Anda di halaman 1dari 6

1.

BIOGRAFIS Basrizal Koto

Basrizal Koto (lahir di Kampung Ladang, Pariaman, Sumatra Barat, 11 Oktober 1959; umur
59 tahun) adalah pengusaha besar atau konglomerat Indonesia asal Sumatra Barat. Basrizal
atau yang biasa dipanggil Basko sukses berbisnis di banyak bidang, diantaranya bisnis media,
percetakan, pertambangan, peternakan, perhotelan, dan properti.[1]

2. Kehidupan Basrizal Koto


Basko lahir di Kampung Ladang, Pariaman dari pasangan Ali Absyar dan Djaninar. Masa
kecilnya sangatlah getir, di mana Basko sempat merasakan hanya makan sehari sekali, di
mana untuk makan sehari-hari saja sang ibu harus meminjam beras ke tetangga. Ayahnya
ditinggal ayahnya yang pergi merantau ke Riau. Ketabahan sang ibu yang
dipanggilnya amak dalam menghadapi kehidupan selalu membekas dihatinya.
Meski sempat bersekolah hingga kelas lima SD, Basko akhirnya berkesimpulan bahwa
kemiskinan harus dilawan bukan untuk dinikmati. Atas seizin ibunya, diapun memilih pergi
merantau ke Riau dibanding melanjutkan sekolah. Sebelum berangkat, ibunya berpesan agar
menerapkan 3 K dalam hidup, yaitu pandai-pandai berkomunikasi, manfaatkan peluang dan
kesempatan, serta bekerjalah dengan komitmen tinggi. 3 K itulah yang dia terapkan dalam
berbisnis. Hal pertama yang dilakukannya di perantauan adalah datang ke terminal setelah
subuh untuk mencari pekerjaan menjadi kernet. Berkat kemampuannya berkomunikasi, maka
hari pertama dia sudah bisa membantu sopir oplet. Saat pertama jadi kernet, siang-malam dia
bekerja hingga memungkinkan untuk menyewa rumah kontrakan guna menampung keluarga.

Hidup Basrizal Koto, Berawal dari Hinaan & Perjuangan

Kisah Sukses Si Anak Rantau

MUNGKIN sedikit orang yang tahu di balik keberhasilannya sebagai salah


satu pengusaha media terbesar di Riau, masa lalu H Basrizal Koto penuh hinaan
sekaligus perjuangan.

H Basrizal Koto
“Saya selalu mengilustrasikan diri saya sebagai seorang Thariq bin Ziyad yang
membakar semua kapal pasukannya untuk menjemput syahid,” katanya.

Haluan Kepri salah satu milik H Basrizal Koto, di Bengkong Garama, Batam,
Selasa 11 Juni 2013. F Suprizal Tanjung

Masih segar dalam ingatan Basrizal, suatu hari sepulang dari sekolah, ia tak menemukan
sebutir pun nasi di meja makannya. Sang Mamak yang kasihan melihat begitu laparnya
dia, kemudian berinisiatif meminjam beras ke tetangga yang masih terbilang saudaranya.
Namun tanpa disangka-sangka, sang tetangga menolak mentah-mentah permintaan
Mamaknya sambil berkata ketus: “Kasih makan batu saja anak kau!”.

Mendengar kata-kata tersebut, tentu saja Basrizal merasa sedih dan kecewa. Tapi itu
dahulu, ketika ia masih seorang bocah kecil yang mungkin berpikiran pendek. Saat ini
ketika menjadi seorang yang sangat terkenal dan sukses, ia menyatakan, “Saya selalu
doakan dia karena saya tahu dia juga orang miskin seperti kami saat itu,” ungkap laki-
laki Minang kelahiran Pariaman 47 tahun silam itu.

Bisnis Basrizal dimulai sejak usia 12 tahun. Dengan tekad hidup mandiri, suatu hari
dirinya yang saat itu masih duduk di kelas 5 SD, bersujud memohon restu sang mamak
untuk pergi merantau ke Pekan Baru. Dengan berat hati dan diiringi linangan air mata
sang bunda, Basrizal pun meninggalkan segala kenangan masa kecilnya di desa tercinta.

”Waktu itu saya berprinsip, saya baru akan pulang kampung dan menjemput keluarga
saya jika sudah bisa mendapatkan seliter beras,” ungkap penikmat setia masakan sambal
balado yang selalu bergaya serius tapi santai itu.

Hari-hari Basrizal di tanah rantau dihiasi dengan mengerjakan apa saja, termasuk
menjajakan pisang goreng di jalanan. Hidup bagi Basrizal adalah pertempuran demi
pertempuran untuk melawan rasa malas dan rasa gengsi yang membuncah.

“Saya selalu mengilustrasikan diri saya sebagai seorang Thariq bin Ziyad yang
membakar semua kapal pasukannya untuk menjemput syahid. Jujur saja saya
mengadopsi sikap seperti. Saya ingin dan harus membangkitkan batang terendam karena
selama ini orang selalu mengecilkan peran kami sebagai keturunan orang miskin,”
katanya penuh semangat.

Rupanya Tuhan “terkesan” pada tekadnya. Puluhan tahun setelah ia menginjakkan


kakinya di ranah Serampang 12, orang-orang mulai mengenalnya sebagai pengusaha
sukses yang merajai berbagai bidang mulai sarana angkutan hingga bisnis media. Apa
yang sebenarnya menjadi modal utamanya? “Berlaku jujur dan bersikap mandiri. Insya
Allah, dengan itu hidup kita diberkahi Tuhan,” katanya.

Sikap itu mempercepat kecocokannya dengan materi-materi yang disampaikan di ESQ.


Apa yang dia alami saat mengikuti training ESQ, menurut dia, sepertinya tidak jauh dari
falsafah Minangkabau: duduk sama rendah berdiri sama tinggi, ringan sama dijinjing,
berat sama dipikul. “Bahkan saking merasa cocoknya dengan ESQ, Anda lihat sendiri,
di seluruh perusahaan yang saya pegang berlaku tujuh nilai dasar MCB Group, yang
sama dengan tujuh nilai dasar ESQ,“ tutur pimpinan komunitas orang Minang di Riau
itu dalam nada bangga.

Namun, jauh di balik suksesnya saat ini, ada hal yang selalu menjadikannya lebih
merasa bangga dan terharu, yakni kenangan akan pengorbanan dan rasa kasih sayang
sang bunda. Ia sangat sadar, tanpa jasa ibunya tak mungkin orang mengenal Basrizal
Koto seperti saat ini. “Dalam kemiskinan, dia bisa membesarkan saya. Sungguh ini
sangat luar biasa,” ungkapnya dalam nada rasa haru yang mendalam. Rasa cintanya yang
mendalam itu juga yang membuat suami Hj. Mukhniarti itu tidak berani sedikit pun
membantah kata-kata sang bunda hingga detik ini.

3. Perjalanan Bisnis Basrizal koto


Basko yang panjang akal dan visioner mengawali usahanya dengan berjualan pete. Meski
tidak punya uang tetapi dengan modal kepercayaan, pete yang belum dibayar dibawanya
ke restoran Padang dan dijual dengan selisih harga yang lebih tinggi. Perjalanan hidupnya
penuh warna dan keinginan untuk terus mengubah nasib mengantarnya menjajal berbagai
macam profesi mulai dari kernet, sopir, pemborong, tukang jahit hingga akhirnya menjadi
dealer mobil.
Kemahirannya berkomunikasi, membangun jaringan, menepati janji, dan menjaga
kepercayaan akhirnya membawanya sukses menaklukan kemiskinan, membangun kerajaan
bisnis, dan menciptakan lapangan kerja. Jumlah perusahaan yang dikelolanya kini mencapai
15 perusahaan dan sejak 2006 dia juga terjun ke bisnis penambangan batu bara di Riau,
menyediakan jasa TV kabel dan Internet di Sumatra.
Beberapa perusahaan yang masuk dalam MCB Group miliknya adalah PT Basko Minang
Plaza (pusat belanja, saat ini berubah nama menjadi Basko Grand Mall), PT Cerya Riau
Mandiri Printing (CRMP) (percetakan), PT Cerya Zico Utama (properti), PT Bastara Jaya
Muda (tambang batubara), PT Riau Agro Mandiri (penggemukan, impor dan ekspor ternak),
PT Riau Agro Mandiri Perkasa (pembibitan, pengalengan daging), PT Indonesian Mesh
Network (TV kabel dan Internet), dan PT Best Western Hotel (saat ini berubah nama menjadi
Premier Basko Hotel) Padang. Premier Basko Hotel Padang sebuah hotel bintang lima terdiri
dari 180 kamar yang beroperasi di Padang, Sumatra Barat. Saat ini proyek yang sedang
berjalan seiring dengan perkembangan kota Pekanbaru, Riau adalah Green City Riau
Superblock yang berada di jantung pusat Kota Pekanbaru berdiri di lahan seluas 2 Hektar
dengan konsep Superblock di mana terdiri dari 7 Lantai Pusat Perbelanjaan dan 3 Tower
masing-masing Tower Apartemen, Tower Condotel / Condominium Hotel dan 1 Tower
Perkantoran.
Ia juga menjadi pemilik empat media yang sirkulasinya hampir seluruh Pulau Sumatra
bahkan menjangkau Jakarta, yaitu Harian Haluan di Padang, Harian Haluan Kepri di Batam,
Harian Haluan Riau di Pekanbaru dan Radio Mandiri FM di Pekanbaru.[2]

