Anda di halaman 1dari 11

LEMBARAN KERJA MAHASISWA

MATA KULIAH FARMASI INDUSTRI

PROGRAM PENDIDIKAN APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UIVERSITAS ANDALAS

Dosen : Syofyan, S.S.i, M.Farm, Apt


Topik 4
Kajian Metode Analisis, Uji Stabilitas dan Uji BE

IDENTITAS MAHASISWA DAN TUGAS


Nama TAHIRA SADDIQA, S.Farm
No Urut Absen 52
Kelompok C
Pertemuan ke 4
Hari/Tanggal SELASA / 11 NOVEMBER 2014
Topik UJI BIOEKIVALENSI

FORM C. PROTOKOL UJI BIOEKIVALEN

KASUS

“PT Andalas Farma, Tbk sedang merencanakan produk baru berupa obat copy (jenis
branded generic) dengan bahan aktifnya Propranolol HCl. Untuk itu, bagian R&D
melakukan kajian yaitu pengembangan metode analisis, uji stabilitas dan uji
Bioekovalen. Sebagai apoteker di bagian R&D tersebut, saudara melaksanakan tugas
di atas sesuai bidang masing-masing.

INSTRUKSI

Merancang protokol uji Bioekivalen tablet Propranolol HCl.


A. PENDAHULUAN

I. PROPRANOLOL

Propranolol adalah suatu obat penghambat β-adrenoreseptor yang terutama


digunakan untuk terapi takiaritmia dan antiangina.

Propranolol memiliki khasiat menghambat kecepatan konduksi impuls dan


mendepresi pembentukan focus aktopik. Perbedaannya dengan kinidin adalah
propranolol tidak memiliki efek antikolinergik, sehingga tidak mengakibatkan
takikardia paradoksal.

Nama Kimia
( + ) -1-Isopropylamino-3-(1-naphthyloxy)propan-2-ol hydrochloride.

Struktur Kimia
C16H21NO2.HCl

Sifat Fisikokimia
Serbuk berwarna putih atau hampir putih.

Sub Kelas Terapi


Obat Kardiovaskuler

Indikasi
- Angina
- Aritmia
- Hipertensi
- Pencegahan migraine

Kontraindikasi
- Penderita asma bronkial dan penyakit paru obstruktif menahun yang lain.
- Penderita asidosis metabolik (diabetes mellitus).
- Penderita dengan payah jantung termasuk payah jantung terkompresi dan
yang cadangan kapasitas jantungnya kecil.
- Kardiogenik syok.
- Bila ada atrio-venticular (A-V) blok derajat 2 dan 3.

Dosis
Dewasa
- Angina : oral 10-20 mg, 3-4 kali sehari, setiap 3-7 hari dosis dapat
ditingkatkan 
- Aritmia : oral 10-20 mg, 3-4 kali sehari, dosis dapat ditingkatkan bila
diperlukan.
- Hipertensi : oral 20 mg, 3-4 kali sehari atau 40 mg, 2 kali sehari, bila
diperlukan dosis bias ditingkatkan
- Migrain : oral 20 mg, 3-4 kali sehari, bila diperlukan dosis dapat
ditingkatkan

Anak-anak

- Aritmia : oral 0,5 mg/kg BB per hari dibagi 3-4 kali pemberian .
- Hipertensi : 1-3 mg/kg BB/hari dibagi 3 kali pemberian.

Efek Samping

- Kardiovaskular : bradikardia, gagal jantung kongestif, blockade A-


V,hipotensi, tangan terasa dingin, trombositopenia purpura, insufisiensi
arterial.

- Susunan saraf pusat : rasa capai, lemah dan lesu (paling sering), depresi
mental/insomnia, sakit kepala, gangguan visual, halusinasi.

- Gastrointestinal : mual, muntah, mulas, epigastric distress , diare,


konstipasi ischemic colitis, flatulen .

- Pernapasan : bronkospasme.

- Hematologik : diskrasia darah (trombositopenia, agranulositosis).

- Lain-lain : gangguan fungsi seksual, impoten, alopesia, mata kering,


alergi.

