Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

OTONOMI DAERAH DAN INTEGRASI NASIONAL

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Radinka Safira Salsabila 041711433145
Adila Hapsari Devi 041911333040
Azlin Nuha N 051911133149
Aisyah Hasna Kirana 051911133210

Ruang Untung Suropati


Jam 07.00-08.40
Kode Kelas B-1.3

Universitas Airlangga
Surabaya
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita panjatkan syukur kepada Allah Subhanahu


wa ta’ala yang telah melimpahlan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Kewarganegaraan, dengan judul:
“Otonomi Daerah dan Integrasi Nasional”.
Makalah ini berisi tentang penjelasan otonomi daerah dan integrasi
nasional di Indonesia. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Surabaya, 02 Februari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Judul………………………………………………………………………… 1
Kata Pengantar……………………………………………………………… 2
Daftar Isi …………………………………………………………………… 3
Pendahuluan ……………………………………………………………….. 4
Pembahasan ………………………………………………………………... 5
A. Integrasi Nasional 5
………………………………………………………..
1. Pengertian ………………………………………………………….. 5
2. Jenis-Jenis Integrasi Nasional ……………………………………… 5
3. Aspek Integrasi Nasional …………………………………………... 8
B. Otoritas Daerah 9
…………………………………………………………..
1. Pengertian ………………………………………………………….. 9
2. Visi Otonomi Daerah ………………………………………………. 10
3. Syarat-Syarat Pembentukan ………………………………………... 11
4. Konsep Dasar ………………………………………………………. 12
5. Prinsip-Prinsip Otonomi 14
Daerah…………………………………….
6. Jenis-Jenis Otonomi Daerah 14
………………………………………...
C. Penerapan Otonomi Daerah dan Integrasi Nasional 15
……………………..
1. Penerapan Otonomi Daerah 15
…………………………………………
2. Penerapan Integrasi Nasional 15
……………………………………….
3. Kesimpulan ………………………………………………………… 18

3
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Suatu negara selalu berupaya untuk menyatukan keberagaman
masyarakatnya agar dapat membangun kesejahteraan dan mewujudkan visi
negara tersebut.
Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah untuk membangun
kesejahteraan masyarakat. Salah satu contohnya adalah pelaksanaan
otonomi daerah. Pemerintah berharap dengan adanya pelaksanaan otonomi
daerah dapat memberikan solusi untuk mendorong kemajuan bangsa dan
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah
a. Apa yang dimaksud dengan otonomi daerah?
b. Apa yang dimaksud dengan integrasi nasional?
c. Bagaimana penerapan otonomi daerah dan integrasi nasional di
Indonesia?
d. Apa hubungan otonomi daerah dengan integrasi nasional?

3. Tujuan Pembahasan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui dan memahami tentang otonomi daerah dan
integrasi nasional

4
b. Untuk mengetahui penerapan otonomi daerah dan integrasi nasional di
Indonesia.

PEMBAHASAN

A. Integrasi Nasional
1. Pengertian Integrasi Nasional
Pengertian integrasi nasional dapat diartikan dengan dua
pengertian, yaitu secara etimologi dan terminologi. Secara etimologi,
integrasi nasional terdiri dari dua kata integrasi dan nasional. Kata
integrasi diartikan sebagai pembauran kemudian menjadi kesatuan yang
utuh. Nasional berasal dari kata “Nation” yang artinya bangsa sebagai
bentuk persekutuan dari orang orang yang berbeda latar belakangnya dan
berada dalam suatu wilayah di bawah satu kekuasaan politik.1
Pengertian integrasi nasional secara terminologi dihubungkan
dengan konteks tertentu dan biasanya dikemukakan oleh pakarnya.
Misalnya, Riza Noer Arfani (2001) mengartikan integrasi nasional sebagai
pembentuk suatu identitas nasional dan penyatuan berbagai kelompok
sosial dan budaya ke dalam suatu kesatuan wilayah. Ramlan Surbakti
(2010) menyatakan bahwa integrasi nasional adalah proses penyatuan
berbagai kelompok sosial budaya dalam satu kesatuan wilayah dan dalam
suatu identitas nasional.
Dari pengertian para ahli tersebut mengenai pengertian integrasi
nasional, kita dapat menemukan kesamaan bahwa integrasi nasional adalah
penyatuan, pembauran, keterpaduan dari aspek aspek yang terpisah dari
masyarakat sehingga menjadi bangsa yang satu.

5
Tujuan integrasi nasional adalah untuk menghilangkan faktor
faktor yang dapat memecah belah persatuan bangsa sehingga menjadikan
bangsa Indonesia sebagai negara yang lebih maju.

2. Jenis Jenis Integrasi Nasional


Menurut Myron Weiner integrasi nasional lebih cocok menggunakan
istilah integrasi politik karena penyatuan masyarakat berdasarkan dengan sistem
politik. Integrasi politik dibagi menjadi lima jenis, yaitu :
a. Integrasi bangsa.
Dalam integrasi bangsa, penyatuan berbagai kelompok
budaya dan sosial dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu
pembentukan identitas nasional.
b. Integrasi wilayah
Integrasi wilayah berarti pembentukan wewenang
kekuasaan nasional pusat di atas unit unit sosial yang lebih kecil
dan beranggotakan kelompok kelompok sosial budaya masyarakat
tertentu.
c. Integrasi nilai
Adanya konsensus terhadap nilai yang minimum diperlukan
dalam memelihara tertib sosial. Misalnya, diberikan pelajaran
Pancasila di sekolah-sekolah.
d. Integrasi elit-massa
Integrasi elit mendekatkan perbedaan aspirasi dari massa
kepada kelompok elit. Misalnya, pemerintah mengajak masyarakat
untuk ikut serta dalam pembuatan perundang undangan.
e. Integrasi tingkah laku
Proses penyesuaian di antara hal hal berbeda dalam
kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan
masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
Integrasi nasional sangat penting bagi negara yang baru
karena untuk membangun negara yang merdeka akan dicapai jika

6
pemerintah mampu mengajak masyaratnya untuk bersatu dan
bekerja sama. Contohnya Indonesia setelah mengumumkan
kemerdekaannya pada tahun 1945. Pejajah mengutamakan
kepentingan integrasi pribadi dan tidak peduli dengan membangun
semangat nasional pada rakyat Indonesia.1
Ada beberapa faktor untuk menciptakan integrasi nasional di
Indonesia: 2
a. Adanya ancaman dari penjajah. Masyarakat akan
bersatu untuk melawan musuh meskipun mereka
berbeda suku, agama dan ras.
b. Kepemimpinan pemerintah yang bagus sehingga
mampu menyatukan bangsanya.
c. Ideologi Nasional. Di Indonesia, dibentuk ideologi
pancasila yang telah disepakati dan diterima oleh
masyarakat untuk mencapai tujuan yang sama. Nilai-
nilai dalam pancasila dapat mempersatukan masyarakat
Indonesia.
d. Keinginan masyarakat untuk bersatu. Keinginan ini
bertujuan untuk memperkuat suatu kelompok dalam
negara itu.
Dalam membangun integrasi nasional, Indonesia juga
mengalami tantangan yang dihadapi dari dimensi horizontal
dan vertikal. Tantangan dari dimensi horizontal berkenaan
dengan perbedaan suku, agama, ras, bahasa dan kebiasaan.
Tantangan ini menyebabkan adanya aksi tawuran,

1
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. 2016 Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Halaman 57–61

2
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. 2016 Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Halaman 70.

7
perkelahian, kerusuran bahkan terjadi perang
antarmasyarakat.
Sedangkan tantangan dari dimensi vertikal adalah
kesediaan para pemimpin untuk terus menerus bersedia
berhubungan dengan rakyatnya. Pemimpin mau
mendengarkan keluhan dari masyarakat dan dekat dengan
orang orang yang merasa dipinggirkan.3
Jika suatu negara mengalami banyak konflik atau
pertikaian maka semakin banyak kerugian yang akan
diderita dan sulit untuk mewujudkan kemajuan bangsa
tersebut.

