Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tablet Cepat Hancur

Tablet cepat hancur merupakan suatu trobosan terbaru dalam dunia farmasi.
Sediaan ini di desain untuk dapat hancur secara instan di rongga mulut ketika
diletakkan pada lidah oleh saliva tanpa perlu dikunyah atau dengan bantuan air unyuk
kemudian melepaskan obat.(5) Sediaan ini memiliki beberapa sabutan lain yaitu tablet
cepat meleleh (fast melting tablets), tablet larut mulut (mouth dissolving tablets),
tablet cepat larut (quick dissolving tablets). Faktor penting dalam tablet cepat hancur
adalah pemilihan bahan penghancur untuk menghasilkan waktu hancur yang tablet
singkat dan stabil dalam penyimpanan. Waktu hancur tablet cepat hancur tidak lebih
dari 3 menit.(6)

II.2 Granulasi Basah

Granulasi basah merupakan metode pembuatan tablet yang paling banyak


digunakan. Prinsip metode granulasi adalah mencampur zat aktif dengan eksipien
menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam
jumlah tertentu seingga akan diperoleh massa lembab yang dapat digranulasi. Metode
ini digunkan pada zat aktif yang tahan terhadap kelembaban dan panas.(7)

Keuntungan metode granulasi basah yaitu :

1. Memperoleh aliran yang baik


2. Meningkatkan kompresibilitas
3. Mendapatkan bobot yang sesuai
4. Mengontrol pelepasan
5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses

4
5

6. Distribusi keseragaman kandungan

Kekurangan metode granulasi basah yaitu:

1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus di validasi


2. Biaya cukup tinggi
3. Zat aktif yang sensitive terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan
dengan cara lain. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air.

II.3. Loratadin

Loratadin merupakan AH Generasi kedua derivate azatadin, yang mula


kerjanya cepat dan efek kerja yang panjang. Struktur kimia terdiri dari
C22H23CIN2O2 dengan berat molekul (BM) 382.88g/mol. Loratadin berbentu
serbuk berwarna putih tulang dan tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol,
aseton dan kloroform.(8)

2.1 Gambar Struktur Loratadin

Loratadin merupakan turunan piperidin dan long acting. Loratadin selektif


antagonis H1 perifer yang tidak memiliki efek depresan SSP. Digunakan dalam
pengobatan gangguan kulit alergi, dermatitis khusus atopik dan urtikaria, rinitis
alergi, pilek akut, alergi mata pada dosis 10 mg sekali hari pada orang dewasa dan 5
mg (jika ˂ 30 kg) atau 10 mg (jika ˂ 30 kg) dalam 2 - 12 tahun anak-anak. Loratadin
97% terikat pada protein plasma dan dapat dieksresikan melalui air susu. Loratadin di
6

metabolism di hati dan menghasilkan metabolit deskarboetoksoloratadin. Eliminasi


terjadi melalui feses.(9)

II.4 Eksipien

Eksipien adalah suatu bahan yang digunakan untuk membuat sediaan farmasi
yang tidak berefek farmakologis.(10) Eksipien digolongkan berdasarkan fungsinya
dalam membuat sediaan farmasi. Untuk sediaan tablet, eksipien terdiri dari:(11)

1. Pengisi
Pengisi merupakan bahan yang di tambahkan untuk mendapatkan
bobot tablet yang diharapkan bila dosis obat tidak dapat
memenuhinya. Pengisi juga berfungsi untuk mengisi daya kohesi
sehingga membuat aliran menjadi baik dan dapat dikempa langsung.
Contohnya laktosa, pati dan derivatnya, selulosa dan derivatnya,
mannitol, sorbitol, dan sebagainya.

2. Pengikat
Pengikat merupakan bahan yang digunakan untuk membentuk granul
pada granulasi basah atau kering. Pengikat juga berguna meningkatkan
kekompakan kohesi pada tablet kempa langsung. Contohnya gelatin,
tragakan, akasia, selulosa dan derivatnya, pati dan derivatnya, alginate,
dan sebaginya.

3. Pelincir, Anti Lekat dan Pelicin


Pelincir digunakan untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet
dengan dinding mesin cetak tablet sehingga tablet mudah keluar. Anti
lengket merupakan bahan yang digunakan untuk menghindari
melekatnya tablet pada permukaan punch atau dinding die. Pelican
digunakan agar massa tablet memiliki aliran yang baik dengan cara
7

mengurangi gesekan antar partikel. Contohnya talk, asam stearate,


magnesium stearate.

4. Penghancur
Penghancur digunakan untuk memudahkan pecahnya tablet ketika
kontak dengan cairan saluran pencernaan. Penghancur juga bias digunakan
untuk menarik air kedalam tablet, mengembangkan dan menyebabkan
pecahnya tablet menjadi bagian-bagian kecil yang akan menentukan kelarutan
obat dan tercapainya bioavailabilitas yang diharapkan. Konsentrasi yang
diguanakan mempengaruhi kecepatan pecahnya tablet dan lepasnya zat aktif
dalam obat untuk melarut.