Farmakokinetika

Propranolol termasuk beta bloker yang mudah larut dalam lemak. Propranolol
diabsorbsi dengan baik dalam saluran cerna (>90%), tetapi memiliki
bioavaibilitas yang sangat rendah (25 %). Hal ini dikarenakan propranolol
mengalami First Pass Metabolism di hati sehingga dosis pemakaian peroral
lebih besar dibandingkan secara intravena. Puncak konsentrasi plasmanya
berkisar 15-180 ng/mL setelah 2-3 jam pemberian dosis 80 mg. Propranolol
memiliki harga T ½ eliminasi yang pendek, yakni berkisar 3-6 jam (biasanya
3,9 jam). Volume distribusinya sekitar 4 L/Kg dan dapat mencapai CNS.

Interaksi farmakokinetika terjadi apabila propranolol digunakan bersamaan


dengan fenitoin, rifampin, fenobarbital, dan merokok dapat menginduksi
enzim-enzim biotransformasi di hati sehingga mempercepat metabolismenya.

Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas dalam bentuk garam, tidak stabil dengan HCO3-, untuk injeksi harus
terlindung dari cahaya, larutan punya stabilitas maksimal yaitu pada pH 3 dan
dalam pH basa, propranolol stabil untuk 24 jam di suhu kamar dalam DSW
atau NS.
II. BIOEKIVALENSI

Dua produk obat disebut bioekivalen jika keduanya mempunyai ekivalensi


farmaseutik atau merupakan alternatif farmaseutik dan pada pemberian
dengan dosis molar yang sama akan menghasilkan bioavailabilitas yang
sebanding sehingga efeknya akan sama, dalam hal efikasi maupun
keamanan.

Jika bioavailabilitas nya yang tidak memenuhi kriteria bioekivalen maka kedua
produk obat tersebut disebut bioinekivalen.

Kriteria Uji Bioekivalensi

a. Uji Bioekivalen in vivo

1) Produk obat oral lepas cepat yang bekerja sistemik, jika memenuhi satu atau
lebih kriteria berikut ini :

1. Obat-obat untuk kondisi yang serius yang memerlukan respons terapi


yang pasti (critical use drugs), misal : antituberkulosis, antiretroviral,
antimalaria, antibakteri, antihipertensi, antiangina, obat gagal jantung,
antiepilepsi, antiasma.

2. Batas keamanan/indeks terapi yang sempit; kurva dosis-respons yang


curam, misal : digoksin, antiaritmia, antikoagulan, obat - obat sitostatik,
litium, fenitoin, siklosporin, sulfonilurea, teofilin.

3. Terbukti ada masalah bioavailabilitas atau bioinekivalensi dengan obat


yang bersangkutan atau obat-obat dengan struktur kimia atau formulasi
yang mirip (tidak berhubungan dengan masalah disolusi), misal :

- absorpsi bervariasi atau tidak lengkap;


- eliminasi presistemik yang tinggi;
- farmakokinetik nonlinear;
- sifat-sifat fisiokimia yang tidak menguntungkan
(misal : kelarutan rendah, permeabilitas rendah, tidak stabil, dsb.).

4. Eksipien dan proses pembuatannya diketahui mempengaruhi bioekivalensi

2) Produk obat non-oral dan non-parenteral yang didesain untuk bekerja


sistemik, misal : sediaan transdermal, supositoria, permen karet nikotin, gel
testosteron dan kontraseptif bawah kulit.

3) Produk obat lepas lambat atau termodifikasi yang bekerja sistemik.

4) Produk kombinasi tetap untuk bekerja sistemik, yang paling sedikit salah satu
zat aktifnya memerlukan studi in vivo.
5) Produk obat bukan larutan untuk penggunaan nonsistemik (oral, nasal,
okular, dermal, rektal, vaginal, dsb.) dan dimaksudkan untuk bekerja lokal
(tidak untuk diabsorpsi sistemik). Untuk produk demikian, bioekivalensi harus
ditunjukkan dengan studi klinik atau farmakodinamik, dermatofarmakokinetik
komparatif dan/atau studi in vitro. Pada kasus-kasus tertentu, pengukuran
kadar obat dalam darah masih diperlukan dengan alasan keamanan untuk
melihat adanya absorpsi yang tidak diinginkan.

b. Uji Bioekivalen in vitro

1) Produk obat yang tidak memerlukan studi in vivo

2) Produk obat “copy” yang hanya berbeda kekuatan uji disolusi terbanding
dapat diterima untuk kekuatan yang lebih rendah berdasarkan perbandingan
profil disolusi.

