PENDAHULUAN
1
juga merupakan dasar dalam perhitungan pajak yang dikenakan pada suatu entitas
dimana pajak tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan negara.
Pada prakteknya, masih sangat banyak entitas yang membuat laporan keuangan
tidak sesuai dengan standar atau bahkan dilaporkan dengan manipulative untuk tujuan
tertentu, baik itu dilaporkan overstated untuk tujuan memperoleh pembiayaan perbankan
atau dilaporkan understated untuk tujuan memperkecil pengenaan pajak. Praktek
manipulasi tersebut sangat merugikan negara bagaimanapun bentuk manipulasinya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
3
mencemarkan nama baik negara, tidak terpengaruh akan budaya asing yang bersifat
negative, dan sebagainya.
2.1.2. Dasar Hukum Bela Negara
Dasar Hukum Bela Negara terdiri dari Landasan Idiil, Landasan Konstitusional dan
Landasan Operasional. Landasan Idiil Bela Negara adalah Pancasila, dengan uraian
sebagai berikut:
• Sila Pertama, Ketuhanan yang Maha Esa, Bangsa Indonesia meyakini bahwa
kemerdekaan dan kedaulatan setiap individu dan setiap bangsa adalah hak asasi
manusia. Di mana kemerdekaan dan kedaulatan ini diberikan oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Bahkan dalam pokok pikiran pembukaan UUD 1945 alinea ketiga
disebutkan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah atas berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa.
• Sila Kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, menunjukkan bahwa bela
negara wajib hukumnya bagi setiap warga negara terkait dengan kemanusiaan
dan keadilan.
• Sila Ketiga, persatuan Indonesia, dapat dijadikan sebuah landasan idiil yang
sangat mendasar karena bela negara terkait langsung hubungannya dengan rasa
cinta tanah air dan kewajiban membelanya.
• Sila Keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan, menunjukkan landasan bela negara yang
menyeluruh dan terorganisir diatur oleh negara.
• Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagai landasan idiil.
Di dalam sila ini terkandung makna kerja keras, giat belajar, ikut serta dalam
kegiatan pembangunan, yang merupakan perwujudan bela negara dalam
kehidupan sehari-hari.
Landasaan Konstitusional Bela Negara adalah UUD 1945, pada pasal-pasal tertentu,
sebagai berikut:
• Pasal 27 (3) UUD 1945, “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara”. Secara Non Fisik dapat berarti setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan dan melakukan semua upaya memajukan
dirinya, yang nantinya dapat ikut memajukan negara Indonesia, ikut
4
memelihara lingkungan, melaksanakan aturan dan tata tertib di Indonesia,
dan lain-lain
• Pasal 30 (1) UUD 1945. ”Tiap-tiap warga negara berhak dan ikut serta dalam
pertahanan dan keamanan negara”. Secara Non Fisik dapat berarti kewajiban
menjaga ketertiban dan pertahanan negara dengan tidak melakukan tindakan
yang melanggar persatuan dan kesatuan indonesia.
• Pasal 30 (2) UUD 1945, ”Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan
melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Polri
sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung. Secara Non
Fisik ikut berpartisipasi dalam menjaga pertahanan dan keamanan, dengan
berlaku sesuai aturan, tidak melakukan tindakan kriminal, dan tetap menjaga
keutuhan negara yang berbhineka tunggal ika
• Pasal 30 (3, 4, dan 5) UUD 1945. Tentang TNI dan POLRI. Pada pasal ini, Bela
Negara yang dimaksud lebih mengarah pada fisik.
Untuk Landasan Operasional Bela Negara adalah sebagai berikut:
• TAP MPR Nomor VI Tahun 1973, tentang konsep wawasan nusantara, yang
menjelaskan di mana pun warga negara Indonesia berada, ia adalah sebagai satu
kesatuan Negara Indonesia.
• UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yaitu hak dasar yang dimiliki
manusia. Dan dalam UU ini dijelaskan bahwa setiap warga negara mempunyai
hak dan kewajiban dalam membela negara sesuai ketentuan yang berlaku.
• TAP MPR No. VI dan VII Tahun 2000 tentang TNI dan POLRI, UU No. 2 dan 4
Tahun 2002 tentang Kepolisian NKRI, UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI
• UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara yang mencakup pertahanan
negara dan pelaksanaanya yang menganut sistem pertahanan rakyat semesta,
yaitu pertahanan yang melibatkan seluruh rakyat Indonesia sesuai kemampuan
dan profesinya masing-masing.
Pengembangan dan penerapan sikap Bela Negara akan memberikan manfaat
bagi diri pribadi warga negara, diantaranya adalah:
1. Membentuk sikap disiplin waktu,aktivitas,dan pengaturan kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
5
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan
kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
6. Membentuk Iman dan Taqwa pada Agama yang dianut oleh individu.
7. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
8. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
6
Beberapa paham dan ideologi menyimpang dari pancasila tidak dapat dicegah
dengan kesadaran tinggi oleh masyarakat, termasuk ideologi liberal, dan komunis.
d. Ancaman nonmiliter dalam bidang Ekonomi. Secara eksternal, ancaman ini dapat
berupa perdagangan bebas yang rentan oleh penyelundupan barang-barang
terlarang, penggunaan barang-barang didominasi oleh produk asing,
ketergantungan terhadap produk impor, baik dalam hal perdagangan maupun
sistem ekonominya, secara perlahan, perekonomian Indonesia mulai dikuasai oleh
pihak asing. Sedangkan secara internal, ancaman nonmiliter di bidang ekonomi
salah satunya adalah kurangnya kesadaran warga negara akan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan perusahaan dan entitas lainnya, serta
perilaku manipulatif baik dalam penerbitan Pelaporan Keuangan dan Perpajakan.
