Anda di halaman 1dari 12

INDUSTRI KREATIF BERBASIS SUMBER DAYA ALAM

Untung Sumotarto
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta

ABSTRAK
Ekonomi kreatif adalah ekonomi yang juga didukung oleh industri kreatif. Terdapat
sejumlah jenis/kelompok industri kreatif yang dinilai dapat dikembangkan di Indonesia.
Secara umum pengembangan industri membutuhkan sekurangnya empat pilar (soko
guru) utama yakni bahan baku (resources), teknologi (technology), sumber daya
manusia (SDM) (human resources) dan lembaga-lembaga pembiayaan (financial
institutions). Industri kreatif berbasis sumber daya alam adalah industri kreatif yang
memanfaatkan bahan baku yang berasal dari alam (natural resources), termasuk di
antaranya hasil pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, pertambangan, dll.
Berdasarkan tingkat kecanggihannya, teknologi yang akan diterapkan dalam
pengembangan suatu jenis industri dapat dikelompokkan menjadi teknologi tingkat
tinggi (high tech), madya, dan sederhana atau tepat guna (appropriate technology).
Sementara itu sumber daya manusia yang siap mengembangkan industri semestinya
merupakan SDM yang memiliki cukup pendidikan atau sekurangnya pelatihan
(skillfull), terlebih bila dikehendaki pengembangan industri yang akan membutuhkan
proses penciptaan baru (new creation) bahkan bisa pula penemuan baru (new
invention), yakni industri kreatif. Berdasarkan kondisi geografis setempat, sumber daya
alam yang ada serta kemampuan SDM, industri kreatif yang cocok (suitable)
dikembangkan di Kabupaten Purworejo dan daerah sekitarnya sekurangnya selama
lima tahun ke depan memiliki karakteristik industri yang memanfaatkan sumber daya
alam, menggunakan teknologi madya atau teknologi tepat guna, serta sedapat mungkin
bersifat padat karya.

Kata kunci: industri kreatif, sumberdaya alam, sumberdaya manusia

PENDAHULUAN
Persaingan dagang dan pembangunan ekonomi yang semakin mendunia
(globalisasi), menyebabkan seluruh bangsa berusaha mengejar ketertinggalan.
Bangsa-bangsa dengan berbagai kelebihan dan kekurangan telah berusaha
membangun dengan menyesuaiakan kemampuan dan aset yang dimilikinya.
Sumber daya manusia sangat memegang peran dalam pembangunan suatu
bangsa. Bukan saja tingkat pendidikan tetapi faktor kedisiplinan, kerja keras,
kreatifitas, dll menjadi penentu daya tahan (survival) dan keberhasilan suatu
bangsa dalam membangun. Kini ketika kreatifitas ikut menentukan daya saing
suatu bangsa, pengembangan ekonomi dan industri juga membutuhkan
kreatifitas agar dapat menghasilkan produk-produk dan pada akhirnya
perkembangan ekonomi yang mampu membawa bangsa tersebut berdiri di depan
(leading) bangsa-bangsa lain.

Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 6


Ekonomi kreatif ditopang oleh industri yang juga kreatif. Pada gilirannya kunci
keberhasilan industri yang kreatif terletak pada SDM yang juga kreatif.
Meskipun tersedia pilihan teknologi yang berragam, namun kondisi geografis,
termasuk kelimpahan dan kemampuan tenaga kerja dan SDM, menyebabkan
pemilihan teknologi tidak dapat sangat leluasa. Suatu pengembangan industri
berteknologi tinggi yang mengurangi tenaga kerja justru dapat berakibat naiknya
tingkat pengangguran. Tetapi di sisi lain, industri dengan teknologi madya atau
rendah sering menghasilkan return (yakni keuntungan) yang kecil. Dilema
seperti ini perlu disikapi para pengambil kebijakan.

Kabupaten Purworejo dengan wilayahnya yang terdiri dari daerah perbukitan


dan dataran, telah banyak mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya
alam misalnya dalam pengusahaan pertanian, perkebunan, perikanan, dll sebagai
andalan dalam pembangunan dan pengembangan ekonominya. Potensi ini dapat
disinergikan dengan pola dan arah pembangunan industrinya khususnya industri
keatif untuk menghasilkan produk dengan daya saing tinggi.

