PANDUAN
Tentang
RAWAT GABUNG
RUMKIT TK III BALADHIKA HUSADA
\\\
Kaurtuud
Mochamad Bisri, S.K.M.
01-10-2018
Kapten Ckm NRP 21980081340177
BAB IV DOKUMENTASI.......................................................................................................... 9
i
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH MALANG
RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA
SURAT KETETAPAN
KEPALA RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA
NOMOR SK/ 039 /X /2018 tentang
Menimbang : a. Bahwa untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi
diperlukan pelayanan rawat gabung di Rumah Sakit;
b. bahwa untuk itu perlu adanya panduan rawat gabung agar bayi baru
lahir mudah diamati dan dijangkau oleh ibunya setiap saat sehingga
memungkinkan pemberian asi kepada bayi sesuai dengan
kebutuhannya;dan
c. bahwa panduan rawat gabung rumah sakit Tingkat III Baladhika Husada
tersebut, perlu ditetapkan dengan KetetapanKepala Rumah Sakit.
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor
290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam Di Rumah
Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor
2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik Kedokteran;
MENETAPKAN
Menetapkan : 1. Ketetapan kepala rumah sakit tingkat iii baladhika husada tentang panduan
rawat gabung
2. Panduan Rawat Gabung di lingkungan Rumah Sakit Tingkat III
Baladhika Husada sebagaimana terlampir dalam Ketetapanini.
2
Ditetapkan di Jember
pada tanggal 01 Oktober 2018
a. Rawat Gabung adalah kegiatan perawatan ibu bersama dengan bayinya terus
menerus.Ada 2 macam rawat gabung
1) rooming-in : bayi diletakkan di box bayi yang berada di dekat ranjang ibu sehingga mudah
terjangkau.
2) bedding-in : bayi diletakkan di ranjang ibu
b. Rawat gabung penuh dilakukan jika ibu dan bayi bersama terus menerus selama 24 jam
c. Rawat gabung parsial dilakukan saat ibu dan bayi kadang perlu dipisahkan untuk alasan
tertentu
d. Resusitasi neonatus adalah upaya dalam menstabilkan bayi baru lahir
BAB II
RUANG LINGKUP
3. Kriteria Stabilisasi
a. Untuk Bayi
1) Thermoregulasi
2) Pernafasan teratur dan jalan nafas longgar
3) Target saturasi O2 sesuai kondisi normal atau apgar score baik
4) Tidak terdapat kejang
b. Untuk Ibu
1) Stabilisasi keadaan umum:
a) Tekanan darah stabil/ terkendali,
b) Nadi teraba
c) Pernafasan teratur dan Jalan nafas longgar
d) Terpasang infus/O2
e) Tidak terdapat kejang/kejang sudah terkendali 2) Perdarahan terkendali:
a) Tidak terdapat perdarahan aktif, atau perdarahan terkendali
b) Terpasang infus dengan aliran lancar 20-30 tetes per menit
c) Stabilisasi Neonatus meliputi tindakan resusitasi neonatus dapat dilakukan oleh
bidan terlatih,dokter anak dan perawat perin.
BAB III
TATA LAKSANA
Stabil Tidak
Stabil
Bayi baru lahir dengan
tindakan
Berat>2500g- 4000 g
6
a. stabil
4.b.Alur Rawat Tidak stabil
tidak adaGabung
faktor resiko
c. ibu sadar dan kondisi
Bayi lahir spontan
baik
Berat> 2500g- 4000g
Usia gestasi 37
-42 minggu
Stabilisasi diruang
kamar bersalin
a. stabil Kamar operasi
TIDAK STABIL
b. tidak ada faktor
resiko
Stabil dengan Stabil
langkah awal Pasca
a. IMD Stabilisasi di Ruang
resutitasi
b. Rawat Gabung Bersalin
a. IMD
Ruang Bayi
b. Rawat gabung
RUJUK
Rawat gabung penuh
(rawat di nifas)
Rawatgabung
Ruang Bayi
penuh
5. Persiapan
a. Mempersiapkan alat dan sarana
1) Kebutuhan bayi
Bayi dapat tidur di ranjang ibunya atau di dalam boksnya sendiri. Boks bayi sebaiknya
diletakkan di tempat yang mudah dijangkau ibunya, jadi dianjurkan diletakkan di samping tempat
tidur ibu, bukan di dekat kaki ibu. Siapkan juga alat-alat perawatan bayi dan pakaian bayi di dekat
ibu, agar ibu juga dapat merawat bayinya dengan mudah.
2) Kebutuhan ibu
Sediakan tempat tidur yang rendah untuk ibu supaya ibu tidak kesulitan naik turun
tempat tidur bila ingin menyusui atau merawat bayinya. Bila tempat tidur yang tersedia
tinggi, sediakan anak tangga untuk membantu ibu naik turun tempat tidur. Sediakan juga
meja pasien agar ibu dapat menaruh keperluannya dan keperluan bayinya di tempat yang
terjangkau.
3) Sarana lain
Siapkan lemari pakaian untuk keperluan pakaian ibu dan pakaian bayinya. Untuk di
ruangan perlu disiapkan tempat mandi bayi yang portabel serta perlengkapannya agar
kegiatan memandikan bayi dapat dilakukan di dekat ibu. Sediakan juga tempat cuci tangan
ibu, kamar mandi dan WCtersendiri. Bel untuk memanggil petugas harus disediakan di
tempat yang mudah dijangkau ibu. Bahan bacaan, leaflet mengenai petunjuk perawatan
ibu menyusui dan perawatan nifas dapat disediakan untuk dibaca oleh ibu.
b. Di Ruang Perawatan
Bayi diletakkan didalam tempat tidur yang ditempatkan disamping ibunya. Pada waktu
berkunjung bayi dan tempat tidurnya dipindahkan ke ruangan lain. Perawatan harus
memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat mengenali keadaan-keadaan yang tidak
normal serta kemudian melaporkan kepada dokter jaga, bayi boleh menyusu sewaktu ia
menginginkan, bayi tidak boleh diberi susu dari botol, bila ASI masih kurang boleh
menambahkansusu formula dengan menggunakan sendok, ibu harus selalu dibantu untuk
menyusukan bayinya dengan baik dan benar serta untuk merawat payudaranya, keadaan bayi
sehari-hari dicatat, bila bayi sakit atau perlu observasi diobservasi lebih teliti, bayi dipindahkan
7
ke ruang perawatan perinatologi, bila ibu dan bayi boleh pulang sekali lagi beri penjelasan
tentang cara-cara merawat bayi dan pemberian ASI serta perawatan payudara dan makanan
untuk ibu menyusui. Kepada ibu diberikan leaflet mengenai hal tersebut dan dipesan untuk
memeriksa bayinya 1 minggu kemudian.
c. Pelaksanaan Rawat Gabung Ibu dan Bayi dan kegiatan penunjangnya.
1) Pelaksanaan rawat gabung hendaknya disiapkan semenjak perawatan kehamilan
(ANC).
2) Diawali dengan inisiasi dini pada masa persalinan di kamar bersalin.
3) Dilanjutkan rawat gabung di ruang nifas, sebagai berikut:
a) Menyusui on cue (melihat tanda-tanda bayi ingin menyusui).
b) Menyusui eksklusif.
c) Asuhan Bayi Baru Lahir antara lain:
(1) Mencegah hypothermi.
(2) Pemeriksaan klinis bayi.
(3) Perawatan umum (merawat tali pusat, mengganti popok, memandikan bayi,
menjaga hygiene bayi).
(4) Deteksi dini bayi baru lahir.
d) Asuhan Ibu Nifas antara lain:
(1) Puerpurium.
(2) Breast care, termasuk memerah dan menyimpan ASI.
(3) Pendampingan menyusui, termasuk perlekatan dan posisi menyusui yang benar,
mengenali tanda bayi ingin menyusu, dan tanda bayi telah puas dalam menyusu.
