Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“DINAMIKA DAN TANTANGAN INTEGRASI NASIONAL”

DISUSUN OLEH:

ALDORA KLARISA BR MILALA


191214148
KELAS D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2021
DAFTAR ISI

Daftar isi..............................................................................................................2

BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................3

BAB II:
PEMBAHASAN....................................................................................5
2.1 Pengembangan Integrasi di
Indonesia.........................................................5
2.2 Pentingnya Integrasi
Nasional......................................................................6
2.3 Dinamika Integrasi Nasional Di
Indonesia..................................................7
2.4 Tantangan Dalam Membangun
Integrasi...................................................8
2.5 Ancaman Terhadap Integrasi
Nasional.....................................................10
2.6 Faktor Penyebab Ancaman dan Tantangan Integrasi
Nasional..............14
2.7 Cara Mengatasi Ancaman Integrasi
Nasional...........................................15

BAB III:
PENUTUP..........................................................................................17
3.1 Kesimpulan..................................................................................................17

2
3.2 Saran............................................................................................................17

Daftar
Pustaka...................................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Integrasi Nasional merupakan sebuah konsep yang mengarah pada
terciptanya keutuhan bangsa melalui penciptaan konsensus di antara keragaman
yang ada. Pada era global ini, pengetahuan kita mengenai kebudayaan Indonesia
sangat kurang, anak muda zaman sekarang lebih mengetahui tentang
modernisasi ketimbang tradisional. Pengaruh kebudayaan luar menyebabkan
kurangnya pengetahuan kita mengenai proses kebudayaan yang ada di
Indonesia.
Kurangnya pengetahuan akan hak dan kewajiban kita sebagai warga
negara menimbulkan hilangnya rasa persatuan kita baik terhadap sesama
maupun negara. Sebagai generasi pelurus bangsa dimana menjunjung tinggi
sikap keadilan adalah suatu keharusan demi terciptanya kesejahteraan dan
kemakmuran bangsa. Sebagai warga Negara Indonesia yang baik, marilah kita
memiliki rasa Integrasi Nasional.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah Perkembangan Integrasi di Indonesia?
1.2.2 Apakah Pentingnya Integrasi Nasional?
1.2.3 Bagaimana Dinamika Integrasi Nasional di Indonesia?
1.2.4 Apa Saja Tantangan Dalam Membangun Integrasi Nasional?
1.2.5 Apa Saja Ancaman Dalam Membangun Integrasi Nasional?

3
1.2.6 Apa Saja Faktor Penyebab Ancaman dan Tantangan Integrasi Nasional?
1.2.7 Bagaimana Cara Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk Mengetahui Pengembangan Integrasi di Indonesia
1.3.2 Untuk Mengetahui Pentingnya Integrasi Nasional
1.3.3 Untuk Memahami Dinamika Integrasi Nasional Di Indonesia
1.3.4 Untuk Memahami Tantangan Dalam Membangun Integrasi
1.3.5 Untuk Mengetahui Ancaman Terhadap Integrasi Nasional
1.3.6 Untuk Mengetahui Faktor Penyebab Ancaman dan Tantangan Integrasi
Nasional
1.3.7 Untuk Memahami Cara Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengembangan Integrasi di Indonesia


Howard Wriggins dalam Muhaimin & Collin Max Andrews (1995)
menyebut ada lima pendekatan atau cara bagaimana para pemimpin politik
mengembangkan integrasi bangsa. Kelima pendekatan yang selanjutnya kita
sebut sebagai faktor yang menentukan tingkat integrasi suatu negara adalah : 1)
adanya ancaman dari luar, 2) gaya politik kepemimpinan, 3) kekuatan lembaga-
lembaga politik, 4) ideologi nasional dan 5)kesempatan pembangunan ekonomi.
1. Adanya ancaman dari luar dapat menciptakan integrasi masyarakat.
Masyarakat akan bersatu, meskipun berbeda suku, agama dan rasa ketika
menghadapi musuh bersama. Contoh, ketika penjajah Belanda ingin
kembali ke Indonesia, masyarakat Indonesia bersatu padu melawannya.
Suatu bangsa yang sebelumnya berseteru dengan saudara sendiri, suatu
saat dapat berintegrasi ketika ada musuh negara yang datang atau
ancaman bersama yang berasal dari luar negeri. Adanya anggapan musuh
dari luar mengancam bangsa juga mampu mengintegrasikan masyarakat
bangsa itu.
2. Gaya politik kepemimpinan gaya politik para pemimpin bangsa dapat
menyatukan atau mengintegrasikan masyarakat bangsa tersebut.
Pemimpin yang karismatik, dicintai rakyatnya dan memiliki jasa-jasa
besar umumnya mampu menyatukan bangsanya yang sebelumnya
tercerai berai. Misal Nelson Mandela dari Afrika Selatan. Gaya politik
sebuah kepemimpinan bisa dipakai untuk mengembangkan integrasi
bangsanya.

