Anda di halaman 1dari 26

Oleh : Amelia Rumi, M.Sc., Apt.

 Efek obat yang berbahaya dan tidak


diharapkan pada dosis normal (lazim) pada
manusia dengan tujuan :
a. Profilaksis
b. Terapi
c. Perbaikan / modifikasi fungsi fisiologis.
 Efek yang tidak diharapkan dan sifatnya
membahayakan
 Efek ini terjadi pada dosis lazim manusia

 Obatdigunakan untuk : profilaksis, terapi,


dan atau modifikasi fungsi fisiologis.
 Kegagalan terapi
 Over dose
 Ketidakpatuhan memakai obat
 Medication error  mirip seperti ADR yang
bersifat potensial  tapi ME ini lebih
disebabkan oleh kelalaian manusia.
 Obat disalahgunakan. Ex : Morphin  digunakan
untuk pasien yang tidak mengalami nyeri
ADR = significant morbidity & mortality

 Range from mild reactions (drowsiness, nausea,


itching & rash); disappear after discontinuation of
drug
OR
 Severe reactions (respiratory depression,
neutropenia, hepatocellular injury, hemorrhage,
anaphylaxis
ADR most common in

 Women
 Elderly (>60 y old)
 Pediatric (1-4 y)
 Patients taking more than one drug
A. Akut
Biasanya terjadi 60 menit pertama sejak obat
digunakan
Ex: alergi
B. Sub akut
Biasanya terjadi 1-24 jam pertama sejak obat
digunakan.
Ex: emesis pada kemoterapi
C. Laten
Biasanya terjadi > 2 hari atau waktu lama
untuk menimbulkan kejadiannya.
Ex: efek teratogenik
Tipe A
 Terkait peningkatan efek farmakologi obat
daripada efek yang diharapkan.
 Bisa diperkirakan ADRnya
 Tergantung dosis
 Dapat diprediksi
 Mudah dikenali karena terkait sifat farmakologi
obat
 Solusi : sesuaikan dosis
 Tidak ada kaitannya dengan efek farmakologi
obat
 Bersifat idiosinkratik (mekanismenya tidak
bisa dijelaskan)
 Terdapat respon imun
 Jarang dan tidak bisa diprediksi
 Biasanya adalah kasus Alergi
 SOLUSI : Stop pake obat
 Biasanya untuk mencegah alergi seperti
penicilin  dilakukan skin test.
 Associated with long-term drug
therapy
 Well known and can be anticipated
 Adaptation occurs = discontinuation
of drug = abstinence syndrome

E.g. opioids, alcohol, barbiturates


 Carcinogenic & teratogenic effects
 Delayed in onset
 Very rare
Carcinogenic Effect
Medication lead to cancer; take >20 y to
develop
Teratogenic Effect
Drug- induced birth defects
Tipe I
 Cepat ( segera setelah pakai obat)
 IgE
 Sifatanafilaktik (nampak)
 Ex: penggunaan penicilin  reaksi syok
anafilakis.
 Antibody cytotoxid (menyebabkan kematian
sel target)
 IgG, IgM.
 Ex : Metildopa  menyebabkan anemia
hemolitik (Lisisnya SDM).
 Reaksi hipersensitivitas yang melibatkan
pembentukan kompleks antigen-antibody 
merusak sel target.
 IgG, IgM
 Ex : procainamida  menyebabkan lupus
 Reaksi yang diperantarai limfosit T
 Kebalikan tipe I
 Reaksi lama/ tertunda
 Dermatitis kontak.
a. Usia (anak dan geriatri)
Bayi sangat sensitif pada kloramfenicol
b. Polifarmasi
Semakin banyak obat digunakan  semakin
tinggi resiko ADR.
c. Banyak penyakit penyerta
d. Peresepan kurang tepat
e. Disfungsi organ yang sudah tahapan akhir
f. Perubahan fisiologi
g. Pernah mempunyai riwayat ADR
h. Peningkatan dosis dan durasi penggunaan
i. Faktor prediposisi genetik
 Hipersensitivitas
 Mengancam jiwa
 Menyebabkan kecacatan
 Idiosyncratic (tidak bisa dikaitkan dengan
efek fisiologis)
 Efek yang tidak diperkirakan
 Intolerance obat
 UNTUK MENGUATKAN IDENTIFIKASI :
 ADR / ROM / IO ..... MAKA GUNAKAN

“ALGORITMA NARANJO”
 Kapan digunakan????...........
 Jika menghadapi/ mencurigai seseorang
pasien yang setelah diberikan obat mendapat
reaksi alergi, karena obat atau faktor lain.
 Untuk menetapkan kausalitas yang
disebabkan karena ADR / ROM / IO obat atau
karena faktor lain.
 Untuk menetapkan obat mana yang paling
mungkin menyebabkan ADR / ROM / IO
tersebut.
 Jika lebih dari 9 maka ADR bersifat pasti
 Jika nilai 5-8 maka ADR bersifat
kemungkinan/ sangat mungkin
 Jika nilai 1-4 maka ADR bersifat mungkin
 Juika nilai 0 maka ADR bersifat meragukan.
Selamat belajar

Anda mungkin juga menyukai