Anda di halaman 1dari 7

BELA NEGARA PADA ERA GLOBALISASI

Oleh Tiara Nurul; VIna Aulia;


Fatimah Azwa; Putri Ajeng;
Hana Rizqi; Nabila Berlianti
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

Abstrak
Di era globalisasi segalanya terasa lebih mudah, namun realitanya semakin banyak masyarakat
indonesia yang kehilangan nilai patriotisme dan nasionalisme. Banyak kaum milenial yang
kehilangan semangat untuk membela negara ini. Makna bela negara di era ini bukan hanya
dalam bidang militer saja, namun juga bisa dalam bidang non fisik seperti menjaga dan
mencintai tanah air Indonesia dengan segenap hati.
Kata kunci: Bela negara, nasionalisme, globalisasi

Abstrack
In the era of globalization everything feels easier, but the reality is that more and more
Indonesian people are losing the value of patriotism and nationalism. Many millennials have lost
their enthusiasm to defend this country. The meaning of defending the country in this era is not
only in the military field, but also in non-physical fields such as maintaining and loving the
Indonesian homeland with all your heart
Keywords: State defense , nationalism, globalization

Pendahuluan
Era globalisasi yang diwarnai dengan perdagangan bebas dan pasar bebas telah membawa
nilai-nilai individualisme, liberalisme, materialisme, dan hedonisme yang merangsesk masuk
dalam sendi-sendi dasar kehidupan umat manusia di dunia, termasuk Indonesia. Nilai-nilai lokal
dan nasional seperti gotong royong, musyawarah mufakat, toleransi, dan tenggang rasa telah
mengalami degradasi yang teramat sangat sehingga mengancam jati diri bangsa Indonesia
sebagai bangsa ketimuran yang memegang teguh nilai-nilai ketimuran. Budaya global Barat telah
melunturkan bangunan nasionalisme, patriotisme, dan cinta tanah air yang terpatri dalam hati
sanubari masyarakat Indonesia.
Generasi muda penerus bangsa seolah-olah larut dalam budaya global dominan dan
melupakan nilai-nilai budaya lokal dan nasional. Gaya hidup, pola hidup, dan perilaku hidup
kaum muda telah banyak yang berkiblat pada budaya populer (pop culture) yang sangat
bernuansa ideologi kapitalisme-liberalisme. Ideologi Pancasila yang merupakan warisan yang
seakan-akan dilupakan dan tidak dipedulikan lagi. Segala kehidupan masyarakat sehari-hari telah
diwarnai oleh gaya dan perilaku yang berpusat ke Barat sehingga sangat mengancam nilai-nilai
Pancasila.
Rasa nasionalisme, patriotisme, dan cinta tanah air, yang merupakan unsur utama dari
semangat bela negara kurang mendapatkan prioritas bagi generasi muda. Padahal, dinamika era
globalisasi yang penuh dengan tantangan ini membutuhkan warga negara yang militan dalam
membela negara dari berbagai ancaman musuh, penetrasi asing, dan infiltrasi luar negeri yang
sangat membahayakan keutuhan NKRI. Pada pelaksanaannya pun bela negara tentu bukan tanpa
alasan, pemerintah mempunyai tujuan dari pelaksanaan bela negara tersebut,diantaranya
mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara, melestarikan budaya,menjalankan
nilai-nilai pancasila dan UUD 1945, mempertahankan Negara dari berbagai ancaman, menjaga
keutuhan wilayah negara. Selain itu, pelaksanaan bela negara juga bermanfaat yaitu membentuk
sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain, membentuk mental dan fisik yang
tangguh ,menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri dan membentuk iman dan taqwa pada agama yang dianut. Kuranganya kesadaran bela
negara masyarakat Indonesia, pada umumnya bukanlah masalah yang sulit untuk diselesaikan,
karena penerapan bela negara dapat dilakukan dari hal yang kecil seperti meningkatkan iman dan
takwa, kesadaran untuk menaati tata tertib dan norma, mematuhi peraturan hukum yang berlaku ,
dan membayar pajak tepat pada waktunya, serta pembelaan bisa dilakukan dengan cara
menumbuhkan keaktifan dalam berperan aktif untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara.
Namun, sikap tidak peduli yang tertanam pada diri masyarakat yang menimbulkan tidak adanya
rasa nasionalisme pada diri mereka lah yang dapat membahayakan bagi idiologi negara
Pancasila.
Bela Negara sendiri adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang - Undang
Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya. Oleh karena
itu ini perlulah dan diwajibkan bagi tiap-tiap warga negara ikut serta dalam usaha pembelaan
negara. Secara non fisik, dapat dilakukan dengan peningkatan nasionalisme pada diri warga
masing-masing. Sehingga, fungsi dari pelaksanaan bela negara itu sendiri yaitu mempertahankan
negara dari berbagai ancaman, menjaga keutuhan wilayah negara, akan terlaksana dengan baik
yang mana juga merupakan kewajiban setiap warga negara.

Pembahasan
1. Pengertian Bela Negara
Bela negara merupakan suatu konsep yang tersusun dari perangkat undang
undang dan juga pejabat dalam suatu negara mengenai patriotisme seseorang, sebuah
kelompok maupun seluruh komponen masyarakat yang ada dalam suatu negara yang
mempunyai kepentingan untuk mempertahankan eksistensi sebuah negara. Di Indonesia
bela negara diatur mutlak dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 3 dan UUD 1945 Pasal 30 ayat
1-5. Dari kedua pasal tersebut dapat dikerucutkan bahwa seluruh warga negara Indonesia
harus dan wajib melakukan tindakan bela negara, dalam bentuk apapun. Warga negara
Indonesia dapat melakukan tindakan bela negara tanpa harus mengangkat senjata,
melainkan melakukan hal tersebut sesuai profesi yang ditekuni.
Konsep bela negara dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yakni secara fisik
dan non-fisik. Secara fisik, bela negara bisa diartikan sebagai bentuk usaha untuk
pertahanan dalam menghadapi serangan fisik maupun agresi dari pihak lain yang dapat
mengancam keberadaan suatu negara tersebut. Contohnya TNI dan POLRI, dimana
dalam negara Indonesia TNI berperan besar dalam kekuatan pertahanan negara, dan
POLRI berperan penting dalam menjaga kemanan negara. Adapun tujuan dari bela negara
secara fisik yaitu dapat melindungi suatu negara tertentu dari serangan luar, yang mana
bermaksud untuk mengancam kesejahteraan atau keberadaan negara tersebut.
Konsep bela negara non-fisik didefinisikan sebagai upaya dan juga bisa berperan
aktif agar bisa memajukan suatu bangsa dan juga negara. Baik itu melalui pendidikan,
sosial, moral maupun dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada dalam
negara tersebut. Dalam hal pendidikan, bela negara dapat diimplementasikan melalui
kurikulum pembelajaran dan ekstrakurikuler, seperti pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, dan Agama. Sedangkan dalam kegiatan
ekstrakurikuler bela negara dapat diintepretasikan sebagai kegiatan Pramuka, Paskibra,
dan Palang Merah Remaja (PMR). Adapun tujuan dari bela negara secara non-fisik yakni
memajukan suatu bangsa dan negara dalam segala bidang seperti sosial, pendidikan,
moral, dan lainnya.

2. Bela Negara dalam Peraturan Perundang-undangan indonesia


a) UUD 1945 Pasal 27 Ayat 3 yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
b) UUD 1945 Pasal 30 Ayat 1 dan 2 yang menyatakan bahwa :

1) Ayat 1 “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara”.

2) Ayat 2 “Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui


sistem pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia
dan kepolisian negara Republik Indonesia sebagai kekuatan utama dan
rakyat sebagai kekuatan pendukung.

c). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 68 tentang Hak
Asasi Manusia menyatakan bahwa “Setiap warga negara wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara”.
d). Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan
Negara Pasal 9 Ayat (1), (2) , dan (3) .
1) ” Setiap Warga Negara Berhak dan wajib ikut serta dalam upaya Bela Negara
ysng diwujudkan dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara”.

2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1), diselenggarakan melalui:

a. Pendidikan kewarganegaraan;

b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;

c. Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara


sukarela atau secara wajib; dan

d. Pengabdian sesuai dengan profesi.

