Anda di halaman 1dari 15

ALERGI

MAKANAN

KELOMPOK 6
DEFINISI
Alergi adalah suatu perubahan reaksi atau respon pertahanan
tubuh yang menolak dan tidak tahan terhadap zat zat asng
yang masuk dalam tubuh (Robert davies, 2003)
Alergi merupakan respon system imun yang tidak tepat dan
sering kali membahayakan terhadap subtansi yang biasanya
tidak berbahaya. Reaksi alergi merupakan manifestasi cedera
jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antingan dengan
antibody (BRUNNER dan SUDDARTH, 2002)
Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu
makanan yang dicetuskan oleh reaksi spesifik pada sistem
imun dengan gejala yang spesifik pula.
Alergi makanan adalah kumpulan gejala yang mengenai
banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi
terhadap bahan makanan.
Etiologi
Faktor yang berperan dalam alergi makanan di bagi menjadi 2
yaitu :
Faktor Internal
Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-

fungsi : asam lambung, enzym-enzym usus, glycocalyx)


maupun fungsi-fungsi imunologis (misalnya : IgA sekretorik)
memudahkan penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga
mengurangi kemampuan usus mentoleransi makanan
tertentu.
Genetik berperan dalam alergi makanan. Sensitisasi alergen

dini mulai janin sampai masa bayi dan sensitisasi ini


dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma kehidupan setempat
Mukosa dinding saluran cerna belum matang yang

menyebabkan penyerapan alergen bertambah.


Fakor Eksternal
Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor

psikis (sedih, stress) atau beban latihan (lari, olah raga).


Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi

menurut prevalensinya
Ikan 15,4 % Kentang 2,6 %
Telur 12,7 % Coklat 2,1 %
Susu 12,2 % Babi 1,5 %
Kacang 5,3 % Sapi 3,1 %
Gandum 4,7 %
Hampir semua jenis makanan dan zat tambahan pada
makanan dapat menimbulkan reaksi alergi.
(www.alergimakanan.com Di akses tanggal 16 Mei 2017)
Manifestasi Klinik

Manifestasi allergen makanan pada kulit umunya


bervariasi dari urtikaria akut dan atau angioedema
sampai ruam morbiliformis. Urtikaria kronis jarang
disebabkan oleh allergen makanan.

Gbr. 1 Urtikaria Gbr. 2 Angioedema


Alergi makanan juga telah dibuktikan merupakan pencetus
dermatitis atopic pada sepertiga kasus anak-anak. Dalam
waktu 2 jam setelah ingesti makanan tersangka, akan terjdai
eritema dan pruiritis yang menyebabkan penderita
menggaruk, sehingga terjadi eksaserbasi dermatitis atopic.
Kasus dermatitis pada bayi diperkirakan 85% akan mengalami
toleransi terhadap makanan setelah mencapai usia 3 tahun.
Dermatitis herpertiformis Duhring merupakan
hipersensitivitas terhadap makanan yang bermanifestasi
sebagai ruam pruritic, dan dihubungkan dengan adanya
anteropati sensitif-gluten.Lesi kulit bervariasi dari urtika,
papul, vesikel sampai bula. Lesi kulit maupun enteropati akan
membaik dengan diet eliminasi gluten.
Adapun Gejala klinisnya yaitu pada saluran pernafasan :
asma, pada saluran cerna: mual,muntah,diare,nyeri perut,
pada kulit: urtikaria, angioderma, dermatitis, pruritus, gatal,
demam, gatal, mulut: rasa gatal dan pembengkakan bibir.
Klasifikasi

Hipersensitivitas anafilaktif ( tipe 1 )


Keadaan ini merupakan hipersensitivitas anafilaktif seketika dengan
reaksi yang di mulai dalam tempo beberapa menit sesudah kontak
dengan antigen.

Hipersensitivitas sitotoksik ( tipe 2 )


Hipersensitivitas sitotoksik terjadikalau sistem kekebalan secara
keliru mengenali konsituen tubuh yang normal sebagai benda asing.

Hipersensitivitas kompleks imun ( tipe 3 )


kompleks imun terbentuk ketika antigen terikat dengan antibodi dan
dibersihkan dari dalam sirkulasi darah lewat kerja fagositik.

Hipersensitivitas Tipe lambat (tipe 4 )


Reaksi ini yang juga dikenal sebagai hipersensitivitas seluler, terjadi
24 hingga 72 jam sesudah kontak dengan alergen
Patofisiologi
Saat pertama kali masuknya alergen (ex. telur ) ke
dalam tubuh seseorang yang mengkonsumsi makanan
tetapi dia belum pernah terkena alergi. Namun ketika untuk
kedua kalinya orang tersebut mengkonsumsi makanan
yang sama barulah tampak gejala-gejala timbulnya alergi
pada kulit orang tersebut.Setelah tanda-tanda itu muncul
maka antigen akan mengenali alergen yang masuk yang
akan memicu aktifnya sel T ,dimana sel T tersebut yang
akan merangsang sel B untuk mengaktifkan antibodi (Ig E).
Proses ini mengakibatkan melekatnya antibodi pada sel
mast yang dikeluarkan oleh basofil. Apabila seseorang
mengalami paparan untuk kedua kalinya oleh alergen yang
sama maka akan terjadi 2 hal yaitu,:
1. Ketika mulai terjadinya produksi sitokin oleh sel T. Sitokin
memberikan efek terhadap berbagai sel terutama dalam
menarik sel sel radang misalnya netrofil dan eosinofil,
sehingga menimbulkan reaksi peradangan yang
menyebabkan panas.