TANTANGAN MEMBANGUN INDUSTRI


Dalam buku Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025: Rencana
Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015, yang diterbitkan oleh
Departemen Perdagangan RI dikatakan antara lain: Industri kreatif merupakan
bagian tak terpisahkan dari ekonomi kreatif. Dengan kata lain ekonomi kreatif
adalah ekonomi yang ditopang antara lain oleh industri kreatif. Dan selanjutnya
dikatakan bahwa Pengembangan ekonomi kreatif Indonesia tidak hanya
menekankan tentang pengembangan industri yang termasuk dalam kelompok
industri kreatif nasional, melainkan juga pada pengembangan berbagai faktor
yang signifikan perannya dalam ekonomi kreatif, yaitu sumber daya insani,
bahan baku, teknologi, tatanan institusi dan lembaga pembiayaan yang menjadi
komponen dalam model pengembangan.

Dalam kalimat terakhir jelas bahwa sumber daya manusia (SDM) dan teknologi
menjadi faktor penting dari sejumlah faktor lain dalam pengembangan industri.
Meskipun Indonesia telah melangkah memasuki era industrialisasi, namun dalam
perjalanannya banyak tantangan dan permasalahan yang dihadapi. Faktor
populasi penduduk dan tingkat pendidikan sangat mempengaruhi jenis industri
yang akan dibangun. Industri berteknologi tinggi (high-tech) dengan SDM yang
juga berpendidikan dan berketrampilan tinggi tidak selalu mudah berkembang.
Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk mengembangkan industri high-tech
bukan saja membutuhkan infrastruktur yang mendukung tetapi juga lingkungan
akademik dan SDM yang memenuhi syarat. Sederhananya berpikir, untuk
mengembangkan industri high-tech membutuhkan lingkungan riset dan
akademik yang maju sehingga mampu bertahan (survive) dan bersaing

Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 7


(competitive) secara global. Ada universitas maju, ada lembaga riset maju, ada
pemodal berpikir maju dan tentu bermodal besar.

Sebagai contoh industri pesawat terbang PT. Dirgantara Indonesia (PTDI) yang
semula bernama Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN). Sekalipun
infrastruktur pada awalnya mendukung namun dalam perkembangannya
mengalami permasalahan. Bandung merupakan kota besar dengan infrastruktur
memenuhi syarat yakni terdapat landasan terbang bahkan bandara dan hanggar
serta bengkel pesawat terbang Nurtanio. Bandung juga merupakan kota dengan
sejumlah universitas besar (ITB, Unpad, STTP Nurtanio, dll) lengkap dengan
jurusan Teknik Penerbangan, ada pula lembaga-lembaga riset (LIPI, dll). Tetapi
membangun industri dengan menerapkan kebijakan padat teknologi sekaligus
padat karya akhirnya membebani keuangan perusahaan yang berakibat PHK
besar-besaran, dan dampak selanjutnya persoalan perburuhan yang tak kunjung
henti. Sehingga pembangunan ekonomi melalui industrialisasi yang diharapkan
memecahkan persoalan pengangguran justru sebaliknya menciptakan
pengangguran. Ini sebuah ironi yang penting menjadi pelajaran bagi daerah lain
di negara berkembang dengan populasi tinggi seperti Indonesia.

INDUSTRI KREATIF BERBASIS SUMBER DAYA ALAM (SDA)


Kembali merujuk pada buku Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025:
Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015, yang
diterbitkan oleh Departemen Perdagangan RI dikatakan bahwa Pengembangan
ekonomi kreatif Indonesia tidak hanya menekankan pada pengembangan industri
yang termasuk dalam kelompok industri kreatif nasional, melainkan juga pada
pengembangan berbagai faktor yang signifikan perannya dalam ekonomi kreatif,
yaitu sumber daya insani, bahan baku, teknologi, tatanan institusi dan lembaga
pembiayaan yang menjadi komponen dalam model pengembangan.