(4) Mengenali hambatan pada nifas.
(5) Asuhan ibu nifas pasca tindakan.
(6) Membantu ibu bila ditemukan penyulit dalam menyusui (kelainan putting,
pembengkakan mamaedll).
yang menjalani bedah sesar untuk memilih teknik dan posisi menyusui yang nyaman dan
efektif.
Bila operasi Caesar memakai anestesi regional atau lokal, menyusui dini kurang menjadi
masalah. Walaupun begitu, ibu yang mendapat anestesi umum pun dapat segera menyusui
begitu ibu sadar, bila petugas mendukung ibu.
c. Tingkat kejadian infeksi lebih tinggi bila ibu dan bayi bersamasama, daripada bila bayi di
ruang bayi sehat.
Cara mengatasi:
Tekankan bahwa bahaya infeksi lebih sedikit bila bayi bersama ibu daripada bila di ruang
rawat bayi sehat dan terpapar pada lebih banyak petugas. Sediakan data untuk petugas yang
memperlihatkan bahwa dengan rawat gabung dan menyusui tingkat infeksi lebih rendah,
misalnya diare, sepsis neonatus, otitis media dan meningitis.
d. Bila pengunjung diperbolehkan memasuki ruang rawat gabung, bahaya infeksi dan
kontaminasi akan meningkat. Sebagian ibu merasa perlu menerima tamu, dan dapat
mengurusi bayinya nanti setelah pulang dari rumah sakit.
Cara mengatasi:
Tekankan bahwa bayi mendapat kekebalan dari kolostrum terhadap infeksi, dan
penelitianpenelitian memperlihatkan bahwa infeksi lebih sedikit terjadi di bangsal rawat gabung
daripada di ruang bayi sehat. Untuk membantu ibu merawat bayinya sebaik mungkin, batas
jam berkunjung, jumlah pengunjung, dan larang merokok.
e. Rawat gabung penuh sulit dilakukan karena ada prosedur-prosedur yang harus dilakukan
pada bayi di luar ruang rawat ibu.
Cara mengatasi:
Pelajari betul-betul prosedur-prosedur ini. Beberapa prosedur mungkin tidak perlu (misalnya
menimbang bayi sebelum dan sesudah menyusu). Prosedur lain dapat dilakukan di kamar ibu.
Ulas keuntungan bagi ibu dan waktu yang dapat dihemat dokter, bila dokter memeriksa bayi di
hadapan ibu.
f. Pasien-pasien di ruangan paviliun merasa punya hak untuk menaruh bayinya di ruang bayi
sehat dan memberi bayinya pengganti ASI, dan mengharapkan bantuan dari petugas
perawat bayi.
Cara mengatasi:
Apa pun yang terbaik untuk pasien umum tentu juga baik untuk pasien paviliun.
Pertimbangkan untuk melakukan pilot-project untuk menguji rawat gabung di kamar paviliun
sebagaimana di bangsal umum.
g. Beberapa rumah sakit swasta mendapat pemasukan dari pemakaian ruang rawat bayi
sehat dan karenanya enggan menutup unit ini.
Cara mengatasi:
Perhitungkan biaya yang dapat dihemat dari rawat gabung karena berkurangnya pemakaian
pengganti ASI, berkurangnya jumlah petugas yang dibutuhkan untuk menyiapkan botol dan
mengurus ruang bayi sehat, berkurangnya bayi yang menjadi sakit, dsb.
Pertimbangkan untuk tetap menarik biaya dari perawatan bayi di ruang rawat gabung.
BAB IV
9
DOKUMENTASI
Pencatatan merupakan bukti dari kualitas pelayanan/asuhan yang diberikan kepada ibu dan
bayi, hal-hal yang perlu ditulis/direkam pada pencatatan dan pelaporan rawat gabung adalah :
a. cakupan Rawat Gabung
1) Jumlah rawat gabung
a) Rawat gabung penuh
b) Rawat gabung parsial
2) Inisiasi menyusu dini
3) Menyusui On Cue