2. Alergen tersebut akan langsung mengaktifkan antibodi


( Ig E ) yang merangsang sel mast kemudian melepaskan
histamin dalam jumlah yang banyak , kemudian histamin
tersebut beredar di dalam tubuh melalui pembuluh darah.
Saat mereka mencapai kulit, alergen akan menyebabkan
terjadinya gatal,prutitus,angioderma,urtikaria,kemerahan
pada kulit dan dermatitis.Gejala alergi yang paling
ditakutkan dikenal dengan namaanafilaktik syok. Gejala ini
ditandai dengan tekanan darah yang menurun, kesadaran
menurun, dan bila tidak ditangani segera dapat
menyebabkan kematian.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : apakah ada kemerahan, bentol-
bentol dan terdapat gejala adanya
urtikaria,angioderma,pruritus dan
pembengkakan pada bibir
Palpasi : ada nyeri tekan pada kemerahan
Perkusi : mengetahui apakah diperut terdapat
udara atau cairan
Auskultasi : mendengarkan suara napas, bunyi
jantung, bunyi usus( karena pada oarng yang
menderita alergi bunyi usunya cencerung lebih
meningkat)
Pemeriksaan Penunjang

1. Uji kulit: sebagai pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup


seperti tungau, kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau
alergen makanan seperti susu, telur, kacang, ikan).
2. Darah tepi: bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung
leukosit 5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan.
3. IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20
tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa
penderita adalah atopi, atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi
imun seluler.
4. Tes intradermal nilainya terbatas, berbahaya.
5. Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitif.
6. Biopsi usus : sekunder dan sesudah dirangsang dengan makanan food
chalenge didapatkan inflamasi / atrofi mukosa usus, peningkatan limfosit
intraepitelial dan IgM. IgE ( dengan mikroskop imunofluoresen ).
7. Pemeriksaan/ tes D Xylose, proktosigmoidoskopi dan biopsi usus.
8. Diit coba buta ganda ( Double blind food chalenge ) untuk diagnosa pasti
Pengobatan
Ada beberapa regimen diet yang bisa digunakan :
1. ELIMINATION DIET :beberapa makanan harus dihindari yaitu Buah, Susu,
Telur, Ikan dan Kacang, di Surabaya terkenal dengan singkatan BSTIK.
2. MINIMAL DIET 1 (Modified Rowes diet 1): terdiri dari beberapa makanan
dengan indeks alergenisitas yang rendah. Berbeda dengan elimination diet,
regimen ini terdiri dari beberapa bahan makanan yang diperbolehkan yaitu : air,
beras, daging sapi, kelapa, kedelai, bayam, wortel, bawang, gula, garam dan susu
formula kedelai. Bahan makanan lain tidak diperbolehkan.
3. MINIMAL DIET 2 (Modified Rowes Diet 2) :Terdiri dari makanan-makanan
dengan indeks alergenisitas rendah yang lain yang diperbolehkan, misalnya : air,
kentang, daging kambing, kacang merah, buncis, kobis, bawang, formula hidrolisat
kasein, bahan makanan yang lain tidak diperkenankan.
4. EGG and FISH FREE DIET:diet ini menyingkirkan telur termasuk makanan-
makanan yang dibuat dari telur dan semua ikan. Biasanya diberikan pada
penderita-penderita dengan keluhan dengan keluhan utama urtikaria, angionerotik
udem dan eksema.
5. HIS OWNS DIET :menyingkirkan makanan-makanan yang dikemukakan
sendiri oleh penderitanya sebagai penyebab gejala alergi.
Diet dilakukan selama 3 minggu, setelah itu dilakukan
provokasi dengan 1 bahan makanan setiap minggu.
Makanan yang menimbulkan gejala alergi pada
provokasi ini dicatat. Disebut alergen kalau pada 3 kali
provokasi menimbulkan gejala alergi. Waktunya tidak
perlu berturut-turut. Jika dengan salah satu regimen diet
tidak ada perbaikan padahal sudah dilakukan dengan
benar, maka diberikan regimen yang lain. Sebelum
memulai regimen yang baru, penderita
dibericarnavalselama seminggu, artinya selama 1
minggu itu semua makanan boleh dimakan (pesta).
Maksudnya adalah memberi hadiah setelah 3 minggu
diet dengan baik, dengan demikian ada semangat untuk
menjalani diet berikunya.Selanjutnya diet yang
berikutnya juga dilakukan selama 3 minggu sebelum
dilakukan provokasi.
Bila diet tidak bisa dilaksanakan maka harus diberi farmakoterapi
dengan obat-obatan seperti yang tersebut di bawah ini :
1. Kromolin, Nedokromil.
Dipakai terutama pada penderita dengan gejala asma dan rinitis
alergika.
2. Glukokortikoid.
Digunakan terutama bila ada gejala asma.
3. Beta adrenergic agonist

Digunakan untuk relaksasi otot polos bronkus.


4. Metil Xantin

Digunakan sebagai bronkodilator.


5. Simpatomimetika
Simpatomimetika terdiri atas :
Efedrin: 0,5 1,0 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam
Orciprenalin: 0,3 0,5 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Terbutalin: 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Salbutamol: 0,1 0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai