yang dikemukakan oleh Presiden Sukarno pertama kali pada
tahun 1960. Pernyataan presiden tersebut kemudian dikembangkan dalam
gagasan kalangan militer angkatan darat di Sekolah Staf dan Komando
Angkatan Darat Bandung (SSKAD) sekarang SESKOAD pada tahun 1962
(Armaedi Armawi, 2006:2). Pada masa itu di Indonesia sedang berkembang
pengaruh komunisme yang identik dengan maraknya Partai Komunis Indonesia
(PKI). Dampak maraknya PKI dalam pemerintah Indonesia berakibat hubungan
Australia-Indonesia memburuk karena Australia negara yang menolak paham
komunisme.
Bangsa Indonesia tergugah adanya situasi perang Vietnam terkait dengan politik
Containment Policy Amerika untuk Asia Tenggara yang dipertegas oleh teori
domino Eisenhower-Dulles...(J. Sabari, 2011: 35). Teori ini mengisyaratkan
bahwa Amerika berusaha menahan perkembangan paham komunis, dan jika
suatu negara jatuh ke tangan komunis maka negara sebelahnya akan jatuh pula.
Hal ini mengindikasikan Indonesia tahun 1960-an membutuhkan sikap yang
mantap, mandiri, kuat dan tahan terhadap berbagai situasi baik dari dalam
maupun luar termasuk menghadapi paham komunis yang bertentangan dengan
Pancasila. Para pemikir militer saat itu berprediksi jauh ke depan untuk
mewujudkan negara Indonesia yang memiliki kondisi mantap dalam semua
aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Tahun 1968 pemikiran atau gagasan tersebut semakin kuat di lingkungan
SSKAD kemudian dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional),
bahwa segala gangguan, tantangan, hambatan harus dinyatakan dalam suatu
ketahanan bangsa. Pemikiran pemikiran terus mengalami kemajuan dan pada
tahun 1969 lahirlah istilah ‘ketahanan nasional’ (Winarno,2006:172). Sejak

6
tahun 1978 ketahanan nasional secara eksplisit masuk dalam Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN).
Dengan semangat bersatu kita teguh bercerai kita runtuh bangsa Indonesia
membangun keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menjaga dan menjamin keutuhan
keberlangsungan bangsa dan negara untuk mencapai ketahanan nasional Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

2.2 Pengertian, Landasan, Ciri, Unsur, Sifat, dan Dimensi Ketahanan


Nasional
Geostrategi Indonesia merupakan salah satu dasar strategi bangsa Indonesia
dalam memanfaatkan wilayah negara sebagai ruang lingkup negara guna
merancang arahan tentang kebijakan, sarana, dan sasaran pembangunan untuk
kepentingan dan tujuan nasional. Geotrategi ini adalah sebagian dari rumusan
dalam konsepsi ketahanan nasional Indonesia. Geostrategi Indonesia
dirumuskan dalam ketahanan nasional yang unsur utamanya terdiri dari kualitas
keuletan dan kualitas kekuatan/ketangguhan (Sunardi, R. M, 2000: 8).
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang meliputi segenap
kehidupan nasional yang terintegrasi berupa keuletan, ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan
gangguan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar untuk menjamin
identitas, integritas, dan kelangsungan hidup bangsa dan negara serta
perjuangan mencapai tujuan nasional. Kondisi semacam ini dibina terus
menerus dan bersinergi secara pribadi, kelompok, maupun secara nasional.
Konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah pedoman untuk meningkatkan
keuletan dan ketangguhan bangsa untuk mengembangkan kemampuan kekuatan
nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Pernyataan
konseptual ini mencakup banyak unsur.
1. Ketangguhan yaitu kekuatan yang menyebabkan mampu bertahan terhadap
beban yang dihadapi.
2. Keuletan adalah usaha diri yang gigih untuk mencapai tujuan.
3. Ancaman adalah sesuatu yang dapat mengganggu konsentrasi dan bisa
menimbulkan kekhawatiran kegagalan mencapai tujuan.
4. Tantangan adalah faktor yang bisa membangkitkan semangat untuk mencapai
keberhasilan.
7
5. Hambatan merupakan sesuatu tidak konseptual yang mengendurkan etos
kerja.
6. Gangguan adalah sesuatu yang merintangi kondisi yang normal biasanya
datang dari luar.
7. Identitas nasional adalah ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain.
8. Integrasi nasional penyatuan, pembauran, keterpaduan, sebagai kebulatan dari
unsur-unsur suatu bangsa.
Asas atau dasar ketahanan nasional adalah tata laku berdasarkan nilai-nilai
empat konsensus nasional adalah:
a. Pancasila,
b. UUD Negara 1945,
c. NKRI, dan
d. Bhinneka Tunggal Ika.
Secara rinci dasar ketahanan nasional berdasarkan pada empat asas:
a. Asas kesejahteraan dan keamanan, merupakan asas dalam kehidupan yang
keduanya tidak dapat dipisahkan.
b. Asas komprehensif integral atau menyeluruh terpadu, yaitu suatu kehidupan
nasional mencakup aspek kehidupan bangsa dalam pewujudan persatuan dan
kesatuan yang selaras, serasi dan seimbang.
c. Asas mawas ke dalam dan mawas ke luar:
154 Pendidikan Kewarganegaraan
1) Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi nasional
berdasarkan kemandirian yang proporsional untuk meningkatkan bangsa yang
tangguh.
2) Mawas ke luar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan mengatasi dampak
lingkungan strategis luar negeri dan menerima kenyataan adanya interaksi dan
ketergantungan dengan dunia internasional.
d. Asas kekeluargaan, yaitu mengakui adanya keanekaragaman di Indonesia
yang harus dikembangkan secara serasi dalam hubungan kemitraan agar tidak
menimbulkan konflik yang saling menghancurkan.
Selanjutnya perlu dipahami bahwa ketahanan nasional berciri wajah ganda
yaitu:

