Disusun Oleh :
Kelompok 5
Radinka Safira Salsabila 041711433145
Adila Hapsari Devi 041911333040
Azlin Nuha N 051911133149
Aisyah Hasna Kirana 051911133210
Universitas Airlangga
Surabaya
2020
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Judul………………………………………………………………………… 1
Kata Pengantar……………………………………………………………… 2
Daftar Isi …………………………………………………………………… 3
Pendahuluan ……………………………………………………………….. 4
Pembahasan ………………………………………………………………... 5
A. Integrasi Nasional 5
………………………………………………………..
1. Pengertian ………………………………………………………….. 5
2. Jenis-Jenis Integrasi Nasional ……………………………………… 5
3. Aspek Integrasi Nasional …………………………………………... 8
B. Otoritas Daerah 9
…………………………………………………………..
1. Pengertian ………………………………………………………….. 9
2. Visi Otonomi Daerah ………………………………………………. 10
3. Syarat-Syarat Pembentukan ………………………………………... 11
4. Konsep Dasar ………………………………………………………. 12
5. Prinsip-Prinsip Otonomi 14
Daerah…………………………………….
6. Jenis-Jenis Otonomi Daerah 14
………………………………………...
C. Penerapan Otonomi Daerah dan Integrasi Nasional 15
……………………..
1. Penerapan Otonomi Daerah 15
…………………………………………
2. Penerapan Integrasi Nasional 15
……………………………………….
3. Kesimpulan ………………………………………………………… 18
3
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Suatu negara selalu berupaya untuk menyatukan keberagaman
masyarakatnya agar dapat membangun kesejahteraan dan mewujudkan visi
negara tersebut.
Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah untuk membangun
kesejahteraan masyarakat. Salah satu contohnya adalah pelaksanaan
otonomi daerah. Pemerintah berharap dengan adanya pelaksanaan otonomi
daerah dapat memberikan solusi untuk mendorong kemajuan bangsa dan
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah
a. Apa yang dimaksud dengan otonomi daerah?
b. Apa yang dimaksud dengan integrasi nasional?
c. Bagaimana penerapan otonomi daerah dan integrasi nasional di
Indonesia?
d. Apa hubungan otonomi daerah dengan integrasi nasional?
3. Tujuan Pembahasan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui dan memahami tentang otonomi daerah dan
integrasi nasional
4
b. Untuk mengetahui penerapan otonomi daerah dan integrasi nasional di
Indonesia.
PEMBAHASAN
A. Integrasi Nasional
1. Pengertian Integrasi Nasional
Pengertian integrasi nasional dapat diartikan dengan dua
pengertian, yaitu secara etimologi dan terminologi. Secara etimologi,
integrasi nasional terdiri dari dua kata integrasi dan nasional. Kata
integrasi diartikan sebagai pembauran kemudian menjadi kesatuan yang
utuh. Nasional berasal dari kata “Nation” yang artinya bangsa sebagai
bentuk persekutuan dari orang orang yang berbeda latar belakangnya dan
berada dalam suatu wilayah di bawah satu kekuasaan politik.1
Pengertian integrasi nasional secara terminologi dihubungkan
dengan konteks tertentu dan biasanya dikemukakan oleh pakarnya.
Misalnya, Riza Noer Arfani (2001) mengartikan integrasi nasional sebagai
pembentuk suatu identitas nasional dan penyatuan berbagai kelompok
sosial dan budaya ke dalam suatu kesatuan wilayah. Ramlan Surbakti
(2010) menyatakan bahwa integrasi nasional adalah proses penyatuan
berbagai kelompok sosial budaya dalam satu kesatuan wilayah dan dalam
suatu identitas nasional.
Dari pengertian para ahli tersebut mengenai pengertian integrasi
nasional, kita dapat menemukan kesamaan bahwa integrasi nasional adalah
penyatuan, pembauran, keterpaduan dari aspek aspek yang terpisah dari
masyarakat sehingga menjadi bangsa yang satu.
5
Tujuan integrasi nasional adalah untuk menghilangkan faktor
faktor yang dapat memecah belah persatuan bangsa sehingga menjadikan
bangsa Indonesia sebagai negara yang lebih maju.
6
pemerintah mampu mengajak masyaratnya untuk bersatu dan
bekerja sama. Contohnya Indonesia setelah mengumumkan
kemerdekaannya pada tahun 1945. Pejajah mengutamakan
kepentingan integrasi pribadi dan tidak peduli dengan membangun
semangat nasional pada rakyat Indonesia.1
Ada beberapa faktor untuk menciptakan integrasi nasional di
Indonesia: 2
a. Adanya ancaman dari penjajah. Masyarakat akan
bersatu untuk melawan musuh meskipun mereka
berbeda suku, agama dan ras.
b. Kepemimpinan pemerintah yang bagus sehingga
mampu menyatukan bangsanya.
c. Ideologi Nasional. Di Indonesia, dibentuk ideologi
pancasila yang telah disepakati dan diterima oleh
masyarakat untuk mencapai tujuan yang sama. Nilai-
nilai dalam pancasila dapat mempersatukan masyarakat
Indonesia.
d. Keinginan masyarakat untuk bersatu. Keinginan ini
bertujuan untuk memperkuat suatu kelompok dalam
negara itu.
Dalam membangun integrasi nasional, Indonesia juga
mengalami tantangan yang dihadapi dari dimensi horizontal
dan vertikal. Tantangan dari dimensi horizontal berkenaan
dengan perbedaan suku, agama, ras, bahasa dan kebiasaan.
Tantangan ini menyebabkan adanya aksi tawuran,
1
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. 2016 Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Halaman 57–61
2
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. 2016 Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Halaman 70.
7
perkelahian, kerusuran bahkan terjadi perang
antarmasyarakat.
Sedangkan tantangan dari dimensi vertikal adalah
kesediaan para pemimpin untuk terus menerus bersedia
berhubungan dengan rakyatnya. Pemimpin mau
mendengarkan keluhan dari masyarakat dan dekat dengan
orang orang yang merasa dipinggirkan.3
Jika suatu negara mengalami banyak konflik atau
pertikaian maka semakin banyak kerugian yang akan
diderita dan sulit untuk mewujudkan kemajuan bangsa
tersebut.
8
keduanya, misal peraturan, norma dan prosedur dan pembuatan
aturan bersama yang mampu menciptakan keterpaduan di
bidang ekonomi.
c. Integrasi Sosial budaya
proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam
masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang
berbeda tersebur dapat meliputi ras, etnis, agama bahasa,
kebiasaan, sistem nilai, dan lain sebagainya. Integrasi sosial
budaya juga berarti kesediaan bersatu bagi kelompok-
kelompok sosial budaya di masyarakat, misal suku, agama, dan
ras.
B. Otonomi Daerah
1. Pengertian Otonomi Daerah
Pengertian otonomi daerah menurut Bagir Manan adalah sebuah
tatanan ketatanegaraan (staatsrechtlijk) dan tatanan administrasi negara
(administratiefrechtlijk). Dalam tatakenegaraan, hal yang terkait dengan
otonomi daerah adalah sebuah skema dalam menjalankan negara beserta
organisasi negara. Otonomi daerah merupakan kewenangan untuk bebas
dan mandiri (vrijheid dan zelftandingheid) dalam satuan pemerintahan
lebih rendah untuk mengatur dan mengurus sebagian pemerintahan.
Kebebasan dan kemandirian merupakan hakekat dari isi otonomi daerah
yang akan mengikat dan membentuk persatuan.
UUD 1945 memberi peluang yang luas, nyata, dan bertanggung
jawab kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan otonomi daerah
dalam bentuk pembuatan peraturan perundangan, pemanfaatan dan
pembagian SDA secara adil. Penyelenggaraan otonomi daerah harus
dilaksanakan dengan menggunakan prinsip demokrasi yang memberikan
peranan langsung kepada masyarakat untuk mengelola potensi daerahnya.
Otonomi daerah memiliki4 sebuah prinsip otonomi yang Nyata,
Dinamis, dan Bertanggung Jawab. Dalam Penjelasan Umum Undang-
4
Riwu Kaho.MPA, Josef. Prospek Otonomi Daerah di Negara RI.Halaman 18–19
9
Undang No.5 tahun 1974 dijelaskan bahwa otonomi daerah yang nyata
dan bertanggung jawab adalah sebagai berikut:
Otonomi daerah harus rill atau nyata, artinya pemberian
otonomi pada daerah harus didasarkan pada faktor-faktor,
perhitungan, dan kebijaksanaan yang menjamin daerah
yang bersangkutan mampu mengurus rumah tangganya
sendiri.
Otonomi daerah harus merupakam otonomi yang
bertanggung jawab yang artinya bahwa pemberian otonomi
harus sejalan dengan tujuannya yaitu melaksanakan
pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok negara dan
serasi atau tidak bertentangan dengan pengarahan-
pengarahan yang diberikan dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara, serasi dengan pembinaan politik dan
Kesatuan Bangsa, Menjamin hubungan yang serasi antara
Pemerintahan Pusat dan Daerah atas Dasar Keutuhan
Negara serta menjamin perkembangan dan pembangunan
daerah.
Penambahan istilah “dinamis” tidak mengubah arti dari
otonomi yang nyata serta bertanggung jawab. Itu hanya
merupakan sebuah penekanan.