Dari kalimat itu dapat diambil sari bahwa pengembangan industri di Indonesia
membutuhkan dukungan sekurangnya empat pilar (soko guru) utama yakni
ketersediaan bahan baku (resources), infrastruktur dan teknologi, sumber daya
manusia yang siap pakai, serta lembaga-lembaga penyokong keuangan (financial
institutions).

Buku Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025: Rencana


Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015 juga menjelaskan makna
industri kreatif. Definisi Industri Kreatif yang saat ini banyak digunakan oleh
pihak yang berkecimpung dalam industri kreatif, adalah definisi berdasarkan UK
DCMS Task Force 1998:

Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 8


Creative Industries as those industries which have their origin in individual
creativity, skill & talent, and which have a potential for wealth and job creation
through the generation and exploitation of intellectual property and content.
(adalah industri-industri yang berasal-usul dari kreatifitas, ketrampilan dan bakat
individu/perseorangan, serta yang memiliki potensi untuk penciptaan
kesejahteraan dan pekerjaan melalui penciptaan dan eksploitasi daya cipta dan
kandungan intelektual seseorang).

Studi pemetaan industri kreatif yang dilakukan oleh Departemen Perdagangan RI


tahun 2007 juga menggunakan acuan definisi industri kreatif yang sama,
sehingga industri kreatif di Indonesia dapat didefinisikan sbb:

Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta


bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan
melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu
tersebut.

Dari definisi tersebut tampak bahwa sesungguhnya industri kreatif tidak merujuk
pada satu atau sekelompok industri tertentu yang dapat dikategorikan sebagai
industri kreatif. Sehingga menurut penulis, semua industri yang mengandung
unsur kreatifitas dapat dikategorikan pada industri kreatif. Padahal semua
industri membutuhkan kreatifitas sehingga semua industri pada dasarnya adalah
industri kreatif, sehingga istilah industri kreatif menjadi istilah yang redundance,
rancu, mereduksi makna, dan bahkan bisa membingungkan. Penulis tidak
mendiskusikan definisi ini, tetapi pada pendirian bahwa semua industri adalah
industri kreatif. Karena merancang pesawat terbang, membuat chip komputer
juga membutuhkan kreativitas, yang tidak harus sarat dengan unsur seni. Dengan
kata lain yang bersifat kreatif tidak selalu harus mengandung unsur seni.

Departemen Perdagangan RI mengelompokkan adanya 14 (empat belas) jenis


industri kreatif, yakni 1) Periklanan, 2) Arsitektur, 3) Pasar Barang Seni, 4)
Kerajinan, 5) Desain, 6) Fesyen, 7) Video, Film, dan Fotografi, 8) Permainan
Interaktif, 9) Musik, 10) Seni Pertunjukan, 11) Penerbitan dan Percetakan, 12)
Layanan Komputer dan Piranti Lunak, 13) Televisi dan Radio, serta 14) Riset
dan Pengembangan.

Sementara itu John Howkins dalam bukunya The Craetive Economy, How
People make Money from Ideas, (Penguin Books, 2001) mengelompokkan 15
(lima belas) kelompok industri yang termasuk industri kreatif yakni 1)
Advertising, 2) Architecture, 3) Art, 4) Craft, 5) Design, 6) Fashion, 7) Film, 8)
Music, 9) Performing Arts, 10) Publishing, 11) R&D, 12) Software, 13) Toys
and Games, 14) TV & Radio, 15) Video Games.

Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 9


Tampak bahwa kedua pengelompokan tersebut esensinya sama kecuali bahwa
Departemen Perdagangan mengelompokkan jenis no 13 (Toys and Games) dan
15 (Video Games) pada klasifikasi Howkins menjadi satu kelompok. Sehingga
menggunakan klasifikasi yang manapun pada dasarnya sama.

Dari ke-14 kelompok industri kreatif tersebut, dua atau tiga kelompok di
antaranya membutuhkan bahan baku (resources) yang dapat dikaitkan secara
langsung berasal dari atau menggunakan objek sumber daya alam, yakni industri
kerajinan (crafts), barang seni (arts), serta riset dan pengembangan (R&D),
dengan catatan yang terakhir ini merupakan industri yang memang diarahkan
melakukan R&D dengan objek sumber daya alam.