3. Aspek Integrasi Nasioanl


Integrasi nasional dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu:
a. Integrasi Politik
Dalam integrasi politik, terdapat dimensi vertikal dan
horizontal. Dimensi yang bersifat vertikal menyangkut
hubungan elit dan massa, baik antara elit politik dengan massa
pengikut, atau antara penguasa dan rakyat guna menjembatani
celah perbedaan dalam rangka pengembangan proses politik
yang partisipatif. Dimensi horizontal menyangkut hubungan
yang berkaitan dengan masalah teritorial, antar daerah, antar
suku, umat beragama dan golongan masyarakat Indonesia.
b. Integrasi ekonomi
dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup rakyat. Adanya saling
ketergantungan menjadikan wilayah dan orang-orang dari
berbagai latar akan mengadakan kerjasama yang saling
menguntungkan dan sinergis. Di sisi lain, integrasi ekonomi
adalah penghapusan (pencabutan) hambatan-hambatan antar
daerah yang memungkinkan ketidaklancaran hubungan antar
3
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. 2016 Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Halaman 78.

8
keduanya, misal peraturan, norma dan prosedur dan pembuatan
aturan bersama yang mampu menciptakan keterpaduan di
bidang ekonomi.
c. Integrasi Sosial budaya
proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam
masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang
berbeda tersebur dapat meliputi ras, etnis, agama bahasa,
kebiasaan, sistem nilai, dan lain sebagainya. Integrasi sosial
budaya juga berarti kesediaan bersatu bagi kelompok-
kelompok sosial budaya di masyarakat, misal suku, agama, dan
ras.

B. Otonomi Daerah
1. Pengertian Otonomi Daerah
Pengertian otonomi daerah menurut Bagir Manan adalah sebuah
tatanan ketatanegaraan (staatsrechtlijk) dan tatanan administrasi negara
(administratiefrechtlijk). Dalam tatakenegaraan, hal yang terkait dengan
otonomi daerah adalah sebuah skema dalam menjalankan negara beserta
organisasi negara. Otonomi daerah merupakan kewenangan untuk bebas
dan mandiri (vrijheid dan zelftandingheid) dalam satuan pemerintahan
lebih rendah untuk mengatur dan mengurus sebagian pemerintahan.
Kebebasan dan kemandirian merupakan hakekat dari isi otonomi daerah
yang akan mengikat dan membentuk persatuan.
UUD 1945 memberi peluang yang luas, nyata, dan bertanggung
jawab kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan otonomi daerah
dalam bentuk pembuatan peraturan perundangan, pemanfaatan dan
pembagian SDA secara adil. Penyelenggaraan otonomi daerah harus
dilaksanakan dengan menggunakan prinsip demokrasi yang memberikan
peranan langsung kepada masyarakat untuk mengelola potensi daerahnya.
Otonomi daerah memiliki4 sebuah prinsip otonomi yang Nyata,
Dinamis, dan Bertanggung Jawab. Dalam Penjelasan Umum Undang-

4
Riwu Kaho.MPA, Josef. Prospek Otonomi Daerah di Negara RI.Halaman 18–19

9
Undang No.5 tahun 1974 dijelaskan bahwa otonomi daerah yang nyata
dan bertanggung jawab adalah sebagai berikut:
 Otonomi daerah harus rill atau nyata, artinya pemberian
otonomi pada daerah harus didasarkan pada faktor-faktor,
perhitungan, dan kebijaksanaan yang menjamin daerah
yang bersangkutan mampu mengurus rumah tangganya
sendiri.
 Otonomi daerah harus merupakam otonomi yang
bertanggung jawab yang artinya bahwa pemberian otonomi
harus sejalan dengan tujuannya yaitu melaksanakan
pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok negara dan
serasi atau tidak bertentangan dengan pengarahan-
pengarahan yang diberikan dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara, serasi dengan pembinaan politik dan
Kesatuan Bangsa, Menjamin hubungan yang serasi antara
Pemerintahan Pusat dan Daerah atas Dasar Keutuhan
Negara serta menjamin perkembangan dan pembangunan
daerah.
Penambahan istilah “dinamis” tidak mengubah arti dari
otonomi yang nyata serta bertanggung jawab. Itu hanya
merupakan sebuah penekanan.

