Anda di halaman 1dari 12

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH MALANG

RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA

PANDUAN
Tentang
RAWAT GABUNG
RUMKIT TK III BALADHIKA HUSADA

\\\

DISAHKAN DENGAN SURAT KETETAPAN RUMKIT TK III BALADHIKA HUSADA NOMOR


SK/ 039/X/2018 Tanggal 01 Oktober 2018
LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA


Panduan tentang Rawat Gabung
KETERANGAN TANDA
NAMA TANGGAL
TANGAN
Pembuat
dr.Dita Diana.P,Sp.OG Dokumen
01-`10-2018

Kaurtuud
Mochamad Bisri, S.K.M.
01-10-2018
Kapten Ckm NRP 21980081340177

dr. Maksum Pandelima, Sp.OT.


Letnan Kolonel Ckm NRP 01-10-2018
Karumkit
11950008540771
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... i


BAB I DEFINISI ....................................................................................................................... 3

BAB II RUANG LINGKUP ....................................................................................................... 3

1. Manfaat Rawat Gabung .............................................................................................. 3


2. Kriteria/Syarat Rawat Gabung .................................................................................... 4
3. Kriteria Stabilisasi ....................................................................................................... 5

BAB III TATA LAKSANA ......................................................................................................... 6

4. Alur Rawat Gabung .................................................................................................... 6


5. Persiapan ................................................................................................................... 7
6. Masalah Atau Kekhawatiran Yang Timbul................................................................... 8
7. Komunikasi Informasi Edukasi (Kie) ............................................................................ 9

BAB IV DOKUMENTASI.......................................................................................................... 9

i
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH MALANG
RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA

SURAT KETETAPAN
KEPALA RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA
NOMOR SK/ 039 /X /2018 tentang

PANDUAN RAWAT GABUNG

KEPALA RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA,

Menimbang : a. Bahwa untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi
diperlukan pelayanan rawat gabung di Rumah Sakit;
b. bahwa untuk itu perlu adanya panduan rawat gabung agar bayi baru
lahir mudah diamati dan dijangkau oleh ibunya setiap saat sehingga
memungkinkan pemberian asi kepada bayi sesuai dengan
kebutuhannya;dan
c. bahwa panduan rawat gabung rumah sakit Tingkat III Baladhika Husada
tersebut, perlu ditetapkan dengan KetetapanKepala Rumah Sakit.
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor
290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam Di Rumah
Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor
2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik Kedokteran;

MENETAPKAN

Menetapkan : 1. Ketetapan kepala rumah sakit tingkat iii baladhika husada tentang panduan
rawat gabung
2. Panduan Rawat Gabung di lingkungan Rumah Sakit Tingkat III
Baladhika Husada sebagaimana terlampir dalam Ketetapanini.
2

3. Ketetapanini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jember
pada tanggal 01 Oktober 2018

KarumkitTk. III Baladhika Husada,

dr. Maksum Pandelima, Sp.OT.


Letnan Kolonel Ckm NRP 11950008540771
BAB I
DEFINISI

a. Rawat Gabung adalah kegiatan perawatan ibu bersama dengan bayinya terus
menerus.Ada 2 macam rawat gabung
1) rooming-in : bayi diletakkan di box bayi yang berada di dekat ranjang ibu sehingga mudah
terjangkau.
2) bedding-in : bayi diletakkan di ranjang ibu
b. Rawat gabung penuh dilakukan jika ibu dan bayi bersama terus menerus selama 24 jam
c. Rawat gabung parsial dilakukan saat ibu dan bayi kadang perlu dipisahkan untuk alasan
tertentu
d. Resusitasi neonatus adalah upaya dalam menstabilkan bayi baru lahir