7
perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi
memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi
selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan
penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat diketahui bahwa Laporan Keuangan pada umumnya
meliputi Neraca, Laporan Laba/Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan tersebut merupakan suatu bentuk
laporan yang menggambarkan kondisi keuangan, perkembangan perusahaan dan hasil
usaha suatu perusahaan pada jangka waktu tertentu.
8
harus disampaikan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, Pasal 49, sebagai berikut:
a. Dalam jangka waktu paling lambat 5 bulan terhitung sejak tanggal tahun buku
Yayasan ditutup, Pengurus wajib menyusun Laporan Tahunan secara tertulis
yang memuat sekurang-kurangnya:
i. Laporan keadaan dan kegiatan Yayasan selama tahun buku yang lalu
serta hasil yang telah tercapai
ii. Laporan Keuangan yang terdiri atas Laporan Posisi Keuangan Akhir
Periode, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas
Laporan Keuangan
b. Dalam hal Yayasan mengadakan transaksi dengan pihak lain yang
menimbulkan hak dan kewajiban bagi Yayasan, transaksi tersebut wajib
dilaporkan dalam Laporan Tahunan
9
e. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode
f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode
g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan
h. Informasi keuangan lainnya.
Berdasarkan tujuan di atas, dapat diketahui bahwa dengan disusunnya laporan
keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan secara
menyeluruh. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan akan sangat berguna bagi
pihak internal maupun pihak eksternal karena, laporan tersebut akan memberikan
informasi yang berhubungan dengan posisi keuangan suatu perusahaan.
2.3 Perpajakan
2.3.1. Definisi Perpajakan
Sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (KUP), pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10
c. Dst.
11
2.5 Ancaman Non Militer Akibat Perilaku Manipulatif dalam Penyusunan Laporan
Keuangan
Laporan Keuangan merupakan salah satu informasi penting terkait keuangan
suatu entitas, jika laporan yang tersaji salah atau tidak sesuai dengan kondisi riil maka
akan terjadi ancaman terhadap negara diantaranya sebagai berikut:
1. Adanya resiko pengambilan keputusan yang salah dan menyebabkan keraguan
terhadap kredibilitas perusahaan. Akibat dari pengambilan keputusan yang salah
adalah salah satunya dapat menyebabkan pemberian keputusan pembiayaan
yang tidak benar. Hal ini dapat menyebabkan kerugian negara yang cukup
signifikan jika pemberian pembiayaan dilakukan dalam jumlah yang besar.
2. Kesalahan Laporan Keuangan mempengaruhi pengenaan pajak. Adanya
manipulasi pada laporan keuangan entitas dapat menurunkan pendapatan negara
dari pajak, sedangkan pajak merupakan komponen penerimaan negara yang
paling dominan dalam APBN untuk membiayai seluruh proses pembangunan
negara.
3. Kesalahan Laporan Keuangan mempengaruhi Analisa konsultan. Kebanyakan
entitas baik komersil maupun non laba sekarang menggunakan jasa konsultan
pihak ketiga untuk melakukan Analisa untuk pengambilan keputusan strategisnya.
Analisa yang dilakukan konsultan ini didasarkan pada data dan informasi yang
tersaji dari internal perusahaan dimana salah satu informasi yang dipakai adalah
informasi keuangan dari Laporan Keuangan. Informasi yang dihasilkan dari
Laporan Keuangan yang dimanipulasi akan menyebabkan Analisa yang tidak
tepat dan memungkinkan entitas mengalami salah strategi yang dapat
menyebabkan kemunduran entitas tersebut. Hal ini jika dilakukan di banyak entitas
maka akan banyak entitas pula yang berpotensi mengalami kesalahan kebijakan.
Sekali lagi, ini akan menyebabkan ancaman terhadap perekonomian negara.
12
Akuntan Profesional merupakan praktisi di lapangan yang menjadi partner para
pelaku usaha dan pelaku entitas social dan nirlaba lainnya khususnya dalam pengelolaan
keuangan baik dalam proses maupun dalam menjalankan pertanggungjawaban keuangan.
Dalam berbagai kasus manipulative yang terjadi di berbagai entitas, Akuntan
Profesional sadar akan pengaruh informasi manipulative tersebut baik secara khusus di
entitas tersebut maupun secara umum sebagai ancaman non militer (ekonomi) bagi
kelangsungan hidup negara.
Peran yang diambil oleh Akuntan Profesional diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Memberikan edukasi bagi pelaku usaha dan pelaku entitas social terkait
pentingnya menjalankan good governance dengan salah satunya adalah
menjamin laporan keuangan yang baik dan sesuai dengan standar yang berlaku.
2. Menyumbangkan pemikiran untuk memperkuat system yang berkaitan dengan
pelaporan keuangan dan kebijakan perpajakan.
3. Menjadi pelaku pendampingan dalam penyusunan Laporan Keuangan Entitas
sehingga sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang ada
4. Menjadi pelaku pendampingan perpajakan entitas sehingga dapat memberikan
advice yang seimbang demi kepentingan seluruh stakeholder negara.
13
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
14