PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“DINAMIKA DAN TANTANGAN INTEGRASI NASIONAL”
DISUSUN OLEH:
Daftar isi..............................................................................................................2
BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................3
BAB II:
PEMBAHASAN....................................................................................5
2.1 Pengembangan Integrasi di
Indonesia.........................................................5
2.2 Pentingnya Integrasi
Nasional......................................................................6
2.3 Dinamika Integrasi Nasional Di
Indonesia..................................................7
2.4 Tantangan Dalam Membangun
Integrasi...................................................8
2.5 Ancaman Terhadap Integrasi
Nasional.....................................................10
2.6 Faktor Penyebab Ancaman dan Tantangan Integrasi
Nasional..............14
2.7 Cara Mengatasi Ancaman Integrasi
Nasional...........................................15
BAB III:
PENUTUP..........................................................................................17
3.1 Kesimpulan..................................................................................................17
2
3.2 Saran............................................................................................................17
Daftar
Pustaka...................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2.6 Apa Saja Faktor Penyebab Ancaman dan Tantangan Integrasi Nasional?
1.2.7 Bagaimana Cara Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
3. Kekuatan lembaga-lembaga politik lembaga politik, misalnya birokrasi,
juga dapat menjadi sarana pemersatu masyarakat bangsa. Birokrasi yang
satu dan padu dapat menciptakan sistem pelayanan yang sama, baik dan
diterima oleh masyarakat yang beragam. Pada akhirnya masyarakat
bersatu dalam satu sistem pelayanan.
4. Integrasi nasional merupakan seperangkat nilai-nilai yang diterima dan
disepakati. Ideologi juga memberikan visi dan beberapa panduan
bagaimana cara menuju visi atau tujuan itu. Jika suatu masyarakat
meskipun berbeda-beda tetapi menerima satu ideologi yang sama maka
memungkinkan masyarakat tersebut bersatu. Bagi bangsa Indonesia, nilai
bersama yang bisa mempersatukan masyarakat Indonesia adalah
Pancasila. Pancasila merupakan nilai sosial bersama yang bisa diterima
oleh seluruh masyarakat Indonesia. Nilai-nilai bersama tidak harus
berlaku secara nasional. Di beberapa daerah di Indonesia terdapat nilai-
nilai bersama. Dengan nilai itu kelompok-kelompok masyarakat di
daerah itu bersedia bersatu. Misal “Pela Gadong” sebagai nilai bersama
yang dijunjung oleh masyarakat Maluku.
5. Kesempatan pembangunan ekonomi jika pembangunan ekonomi berhasil
dan menciptakan keadilan, maka masyarakat bangsa tersebut bisa
menerima sebagai satu kesatuan. Namun jika ekonomi menghasilkan
ketidakadilan maka muncul kesenjangan atau ketimpangan. Orang-orang
yang dirugikan dan miskin sulit untuk mau bersatu atau merasa satu
bangsa dengan mereka yang diuntungkan serta yang mendapatkan
kekayaan secara tidak adil. Banyak kasus karena ketidakadilan, maka
sebuah masyarakat ingin memisahkan diri dari bangsa yang
bersangkutan. Dengan pembangunan ekonomi yang merata maka
hubungan dan integrasi antar masyarakat akan semakin mudah dicapai.
Pendapat lain menyebutkan, integrasi bangsa dapat dilakukan dengan dua
strategi kebijakan yaitu “policy assimilasionis” dan “policy bhineka tunggal
ika” (Sjamsudin, 1989). Strategi pertama dengan cara penghapusan sifat-sifat
kultural utama dari komunitas kecil yang berbeda menjadi semacam
kebudayaan nasional. Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang
disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk
kebudayaan baru. Apabila asimilasi ini menjadi sebuah strategi bagi integrasi
nasional, berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan
mengupayakan agar unsur-unsur budaya yang ada dalam negara itu benar-benar
melebur menjadi satu dan tidak lagi menampakkan identitas budaya kelompok
atau budaya lokal. Kebijakan strategi yang sebaiknya dilakukan di Indonesia : a)
Memperkuat nilai bersama, b)Membangun fasilitas, c) Menciptakan musuh
6
bersama, d) Memperkokoh lembaga politik, e) Membuat organisasi untuk
bersama, f) Menciptakan ketergantungan ekonomi antar kelompok, g)
Mewujudkan kepemimpinan yang kuat, h) Menghapuskan identitas-identitas
lokal, i) Membaurkan antar tradisi dan budaya lokal, j) Menguatkan identitas
nasional.
