Anda di halaman 1dari 11

BELA NEGARA DARI ANCAMAN SOSIAL

DAN BUDAYA BATIK

MATA KULIAH MATRIKULASI BELA NEGARA


DOSEN PENGAMPU : Dr. Dra. Ika Korika Swasti, M.Pd.

Makalah ini disusun oleh


Hanni Fadhillah Dyah Lestari (22062020014)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk
Pertahanan Negara, Bela Negara merupakan sebuah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
Bela negara perlu diperkuat mengingat adanya perubahan spektrum ancaman terhadap negara menjadi sangat
multi dimensi dan saling terkait. Perubahan spektrum ancaman menjadi ancaman nyata antara lain tindak
terorisme, berkembangnya paham komunisme, liberalisme, narkoba, pencemaran, dan hoax serta adanya
potensi ancaman militer, konflik sosial, dan LGBT. Potensi ancaman militer dapat berasal dari luar negeri
seperti agresi militer, pelanggaran wilayah oleh negara lain, mata-mata (spionase), sabotase, dan aksi teror dari
jaringan internasional. Ancaman militer dari dalam negeri meliputi pemberontakan bersenjata, konflik
horizontal, aksi teror, sabotase, aksi kekerasan berbau SARA, dan gerakan separatis. Ancaman non militer
meliputi ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM.
Peran penting Bela Negara dapat dikuak secara lebih jernih dan mendalam melalui perspektif
pertahanan. Keutuhan wilayah Indonesia, beserta seluruh sumber daya, kedaulatan dan
kemerdekaannya, selalu terancam oleh agresi asing dari luar dan pergolakan bersenjata dari
dalam. Kalau ancaman ini menjadi nyata dan Indonesia tidak siap, semuanya bisa kembali ke titik
nol. Antisipasi para pendiri bangsa tercantum dalam salah satu poin tujuan nasional yaitu
“Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”.
Pernyataan tersebut menjadi dasar dari tujuan pertahanan. Ia tidak berdiri sendiri tetapi berbagi
ruang dengan tujuan keamanan atau ketertiban sipil dan berdampingan 3 (tiga) tujuan lainnya,
yakni tujuan kesejahteraan (memajukan kesejahteraan umum), tujuan keadaban (mencerdaskan
kehidupan bangsa) dan tujuan kedamaian (berpartisipasi aktif dalam perdamaian dunia yang adil
dan abadi). Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara
dan Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban
membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling
keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman
nyata musuh bersenjata.Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi
bangsa dan negara. Ancaman dapat terealisasi jika bangsa kita tidak menyadari akan pentingnya
kemampuan bela negara. Ancaman bela negara dapat berupa militer dan non militer.
Yang akan dibahas pada makalah ini adalah ancaman bela negara berbentuk non militer dalam
bidang sosial dan budaya. Banyaknya budaya asing yang masuk ke Indonesia merupakan salah
satu alasan lunturnya kebudayaan di Indonesia di kalangan anak muda. Banyak anak muda yang
tidak tahu menahu tentang budaya apa saja yang terdapat di Indonesia, contohnya adalah arti dari
setiap corak Batik di Indonesia.
Fenomena ini menandakan bahwa minimnya pengetahuan tentang kebudayaan batik pada anak
bangsa. Sehingga pentingnya edukasi tentang kebudayaan bangsa perlu ditingkatkan terutama
kepada anak bangsa agar budaya bangsa Indonesia tidak sirna dimakan waktu.
Upaya pemerintah untuk mengenalkan budaya batik dikalangan anak anak hingga remaja adalah
dengan penggunaan seragam sekolah yang memiliki motif batik khas daerah masing - masing.
Di kalangan Perguruan Tinggi juga beberapa telah diserempakan penggunaan baju batik oleh
civitas akademik maupun non akademik, namun belum banyak yah mengerti arti dari setiap corak
batik yang dikenakan.

1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa peran profesi akuntan untuk melestarikan kebudayaan batik?
2. Apa ancaman yang akan terjadi apabila kebudayaan batik tidak dilestarikan?