8
1. Ketahanan nasional sebagai konsepsi atau doktrin.
Isi konsepsi ini adalah konsepsi khas bangsa Indonesia yang digunakan untuk
dapat menanggulangi segala bentuk dan macam-macam ancaman yang ada.
Konsepsi ini dibentuk menggunakan ajaran asta grata yaitu 8 aspek bahwa
kehidupan nasional dipengaruhi oleh aspek alamiah 3 unsur (Tri Gatra) dan
aspek sosial 5 unsur (Panca Gatra). Konsepsi tersebut telah merupakan
kebenaran sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan
kebijakan ketahanan nasional yang dapat disebut sebagai doktrin.
2. Ketahanan nasional sebagai kondisi.
Kondisi yang dimaksud adalah kondisi Indonesia dinamis diukur dengan
konsepsi ketahanan nasional yang menggunakan ajaran asta gatra.
Sesungguhnya ketahanan nasional merupakan tata kehidupan nasional pada
suatu saat tertentu (Sunardi R.M, 1999: 10).
3. Ketahanan nasional sebagai strategi/cara/pendekatan.
Strategi yang dimaksud adalah pendekatan asta grata yang mengikutsertakan
semua aspek alamiah dan sosial dalam menanggulangi ancaman/tantangan yang
ada.
Dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional dilaksanakan dengan cara
pengelolaan dan menyelenggarakan kesejahteraan dan keamanan dalam sistem
kehidupan nasional. Konsepsi ini melalui pendekatan dengan memperhatikan
berbagai sifat ketahanan nasional.
1. Manunggal
Usaha untuk membangun ketahanan nasional terdapat kesatuan yang bersifat
komprehensif integral antara Tri Gatra dan Panca Gatra. Integrasi merupakan
keharusan dengan mempertimbangkan keserasian, keharmonisan, serta
keseimbangan sehingga tidak mencampuradukkan semua aspek begitu saja.
2. Mawas ke dalam
Ketahanan nasional atau geostrategi ditunjukkan ke dalam diri bangsa dan
negara sendiri, sebagai bentuk untuk mewujudkan hakikat serta sifat
nasionalnya.
3. Kewibawaan
Ketahanan nasional atau geostrategi memiliki tujuan untuk mewujudkan
kewibawaan nasional, serta wajib dipertimbangkan oleh pihak lain.
4. Berubah menurut waktu