BAB II
RUANG LINGKUP

1. Manfaat Rawat Gabung


a. Mempercepat mantapnya dan terus terlaksananya proses menyusui.
Dengan rawat gabung ibu dapat memberi ASI sedini mungkin, juga lebih mudah memberikan
ASI. Adanya kontak terus menerus antara ibu dan bayinya memungkinkan ibu segera
mengenali tanda-tanda bayinya ingin minum sehingga ibu/bayi dapat menyusui/menyusu on
demand. Ibu yang melakukan rawat gabung menghasilkan ASI yang lebih banyak, lebih dini,
menyusui lebih lama, dan lebih besar kemungkinannya menyusui eksklusif dibandingkan ibu
yang tidak melakukan rawat gabung.
b. Memungkinkan proses bonding
Rawat gabung akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayinya. Makin banyak waktu
ibu bersama bayinya, makin cepat mereka saling mengenal. Ibu siap memberikan respon
setiap saat. Rawat gabung juga menurunkan hormon stres pada ibu dan bayi. c. Menurunkan
biaya
Pihak rumah sakit dapat menekan biaya karena tidak perlu membangun dan memelihara
ruang bayi sehat, tidak perlu mengeluarkan gaji untuk petugas ruang bayi sehat, juga biaya
yang harus dikeluarkan bila bayi menjadi sakit dapat dikurangi. Turn over lebih cepat. d.
Peralatan minimal
Bila dilakukan bedding-in maka akan mengurangi pembelian boks bayi. Tidak memerlukan
botol susu.
e. Tidak ada tambahan tenaga
Tidak perlu menambah tenaga untuk ruang bayi sehat, karena untuk rawat gabung dapat
memanfaatkan tenaga yang sudah ada di ruang nifas.
f. Menurunkan infeksi
Adanya kontak kulit dengan kulit antara bayi dan ibunya memungkinkan bayi terpapar pada
bakteri-bakteri normal pada kulit ibu, yang dapat melindungi bayi terhadap kuman-kuman
berbahaya. Kolostrum yang mengandung banyak antibodi, yang segera didapat bayi, juga
melindungi bayi terhadap penyakit infeksi.
g. Keuntungan untuk bayi
Bayi yang dirawat gabung akan lebih jarang menangis, lebih mudah ditenangkan, lebih
banyak tidur. Mereka minum lebih banyak dan berat badannya lebih cepat naik. Ikterus lebih
jarang terjadi. Bayi juga lebih hangat karena berada dalam kontak terus menerus dengan kulit
ibunya.
h. Melatih ketrampilan ibu merawat bayinya sendiri
Tindakan perawatan bayi yang dilakukan di dekat ibunya akan membantu ibu untuk melatih
ketrampilan merawat bayinya sendiri, sehingga pada saat pulang ibu sudah tidak canggung lagi
merawat bayinya. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu.
4

i. Manfaat bagi ibu


1) Manfaat ditinjau dari segi psikologis ibu:
a) Meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi melalui sentuhan fisik, yang
terjadi segera setelah kelahiran dan pada watu menyusui.
b) Memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat bayi baru lahir.
c) Meningkatkan rasa percaya diri dan tanggung jawab kepada ibu untuk merawat
bayinya.
d) Memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar mengenal tangisan yang
disebabkan oleh rasa sakit, lapar, dan ingin dimanja, sehingga mengurangi
kegelisahan ibu.
e) Ibu dapat segera merespon bayi, hal ini memebantu bonding attachment.
f) Memberikan kesempatan bagi ibu untuk lebih sering menyusui dan tidak
dijadwal/dibatasi.
2) Manfaat dari segi fisik ibu:
a) Mempercepat uterus menjadi normal sehingga perdarahan post partum dapat
dikurangi.
b) Menstimulasi mobilisasi ibu, karena aktifitas ibu merawat sendiri bayinya.
c) Mempercepat produksi ASI.
d) Ibu menyusui lebih lama, sehingga menghindari pembengkakan payudara. j.
Manfaat bagi Bayi:
1). Manfaat ditinjau dari segi psikologi bayi:
a). Menstimulasi mental dini yang diperlukan bagi tumbuh kembang bayi khususnya
dalam memberikan rasa aman dan kasih sayang. b). Ritme tidur bayi lebih terpelihara.
2). Manfaat ditinjau dari segi fisik bayi:
a) Melindungi bayi dari bahaya infeksi karena ASI terutama kolostom (susu jolong)
mengandung zat-zat antibody (kekebalan).
b) Bayi mendapatkan makanan sesuai dengan kebutuhan.
c) Mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi nosokomoial.
d) Mengurangi bahaya aspirasi yang disebabkan oleh pemberian susu formula.
e) Mencegah kemungkinan terjadinya maloklusi gigi (pertumbuhan/ penutupan gigi
yang kurang baik).
f) Melatih bayi untuk menghisap putting dan areola dengan benar.
g) Memperlancar pengeluaran mekoneum.
h) Pertambahan berat badan bayi lebih cepat karena bayi disusui lebih lama. k.
Manfaat bagi keluarga
1) Manfaat dari segi psikologis keluarga :
a) Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk memeberikan dorongan
pada ibu dalam menyusui bayinya.
b) Memberi kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk mendapatkan pengalaman
cara merawat bayinya segera setelah lahir.
2) Manfaat dari segi ekonomi keluarga:
a) Mengurangi beban anggaran belanja untuk pembelian susu formula dan
perlengkapannya.
b) Kesehatan ibu cepat pulih, sehingga biaya perawatan lebih sedikit.
c) Bayi jarang sakit sehingga biaya pengobatan berkurang.
l. Manfaat bagi petugas kesehatan:
1) Petugas mempunyai lebih banyak kesempatan untuk berkomunikasi dengan ibu
dan keluarga.
2) Petugas akan merasa tenang dan dapat melakukan pekerjaan lain yang
bermanfaat, karena ibu/bayi merasa nyaman.
m. Manfaat bagi Institusi Pelayanan Kesehatan:
1) Kebutuhan tenaga perawatan ibu dan bayi berkurang.
2) Morbiditas ibu dan bayi berkurang, sehingga mengurangi hari perawatan. 3)
Ruangan khusus untuk bayi dapat dikurangi.
5