1. 3 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran Profesi Akuntan dalam melestarikan
kebudayaan batik dan solusi untuk mengatasi ancaman yang terjadi bila budaya batik tidak
dilestarikan juga akan diuraikan pada makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Landasan Teori

1. Pengertian Bela Negara

Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang -
Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang
seutuhnya.

Pengertian Bela Negara menurut UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.

2. Dasar Hukum Bela Negara


Bela negara diatur berdasarkan Pancila dan Undang Undang Dasar NKRI tahun
1945, antara lain sebagai berikut :
a. Pasal 30 Ayat (1) UUD 1945
"Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pertahanan dan
keamanan negara".
b. Pasal 30 Ayat (2) UUD 1945
"Usaha pertahanan dan kemanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Polri sebagai kekuatan utama dan
rakyat sebagai kekuatan pendukung”
c. UU No 3 Tahun 2002 Pasal 9 ayat 1 dan Pasal 8 ayat 1 & 2 tentang Pertahanan
Negara
d. UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM pasal 68
"Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai
dengan ketentuan perundang - undangan".

3. Fungsi dan Tujuan Bela Negara


Fungsi Bela Negara diantaranya adalah sebagai penjaga Keutuhan Wilayah
Negara, sebagai Pertahanan Negara dari suatu ancaman, sebagai suatu panggilan
sejarah, sebagai kewajiban masing masing negara.
Sedangkan Tujuan mengapa setiap warga negara harus dan wajib untuk membela
negara adalah untuk menjalankan nilai - nilai Pancasila dan UUD 1945, untuk
melestarikan budaya bangsa yang luhur, untuk menjaga identitas dan integritas
suatu bangsa.
4. Nilai - Nilai Bela Negara

Cinta tanah air


Mengenal dan mencintai tanah air agar selalu waspada dan siap membela tanah air
Indonesia terhadap segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan
yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Indikator cinta
tanah air meliputi:
1. menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia;
2. bangga sebagai bangsa Indonesia;
3. menjaga nama baik bangsa dan negara Indonesia;
4. memberikan kontribusi dan kemajuan pada bangsa dan negara Indonesia;
5. mencintai produk dalam negeri, budaya, dan kesenian Indonesia.
Kesadaran berbangsa dan bernegara
Sadar sebagai warna bangsa negara Indonesia dalam bentuk tingkah laku, sikap,
dan kehidupan pribadi agar dapat bermasyarakat sesuai dengan kepribadian bangsa.
Indikator nilai kesadaran berbangsa dan bernegara meliputi:
1. memiliki kesadaran keragaman budaya, suku, agama, bahasa dan adat istiadat;
2. melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;
3. mengenal keragaman individu di rumah dan di lingkungannya;
4. berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia;
5. berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara;
Yakin akan Pancasila:
Pancasila sebagai pedoman dan pandangan hidup bangsa Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara guna mencapai tujuan nasional.
Rasa yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara dicapai dengan menumbuhkan
kesadaran:
1. yang didasari pada Pancasila, pada kebenaran negara kesatuan republik
Indonesia;
2. bahwa hanya dengan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
negara bangsa Indonesia akan tetap jaya;
3. setiap perbedaan pendapat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat
diselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat;
4. bahwa Pancasila dapat membentengi mental dan karakter bangsa dalam
menghadapi ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.
Adapun indikator nilai yakin pada Pancasila sebagai ideologi bangsa meliputi:
1. memahami nilai-nilai dalamPancasila.
mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari;
2. menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara Indonesia;
3. senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila;
4. setia pada Pancasila dan meyakini sebagai dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Rela berkorban:
Rela berkorban untuk bangsa dan negara. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga,
pikiran dan harta benda untuk kepentingan umum sehingga pada saatnya nanti siap
mengorbankan jiwa raga bagi kepentingan bangsa dan negara. Indikator rela
berkorban bagi bangsa dan negara meliputi:
1. bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan bangsa dan
negara;
2. siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman;
3. memiliki kepedulian terhadap keselamatan bangsa dan negara;
4. memiliki jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya;
5. mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
dan/atau golongan.
Kemampuan awal bela negara:
Secara Psikis (mental) memiliki sifat disiplin, ulet, menaati segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku, percaya akan kemampuan diri sendiri, tahan
uji, pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan
nasional. Secara Fisik (jasmani) memiliki kondisi kesehatan dan keterampilan
jasmani yang dapat mendukung kemampuan awal bela negara yang bersifat psikis.
Adapun Indikator nilai memiliki kemampuan awal bela negara meliputi:
1. memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional,
dan kecerdasan dalam bertahan hidup atau mengatasi kesulitan;
2. senantiasa memelihara kesehatan jiwa dan raganya;
3. ulet dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan;
4. terus membina kemampuan jasmani dan rohani; dan
5. memiliki keterampilan bela negara dalam bentuk keterampilan.

5. Jenis Ancaman
Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri, yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa.
Ancaman nonmiliter atau nirmiliter memiliki karakteristik yang berbeda
dengan ancaman militer, yaitu tidak bersifat fisik serta bentuknya tidak terlihat
seperti ancaman militer, karena ancaman
berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, informasi serta kes
elamatan umum. Ancaman sosial budaya berupa isu-isu kemiskinan, kebodohan,
keterbelakangan, dan ketidakadilan yang menjadi dasar timbulnya konflik vertikal
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dan konflik horizontal
yaitu suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).
Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang
terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.Ancaman militer
dapat berbentuk: Agresi oleh negara lain, Pelanggaran wilayah, Spionase, Sabotase,
Aksi teror bersenjata,Pemberontakan bersenjata, Perang saudara, Konflik komunal

2. 2 Pembahasan
Masyarakat Indonesia harus bangga memakai kain batik. Rasa cinta terhadap kain
nusantara ini harus terus digelorakan dengan cara memadukannya di kegiatan sehari-hari.
Batik adalah sebuah teknik atau proses menuliskan atau menegaskan kain bergambar
dengan menggunakan malam atau lilin yang pengolahannya diproses sehingga memiliki
ciri khas.
Sejarah panjang perjalanan batik hingga kini akhirnya batik diakui organisasi dunia
Unesco sebagai warisan budaya dunia pada 2 Oktober 2009. Karena itulah, sejak saat itu,
Indonesia memperingati hari batik nasional setiap 2 Oktober. Setiap sekolah,
kelembagaan, dan perusahaan mewajibkan penggunaan pakaian batik satu hari dalam
sepekan. Sebetulnya proses meraih pengakuan itu bukan hal yang mudah. Semula
perjuangan diawali karena perlawanan Indonesia karena tak mau batik diklaim oleh
negera tetangga Malaysia. Karena itu sejak tahun 2008, pemerintah Indonesia
mendaftarkan batik ke dalam deretan representatif budaya tak benda warisan manusia
Unesco atau Representative List of Intangible Cultural Heritage-Unesco. Kemudian
diterima resmi oleh Unesco pada 9 Januari 2009 untuk diproses. Barulah pada 2 Oktober
2009 Unesco mengakui batik.
Dilansir dari laman Pemprov Jawa Barat resmi, sejarah perjalanan batik dari sebelum
akhirnya diklaim Malaysia dan diakui Unesco, melalui proses yang sangat panjang.
Dimulai sejak zaman kerajaan Majapahit, ditelusuri di daerah Mojokerto dan
Tulungagung. Mojokerto adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan
Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit.
Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung
adalah riwayat perkembangan pembatikan di daerah ini, dapat digali dari peninggalan di
zaman kerajaan Majapahit. Saat itu petugas-petugas tentara dan keluarga kerajaan
Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau Tulungagung membawa
kesenian membuat batik asli.
Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan
Sidomulyo. Di luar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-
XIX ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan yang
dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri dan obat-obat batik dari soga jambal,
mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya.
Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah perang dunia kesatu yang dijual oleh
pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya
obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik
Mojokerto dapat membelinya di pasar Porong Sidoarjo, Pasar Porong ini sebelum krisis
ekonomi dunia dikenal sebagai pasar yang ramai, di mana hasil-hasil produksi batik
Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo banyak dijual.
Riwayat pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo, yang kisahnya
berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah ini. Daerah perbatikan lama yang
bisa kita lihat sekarang adalah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan sekarang dan dari
sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono,
Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut.
Waktu itu obat-obat yang dipakai dalam pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri
dari kayu-kayuan antara lain pohon tom, mengkudu, kayu tinggi. Pembuatan batik cap di
Ponorogo baru dikenal setelah perang dunia pertama yang dibawa oleh seorang Cina
bernama Kwee Seng dari Banyumas.
Saat ini, lilin atau malamnya hanya bisa dibeli di daerah Pekalongan atau Solo dan
Jogjakarta. Sejarah batik begitu panjang, dan hal itu akan mempengaruhi setiap
tekniknya. Setiap daerah saat ini membuat batik. Proses membatiknya sama.
Pewarnaannya sama. Tapi tiap daerah punya ciri sendiri dan yang membedakan adalah
keindahan motifnya.
Fenomena yang terjadi diatas merupakan salah satu bentuk ancaman non militer di bidang
social dan budaya, karena kurangnya nilai bela negara tentang kesadaran bernegara yang
mewajibkan kita sebagai bangsa Indonesia untuk melestarikan kebudayaan yang ada,
salah satunya adalah batik.
Selama ini batik hanya dipakai pada saat peringatan Hari nasional tertentu saja, dan trend
fashion di langan anak muda yang jauh dari kain batik.walaupun beberapa anak muda
telah sukses mencontohkan untuk melestarikan budaya batik untuk dipamerkan sampai
ke negeri lain.
Upaya pemerintah untuk mengenalkan batik telah disalurkan melalui penggunaan
seragam batik yang dikenakan siswa – siswa Sekolah Dasar hingga sekolah Menengah
Keatas.
Namun kita sebagai profesi akuntan yang baik juga harus mensosialisasikan dan
melestarikan budaya batik dengan menggunakan baju batik di hari tertentu untuk di
kantor sehingga rasa solidaritas akan terbentuk dan pemenuhan akan kewajiban untuk
berbangsa dan bernegara juga terpenuhi.
Berbagai ide tentang pelestarian budaya batik salah satunya dengan mengisi kegiatan
Rapat Kerja Tahunan dengan kegiatan membatik di wisata batik, sehingga hasil hasil
batik yang telah dibuat nantinya dapat dipakai untuk seragam kantor harian.
BAB III
KESIMPULAN

Bela negara wajib dilakukan oleh semua warga negara untuk menjaga kedaulatan negara dari
ancaman militer maupun non militer yang di dapat dari dalam maupun luar negri. Salah satu
fenomena yang diangkat dari makalah ini adalah lunturnya kebudayaan batik hingga batik
Indonesia dapat di klaim oleh negara lain. Kebudayaan batik dapat dilestarikan dengan melakukan
pengenalan budaya batik kepada anak bangsa sehingga budaya batik tidak akan luntur dan
fenomena pengklaiman budaya tersebut tidak akan terjadi lagi. Upaya pemerintah untuk
menanamkan sikap bela negara kepada anak bangsa adalah dengan mewajibkan menggunakan
seragam batik saat sekolah berlangsung.

Dikalangan kaum milenial batik dikenalkan dengan fashion yang mengikuti perubahan jaman,
seperti blazer dengan kain batik. Bahkan saat 2021 lalu, banyak anak muda yang mulai
meramaikan trend berbusana batik saat mereka melakukan kegiatan outdoor. Fenomena itu
merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga kelestarian budaya batik.

Peran Akuntan untuk melestarikan budaya batik adalah dengan mengisi kegiatan Rapat Kerja
Tahunan dengan kegiatan membatik di wisata batik, sehingga hasil hasil batik yang telah dibuat
nantinya dapat dipakai untuk seragam kantor harian.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai