Anda di halaman 1dari 5

Deskripsi lokasi

Kabupaten Sikka merupakan sebuah kabupaten yang


berada di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Ibu kota Kabupaten Sikka ialah Maumere.

Kabupaten Sikka terdiri dari 21 Kecamatan yang meliputi 147 Desa dan 13
Kelurahan, dan mempunyai luas wilayah 7.552,91 Km2 yang terdiri dari
1.731,90 Km luas daratan dan 5.821 Km2 luas lautan. Kecamatan yang mempunyai
2

jumlah Desa terbanyak adalah Talibura dengan 12 Desa dan Kecamatan yang paling
sedikit Desanya adalah Mapitara dengan 4 Desa.

Desa Koja Doi merupakan sebuah desa yang berada di gugusan pulau dalam kawasan Taman
Wisata Alam Laut (TWAL) Teluk Maumere, kecamatan Alok Timur kabupaten Sikka, Nusa
Tenggara Timur (NTT). Desa Koja Doi terletak dikawasan pulau-pulau kecil di sebelah utara
laut Flores, terpisah dari Sebagian wilayah Kabupaten Sikka yang terletak di daratan Pulau
Flores. Desa Koja Doi termasuk dalam wilayah administrasi Pemerintahan Kecamatan Alok
Timur, yang berjarak 28 Km dari ibu kota Kabupaten dan Kecamatan.

Sebagai desa di wilayah kepulauan, Koja Doi hanya dapat di jangkau menggunakan sarana
transportasi laut, berupa perahu motor cepat dengan waktu tempu 35 menit, perahu
nelayan/umum dengan waktu tempu 2 jam dan bisa juga menggunakan jasa PELNI yakni veri
dengan waktu tempu 2 jam. Desa Koja Doi terdiri dari 3 dusun yakni Dusun 1 Koja Doi,
Dusun 2 Koja Besar dan Dusun 3 Margajong. Setiap dusun memiliki objek yang berpotensi
wisata.

Secara geografis, Desa Kojadoi terletak di kawasan pulau-pulau kecil di sebelah utara Laut
Flores, terpisah dari sebagian besar wilayah Kabupaten Sikka yang terletak di daratan Pulau
Flores. Desa Kojadoi termasuk dalam wilayah administrasi Pemerintahan Kecamatan Alok
Timur yang berjarak 28 KM dari Ibu Kota Kabupaten dan Kecamatan.
Desa Koja Doi memiliki suhu siang hari 28’C dan 23’C pada malam hari di saat musim
pancaroba antara bulan Januari – Agustus, sementara dimusim kemarau pada bulan
september – desember suhu disiang hari mencapai 36’C dan dimalam hari berkisar 30’C.

Sebagai desa di wilayah kepulauan, Koja doi hanya dapat dijangkau menggunakan sarana
transportasi laut berupa perahu motor cepat dengan waktu tempuh 30 menit, perahu motor
umum dengan waktu tempuh 1,20 menit atau menggunakan kapal fery penyeberangan
dengan waktu tempuh 3 jam pelayaran.

Tak hanya jarak yang jauh, puluhan siswa SD tersebut juga mesti berjuang
melewati medan yang sulit. Hal ini dikarenakan satu-satunya jalan
alternatif yang dilewati memiliki akses yang sulit. Seperti tebing dan
menantang gelombang di pesisir pantai.

Wajah pendidikan di Kabupaten Sikka sedang tidak baik-baik saja.


Deretan kisah perjuangan puluhan pelajar di Nian Tana menggambarkan
bahwa demi menggapai cita-cita, mereka rela berjuang menantang bahaya
dari seberangi kali yang sedang dilanda banjir besar hingga menyeberangi
lautan demi mengikuti ujian.

erdasarkan data dari badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur, minimnya akses
pendidikan di pedalaman membuat pelajar sebanyak 28,65% pelajar NTT tidak bisa
mengenyam pendidikan. Adapun capaian hasil pembelajaran dari pelajar NTT secara
konsisten berada dalam rata rata rendah pada Ujian Nasional dari tahun ke tahun.

Mengapa pendidikan di pedalaman NTT bisa sangat tertinggal dan apa yang bisa kita
lakukan untuk mengubahnya? Berikut penjelasannya!

Kondisi Pendidikan di Pedalaman NTT


1.Tingkat Ekonomi yang Rendah

Salah satu faktor rendahnya pendidikan di pedalaman yaitu dikarenakan tingkat ekonomi
yang rendah. Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2020, tingkat
kemiskinan Indonesia di kota adalah sebesar 7,88 persen, sedangkan di desa mencapai 13,20
persen.