7
dalam mengelola perbedaan-perbedaan SARA dan keanekaragaman budaya dari
adat istiadat yang tumbuh dan berkembang di wilayah nusantara. Perbedaan-
perbedaan itu bukanlah sebagai suatu hal yang harus dipertentangkan, akan
tetapi harus diartikan sebagai kekayaan dan potensi bangsa. (2) kemampuan
mereaksi penyebaran ideologi asing, dominasi ekonomi asing serta penyebaran
globalisasi dalam berbagai aspeknya dunia memang selalu berubah seirama
dengan perubahan masyarakat dunia.
8
ke daerah, temu kader PKK, dan kotak pos presiden. Kegiatan yang
sifatnya mendekatkan elit dan massa akan menguatkan dimensi
vertikal integrasi nasional.
e. Integrasi tingkah laku (perilaku integratif).
Mewujudkan perilaku integratif dilakukan dengan pembentukan
lembaga-lembaga politik dan pemerintahan termasuk birokrasi.
Dengan lembaga dan birokrasi yang terbentuk maka orang-orang
dapat bekerja secara terintegratif dalam suatu aturan dan pola kerja
yang teratur, sistematis, dan bertujuan.
9
juga banyak terjadi, bahkan sering kali demonstrasi itu diikuti oleh tindakan-
tindakan anarkis. Keinginan yang kuat dari pemerintah untuk mewujudkan
aspirasi masyarakat, kebijakan pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan dan
harapan masyarakat, dukungan masyarakat terhadap pemerintah yang sah dan
ketaatan warga masyarakat melaksanakan kebijakan pemerintah adalah pertanda
adanya integrasi dalam arti vertikal.
Sebaliknya kebijakan demi kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang
tidak / kurang sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat serta penolakan
sebagian besar warga masyarakat terhadap kebijakan pemerintah
menggambarkan kurang adanya integrasi vertikal. Memang tidak ada kebijakan
pemerintah yang dapat melayani dan memuaskan seluruh warga masyarakat,
tetapi setidak-tidaknya kebijakan pemerintah hendaknya dapat melayani
keinginan dan harapan sebagian besar warga masyarakat. Jalinan hubungan dan
kerja sama di antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat,
kesediaan untuk hidup berdampingan secara damai dan saling menghargai
antara kelompok-kelompok masyarakat dengan pembedaan yang ada satu sama
lain, merupakan pertanda adanya integrasi dalam arti horizontal.
10
f. Kebudayaan Indonesia di antara kebudayaan timur di utara dan
kebudayaan barat di selatan.
Sistem pertahanan dan keamanan Indonesia berada di antara sistem
pertahanan kontinental di utara dan sistem pertahanan maritim di barat, selatan
dan timur. Posisi silang Indonesia sebagaimana diuraikan di atas merupakan
sebuah potensi sekaligus ancaman bagi integrasi nasional bangsa Indonesia.
Dikatakan sebuah potensi karena akan memberikan dampak positif bagi
kemajuan bangsa Indonesia serta akan memperkokoh keberadaan Indonesia
sebagai negara yang tidak dapat disepelekan perannya dalam menunjang
kemajuan serta terciptanya perdamaian dunia. Akan tetapi, posisi silang ini juga
menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak terbebas dari ancaman yang
dapat memecah belah bangsa.
Ancaman bagi integrasi nasional tersebut datang dari luar maupun dari
dalam negeri Indonesia sendiri dalam berbagai dimensi kehidupan. Ancaman
tersebut biasanya berupa ancaman militer dan nonmiliter.
Berikut ini diuraikan secara singkat ancaman yang dihadapi Bangsa
Indonesia baik yang berupa ancaman militer maupun non-militer.
a. Ancaman Militer
Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata
yang terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Ancaman militer dapat berbentuk agresi, pelanggaran wilayah, spionase,
sabotase, aksi teror bersenjata, pemberontakan, dan perang saudara. Ancaman
militer ini dibagi menjadi dua yaitu:
1. Ancaman Militer Dalam Negeri
· Disintegrasi bangsa, melalui macam-macam gerakan separatis
berdasarkan sebuah sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat
ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintahan pusat.
· Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran
hak asasi manusia yang pada gilirannya dapat mengakibatkan suatu
kerusuhan masal.
· Upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi yang lain ekstrem
atau tidak sesuai dengan kebiasaan dari masyarakat Indonesia.
· Makar dan penggulingan pemerintahan yang sah dan konstitusional
11
2. Ancaman Militer Luar Negeri
· Pelanggaran batas negara yang dilakukan oleh negara lain.
· pemberontakan senjata yang dilakukan oleh negara lain.
· Aksi teror yang dilakukan oleh terorisme internasional.
12
9. Selain pemberontakan, terjadinya perang saudara yang menggunakan
senjata juga termasuk ancaman militer. Tentara Nasional Indonesia (TNI)
merupakan komponen utama yang dipersiapkan untuk menghadapi
ancaman militer, yang dilaksanakan melalui tugas Operasi Militer Perang
(OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
13
Ancaman yang berasal dari eksternal bisa berbentuk kinerja ekonomi yang
buruk, daya saing yang rendah, tidak siapnya dalam menghadapi era
globalisasi serta tingkat ketergantungan terhadap pihak asing.
4. Ancaman Berdimensi Sosial Budaya
Ancaman sosial budaya bisa berupa isu-isu mengenai kemiskinan,
kebodohan, keterbelakangan, serta ketidakadilan yang menjadi dasar
timbulnya konflik vertikal, antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah, beserta dengan konflik horizontal yakni suku, agama, ras, dan antar
golongan (SARA).
Di tahun 1994 saja misalnya, 18 peperangan dari 23 peperangan yang terjadi
di dunia ini diakibatkan oleh sentimen-sentimen budaya, agama, serta etnis.
Sementara itu, 75% dari pengungsi dunia yang mengalir ke berbagai negara
lain didorong dengan alasan yang sama, tidak berbeda. Sementara itu, 8 dari
13 operasi pasukan perdamaian yang dijalankan oleh PBB ditujukan guna
mengupayakan terciptanya perdamaian dalam berbagai konflik antar etnis di
dunia.
5. Ancaman Berdimensi Teknologi Informasi
Kemajuan akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan
sangat pesat serta memberikan manfaat yang sangat besar bagi seluruh
masyarakat, namun, kejahatan juga terus mengikuti perkembangan tersebut,
seperti contohnya kejahatan cyber dan kejahatan perbankan.
6. Ancaman Berdimensi Keselamatan Umum
Ancaman untuk keselamatan umum bisa terjadi karena bencana alam, misal
gempa bumi, gunung meletus, dan tsunami. Ancaman yang disebabkan oleh
manusia, misal penggunaan obat-obatan dan penggunaan bahan kimia,
pembuangan limbah industri, kebakaran, hingga kecelakaan alat-alat
transportasi.
14
Menghargai keberagaman suku bangsa merupakan upaya untuk menjaga
persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mewujudkan cita-cita
bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari
beraneka ragam suku bangsa yang memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Di
Indonesia ini terdapat 656 suku bangsa dengan bahasa lokal 300 macam.
Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan milik Bangsa Indonesia
yang harus kita jaga dan lestarikan sehingga mampu memberikan warna
ketenteraman dan kedamaian bagi rakyat Indonesia agar ke depan tidak banyak
menimbulkan persoalan yang mengancam integrasi bangsa.
2. Kurangnya toleransi
Toleransi adalah cara menghargai dan menerima perbedaan atas berbagai
perilaku, budaya, agama, dan ras yang ada di dunia ini. Toleransi adalah
keniscayaan bagi bangsa majemuk dengan berbagai latar belakang suku, agama
dan ras seperti Indonesia.
Toleransi tumbuh dengan kesadaran bahwa keanekaragaman suku, agama,
ras dan bahasa terjadi karena sejarah dengan semua faktor yang
mempengaruhinya, juga dengan kondisi ruang dan waktunya yang berbeda
termasuk prasangka, keinginan dan kepentingannya.
3. Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan
gangguan dari luar
Dinamika perubahan fenomena global, regional, nasional yang sedemikian
cepat dan dinamis telah menghadirkan berbagai ancaman kontemporer yang
bersifat asimetris, Proxy dan hibrid (campuran) serta IT yang lebih sulit untuk
diantisipasi.
Ancaman tersebut muncul sebagai akibat dari berbagai kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi Informasi di era Revolusi Industri 4.0.
Indonesia, khususnya di daerah Natuna Kepulauan Riau tepatnya Laut Cina
Selatan berpotensi menjadi tempat konflik baru. Berada di sisi utara pulau
Kalimantan, Laut Cina Selatan menjadi jaringan konflik klaim wilayah
kompleks yang saling tumpang tindih antara Tiongkok, Taiwan, Filipina,
Malaysia, Vietnam, dan Brunei.
Potensi konflik, ancaman dan gangguan dari luar negeri ini perlu diwaspadai
oleh Indonesia.
4. Ketimpangan sosial dan ketidakmerataan hasil-hasil pembangunan
15
Ketimpangan sosial adalah suatu keadaan yang menunjukkan
ketidakseimbangan di masyarakat yang mengakibatkan perbedaan yang
mencolok terutama berkaitan dengan perbedaan penghasilan yang sangat tinggi
antara masyarakat kelas atas dan kelas bawah.
Menurut penjelasan di edukasi.kemdikbud.go.id, ketimpangan sosial dapat
diartikan oleh masyarakat sebagai bentuk ketidakadilan dalam status dan
kedudukan di masyarakat. Sehingga ketimpangan kesenjangan sosial ekonomi
dapat diartikan gejala yang timbul di masyarakat karena adanya perbedaan batas
kemampuan finansial dan status sosial di antara masyarakat yang hidup di
sebuah lingkungan wilayah tertentu.
Ketimpangan sosial bertolak belakang dengan sila ke-5 Pancasila yang
berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.” Keadilan bagi
seluruh rakyat Indonesia berarti seluruh masyarakat Indonesia harus
mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjadi individu yang memiliki
akses ke faktor-faktor ekonomi dengan prinsip kesetaraan, akses pendidikan
yang memadai, dan terutama penghidupan yang layak bagi masyarakat.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Integrasi nasional berasal dari kata integrasi dan nasional. Integrasi
berarti memberi tempat dalam suatu keseluruhan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, integrasi berarti pembauran hingga menjadi kesatuan
yang bulat dan utuh. Kata nasional berasal dari kata nation (Inggris) yang
berarti bangsa sebagai persekutuan hidup manusia.
2. Integrasi nasional merupakan proses mempersatukan bagian-bagian,
unsur atau elemen yang terpisah dari masyarakat menjadi kesatuan yang
lebih bulat, sehingga menjadi satu nation (bangsa).
3. Jenis-jenis integrasi mencakup 1) integrasi bangsa, 2) integrasi wilayah,
3) integrasi nilai, 4) integrasi elit-massa, dan 5) integrasi tingkah laku
(perilaku integratif).
17
4. Dimensi integrasi mencakup integrasi vertikal dan horizontal, sedang
aspek integrasi meliputi aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya.
5. Integrasi berbalikan dengan disintegrasi. Jika integrasi menyiratkan
adanya keterpaduan, kesatuan dan kesepakatan atau konsensus,
disintegrasi menyiratkan adanya perpecahan, pertentangan, dan konflik.
6. Model integrasi yang berlangsung di Indonesia adalah model integrasi
imperium Majapahit, model integrasi kolonial, dan model integrasi
nasional Indonesia.
7. Pengembangan integrasi dapat dilakukan melalui lima strategi atau
pendekatan yakni 1) Adanya ancaman dari luar, 2) Gaya politik
kepemimpinan, 3) Kekuatan lembaga–lembaga politik, 4) Ideologi
Nasional, dan 5) Kesempatan pembangunan ekonomi.
8. Integrasi bangsa diperlukan guna membangkitkan kesadaran akan
identitas bersama, menguatkan identitas nasional, dan membangun
persatuan bangsa.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kesalahan
dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
mengenai Integrasi Nasional.
DAFTAR PUSTAKA
https://hhkwn.blogspot.com/2018/10/pengembangan-intregasi-di-indonesia.html
Amal, Ichlasul & Armaidy Armawi, (ed). 1998. Sumbangan llmu Sosial
terhadap Konsepsi Ketahanan Nasional. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas
Press.
18
Arfani, RN. 2001. “Integrasi Nasional dan Hak Azasi Manusia” dalam Jurnal
Sosial Politik. UGM ISSN 1410-4946. Volume 5, Nomor 2, November 2001
19