Panduan
Tentang
Penanganan Bayi BBLR dengan
Metode Kangguru
RUMKITTK III BALADHIKA HUSADA
LEMBAR PENGESAHAN
1. definisi ........................................................................................................................ 3
2. manfaat pmk ............................................................................................................... 3
SURAT KETETAPAN
KEPALA RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA
NOMORSK//X/2018 tentang
MENETAPKAN
Menetapkan : 1. Ketetapan kepala rumah sakit tingkat iii baladhika husada tentang
panduan penanganan bayi bblr dengan metode kangguru di lingkungan
rumah sakit tingkat III baladhika husada
2. PanduanPenanganan Bayi BBLR dengan Metode Kangguru di
lingkungan Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada sebagaimana
terlampir dalam Ketetapan ini.
3. Panduan Penanganan Bayi BBLR dengan Metode Kangguru
di lingkungan Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada digunakan
dalam penanganan bayi BBLR di Rumah Sakit Tingkat III Baladhika
Husada.
Ditetapkan di Jember
pada tanggal 01 Oktober 2 018
1. Definisi
a. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat
badan kurang dari 2500 gram.
b. Metode Kangguru adalah perawatan untuk BBLR dengan melakukan kontak
langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin contact). Metode ini sangat
tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan keselamatan BBLR.
2. Manfaat Pmk
Untuk mempelajari manfaat dan penerapan PMK sebaiknya diketahui tentang
proses kehilangan panas pada bayi baru lahir. Pada intinya ada 4 cara kehilangan
panas pada bayi baru lahir yaitu: 1) Evaporasi merupakan proses kehilangan panas
melalui proses penguapan dari kulit yang basah. 2) Radiasi meliputi kehilangan panas
melalui pemancaran panas dari tubuh bayi ke lingkungan sekitar yang lebih dingin. Hal
ini terjadi misalnya bayi yang baru lahir segera diletakkan di ruang ber AC yang dingin
maka suhu tubuh bayi akan berkurang karena panasnya terpancar ke sekitarnya yang
bersuhu lebih rendah. 3) Konduksi yaitu cara kehilangan panas melalui persinggungan
dengan benda yang lebih dingin misalnya ditimbang pada alat timbangan logam tanpa
alas. 4) Konveksi yaitu kehilangan panas melalui aliran udara. Hal ini misalnya terjadi
pada bayi baru lahir diletakkan di dekat jendela atau pintu yang terbuka maka akan
ada aliran udara luar (yang mungkin lebih dingin) yang akan berpengaruh pada suhu
bayi.14 Atau bisa juga kehilangan panas secara konveksi apabila bayi dibiarkan
telanjang. Udara sekitar bayi lebih panas dari udara jauh dari bayi.Udara panas lebih
ringan dan naik ke atas digantikan oleh udara dingin sehimgga terjadi juga aliran udara
yang mengambil suhu bayi. (hukum Boyle).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Usman dkk (1996) menyatakan bahwa
kemampuan mempertahankan suhu serta kenaikan berat badan pada BBLR yang
dilakukan PMK menunjukkan hasil yang lebih baik.Oleh karena itu, PMK sangat
berguna dalam pencegahan hipotermia pada perawatan BBLR di rumah. Secara garis
besar, manfaat PMK adalah sebagai berikut :
Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan
keselamatan BBLR. Esensinya adalah
a. Kontak badan langsung (kulit ke kulit) antara ibu dengan bayinya
secaraberkelanjutan, terus-menerus dan dilakukan sejak dini. b. Pemberian ASI
eksklusif (idealnya).
c. Dimulai dilakukan di RS, kemudian dapat dilanjutkan di rumah.
d. Bayi kecil dapat dipulangkan lebih dini.
e. Setelah di rumah ibu perlu dukungan dan tindak lanjut yang memadai.
f. Metode ini merupakan metode yang sederhana dan manusiawi, namun efektif
untuk menghindari berbagai stres yang dialami oleh BBLR selama perawatan di
ruang perawatan intensif.
4.Persyaratan PMK
Sumber daya yang paling penting dipersiapkan untuk penerapan PMK adalah para
ibu, petugas yang mempunyai keahlian khusus di bidang ini, dan lingkungan yang
mendukung. Beberapa persyaratan yang tercantum dalam pembahasan ini meliputi: a.