II.5 Pati Singkong

Pati adalah polisakarida dalam tanaman yang memiliki ciri khas tersendiri.
Bentuk, komposisi, dan ukuran granula pati berbeda-beda tergantung sumber
tanamannya. Granula pati terdiri atas dua polimer utama yaitu, amilosa, merupakan
polimer rantai lurus dihubungkan melalui ikatan glukosida α-D-(1→4), dan
amilopektin. Merupakan polimer rantai cabang dengan rantai utama ikatan glikosida
α-D-(1→4) dan ikatan glikosida α-D-(1→6) sebagai rantai cabang. (12)

Pati singkong berupa serbuk sangat halus berwarna putih yang praktis tidak
larut dalam air dingin dan alcohol. Granulnya berbentuk bulat atau oval segi banyak
dengan diameter 5-35µm. hilusnya terletak ditengah berupa titik, garis lurus atau
bercabang tiga dengan lamella yang tidak jelas dan konsentrasi. (13)

Pati singkong memiliki kompresibilitas dan sifat alir yang kurang baik
sehingga tidak dapat digunakan dalam pembuatan tablet secara kempa langsung.
Untuk mengatasi kedua hal tersebut maka dilakukan modifikasi. Modifikasi pati
dilakukan dengan 3 cara yaitu: modifikasi kimia, fisika, dan enzimatis. Pregelatinasi
8

pati singkong merupakan contoh dari modifikasi fisika sedangkan maltodekstrin


merupakan contoh modifikasi secara enzimatis. (14)

II.6 Maltodekstrin

Maltodektrin didefinisikan sebagai hidrolisat pati parsial yang mengandung


unit α-D-glukosa yang terikat pada (1→4) glikosida dengan nilai DE kurang dari 20
dan memiliki rumus umum [(C6H10O5)nH2O]. DE (dekstrosa Ekuivalen) adalah
jumlah total gula pereduksi hasil hidrolisis pati. Karakteristik maltodekstrin
dipengaruhi oleh nilai DE. Maltodektrin DE 10-15 bersifat higroskopis, beasa manis
dan mudah larut dalam air panas, larut dalam air dingin, tidak larut dalam kloroform.
Sudut istirahat yang dimilikinya tergolong cukup baik.(10)

Maltodekstrin berbentuk serbuk atau granul amorf, putih atau kurang putih,
dan tidak berbau. Kandungan maltodekstrin terdiri dari karbohidrat lebih dari 99%
dengan kadar air 5-6%, ion-ion, protein, lemak, dan serat kasar. Maltodektrin akan
berubah menjadi gel jika disimpan pada tempat dengan kelembaban diatas 75% RH.
Maltodekstrin dibuat dengan cara pemanasan dan menghidrolisisnya dengan asam
atau menggunakan enzim α-amilase.(15)

II.7 Uji Bioekivalensi dan Uji Bioavailabilitas

II.7.1 Bioavailabilitas (ketersediaan hanya)


Persentase dan kecepatan zat aktif dalam suatu produk obat yang mencapai /
tersedia dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/ aktif setelah pemberian produk
obat tersebut, diukur dari kadarnya dalam darah terhadap waktu atau dari ekskresinya
dalam urin Bioavailabilitas absolut: bila dibandingkan dengan sediaa intravena yang
bioavailabilitasnya 100% . Bioavailabilitas relatif: bila dibandingkan dengan sediaan
bukan intravena.(2)
9

II.7.2 Bioekivalensi
Dua produk obat disebut bioekivalen jika keduanya mempunyai ekivalensi
farmaseutik atau merupakan alternatif farmaseutik dan pada pemberian dengan dosis
moral yang sama akan menghasilkan biovailabilitas yang sebanding sehingga efeknya
akan sama, dalam hal efikasi maupun keamanan. Jika bioavailabilitasnya tidak
memenuhi kriteria bioekivalen maka kedua produk obat tersebut disebut
bioinekivalen.(2)

