Anda di halaman 1dari 26

i

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH MALANG


RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA

Panduan
Tentang
Penanganan Bayi BBLR dengan
Metode Kangguru
RUMKITTK III BALADHIKA HUSADA

DISAHKAN DENGAN SURAT KETETAPAN RUMKITK III BALADHIKA HUSADA


NOMOR SK/043/X/2018 TANGGAL 01 OKTOBER 2018

LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA


Panduan tentang Penanganan Bayi BBLR dengan Metode Kangguru
TANDA
NAMA JABATAN TANGAN TANGGAL

dr.Dita Diana.P,Sp.OG Pembuat Dokumen 01-10-2018

Mochamad Bisri, S.K.M. Kaurtuud 01-10-2018


Kapten Ckm NRP 21980081340177

dr. Maksum Pandelima, Sp.OT.


Letnan Kolonel Ckm NRP 01-10-2018
Karumkit
11950008540771
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................................


I
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 3

1. definisi ........................................................................................................................ 3
2. manfaat pmk ............................................................................................................... 3

BAB II RUANG LINGKUP .............................................................................................


5

3. Kriteria Pelaksanaan Pmk................................................................................................5


4.Persyaratan PMK................................................................................................................ 6
5. Komponen PMK................................................................................................................. 7
6. Penerapan Pmk...............................................................................................................16
7. Fasilitas Dan Peralatan Yang Diperlukan Dalam Pmk.....................................................16

BAB III TATA LAKSANA ..............................................................................................


7

BAB IV DISKUSI ......................................................................................................... 19


BAB V ANALISIS BIAYA ............................................................................................
22
BAB VI REKOMENDASI .............................................................................................
22
i
ii
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH MALANG
RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA

SURAT KETETAPAN
KEPALA RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA
NOMORSK//X/2018 tentang

PANDUAN PENANGANAN BAYI BBLR METODE KANGGURU

KEPALA RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya untuk menurunkan angka kematian bayi di


rumah sakit Tingkat III Baladhika Husada, khususnya dengan berat
badan lahir rendah (BBLR), maka diperlukan kegiatan penanganan
dengan metode kangguru;
b. bahwa agar penanganan bayi BBLR dengan metode kangguru
tersebut terlaksana dengan baik dan terstandarisasi maka perlu suatu
panduan penanganan bayi BBLR dengan metode kangguru;dan
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana butir a, perlu
ditetapkan Panduan Penanganan Bayi BBLR dengan Metode
Kangguru di lingkungan rumah sakit Tingkat III Baladhika Husada
dengan KetetapanKepala Rumah Sakit.

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24
Jam Di Rumah Sakit

MENETAPKAN

Menetapkan : 1. Ketetapan kepala rumah sakit tingkat iii baladhika husada tentang
panduan penanganan bayi bblr dengan metode kangguru di lingkungan
rumah sakit tingkat III baladhika husada
2. PanduanPenanganan Bayi BBLR dengan Metode Kangguru di
lingkungan Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada sebagaimana
terlampir dalam Ketetapan ini.
3. Panduan Penanganan Bayi BBLR dengan Metode Kangguru
di lingkungan Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada digunakan
dalam penanganan bayi BBLR di Rumah Sakit Tingkat III Baladhika
Husada.

4. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila


dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jember
pada tanggal 01 Oktober 2 018

Karumkit TK. III Baladhika Husada ,

dr. Maksum Pandelima, Sp.OT.


Letnan Kolonel Ckm NRP 11950008540771
BAB I
PENDAHULUAN

1. Definisi
a. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat
badan kurang dari 2500 gram.
b. Metode Kangguru adalah perawatan untuk BBLR dengan melakukan kontak
langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin contact). Metode ini sangat
tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan keselamatan BBLR.

2. Manfaat Pmk
Untuk mempelajari manfaat dan penerapan PMK sebaiknya diketahui tentang
proses kehilangan panas pada bayi baru lahir. Pada intinya ada 4 cara kehilangan
panas pada bayi baru lahir yaitu: 1) Evaporasi merupakan proses kehilangan panas
melalui proses penguapan dari kulit yang basah. 2) Radiasi meliputi kehilangan panas
melalui pemancaran panas dari tubuh bayi ke lingkungan sekitar yang lebih dingin. Hal
ini terjadi misalnya bayi yang baru lahir segera diletakkan di ruang ber AC yang dingin
maka suhu tubuh bayi akan berkurang karena panasnya terpancar ke sekitarnya yang
bersuhu lebih rendah. 3) Konduksi yaitu cara kehilangan panas melalui persinggungan
dengan benda yang lebih dingin misalnya ditimbang pada alat timbangan logam tanpa
alas. 4) Konveksi yaitu kehilangan panas melalui aliran udara. Hal ini misalnya terjadi
pada bayi baru lahir diletakkan di dekat jendela atau pintu yang terbuka maka akan
ada aliran udara luar (yang mungkin lebih dingin) yang akan berpengaruh pada suhu
bayi.14 Atau bisa juga kehilangan panas secara konveksi apabila bayi dibiarkan
telanjang. Udara sekitar bayi lebih panas dari udara jauh dari bayi.Udara panas lebih
ringan dan naik ke atas digantikan oleh udara dingin sehimgga terjadi juga aliran udara
yang mengambil suhu bayi. (hukum Boyle).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Usman dkk (1996) menyatakan bahwa
kemampuan mempertahankan suhu serta kenaikan berat badan pada BBLR yang
dilakukan PMK menunjukkan hasil yang lebih baik.Oleh karena itu, PMK sangat
berguna dalam pencegahan hipotermia pada perawatan BBLR di rumah. Secara garis
besar, manfaat PMK adalah sebagai berikut :

a. Manfaat PMK bagi Bayi


Dari berbagai penelitian menyebutkan bahwa manfaat PMK pada bayi adalah
sebagai berikut:
1) Suhu tubuh bayi, denyut jantung dan frekuensi pernapasan relatif terdapat
dalam batas normal.
2) BBLR lebih cepat mencapai suhu yang 36,5° C terutama dalam waktu 1 jam
pertama.
3) ASI selalu tersedia dan mudah didapatkan sehingga memperkuat system imun
bayi karena meningkatnya produksi ASI.
4) Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan sehingga
menurunkan stres ditandai dengan kadar kortisol yang rendah.
5) Menurunkan respon nyeri fisiologis dan perilaku yang ditandai dengan waktu
pemulihan yang lebih singkat pada uji tusuk tumit.
6) Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat.
7) Meningkatkan ikatan bayi-ibu.
8) Memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan perkembangan kognitif yang
dilihat dari lebih tingginya skor Indeks Perkembangan Mental Bayley.
9) Waktu tidur menjadi lebih lama yang antara lain ditandai dengan jumlah waktu
terbangun yang lebih rendah.
4

10) Menurunkan infeksi nosokomial, penyakit berat, atau infeksi saluran


pernapasan bawah.
11) Memperpendek masa rawat.
12) Menurunkan risiko kematian dini pada bayi.
13) Memperbaiki pertumbuhan pada bayi prematur.
14) Dapat menjadi intervensi yang baik dalam mengangani kolik.
15) Mungkin memiliki pengaruh positif dalam perkembangan motorik bayi.
16) Kelangsungan hidup pada bayi BBLR lebih cepat membaik pada kelompok
PMK daripada bayi dengan metode konvensional pada 12 jam pertama dan
seterusnya.
17) Bayi yang sangat prematur tampaknya memiliki mekanisme endogen yang
diakibatkan oleh kontak antara kulit ibu dan bayi dalam menurunkan respon
nyeri.
18) Waktu pemulihan yang lebih singkat pada PMK secara klinis penting dalam
mempertahankan homeostasis.
b. Manfaat PMK bagi Ibu
Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa PMK mempermudah pemberian
ASI, ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi, hubungan lekat bayi-ibu lebih baik, ibu
sayang kepada bayinya, pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu dan keluarga (ibu
lebih puas, kurang merasa stres) (Anderson 1991, Tessier dkk 1998,
CondeAgudelo, Diaz-Rosello & Belizan 2003, Kirsten, Bergman & Hann 2001). Pada
penelitian lain juga melaporkan adanya peningkatan produksi ASI, peningkatan lama
menyusui dan kesuksesan dalam menyusui (Suradi dan Yanuarso 2000, Mohrbacher
& Stock 2003). Selain itu, bila perlu merujuk bayi ke fasilitas kesehatan maupun antar
rumah sakit tidak memerlukan alat khusus karena dapat menggunakan caraPMK
(Cattaneo, Davanco, Bergman dkk, 1998).
c. Manfaat PMK bagi Ayah
1) Ayah memainkan peranan yang lebih besar dalam perawatan bayinya.
2) Meningkatkan hubungan antara ayah-bayinya, terutama berperan penting di
negara dengan tingkat kekerasan pada anak yang tinggi.
d. Manfaat PMK bagi petugas kesehatan
Bagi petugas kesehatan paling sedikit akan bermanfaat dari segi efisiensi
tenaga karena ibu lebih banyak merawat bayinya sendiri. Dengan demikian beban
kerja petugas akan berkurang. Bahkan petugas justru dapat melakukan tugas lain
yang memerlukan perhatian petugas misalnya pemeriksaan lain atau kegawatan pada
bayi maupun memberikan dukungan kepada ibu dalam menerapkan PMK (Cattaneo,
Davanco, Bergman dkk, 1998).
e. Manfaat PMK bagi institusi kesehatan, klinik, RS
Sedikitnya ada 3 manfaat bagi fasilitas pelayanan dengan penerapan PMK yaitu
lama perawatan lebih pendek sehingga cepat pulang dari fasilitas kesehatan.
Dengan demikian, tempat tersebut dapat digunakan bagi klien lain yang memerlukan
(turn over meningkat). Manfaat lain yang dikemukakan adalah pengurangan
penggunaan fasilitas (listrik, inkubator, alat canggih lain) sehingga dapat membantu
efisiensi anggaran (Cattaneo, Davanco, Bergman dkk, 1998). Dengan naiknya turn
over serta efisiensi anggaran diharapkan adanya kemungkinan kenaikan penghasilan
(revenue).
f. Manfaat PMK bagi Negara
Karena penggunaan ASI meningkat, dan bila hal ini dapat dilakukan dalam
skala makro maka dapat menghemat devisa (import susu formula). Demikian pula
dengan peningkatan pemanfaatan ASI kemungkinan bayi sakit lebih kecil dan ini
tentunya menghemat biaya perawatan kesehatan yang dilakukan di fasilitas
kesehatan pemerintah maupun swasta.
BAB II
RUANG LINGKUP
5

Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan
keselamatan BBLR. Esensinya adalah
a. Kontak badan langsung (kulit ke kulit) antara ibu dengan bayinya
secaraberkelanjutan, terus-menerus dan dilakukan sejak dini. b. Pemberian ASI
eksklusif (idealnya).
c. Dimulai dilakukan di RS, kemudian dapat dilanjutkan di rumah.
d. Bayi kecil dapat dipulangkan lebih dini.
e. Setelah di rumah ibu perlu dukungan dan tindak lanjut yang memadai.
f. Metode ini merupakan metode yang sederhana dan manusiawi, namun efektif
untuk menghindari berbagai stres yang dialami oleh BBLR selama perawatan di
ruang perawatan intensif.

Gambar 1. Perawatan Metode Kanguru

3. Kriteria Pelaksanaan Pmk


Pada umumnya bayi yang memenuhi kriteria untuk dilakukan PMK adalah bayi
BBLR, berat lahir ≤1800 gram, tidak ada kegawatan pernapasan dan sirkulasi, tidak
ada kelainan kongenital yang berat, dan mampu bernapas sendiri. Apabila BBLR
tersebut masih memerlukan pemantauan kardiopulmonal, oksimetri, pemberian
oksigen tambahan atau pemberian ventilasi dengan tekanan positif (CPAP), infus
intravena, dan pemantauan lain, hal tersebut tidak mencegah pelaksanaan PMK.
Bahkan pada kenyataannya, bayi dengan PMK cenderung jarangmengalami apnea
dan bradikardia serta kebutuhan terhadap oksigen relatif stabil.
Pada saat bayi BBLR lahir berbagai komplikasi dapat terjadi. Semakin muda usia
kehamilannya dan semakin kecil bayi, akan semakin banyak masalah yang akan
timbul. Perawatan dini bagi bayi yang memiliki komplikasi harus disesuaikan dengan
pedoman nasional.PMK dapat ditunda hingga kondisi kesehatan bayi stabil.Kapan
tepatnya PMK dimulai, sangat bergantung pada penampilan individual, dengan
sepenuhnya memperhitungkan kondisi ibu dan bayi.Namun, ibu yang memiliki bayi
yang kecil hendaknya didorong untuk segera melakukan PMK.
Sebagai arahan dapat dipergunakan petunjuk dibawah ini yang melakukan
penggolongan bayi berdasarkan berat lahir. Bayi dengan berat lahir ≥ 1.800gram
(usia kehamilan ≥34 minggu atau lebih) umumnya lebih stabil dan sedikit mengalami
masalah pemantauan misalnya henti napas. Permasalahan tersebut dapat meningkat
hingga menjadi permasalahan serius pada sekelompok kecil bayi sehingga
memerlukan perawatan di unit khusus.Meskipun demikian, pada sebagian besar kasus
PMK dapat segera dilakukan setelah bayi lahir.
Bayi dengan berat lahir antara 1.200-1.799 gram (usia kehamilan 28-32 minggu),
berbagai permasalahan prematuritas sering terjadi, misalnya sindrom gangguan
pernapasan atau permasalahan lain. Oleh karena itu, pada kasus ini diperlukan
6

perawatan khusus sedini mungkin.Persalinan sebaiknya dilakukan di fasilitas dengan


penataan yang baik yang dapat menyediakan perawatan yang dibutuhkan.Bila
persalinan terjadi pada tempat selain diatas, bayi harus dirujuk segera setelah bayi
lahir, dan sebaiknya tetap bersama ibunya.Salah satu caraterbaik merujuk bayi kecil
adalah dengan menjaga mereka (ibu dan bayi) agarselalu dalam keadaan kontak kulit
langsung.Sebelum dilakukan PMK, pernapasan dan sirkulasi bayi distabilkan terlebih
dahulu.Diperlukan kira-kira seminggu sebelum PMK dapat dilakukan. Meskipun
mortalitas pada saar kelahiran di kelompok ini sangat tinggi, kebanyakan karena
komplikasi, banyak pula bayi yang bertahan dan ibu dapat diberikan motivasi untuk
memberikan ASI.
Bayi dengan berat lahir <1.200gram (usia kehamilan <30 minggu) seringkali
mengalami permasalahan serius akibat prematur, dimana tingkat kematian sangat
tinggi dan hanya sebagian kecil yang mampu bertahan terhadap berbagai
permasalahan akibat prematuritas. Bayi tersebut sangat beruntung bila dirujuk
sebelum kelahiran ke institusi dengan fasilitas perawatan intensif untuk
neonatus.Mungkin akan diperlukan waktu sekitar dua minggu sebelum kondisi bayi
tersebut diperbolehkan untuk PMK.
PMK dapat diimplementasikan di berbagai berbagai tingkatan fasilitas
kesehatan.PMK merupakan pilihan terbaik jika NICU tidak tersedia.Jika NICU tersedia
namun tidak sesuai dengan kebutuhan, PMK memberikan rasionalisasi sumber daya
dengan memberikan inkubator bagi bayi yang lebih sakit.

4.Persyaratan PMK
Sumber daya yang paling penting dipersiapkan untuk penerapan PMK adalah para
ibu, petugas yang mempunyai keahlian khusus di bidang ini, dan lingkungan yang
mendukung. Beberapa persyaratan yang tercantum dalam pembahasan ini meliputi: a.
Formulasi dari kebijakan
b. Penerapan PMK dan berbagai petunjuk pelaksanaannya harus difasilitasi oleh
pembuat kebijakan kesehatan yang mendukung di semua tingkat pelayanan.
Adapun kebijakan nasional diperlukan untuk menjamin integrasi yang efektif dari
sistem kesehatan, pendidikan serta pelatihan yang ada.
c. Organisasi pelayanan dan tindak lanjut
d. Setiap fasilitas kesehatan yang menerapkan PMK harus memiliki kebijakan dan
petunjuk tertulis yang disesuaikan dengan kondisi dan budaya lokal. Kebijakan
semacam ini akan lebih efektif kalau dibuat suatu juklak lokal dengan tetap
mengacu pada petunjuk nasional maupun internasional. Juklak ini melibatkan
seluruh staf dan kemudian dapat disetujui secara konsensus. Juklak ini harus
mencakup PMK serta tindak lanjut. Tindak lanjut dilakukan oleh petugas kesehatan
terlatih yang tinggal berdekatan dengan tempat tinggal ibu. Frekuensi kunjungan
dapat bervariasi. Semakin baik tindak lanjutnya, semakin cepat ibu dan bayi dapat
dipulangkan dari suatu fasilitas kesehatan.
e. Peralatan dan perlengkapan untuk ibu dan bayi
f. PMK tidak memerlukan fasilitas khusus. Pengaturan yang sederhana dapat
membuat ibu lebih nyaman tinggal di RS.
g. Petugas kesehatan yang terlatih
h. PMK tidak memerlukan tambahan tenaga yang melebihi dari perawatan dengan
menggunakan metode konvensional. Petugas kesehatan yang ada seperti dokter
dan perawat harus memiliki pelatihan dasar tentang pemberian ASI dan juga
pelatihan yang memadai di semua aspek PMK, antara lain:
a. Kapan dan bagaimana memulai penerapan PMK
b. Bagaimana mengatur posisi bayi selama dan diantara pemberian minum
c. Pemberian minum untuk BBLR
d. Pemberian ASI
e. Metode pemberian minum alternatif sampai memungkinkan untuk dilakukan
7

pemberian ASI.
f. Melibatkan ibu di segala aspek perawatan bayinya, termasuk mengawasi
tanda vital dan mengenali tanda bahaya.
g. Melakukan tindakan yang tepat dan efektif bila mendeteksi adanya masalah
yang berkaitan dengan si ibu.
h. Menentukan waktu pemulangan.
i. Berkemampuan untuk mendorong dan mendukung ibu dan keluarganya.

BAB III
TATA LAKSANA

5. Komponen PMK
Terdapat empat komponen PMK yaitu :
a. Kangaroo position (posisi)
b. Kangaroo nutrition (nutrisi)
c. Kangaroo support (dukungan)
d. Kangaroo discharge (pemulangan)

1) Kangaroo position (posisi)


Letakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak, dada bayi menempel
ke dada ibu.Posisi kanguru ini disebut juga dengan kontak kulit-ke-kulit, karena
kulit bayi mengalami kontak langsung dengan kulit ibu.

1)
Gambar 2. Memposisikan bayi untuk PMK

Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya.Kepala


bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah
(ekstensi).Tepi pengikat tepat berada di bawah kuping bayi.Posisi kepala
seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran napas tetap terbuka dan
memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi.Hindari posisi
kepala terlalu fleksi atau ekstensi.Tungkai bayi haruslah dalam posisi ”kodok”;
tangan harus dalam posisi fleksi.
Ikatkan kain dengan kuat agar saat ibu bangun dari duduk, bayi tidak
tergelincir.Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain berada di setinggi
dadabayi.Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya berada di sekitar
epigastrium ibu. Dengan cara ini bayi dapat melakukan pernapasan perut.
Napas ibu akanmerangsang bayi. Berikut adalah cara memasukkan dan
mengeluarkan bayi dari baju kanguru:
8

a) Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan di belakang leher sampai


punggung bayi.
b) Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari lainnya agar
kepala bayi tidak tertekuk dan tak menutupi saluran napas ketika bayi berada
pada posisi tegak;
c) Tempatkan tangan lainnya di bawah pantat bayi.

Gambar 3. Mengeluarkan bayi dari baju kanguru

Posisi bayi dalam posisi kanguru diuraikan sebagai berikut. Bayi didekap erat ke
dada ibu dengan dibalut kain katun lembut yang diikat ke punggung ibu.Balutan
kain menutupi sampai telinga bayi dan dibawah ketiak ibu sedemikian rupa untuk
memfikasasi kepala dan dada bayi dalam posisi mendongak di dada ibu,
memberikan jalur udara terbuka optimal dan mencegah apnea obstruktif.Panggul
diposisikan fleksi dan ditempatkan dalam posisi kodok (frog position), lengan juga
dalam posisi fleksi.Sepotong celana panjang yang menempel pada kain menjaga/
menopang bayi dari sisi bawah.
Bayi dapat memperoleh sebagian besar perawatan yang diperlukan,
termasuk minum selama dalam posisi kanguru. Mereka dibebaskan dari kontak
kulit langsung hanya pada saat :
a) Mengganti popok, dibersihkan, dan perawatan tali pusat.
b) Pemeriksaan klinis, berdasarkan jadwal rumah sakit, atau jika diperlukan.
Memandikan bayi setiap hari tidak diperlukan dan tidak disarankan.Jika
kebiasaankebiasaan setempat memerlukan mandi setiap hari, dan hal itu tidak
dapat dihindari maka sebaiknya dilakukan sebentar dan dengan air yang cukup
hangat (sekitar 37 °C).Bayi harus segera dikeringkan, diberikan pakaian minimal,
lalu ditempatkan kembali pada posisi kanguru secepat mungkin.
Perawatan bayi dengan kontak kulit langsung dari dada ibu ke bayi memiliki
dampak fisiologis dan stabilitas yang lebih baik daripada bayi yang dirawat di
inkubator.
Memulai PMK
Hampir setiap bayi kecil dapat dirawat dengan PMK. PMK pada bayi kecil dapat
dilakukan dalam dua cara:
a) PMK intermiten: PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya
dilakukan jika ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di
inkubator dengan durasi minimal satu jam secara terus-menerus dalam satu hari.
Metode ini dilakukan di fasilitas Unit Perawatan Khusus (level II) dan Intensif (level
III).
9

b) PMK kontinu: PMK yang diberikan sepanjang waktu yang dapat dilakukan di
unit rawat gabung atau ruangan yang dipergunakan untuk perawatan metode
kanguru.
Bayi-bayi dengan penyakit yang berat atau membutuhkan perawatan khusus
dapat menunggu sampai sembuh sebelum dilaksanakan PMK terus-menerus
(kontinu). PMK dengan jangka waktu yang pendek (intermiten) dapat dimulai pada
bayi yang dalam proses penyembuhan tetapi masih memerlukan pengobatan
medis (misalnya infus, tambahan oksigen dengan konsentrasi rendah). Namun,
untuk PMK yang kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil; bayi harus dapat
bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen.Kemampuan untuk minum (seperti
menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan utama, karena PMK
sudah dapat dimulai meskipun pemberian minumnya dengan menggunakan pipa
lambung.
Ketika bayi telah siap untuk PMK, atur waktu yang tepat bagi ibu dan bayi.Sesi
pertama ini merupakan sesuatu yang penting dan perlu waktu serta penuh
perhatian.Sarankan pada ibu agar menggunakan pakaian yang longgar dan
ringan.Gunakan ruang khusus yang cukup hangat untuk si bayi.Anjurkan ibu untuk
membawa suami atau seorang teman pilihannya. Ini akan memberikan semangat
dan rasa aman.
Kontak kulit langsung sebaiknya dimulai secara bertahap, perlahan-lahan dari
perawatan konvensional ke PMK yang terus-menerus.Kontak yang berlangsung
kurang dari 60 menit sebaiknya dihindari, karena pergantian yang sering
akanmembuat bayi menjadi stres.Lamanya kontak kulit langsung ditingkatkan
secara bertahap sampai kalau mungkin dilakukan terus-menerus siang dan malam
dan hanya ditunda untuk mengganti popok, sambil mengontrol suhu tubuh bayi.
Ketika ibu harus meninggalkan bayinya, bayi tersebut dapat dibungkus dengan
baik dan ditempatkan di tempat yang hangat jauh dari hembusan angin, diselimuti
dengan selimut hangat atau jika tersedia ditempatkan dalam alat
penghangat.Selama perpisahan antara ibu dan bayi, anggota keluarga (ayah atau
suami, nenek, dll), atau teman dekat dapat juga menolong melakukan kontak kulit
langsung ibu dengan bayi dalam posisi kanguru.

Gambar 4. Ayah bergilir melakukan PMK

Semua bayi memerlukan kasih saying dan perawatan untuk pertumbuhannya,


akan tetapi BBLR lebih memerlukan perhatian agar dapat berkembang normal
disebabkan mereka telah kehilangan atau belum sempat mendapatkan lingkungan
intrauterine yang ideal selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.
Mereka bahkan sangat sensitif terhadap sinar, suara dan tindakan yang
10

menyakitkan selama perawatan awal.PMK adalah metode ideal sebab bayi diayun-
ayun, dipeluk, dan mendengarkan suara ibunya saat ibu melakukan aktivitas
sehari-hari.Seorang ayah pun dapat menciptakan suasana seperti itu.Para petugas
kesehatan memiliki peranan penting guna mendorong ibu dan ayah agar mau
menunjukkan perasaan dan cinta mereka pada bayinya.

2) Kangaroo nutrition (nutrisi)


Posisi kanguru sangat ideal bagi proses menyusui. Dengan melakukan PMK,
proses menyusui menjadi lebih berhasil dan sebagian besar bayi yang dipulangkan
memperoleh ASI. Dengan PMK, proses menyusui menjadi lebih lama. PMK dapat
meningkatkan volume ASI yang dihasilkan ibu. Bayi dengan usia kehamilan 30
minggu dapat memulai proses menyusui. Segera setelah bayi menunjukkan tanda
kesiapan untuk menyusu, dengan menggerakkan lidah dan mulut, dan keinginan
untuk menghisap (seperti menghisap jari atau kulit ibunya), bantu ibu
menempatkan bayi pada posisi melekat yang dirasa cukup baik.
Waktu yang optimal bagi bayi untuk memulai menyusui, seperti menghisap
adalah pada saat dua jam setelah lahir, ketika bayi bersifat sangat responsif
terhadap rangsangan taktil, suhu dan bau yang berasal dari ibunya. 36,37 Untuk
memulai proses menyusui pilihlah waktu yang tepat—saat bayi bangun dari tidur,
atau pada saat sadar atau terbangun. Bantu ibu untuk duduk dengan nyaman di
kursi tidak berlengan dengan bayi dalam posisi kontak kulit. Untuk pertama kali
menyusui, ambil bayi tersebut dari baju kanguru lalu bungkus atau diberi pakaian,
tunjukkan pada ibu cara ini. Lalu letakkan bayi dalam posisi kanguru dan beritahu
ibu agar bayi berada dalam posisi melekat yang benar.
Biarkan bayi menghisap selama ia mau. Bayi yang kecil perlu menyusu lebih
sering, yaitu sekitar 2-3 jam. Meskipun bayi belum dapat menghisap dengan baik
dan lama, anjurkan menyusui terlebih dahulu, lalu gunakan metode minum yang
lain. Lakukan apapun yang merupakan pilihan terbaik di tempat Anda: biarkan ibu
memberikan ASI pada bayi dengan cara langsung atau dengan menggunakan alat
(melalui gelas atau pipa).

Gambar 5. Menyusui dalam PMK

Meskipun pada beberapa penelitian RCT, PMK dikaitkan dengan lebih lamanya
menyusui, namun bagaimana sebenarnya pengaruh PMK dalam aspek hubungan
menyusui antara bayi dan ibu masih relatif sedikit yang diketahui.Pada studi RCT
terbaru yang membandingkan antara ibu yang melakukan PMK segera setelah lahir
11

selama sedikitnya 45 menit dengan ibu yang membedong bayinya didapatkan


kesimpulan bahwa pengalaman menyusui untuk pertama kalinya lebih berhasil
pada ibu yang melakukan PMK.
Memberi minum BBLR adalah satu tantangan khusus.Untuk bayi dengan berat
lahir di bawah 1.250 gram beberapa hari pertama belum dapat minum per oral dan
cairan diberikan melalui infus.Pada saat itu, bayi mendapat perawatan
konvensional.Pemberian minum melalui mulut hendaknya dilakukan segera bila
kondisinya memungkinkan dan bayi mampu melakukannya.Ini biasanya terjadi
pada saat bayi mulai mendapat PMK. Hal ini membantu ibu untuk memproduksi
ASI, dan meningkatan pemberian ASI.
Bayi pada kehamilan kurang dari 30-32 minggu biasanya perlu diberi minum
melalui pipa lambung, untuk ASI yang diperas (expressed breast milk).Ibu dapat
melatih bayi untuk menghisap dengan membiarkan bayi menghisap jarinya
ketikabayi masih minum melalui pipa lambung.Pemberian minum melalui pipa
dapat dilakukan saat bayi berada dalam posisi kanguru.
Pada umumnya bayi dengan masa kehamilan 32-34 minggu dapat diberi minum
melalui gelas kecil.Pemberian minum dapat diberikan satu atau dua kali sehari saat
bayi masih diberi minum melalui pipa nasogastrik.Jika bayi dapat minum melalui
gelas dengan baik, maka pemberian minum melalui pipa dapat dikurangi.Pada
saat pemberian minum melalui gelas maka bayi dikeluarkan dari posisi
kanguru, dibungkus dengan selimut hangat dan dikembalikan pada posisi kanguru
setelah proses pemberian minum.
Pada umumnya bayi dengan usia kehamilan sekitar 32 minggu atau lebih,
sudah dapat mulai menyusu pada ibu. Mula-mula bayi hanya akan mencari puting
dan menjilatnya atau dia sudah mulai menghisap sedikit. Lanjutkan pemberian
ASI \yang diperas melalui gelas atau pipa untuk meyakinkan bahwa bayi mendapat
semua yang dibutuhkan. Bayi dengan usia kehamilan 32 minggu sudah bisa
menelan, tetapi belum bisa menghisap sehingga diberikan suplementasi tetesan
ASI. Bayi-bayi dengan usia kehamilan 34-36 minggu atau lebih, dapat memenuhi
semua kebutuhannya langsung dari ASI. Berdasarkan hasil penelitian refleks hisap
dengan EMG (electromyogram), diketahui bahwa refleks hisap yang efektif baru
timbul pada bayi dengan usia kehamilan 34 minggu. Meskipun demikian, sesekali
tambahan minum ASI perah melalui gelas tetap diperlukan.

Pengobatan pencegahan
Bayi BBLR yang lahir dengan mikronutrisi yang tidak cukup, sebaiknya
mendapat zat besi dan suplemen asam folat yang dimulai dari dua minggu setelah
kelahiran sampai setahun usia kronologis.

3) Kangaroo support (dukungan)


Bentuk dukungan pada PMK dapat berupa dukungan fisik maupun
emosional.Dukungan dapat diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh anggota
keluarga, ibu dan masyarakat. Tanpa adanya dukungan, akan sangat sulit bagi ibu
untuk dapat melakukan PMK dengan berhasil. Wanita hamil sebaiknya sudah
diberikan informasi dan edukasi tentang PMK sejak kunjungan antenatal
pertama.Saat bayi telah lahir, ibu memerlukan dukungan dari berbagai pihak,
diantaranya berupa:
a) Dukungan emosional: Ibu memerlukan dukungan untuk melakukan PMK.
Banyak ibu muda yang mengalami keraguan yang sangat besar untuk memenuhi
kebutuhan bayi pertamanya sehingga membutuhkan dukungan dari keluargateman
serta petugas kesehatan.PMK membuat ibu dapat memenuhi semua kebutuhan
bayi.
b). Dukungan fisik: Selama beberapa minggu pertama PMK, merawat bayi
akansangat menyita waktu ibu. Istirahat dan tidur yang cukup sangat penting
12

peranannya pada PMK.Oleh karena itu, ibu memerlukan dukungan untuk


membantu menyelesaikan tugas-tugas rumah.
C). Dukungan edukasi: Sangat penting memberikan informasi yang ibu butuhkan
agar ia dapat memahami seluruh proses PMK dan megerti bahwa PMK memang
sangat penting. Ibu harus mengetahui manfaat PMK. Hal ini membuat PMK
menjadi lebih bermakna dan akan meningkatkan kemungkinan bahwa ibu akan
berhasil menjalankan PMK baik di rumah sakit ataupun saat di rumah.
Semua ibu dapat melakukan PMK terlepas dari usia, paritas, pendidikan,
budaya, maupun agama. Beberapa hal berikut harus dijadikan bahan
pertimbangan ketika berkonsultasi mengenai PMK, seperti: posisi kanguru,
makanan bayi, perawatan di institusi dan di rumah, apa yang boleh dilakukan
untuk bayi yang didekapnya dan apa yang harus dihindarinya. Dalam melakukan
konseling pada PMK, petugas kesehatan menjelaskan keuntungan dan manfaat
serta implikasi dari PMK bagi ibu dan bayinya, dan selalu memberi alasan untuk
setiap rekomendasi yang diberikan.Melaksanakan PMK sebaiknya adalah
Peraturan sendirisetelah memahami PMK, dan bukan dianggap suatu kewajiban.
Beberapa hal berikut harus dijadikan bahan pertimbangan ketika berkonsultasi
mengenai PMK:
a) Kemauan : ibu harus mempunyai kemauan untuk melaksanakan PMK
b) Harus tersedia waktu yang penuh untuk memberikan perawatan: anggota
keluarga yang lain dapat menawarkan kontak kulit yang intermitten, tetapi tidak
dapat menyusui.
c) Kesehatan umum: jika ibu sakit/menderita komplikasi selama persalinan, dia
harus sehat terlebih dahulu sebelum melaksanakan PMK.
d) Berada dekat dengan bayi: ibu dianjurkan agar segera kembali ke rumah
sakit pada saat bayinya siap untuk PMK.
e) Dukungan keluarga: seorang ibu perlu mendapat dukungan untuk mengerjakan
tugasnya yang lain di rumah dan sebagai pengganti ibu untuk PMK apabila ibu
berhalangan.
f) Dukungan masyarakat: ini sangat penting, kalau terdapat hambatan sosial,
ekonomi atau keluarga.
g) Pemantauan terhadap tanda bahaya
Selama melakukan PMK, ibu diajarkan juga untuk mengawasi tanda bahaya
pada bayi. Bayi yang minumnya baik dan berada dalam dekapan ibusecara terus-
menerus, biasanya mampu dengan mudah mempertahankan suhu tubuhnya
dalam batas normal (antara 36,5-37,5°C suhu aksila), jika suhu ruangan tidak
lebih rendah dari yang direkomendasikan. Hipotermia jarang terjadi pada bayi PMK.
Pengukuran suhu tubuh bayi masih diperlukan, tetapi tidak sesering bayi yang
dirawat dengan metode konvensional. Ketika PMK dimulai, pengukuran suhu ketiak
dilakukan setiap 6 jam sampai stabil, terus-menerus sampai tiga hari. Selanjutnya
pengukuran hanya diperlukan dua kali sehari. Bayi dalam PMK jarang akan
mengalami hipotermia (suhu <36,5 oC) karena suhu tubuh ibu akan naik secara
otomatis untuk menghangatkan bayinya. Jika bayi kepanasan, ibu juga dapat
menurunkan suhunya untuk mendinginkan bayi.Jadi, tubuh ibu berfungsi seperti
inkubator otomatis.
Frekuensi pernapasan normal pada BBLR berkisar antara 40 dan 60 kali per
menit.Kadang-kadang napasnya diselingi dengan periode apnea (tidak
bernapas).Akan tetapi jika durasinya menjadi terlalu lama (20 detik atau lebih) dan
bibir bayi menjadi biru (sianosis), denyut nadi menurun (bradikardia) dan dia tidak
dapat bernapas secara spontan, segeralah mengeluarkan bayi dari posisi kanguru
dan berikan rangsangan pernapasan.Semakin kecil atau semakin prematur bayi
tersebut, semakin lama dan semakin sering periode apnea terjadi.Saat bayi
mendekati cukup bulan, apnea semakin jarang terjadi.Penelitian membuktikan
bahwa kontak kulit dapat membuat pernapasan semakin teratur pada bayi-bayi
13

muda dan dapat menurunkan risiko apnea. Bila terjadi apnea, ibu dapat
memberikan rangsangan dengan cara menggosok secara lembut punggung
atau kepalanya,sampai bayi mulai bernapas kembali. Jika tetap tidak bernapas, ibu
dapat memanggil petugas kesehatan.Apabila apnea seringkali terjadi sebaiknya
cari pertolongan petugas kesehatan.Ajari ibu untuk mengenali tanda-tanda bahaya.
Berikut ini beberapa tanda bahaya:
a) Kesulitan bernapas : dada tertarik ke dalam, merintih
b) Bernapas sangat cepat atau sangat lambat
c) Serangan apnea sering dan lama
d) Bayi terasa dingin : suhu bayi di bawah normal walaupun telah dilakukan
penghangatan
e) Sulit minum: bayi tidak lagi terbangun untuk minum, berhenti minum atau
muntah
f) Kejang
g) Diare
h) Kulit menjadi kuning
Yakinkan ibu bahwa tidaklah berbahaya bila:
a) Bersin atau cegukan
b) Buang air tiap diberi minum
c) Tidak buang air besar selama 2-3 hari

4) Kangaroo discharge (pemulangan)


Pemulangan berarti ibu dan bayinya boleh pulang ke rumah dengan tetap
menjalani PMK di rumahnya.Namun, lingkungan tempat tinggal mereka dapat
sangat berbeda dengan fasilitas unit PMK di institusi kesehatan yang selalu
dikelilingi oleh para petugas yang mendukung. Mereka akan tetap memerlukan
dukungan meskipun tidak sesering dan seintensif seperti sebelumnya. Lingkungan
keluarga sangat penting untuk kesuksesan PMK. Ibu sebaiknya kembali ke rumah
yang hangat, bebas rokok, dan mendapat dukungan dalam melaksanakan tugas
sehari-hari.Jika tidak ada layanan tindak lanjut atau lokasi RS letaknya jauh,
pemulangan dapat ditunda. Oleh karena itu, waktu pemulangan berbeda
tergantung pada besarnya bayi, tempat tidur yang tersedia, kondisi rumah dan
kemudahan untuk follow-up. Biasanya bayi PMK dapat dipulangkan dari rumah
sakit ketika telah memenuhi kriteria dibawah ini:
Ibu dan bayi :
a) Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada apnea
atau infeksi
b) Bayi minum dengan baik
c) Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari) untuk
sekurangkurangnya tiga hari berturut-turut
d) Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan
follow-up
Di Malawi, bayi dipulangkan jika berat badan telah naik minimum 10g/hari
selama tiga hari, dapat minum dengan baik (minum melalui gelas atau dari ASI)
dan jika kondisi umum telah stabil. Terdapat batasan berat badan minimum yakni
1.500 g. Bayi yang dipulangkan dengan berat badan <1.800 gram dipantau setiap
minggu dan bayi dengan berat badan >1.800 gram setiap dua minggu.
Tujuan tindak lanjut dan pemantauan:
a) Memberikan pelayanan pada bayi berat lahir rendah/ prematur pasca rawat
inap
yang telah menjalani Perawatan Metode Kanguru
b) Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang menjalani PMK
c) Skrining gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang menjalani PMK
di rumah
14

d) Memotivasi ibu agar tetap melanjutkan perawatan metode kanguru kontinu


e) Untuk mempromosikan pemberian ASI eksklusif
f) Mempromosikan dan melakukan imunisasi
g) Meningkatkan angka kesintasan BBLR

Tempat Pemantauan
Pemantauan pasca rawat dapat dilakukan di Poliklinik Anak RS atau di sarana
kesehatan memenuhi syarat.

Waktu Pemantauan
Semakin kecil bayi pada saat pemulangan, semakin awal dan sering
pemantauan yang diperlukan. Jika bayi dilepas sesuai dengan kriteria diatas,
anjuran berikut ini dapat berlaku pada keadaan seperti :
a) Dua kali kunjungan ulang per minggu sampai dengan 37 minggu usia
pasca menstruasi
b) Satu kali kunjungan ulang per minggu setelah 37 minggu

Pemeriksaan pada kunjungan dapat bervariasi, sesuai dengan kebutuhan ibu


dan bayi. Periksalah hal-hal berikut setelah setiap kunjungan: a) PMK
Lama kontak langsung kulit ibu-bayi, posisi, pakaian, suhu badan, dukungan untuk
ibu dan bayi. Apakah bayi menunjukkan tanda-tanda intoleransi? Apakah saatnya
untuk menyapih bayi dari PMK (biasanya sekitar 40 minggu dari usia pasca
menstruasi, atau sebelumnya) Jika belum, dorong ibu dan keluarganya untuk
melanjutkan PMK selama mungkin. b) Pemberian ASI
Apakah memberikan ASI eksklusif?Jika ya, pujilah si ibu dan dorong ibu untuk
meneruskan. Jika tidak, anjurkan ibu untuk meningkatkan pemberian ASI dan
kurangi pemberian makanan atau cairan lain. Tanyakan dan lihat apakah ada
permasalahan dan berikan dukungan.Jika bayi mengkonsumsi tambahan formula
atau makanan lain, periksa keamanan dan kecukupannya; pastikan bahwa
keluarganya mempunyai persediaannya yang cukup. c) Pertumbuhan
Timbang bayi dan periksa pertambahan berat badannya selama periode
terakhir.Jika tambahan berat badan mencukupi, misalnya rata-rata 15 g/kg/hari,
pujilah ibu. Jika tidak mencukupi, tanya dan cari permasalahan, penyebab dan
solusi. Semua ini umumnya berhubungan dengan pemberian minum dan penyakit.
d) Penyakit
Tanya dan cari tanda-tanda apapun yang mengindikasikan adanya penyakit,
baik yang dilaporkan atau tidak oleh ibu.Tangani setiap penyakit berdasarkan
standar operasional prosedur dan juklak lokal.Pada kasus dimana menyusui
tidak eksklusif, cari tanda-tanda permasalahan nutrisi atau pencernaan.
e) Obat-obatan
Berikan persedian obat-obatan yang cukup, jika perlu cukup sampai kunjungan
ulang berikutnya. f) Imunisasi
Pastikan ibu mengikuti jadwal imunisasi setempat.
g) Yang menjadi perhatian ibu
Tanyakan pada ibu permasalahan yang lain, termasuk soal pribadi, rumah tangga,
dan sosial. Cobalah bantu menemukan solusi terbaik untuk semuanya.
h) Kunjungan ulang berikutnya
Selalu jadwalkan atau pastikan kunjungan berikutnya.Jika waktu memungkinkan
jangan hilangkan kesempatan untuk memeriksa dan nasehati tentang higiene ibu
dan meningkatkan kewaspadaan ibu terhadap tanda-tanda bahaya yang
memerlukan perawatan segera. i) Kunjungan ulang khusus
Dorong ibu untuk melakukan kunjungan ini jika hal ini diperlukan untuk mengatasi
permasalahan somatis atau medis lainnya. j) Perawatan bayi secara biasa
15

Anjurkan para ibu untuk melakukan perawatan bayi secara biasa (menyapih dari
PMK) setelah berat bayi mencapai 2.500 g atau 40 minggu dari usia pasca
menstruasi.

Waktu pemantauan dan beberapa pemeriksaan yang dilakukan saat


pemantauan mengacu pada Perinatal Education Programme, 2004.
a) Pemantauan awal: Kontak awal bertujuan untuk menilai pertumbuhan (berat
badan, panjang dan lingkar kepala bayi) dan kondisi umum, srta membuat ibu
mengenal penyedia perawatan neonatal terdekat.
Bayi dengan berat:
(1). < 1.500 gram : diperlukan pemeriksaan setiap hari di poli rawat
jalan RS/sarana kesehatan yang memenuhi syarat
(2). >1.500 gram: paling lambat dalam 2 hari setelah dipulangkan harus
datang untuk pemeriksaan di RS/sarana kesehatan yang memenuhi syarat. Perlu
dilakukan pemeriksaan 3-4 kali / minggu sampai BB 1.800 gram, kemudian
1x/minggu sampai BB 2.500 gram. Rekomendasi ini hanya sebagai pedoman dan
harus disesuaikan dengan keadaan bayi, ibu dan keluarga serta sarana
kesehatan.Tindak lanjut lebih sering diperlukan pada daerah yang dingin.
b) Pemantauan perkembangan dapat dimulai pada usia koreksi 0 minggu (40
minggu dari HPHT), bertujuan untuk mendeteksi gangguan perkembangan dan
memberikan intervensi lebih awal, sehingga angka keberhasilannya pun akan
lebih besar.
c) Anak kembar selalu dijadwalkan untuk dilakukan pemantauan di poliklinik yang
sama dalam hari yang sama.
d) Beberapa kondisi bayi:
Bila ditemukan sindrom/abnormalitas neurologis pada 1 minggu pertama
kehidupan: segera jadwalkan untuk klinik spesialis yang sesuai dengan
diagnosis. Bayi yang lebih besar dengan masalah minum atau masalah lain yang
bermakna (misalnya HIE perbaikan, abnormalitas jantung) sebaiknya juga dilihat
lebih awal di RS oleh dokter. Pemeriksaan saat kunjungan ulang
a) Melakukan skrining gangguan pertumbuhan:
(1). Berat badan dan panjang badan harus ditimbang secara rutin.Kenaikan BB
minimal 15 gram/kg/ hari. Sebaiknya BB dan PB diplot di kurva pertumbuhan
yang sesuai dengan usia gestasi.
(2). Lingkar kepala dan panjang badan diukur minimal 1 bulan sekali dan diplot
di kurva pertumbuhan lingkar kepala yang sesuai usia gestasi.
(3). Pemberian asupan nutrisi harus disesuaikan
b) Melakukan skrining gangguan perkembangan:
(1). Melakukan skrining perkembangan dengan menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP) dan dilanjutkan dengan Denver II (pada sarana
yang memiliki fasilitas) saat usia koreksi 0 hari
(2). Melakukan dan mengajarkan ibu stimulasi dini perkembangan
(3). Melakukan intervensi pada bayi dengan gangguan perkembangan
c) Melakukan pemberian imunisasi
d) Melakukan pemantauan yang lain:
(1). Edukasi ibu pasien mengenai pemberian ASI dan tanda kegawatan pada
bayi
(2). Pada sarana yang sudah lengkap dilakukan:
(a). Pemantauan ROP (Retinopathy of prematurity)
(b). USG kepala pada usia 1, 3, 7,dan 28 hari, kemudian dilanjutkan setiap 4
minggu sampai usia 3 bulan
(c). Fungsi pendengaran setelah keadaan klinis stabil.
(d). Ostepenia of prematurity( dilakukan pemeriksaan kadar alkali fosfatase,
kalsium dan fosfat secara berkala setiap 2 minggu)
16

(e).Pemeriksaan penunjang lain disesuaikan dengan keadaan bayi.


Saat merencanakan untuk mengikuti jejak, implementasi monitoring dan evaluasi
PMK memiliki dua fokus, yaitu fokus jangka pendek dan jangka panjang.Fokus jangka
pendek menanyakan apakah PMK telah berhasil diimplementasikan.Fokus jangka
panjang memerhatikan apakah PMK dapat dipertahankan dan berlangsung. Berikut ini
adalah sejumlah aspek yang diperlukan bagi Menteri kesehatan dalam merencanakan
tindak lanjut dengan intervensi baru:
a) Di akhir periode tertentu, diperlukan kunjungan ke RS daerah oleh pelatih
nasional dan jika memungkinkan dengan penilai independen menggunakan
instrument monitoring untuk menilai kemajuan implementasi dan kelangsungan
PMK.
b) Sejumlah sampel pusat layanan kesehatan dikunjungi untuk menilai
kualitas layanan PMK dan menilai beberapa rekam medis.
c) Sebaiknya ada sertifikat bagi RS dan layanan kesehatan yang telah sukses
mengimplementasikan PMK dan menunjukkan sustainabilitas.
d) Perencanaan harus dibuat di tingkat sistem kesehatan memasukkan PMK
sebagai bagian mekanisme penilaian kualitas perawatan neonatus.
6. Penerapan Pmk
PMK terutama digunakan pada perawatan BBLR/prematur di beberapa rumah sakit
dengan kategori sebagai berikut:
a. RS yang tidak memiliki fasilitas untuk merawat bayi BBLR. Pada keadaan ini, PMK
merupakan satu-satunya pilihan perawatan karena jumlah inkubator dan perawat
tidak memadai.
b. RS yang memiliki tenaga dan fasilitas tetapi terbatas, dan tidak mampu merawat
semua bayi BBLR. PMK menjadi pilihan jika dibandingkan dengan perawatan
konvensional dengan menggunakan inkubator.
c. RS yang memiliki tenaga dan fasilitas yang memadai. Disini, PMK bermanfaat
untuk meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi, mengurangi risiko infeksi,
meningkatkan ASI dan mempersingkat lama perawatan di rumah sakit.

7. Fasilitas Dan Peralatan Yang Diperlukan Dalam Pmk


Berikut ini adalah beberapa fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk
melakukan PMK :
a. Bangsal dengan dua atau empat tempat tidur dengan ukuran yang sesuai
bagi ibu untuk tinggal seharian dengan si bayi. Di bangsal ini para ibu dapat
berbagi pengalaman, memperoleh dukungan serta kerjasama, dan pada
saat yang bersamaan si ibu dan bayinya dapat menerima kunjungan
pribadi tanpa mengganggu yang lain. Kamar tersebut harus dipertahankan
kehangatannya untuk si bayi (24-26°C).
b. Kamar mandi dengan fasilitas air bersih, sabun, dan handuk serta wastafel
untuk tempat cuci tangan.
c. Ruangan lain yang berukuran lebih kecil yang dapat digunakan para
petugas untuk konseling dengan ibu. Ruangan ini dapat juga dipergunakan
untuk melakukan evaluasi keadaan si bayi.
d. Support Binder (Ikatan/pembalut penahan bayi agar dapat terus berada di
posisi PMK). Alat ini adalah satu-satunya alat khusus yang digunakan untuk
PMK. Alat ini membantu para ibu untuk menahan bayinya agar dengan
aman terus berada dekat dengan dada ibu. Untuk memulainya, gunakan
secarik bahan kain yang halus, kirakira sekitar satu meter, lipatlah secara
diagonal, lalu buatlah simpul pengaman, atau dapat juga dikaitkan ke ketiak
ibu. Selanjutnya, baju kanguru dari pilihan ibu dapat menggantikan kain ini.
Semua ini untuk memungkinkan para ibu dapat menggunakan dengan
bebas tangan mereka dan agar mereka dapat bergerak dengan bebas
selama melakukan kontak kulit langsung ibu dengan bayi. Namun
17

demikian, pemakaian baju kanguru ini sebaiknya disesuaikan dengan


kondisi budaya setempat.

Gambar 6. Kantong untuk menggendong bayi PMK 1

e. Pakaian Bayi
f. Jika bayi menerima PMK secara terus-menerus, bayi tersebut cukup
dipakaikan popok atau diapers sampai dibawah pusat. Pada saat bayi tidak
dalam posisi kanguru, bayi dapat ditempatkan di tempat tidur yang hangat
dan diberi selimut. Jika suhu ruangannya adalah 24-26°C, bayi pada posisi
kanguru hanya memakai popok, topi yang hangat, dan kaus kaki. Namun,
jika suhu turun di bawah 22°C, bayi tersebut harus memakai baju tanpa
lengan yang terbuat dari kain katun yang terbuka bagian depannya sehingga
memungkinkan tetap terjadinya kontak kulit dengan dada dan perut ibu. Ibu
kemudian mengenakan bajunya yang biasa untuk menghangatkan dirinya
dan si bayi.

Gambar 7. Pakaian bayi untuk PMK1

g. Peralatan dan keperluan lain


h. Sebuah termometer yang dapat membaca suhu rendah (low reading
thermometer) yang cocok digunakan untuk mengukur suhu badan di bawah
35°C.
i. Timbangan. Idealnya menggunakan timbangan neonatus dengan interval 10
gram.
j. Peralatan resusitasi dasar dan oksigen, jika mungkin harus tersedia disetiap
ruangan BBLR dirawat.
k. Obat-obatan untuk mencegah dan mengobati berbagai masalah BBLR boleh
ditambahkan sesuai petunjuk pelaksanaan lokal. Obat-obatan khusus
kadang diperlukan tetapi tidak dianjurkan.
18

l. Alat pengukur panjang badan dan alat pengukur lingkar kepala.

BAB IV
DISKUSI

Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan salah satu pendekatan yang cukup
menarik yang dapat digunakan dalam meningkatkan perawatan pada neonatus,
meningkatkan ikatan antara ibu-bayi, serta dapat menurunkan beban biaya perawatan
bayi BBLR. Namun, efektivitas PMK sebagai pengganti terapi konvensional (inkubator)
dalam terapi bayi BBLR masih dipertanyakan.Hal ini karena sebagian besar kematian
neonatus pada BBLR terjadi pada saat periode stabilisasi sehingga pada saat itu PMK
belum dapat dilakukan.Saat ini, masih belum ada bukti yang mendukung penggunaan
PMK sebagai alternatif perawatan pada bayi BBLR yang belum stabil. Bahkan hasil
analisis Cochrane 2002 menyimpulkan bahwa masih belum terdapat bukti yang cukup
dari penelitian RCT yang dapat merekomendasikan penggunaan rutin PMK sebagai
terapi bayi BBLR. Namun demikian, beberapa penelitian terbaru lainnya menunjukkan
hasil sebaliknya.
Berikut ini adalah beberapa komponen yang dinilai di dalam berbagai penelitian yang
membandingkan antara perawatan bayi BBLR yang mendapat PMK dengan yang
mendapat terapi konvensional (inkubator):
a. Mortalitas :
1) Hampir bisa dikatakan tidak ada efek samping dari penggunaan PMK. Dari satu
penelitian menyatakan bahwa PMK tidak berkaitan dengan peningkatan risiko
kematian. Oleh karena itu, PMK merupakan pendekatan yang aman digunakan pada
perawatan bayi BBLR yang secara klinis stabil.
2) Penelitian lain menyatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam angka
mortalitas.
3) Persentase kematian pada bayi yang dilakukan PMK secara dini lebih rendah
daripada bayi yang dirawat di NICU. Sebagian besar kematian terjadi dalam 12 jam
pertama kehidupan. Angka kelangsungan hidup pada bayi PMK lebih baik daripada
yang mendapat terapi konvensional (inkubator).
b. Infeksi
1) PMK berkaitan dengan menurunnya risiko infeksi nosokomial, penyakit berat,
dan infeksi saluran pernapasan bawah.
2) Kejadian sepsis secara signifikan lebih tinggi pada bayi yang dirawat dengan
inkubator.
c. Menyusui
1) PMK meningkatkan pemakaian ASI eksklusif.
2) Pada bayi PMK menyusui menjadi lebih sering dan lebih lama. Peranan dari
ASI ini sangat banyak diantaranya akan menignkatkan imunitas, sehingga
dapat mengurangi risiko infeksi yang pada akhirnya akan mengurangi masa
rawat di RS.
3) Pendekatan PMK yang dilakukan secara dini akan meningkatkan kesuksesan
dalam menyusui. Tetapi jika PMK baru dilakukan setelah satu bulan,
perbedaannya secara klinis tidak terlalu bermakna.
3) Kunjungan kembali ke RS
Tidak ada perbedaan dalam hal kunjungan kembali ke RS.
4) Pertumbuhan
Bayi dengan PMK, berat badannya naik lebih banyak per harinya dan memiliki
lingkar kepala yang lebih besar, meskipun perbedaannya secara klinis tidak terlalu
bermakna.
19

5) Perkembangan psikomotor
Tidak ada perbedaan dalam perkembangan psikomotor.
6) Ketidakpuasan orangtua
PMK mengurangi ketidakpuasan orangtua dalam perawatan bayinya..Lebih dari 95%
ibu bahagia dalam merawat bayinya.Metode PMK merupakan metode pilihan yang
paling diterima oleh ibu dan keluarganya di rumah.
7) Perilaku ikatan ibu
Kompetensi ibu pada bayi dengan PMK lebih baik daripada bayi yang dirawat di
inkubator.Namun persepsi ibu mengenai dukungan sosial pada bayi yang dirawat di
NICU lebih baik daripada bayi PMK.
8) Hasil Lain
1. Episode hipotermia dan hipertermia lebih signifikan terjadi pada bayi yang dirawat
dengan inkubator daripada bayi yang dilakukan PMK. Pada penelitian lain, PMK
terbukti sama efektifnya dengan inkubator dalam menghangatkan neonatus yang
mengalami risiko hipotermia. Pada bayi yang cukup bulan, bayi PMK mendapat panas
dari suhu ibu saat suhunya kurang dari 36,3°C, tetapi akan kehilangan panas jika
suhunya mencapai 37°C. Oleh karena itu, mungkin tidak ada risiko heat stress pada
neonatus selama PMK.
2. Rata-rata kardiovaskular dan suhu pada bayi dengan PMK terdapat dalam batas
normal. Episode apnea, bradikardia, dan napas periodik tidak ditemukan pada bayi
PMK. Pernapasan yang teratur meningkat pada bayidengan PMK bila dibandingkan
yang mendapat terapi konvensional (inkubator).
3. Kejadian hipoglikemia secara signifikan lebih tinggi pada bayi yang dirawat dengan
inkubator.
4. Neonatus yang sangat prematur yang menjalani PMK tampaknya memiliki
mekanisme endogen dalam menurunkan respons nyeri, tetapi tidak sekuat pada
neonatus yang lebih matur. Waktu pemulihan yang pendek pada PMK secara klinis
bermakna dalam mempertahankan homeostasis.
5. Rerata masa rawat pada bayi PMK sekitar 4,5 hari dan pada kelompok kontrol 6,5
hari.Pada penelitian lain, rerata masa rawat pada bayi PMK sekitar 11 hari dan pada
kelompok kontrol 13 hari. Rata-rata masa rawat pada bayi PMK dua hari lebih singkat
daripada kelompok kontrol.
6. Biaya perawatan secara keseluruhan pada bayi PMK berkurang hingga 50%.
7. PMK yang dilakukan segera setelah persalinan secara klinis bermanfaat
mengurangi stress yang berkaitan dengan kelahiran dan meningkatkan
kemampuan pengaturan diri neonatus dalam menghadapi lingkungan ekstrauterin
dari berbagai rangsangan yang berasal dari lingkungan.
Dari penjelasan diatas, meskipun masih belum terdapat hubungan yang sangat
jelas apakah PMK secara langsung dapat menggantikan peranan inkubator, namun
dari berbagai hasil penelitian yang ada saat ini terlihat bahwa manfaat PMK sangat
banyak.Oleh karena itu, peranan PMK sebagai terapi alternatif pemakaian
inkubator dapat saja dipertimbangkan.
Indikasi PMK di setiap fasilitas pelayanan dapat saja berbeda. Ada penelitian yang
menggunakan kriteria sebagai berikut: bayi prematur, berat lahir <1500 gram, dan
mampu bernapas sendiri.Sedangkan pedoman WHO membuat penggolongan
berat badan sebagai arahan dalam melaksanakan PMK. Di Indonesia, bayi BBLR
<1.800 g, tidak boleh dilakukan PMK di Puskesmas tetapi harus dirujuk ke Rumah
Sakit. Bayi BBLR >1.800 g yang lahir di Puskesmas, dianjurkan untuk perawatan di
Puskesmas dan dilakukan PMK.
Untuk mempersiapkan penerapan PMK diperlukan beberapa persyaratan seperti
berikut ini :
a) Formulasi dari kebijakan
b) Organisasi pelayanan dan tindak lanjut
c) Peralatan dan perlengkapan untuk ibu dan bayi
20

d) Petugas kesehatan yang terlatih


Jika dilihat dari hasil-hasil penelitian di atas, sebagian besar penelitian dilakukan di
negara berkembang.Jika dilihat secara geografis, kondisinya dengan di Indonesia
tidaklah jauh berbeda, namun untuk hal-hal tertentu yang spesifik tertentu ada
beberapa perbedaan.Misalnya mengenai suhu ruangan di fasilitas PMK. Suhu
ruangan sangat dipengaruhi oleh kondisi/iklim di negara masing-masing.WHO
mencantumkan rentang suhu ruangan sebesar 22°-24°C. Sedangkan di Indonesia,
rentang suhu ruangan berkisar 25°-27°C. Apakah pada suhu ruangan yang lebih
panas, PMK secara efektif bisa dilakukan masih menjadi pertanyaan. Sayangnya,
berbagai literatur tidak ada yang mencantumkan secara spesifik mengenai
rentang/batas suhu ruangan ini.
Biasanya bayi PMK dapat dipulangkan dari rumah sakit ketika telah memenuhi
kriteria di bawah ini:
Ibu dan bayi:
a. Terdapat batasan berat badan bayi minimum yakni 1.500 g.
b. Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada apnea atau
infeksi
c. Bayi minum dengan baik
d. Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari) untuk
sekurangkurangnya tiga hari berturut-turut
e. Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan
pemantauan
f. Bayi yang dipulangkan dengan berat badan <1.800 gram dipantau setiap minggu
dan dilakukan minimal di RS Umum daerah, sedangkan bayi dengan berat badan
>1.800 gram dipantau setiap dua minggu boleh dilakukan di Puskesmas.

BAB V
ANALISIS BIAYA

Dari berbagai penelitian, tidak ada yang mencantumkan analisis biaya secara detail
mengenai perbandingan antara perawatan bayi BBLR yang menggunakan PMK dengan
perawatan konvensional (inkubator). Namun, ada salah satu penelitian yang secara kasar
membandingkan antara pemakaianinkubator dengan PMK seperti berikut ini:
a. Di negara berkembang, biaya untuk perawatan bayi BBLR (berat 1.000 gram)
dengan menggunakan inkubator adalah sebesar US$ 800 per hari.
b. Di Bogota, biaya untuk perawatan bayi BBLR (berat 1.000 gram) dengan
menggunakan inkubator adalah sebesar US$ 89 per hari.
c. Sedangkan bayi BBLR dengan PMK hanya membutuhkan biaya US$ 2 per hari.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode PMK merupakan cara yang
efektif dengan rasio biaya-manfaat yang sangat menguntungkan.
Di Indonesia, penelitian yang dilakukan Haksari dkk. (2002) melakukan analisis biaya
dengan membagi dua komponen yaitu : biaya penghasilan dan biaya pengeluaran yang
terdiri dari biaya makanan untuk ibu dan bayi, obat dan alat kesehatan, pemeriksaan lab
dan sinar X, listrik dan bahan bakar, dan perawatan alat. Untuk ketenagaan RS, waktu
bekerja berkurang hingga 40% dan layanan gawat darurat berkurang sampai 50% pada
PMK daripada metode konvensional. Oleh karena itu, biaya staf PMK lebih
rendah.Penggunaan oksigen, obat dan alat juga lebih rendah pada kelompok PMK. Pada
metode konvensional, memerlukan perawatan pada sistem peringatan, peralatan oksigen,
listrik dan bahan bakar, serta susu formula. Biaya keseluruhan pada PMK berkurang
hingga 30%. Pada PMK membutuhkan biaya total Rp. 31.584.000, dan pada metode
konvensional Rp. 45.120.000.
21

BAB VI
REKOMENDASI

Bayi berat lahir rendah masih menjadi masalah besar di dunia maupun di Indonesia
khususnya, selain sebagai penyumbang terbesar kematian anak yaitu 27% di dunia
pada tahun 2000 dan 38,8% di Indonesia pada tahun 2005.
Penatalaksanaan BBLR ini memerlukan sarana dan prasarana yang memadai
secara kuantitas dan kualitas, seperti rasio perawat yang baik adalah 1 perawat
berbanding 2-4 pasien atau alat kesehatan berteknologi tinggi seperti ventilator,
Continous Positive Air Pressure(CPAP), inkubator dan lain-lain. Sejak ditemukannya
Perawatan Metode Kanguru (PMK) oleh dr Martinez dkk., banyak manfaat yang dapat
diperoleh semua pihak terutama BBLR dengan perawatan metode kanguru ini.
Penelitian-penelitian selanjutnya di luar negeri maupun Indonesia telah membuktikan
manfaat yang diperoleh dari PMK ini, sehingga yang dapat direkomendasikan adalah
sebagai berikut:
a. PMK dapat digunakan sebagai alternatif pengganti inkubator, karena perawatan
metode ini terbukti dapat menstabilkan suhu bayi dengan menggunakan panas
badan ibu dan sama efektifnya bahkan lebih baik dari inkubator.
b. PMK memberikan ibu kepercayaan diri dalam merawat bayinya yang
mempunyai berat lahir rendah, sehingga bila PMK kontinu dilakukan di Rumah
Sakit (RS) maka keperluan tenaga kesehatan khususnya perawat dapat lebih
efesien karena ibu yang merawat bayinya sendiri dan perawat dapat dipanggil bila
diperlukan. Bagi bayi yang belum dapat dilakukan PMK kontinu, dianjurkan untuk
melakukan PMK intermiten untuk membiasakan ibu merawat bayi dengan PMK.
c. PMK dapat mengurangi infeksi nosokomial, menstabilkan laju nadi, mengurangi
apnea prematur, menstabilkan saturasi, meningkatkan produksi dan keberhasilan
menyusui, meningkatkan berat badan, meningkatkan ikatan batin antara bayi-ibu
maupun anggota keluarga lainnya, mengurangi angka kematian dan morbiditas
BBLR. Berdasarkan fakta yang tersebut diatas maka PMK sangat
direkomendasikan untuk BBLR di Indonesia terutama apabila bayi tersebut stabil
keadaan klinisnya dan hanya memerlukan inkubator untuk perawatannnya. Pusat
pelayanan primer seperti puskesmas dapat meneruskan perawatan BBLR yang
telah dipulangkan dari pusat pelayanan sekunder atau tersier. Pusat pelayanan
kesehatan sekunder dapat melakukan PMK kontinu untuk BBLR yang masih
menggunakan alat kesehatan minimal misalnya minum masih menggunakan
selang. PMK dapat dilakukan disemua level pelayanan kesehatan di Indonesia
sesuai dengan sarana dan prasarana yang tersedia.
d. Membentuk dan meningkatkan jejaring pelayanan PMK agar dapat mengurangi
lama perawatan sehingga tidak terjadi stagnasi pasien di pusat pelayanan tersier
maupun level pelayanan kesehatan lainnya dan biaya perawatan menjadi lebih
murah.
e. Keberhasilan PMK memerlukan dukungan dari pemerintah, tenaga kesehatan,
keluarga dan masyarakat.
f. PMK berkembang dengan pesat dan mulai dilakukan di negara maju yang telah
mempunyai fasilitas yang baik karena dari penelitian bayi dan ibu yang
melakukan PMK mempunyai kadar stress hormone (kortisol) yang lebih rendah
sehingga diasumsikan ibu dan bayi lebih tenang/tidak stress.
g. Kriteria definitif pemulangan terdiri dari :
1). Bayi mencapai berat badan minimum yakni 1.500 g.
2). Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada
apneaatau infeksi
3). Bayi minum dengan baik
4).Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari) untuk
sekurangkurangnya tiga hari berturut-turut
22

5).Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan
follow-up
6).Bayi yang dipulangkan dengan berat badan < 1.800 gram dipantau setiap
minggu dan dilakukan minimal di RS Umum Daerah, sedangkan dan bayi
dengan berat badan >1.800 gram dipantau setiap dua minggu boleh
dilakukan di puskesmas.
h. Rekomendasi waktu pemantauan:
1) Dua kali kunjungan follow up per minggu sampai dengan 37 minggu usia
pasca menstruasi.
2) Kunjungan pertama paling lambat dalam 48 jam setelah pemulangan.
3) Satu kali kunjungan follow up per minggu setelah 37 minggu

i. Setiap fasilitas kesehatan harus mempunyai alat pemantauan dan melakukan


pencatatan serta pelaporan pasca pemulangan.

Karumkit Tk. III Baladhika Husada ,

dr. Maksum Pandelima, Sp.OT.


Letnan Kolonel Ckm NRP 11950008540771

Anda mungkin juga menyukai