2. Kriteria/Syarat Rawat Gabung


Tidak semua bayi baru lahir dapat menjalani rawat gabung. Perlu dibuat suatu
kriteria/syarat untuk menentukan bayi mana saja yang dapat menjalani rawat gabung. Kriteria
yang dapat dipakai adalah sebagai berikut:
a. Bayi normal, tidak mempunyai cacat bawaan berat
b. Nilai Apgar menit ke-5 lebih dari 7
c. Keadaan stabil
d. Berat badan lahir 2500-4000 gram
e. Umur kehamilan 37-42 minggu
f. Tak ada faktor risiko
g. Ibu sehat
h. Warna ketuban jernih

3. Kriteria Stabilisasi
a. Untuk Bayi
1) Thermoregulasi
2) Pernafasan teratur dan jalan nafas longgar
3) Target saturasi O2 sesuai kondisi normal atau apgar score baik
4) Tidak terdapat kejang
b. Untuk Ibu
1) Stabilisasi keadaan umum:
a) Tekanan darah stabil/ terkendali,
b) Nadi teraba
c) Pernafasan teratur dan Jalan nafas longgar
d) Terpasang infus/O2
e) Tidak terdapat kejang/kejang sudah terkendali 2) Perdarahan terkendali:
a) Tidak terdapat perdarahan aktif, atau perdarahan terkendali
b) Terpasang infus dengan aliran lancar 20-30 tetes per menit
c) Stabilisasi Neonatus meliputi tindakan resusitasi neonatus dapat dilakukan oleh
bidan terlatih,dokter anak dan perawat perin.

BAB III
TATA LAKSANA

Stabil Tidak
Stabil
Bayi baru lahir dengan
tindakan
Berat>2500g- 4000 g
6
a. stabil
4.b.Alur Rawat Tidak stabil
tidak adaGabung
faktor resiko
c. ibu sadar dan kondisi
Bayi lahir spontan
baik
Berat> 2500g- 4000g
Usia gestasi 37
-42 minggu
Stabilisasi diruang
kamar bersalin
a. stabil Kamar operasi
TIDAK STABIL
b. tidak ada faktor
resiko
Stabil dengan Stabil
langkah awal Pasca
a. IMD Stabilisasi di Ruang
resutitasi
b. Rawat Gabung Bersalin
a. IMD
Ruang Bayi
b. Rawat gabung

