Untung Sumotarto
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta
ABSTRAK
Ekonomi kreatif adalah ekonomi yang juga didukung oleh industri kreatif. Terdapat
sejumlah jenis/kelompok industri kreatif yang dinilai dapat dikembangkan di Indonesia.
Secara umum pengembangan industri membutuhkan sekurangnya empat pilar (soko
guru) utama yakni bahan baku (resources), teknologi (technology), sumber daya
manusia (SDM) (human resources) dan lembaga-lembaga pembiayaan (financial
institutions). Industri kreatif berbasis sumber daya alam adalah industri kreatif yang
memanfaatkan bahan baku yang berasal dari alam (natural resources), termasuk di
antaranya hasil pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, pertambangan, dll.
Berdasarkan tingkat kecanggihannya, teknologi yang akan diterapkan dalam
pengembangan suatu jenis industri dapat dikelompokkan menjadi teknologi tingkat
tinggi (high tech), madya, dan sederhana atau tepat guna (appropriate technology).
Sementara itu sumber daya manusia yang siap mengembangkan industri semestinya
merupakan SDM yang memiliki cukup pendidikan atau sekurangnya pelatihan
(skillfull), terlebih bila dikehendaki pengembangan industri yang akan membutuhkan
proses penciptaan baru (new creation) bahkan bisa pula penemuan baru (new
invention), yakni industri kreatif. Berdasarkan kondisi geografis setempat, sumber daya
alam yang ada serta kemampuan SDM, industri kreatif yang cocok (suitable)
dikembangkan di Kabupaten Purworejo dan daerah sekitarnya sekurangnya selama
lima tahun ke depan memiliki karakteristik industri yang memanfaatkan sumber daya
alam, menggunakan teknologi madya atau teknologi tepat guna, serta sedapat mungkin
bersifat padat karya.
PENDAHULUAN
Persaingan dagang dan pembangunan ekonomi yang semakin mendunia
(globalisasi), menyebabkan seluruh bangsa berusaha mengejar ketertinggalan.
Bangsa-bangsa dengan berbagai kelebihan dan kekurangan telah berusaha
membangun dengan menyesuaiakan kemampuan dan aset yang dimilikinya.
Sumber daya manusia sangat memegang peran dalam pembangunan suatu
bangsa. Bukan saja tingkat pendidikan tetapi faktor kedisiplinan, kerja keras,
kreatifitas, dll menjadi penentu daya tahan (survival) dan keberhasilan suatu
bangsa dalam membangun. Kini ketika kreatifitas ikut menentukan daya saing
suatu bangsa, pengembangan ekonomi dan industri juga membutuhkan
kreatifitas agar dapat menghasilkan produk-produk dan pada akhirnya
perkembangan ekonomi yang mampu membawa bangsa tersebut berdiri di depan
(leading) bangsa-bangsa lain.
Dalam kalimat terakhir jelas bahwa sumber daya manusia (SDM) dan teknologi
menjadi faktor penting dari sejumlah faktor lain dalam pengembangan industri.
Meskipun Indonesia telah melangkah memasuki era industrialisasi, namun dalam
perjalanannya banyak tantangan dan permasalahan yang dihadapi. Faktor
populasi penduduk dan tingkat pendidikan sangat mempengaruhi jenis industri
yang akan dibangun. Industri berteknologi tinggi (high-tech) dengan SDM yang
juga berpendidikan dan berketrampilan tinggi tidak selalu mudah berkembang.
Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk mengembangkan industri high-tech
bukan saja membutuhkan infrastruktur yang mendukung tetapi juga lingkungan
akademik dan SDM yang memenuhi syarat. Sederhananya berpikir, untuk
mengembangkan industri high-tech membutuhkan lingkungan riset dan
akademik yang maju sehingga mampu bertahan (survive) dan bersaing
Sebagai contoh industri pesawat terbang PT. Dirgantara Indonesia (PTDI) yang
semula bernama Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN). Sekalipun
infrastruktur pada awalnya mendukung namun dalam perkembangannya
mengalami permasalahan. Bandung merupakan kota besar dengan infrastruktur
memenuhi syarat yakni terdapat landasan terbang bahkan bandara dan hanggar
serta bengkel pesawat terbang Nurtanio. Bandung juga merupakan kota dengan
sejumlah universitas besar (ITB, Unpad, STTP Nurtanio, dll) lengkap dengan
jurusan Teknik Penerbangan, ada pula lembaga-lembaga riset (LIPI, dll). Tetapi
membangun industri dengan menerapkan kebijakan padat teknologi sekaligus
padat karya akhirnya membebani keuangan perusahaan yang berakibat PHK
besar-besaran, dan dampak selanjutnya persoalan perburuhan yang tak kunjung
henti. Sehingga pembangunan ekonomi melalui industrialisasi yang diharapkan
memecahkan persoalan pengangguran justru sebaliknya menciptakan
pengangguran. Ini sebuah ironi yang penting menjadi pelajaran bagi daerah lain
di negara berkembang dengan populasi tinggi seperti Indonesia.
Dari kalimat itu dapat diambil sari bahwa pengembangan industri di Indonesia
membutuhkan dukungan sekurangnya empat pilar (soko guru) utama yakni
ketersediaan bahan baku (resources), infrastruktur dan teknologi, sumber daya
manusia yang siap pakai, serta lembaga-lembaga penyokong keuangan (financial
institutions).
Dari definisi tersebut tampak bahwa sesungguhnya industri kreatif tidak merujuk
pada satu atau sekelompok industri tertentu yang dapat dikategorikan sebagai
industri kreatif. Sehingga menurut penulis, semua industri yang mengandung
unsur kreatifitas dapat dikategorikan pada industri kreatif. Padahal semua
industri membutuhkan kreatifitas sehingga semua industri pada dasarnya adalah
industri kreatif, sehingga istilah industri kreatif menjadi istilah yang redundance,
rancu, mereduksi makna, dan bahkan bisa membingungkan. Penulis tidak
mendiskusikan definisi ini, tetapi pada pendirian bahwa semua industri adalah
industri kreatif. Karena merancang pesawat terbang, membuat chip komputer
juga membutuhkan kreativitas, yang tidak harus sarat dengan unsur seni. Dengan
kata lain yang bersifat kreatif tidak selalu harus mengandung unsur seni.
Sementara itu John Howkins dalam bukunya The Craetive Economy, How
People make Money from Ideas, (Penguin Books, 2001) mengelompokkan 15
(lima belas) kelompok industri yang termasuk industri kreatif yakni 1)
Advertising, 2) Architecture, 3) Art, 4) Craft, 5) Design, 6) Fashion, 7) Film, 8)
Music, 9) Performing Arts, 10) Publishing, 11) R&D, 12) Software, 13) Toys
and Games, 14) TV & Radio, 15) Video Games.
Dari ke-14 kelompok industri kreatif tersebut, dua atau tiga kelompok di
antaranya membutuhkan bahan baku (resources) yang dapat dikaitkan secara
langsung berasal dari atau menggunakan objek sumber daya alam, yakni industri
kerajinan (crafts), barang seni (arts), serta riset dan pengembangan (R&D),
dengan catatan yang terakhir ini merupakan industri yang memang diarahkan
melakukan R&D dengan objek sumber daya alam.
Akan tetapi karena penulis menganggap semua industri adalah industri kreatif,
maka penulis tidak menerapkan pengelompokan tersebut secara ketat. Pemikiran
yang harus dikemukakan adalah bagaimana membangun industri berbasis
sumber daya alam dengan mempertimbangkan faktor lingkungan akademik,
kuantitas dan kualitas SDM (tenaga kerja), sumber pendanaan, dan kondisi
geografis lokal lainnya.
Kondisi Geografis
Secara geografis, Kabupaten Purworejo dan daerah sekitarnya merupakan daerah
yang memiliki wilayah perbukitan di bagian utara dan timur, serta daerah
dataran di bagian barat dan selatan. Daerah perbukitan digunakan sebagai daerah
perkebunan dan perhutanan, sedangkan daerah dataran sangat sarat dengan
kegiatan pertanian (padi sawah). Ke arah selatan yang berbatasan langsung
dengan Lautan Indonesia posisinya sangat menguntungkan karena memiliki
potensi dan akses sumber daya alam laut.
Teknologi
Teknologi merupakan faktor penting dalam pengembangan industri. Pemilihan
jenis teknologi untuk industri membutuhkan kecermatan, karena kesalahan
dalam pemilihan jenis dan tingkat kecanggihannya dapat menyulitkan
pengelolaan industri di kemudian hari. Pemilihan jenis teknologi berpotensi
Dari uraian dalam subbagian Bahan Baku di atas, dapat diamati bahwa industri
yang dapat dikembangkan di Kabupaten Purworejo dsk memiliki pilihan yang
luas, dari teknologi sederhana, madya bahkan dapat diterapkan teknologi tinggi.
Industri (kreatif) budidaya jamur, kerajinan tangan (gerabah, ukiran, dll)
misalnya masih dapat dipilih pada jenis teknologi madya atau sederhana. Di sisi
lain meskipun industri pembuatan sereal dapat diarahkan menggunakan
teknologi madya, tetapi ketelitian, kebersihan dan pengetahuan tentang bahan
pangan industri ini membutuhkan teknologi tinggi, yang melibatkan teknologi
pangan. Sehingga industri ini selain membutuhkan peralatan dan mesin-mesin
canggih juga membutuhkan sumber daya manusia berpendidikan tinggi (ahli
gizi, ahli teknologi pertanian, insinyur teknik kimia, dlsb). Secara teknologi
sederhana merang (kulit padi) dapat digunakan sebagai bahan baku media tanam,
tetapi dengan teknologi pula merang dapat digunakan sebagai bahan baku
industri arang aktif, yang jika dikehendaki hasil berkualitas baik memerlukan
teknologi tinggi.