Akan tetapi karena penulis menganggap semua industri adalah industri kreatif,
maka penulis tidak menerapkan pengelompokan tersebut secara ketat. Pemikiran
yang harus dikemukakan adalah bagaimana membangun industri berbasis
sumber daya alam dengan mempertimbangkan faktor lingkungan akademik,
kuantitas dan kualitas SDM (tenaga kerja), sumber pendanaan, dan kondisi
geografis lokal lainnya.

KONDISI GEOGRAFIS DAN FAKTOR PENDUKUNG INDUSTRI


Prasyarat empat soko guru pembangunan industri yakni aspek bahan baku
(resources), teknologi, SDM, dan lembaga pendanaan (finance), perlu dikaji
pada kondisi lokal setempat yakni di wilayah sekitar Kabupaten Purworejo dan
sekitarnya.

Kondisi Geografis
Secara geografis, Kabupaten Purworejo dan daerah sekitarnya merupakan daerah
yang memiliki wilayah perbukitan di bagian utara dan timur, serta daerah
dataran di bagian barat dan selatan. Daerah perbukitan digunakan sebagai daerah
perkebunan dan perhutanan, sedangkan daerah dataran sangat sarat dengan
kegiatan pertanian (padi sawah). Ke arah selatan yang berbatasan langsung
dengan Lautan Indonesia posisinya sangat menguntungkan karena memiliki
potensi dan akses sumber daya alam laut.

Meskipun daerah perbukitan di utara dan timur layak digunakan untuk


pengembangan hutan industri namun kondisi iklim dan udaranya tidak cukup
dingin sehingga kurang cocok untuk industri pertanian berhawa dingin, seperti
budidaya jamur tertentu, sapi perah (sapi susu), sayur-mayur sebagaimana
dijumpai seperti di daerah Temanggung dan Wonosobo. Namun demikian lahan
yang ada layak digunakan untuk perkebunan dan hutan industri. Potensi ini layak
digunakan untuk menopang industri kreatif berbasis sumber daya perkebunan
dan kehutanan.

Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 10


Sementara itu daerah dataran di selatan dan barat yang banyak digunakan untuk
pertanian padi sawah dapat digunakan sebagai penopang industri kreatif berbasis
pertanian padi sawah. Wilayah pesisir yang banyak dihuni masyarakat nelayan
merupakan daerah yang potensial menopang industri berbasis perikanan dan
kelautan.

Meskipun wilayah Kabupaten Purworejo memiliki potensi bahan pertambangan


seperti pasir besi (di pesisir selatan), tetapi mayoritas bahan tambang yang dapat
dijumpai termasuk golongan C seperti kapur, pasir, tanah liat, dan jenis bahan
galian C yang lain. Bahan-bahan hasil pertambangan ini juga dapat menopang
industri (kreatif).

Bahan Baku (Resources)


Memperhatikan kondisi geografis Kabupaten Purworejo dan sekitarnya seperti
diuraikan di atas dapat dilihat bahwa bahan baku dari sumber daya alam lokal
yang tersedia untuk mengembangkan industri akan datang dari kegiatan
pertanian, perkebunan, kehutanan, pertambangan, dll. Menilik potensinya bahan
baku dari industri kehutanan dan pertambangan tampaknya tidak terlalu
menyolok, meskipun di masa yang akan datang tetap berpeluang dapat
dikembangkan. Misalnya pada industri kreatif berbasis bahan baku kehutanan.
Meskipun tidak ada wilayah hutan yang luas di Kabupaten Purworejo, namun
usaha-usaha penghijauan dengan menanam tanaman hutan produksi dapat
mendukung industri kreatif seperti furniture dan kerajinan (crafts). Sementara itu
bahan baku pertambangan seperti kapur dan tanah liat juga dapat digunakan
sebagai bahan baku pada pengembangan industri kreatif kerajinan.