RUJUK
Rawat gabung penuh
(rawat di nifas)
Rawatgabung
Ruang Bayi
penuh
5. Persiapan
a. Mempersiapkan alat dan sarana
1) Kebutuhan bayi
Bayi dapat tidur di ranjang ibunya atau di dalam boksnya sendiri. Boks bayi sebaiknya
diletakkan di tempat yang mudah dijangkau ibunya, jadi dianjurkan diletakkan di samping tempat
tidur ibu, bukan di dekat kaki ibu. Siapkan juga alat-alat perawatan bayi dan pakaian bayi di dekat
ibu, agar ibu juga dapat merawat bayinya dengan mudah.
2) Kebutuhan ibu
Sediakan tempat tidur yang rendah untuk ibu supaya ibu tidak kesulitan naik turun
tempat tidur bila ingin menyusui atau merawat bayinya. Bila tempat tidur yang tersedia
tinggi, sediakan anak tangga untuk membantu ibu naik turun tempat tidur. Sediakan juga
meja pasien agar ibu dapat menaruh keperluannya dan keperluan bayinya di tempat yang
terjangkau.
3) Sarana lain
Siapkan lemari pakaian untuk keperluan pakaian ibu dan pakaian bayinya. Untuk di
ruangan perlu disiapkan tempat mandi bayi yang portabel serta perlengkapannya agar
kegiatan memandikan bayi dapat dilakukan di dekat ibu. Sediakan juga tempat cuci tangan
ibu, kamar mandi dan WCtersendiri. Bel untuk memanggil petugas harus disediakan di
tempat yang mudah dijangkau ibu. Bahan bacaan, leaflet mengenai petunjuk perawatan
ibu menyusui dan perawatan nifas dapat disediakan untuk dibaca oleh ibu.
b. Di Ruang Perawatan
Bayi diletakkan didalam tempat tidur yang ditempatkan disamping ibunya. Pada waktu
berkunjung bayi dan tempat tidurnya dipindahkan ke ruangan lain. Perawatan harus
memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat mengenali keadaan-keadaan yang tidak
normal serta kemudian melaporkan kepada dokter jaga, bayi boleh menyusu sewaktu ia
menginginkan, bayi tidak boleh diberi susu dari botol, bila ASI masih kurang boleh
menambahkansusu formula dengan menggunakan sendok, ibu harus selalu dibantu untuk
menyusukan bayinya dengan baik dan benar serta untuk merawat payudaranya, keadaan bayi
sehari-hari dicatat, bila bayi sakit atau perlu observasi diobservasi lebih teliti, bayi dipindahkan
7

ke ruang perawatan perinatologi, bila ibu dan bayi boleh pulang sekali lagi beri penjelasan
tentang cara-cara merawat bayi dan pemberian ASI serta perawatan payudara dan makanan
untuk ibu menyusui. Kepada ibu diberikan leaflet mengenai hal tersebut dan dipesan untuk
memeriksa bayinya 1 minggu kemudian.
c. Pelaksanaan Rawat Gabung Ibu dan Bayi dan kegiatan penunjangnya.
1) Pelaksanaan rawat gabung hendaknya disiapkan semenjak perawatan kehamilan
(ANC).
2) Diawali dengan inisiasi dini pada masa persalinan di kamar bersalin.
3) Dilanjutkan rawat gabung di ruang nifas, sebagai berikut:
a) Menyusui on cue (melihat tanda-tanda bayi ingin menyusui).
b) Menyusui eksklusif.
c) Asuhan Bayi Baru Lahir antara lain:
(1) Mencegah hypothermi.
(2) Pemeriksaan klinis bayi.
(3) Perawatan umum (merawat tali pusat, mengganti popok, memandikan bayi,
menjaga hygiene bayi).
(4) Deteksi dini bayi baru lahir.
d) Asuhan Ibu Nifas antara lain:
(1) Puerpurium.
(2) Breast care, termasuk memerah dan menyimpan ASI.
(3) Pendampingan menyusui, termasuk perlekatan dan posisi menyusui yang benar,
mengenali tanda bayi ingin menyusu, dan tanda bayi telah puas dalam menyusu.
(4) Mengenali hambatan pada nifas.
(5) Asuhan ibu nifas pasca tindakan.
(6) Membantu ibu bila ditemukan penyulit dalam menyusui (kelainan putting,
pembengkakan mamaedll).

6. Masalah Atau Kekhawatiran Yang Timbul


Dalam melaksanakan rawat gabung, dapat muncul masalah atau kekhawatiran baik di
pihak petugas maupun di pihak ibu dan keluarganya. Masalah dan kekhawatiran yang tidak
segera diatasi dapat menimbulkan pertentangan antara ibu atau keluarganya dengan petugas,
atau antar petugas sendiri dan pada akhirnya akan menimbulkan resistensi dari petugas untuk
melanjutkan pelaksanaan rawat gabung. Karenanya hal-hal ini harus segera dikenali dan
diatasi. Masalah atau kekhawatiran yang sering timbul adalah:
a. Sulit memantau kondisi bayi yang menjalani rawat gabung. Cukup satu petugas untuk
memantau semua bayi bila dirawat di ruang bayi sehat.
Cara mengatasi:
Yakinkan petugas bahwa bayi akan lebih baik dekat dengan ibunya, dengan adanya
keuntungan tambahan berupa kenyamanan, kehangatan dan dapat menyusu on demand.
Rooming-in (bayi diletakkan di box bayi dan dekat dengan ibu), bila sesuai dengan budaya
setempat, memberikan situasi terbaik untuk memperoleh semua keuntungan tadi dan
menghilangkan kebutuhan untuk membeli ranjang bayi. Bila ada masalah pada bayi yang
menjalani rawat gabung, maka ibu dapat segera memberitahu petugas. Tekankan bahwa tidak
diperlukan pengawasan 24 jam. Yang diperlukan hanya pemeriksaan berkala dan kesiapan
petugas menanggapi kebutuhan ibu pada saat dibutuhkan.
b. Ibu perlu istirahat setelah melahirkan, terutama di malam hari, dan bayi harus minum.
Terutama setelah operasi sesar, ibu perlu waktu untuk pemulihan. Pada saat tersebut bayi
harus diberi pengganti ASI.
Cara mengatasi:
Ajak para petugas untuk meyakinkan ibu bahwa dengan rawat gabung ibu memberikan
yang terbaik untuk bayinya, tidak perlu banyak kerja tambahan, dan bahwa para petugas siap
membantu bila dibutuhkan.
Ajak para petugas untuk membahas dengan ibu bahwa semakin lama bayi bersama ibu
semakin baik mereka akan mengenal mana yang normal dan mana yang abnormal, dan
bagaimana memberikan perawatan yang baik. Lebih baik berlatih mengurus bayinya saat
masih di rumah sakit, karena banyak petugas yang dapat menolong.
Beri pengertian pada petugas bahwa setelah menyusui dengan baik, ibu dapat tidur lebih
nyenyak bila bayinya bersamanya. Pastikan bahwa petugas tahu bagaimana menolong ibu
8