5
3. Kekuatan lembaga-lembaga politik lembaga politik, misalnya birokrasi,
juga dapat menjadi sarana pemersatu masyarakat bangsa. Birokrasi yang
satu dan padu dapat menciptakan sistem pelayanan yang sama, baik dan
diterima oleh masyarakat yang beragam. Pada akhirnya masyarakat
bersatu dalam satu sistem pelayanan.
4. Integrasi nasional merupakan seperangkat nilai-nilai yang diterima dan
disepakati. Ideologi juga memberikan visi dan beberapa panduan
bagaimana cara menuju visi atau tujuan itu. Jika suatu masyarakat
meskipun berbeda-beda tetapi menerima satu ideologi yang sama maka
memungkinkan masyarakat tersebut bersatu. Bagi bangsa Indonesia, nilai
bersama yang bisa mempersatukan masyarakat Indonesia adalah
Pancasila. Pancasila merupakan nilai sosial bersama yang bisa diterima
oleh seluruh masyarakat Indonesia. Nilai-nilai bersama tidak harus
berlaku secara nasional. Di beberapa daerah di Indonesia terdapat nilai-
nilai bersama. Dengan nilai itu kelompok-kelompok masyarakat di
daerah itu bersedia bersatu. Misal “Pela Gadong” sebagai nilai bersama
yang dijunjung oleh masyarakat Maluku.
5. Kesempatan pembangunan ekonomi jika pembangunan ekonomi berhasil
dan menciptakan keadilan, maka masyarakat bangsa tersebut bisa
menerima sebagai satu kesatuan. Namun jika ekonomi menghasilkan
ketidakadilan maka muncul kesenjangan atau ketimpangan. Orang-orang
yang dirugikan dan miskin sulit untuk mau bersatu atau merasa satu
bangsa dengan mereka yang diuntungkan serta yang mendapatkan
kekayaan secara tidak adil. Banyak kasus karena ketidakadilan, maka
sebuah masyarakat ingin memisahkan diri dari bangsa yang
bersangkutan. Dengan pembangunan ekonomi yang merata maka
hubungan dan integrasi antar masyarakat akan semakin mudah dicapai.
Pendapat lain menyebutkan, integrasi bangsa dapat dilakukan dengan dua
strategi kebijakan yaitu “policy assimilasionis” dan “policy bhineka tunggal
ika” (Sjamsudin, 1989). Strategi pertama dengan cara penghapusan sifat-sifat
kultural utama dari komunitas kecil yang berbeda menjadi semacam
kebudayaan nasional. Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang
disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk
kebudayaan baru. Apabila asimilasi ini menjadi sebuah strategi bagi integrasi
nasional, berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan
mengupayakan agar unsur-unsur budaya yang ada dalam negara itu benar-benar
melebur menjadi satu dan tidak lagi menampakkan identitas budaya kelompok
atau budaya lokal. Kebijakan strategi yang sebaiknya dilakukan di Indonesia : a)
Memperkuat nilai bersama, b)Membangun fasilitas, c) Menciptakan musuh

6
bersama, d) Memperkokoh lembaga politik, e) Membuat organisasi untuk
bersama, f) Menciptakan ketergantungan ekonomi antar kelompok, g)
Mewujudkan kepemimpinan yang kuat, h) Menghapuskan identitas-identitas
lokal, i) Membaurkan antar tradisi dan budaya lokal, j) Menguatkan identitas
nasional.

2.2 Pentingnya Integrasi Nasional


Masyarakat yang terintegrasi dengan hak merupakan harapan bagi setiap
negara. Sebab integrasi masyarakat merupakan kondisi yang diperlukan bagi
negara untuk membangun kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang
diharapkan. Ketika masyarakat suatu negara senantiasa diwarnai oleh
pertentangan atau konflik, maka akan banyak kerugian yang diderita, baik
kerugian berupa fisik materiil seperti kerusakan sarana dan prasarana yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat, maupun kerugian mental spiritual seperti
perasaan kekawatiran, cemas, ketakutan, bahkan juga tekanan mental yang
berkepanjangan. Disisi lain banyak pula potensi sumber daya yang dimiliki oleh
negara, yang mestinya dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi
kesejahteraan masyarakat, harus dikorbankan untuk menyelesaikan konflik
tersebut. Dengan demikian negara yang senantiasa diwarnai konflik di
dalamnya akan sulit untuk mewujudkan kemajuan.
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak
mungkin diwujudkan, karena setiap masyarakat di samping membawakan
potensi integrasi juga menyimpan potensi konflik atau pertentangan. Persamaan
kepentingan, kebutuhan untuk bekerja sama, serta konsensus tentang nilai-nilai
tertentu dalam masyarakat, merupakan potensi yang mengintegrasikan.
Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat seperti perbedaan
suku, perbedaan agama, perbedaan budaya dan perbedaan kepentingan adalah
menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-perbedaan itu tidak
dikelola dan disikapi dengan cara dan sikap yang tepat. Namun apa pun kondisi
integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk
membangun kejayaan bangsa dan negara dan oleh karena itu perlu senantiasa
diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat berarti
kegagalan untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.
Al Hakim (2001) mengemukakan ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan untuk membangun wawasan kebangsaan Indonesia yang “solid”
dan integrasi yang mantap serta kokoh. (1) kemampuan dan kesadaran bangsa

7
dalam mengelola perbedaan-perbedaan SARA dan keanekaragaman budaya dari
adat istiadat yang tumbuh dan berkembang di wilayah nusantara. Perbedaan-
perbedaan itu bukanlah sebagai suatu hal yang harus dipertentangkan, akan
tetapi harus diartikan sebagai kekayaan dan potensi bangsa. (2) kemampuan
mereaksi penyebaran ideologi asing, dominasi ekonomi asing serta penyebaran
globalisasi dalam berbagai aspeknya dunia memang selalu berubah seirama
dengan perubahan masyarakat dunia.

2.3 Dinamika Integrasi Nasional Di Indonesia


Terdapat banyak perkembangan dan dinamika dari integrasi yang terjadi
di Indonesia. Dinamika itu bisa kita contohkan peristiwa integrasi berdasar 5
(lima) jenis integrasi sebagai berikut:
a. Integrasi bangsa
Tanggal 15 Agustus 2005 melalui MoU (Memorandum of
Understanding) di Vantaa, Helsinki, Finlandia, pemerintah Indonesia
berhasil secara damai mengajak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk
kembali bergabung dan setia memegang teguh kedaulatan bersama
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Proses ini telah berhasil
menyelesaikan kasus disintegrasi yang terjadi di Aceh sejak tahun
1975 sampai 2005.
b. Integrasi wilayah
Melalui Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957, pemerintah
Indonesia mengumumkan kedaulatan wilayah Indonesia yakni lebar
laut teritorial seluas 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan
titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau Negara Indonesia.
Dengan deklarasi ini maka terjadi integrasi wilayah teritorial
Indonesia.
c. Integrasi nilai
Nilai apa yang bagi bangsa Indonesia merupakan nilai integratif?
Jawabnya adalah Pancasila. Pengalaman mengembangkan Pancasila
sebagai nilai integratif terus-menerus dilakukan, misalnya, melalui
kegiatan pendidikan Pancasila baik dengan mata kuliah di perguruan
tinggi dan mata pelajaran di sekolah.
d. Integrasi elit-massa
Dinamika integrasi elit–massa ditandai dengan seringnya pemimpin
mendekati rakyatnya melalui berbagai kegiatan. Misalnya kunjungan

8
ke daerah, temu kader PKK, dan kotak pos presiden. Kegiatan yang
sifatnya mendekatkan elit dan massa akan menguatkan dimensi
vertikal integrasi nasional.
e. Integrasi tingkah laku (perilaku integratif).
Mewujudkan perilaku integratif dilakukan dengan pembentukan
lembaga-lembaga politik dan pemerintahan termasuk birokrasi.
Dengan lembaga dan birokrasi yang terbentuk maka orang-orang
dapat bekerja secara terintegratif dalam suatu aturan dan pola kerja
yang teratur, sistematis, dan bertujuan.