Tingkat ekonomi yang rendah ini membuat masyarakat di pedalaman juga tak bisa
mengenyam akses pendidikan. Menyekolahkan anak bagi mayoritas penduduk di desa-desa
kecil sama dengan mengorbankan uangnya untuk membeli seragam, memberi anak bekal
jajan, menyediakan buku, transportasi, dan masih banyak hal lain yang perlu dikeluarkan
untuk sekolah.

Maka biasanya, mereka akan memilih untuk meminta anak-anaknya agar cepat bekerja saja
dari pada sekolah. Kondisi ini seringkali terjadi pada keluarga dengan latar belakang
pendidikan serta ekonomi yang rendah.

2.Akses Lokasi yang Sulit Dijangkau

Pendidikan di pedalaman NTT juga seringkali terkendala karena akses lokasi menuju fasilitas
pendidikan yang sulit dijangkau. Selain itu, jumlah sekolah di pedalaman juga masih sangat
sedikit ddibandingkan dengan di kota.

Tak seperti anak-anak di kota yang bisa menjangkau sekolah dengan mudah baik dengan
berjalan kaki ataupun menggunakan transportasi publik, anak-anak di pedalaman NTT harus
menempuh jarak yang jauh untuk bisa sampai di sekolah.

Contoh nyatanya adalah para siswa di SDN Lebantour, Desa Koja Doi, Kecamatan Alok
Timur, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur yang harus menyebrang laut dan
menggunakan perahu untuk bisa sampai ke sekolah mereka yang berada di sebrang pulau.

Baca juga : Wajib Tahu! 3 Pahlawan Nasional yang Berasal dari NTT

3.Kurangnya Tenaga Pengajar di Pedalaman

Tertinggalnya pendidikan di pedalaman NTT juga disebabkan karena kurangnya tenaga


pengajar yang tersedia di daerah tersebut. Tak hanya dari segi kuantitas, namun juga dari
kualitas tenaga pengajar yang tersedia di pedalaman.

Data UNESCO dalam Global Education Monitoring (GEM) 2016 menyebutkan bahwa
kualitas guru di Indonesia menempati peringkat ke-14 dari 14 negara berkembang di dunia.
Dari 3,9 juta guru, terdapat 25% guru yang belum memenuhi syarat kualifikasi akademik dan
52% diantaranya belum memiliki sertifikat profesi.

Di pedalaman, seringkali satu orang guru juga harus mengajar beberapa kelas sekaligus.
Kondisi ini tentunya membuat proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal. Ditambah
lagi para guru ini juga tak mendapat fasilitas yang memadai untuk mengajar. Salah satunya
seperti Pak Ahmad Haris, guru di pedalaman NTT yang harus menyebrang sungai setiap hari
agar bisa sampai di sekolah tempat beliau mengajar.
4.Fasilitas Pendidikan yang Tak Memadai

Fasilitas pendidikan yang masih belum memadai juga menjadi faktor tertinggalnya
pendidikan di pedalaman NTT, salah satunya akses internet Tak hanya siswa, guru juga
mengalami kesulitan ketika diharuskan untuk mengajar dengan memaksimalkan teknologi
digital.

Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJI1), terdapat


45% masyarakat Indonesia yakni kira-kira sebanyak 117 juta masyarakat masih belum
tersentuh internet, terutama di daerah pedalaman.

Saat proses belajar mengajar mengharuskan para siswa dan guru mengandalkan akses
internet, para pelajar di pedalaman NTT pun mengalami kendala sehingga proses
pembelajaran tidak bisa berjalan dengan maksimal.

Itulah beberapa faktor yang menyebabkan tertinggalnya pendidikan di pedalaman NTT


dengan pendidikan di kota-kota besar. Hal ini seharusnya menjadi kepedulian kita bersama
karena anak-anak di pedalaman NTT juga berhak atas akses pendidikan yang layak.

Bersama Insan Bumi Mandiri, mari ikut berkontribussi untuk membantu pendidikan di
pedalaman agar bisa lebih baik lagi. Klik di sini untuk membantu anak-anak pedalaman NTT
bisa meraih cita-cita dan masa depan mereka.