9
Ketahanan nasional atau geostrategi memiliki sifat yang dinamis serta dapat
berubah menyesuaikan situasi dan kondisi bangsa.
5. Tidak membenarkan sikap adu kekuasaan dan adu kekuatan
Ketahanan nasional memiliki konsepsi yang dapat dipandang sebagai sebuah
alternatif lain dari sebuah konsepsi utama yang menggunakan sifat adu
kekuasaan.
6. Percaya diri
Ketahanan nasional atau geostrategi terus dikembangkan dan ditingkatkan
dengan dasar sikap mental yang percaya terhadap diri sendiri. Bangsa yang
telah merdeka dan berdaulat harus memiliki rasa percaya dan yakin bahwa
dirinya mampu mengatur rumah tangganya sendiri tidak tergantung kepada
bangsa lain.
7. Tidak tergantung pada pihak lain
Ketahanan nasional dikembangkan berdasarkan kemampuan diri sendiri dengan
cara memanfaatkan seluruh aspek dalam kehidupan nasional. Kemampuan
nasional inilah yang terus menerus dikembangkan guna meningkatkan daya
saing bangsa.
Seluruh aspek Ketahanan nasional terssimpul dalam model asta grata yaitu
delapan gatra yang terdiri dari Trigatra dan Pancagatra. Rumus matematisnya
sebagai berikut:
K (t ) = f ( Trigatra, Pancagatra ) t , atau
= f ( G, D, A ), ( I, P, E, S, H ) t
Keterangan:
K ( t ) = Kondisi Kekuatan nasional yang Dinamis
G = Kondisi Geografi
D = Kondisi Demografi
A = Kondisi Kekayaan Alam
I = Kondisi Pemahaman dan Pengamatan Ideologi
P = Kondisi Sistem Politik
E = Kondisi Sistem Ekonomi
S = Kondisi Sistem Sosial Budaya

10
H = Kondisi Sistem Hankam
F = Fungsi dalam pengertian matematis
T = Dimensi waktu (Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia,
2016: 264).
Bab 9. Ketahanan Nasional 157
A. Pendekatan Astagrata dalam Mewujudkan Ketahanan Nasional
Setiap negara di dunia niscaya mempunyai posisi geografi dan kondisi sosial
kemasyarakatan. Pendekatan ketahanan nasional Indonesia meggunakan istilah
Trigatra dan Pancagatra. Secara spesial Indonesia menggunakan istilah tersebut
untuk memudahkan menyebut sesuai bahasa yang mudah dipahami oleh
masyarakat.
Trigatra, merupakan komponen yang meliputi 3 aspek yang bersifat alamiah:
1. Aspek geografi adalah aspek yang berkaitan dengan letak kondisi bumi
negara itu berada sehingga muncul beberapa wawasan antara lain:
a) Wawasan benua, merupakan cara pandang negara yang dibatasi oleh
lingkungan negara yang serba daratan (benua).
b) Wawasan bahari merupakan cara pandang negara yang dipengaruhi oleh
kondisi negara yang besifat archipelago (kepulauan).
c) Wawasan dirgantara, merupakan cara pandang negara yang dipengaruhi oleh
kondisi wilayah dirgantara yang strategis bagi GSO (Geo Stationary Orbit).
d) Wawasan kombinasi, merupakan cara pandang negara yang dipengaruhi oleh
kondisi geografis negara yang memiliki wilayah daratan, lautan, dan udara yang
strategis. Indonesia dapat dikategorikan sebagai negara kesatuan yang menganut
wawasan kombinasi.
2. Sumber Daya Alam
a) Fauna atau hewani, menjadi sumber bahan makanan yang bersumber dari
hewan.
b) Nabati atau flora, menjadi sumber bahan makanan yang berasal dari
tumbuhan.
158 Pendidikan Kewarganegaraan

11
c) Mineral atau tambang, memiliki nilai devisa negara berasal dari eksploitasi
dalam bumi. Pola dasar pengelolaan sumber daya alam berprinsip pada asas;
maksimal lestari, dan daya saing. Maksimal, berarti pengelolaan secara
menyeluruh sungguh-sungguh oleh seluruh elemen bangsa dan negara. Lestari,
artinya bahwa pengelolaan berprinsip pada pengelolaan yang mengutamakan
kelangsungan lingkungan hidup secara berkelanjutan. Daya saing, yang
dimaksud adalah prinsip pengelolaan yang berorientasi pada kualitas dan
kuantitas produk dan sumber daya manusia.
3. Keadaan dan Kemampuan Penduduk
Penduduk adalah warganegara dan orang asing tinggal di suatu daerah yang
memilki hubung berbeda dengan negara. Masalah yang dihadapi penduduk
meliputi:
1) Jumlah penduduk yang tidak memiliki kualitas cukup.
2) Komposisi penduduk menurut usia, dan jenis kelamin.
3) Distribusi penduduk atau penyebaran peduduk yang tidak merata diseluruh
wilayah negara.
Pancagatra, merupakan komponen yang meliputi 5 aspek ketahanan nasional:
1. Ketahanan bidang Ideologi, merupakan pemahaman dan pengamalan nilai
ideologi Pancasila yang menjadi landasan sikap dan perilaku untuk mengatasi
segala ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATGH) baik dari luar
negeri maupun dari dalam negeri, yang dapat membahayakan kelangsungan
kehidupan Pancasila sebagai falsafah dan ideologi bangsa dan negara.
Bab 9. Ketahanan Nasional 159
2. Ketahanan bidang politik, merupakan kehidupan politik yang damai, tertib,
adil, jujur, dan demokratis, serta tercipta stabilitas politik yang dapat mengatasi
segala ATGH, baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri yang dapat
membahayakan kelangsungan kehidupan bangsa dan negara.
3. Ketahanan bidang ekonomi, merupakan tersedianya pangan, sandang,
lapangan kerja, perumahan, menurunnya angka kemiskinan sehingga dapat
mengatasi segala ATHG, baik dari luar negeri maupun dalam negeri yang dapat
membahayakan keberlangsungan kehidupan ekonomi bangsa dan negara
Indonesia.
4. Ketahanan bidang sosial dan budaya, merupakan ketersediaan pendidikan
murah dan berkualitas, hormat menghormati, sopan santun, beretika, dan

