Nim : 14041162032
Kelompok :8
1.
2. Pada kasus ini, apa tujuan pengobatan pneunomia yang ingin dicapai?
Jawaban
Kasus
Pasien memulai pengobatan dengan diberikan moxifloxacin 400mg secara oral 1
kali 1 sehari. Inhaler Albuterol 2,5mg 2 kali sehari jika diperlukan, inhaler ipratropium
0,5 mg tiap 2 jam jika perlu, guafenesin dengan codein (100mg/10mg per 5ml) secara
oral tiap 4 jam jika diperlukan, dan prednisone 40 mg secara oral sehari sekali. Hari
kedua, hasil dahak mengandung pseudomonas aeruginosa, dan terapi antibiotik telah
diubah menjadi ciprofloxacin 400mg intravena 2 kali sehari. Setelah hari kedua, hasil
sensitivitas dari kultur dahak telah dilaporkan pada tabel 1. Selanjutnya peresepan
ciprofloxacin dihentikan dan rasa mudah terpengaruh pasien untuk cefepime.
Tabel 1. Hasil Kultur Sampel Dahak yang diambil pada Hari pertama dan Dilaporkan
Pada Hari Ketiga.
Salah satu antibiotik golongan ini yang umum digunakan adalah aztreonam yang aktif
melawa berbagai bakteri gram negative, termasuk p aureginosa. Dosis digunaka yaitu 2
gram tiap 6-8 jam secara iv selama 7 sampai 10 hari.
5. Apa langkah klinis dan parameter laboratorium seharusnya yang dievaluasi selama dan
setelah prosedur desensitisasi untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya alergi?
Jawaban :
Selama proses desensitisasi, sekitar sepertiga dari pasien mengalami reaksi ringan
seperti pruritus atau uticaria. Reaksi tersebut juga dapat terjadi selama peningkatan nilai
dosis. Selama kedua prosedur, pasien harus dipantau terus menerus untuk perkembangan
urtikaria, angoderma atau mengi. Pemantauan berkala tanda –tanda vital dan puncak laju
aliran ekspirasi ini sangat disarankan. Untuk mengidentifikasi keluhan subjektif yang
mengindikasikan berkembang reaksi mediasi IgE, pasien harus ditanyai tentang gejala
bibir gatal, sakit tenggorokan, dan kesulitan dalam menelan atau bernafas.
Setelah selesai desensitisasi atau peningkatan nilai dosis dan selama pemberian
dosis terapeutik obat, pasien harus terus dipantau untuk reaksi alergi. Beberapa pasien
mengembangkan reaksi mediasi IgEringan seperti gatal-gatal local, yang dapat diobati
dengan antihistamin secara peroral atau intravena. Pasien mugkin juga menunjukka
reaksi non mediasi IgE seperti ruam makulopapular , yang mungkin atau mungkin tidak
memerlukan pengobatan.
6. Apa informasi yang seharusnya pasien terima tentang alergi obat tersebut untuk
meminamalisir terjadinya alergi kedepannya?
Jawaban:
Berdasarkan riwayat alergi (pasien) tersebut menunjukkan bahwa pasien tersebut
sangat alergi terhadap beberapa obat yaitu ampisilin-sulbactam dan ceftazidime. Karena
pasien mengalami gejala pembengkakan wajah, lidah, dan mulut, ruam kulit dan nafas
yang pendek, alergi tersebut diklasifikasikan sebagai reaksi alergi berat. Jika pasien
menggunakan pengobatan seperti diatas dilain waktu, maka reaksi yang terjadi akan sama
seperti sebelumnya. Untuk alasan tersebut, pengobatan ini seharusnya dihindarkan untuk
pengobatan selanjutnya.
Untuk mencegah kemungkinan mengalami reaksi alergi ini terjadi diwaktu yang
akan datang pengobatan ini sangat penting untuk diingat sehingga disarankan untuk
menyimpan daftar alergi obat ini ditempat yang mudah diakses.