2.4 Tantangan Dalam Membangun Integrasi


Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang
dihadapi datang dari dimensi horizontal dan vertikal. Dalam dimensi horizontal,
tantangan yang ada berkenaan dengan pembelahan horizontal yang berakar pada
perbedaan suku, agama, ras, dan geografi. Sedangkan dalam dimensi vertikal,
tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite dan massa, di
mana latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite berbeda dari
massa yang cenderung berpandangan tradisional.
Terkait dengan dimensi horizontal ini, salah satu persoalan yang dialami
oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam mewujudkan
integrasi nasional adalah masalah primordialisme yang masih kuat. Titik pusat
guncangan primordial biasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah
hubungan darah (kesukuan), jenis bangsa (ras), bahasa, daerah, agama, dan
kebiasaan.
Terkait dengan dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah kesediaan
para pemimpin untuk terus menerus bersedia berhubungan dengan rakyatnya.
Pemimpin mau mendengar keluhan rakyat, mau turun ke bawah, dan dekat
dengan kelompok-kelompok yang merasa dipinggirkan.
Tantangan dari dimensi vertikal dan horizontal dalam integrasi nasional
Indonesia tersebut semakin tampak setelah memasuki erat reformasi tahun
1998. Konflik horizontal maupun vertikal sering terjadi bersamaan dengan
melemahnya otoritas pemerintahan di pusat. Kebebasan yang digulirkan pada
era reformasi sebagai bagian dari proses demokratisasi telah banyak disalah
gunakan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat untuk bertindak
seenaknya sendiri.
Tindakan ini kemudian memunculkan adanya gerakan-gerakan antar
kelompok. Bersamaan dengan itu demonstrasi menentang kebijakan pemerintah

9
juga banyak terjadi, bahkan sering kali demonstrasi itu diikuti oleh tindakan-
tindakan anarkis. Keinginan yang kuat dari pemerintah untuk mewujudkan
aspirasi masyarakat, kebijakan pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan dan
harapan masyarakat, dukungan masyarakat terhadap pemerintah yang sah dan
ketaatan warga masyarakat melaksanakan kebijakan pemerintah adalah pertanda
adanya integrasi dalam arti vertikal.
Sebaliknya kebijakan demi kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang
tidak / kurang sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat serta penolakan
sebagian besar warga masyarakat terhadap kebijakan pemerintah
menggambarkan kurang adanya integrasi vertikal. Memang tidak ada kebijakan
pemerintah yang dapat melayani dan memuaskan seluruh warga masyarakat,
tetapi setidak-tidaknya kebijakan pemerintah hendaknya dapat melayani
keinginan dan harapan sebagian besar warga masyarakat. Jalinan hubungan dan
kerja sama di antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat,
kesediaan untuk hidup berdampingan secara damai dan saling menghargai
antara kelompok-kelompok masyarakat dengan pembedaan yang ada satu sama
lain, merupakan pertanda adanya integrasi dalam arti horizontal.

2.5 Ancaman Terhadap Integrasi Nasional


Indonesia yang berada di tengah-tengah dunia dilewati garis khatulistiwa,
diapit oleh dua benua yaitu Asia dan Australia, serta berada di antara dua
samudera yaitu Samudera Hindia dan Pasifik. Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa wilayah Indonesia berada pada posisi silang sangat-sangat strategis.
Perlu diketahui bahwa posisi silang negara Indonesia tidak hanya
meliputi aspek kewilayahan saja, melainkan meliputi pula aspek-apek
kehidupan sosial, antara lain:
a. Penduduk Indonesia berada di antara daerah berpenduduk padat di
utara dan daerah berpenduduk jarang di selatan.
b. Ideologi Indonesia terletak antara komunisme di utara dan
liberalisme di selatan.
c. Demokrasi Pancasila berada di antara demokrasi rakyat di utara
(Asia daratan bagian utara) dan demokrasi liberal di selatan.
d. Ekonomi Indonesia berada di antara sistem ekonomi sosialis di
utara dan sistem ekonomi kapitalis di selatan.
e. Masyarakat Indonesia berada di antara masyarakat sosialis di utara
dan masyarakat individualis di selatan.

10
f. Kebudayaan Indonesia di antara kebudayaan timur di utara dan
kebudayaan barat di selatan.
Sistem pertahanan dan keamanan Indonesia berada di antara sistem
pertahanan kontinental di utara dan sistem pertahanan maritim di barat, selatan
dan timur. Posisi silang Indonesia sebagaimana diuraikan di atas merupakan
sebuah potensi sekaligus ancaman bagi integrasi nasional bangsa Indonesia.
Dikatakan sebuah potensi karena akan memberikan dampak positif bagi
kemajuan bangsa Indonesia serta akan memperkokoh keberadaan Indonesia
sebagai negara yang tidak dapat disepelekan perannya dalam menunjang
kemajuan serta terciptanya perdamaian dunia. Akan tetapi, posisi silang ini juga
menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak terbebas dari ancaman yang
dapat memecah belah bangsa.
Ancaman bagi integrasi nasional tersebut datang dari luar maupun dari
dalam negeri Indonesia sendiri dalam berbagai dimensi kehidupan. Ancaman
tersebut biasanya berupa ancaman militer dan nonmiliter.
Berikut ini diuraikan secara singkat ancaman yang dihadapi Bangsa
Indonesia baik yang berupa ancaman militer maupun non-militer.

a. Ancaman Militer
Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata
yang terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Ancaman militer dapat berbentuk agresi, pelanggaran wilayah, spionase,
sabotase, aksi teror bersenjata, pemberontakan, dan perang saudara. Ancaman
militer ini dibagi menjadi dua yaitu:
1. Ancaman Militer Dalam Negeri
· Disintegrasi bangsa, melalui macam-macam gerakan separatis
berdasarkan sebuah sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat
ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintahan pusat.
· Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran
hak asasi manusia yang pada gilirannya dapat mengakibatkan suatu
kerusuhan masal.
· Upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi yang lain ekstrem
atau tidak sesuai dengan kebiasaan dari masyarakat Indonesia.
· Makar dan penggulingan pemerintahan yang sah dan konstitusional

11
2. Ancaman Militer Luar Negeri
· Pelanggaran batas negara yang dilakukan oleh negara lain.
· pemberontakan senjata yang dilakukan oleh negara lain.
· Aksi teror yang dilakukan oleh terorisme internasional.

Berikut ini beberapa contoh dari ancaman militer terhadap negara :


1. Agresi, pengertian dari agresi adalah ancaman militer yang menggunakan
kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap suatu negara yang dapat
membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah negara tersebut, dan
juga membahayakan keselamatan segenap bangsa tersebut.
2. Invasi, cara bentuk dalam melakukan agresi terhadap suatu negara yang
pertama adalah invasi yaitu suatu serangan yang dilakukan oleh kekuatan
bersenjata negara lain terhadap wilayah NKRI
3. Bombardemen, cara/bentuk dalam melakukan agresi terhadap suatu
negara yang kedua adalah bombardemen yang mempunyai pengertian
suatu penggunaan senjata lainnya yang dilakukan oleh angkatan
bersenjata negara lain terhadap NKRI
4. Blokade, cara/bentuk dalam melakukan agresi yang terakhir adalah
blokade, yang dilakukan di daerah pelabuhan atau pantai atau wilayah
udara NKRI yang dilakukan oleh angkatan bersenjata negara lain, dan
lain-lain.
5. Spionase adalah ancaman militer yang dilakukan terhadap suatu negara
yang kegiatannya berupa mata-mata dan dilakukan oleh negara lain yang
bertujuan untuk mencari dan mendapatkan dokumen rahasia militer suatu
negara.
6. Sabotase, adalah ancaman militer yang dilakukan oleh suatu negara yang
kegiatannya mempunyai tujuan untuk merusak instalasi militer dan obyek
vital nasional. Tentunya sabotase ini dapat membahayakan keselamatan
suatu bangsa.
7. Ancaman militer yang berupa aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh
suatu jaringan terorisme yang luas (internasional) atau ancaman yang
dilakukan oleh teroris internasional yang bekerja sama dengan terorisme
lokal (dalam negeri).
8. Ancaman militer terhadap suatu negara dapat juga berbentuk suatu
pemberontakan yang mana pemberontakan tersebut juga menggunakan
senjata. Selain pemberontakan, terjadinya perang saudara yang
menggunakan senjata juga termasuk ancaman militer.