II.7.3 Kriteria Untuk Ekuivalensi


II.7.3.1 produk obat yang memerlukan uji ekivalensi in vivo
Uji ekivalensi in vivo dapat berupa studi bioekivalensi farmakokinetik, studi
farmakodinamik komparatif, atau uji klinik komparatif. Dokumentasi ekivalensi in
vivo diperlukan jika ada resiko bahwa peredaran bioavailabilitas dapat menyebarkan
inekivalensi terapi. Produk obat oral lepas cepat yang bekerja sistemik, jika
memenuhi satu atau lebih kriteria berikut ini :(2)
1) obat-obat untuk kondisi yang serius yang memerlukan respon terapi
yang pasti (critical use drugs), misal: antituberkulosis, antiretroviral,
antibakteri, antihipertensi, antiangina, obat gagal jantung, antiepilepsi,
antiasma.
2) Batas keamanan/ indeks terapi yang sempit; kurva doses-respons yang
curam, misal: digoksin, antiaritmia, antikoagulan, obat-obat sitostatik,
litium, feniton, siklosporin, sulfonilurea, teofilin.
3) Terbukti ada masalah bioavailabilitas atau bioinekivalensi dengan obat
yang bersangkutan atau obat-obat dengan struktur kimia atau
formulasi yang mirip (tidak berhubungan dengan masalah disolusi,)
misal:
- absorpsi bervariasi atau tidak lengkap;
- eliminasi presistemik yang tinggi;
- farmakokinetik nonlinear;
10

- sifat-sifat fisiokimia yang tidak menguntungkan (misal:


kelarutan rendah, permeabilitas rendah, tidak stabil,
dsb.)
4) eksipien dan proses pembuatannya diketahui mempengaruhi
bioekivalensi
4.1 produk obat non-oral dan non –parenteral yang didesain
untuk bekerja sistemik, misal : sediaan transdermal,
supositoria, permen nikotin, gel testosteron dan kontraseptif
bawah kulit,
4.2 Produk obat lepas lambat atau termodifikasi yang bekerja
sistemik.
4.3 Produk kombinasi tetap untuk bekerja sistemik, yang paling
sedikit salah satu zat aktifnya memerlukan studi in vivo.
4.4 Produk obat bukan larutan bukan untuk penggunaan non
sistemik (oral nasal, okular, dermal, rektal, vaginal, dsb), dan
dimaksudkan untuk bekerja lokal (tidak untuk diabsorpsi
sistemik). Untuk produk demikian, bioekivalensi harus
ditunjukkan dengan studi klinik atau farmakodinamik,
dermatofarmakokinetik komparatif dan / atau studi in vitro.
Pada kasus-kasus tertentu, pengukuran kadar obat dalam
darah masih diperlukan dengan alasan keamanan untuk
melihat adanya absorpsi yang tidak diinginkan.

II.7.3.2 Produk obat yang cukup dilakukan uji ekivalensi in vitro ( uji disolusi
terbanding)(2)
1) Produk obat yang tidak memerlukan studi in vivo.
2) Produk obat” copy” yang hanya berbeda kekuatan uji disolusi terbanding
dapat diterima untuk kekuatan yang lebih rendah berdasarkan perbandingan
profil disolusi.
11

a. Tabel lepas cepat


1. Produk obat “copy” dengan kekuatan berbeda, yang dibuat oleh
pabrik obat yang sama di tempat produksi yang sama, jika:
2. semua kekuatan mempunyai proporsi zat aktif dan inaktif yang
persis sama atau untuk zat aktif yang sangat poten (sampai 10 mg
persatuan dosis), zat inaktifnya sama banyak untuk semua
kekuatan;)
3. studi ekivalensi telah dilakukan sedikitnya pada salah satu
kekuatan ( biasanya kekuatan yang tertinggi, kecuali untuk alasan
keamanan dipilih kekuatan yang lebih rendah);
b. Kapsul berisi butir-butir lepas lambat jika kekuatannya berbeda hanya
dalam jumlah butir yang mengandung zat aktif, maka perbandingan profil
disolusi (f2 > 5) dengan satu kondisi uji yang direkomendasi sudah cukup.

c. Tablet lepas lambat


Jika produk uji dalam bentuk sediaan yang sama tetapi berbeda hanya
dalam jumlah butir yang mengandung zat aktif dan inaktif yang persis
sama atau untuk zat aktif yang sangat poten (sampai 10 mg persatuan
doses) zat inaktifnya sama banyak, dan mempunyai mekanisme
pelepasan obat yang sama, kekuatan yang lebih rendah tidak
memerlukan studi in vivo jika menunjukkan profil disolusi yang mirip,
f2 > 50 dalam 3 pH yang berbeda (antara pH 1.2 dan 7.5) dengan

metode uji yang direkomendasi

Eksipien dalam komposisi produk obat sudah dikenal, bahwa tidak ada efek
terhadap motilitas saluran cerna atau proses lain yang mempengaruhi absorpsi, juga
diperkirakan tidak ada interaksi antara eksipien dan zat aktif yang dapat mengubah
farmakokinetik zat aktif. Jika digunakan tetapi dalam jumlah yang luar biasa besar,
diperlukan tambahan informasi yang menunjukkan tidak adanya dampak terhadap
12

bioavailabilitas. Uji disolusi terbanding juga dapat digunakan untuk memastikan


kemiripan kualitas dan sifat-sifat produk obat dengan perubahan monitor dalam
formulasi atau pembuatan setelah izin pemasaran obat.(2)

Anda mungkin juga menyukai