1. Tablet lepas cepat

Produk obat “copy” dengan kekuatan berbeda, yang dibuat oleh pabrik
obat yang sama di tempat produksi yang sama, jika :

- semua kekuatan mempunyai proporsi zat aktif dan inaktif yang persis
sama atau untuk zat aktif yang sangat poten ( sampai 10 mg per satuan
dosis), zat inaktifnya sama banyak untuk semua kekuatan;
- studi ekivalensi telah dilakukan sedikitnya pada salah satu kekuatan
(biasanya kekuatan yang tertinggi, kecuali untuk alasan keamanan dipilh
kekuatan yang lebih rendah);
- profil disolusinya mirip antar kekuatan, f2 > 50.

2. Kapsul berisi butir-butir lepas lambat

Jika kekuatannya berbeda hanya dalam jumlah butir yang mengandung


zat aktif, maka perbandingan profil disolusi (f2 > 50) dengan satu kondisi
uji yang direkomendasi sudah cukup.

3. Tablet lepas lambat

Jika produk uji dalam bentuk sediaan yang sama tetapi berbeda kekuatan,
dan mempunyai proporsi zat aktif dan inaktif yang persis sama atau untuk
zat aktif yang sangat poten (sampai 10 mg per satuan dosis) zat inaktifnya
sama banyak, dan mempunyai mekanisme pelepasan obat yang sama,
kekuatan yang lebih rendah tidak memerlukan studi in vivo jika
menunjukkan profil disolusi yang mirip, f2 > 50, dalam 3 pH yang berbeda
(antara pH 1.2 dan 7.5) dengan metode uji yang direkomendasi.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai bioekivalensi dari tablet
Propranolol HCl produksi PT. Andalas Farma, Tbk yang dibandingkan terhadap
produk standarnya INDERAL® produksi PT. Astra Zeneca.
C. METODA PENELITIAN

1. DESAIN

Uji bioekivalensi ini didesain secara random menyilang dua arah dimana
subjek akan diberikan produk uji dan produk innovator dengan jumlah
yang sama.

Pada dosis pertama, setiap harinya sebagian subjek akan diberikan 2


tablet propranolol uji (40 mg) dan sebagian lagi diberikan 2 tablet
INDERAL® secara random secara oral menggunakan 150 mL air minum.
Setelah periode wash-out selama 2 minggu, masing-masing subjek akan
diberikan 2 tablet yang sebaliknya.

Selama pengujian, subjek dikarantina. Subjek akan diberikan makanan


ataupun minuman 3 jam setelah pemberian obat. Makanan yang diberikan
merupakan makanan sesuai standar yaitu untuk sarapan 2 potong
sandwich keju dan susu Milo. Makan siang (6 jam setelah pemberian obat)
nasi putih, ayam goring, dan jus jeruk. Makan malam (10 jam setelah
pemberian obat) sup dan jus jeruk.

Subjek tidak boleh diberikan obat apapun .

2. SUBJEK

Pedoman Uji bioekivalensi Tahun 2004 yang diterbuitkan oleh Badan


Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia mengatur
jumlah subjek berdasarkan parameter bioavailbilitas utama, yakni area
under curve (AUC) kadar obat dalam darah terhadap waktu, yang
menunjukkan jumlah obat yang masuk peredaran darah sistemik.

Jumlah subyek minimal adalah 12 orang, kecuali dalam kondisi khusus


yang perlu penjelasan. Pada umumnya dibutuhkan 18 – 24 subyek.

18 orang laki-laki sehat dengan :

- Umur 19-25 tahun (22,8 ± 2,2 th),

- Berat Badan (63,8 ± 6,8 kg),

- Tinggi (169,8 ± 6,2 cm)

- BMI (22,0 ± 1,8)

Subjek telah melakukan test laboratorium (hematologi rutin, fungsi hati,


fungsi ginjal, gula darah, dan urinalisis), riwayat penyakit, dan
pemeriksaan fisik secara rutin.

Subjek tidak memiliki penyakit serius, tidak merokok, dan tidak meminum
alkohol. Subjek tidak kontraindikasi atau hipersensitif terhadap
propranolol.
Standarisasi kondisi penelitian

1. Puasa

a. Lama puasa

Sebelum obat diberikan subjek diharuskan berpuasa minimal 10 jam.


Untuk studi kadar tunak, puasa hanya diberikan pada malam terakhir
sebelum pengambilan darah keesokan harinya.

b. Standarisasi makanan

Selama puasa diperbolehkan minum air yang bersamaan dengan produk


dengan volume 150 ml kapan saja, kecuali 1 jam sebelum dan 2 jam
sesudah pemberian produk. Selain itu makanan standar diberikan tidak
kurang dari 4 jam setelah pemberian produk.

Subyek tidak boleh makan obat lain apapun (termasuk obat bebas dan
obat tradisional) selama beberapa waktu sebelum penelitian (minimal 1
minggu) dan selama penelitian. Dalam keadaan darurat, penggunaan obat
apapun harus dilaporkan (dosis dan waktu penggunaan);

Subyek tidak boleh mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat


berinteraksi dengan fungsi sirkulasi, saluran cerna, hati atau ginjal (misal :
merokok, minum alkohol, kopi, teh, kola, coklat atau jus buah) selama 24
jam sebelum penelitian dan selama periode pengambilan sampel darah;

2. Aktivitas subjek selama puasa dan pengambilan sampel

Subjek selama pengambilan sampel tidak boleh melakukan aktivitas fisik berat
yang dapat mempengaruhi transit obat dalam saluran cerna dan aliran darah
ke usus. Subjek hanya diperbolehkan duduk normal dan beristirahat dengan
nyaman dalam ruangan yang telah ditentukan. Selama duduk, subjek dapat
melakukan kegiatan membaca, menonton, dan mengobrol. Posisi tubuh dan
aktivitas fisik juga harus distandardisir sepanjang hari penelitian karena akan
mempengaruhi motilitas dan aliran darah saluran cerna.

3. Karantina Subjek

Subjek akan mengalami masa karantina pengambilan darah (periode I dan


II). Terdapat masa karantina umum dan khusus. Masa karantina umum
adalah masa dimana subjek dapat melakukan kegiatan sehari-hari tetapi yang
dibatasi larangan-larang yang telah ditetapkan dan disepakati sebelumnya.
Larangan meliputi konsumsi obat-obatan, teh, kopi, dan makanan bersantan
serta larangan melakukan aktivitas sehari-hari seperti: larfi, angkat beban,
berenang, olah raga berlebihan dan yang dapat menimbulkan kecelakaan.

Persiapan Sampel

Kepada subyek uji setelah diberi kapsul obat secara oral lalu diambil darahnya
melalui vena marginalis pada menit ke: 0; 30; jam 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; 4; 5; 6;
8; 10; dan 24. Sampel darah diambil 5 ml setiap kali pengambilan, dan
dikumpulkan dalam tabung yang telah diberi antikoagulan. Dalam waktu 10
menit setelah pengambilan, darah disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm
selama 10 menit. Aliquot dipindahkan dalam beberapa tabung kecil yang telah
diberi label. Penanganan sampel dilakukan pada suhu kamar dan disimpan pada
suhu 20°C sebelum dianalisis.

Masing-masing sampel plasma dianalisa menggunakan metoda High pressure


Liquid Chromatography (HPLC)
D. ANALISA OBAT

1 mL plasma dan 70 µL oxprenolol ( 10 µL/mL ) sebagai standar di letakkan


kedalam tube. Pada masing-masing tube dicukupkan air 100 µL dan 50 µL
NaOH 5N yang di vortex selama 30 detik. Obat dilarutkan dengan 3,5 mL
pelarut (isoamyl-alcohol [1.5 ml]: n-heptane [98.5 ml]) dan diaduk
menggunakan rotator mixer selama 20 menit. Dilanjutkan dengan sentrifus
(3000 rpm) selama 10 menit.

Nitrogen dialirkan 10 mL/µL untuk mengeringkan fase organik. Residu yang


direkonstitusi dalam 70 µL fase gerak dan diaduk selama 20 detik. 20 µL
diinjeksi dan dideteksi menggunakan HPLC dengan sinar UV 254 nm.

Fase gerak yang digunakan adalah campuran dari air 160 mL, methanol 80
mL, asetonitril 70 mL, asam asetat 2,5 mL, dan trietanolamin 125 µL. pH
diatur menjadi 3,4 menggunakan NaOH 1N sebelum ditambahkan
trietanolamin.

E. PERHITUNGAN PARAMETER BIOAVALABILITAS OBAT DALAM DARAH

Bioavailabilitas menunjukkan suatu pengukuran laju dan jumlah obat aktif


terapeutik yang dapat mencapai sirkulasi sistemik. Penilaiannya pada suatu
obat berdasarkan data hasil analisis plasma yang digunakan untuk
menentukan parameter AUC, tmax, dan Cmax. AUC mencerminkan jumlah
obat aktif yang mencapai sirkulasi sitemik, [AUC]tx, merupakan area di bawah
kurva hubungan antara kadar obat dalam darah (C) dan waktu dari mulai
percobaan (t0) hingga akhir pengambilan sampel pada dam tertentu (tx).
AUC dapat dihitung dengan menggunakan rumus penentuan area bidang
trapesium.

( Cx−1 ) +Cx(tx−( tx−1 ))


[ AUC ] tx−1=
2

Cx dan Cx-1 adalah kadar obat dalam daerah pada waktu x dan x-1.

AUC bergantung pada jumlah total obat yang tersedia (FD0) dibagi tetapan
laju eliminasi (k) dan volume distribusi (Vd). F adalah fraksi dosis terabsorbsi.
Setelah pemberian secara IV F=1, karena seluruh dosis terdapat dalam
sirkulasi sistemik dengan segera. Pada pemberian obat secara oral, F dapat
berbeda- beda mulai dari harga F=0 (tidak ada yang diabsorbsi) sampai F=1
(absorbsi obat sempurna).
[ AUC ] 0= F D 0 = F D 0
Cl k Vd

Bioavailabilitas (BA) relatif adalah ketersediaan suatu obat dalam sirkulasi


sitemik dibandingkan dengan standar obat yang sudah diketahui.
Bioavailabilitas relatif dari dua produk obat yang diberikan pada dosis dan
rute pemberian yang sama dapat diperoleh dengan persamaan berikut ini.
[ AUC ] A
BA relatif =
[ AUC ] B
Produk B merupakan standar pembanding yang telah diketahui
bioavailabilitasnya. Nilai BA dari rumus di atas dapat dikalikan 100 untuk
menghasilkan persen bioavailabilitas relatif. Untuk pemberian dosis yang
berbeda, dapat ditentukan BA relatifnya dengan memberi koreksi untuk
dosisnya seperti rumus di bawah ini.
[ AUC ] A /dosis A
BA relatif =
[ AUC ] B/dosisB
F. ANALISIS STATISTIK

Parameter bioavaibilitas yang dibandingkan untuk penilaian bioekivalensi


adalah AUC, tmax, dan Cmax. Data akan diolah menggunakan statistik.

1. Data AUC dan Cmax dibuat dalam bentuk logaritmik (ln) sebelum
dianalisis secara statistik karena kinetika obat mengikuti kinetika orde
pertama, sehingga dalam skala logaritmik akan diperoleh distribusi normal
dan varian yang homogen.

2. Nilai AUC dibandingkan menggunakan analisis varian (ANOVA), dengan


variasi produk obat yang dibandingkan (sampel dan standar), periode
pemberian obat I dan II, subjek dan urutan pemberian produk obat.

3. Nilai ln Cmax kedua produk juga dibandingkan dengan cara yang sama.

4. Hasil ketiga parameter, selain didukung 90% confidence interval untuk


membandingkan dua produk, juga dibuat ringkasan statistiknya seperti
nilai rata-rata (aritmetik dan geometrik dari AUC dan Cmax) atau modern
(untuk tmax), serta nilai minimum dan maksimum.

5. Produk uji (test,T) dinyatakan bioekivalen dengan produk pembanding


(reference, R), jika memnuhi kriteria sebagai berikut:

- Rasio rata-rata geometric [AUC]T/[AUC]R = 1,00 dengan 90%


confidence interval = 80-125%

- Rasio rata-rata geometric [Cmax]T/[Cmax]R = 1,00 dengan 90%


confidence interval = 80-125%
- Perbandingan untuk nilai tmax dilakukan hanya jika ada klaim yang
relevan secara klinik mengenai pelepasan atau kerja yng cepat atau
adanya tanda-tanda yang berhubungan dengan efek samping obat.
REFERENSI

BPOM RI. 2004. Pedoman Uji Bioekivalensi. Jakarta : Badan POM

Ismail, Z, Mohd. S.A.W, Abdul. R.A.R. 2004. Bioequivalence Study of Propranolol


Tablets. Malaysia: University Sains Malaysia. Eur J Gen Med 2004; 1(4): 42-47
Tjay, Tan Hoan & Drs. Kirana Rahardja. 2002. Obat- Obat Penting. Jakarta : IKAPI

Martindale: The Complete Drug Reference© 2007 The Pharmaceutical Press

Mantyo, J. 2014. Propranolol Tablet.


http://obatapasaja.blogspot.com/2014/10/propranolol-tablet.html

Informasi Obat. Propranolol http://www.informasiobat.com/propanolol

Anda mungkin juga menyukai