5
Azra, Azumaidi. Demokrasi, Hak Manusia dan Masyarakat Madani. Halaman 156.
10
memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan pemerintah
yang responsif untuk kepentingan masyarakat luas serta
memelihara mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada
pertanggungjawaban publik. Otonomi daerah juga memiliki
arti kesempatan untuk membangun struktur pemerintahan yang
sesuai dengan kebutuhan daerah, membangun sistem dan pola
karier politik dan administrasi yang kompetitif, serta
mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang
efektif.
Bidang Ekonomi
Dalam bidang ini, otonomi daerah di satu pihak harus menjalin
lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah,
dan di pihak lain terbukanya peluang bagi pemerintah daerah
mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk
mendayagunakan potensi ekonomi di daerahnya. Otonomi
daerah akan mampu membawa masyarakat ke tingkat
kesejahteraan yang lebih baik dari sebelumnya.
6
Haris, Syamsuddin. 2007. Desentralisasi dan otonomi daerah. LIPI Press. Jakarta. Halaman 10
11
Syarat-syarat pembentukan otonomi daerah sesuai dengan Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 pasal 5, antara lain:
Administrasi
1) Untuk provinsi meliputi persetujuan DPRD provinsi
dan Gubernur.
2) Untuk kabupaten/kota meliputi persetujuan DPD
kabupaten/kota dan bupati/walikota.
Fisik, meliputi:
1) Paling sedikit 5 kabupaten/kota untuk pembentukan
provinsi,
2) Paling sedikit 4 kecamatan untuk pembentukan
kabupaten.
3) Paling sedikit 4 kecamatan untuk pembentukan kota.
Wilayah Negara Kesatuan RI dapat dijadikan sebagat
daerah otonom apabila daerah tersebut memenuhi
persyaratan, yaitu: 1. Kemampuan ekonomi Untuk menjadi
daerah otonom, suatu daerah harus memiliki kemampuan
ekonomi yang memadai agar jalannya pemerintahan tidak
tersendat-sendat dan pembangunan dapat terlaksana dengan
12
baik. 2. Luas daerah Untuk menjadikan daerah otonom
diperlukan luas wilayah tertentu, sehingga keamanan dan
stabilitas serta pengawasan dari pemerintah daerah dapat
dijalani dengan baik. Pertahanan dan keamanan nasional 3.
Hankam suatu daerah merupakan modal penting utama bagi
jalannya sebuah pemerintahan.
13
negara dan daerah, pembagian pendapatan dari sumber
penerimaan yang berkait dengan kekayaan alam, pajak dan
retribusi, serta tata cara dan syarat untuk pinjaman dan obligasi
daerah.
Perwujudan dari desentralisasi fiscal dari pemerintah pusat
yang bersifat alokasi subsidi, penganturan pembagian sumber-
sumber pendapatan daerah, pemberian keleluasaan kepada
daerah untuk menetapkan prioritas pembangunan, serta
optimalisasi upaya pemberdayaan masyarakat melalui
lembaga-lembaga swadaya pembangunan yang ada.
5. Prinsip-Prinsip Otonomi Daerah
Ada prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah yang dijadikan
pedoman penyelenggaraan pemerintahan, yaitu:
Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan
memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta
potensi dan keanekaragaman daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas,
nyata dan bertanggungjawab.
Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan
pada daerah kabupaten dan daerah kota, sedang pada daerah
propinsi merupakan otonomi yang terbatas
Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi
negara sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara
pusat dan daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan
kemandirian daerah otonom
Meningkatkan peranan dan fungsi dari badan legislative daerah
Asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi sebagai
daerah administrasi.
Pelaksanaan asas tugas pembantuan tidak hanya dari
pemerintah Kepala Daerah tetapi juga dari pemerintah dan
daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan,sarana
14
prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung jawabkan
kepada yang menugaskan.
15
Desentralisiasi adalah pemerintah pusat memberikan wewenang
kepada pemerintah daerah untuk mengurus urusan daerahnya sendiri
berdasarkan asas otonom.
b. Dekonsentrasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur sebagai
wakil pemerintah pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu,
dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung
jawab urusan pemerintahan umum.
c. Tugas pembantuan
Tugas Pembantuan adalah daerah otonom diberikan tugas oleh
pemerintah pusat untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintah pusat atau dari pemerintah
daerah provinsi kepada daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan
sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
provinsi.
16
3. Menciptakan musuh bersama
4. Memperkokoh lembaga politik
5. Membuat organisasi untuk bersama
6. Menciptakan ketergantungan ekonomi antar kelompok
7. Mewujudkan kepemimpinan yang kuat
8. Menghapuskan identitas-identitas lokal
9. Membaurkan antar tradisi dan budaya lokal.
10. Menguatkan identitas nasional
17
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19