Hasil-hasil pertanian padi sawah termasuk limbahnya juga dapat dimanfaatkan


untuk industri baik yang bersifat tradisional maupun industri modern kreatif.
Jerami padi secara alamiah dan tradisional dapat diolah untuk pakan ternak
(sapi), tetapi dengan kreatifitas dapat digunakan sebagai bahan baku industri
seperti budidaya jamur. Demikian pula dengan kulit padi. Dedak dan katul dapat
digunakan bukan saja secara tradisional untuk bahan pakan ternak tetapi dengan
sentuhan teknologi juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri pangan
(manusia) yakni sereal. Sementara itu merang (kulit padi) dapat digunakan
sebagai bahan baku media tanam baik tanaman bunga maupun media tanam
budidaya jamur.

Teknologi
Teknologi merupakan faktor penting dalam pengembangan industri. Pemilihan
jenis teknologi untuk industri membutuhkan kecermatan, karena kesalahan
dalam pemilihan jenis dan tingkat kecanggihannya dapat menyulitkan
pengelolaan industri di kemudian hari. Pemilihan jenis teknologi berpotensi

Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 11


menimbulkan permasalahan yang dilematis terutama berkaitan dengan faktor
pendukung industri penting lainnya yakni SDM (manpower) sebagai tenaga
kerja. Dalam negara berkembang dengan populasi tinggi, pengembangan industri
diharapkan menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi masalah pengangguran
(unemployment). Tetapi di sisi lain semakin tinggi tingkat teknologi yang
diadopsi suatu industri semakin sedikit membutuhkan tenaga kerja manusia.
Dengan kata lain semakin tinggi tingkat teknologi semakin sedikit penyerapan
tenaga kerja, dan sebaliknya semakin rendah tingkat teknologi diharapkan
semakin banyak menyerap tenaga kerja. Karena itu kebijakan menerapkan padat
teknologi sekaligus padat karya dapat menyulitkan pengembangan suatu industri
sebagaimana dicontohkan pada industri pesawat terbang PTDI di atas. Dengan
contoh tersebut, pemilihan jenis dan tingkat kecanggihan teknologi perlu
dilakukan secara hati-hati dengan berbagai pertimbangan termasuk faktor
kelimpahan tenaga kerja.

Dari uraian dalam subbagian Bahan Baku di atas, dapat diamati bahwa industri
yang dapat dikembangkan di Kabupaten Purworejo dsk memiliki pilihan yang
luas, dari teknologi sederhana, madya bahkan dapat diterapkan teknologi tinggi.
Industri (kreatif) budidaya jamur, kerajinan tangan (gerabah, ukiran, dll)
misalnya masih dapat dipilih pada jenis teknologi madya atau sederhana. Di sisi
lain meskipun industri pembuatan sereal dapat diarahkan menggunakan
teknologi madya, tetapi ketelitian, kebersihan dan pengetahuan tentang bahan
pangan industri ini membutuhkan teknologi tinggi, yang melibatkan teknologi
pangan. Sehingga industri ini selain membutuhkan peralatan dan mesin-mesin
canggih juga membutuhkan sumber daya manusia berpendidikan tinggi (ahli
gizi, ahli teknologi pertanian, insinyur teknik kimia, dlsb). Secara teknologi
sederhana merang (kulit padi) dapat digunakan sebagai bahan baku media tanam,
tetapi dengan teknologi pula merang dapat digunakan sebagai bahan baku
industri arang aktif, yang jika dikehendaki hasil berkualitas baik memerlukan
teknologi tinggi.

Sumber Daya Manusia (Manpower)


Telah diuraikan dalam bagian Teknologi di atas bahwa pilihan tingkat teknologi
berkaitan langsung dengan ketersediaan tenaga kerja. Dalam konteks inilah bila
terdapat banyak jumlah tenaga dan ledakan angkatan kerja, kebijakan
pengembangan industri yang bersifat padat karya perlu dipertimbangkan. Jenis
industri (kreatif) dengan karakter yang justru mengurangi penerapan teknologi
adalah industri-industri (kreatif) yang membutuhkan aktifitas dan pekerjaan
manusia yang sedikit atau bahkan tidak bisa digantikan oleh mesin. Pekerjaan-
pekerjaan tersebut biasanya berkarakter mengandalkan ketrampilan kerajinan
tangan seperti melukis, mengukir, memahat, membatik (tulis), menyulam (bukan
membordir), dll. Karena itu industri (kreatif) jenis kerajinan tangan berpotensi

Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 12


dikembangkan di negara dengan tenaga kerja melimpah, sehingga menjadi
industri yang lebih bersifat padat karya.

Meskipun di Kabupaten Purworejo belum cukup memiliki infrastruktur dan


lingkungan akademik yang memenuhi syarat untuk pengembangan industri
(kreatif) berteknologi tinggi, namun sumber daya manusia yang (pernah) ada di
Purworejo masih dapat dimanfaatkan untuk membantu pembangunan Purworejo.
Telah banyak putra putri Purworejo mengenyam pendidikan tinggi meskipun
tidak berdomisili di Purworejo. Inilah aset yang perlu dimanfaatkan secara jeli
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo. Mereka dapat diundang, diajak,
dan diminta bantuannya untuk membangun Purworejo. Forum Simposium ini
merupakan awal yang baik jika pihak-pihak yang berkepentingan mampu
melanjutkan guliran bola salju yang telah menggelinding menuruni bukit.
Sehingga moment ini dapat terus diarahkan untuk kepentingan pengembangan
industri kreatif dan pada akhirnya membangun ekonomi kreatif Purworejo.

Lembaga Finansial
Dari kacamata ekonomi, sebenarnya di Indonesia telah banyak tersedia lembaga
pemodalan, termasuk untuk membangun industri. Selain lembaga perbankan
yang sudah sangat banyak, terdapat lembaga pemodalan lain seperti lembaga
Pemodalan Nasional Madani (PNM). Hal penting yang diperlukan dalam
masalah ini adalah aturan yang memudahkan bagi pengucuran modal khususnya
untuk mendukung industri kreatif. Aturan setiap lembaga pemodalan (termasuk
bank) kan mengacu pada atauran pusat karena itu pemerintah pusat menjadi
kunci perubahan dalam peraturan yang akomodatif dalam pengembangan
industri kreatif.

Meskipun lembaga pemodalan memegang peran penting, namun banyak industri


kreatif yang dapat dimulai dengan modal kecil yang tidak tergantung pada
lembaga pemodalan. Banyak contoh industri kreatif yang sukses berkembang
dari sumber pemodalan tabungan dan aset pribadi dalam jumlah terbatas. Salah
satu bidang misalnya industri kerajinan tangan yang dimulai dari industri
rumahan (home industry). Banyak industri pakaian jadi, bordir, sablon, batik,
dan lainnya bermula dari modal pribadi dalam jumlah terbatas.

Karena itu dapat disimpulkan bahwa bila aturan pengucuran modal dari lembaga
pemodalan dinilai belum cukup akomodatif, industri kreatif tetap dapat dimulai
dengan modal terbatas. Kuncinya terletak pada kreatifitas dan keuletan calon
industriawannya. Peran pemerintah yang diharapkan adalah sisi pemasaran
produk hasil industri kreatif termasuk pemasaran ke luar negeri.

Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 13


MEMBANGUN INDUSTRI KREATIF (PURWOREJO)
Untuk memulai mengembangkan industri kreatif (ala Indonesia), diperlukan
persiapan. Selain pemilihan bidang-bidang industri yang cocok untuk Kabupaten
Purworejo, ke-empat pilar industri yang telah dibahas sebelumnya (bahan baku,
SDM, teknologi, dan modal) perlu mendapat penanganan dan sentuhan sehingga
dapat tercapai arah dan tujuan industri kreatif yang diharapkan. Tujuan
membangun industri secara umum adalah menciptakan nilai tambah (added
value) terhadap barang mentah menjadi setengah jadi atau selanjutnya setengah
jadi menjadi barang jadi. Nilai keuntungan barang mentah atau setengah jadi
(material atau bahan baku) menjadi terdongkrak dengan sentuhan teknologi dan
ketrampilan tenaga kerja serta ketersediaan modal. Karena itu empat soko guru
industri seperti diuraikan di atas sangat berperan penting dalam pengembangan
dan pembangunan industri.

Bidang-Bidang Industri Potensial


Industri Kreatif Berbasis Sumber Daya Alam yang dapat dikembangkan di
Purworejo antara lain dalam bidang-bidang seperti:

1. Agroindustri:
Termasuk dalam bidang ini adalah industri pertanian, kehutanan,
perkebunan, perikanan dan kelautan serta produk-produk bahan hasil
pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, dll. Potensi SDA laut pesisir
Purworejo, bukan saja dapat dikembangkan sebagai penopang industri
pariwisata tetapi hasil laut (ikan, udang, kepiting, dll) bukan hanya dapat
dijual mentah termasuk untuk diekspor, tetapi juga berpeluang
dikembangkan (dengan kreatifitas & seni memasak) menjadi industri
kuliner yang pada akhirnya juga mendukung industri pariwisata. Hasil laut
(dengan sentuhan teknologi) juga dapat dikemas menjadi produk-produk
makanan awet (preserved/canned foods) termasuk berjenis-jenis bentuk
nuggets yang akan mendongkrak nilai tambah dan lebih tahan lama.
Potensi hutan produksi yang dapat dikembangkan di Purworejo saat ini dan
masa yad berpeluang untuk memasok bahan baku industri furniture dan
kerajinan tangan. Masih ada peluang-peluang lain dalam bidang
agroindustri yang dapat digali.

2. Industri Ecowisata (Ecotourism Industry):


Ciri industri ini adalah mengandalkan ketersediaan sumber daya alam
berupa objek-objek alam yang dapat diubah dan/atau dikemas menjadi
objek wisata lingkungan (ecowisata), berwisata sekaligus mengenal (untuk
mencintai) alam dan lingkungan. Potensi objek-objek alam Purworejo
untuk dikembangkan menjadi industri wisata cukup berpeluang. Terdapat
objek alam dan wisata yang dapat dikemas dalam paket wisata. Gua

Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 14


Kiskendo dapat dikemas dalam wisata eco dan petualangan. Peternakan
kambing Etawa memiliki daya tarik wisata lingkungan. Bedug Kiai
Bagelen memiliki daya tarik sebagai objek wisata religius. Sungai
Bogowonto berpotensi menjadi ajang wisata arung jeram. Proses membatik
di sentra-sentra batik seperti Baledono dapat dikemas menjadi objek
wisata. Masih banyak objek-objek lain yang dapat digarap. Sekali lagi
dengan kreatifitas dan sentuhan serta kerja keras dan ulet, objek-objek alam
ini berpotensi dikembangkan menjadi industri ecowisata.
Masih terdapat bidang-bidang industri lain yang dapat digali. Namun ruang
dalam makalah ini membatasi pembahasannya, dapat diuraikan pada
kesempatan lain.

Soko Guru Industri


Selain menggali potensi bahan baku (dari sumber daya alam) yang dapat
dikembangkan dalam mendukung industri (kreatif) peran SDM (tenaga kerja)
perlu dipersiapkan secara matang. Secara klasik Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) umumnya menyediakan jurusan-jursan mesin, otomotif, elektronika,
bangunan, dll. Tapi banyak pemda dan kota di Indonesia kini mengembangkan
kurikulum SMK dengan tujuan menyiapkan tenaga siap kerja dalam bidang
industri kreatif. SMK seperti ini menyediakan jurusan-jurusan dan kurikulum
pendidikan seperti seni ukir, kriya, batik, informatika, broadcasting, dll. Di
dalamnya sangat ditekankan pelajaran desain, rekayasa, dan bekal ketrampilan
lain yang mendukung industri kreatif lengkap dengan praktek-praktek langsung
bermacam ketrampilan. Bila industri kreatif perlu segera dikembangkan di
Purworejo, saatnya kini Purworejo memiliki jenis-jenis sekolah seperti ini untuk
para siswa yang berminat dan berbakat langsung bekerja setelah lulus SLTA.