12
bangga menjadi anak Indonesia. Diharapkan bisa menjadi anak bangsa yang
mencintai, melestarikan dan membela budaya luhur bangsa.
5. Ketahanan bidang pertahanan dan keamanan (Hankam), merupakan adanya
rasa aman, damai, tidak sengketa dengan bangsa dan negara lain, percaya pada
kemampuan sendiri.
2.3 Perwujudan Ketahanan Nasional
Implementasi Ketahanan nasional dapat dimengerti sebagai pelaksanaan atau
penerapan kemampuan baik berupa pengetahuan atau keterampilan yang
dilandasi dengan sikap ulet dan tangguh untuk mengembangkan bangsanya agar
dihargai dan dihormati dimata dunia. Untuk mencapai tujuan menjadi negara
yang tangguh, umumnya akan ada beberapa masalah antara lain sistem partai
dan birokrasi, kebijakan ekonomi yang kurang berorientasi pada produk dalam
negeri. Dalam rangka mengurang permasalahan yang ada maka dibangun
semangat untuk mewujudkan usah-usaha nyata di dalam kehidupan guna
mendukung ketahanan nasional yang mantap.
Bentuk-bentuk kehidupan nyata yang ada bisa disimak berikut ini.
1. Implementasi bidang ideologi antara lain:
a) Meningkatkan pemahaman dan pengamalan nilai Pancasila melalui
kurikulum mata ajar/kuliah Pendidikan Pancasila dalam sitem pendidikan
nasional.
b) Meningkatkan pemahaman tentang kebhinnekaan bangsa Indonesia melalui
mata ajar/kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
c) Melaksanakan berbagai pentas budaya nusantara.
d) Meningkatkan semangat toleransi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
e) Membangun komunikasi lintas iman atau keyakinan.
f) Membangun semangat integrasi nasional agar ideologi berfungsi berdasarkan
dimensi idealisme, dimensi realitas dan dimensi fleksibilitas dalam
bermasyarakat berbangsa dan bernegara (Pasha, 2003: 33).
2. Implementasi bidang politik diwujudkan dalam beberapa hal berikut:
a) Menghadapi globalisasi diimbangi dengan perubahan kearah yang lebih
modern. Peningkatan kualitas diplomat, melakukan perundingan internasional
misal ASEAN, WTO dan lainnya. Meningkatkan sumber daya manusia dengan

13
mengirim studi ke luar ngeri agar memiliki kompetensi sama dengan sumber
daya yang maju di luar negeri.
b) Membangun politik luar negeri yang bebas aktif dengan mengikuti proses
perdamaian di skala internasional dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat
global.
c) Pemberlakuan keadilan sesuai hukum adat yang berlaku.
d) Penerapan pemilu sebagai praktik demokrasi yang rapi.
3. Implementasi ketahanan nasional bidang ekonomi, dapat diwujudkan sebagai
berikut:
a) Penataan kebijakan fisikal terkait dengan permasalahan pajak dan retribusi.
Hal ini ditujukan untuk membuat industri Indonesia lebih efisien dan efektif
serta mampu bersaing di pasar global.
b) Pengembangan industri dalam negeri terutama sektor pertanian yang cocok
sebagai negara agraris dan didukung penduduk yang sebagian besar adalah
petani.
c) Penggiatan swasembada pangan yang merupakan kebutuhan pokok. Kondisi
stabil disektor pertanian akan berpengaruh terhadap stabilnya bidang politik.
d) Membangun pasar modal yang sehat, transparan, dan efisien untuk menjadi
sumber modal.
e) Pembenahan sistem investasi yang memudahkan investor dalam perijinan,
sarana infrastruktur, maupun tenaga kerja.
f) Pengelolaan kebijakan mikro dan makro salam upaya menurunkan tingkat
inflasi dan suku bunga sebagai bentuk pertumbuhan ekonomi.
g) Peningkatan efisiensi BUMN dan BUMD.
4. Implementasi ketahanan nasional bidang sosial budaya.
Daya saing sosial budaya suatu bangsa yang tinggi membuat kondisi sosial
menjadi stabil, dan banyak hal dilaksanakan dalam sistem pendidikan nasional
antara lain sebagai berikut:
a) Peningkatan HDI (Human Development Index) dengan peningkatan mutu
pendidikan dengan standarisasi pendidikan.
b) Meningkatkan perbaikan lingkungan antara lain: penataan daerah industri,
pengendalian konversi hutan, dan pengelolaan sampah.