2. Visi Otonomi Daerah


Visi dari otonomi daerah dapat dirumuskan menjadi 3 (tiga)
bidang, yaitu :5
 Bidang Politik
Karena otonomi merupakan sebuah hasil dari kebijakan
desentralisasi dan demokrasi maka harus dipahami sebagai
proses bagi terbukanya sebuah ruang untuk lahirnya kepala
pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis dan

5
Azra, Azumaidi. Demokrasi, Hak Manusia dan Masyarakat Madani. Halaman 156.

10
memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan pemerintah
yang responsif untuk kepentingan masyarakat luas serta
memelihara mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada
pertanggungjawaban publik. Otonomi daerah juga memiliki
arti kesempatan untuk membangun struktur pemerintahan yang
sesuai dengan kebutuhan daerah, membangun sistem dan pola
karier politik dan administrasi yang kompetitif, serta
mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang
efektif.

 Bidang Ekonomi
Dalam bidang ini, otonomi daerah di satu pihak harus menjalin
lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah,
dan di pihak lain terbukanya peluang bagi pemerintah daerah
mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk
mendayagunakan potensi ekonomi di daerahnya. Otonomi
daerah akan mampu membawa masyarakat ke tingkat
kesejahteraan yang lebih baik dari sebelumnya.

 Bidang Sosial dan Budaya


Otonomi daerah harus dikelola dengan baik agar dapat
menciptakan dan memelihara harmoni sosial dan pada saat
yang bersamaan dapat memelihara nilai-nilai lokal yang
dipandang kondusif dalam menciptakan kemampuan
masyarakat untuk merespon dinamika kehidupan di
sekitarnya.6

3. Syarat-syarat pembentukan otonomi daerah

6
Haris, Syamsuddin. 2007. Desentralisasi dan otonomi daerah. LIPI Press. Jakarta. Halaman 10

11
Syarat-syarat pembentukan otonomi daerah sesuai dengan Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 pasal 5, antara lain:
 Administrasi
1) Untuk provinsi meliputi persetujuan DPRD provinsi
dan Gubernur.
2) Untuk kabupaten/kota meliputi persetujuan DPD
kabupaten/kota dan bupati/walikota.

 Teknis, meliputi faktor sebagai berikut:


1) Kemampuan ekonomi.
2) Potensi daerah.
3) Sosial budaya.
4) Sosial politik.
5) Kependudukan.
6) Luas daerah.
7) Pertahanan.
8) Keamanan.
9) Faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya
otonomi daerah.

 Fisik, meliputi:
1) Paling sedikit 5 kabupaten/kota untuk pembentukan
provinsi,
2) Paling sedikit 4 kecamatan untuk pembentukan
kabupaten.
3) Paling sedikit 4 kecamatan untuk pembentukan kota.
 Wilayah Negara Kesatuan RI dapat dijadikan sebagat
daerah otonom apabila daerah tersebut memenuhi
persyaratan, yaitu: 1. Kemampuan ekonomi Untuk menjadi
daerah otonom, suatu daerah harus memiliki kemampuan
ekonomi yang memadai agar jalannya pemerintahan tidak
tersendat-sendat dan pembangunan dapat terlaksana dengan

12
baik. 2. Luas daerah Untuk menjadikan daerah otonom
diperlukan luas wilayah tertentu, sehingga keamanan dan
stabilitas serta pengawasan dari pemerintah daerah dapat
dijalani dengan baik. Pertahanan dan keamanan nasional 3.
Hankam suatu daerah merupakan modal penting utama bagi
jalannya sebuah pemerintahan.

4. Konsep Dasar Otonomi Daerah


Berdasarkan visi yang telah ada, otonomi daerah memiliki
beberapa konsep dasar yang merangkum beberapa hal sebagai
berikut:
 Penyerahan sebanyak mungkin kewenangan pemerintahan
domestik kepada daerah. Kecuali untuk beberapa bidang
seperti keuangan dan mometer, politik luar negeri, peradilan,
pertahanan, keagamaan, dan beberapa bidang lainnya yang
bersifat strategis nasional.
 Penguatan peran DPRD sebagai representative rakyat lokal
dalam pemelihan dan penetapan kepala daerah.
 Pembangunan tradisi politik yang lebih sesuai dengan kultur
demokrasi demi menjamin tampilnya kepemimpinan
pemerintahan yang berkualifikasi tinggi dengan tingkat
akseptabilitas yang tinggi.
 Peningkatan efektifitas fungsi-fungsi pelayanan eksekutif
melalui pembenahan organisasi dan institusi yang dimiliki agar
lebih sesuai dengan ruang lingkup kewenangan yang telah di
desentralisasikan, setara dengan beban tugas yang dipikul,
selaras dengan kondisi daerah, serta lebih responsive terhadap
kebutuhan daerah.
 Peningkatan efisiensi administrasi keuangan daerah serta
pengaturan yang lebih jelas atas sumber-sumber pendapatan

13
negara dan daerah, pembagian pendapatan dari sumber
penerimaan yang berkait dengan kekayaan alam, pajak dan
retribusi, serta tata cara dan syarat untuk pinjaman dan obligasi
daerah.
 Perwujudan dari desentralisasi fiscal dari pemerintah pusat
yang bersifat alokasi subsidi, penganturan pembagian sumber-
sumber pendapatan daerah, pemberian keleluasaan kepada
daerah untuk menetapkan prioritas pembangunan, serta
optimalisasi upaya pemberdayaan masyarakat melalui
lembaga-lembaga swadaya pembangunan yang ada.
5. Prinsip-Prinsip Otonomi Daerah
Ada prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah yang dijadikan
pedoman penyelenggaraan pemerintahan, yaitu:
 Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan
memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta
potensi dan keanekaragaman daerah.
 Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas,
nyata dan bertanggungjawab.
 Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan
pada daerah kabupaten dan daerah kota, sedang pada daerah
propinsi merupakan otonomi yang terbatas
 Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi
negara sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara
pusat dan daerah.
 Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan
kemandirian daerah otonom
 Meningkatkan peranan dan fungsi dari badan legislative daerah
 Asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi sebagai
daerah administrasi.
 Pelaksanaan asas tugas pembantuan tidak hanya dari
pemerintah Kepala Daerah tetapi juga dari pemerintah dan
daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan,sarana

14
prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung jawabkan
kepada yang menugaskan.

6. Jenis Jenis Otonomi Daerah


Otonomi daerah dibagi menjadi lima, yaitu :
a. Otonomi organik
Otonomi ini menentukan urusan urusan yang menyangkut
kepentingan daerah. Tanpa adanya kewenangan yang diberikan
maka daerah itu akan mati.
b. Otonomi Formal
Otonomi formal adalah sesuatu yang menjadi urusan
otonomi tidak dibatasi secara positif. Daerah otonom yang
bersangkutan tidak boleh mengatur apa yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
c. Otonomi Materiil
Ditegaskan untuk mengetahui suatu urusan secara
substansialnya dinilai dapat menjadi urusan pemerintah pusat.
d. Otonomi Riil
Dalam otonomi ini, pemerintah daerah diberikan peraturan
umum kemudian ditambahkan peraturan peraturan yang lain sesuai
kebutukan daerah itu.
e. Otonomi Nyata
Otonomi nyata memberikan kepada daerah tersebut untuk
membuat hak, kewajiban dan wewenang untuk mengatur rumah
tangganya sendiri.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah menjelaskan bahwa terdapat 3 jenis penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah dalam
pelaksanaan Otonomi Daerah, yaitu:
a. Desentralisasi

