PENDAHULUAN
Antihistamin atau antagonis histamin merupakan salah satu obat yang paling
banyak digunaka. Antihistamin ini biasanya gigunakan untuk mengobati reaksi alergi.
Antihistamin generasi pertama dapat memberikan efek sedasi dan menimbulkan efek
antikolinergik yang lebih nyata karena antihistamin ini kurang selektif dan mampu
berpenetrasi pada system saraf pusat (SSP) lebih besar dibandingkan dengan generasi
kedua. Loratadin termasuk antihistamin generasi kedua. Secara oral cepat diabsorbsi
di saluran pencernaan dan konsentrasi maksimum dan dalam plasma darah dicapai
sekitar satu jam. Pemberian tunggal dapat menimbulkan efek hingga 24 jam karea itu
loratadin cukup diberikan 1 tablet setiap hari. Loratadin juga tidak mempengaruhi
kemampuan mengendarai, tingkat kewaspadaan siang hari dan produkstivitas kerja. (1)
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengembangkan sediaan
tablet cepat hancur loratadin.
Kewajiban Badan Pengawas Obat Dan Makanan Repoblik Indonesia menilai
semua produk obat sebelum dipasarkan memberi izin pemasaran dan melakukan
pengawasan setelah dipasarkan. Tujuannya untuk memberikan jaminan dalam hal
efikasi, keamanan dan mutu produk obat yang beredar kepada masyarakat dengan
harga yang terjangkau.(2) Untuk tujuan tersebut maka selain memenuhi persyaratan
Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), beberapa prodak obat memerlukan uji
bioekivalensi dan uji Bioavailabilitas.
Uji Bioekivalensi (BE) merupakan data ekivalensi untuk melihat kesetaraan
sifat dan kerja obat didalam tubuh suatu obat “copy” dibandingkan dengan obat
innovator sebagai pembanding. Dua produk obat disebut bioekivalen jika keduanya
1
2
1. Apakah formula tablet cepat hancur loratadin yang telah dibuat memiliki
bioavailibilitas dan bioekuivalensi berbeda atau lebih baik dibandingkan dengan
formula sediaan tablet loratadin yang telah beredar?