3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran


secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-
undang

3. Kasus dalam Bela Negara


Pada tahun 2016, salah seorang artis/penyanyi dangdut Indonesia, dinilai
melakukan penghinaan dan pelecehan terhadap lambang sila kelima Pancasila. Artis
tersebut menyebut lambang sila kelima Pacasila yang seharusnya bergambar padi dan
kapas, dengan kata-kata 'bebek nungging'. Hal tersebut dilakukan saat ia berada di salah
satu acara hiburan televisi swasta dan dalam suasana bergurau.
Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia yang sudah
dirumuskan dan dipikirkan dengan matang oleh tokoh-tokoh penting Indonesia. Yang
seharusnya kita lakukan adalah memelihara nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila
sebagai bentuk penghargaan kita terhadap para pahlawan yang telah berjasa, bukan untuk
mengejeknya, apalagi menjadikannya sebagai bahan candaan.
Pendidikan artis tersebut yang hanya selesai di bangku SD, tidak dapat dijadikan
sebagai pembenaran atas perbuatan yang ia lakukan. Sebab sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta
Lagu Kebangsaan pasal 57, yang berbunyi:
“Setiap orang dilarang: (a) mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat
rusak Lambang Negara dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan
kehormatan Lambang Negara; (b) menggunakan Lambang Negara yang rusak dan
tidak sesuai dengan bentuk, warna, dan perbandingan ukuran; (c) membuat lambang
untuk perseorangan, partai politik, perkumpulan, organisasi dan/atau perusahaan yang
sama atau menyerupai Lambang Negara; dan (d) menggunakan Lambang Negara untuk
keperluan selain yang diatur dalam Undang-Undang ini.”
Pada kasus ini, artis tersebut dapat terjerat masalah atas penghinaan dan
merendahkan kehormatan lambang negara. Selain itu, profesinya sebagai artis yang juga
dianggap sebagai seorang public figure, tidak seharusnya melakukan hal tersebut yang
menunjukkan ketidakprofesionalitasannya. Sebagai seorang public figure, seharusnya
memberikan contoh yang baik bagi masyarakat Indonesia.
Untuk menghindari hal-hal tersebut, pendidikan kewarganegaraan seharusnya
ditanamkan sedini mungkin. Mengajarkan kepada generasi penerus bangsa tentang
pentingnya bela negara. Sebab, di masa-masa mendatang, akan ada banyak sekali bentuk
serangan-serangan terhadap pertahanan negara. Baik serangan dari dalam negeri ataupun
luar negeri, baik secara militer maupun non-militer. Dengan menjaga dan mengamalkan
nilai-nilai Pancasila yang terkandung didalamnya, kita telah melakukan sebuah langkah
kecil bela negara bentuk non-fisik.

Penutup
a. Kesimpulan
Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara Indonesia yang bertujuan untuk
menjamin kelasungan hidup bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Bela negara dalam
perundang-undangan Indonesia diatur di dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 3, UUD 1945 pasal 30
ayat 1-5, serta masih banyak dasar hukum lainnya. Bela negara dapat dilakukan secara fisik,
seperti TNI dan POLRI maupun secara non fisik, seperti pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, kegiatan ekstrakulikuler Pramuka, Paskibra, dan lain sebagainya.

b. Saran
Bela negara seharusnya ditanamkan semenjak dini, agar bangsa Indonesia selalu siap
menghadapi segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) yang akan
selalu datang serta menganggu pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Daftar Pustaka
Subagyo, Agus. 2014. BELA NEGARA; Peluang dan Tantangan di Era
Globalisasi. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sasongko, Joko Panji. 2016. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160317123858-12-
118032/zaskia-gotik-dilaporkan-ke-polisi-dituding-hina-pancasila diakses pada 27 Mei
2019.
Undang - Undang Dasar RI 1945
Undang - Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara
Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta
Lagu Kebangsaan.
Widodo, Suwarno. Implementasi Bela Negara untuk Mewujudkan Nasionalisme. Jurnal
Ilmiah CIVIS, Januari 2011, 18-31

Anda mungkin juga menyukai