yang menjalani bedah sesar untuk memilih teknik dan posisi menyusui yang nyaman dan
efektif.
Bila operasi Caesar memakai anestesi regional atau lokal, menyusui dini kurang menjadi
masalah. Walaupun begitu, ibu yang mendapat anestesi umum pun dapat segera menyusui
begitu ibu sadar, bila petugas mendukung ibu.
c. Tingkat kejadian infeksi lebih tinggi bila ibu dan bayi bersamasama, daripada bila bayi di
ruang bayi sehat.
Cara mengatasi:
Tekankan bahwa bahaya infeksi lebih sedikit bila bayi bersama ibu daripada bila di ruang
rawat bayi sehat dan terpapar pada lebih banyak petugas. Sediakan data untuk petugas yang
memperlihatkan bahwa dengan rawat gabung dan menyusui tingkat infeksi lebih rendah,
misalnya diare, sepsis neonatus, otitis media dan meningitis.
d. Bila pengunjung diperbolehkan memasuki ruang rawat gabung, bahaya infeksi dan
kontaminasi akan meningkat. Sebagian ibu merasa perlu menerima tamu, dan dapat
mengurusi bayinya nanti setelah pulang dari rumah sakit.
Cara mengatasi:
Tekankan bahwa bayi mendapat kekebalan dari kolostrum terhadap infeksi, dan
penelitianpenelitian memperlihatkan bahwa infeksi lebih sedikit terjadi di bangsal rawat gabung
daripada di ruang bayi sehat. Untuk membantu ibu merawat bayinya sebaik mungkin, batas
jam berkunjung, jumlah pengunjung, dan larang merokok.
e. Rawat gabung penuh sulit dilakukan karena ada prosedur-prosedur yang harus dilakukan
pada bayi di luar ruang rawat ibu.
Cara mengatasi:
Pelajari betul-betul prosedur-prosedur ini. Beberapa prosedur mungkin tidak perlu (misalnya
menimbang bayi sebelum dan sesudah menyusu). Prosedur lain dapat dilakukan di kamar ibu.
Ulas keuntungan bagi ibu dan waktu yang dapat dihemat dokter, bila dokter memeriksa bayi di
hadapan ibu.
f. Pasien-pasien di ruangan paviliun merasa punya hak untuk menaruh bayinya di ruang bayi
sehat dan memberi bayinya pengganti ASI, dan mengharapkan bantuan dari petugas
perawat bayi.
Cara mengatasi:
Apa pun yang terbaik untuk pasien umum tentu juga baik untuk pasien paviliun.
Pertimbangkan untuk melakukan pilot-project untuk menguji rawat gabung di kamar paviliun
sebagaimana di bangsal umum.
g. Beberapa rumah sakit swasta mendapat pemasukan dari pemakaian ruang rawat bayi
sehat dan karenanya enggan menutup unit ini.
Cara mengatasi:
Perhitungkan biaya yang dapat dihemat dari rawat gabung karena berkurangnya pemakaian
pengganti ASI, berkurangnya jumlah petugas yang dibutuhkan untuk menyiapkan botol dan
mengurus ruang bayi sehat, berkurangnya bayi yang menjadi sakit, dsb.
Pertimbangkan untuk tetap menarik biaya dari perawatan bayi di ruang rawat gabung.

7. Komunikasi Informasi Edukasi (Kie)


Keberhasilan dalam melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi, untuk mendukung
keberhasilan menyusui, calon ibu perlu mendapatkan informasi tentang berbagai hal sebagai
berikut:
a. Nutrisi ibu menyusui.
b. Pengetahuan tentang menyusui secara eksklusif.
c. Kerugian bila bayi tidak mendapat ASI.
d. Manajemen laktasi yang benar, termasuk kendala-kendala dalam menyusui bayi.
e. Mengenali tanda-tanda bahaya pada ibu dan bayi.
f. Perawatan payudara.
g. Cara memerah, menyimpan, dan memberikan ASI dengan sendok.
h. KB terutama Metode Amenorhoe Laktasi.

BAB IV
9

DOKUMENTASI

Pencatatan merupakan bukti dari kualitas pelayanan/asuhan yang diberikan kepada ibu dan
bayi, hal-hal yang perlu ditulis/direkam pada pencatatan dan pelaporan rawat gabung adalah :
a. cakupan Rawat Gabung
1) Jumlah rawat gabung
a) Rawat gabung penuh
b) Rawat gabung parsial
2) Inisiasi menyusu dini
3) Menyusui On Cue

b. Pendokumentasian rawat gabung menggunakan formulir :


1) Formulir catatan perkembangan bayi
2) Informasi dan edukasi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Rawat Gabung c. Jumlah
Persalinan
1. Persalinan normal.
2. Persalinan dengan tindakan.
d. Jumlah Ibu dan Bayi yang Bermasalah dalam Menyusui.
e. Jumlah Rujukan (dirujuk atau menerima rujukan).
Pencatatan dan pelaporan menggunakan sistem dan format yang telah ada, misalnya :
mencatat asuhan yang diberikan oleh petugas kesehatan untuk ibu dan bayi yaitu pada rekam
medis.
Alur pelaporan mengikuti sistem yang telah ada, menggunakan register obstetri dan
perinatologi. Pencatatan dan pelaporan ini penting dilaksanakan, sebab catatan ini merupakan
data yang dapat dianalisis dan dapat digunakan sebagai bahan informasi.
Pelaporan dan pencatatan yang sudah ada sebagai bahan pembuatan SPM kemudian
dilaporkan ke Yanmed sebagai bahan analisa dan dilaporkan ke Kepala Rumah Sakit.

Karumkit Tk. III Baladhika Husada ,

dr. Maksum Pandelima, Sp.OT.


Letnan Kolonel Ckm NRP 11950008540771

Anda mungkin juga menyukai