15
Desentralisiasi adalah pemerintah pusat memberikan wewenang
kepada pemerintah daerah untuk mengurus urusan daerahnya sendiri
berdasarkan asas otonom.

b. Dekonsentrasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur sebagai
wakil pemerintah pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu,
dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung
jawab urusan pemerintahan umum.

c. Tugas pembantuan
Tugas Pembantuan adalah daerah otonom diberikan tugas oleh
pemerintah pusat untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintah pusat atau dari pemerintah
daerah provinsi kepada daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan
sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
provinsi.

C. Penerapan otonomi daerah dan integrasi nasional


1. Penerapan otonomi daerah
Dalam pasal 1 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Otonomi
daerah bertujuan untuk mengubah tatanan ketatanegaraan yang bersifat
sentralistik yang otoriter menjadi desentralisasi dan demokratis
2. Penerapan integrasi nasional
Kebijakan strategi integrasi nasional yang sebaiknya dilakukan di
Indonesia:
1. Memperkuat nilai bersama
2. Membangun fasilitas

16
3. Menciptakan musuh bersama
4. Memperkokoh lembaga politik
5. Membuat organisasi untuk bersama
6. Menciptakan ketergantungan ekonomi antar kelompok
7. Mewujudkan kepemimpinan yang kuat
8. Menghapuskan identitas-identitas lokal
9. Membaurkan antar tradisi dan budaya lokal.
10. Menguatkan identitas nasional

Membangun fasilitas infrastruktur seperti jalan, gedung pertemuan,


lapangan olahraga, dan pasar merupakan contoh kebijakan penyelenggara
negara yang memungkinkan mampu mengintegrasikan masyarakatnya.
Hal ini dikarenakan masyarakat dari berbagai latar belakang akan bertemu,
berinteraksi dan bekerja sama. Pembangunan berbagai fasilitas itu bisa
dilakukan apabila memiliki sumber pembiayaan yang cukup. Di negara
yang sedang membangun, salah satu sumber utama pembiayaan negara
tersebut adalah pajak yang dipungut dari warga negara.

17
KESIMPULAN

Integrasi nasional dapat diartikan sebagai sebuah pembauran atau


penyatuan dari aspek-aspek yang terpisah dari masyarakat sehingga tercipta
bangsa yang satu. Integrasi Nasional sendiri memiliki tujuan penting yaitu untuk
menghapus faktor-faktor yang dapat membuat terpecah belahnya bangsa sehingga
menjadikan bangsa Indonesia ini sebagai negara yang lebih maju dan bersatu.
Integrasi nasional sendiri memiliki berbagai macam jenis yang memiliki fungsi
dan tujuan masing-masing. Integrasi nasional ini tidak langsung tercipta namun
ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terciptanya Integrasi ini. Untuk
menciptakan integrai nasional ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dari
dimensi horizontal dan vertical. Integrasi nasional memiliki 3 aspek yaitu
Integrasi politik, integrasi ekonomi, dan integrasi sosial budaya.

Sedangkan Otonomi daerah merupakan sebuah skema untuk menjalankan


suatu organisasi negara. Otonomi daerah memiliki prinsip otonomi yang nyata,
dinamis,dan bertanggungjawab. Otonomi daerah juga memiliki visi dalam 3
bidang yaitu bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya. Selain memiliki visi,
otonomi daerah juga memiliki konsep dasar dan prinsip otonomi. Untuk
membentuk otonomi ini ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Otonomi
daerah juga memiliki beberapa jenis yang juga memiliki fungsi masing-masing.

18
DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azumaidi. Demokrasi, Hak Manusia dan Masyarakat Madani.

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrerian


Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. 2016
Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.

Haris, Syamsuddin. 2007. Desentralisasi dan otonomi daerah. LIPI


Press. Jakarta.

Riwu Kaho.MPA, Josef. Prospek Otonomi Daerah di Negara RI.

19

Anda mungkin juga menyukai