4. Perusahaan Basrizal Koto


Beberapa di antara perusahaan milik Basrizal Koto:

 Harian Haluan di Padang


 Harian Haluan Riau di Pekanbaru
 Harian Haluan Kepri di Batam
 Radio Mandiri FM di Pekanbaru
 Basko Grand Mall (Padang)
 Green City Tower (Riau)
 Cerya Riau Mandiri Printing (CRMP) (Riau)
 PT Cerya Zico Utama (Riau)
 PT Bastara Jaya Muda (tambang batu bara)
 PT Riau Agro Mandiri (penggemukan, impor dan ekspor ternak)
 PT Riau Agro Mandiri Perkasa (pembibitan, pengalengan daging)
 PT Indonesian Mesh Network (TV kabel dan Internet)
 PT Best Western Hotel Padang
 Premier Basko Hotel Padang
5. Organisasi

 Ketua Forum Silaturahmi Saudagar Minang (FSSM) (2008-2013)


 Ketua Umum Ikatan Keluarga Minang Riau (IKMR) (2000-2015)
 Ketua Yayasan Pendidikan Bunda Riau
 Ketua Pembina ESQ Provinsi Riau

Apa kunci suksesnya?


Sebelum pergi, ibunya memberi nasehat panjang padanya. Dan intinya adalah 3K, yaitu
pandai ber-Komunikasi, cari segala Kemungkinan, manfaatkan Kesempatan dan
peluangnya, serta bekerjalah dengan Komitmen yang tinggi. Prinsip inilah yang ia
diterapkan dalam bisnis-bisnisnya hingga seperti sekarang. Dia ingat, pertama kali di Riau, ia
berangkat saat fajar ke terminal bis dan menawarkan diri menjadi kondektur oplet.
Kehidupan menjadi kondektur oplet itu memberinya banyak pelajaran hidup soal komunikasi
dan komitmen itu. Selain menjadi kondektur, beliau juga pernah berjualan pisang, petai, jadi
supir hingga jadi makelar kenderaan. Semua dijalaninya sebagai sebuah proses pembangunan
dirinya.
Terampil komunikasi, jaringan, menepati janji, dan menjaga kepercayaan akhirnya
membawa kesuksesan untuk menaklukkan kemiskinan, membangun kerajaan bisnis, dan
menciptakan lapangan kerja.
Jumlah perusahaannya kini telah mencapai 15 perusahaan, dan sejak 2006 dia juga terjun
ke bisnis pertambangan batu bara di Riau, menyediakan TV kabel dan layanan internet di
Sumatera. Beberapa perusahaan yang masuk Grup MCB miliknya adalah PT Basko Minang
Plaza (pusat perbelanjaan), PT Cerya Riau Diri Printing (CRMP) (pencetakan), PT Cerya
Zico Utama (properti), PT Jaya Bastara Muda (tambang batubara), PT Riau Agro Mandiri
(penggemukan, impor dan ekspor ternak), PT Agro Mandiri Riau Perkasa (pembibitan,
pengalengan daging), PT Indonesian Mesh Network (TV kabel dan Internet), dan PT Hotel
Best Western dan sekarang berganti nama menjadi Premier Basko Hotel Padang.
Ketika ditanya apakah yang membuat pak Basko mampu berkembang dan bertahan terus,
maka beliau menuliskan rangkaian kalimat berikut, yang sangat menginspirasi saya:
Tidak ada kata menyerah.
Tidak ada kata menyalahkan atas kemiskinannya.
Tidak ada kata kecewa dan keluhan.
Tidak ada kesombongan.
Tidak ada kebencian.
Tidak ada kedurhakaan kepada orang tua.
Tidak ada kata memanjakan anak-anaknya.
Tidak ada kata malas.
Tidak ada kata tidak bisa.
Tidak ada behenti, terus berlari.
Tidak ada kata tidak layak.
Tidak ada kata nyaman.
Tidak ada kata tidak bersyukur.
Kecuali kata terima kasih Ya Allah atas segala-galanya.
H.Basrizal Koto

Anda mungkin juga menyukai