Lembaga Finansial
Dari kacamata ekonomi, sebenarnya di Indonesia telah banyak tersedia lembaga
pemodalan, termasuk untuk membangun industri. Selain lembaga perbankan
yang sudah sangat banyak, terdapat lembaga pemodalan lain seperti lembaga
Pemodalan Nasional Madani (PNM). Hal penting yang diperlukan dalam
masalah ini adalah aturan yang memudahkan bagi pengucuran modal khususnya
untuk mendukung industri kreatif. Aturan setiap lembaga pemodalan (termasuk
bank) kan mengacu pada atauran pusat karena itu pemerintah pusat menjadi
kunci perubahan dalam peraturan yang akomodatif dalam pengembangan
industri kreatif.
Karena itu dapat disimpulkan bahwa bila aturan pengucuran modal dari lembaga
pemodalan dinilai belum cukup akomodatif, industri kreatif tetap dapat dimulai
dengan modal terbatas. Kuncinya terletak pada kreatifitas dan keuletan calon
industriawannya. Peran pemerintah yang diharapkan adalah sisi pemasaran
produk hasil industri kreatif termasuk pemasaran ke luar negeri.
1. Agroindustri:
Termasuk dalam bidang ini adalah industri pertanian, kehutanan,
perkebunan, perikanan dan kelautan serta produk-produk bahan hasil
pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, dll. Potensi SDA laut pesisir
Purworejo, bukan saja dapat dikembangkan sebagai penopang industri
pariwisata tetapi hasil laut (ikan, udang, kepiting, dll) bukan hanya dapat
dijual mentah termasuk untuk diekspor, tetapi juga berpeluang
dikembangkan (dengan kreatifitas & seni memasak) menjadi industri
kuliner yang pada akhirnya juga mendukung industri pariwisata. Hasil laut
(dengan sentuhan teknologi) juga dapat dikemas menjadi produk-produk
makanan awet (preserved/canned foods) termasuk berjenis-jenis bentuk
nuggets yang akan mendongkrak nilai tambah dan lebih tahan lama.
Potensi hutan produksi yang dapat dikembangkan di Purworejo saat ini dan
masa yad berpeluang untuk memasok bahan baku industri furniture dan
kerajinan tangan. Masih ada peluang-peluang lain dalam bidang
agroindustri yang dapat digali.
Memperhatikan potensi daerah yang ada, ada baiknya industri kreatif yang dapat
dikembangkan di Purworejo dapat dimulai dari industri dengan teknologi madya
atau bahkan teknologi sederhana (tepat guna). Bila sisi keuangan dan modal
mencukupi di kemudian hari terbuka kemungkinan mengalihkannya ke teknologi
tinggi. Ini dilakukan pada jenis industri yang memang dapat diarahkan
menggunakan teknologi tinggi. Sebab tidak semua jenis aktifitas dan proses
perlu atau dapat menggunakan teknologi tinggi seperti misalnya melukis,
mengukir, menyulam (merajut), memahat, membatik, dll. Sebagaimana telah
diuraikan di atas, kegiatan-kegiatan sejenis ini dapat tetap menggunakan
teknologi sederhana atau madya.
Selain dua hal penting di atas, masih ada masalah lain yang perlu mendapatkan
penanganan serius. Seperti yang telah disebutkan di atas, salah satu faktor
penentu suksesnya industri adalah masalah pemasaran (marketing). Masalah ini
paling sering menjadi batu sandungan bagi industriawan pemula. Banyak
industri mampu membuat barang (produk) tetapi kesulitan memasarkan. Situasi
perekonomian nasional yang lesu menyebabkan daya beli masyarakat dalam
negeri sangat menurun. Pada saat seperti ini pemasaran ke luar negeri harus
menjadi peluang yang perlu digarap dengan serius. Tapi ketika banyak
industriawan kreatif lokal belum mampu melakukan secara optimal, pemerintah
harus mampu membantu misalnya dengan kursus-kursus pemasaran termasuk
dengan memanfaatkan media internet.
KESIMPULAN
Terdapat sejumlah bidang industri dengan sumber daya pendukungnya yang
dapat dikembangkan sebagai industri (kreatif) di sekitar Kabupaten Purworejo.
Tersedia bahan baku, objek-objek dan wahana yang dapat diberi sentuhan
teknologi dan ketrampilan SDM untuk memperoleh nilai tambah (added value)
ketimbang dijual/diekspor mentahan. Potensi ini perlu digarap serius untuk
membangun industri kreatif yang pada akhirnya mampu meningkatkan ekonomi
(kreatif) daerah.
Menilik kondisi geografis dan bermacam potensi soko guru industri yang ada di
Purworejo, industri yang akan dapat dikembangkan di Kabupaten Purworejo dan
daerah sekitarnya cenderung akan mengandalkan bahan baku (material) yang
berasal dari sumber daya alam (SDA). Dengan kondisi dan tingkat pendidikan
masyarakat (penduduk menetap) serta tingkat populasinya, pilihan teknologi
untuk mendukung pengembangan industri cenderung pada teknologi madya atau
tepat guna. Namun seiring dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya
pendidikan, sehingga tingkat pendidikan masyarakat yang secara bertahap
meningkat, tidak menutup kemungkinan pengembangan industri kreatif yang
ditopang oleh teknologi tinggi.