14
c) Meningkatkan kualitas kerukunan antar umat beragama.
d) Meningkatkan sistem jaminan sosial antara lain: jaminan kecelakaan kerja,
kematian, pelayanan hari tua, jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat).
e) Memperkuat kebebasan berkreasi dan berekspresi dalam konteks kesenian
dan kebudayaan.
5. Perwujudan bidang pertahanan dan keamanan antara lain:
a) Meningkatkan kualitas profesional aparat penegak hukum yang berkeadilan.
b) Meningkatkan ketajaman dalam pemberantasan korupsi sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.
c) Memupuk kesadaran masyarakat tentang pentingnya hak asasi manusia
(HAM).
d) Mengembangkan budaya hukum dalam masyarakat.
e) Mengembangkan percaya diri pada kejujuran dan disiplin.
f) Mengembangkan kesadaran kepatuhan dalam menjalankan tugas berdasarkan
hukum yang berlaku.
g) Menyeimbangkan antara tuntutan hak dengan menjalankan kewajiban.
Untuk meningkatkan ketahanan nasional harus diingat bahwa kehidupan tidak
berlangsung linear, tetapi banyak sekali variabel yang memengaruhinya dan
lebih bersifat retikular (T. Jacob, 1999: 2).

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bagi bangsa Indonesia, perang merupakan jalan terakhir yang terpaksa harus
ditempuh untuk mempertahankan ideologi negara, kemerdekaan dan kedaulatan
NKRI. Doktrin dan Sistem Pertahanan Negara Indonesia tersebut secara tersirat
mencerminkan pandangan bangsa Indonesia tentang konsep perang dan damai,
yakni “Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan”.
Oleh karenanya, bangsa Indonesia tidak mengembangkan ajaran tentang
kekuasaan dan adu kekuatan, karena hal tersebut mengandung benih-benih
persengketaan, permusuhan dan ekspansionisme. Indonesia mengembangkan
dan menyelenggarakan sistem pertahanan negaranya dalam nuansa keterbukaan,
yang merupakan perwujudan prinsip cinta damai dan ingin hidup berdampingan
secara harmonis dengan negara negara lain. Sikap dan cara pandang bangsa
Indonesia tersebut merefleksikan pandangan Geopolitik dan Geostrategi bangsa
Indonesia yang secara jelas dituangkan dalam Buku Putih Pertahanan Indonesia
tahun 2008. Sistem Pertahanan Semesta. Sebagai penjabaran konstitusi pada
aspek pertahanan, bangsa Indonesia telah menyusun Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara yang menetapkan bahwa Sistem
Pertahanan Negara Indonesia adalah sistem pertahanan bersifat semesta yang
melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya.
Hal ini merupakan upaya untuk menyinergikan kinerja komponen Militer dan
Nir Militer dalam rangka menjaga, melindungi dan memelihara kepentingan
nasional Indonesia. Sistem Pertahanan Semesta memadukan pertahanan militer
dan pertahanan nonmiliter yang saling menyokong dalam menegakkan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa
dari segala ancaman.
3.2 Saran
16
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa penulisan masih jauh
dari kata sempurna, di masa yang akan datang penulis akan lebih berhati-hati
dalam menjelaskan tentang makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak
dan dapat lebih dipertanggung jawabkan. Penulis berharap makalah ini dapat
berguna bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kemhan.go.id/belanegara/opini/asd
Winarno. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, Jakarta:
Bumi Aksara
Winarno. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara

17

Anda mungkin juga menyukai