Memperhatikan potensi daerah yang ada, ada baiknya industri kreatif yang dapat
dikembangkan di Purworejo dapat dimulai dari industri dengan teknologi madya
atau bahkan teknologi sederhana (tepat guna). Bila sisi keuangan dan modal
mencukupi di kemudian hari terbuka kemungkinan mengalihkannya ke teknologi
tinggi. Ini dilakukan pada jenis industri yang memang dapat diarahkan
menggunakan teknologi tinggi. Sebab tidak semua jenis aktifitas dan proses
perlu atau dapat menggunakan teknologi tinggi seperti misalnya melukis,
mengukir, menyulam (merajut), memahat, membatik, dll. Sebagaimana telah
diuraikan di atas, kegiatan-kegiatan sejenis ini dapat tetap menggunakan
teknologi sederhana atau madya.

Agar tidak terlalu tergantung kepada lembaga pemodalan, sebagaimana telah


disinggung, industri kreatif dapat dimulai dengan modal kecil untuk membangun
industri skala rumahan (home industry). Peran wirausahawan (entrepreneur)
meski dengan modal kecil sangat diperlukan, bahkan menempati posisi sentral.

Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 15


Pula, yang juga diperlukan adalah wirausahawan kreatif. Di tangan mereka,
potensi-potensi yang ada akan mampu menangguk nilai tambah.

Selain dua hal penting di atas, masih ada masalah lain yang perlu mendapatkan
penanganan serius. Seperti yang telah disebutkan di atas, salah satu faktor
penentu suksesnya industri adalah masalah pemasaran (marketing). Masalah ini
paling sering menjadi batu sandungan bagi industriawan pemula. Banyak
industri mampu membuat barang (produk) tetapi kesulitan memasarkan. Situasi
perekonomian nasional yang lesu menyebabkan daya beli masyarakat dalam
negeri sangat menurun. Pada saat seperti ini pemasaran ke luar negeri harus
menjadi peluang yang perlu digarap dengan serius. Tapi ketika banyak
industriawan kreatif lokal belum mampu melakukan secara optimal, pemerintah
harus mampu membantu misalnya dengan kursus-kursus pemasaran termasuk
dengan memanfaatkan media internet.

KESIMPULAN
Terdapat sejumlah bidang industri dengan sumber daya pendukungnya yang
dapat dikembangkan sebagai industri (kreatif) di sekitar Kabupaten Purworejo.
Tersedia bahan baku, objek-objek dan wahana yang dapat diberi sentuhan
teknologi dan ketrampilan SDM untuk memperoleh nilai tambah (added value)
ketimbang dijual/diekspor mentahan. Potensi ini perlu digarap serius untuk
membangun industri kreatif yang pada akhirnya mampu meningkatkan ekonomi
(kreatif) daerah.

Menilik kondisi geografis dan bermacam potensi soko guru industri yang ada di
Purworejo, industri yang akan dapat dikembangkan di Kabupaten Purworejo dan
daerah sekitarnya cenderung akan mengandalkan bahan baku (material) yang
berasal dari sumber daya alam (SDA). Dengan kondisi dan tingkat pendidikan
masyarakat (penduduk menetap) serta tingkat populasinya, pilihan teknologi
untuk mendukung pengembangan industri cenderung pada teknologi madya atau
tepat guna. Namun seiring dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya
pendidikan, sehingga tingkat pendidikan masyarakat yang secara bertahap
meningkat, tidak menutup kemungkinan pengembangan industri kreatif yang
ditopang oleh teknologi tinggi.

Seandainya lembaga pemodalan belum cukup akomodatif mendukung


pengembangan industri kreatif, pemodal (individu) skala kecil tetap dapat
memulainya, karena industri kreatif dapat dimulai dari industri kecil (UKM)
berskala rumahan (home industry). Peran wirausahawan (entrepreneur) amat
sentral sementara Pemerintah Daerah perlu memberi dukungan fasilitasi,
promosi dan pemasaran termasuk pameran produksi dan lain-lain.

Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 16


REFERENSI
Departemen Perdagangan Republik Indonesia: Pengembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia 2025: Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-
2015, Deperdag RI, 2009.
Howkins, J.: The Craetive Economy, How People make Money from Ideas,
Penguin Books, 2001.

Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 17

Anda mungkin juga menyukai