12
9. Selain pemberontakan, terjadinya perang saudara yang menggunakan
senjata juga termasuk ancaman militer. Tentara Nasional Indonesia (TNI)
merupakan komponen utama yang dipersiapkan untuk menghadapi
ancaman militer, yang dilaksanakan melalui tugas Operasi Militer Perang
(OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

b. Ancaman Non Militer


Ancaman non militer atau non-militer memiliki karakteristik yang berbeda
dengan ancaman militer, yaitu tidak bersifat fisik serta bentuknya tidak terlihat
seperti ancaman militer. Ancaman nonmiliter berbentuk ancaman terhadap
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, penahanan dan keamanan.
Berikut ini adalah beberapa contoh ancaman yang berbentuk non militer :
1. Ancaman Berdimensi Ideologi
Sistem politik internasional mengalami perubahan semenjak Uni Soviet
runtuh, sehingga paham komunis tidak populer lagi, akan tetapi, potensi
ancaman berbasis ideologi masih tetap diperhitungkan. Ancaman berbasis
ideologi ini bisa juga dalam bentuk penetrasi nilai-nilai kebebasan
(liberalisme) sehingga bisa memicu terjadinya proses disintegrasi bangsa.
2. Ancaman Berdimensi Politik
Politik merupakan instrumen utama dalam menggerakkan perang. Hal ini
membuktikan jika ancaman politik bisa menumbangkan suatu rezim
pemerintahan, bahkan juga bisa menghancurkan suatu negara. Masyarakat
internasional mengintervensi suatu negara melalui politik seperti contohnya
Hak Asasi Manusia (HAM), demokratisasi, penanganan lingkungan hidup,
serta penyelenggaraan pemerintahan yang bersih serta akuntabel.
3. Ancaman Berdimensi Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu penentu posisi tawar dari setiap negara
dalam pergaulan internasional. Kondisi ekonomi tentu sangat menentukan
dalam pertahanan negara. Ancaman berdimensi ekonomi ini terbagi menjadi
2, yakni internal serta eksternal.
Ancaman yang berasal dari internal bisa berupa inflasi, pengangguran,
infrastruktur yang tidak memadai, serta sistem ekonomi yang tak cukup
jelas.

13
Ancaman yang berasal dari eksternal bisa berbentuk kinerja ekonomi yang
buruk, daya saing yang rendah, tidak siapnya dalam menghadapi era
globalisasi serta tingkat ketergantungan terhadap pihak asing.
4. Ancaman Berdimensi Sosial Budaya
Ancaman sosial budaya bisa berupa isu-isu mengenai kemiskinan,
kebodohan, keterbelakangan, serta ketidakadilan yang menjadi dasar
timbulnya konflik vertikal, antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah, beserta dengan konflik horizontal yakni suku, agama, ras, dan antar
golongan (SARA).
Di tahun 1994 saja misalnya, 18 peperangan dari 23 peperangan yang terjadi
di dunia ini diakibatkan oleh sentimen-sentimen budaya, agama, serta etnis.
Sementara itu, 75% dari pengungsi dunia yang mengalir ke berbagai negara
lain didorong dengan alasan yang sama, tidak berbeda. Sementara itu, 8 dari
13 operasi pasukan perdamaian yang dijalankan oleh PBB ditujukan guna
mengupayakan terciptanya perdamaian dalam berbagai konflik antar etnis di
dunia.
5. Ancaman Berdimensi Teknologi Informasi
Kemajuan akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan
sangat pesat serta memberikan manfaat yang sangat besar bagi seluruh
masyarakat, namun, kejahatan juga terus mengikuti perkembangan tersebut,
seperti contohnya kejahatan cyber dan kejahatan perbankan.
6. Ancaman Berdimensi Keselamatan Umum
Ancaman untuk keselamatan umum bisa terjadi karena bencana alam, misal
gempa bumi, gunung meletus, dan tsunami. Ancaman yang disebabkan oleh
manusia, misal penggunaan obat-obatan dan penggunaan bahan kimia,
pembuangan limbah industri, kebakaran, hingga kecelakaan alat-alat
transportasi.

2.6 Faktor Penyebab Ancaman dan Tantangan Integrasi Nasional


Faktor penyebab ancaman sekaligus menjadi tantangan integrasi nasional di
antaranya adalah:
1. Kurangnya kesadaran penghargaan terhadap kemajemukan masyarakat
Indonesia

14
Menghargai keberagaman suku bangsa merupakan upaya untuk menjaga
persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mewujudkan cita-cita
bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari
beraneka ragam suku bangsa yang memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Di
Indonesia ini terdapat 656 suku bangsa dengan bahasa lokal 300 macam.
Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan milik Bangsa Indonesia
yang harus kita jaga dan lestarikan sehingga mampu memberikan warna
ketenteraman dan kedamaian bagi rakyat Indonesia agar ke depan tidak banyak
menimbulkan persoalan yang mengancam integrasi bangsa.
2. Kurangnya toleransi
Toleransi adalah cara menghargai dan menerima perbedaan atas berbagai
perilaku, budaya, agama, dan ras yang ada di dunia ini. Toleransi adalah
keniscayaan bagi bangsa majemuk dengan berbagai latar belakang suku, agama
dan ras seperti Indonesia.
Toleransi tumbuh dengan kesadaran bahwa keanekaragaman suku, agama,
ras dan bahasa terjadi karena sejarah dengan semua faktor yang
mempengaruhinya, juga dengan kondisi ruang dan waktunya yang berbeda
termasuk prasangka, keinginan dan kepentingannya.
3. Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan
gangguan dari luar
Dinamika perubahan fenomena global, regional, nasional yang sedemikian
cepat dan dinamis telah menghadirkan berbagai ancaman kontemporer yang
bersifat asimetris, Proxy dan hibrid (campuran) serta IT yang lebih sulit untuk
diantisipasi.
Ancaman tersebut muncul sebagai akibat dari berbagai kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi Informasi di era Revolusi Industri 4.0.
Indonesia, khususnya di daerah Natuna Kepulauan Riau tepatnya Laut Cina
Selatan berpotensi menjadi tempat konflik baru. Berada di sisi utara pulau
Kalimantan, Laut Cina Selatan menjadi jaringan konflik klaim wilayah
kompleks yang saling tumpang tindih antara Tiongkok, Taiwan, Filipina,
Malaysia, Vietnam, dan Brunei.
Potensi konflik, ancaman dan gangguan dari luar negeri ini perlu diwaspadai
oleh Indonesia.
4. Ketimpangan sosial dan ketidakmerataan hasil-hasil pembangunan

15
Ketimpangan sosial adalah suatu keadaan yang menunjukkan
ketidakseimbangan di masyarakat yang mengakibatkan perbedaan yang
mencolok terutama berkaitan dengan perbedaan penghasilan yang sangat tinggi
antara masyarakat kelas atas dan kelas bawah.
Menurut penjelasan di edukasi.kemdikbud.go.id, ketimpangan sosial dapat
diartikan oleh masyarakat sebagai bentuk ketidakadilan dalam status dan
kedudukan di masyarakat. Sehingga ketimpangan kesenjangan sosial ekonomi
dapat diartikan gejala yang timbul di masyarakat karena adanya perbedaan batas
kemampuan finansial dan status sosial di antara masyarakat yang hidup di
sebuah lingkungan wilayah tertentu.
Ketimpangan sosial bertolak belakang dengan sila ke-5 Pancasila yang
berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.” Keadilan bagi
seluruh rakyat Indonesia berarti seluruh masyarakat Indonesia harus
mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjadi individu yang memiliki
akses ke faktor-faktor ekonomi dengan prinsip kesetaraan, akses pendidikan
yang memadai, dan terutama penghidupan yang layak bagi masyarakat.

2.7 Cara Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional


Ancaman militer akan sangat berbahaya apabila tidak diatasi. Oleh karena itu,
harus diterapkan strategi yang tepat untuk mengatasi ancaman integrasi nasional
itu. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah mengatur strategi
pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia dalam mengatasi ancaman militer
tersebut. Pasal 30 ayat (1) sampai (5) UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang menyatakan bahwa:
1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara.
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Indonesia Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan
rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi,
melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.
16
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-
syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan diatur
dengan undang-undang.
Ketentuan di atas menegaskan bahwa usaha pertahanan dan keamanan negara
Indonesia merupakan tanggung jawab seluruh Warga Negara Indonesia. Dengan
kata lain, pertahanan dan keamanan negara tidak hanya menjadi tanggung jawab
TNI dan POLRI saja; tetapi masyarakat sipil juga sangat bertanggung jawab
terhadap pertahanan dan keamanan negara; sehingga TNI dan POLRI
manunggal bersama masyarakat sipil dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Integrasi nasional berasal dari kata integrasi dan nasional. Integrasi
berarti memberi tempat dalam suatu keseluruhan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, integrasi berarti pembauran hingga menjadi kesatuan
yang bulat dan utuh. Kata nasional berasal dari kata nation (Inggris) yang
berarti bangsa sebagai persekutuan hidup manusia.
2. Integrasi nasional merupakan proses mempersatukan bagian-bagian,
unsur atau elemen yang terpisah dari masyarakat menjadi kesatuan yang
lebih bulat, sehingga menjadi satu nation (bangsa).
3. Jenis-jenis integrasi mencakup 1) integrasi bangsa, 2) integrasi wilayah,
3) integrasi nilai, 4) integrasi elit-massa, dan 5) integrasi tingkah laku
(perilaku integratif).

17
4. Dimensi integrasi mencakup integrasi vertikal dan horizontal, sedang
aspek integrasi meliputi aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya.
5. Integrasi berbalikan dengan disintegrasi. Jika integrasi menyiratkan
adanya keterpaduan, kesatuan dan kesepakatan atau konsensus,
disintegrasi menyiratkan adanya perpecahan, pertentangan, dan konflik.
6. Model integrasi yang berlangsung di Indonesia adalah model integrasi
imperium Majapahit, model integrasi kolonial, dan model integrasi
nasional Indonesia.
7. Pengembangan integrasi dapat dilakukan melalui lima strategi atau
pendekatan yakni 1) Adanya ancaman dari luar, 2) Gaya politik
kepemimpinan, 3) Kekuatan lembaga–lembaga politik, 4) Ideologi
Nasional, dan 5) Kesempatan pembangunan ekonomi.
8. Integrasi bangsa diperlukan guna membangkitkan kesadaran akan
identitas bersama, menguatkan identitas nasional, dan membangun
persatuan bangsa.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kesalahan
dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
mengenai Integrasi Nasional.
DAFTAR PUSTAKA

https://hhkwn.blogspot.com/2018/10/pengembangan-intregasi-di-indonesia.html

Buku Panduan Kewarganegaraan Tahun 2014. Universitas Sriwijaya. UPT


Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian.

Al Hakim, 2001. Jurnal Pendidikan dan Kewarganegaraan. Edisi Khusus Okt.


Lab. PPKn Universitas Negeri Malang.

Amal, Ichlasul & Armaidy Armawi, (ed). 1998. Sumbangan llmu Sosial
terhadap Konsepsi Ketahanan Nasional. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas
Press.

18
Arfani, RN. 2001. “Integrasi Nasional dan Hak Azasi Manusia” dalam Jurnal
Sosial Politik. UGM ISSN 1410-4946. Volume 5, Nomor 2, November 2001

W.Bachtiar, Harsja. 1992. Wawasan Kebangsaan Indonesia Gagasan dan


Pemikiran Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa : Jakarta Bakan
PKB Pusat.

Wriggins. W Hower (ed) 1992. Dynamics of Regional Palities 4 system on the


lndian Ocean Rim: Nur York Columbia Univesity Press.

19

Anda mungkin juga menyukai