Formulasi dari kebijakan
b. Penerapan PMK dan berbagai petunjuk pelaksanaannya harus difasilitasi oleh
pembuat kebijakan kesehatan yang mendukung di semua tingkat pelayanan.
Adapun kebijakan nasional diperlukan untuk menjamin integrasi yang efektif dari
sistem kesehatan, pendidikan serta pelatihan yang ada.
c. Organisasi pelayanan dan tindak lanjut
d. Setiap fasilitas kesehatan yang menerapkan PMK harus memiliki kebijakan dan
petunjuk tertulis yang disesuaikan dengan kondisi dan budaya lokal. Kebijakan
semacam ini akan lebih efektif kalau dibuat suatu juklak lokal dengan tetap
mengacu pada petunjuk nasional maupun internasional. Juklak ini melibatkan
seluruh staf dan kemudian dapat disetujui secara konsensus. Juklak ini harus
mencakup PMK serta tindak lanjut. Tindak lanjut dilakukan oleh petugas kesehatan
terlatih yang tinggal berdekatan dengan tempat tinggal ibu. Frekuensi kunjungan
dapat bervariasi. Semakin baik tindak lanjutnya, semakin cepat ibu dan bayi dapat
dipulangkan dari suatu fasilitas kesehatan.
e. Peralatan dan perlengkapan untuk ibu dan bayi
f. PMK tidak memerlukan fasilitas khusus. Pengaturan yang sederhana dapat
membuat ibu lebih nyaman tinggal di RS.
g. Petugas kesehatan yang terlatih
h. PMK tidak memerlukan tambahan tenaga yang melebihi dari perawatan dengan
menggunakan metode konvensional. Petugas kesehatan yang ada seperti dokter
dan perawat harus memiliki pelatihan dasar tentang pemberian ASI dan juga
pelatihan yang memadai di semua aspek PMK, antara lain:
a. Kapan dan bagaimana memulai penerapan PMK
b. Bagaimana mengatur posisi bayi selama dan diantara pemberian minum
c. Pemberian minum untuk BBLR
d. Pemberian ASI
e. Metode pemberian minum alternatif sampai memungkinkan untuk dilakukan
7
pemberian ASI.
f. Melibatkan ibu di segala aspek perawatan bayinya, termasuk mengawasi
tanda vital dan mengenali tanda bahaya.
g. Melakukan tindakan yang tepat dan efektif bila mendeteksi adanya masalah
yang berkaitan dengan si ibu.
h. Menentukan waktu pemulangan.
i. Berkemampuan untuk mendorong dan mendukung ibu dan keluarganya.
BAB III
TATA LAKSANA
5. Komponen PMK
Terdapat empat komponen PMK yaitu :
a. Kangaroo position (posisi)
b. Kangaroo nutrition (nutrisi)
c. Kangaroo support (dukungan)
d. Kangaroo discharge (pemulangan)
1)
Gambar 2. Memposisikan bayi untuk PMK
Posisi bayi dalam posisi kanguru diuraikan sebagai berikut. Bayi didekap erat ke
dada ibu dengan dibalut kain katun lembut yang diikat ke punggung ibu.Balutan
kain menutupi sampai telinga bayi dan dibawah ketiak ibu sedemikian rupa untuk
memfikasasi kepala dan dada bayi dalam posisi mendongak di dada ibu,
memberikan jalur udara terbuka optimal dan mencegah apnea obstruktif.Panggul
diposisikan fleksi dan ditempatkan dalam posisi kodok (frog position), lengan juga
dalam posisi fleksi.Sepotong celana panjang yang menempel pada kain menjaga/
menopang bayi dari sisi bawah.
Bayi dapat memperoleh sebagian besar perawatan yang diperlukan,
termasuk minum selama dalam posisi kanguru. Mereka dibebaskan dari kontak
kulit langsung hanya pada saat :
a) Mengganti popok, dibersihkan, dan perawatan tali pusat.
b) Pemeriksaan klinis, berdasarkan jadwal rumah sakit, atau jika diperlukan.
Memandikan bayi setiap hari tidak diperlukan dan tidak disarankan.Jika
kebiasaankebiasaan setempat memerlukan mandi setiap hari, dan hal itu tidak
dapat dihindari maka sebaiknya dilakukan sebentar dan dengan air yang cukup
hangat (sekitar 37 °C).Bayi harus segera dikeringkan, diberikan pakaian minimal,
lalu ditempatkan kembali pada posisi kanguru secepat mungkin.
Perawatan bayi dengan kontak kulit langsung dari dada ibu ke bayi memiliki
dampak fisiologis dan stabilitas yang lebih baik daripada bayi yang dirawat di
inkubator.
Memulai PMK
Hampir setiap bayi kecil dapat dirawat dengan PMK. PMK pada bayi kecil dapat
dilakukan dalam dua cara:
a) PMK intermiten: PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya
dilakukan jika ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di
inkubator dengan durasi minimal satu jam secara terus-menerus dalam satu hari.
Metode ini dilakukan di fasilitas Unit Perawatan Khusus (level II) dan Intensif (level
III).
9
b) PMK kontinu: PMK yang diberikan sepanjang waktu yang dapat dilakukan di
unit rawat gabung atau ruangan yang dipergunakan untuk perawatan metode
kanguru.
Bayi-bayi dengan penyakit yang berat atau membutuhkan perawatan khusus
dapat menunggu sampai sembuh sebelum dilaksanakan PMK terus-menerus
(kontinu). PMK dengan jangka waktu yang pendek (intermiten) dapat dimulai pada
bayi yang dalam proses penyembuhan tetapi masih memerlukan pengobatan
medis (misalnya infus, tambahan oksigen dengan konsentrasi rendah). Namun,
untuk PMK yang kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil; bayi harus dapat
bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen.Kemampuan untuk minum (seperti
menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan utama, karena PMK
sudah dapat dimulai meskipun pemberian minumnya dengan menggunakan pipa
lambung.
Ketika bayi telah siap untuk PMK, atur waktu yang tepat bagi ibu dan bayi.Sesi
pertama ini merupakan sesuatu yang penting dan perlu waktu serta penuh
perhatian.Sarankan pada ibu agar menggunakan pakaian yang longgar dan
ringan.Gunakan ruang khusus yang cukup hangat untuk si bayi.Anjurkan ibu untuk
membawa suami atau seorang teman pilihannya. Ini akan memberikan semangat
dan rasa aman.
Kontak kulit langsung sebaiknya dimulai secara bertahap, perlahan-lahan dari
perawatan konvensional ke PMK yang terus-menerus.Kontak yang berlangsung
kurang dari 60 menit sebaiknya dihindari, karena pergantian yang sering
akanmembuat bayi menjadi stres.Lamanya kontak kulit langsung ditingkatkan
secara bertahap sampai kalau mungkin dilakukan terus-menerus siang dan malam
dan hanya ditunda untuk mengganti popok, sambil mengontrol suhu tubuh bayi.
Ketika ibu harus meninggalkan bayinya, bayi tersebut dapat dibungkus dengan
baik dan ditempatkan di tempat yang hangat jauh dari hembusan angin, diselimuti
dengan selimut hangat atau jika tersedia ditempatkan dalam alat
penghangat.Selama perpisahan antara ibu dan bayi, anggota keluarga (ayah atau
suami, nenek, dll), atau teman dekat dapat juga menolong melakukan kontak kulit
langsung ibu dengan bayi dalam posisi kanguru.
menyakitkan selama perawatan awal.PMK adalah metode ideal sebab bayi diayun-
ayun, dipeluk, dan mendengarkan suara ibunya saat ibu melakukan aktivitas
sehari-hari.Seorang ayah pun dapat menciptakan suasana seperti itu.Para petugas
kesehatan memiliki peranan penting guna mendorong ibu dan ayah agar mau
menunjukkan perasaan dan cinta mereka pada bayinya.
Meskipun pada beberapa penelitian RCT, PMK dikaitkan dengan lebih lamanya
menyusui, namun bagaimana sebenarnya pengaruh PMK dalam aspek hubungan
menyusui antara bayi dan ibu masih relatif sedikit yang diketahui.Pada studi RCT
terbaru yang membandingkan antara ibu yang melakukan PMK segera setelah lahir
11
Pengobatan pencegahan
Bayi BBLR yang lahir dengan mikronutrisi yang tidak cukup, sebaiknya
mendapat zat besi dan suplemen asam folat yang dimulai dari dua minggu setelah
kelahiran sampai setahun usia kronologis.
muda dan dapat menurunkan risiko apnea. Bila terjadi apnea, ibu dapat
memberikan rangsangan dengan cara menggosok secara lembut punggung
atau kepalanya,sampai bayi mulai bernapas kembali. Jika tetap tidak bernapas, ibu
dapat memanggil petugas kesehatan.Apabila apnea seringkali terjadi sebaiknya
cari pertolongan petugas kesehatan.Ajari ibu untuk mengenali tanda-tanda bahaya.
Berikut ini beberapa tanda bahaya:
a) Kesulitan bernapas : dada tertarik ke dalam, merintih
b) Bernapas sangat cepat atau sangat lambat
c) Serangan apnea sering dan lama
d) Bayi terasa dingin : suhu bayi di bawah normal walaupun telah dilakukan
penghangatan
e) Sulit minum: bayi tidak lagi terbangun untuk minum, berhenti minum atau
muntah
f) Kejang
g) Diare
h) Kulit menjadi kuning
Yakinkan ibu bahwa tidaklah berbahaya bila:
a) Bersin atau cegukan
b) Buang air tiap diberi minum
c) Tidak buang air besar selama 2-3 hari
Tempat Pemantauan
Pemantauan pasca rawat dapat dilakukan di Poliklinik Anak RS atau di sarana
kesehatan memenuhi syarat.
Waktu Pemantauan
Semakin kecil bayi pada saat pemulangan, semakin awal dan sering
pemantauan yang diperlukan. Jika bayi dilepas sesuai dengan kriteria diatas,
anjuran berikut ini dapat berlaku pada keadaan seperti :
a) Dua kali kunjungan ulang per minggu sampai dengan 37 minggu usia
pasca menstruasi
b) Satu kali kunjungan ulang per minggu setelah 37 minggu
Anjurkan para ibu untuk melakukan perawatan bayi secara biasa (menyapih dari
PMK) setelah berat bayi mencapai 2.500 g atau 40 minggu dari usia pasca
menstruasi.
e. Pakaian Bayi
f. Jika bayi menerima PMK secara terus-menerus, bayi tersebut cukup
dipakaikan popok atau diapers sampai dibawah pusat. Pada saat bayi tidak
dalam posisi kanguru, bayi dapat ditempatkan di tempat tidur yang hangat
dan diberi selimut. Jika suhu ruangannya adalah 24-26°C, bayi pada posisi
kanguru hanya memakai popok, topi yang hangat, dan kaus kaki. Namun,
jika suhu turun di bawah 22°C, bayi tersebut harus memakai baju tanpa
lengan yang terbuat dari kain katun yang terbuka bagian depannya sehingga
memungkinkan tetap terjadinya kontak kulit dengan dada dan perut ibu. Ibu
kemudian mengenakan bajunya yang biasa untuk menghangatkan dirinya
dan si bayi.
BAB IV
DISKUSI
Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan salah satu pendekatan yang cukup
menarik yang dapat digunakan dalam meningkatkan perawatan pada neonatus,
meningkatkan ikatan antara ibu-bayi, serta dapat menurunkan beban biaya perawatan
bayi BBLR. Namun, efektivitas PMK sebagai pengganti terapi konvensional (inkubator)
dalam terapi bayi BBLR masih dipertanyakan.Hal ini karena sebagian besar kematian
neonatus pada BBLR terjadi pada saat periode stabilisasi sehingga pada saat itu PMK
belum dapat dilakukan.Saat ini, masih belum ada bukti yang mendukung penggunaan
PMK sebagai alternatif perawatan pada bayi BBLR yang belum stabil. Bahkan hasil
analisis Cochrane 2002 menyimpulkan bahwa masih belum terdapat bukti yang cukup
dari penelitian RCT yang dapat merekomendasikan penggunaan rutin PMK sebagai
terapi bayi BBLR. Namun demikian, beberapa penelitian terbaru lainnya menunjukkan
hasil sebaliknya.
Berikut ini adalah beberapa komponen yang dinilai di dalam berbagai penelitian yang
membandingkan antara perawatan bayi BBLR yang mendapat PMK dengan yang
mendapat terapi konvensional (inkubator):
a. Mortalitas :
1) Hampir bisa dikatakan tidak ada efek samping dari penggunaan PMK. Dari satu
penelitian menyatakan bahwa PMK tidak berkaitan dengan peningkatan risiko
kematian. Oleh karena itu, PMK merupakan pendekatan yang aman digunakan pada
perawatan bayi BBLR yang secara klinis stabil.
2) Penelitian lain menyatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam angka
mortalitas.
3) Persentase kematian pada bayi yang dilakukan PMK secara dini lebih rendah
daripada bayi yang dirawat di NICU. Sebagian besar kematian terjadi dalam 12 jam
pertama kehidupan. Angka kelangsungan hidup pada bayi PMK lebih baik daripada
yang mendapat terapi konvensional (inkubator).
b. Infeksi
1) PMK berkaitan dengan menurunnya risiko infeksi nosokomial, penyakit berat,
dan infeksi saluran pernapasan bawah.
2) Kejadian sepsis secara signifikan lebih tinggi pada bayi yang dirawat dengan
inkubator.
c. Menyusui
1) PMK meningkatkan pemakaian ASI eksklusif.
2) Pada bayi PMK menyusui menjadi lebih sering dan lebih lama. Peranan dari
ASI ini sangat banyak diantaranya akan menignkatkan imunitas, sehingga
dapat mengurangi risiko infeksi yang pada akhirnya akan mengurangi masa
rawat di RS.
3) Pendekatan PMK yang dilakukan secara dini akan meningkatkan kesuksesan
dalam menyusui. Tetapi jika PMK baru dilakukan setelah satu bulan,
perbedaannya secara klinis tidak terlalu bermakna.
3) Kunjungan kembali ke RS
Tidak ada perbedaan dalam hal kunjungan kembali ke RS.
4) Pertumbuhan
Bayi dengan PMK, berat badannya naik lebih banyak per harinya dan memiliki
lingkar kepala yang lebih besar, meskipun perbedaannya secara klinis tidak terlalu
bermakna.
19
5) Perkembangan psikomotor
Tidak ada perbedaan dalam perkembangan psikomotor.
6) Ketidakpuasan orangtua
PMK mengurangi ketidakpuasan orangtua dalam perawatan bayinya..Lebih dari 95%
ibu bahagia dalam merawat bayinya.Metode PMK merupakan metode pilihan yang
paling diterima oleh ibu dan keluarganya di rumah.
7) Perilaku ikatan ibu
Kompetensi ibu pada bayi dengan PMK lebih baik daripada bayi yang dirawat di
inkubator.Namun persepsi ibu mengenai dukungan sosial pada bayi yang dirawat di
NICU lebih baik daripada bayi PMK.
8) Hasil Lain
1. Episode hipotermia dan hipertermia lebih signifikan terjadi pada bayi yang dirawat
dengan inkubator daripada bayi yang dilakukan PMK. Pada penelitian lain, PMK
terbukti sama efektifnya dengan inkubator dalam menghangatkan neonatus yang
mengalami risiko hipotermia. Pada bayi yang cukup bulan, bayi PMK mendapat panas
dari suhu ibu saat suhunya kurang dari 36,3°C, tetapi akan kehilangan panas jika
suhunya mencapai 37°C. Oleh karena itu, mungkin tidak ada risiko heat stress pada
neonatus selama PMK.
2. Rata-rata kardiovaskular dan suhu pada bayi dengan PMK terdapat dalam batas
normal. Episode apnea, bradikardia, dan napas periodik tidak ditemukan pada bayi
PMK. Pernapasan yang teratur meningkat pada bayidengan PMK bila dibandingkan
yang mendapat terapi konvensional (inkubator).
3. Kejadian hipoglikemia secara signifikan lebih tinggi pada bayi yang dirawat dengan
inkubator.
4. Neonatus yang sangat prematur yang menjalani PMK tampaknya memiliki
mekanisme endogen dalam menurunkan respons nyeri, tetapi tidak sekuat pada
neonatus yang lebih matur. Waktu pemulihan yang pendek pada PMK secara klinis
bermakna dalam mempertahankan homeostasis.
5. Rerata masa rawat pada bayi PMK sekitar 4,5 hari dan pada kelompok kontrol 6,5
hari.Pada penelitian lain, rerata masa rawat pada bayi PMK sekitar 11 hari dan pada
kelompok kontrol 13 hari. Rata-rata masa rawat pada bayi PMK dua hari lebih singkat
daripada kelompok kontrol.
6. Biaya perawatan secara keseluruhan pada bayi PMK berkurang hingga 50%.
7. PMK yang dilakukan segera setelah persalinan secara klinis bermanfaat
mengurangi stress yang berkaitan dengan kelahiran dan meningkatkan
kemampuan pengaturan diri neonatus dalam menghadapi lingkungan ekstrauterin
dari berbagai rangsangan yang berasal dari lingkungan.
Dari penjelasan diatas, meskipun masih belum terdapat hubungan yang sangat
jelas apakah PMK secara langsung dapat menggantikan peranan inkubator, namun
dari berbagai hasil penelitian yang ada saat ini terlihat bahwa manfaat PMK sangat
banyak.Oleh karena itu, peranan PMK sebagai terapi alternatif pemakaian
inkubator dapat saja dipertimbangkan.
Indikasi PMK di setiap fasilitas pelayanan dapat saja berbeda. Ada penelitian yang
menggunakan kriteria sebagai berikut: bayi prematur, berat lahir <1500 gram, dan
mampu bernapas sendiri.Sedangkan pedoman WHO membuat penggolongan
berat badan sebagai arahan dalam melaksanakan PMK. Di Indonesia, bayi BBLR
<1.800 g, tidak boleh dilakukan PMK di Puskesmas tetapi harus dirujuk ke Rumah
Sakit. Bayi BBLR >1.800 g yang lahir di Puskesmas, dianjurkan untuk perawatan di
Puskesmas dan dilakukan PMK.
Untuk mempersiapkan penerapan PMK diperlukan beberapa persyaratan seperti
berikut ini :
a) Formulasi dari kebijakan
b) Organisasi pelayanan dan tindak lanjut
c) Peralatan dan perlengkapan untuk ibu dan bayi
20
BAB V
ANALISIS BIAYA
Dari berbagai penelitian, tidak ada yang mencantumkan analisis biaya secara detail
mengenai perbandingan antara perawatan bayi BBLR yang menggunakan PMK dengan
perawatan konvensional (inkubator). Namun, ada salah satu penelitian yang secara kasar
membandingkan antara pemakaianinkubator dengan PMK seperti berikut ini:
a. Di negara berkembang, biaya untuk perawatan bayi BBLR (berat 1.000 gram)
dengan menggunakan inkubator adalah sebesar US$ 800 per hari.
b. Di Bogota, biaya untuk perawatan bayi BBLR (berat 1.000 gram) dengan
menggunakan inkubator adalah sebesar US$ 89 per hari.
c. Sedangkan bayi BBLR dengan PMK hanya membutuhkan biaya US$ 2 per hari.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode PMK merupakan cara yang
efektif dengan rasio biaya-manfaat yang sangat menguntungkan.
Di Indonesia, penelitian yang dilakukan Haksari dkk. (2002) melakukan analisis biaya
dengan membagi dua komponen yaitu : biaya penghasilan dan biaya pengeluaran yang
terdiri dari biaya makanan untuk ibu dan bayi, obat dan alat kesehatan, pemeriksaan lab
dan sinar X, listrik dan bahan bakar, dan perawatan alat. Untuk ketenagaan RS, waktu
bekerja berkurang hingga 40% dan layanan gawat darurat berkurang sampai 50% pada
PMK daripada metode konvensional. Oleh karena itu, biaya staf PMK lebih
rendah.Penggunaan oksigen, obat dan alat juga lebih rendah pada kelompok PMK. Pada
metode konvensional, memerlukan perawatan pada sistem peringatan, peralatan oksigen,
listrik dan bahan bakar, serta susu formula. Biaya keseluruhan pada PMK berkurang
hingga 30%. Pada PMK membutuhkan biaya total Rp. 31.584.000, dan pada metode
konvensional Rp. 45.120.000.
21
BAB VI
REKOMENDASI
Bayi berat lahir rendah masih menjadi masalah besar di dunia maupun di Indonesia
khususnya, selain sebagai penyumbang terbesar kematian anak yaitu 27% di dunia
pada tahun 2000 dan 38,8% di Indonesia pada tahun 2005.
Penatalaksanaan BBLR ini memerlukan sarana dan prasarana yang memadai
secara kuantitas dan kualitas, seperti rasio perawat yang baik adalah 1 perawat
berbanding 2-4 pasien atau alat kesehatan berteknologi tinggi seperti ventilator,
Continous Positive Air Pressure(CPAP), inkubator dan lain-lain. Sejak ditemukannya
Perawatan Metode Kanguru (PMK) oleh dr Martinez dkk., banyak manfaat yang dapat
diperoleh semua pihak terutama BBLR dengan perawatan metode kanguru ini.
Penelitian-penelitian selanjutnya di luar negeri maupun Indonesia telah membuktikan
manfaat yang diperoleh dari PMK ini, sehingga yang dapat direkomendasikan adalah
sebagai berikut:
a. PMK dapat digunakan sebagai alternatif pengganti inkubator, karena perawatan
metode ini terbukti dapat menstabilkan suhu bayi dengan menggunakan panas
badan ibu dan sama efektifnya bahkan lebih baik dari inkubator.
b. PMK memberikan ibu kepercayaan diri dalam merawat bayinya yang
mempunyai berat lahir rendah, sehingga bila PMK kontinu dilakukan di Rumah
Sakit (RS) maka keperluan tenaga kesehatan khususnya perawat dapat lebih
efesien karena ibu yang merawat bayinya sendiri dan perawat dapat dipanggil bila
diperlukan. Bagi bayi yang belum dapat dilakukan PMK kontinu, dianjurkan untuk
melakukan PMK intermiten untuk membiasakan ibu merawat bayi dengan PMK.
c. PMK dapat mengurangi infeksi nosokomial, menstabilkan laju nadi, mengurangi
apnea prematur, menstabilkan saturasi, meningkatkan produksi dan keberhasilan
menyusui, meningkatkan berat badan, meningkatkan ikatan batin antara bayi-ibu
maupun anggota keluarga lainnya, mengurangi angka kematian dan morbiditas
BBLR. Berdasarkan fakta yang tersebut diatas maka PMK sangat
direkomendasikan untuk BBLR di Indonesia terutama apabila bayi tersebut stabil
keadaan klinisnya dan hanya memerlukan inkubator untuk perawatannnya. Pusat
pelayanan primer seperti puskesmas dapat meneruskan perawatan BBLR yang
telah dipulangkan dari pusat pelayanan sekunder atau tersier. Pusat pelayanan
kesehatan sekunder dapat melakukan PMK kontinu untuk BBLR yang masih
menggunakan alat kesehatan minimal misalnya minum masih menggunakan
selang. PMK dapat dilakukan disemua level pelayanan kesehatan di Indonesia
sesuai dengan sarana dan prasarana yang tersedia.
d. Membentuk dan meningkatkan jejaring pelayanan PMK agar dapat mengurangi
lama perawatan sehingga tidak terjadi stagnasi pasien di pusat pelayanan tersier
maupun level pelayanan kesehatan lainnya dan biaya perawatan menjadi lebih
murah.
e. Keberhasilan PMK memerlukan dukungan dari pemerintah, tenaga kesehatan,
keluarga dan masyarakat.
f. PMK berkembang dengan pesat dan mulai dilakukan di negara maju yang telah
mempunyai fasilitas yang baik karena dari penelitian bayi dan ibu yang
melakukan PMK mempunyai kadar stress hormone (kortisol) yang lebih rendah
sehingga diasumsikan ibu dan bayi lebih tenang/tidak stress.
g. Kriteria definitif pemulangan terdiri dari :
1). Bayi mencapai berat badan minimum yakni 1.500 g.
2). Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada
apneaatau infeksi
3). Bayi minum dengan baik
4).Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari) untuk
sekurangkurangnya tiga hari berturut-turut
22
5).Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan
follow-up
6).Bayi yang dipulangkan dengan berat badan < 1.800 gram dipantau setiap
minggu dan dilakukan minimal di RS Umum Daerah, sedangkan dan bayi
dengan berat badan >1.800 gram dipantau setiap dua minggu boleh
dilakukan di puskesmas.
h. Rekomendasi waktu pemantauan:
1) Dua kali kunjungan follow up per minggu sampai dengan 37 minggu usia
pasca menstruasi.
2) Kunjungan pertama paling lambat dalam 48 jam setelah pemulangan.
3) Satu kali kunjungan follow up per minggu setelah 37 minggu