Keunikan Desa Wisata Koja Doi Berikut adalah keunikan yang ada di Desa Wisata Koja Doi, Sikka, NTT:
1. Tak ada kendaraan bermotor Salah satu keunikan Koja Doi adalah tidak terdapat kendaraan bermotor
darat. Penduduk biasanya bepergian dengan jalan kaki atau menaiki perahu dan sampan. “Di sini tidak ada
motor. Motor daratnya tidak ada di sini, kecuali motor laut, sampan, itu baru ada,” lanjut Chelsea. 2. Ada
situs bekas tsunami Wilayah Flores pernah dilanda gempa dan tsunami pada 12 Desember 1992. Bekas
tsunami tersebut dapat disaksikan hingga saat ini di desa Desa Koja Doi. Pengunjung akan menjumpai
fondasi bekas bangunan yang hancur diterjang bencana ini. Lihat Foto Ilustrasi fondasi bangunan DOK.
Shutterstock/Ludhita Dwi A(Shutterstock/Ludhita Dwi A) “Salah satu dampak dari gempa dan tsunami
tahun 1992 itu yang terparah di pulau ini, Pulau Kenari, Pulau Koja Doi,” kata Kepala Desa Koja Doi
bernama Hanawi dalam acara tur virtual tersebut. Ia melanjutkan, situs ini menjadi salah satu pengingat
bagi generasi selanjutnya tentang dahsyatnya bencana tersebut. Baca juga: Rayakan Momen 17 Agustus
dengan Wisata Virtual ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi 3. Punya kesenian Tari Balumpa Tari
Balumpa merupakan tari tradisional Desa Koja Doi yang digunakan untuk menyambut tamu atau
wisatawan. Tarian ini menyuguhkan perpaduan budaya Maluku dan Buton. Lihat Foto Ilustrasi tari
Balumpa Sulawesi Tenggara(pinterest.com/tomiaoceandive) Wisatawan juga bisa belajar menari di sanggar
budaya Desa Koja Doi. Sanggar tersebut dikelola masyarakat setempat yang selalu siap sedia kapan pun
wisatawan datang. 4. Punya kain tenun khas Koja Doi Salah satu kerajinan khas Koja Doi adalah kain
tenun. Kerajinan ini dibuat masyarakat setempat dengan alat yang masih tradisional. Proses pembuatan
kain tenun ini bisa memakan waktu sekitar empat hari sampai satu minggu. Harga dari kain tenun khas
Koja Doi sekitar Rp 400.000 per lembarnya. Lihat Foto Ilustrsi kain tenun Desa Koja Doi, Nusa Tenggara
Timur DOK. Shutterstock/Sahlan(Shutterstock/Sahlan) “Ciri kain tenunnya itu coraknya berasal dari
daerah Buton. Itu warnanya terang semua,” ujar Chelsea. Tak hanya itu, pengunjung juga bisa mendesain
sendiri corak dan warna dari kain tenun tersebut. Penrajin di Desa Koja Doi, dapat membuatkan kain tenun
sesuai dengan selera dan pesanan dari pembeli. Baca juga: Mengenal Suku Baduy yang Baju Adatnya
Dipakai Presiden Jokowi Saat Sidang Tahunan MPR 2021 5. Punya jembatan batu sepanjang 680 meter
Desa Koja Doi terkenal memiliki jembatan batu yang menghubungkan desa tersebut dengan Pulau Koja
Besar. Jembatan batu ini merupakan satu-satunya akses darat menuju ke Desa Koja Besar. Jembatan batu
yang dibuat secara gotong royong tersebut, memiliki Panjang hingga 680 meter. Jembatan unik ini
dibangun masyarakat pada tahun 1987. “(Di jembatan batu) bisa mancing, bisa juga foto-foto, duduk
santai. Tergantung situasi dan kondisi. Bisa menikmati matahari terbit, bisa menikmati matahari terbenam,"
tutur Chelsea. Lihat Foto Koja Doi, Sika, Nusa Tenggara Timur DOK. Shutterstock/Fahmi
Indraprana(Shutterstock/Fahmi Indraprana) Atourin mengadakan rangkaian tur virtual pada 14 dan 15
Agustus 2021. Dalam acara tersebut, peserta dapat berkunjung secara virtual ke Desa Huta Tinggi yang ada
di Pulau Samosir, Sumatera Utara dan Desa Koja Doi di Flores, Nusa Tenggara Timur. Acara tersebut
merupakan bentuk Kerjasama Atourin dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo).
Jika kamu berencana mengunjungi Koja Doi secara langsung setelah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) berakhir, jangan lupa tetap mematuhi protocol Kesehatan yang berlaku. Jangan lupa
juga untuk segera melakukan vaksinasi.

Anda mungkin juga menyukai