Skripsi
Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai
Pemenuhan Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh
PUTRI SYELI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
Andalas". Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar
bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini
sebesar-besarnya kepada:
3. dr. Hudila Rifa Karmia, SpOG selaku pembimbing II yang telah banyak
4. dr. Dwitya Elvira, SpPD, FINASIM; dr. Taufik Ashal, Sp. KJ; Drs. Julizar
Nazar, Apt, M.Kes, selaku tim penguji yang telah memberikan banyak
6. Kedua orang tua, Ir. Gusmalini, Msi dan Syamsir Alam, SE yang selalu
skripsi ini.
7. Serta semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu. Akhir kata, segala kritik
Penulis
Putri Syeli
ABSTRACT
Dyspepsia syndrome is complaints or group of symptoms which consists
of pain or discomfort around epigastrium, nausea, vomiting, bloated, full feeling
in the stomach, and burning. Dyspepsia syndrome is related with stress, where the
higher the stress level, the higher the risk to experience dyspepsia. This research
aims to know the co-relation between stress level with the degree of dyspepsia
syndrome on patient with dyspepsia syndrome at Andalas Public Health Center.
This research is analytical research with cross sectional design and was
done at Andalas Public Health Center from June to August 2016. The sampling
technique that was used is consecutive sampling non probability technique with
the total sample of 107 people. The data collection was done using dyspepsia
score guideline to determine the stage of dyspepsia syndrome and DASS 42 was
used to determine the level of stress. After the data was obtained, the analysis was
done using Pearson co-relation test.
It was obtained that, without looking at the stage of dyspepsia syndrome,
many patient with dyspepsia syndrome experience normal level of stress (26,2%),
while looking at the stage of dyspepsia sydrome, it was obtained that most
patients with mild degree of dyspepsia experience normal level of stress (38,5%).
Most patients with medium degree of dyspepsia experience high level of stress
(28,1%) and most patients with severe degree of dyspepsia experience high level
of stress (25%). Based on Pearson co-relation test, was obtained the value of p =
0,001.
It can be concluded that there is corelation between level of stress and the
degree of dyspepsia syndrome on patient with dyspepsia syndrome at Andalas
Public Health Center.
ABSTRAK
Sindroma dispepsia merupakan keluhan atau kumpulan gejala yang terdiri
dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat
kenyang, rasa perut penuh, sendawa. Sindroma dispepsia berhubungan dengan
stres, dimana semakin tinggi tingkat stres semakin tinggi risiko untuk mengalami
dispepsia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres
dengan derajat sindroma dispepsia pada penderita sindroma dispepsia di
Puskesmas Andalas.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional
(potong lintang) dan dilakukan di Pusksesmas Andalas Padang pada Juni
hingga Agustus 2016. Teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling
non probability dan jumlah sampel 107 orang. Pengumpulan data menggunakan
pedoman skor dispepsia untuk menentukan derajat sindroma dispepsia dan
kuesioner DASS 42 digunakan untuk menentukan tingkat stres. Setelah
didapatkan data dilakukan analisis dengan menggunakan uji kolerasi pearson.
Didapatkan penderita sindroma dispepsia tanpa melihat derajat sindroma
dispepsia banyak mengalami tingkat stres normal (26,2%), sedangkan dilihat dari
derajat sindroma dispepsia didapatkan penderita sindroma dispepsia derajat
ringan sebagian besar mempunyai tingkat stres normal (38,5%). Penderita
sindroma dispepsia derajat sedang sebagian besar mempunyai tingkat stres berat
(28,1%) dan penderita sindroma dispepsia derajat berat sebagian besar memiliki
tingkat stres berat (25%) dan sangat berat (25%). Berdasarkan uji kolerasi
Pearson didapatkan nilai p value = 0,001.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat stres dengan derajat
sindroma dispepsia pada penderita sindroma dispesia di Puskesmas Andalas.
Kata kunci : sindroma dispepsia, tingkat stres, derajat sindroma dispepsia
Halaman
Sampul Depan
Sampul Dalam i
Halaman Orisinilitas ii
Persetujuan Skripsi oleh Pembimbing iii
Pengesahan Penguji iv
Kata Pengantar v
Abstract vii
Abstrak viii
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Istilah xii
Daftar Lampiran xiii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum 4
1.3.2 Tujuan Khusus 4
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Instansi 4
1.4.2 Bagi Peneliti 5
1.4.3 Bagi Masyarakat 5
1.4.4 Bagi Bidang Penelitian 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dispepsia
2.1.1 Definisi Dispepsia 6
2.1.2 Klasifikasi dan Etiologi Dispepsia
2.1.2.1 Dispepsia Organik 6
2.1.2.1 Dispepsia Fungsional 7
2.1.3 Patofisiologi Dispepsia 10
2.1.4 Gejala Klinis 13
2.1.5 Diagnosis 14
2.1.6 Derajat Sindroma Dispepsia 14
2.2 Stres
2.2.1 Definisi Stres 15
2.2.2 Klasifikasi Stres 15
2.2.3 Stresor 16
2.2.4 Tahapan Stres 16
2.2.5 Tingkat Stres 18
2.2.6 Hubungan Stres dengan Sindroma Dispepsia 20
BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian 24
3.2 Hipotesis Penelitian 25
Halaman
Tabel 2.1 Penyebab Dispepsia Organik 7
Tabel 2.2 Indeks Tingkat Keparahan Depresi, Kecemasan, dan Stres 19
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Penderita Sindroma Dispepsia
Berdasarkan Derajat Sindroma Dispepsia di Puskesmas Andalas 32
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Penderita Sindroma Dispepsia
Berdasarkan Tingkat Stres di Puskesmas Andalas 33
Tabel 5.3 Hubungan Tingkat Stres dengan Derajat Sindroma Dispepsia
di Puskesmas Andalas 33
Halaman
Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan 45
Lampiran 2 : Biaya Penelitian 46
Lampiran 3 : Formulir Penjelasan untuk Pasien 47
Lampiran 4 : Persetujuan Ikut Serta 50
Lampiran 5 : Pedoman Skor Dispepsia 51
Lampiran 6 : Tes DASS 42 52
Lampiran 7 : Pertanyaan Mengenai Tingkat Stres 54
Lampiran 8 : Master Tabel 56
Lampiran 9 : Uji Statistik 58
PENDAHULUAN
nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat
Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum dan 60% pada
Dispepsia merupakan gejala bukan diagnosis, hal ini dapat didefinisikan secara
luas sebagai rasa sakit atau ketidaknyamanan yang berpusat di perut bagian atas
(Jones, 2005).
penelitian pada populasi umum didapatkan data 15-30% orang dewasa pernah
ke-10 untuk kategori penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun
2006 dengan jumlah pasien 34.039 (Profil Kesehatan Indonesia, 2007). Pasien
dengan jumlah 9.594 pasien laki-laki dan 15.122 pasien perempuan, dan
menimbulkan kematian pada 166 orang, serta menempati urutan ke-6 dari
penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan dengan jumlah 34.981 pasien laki-laki
dan 53.618 pasien perempuan dengan jumlah kasus dispepsia baru 88.599 kasus
dari 2006 ke 2010, kasus dispepsia dari peringkat 10 di tahun 2006 menjadi
dibandingkan tidak stres, yaitu berjumlah 12 orang dengan persentase 92,3% dan
yang mengalami tidak stres hanya berjumlah satu orang dengan persentase 7,7%.
Sedangkan pasien tidak dispepsia lebih banyak tidak stres dibandingkan yang
mengalami stres, yaitu berjumlah 10 orang dengan persentase 76,92% dan yang
mengalami stres berjumlah tiga orang dengan persentase 23,08%. Hal tersebut
bermakna .
stres dengan sindroma dispepsia (p= 0,038), dari 112 responden mahasiswa FK
diantaranya mengalami stres, terdiri dari 22 orang (64,7%) stres ringan, 10 orang
pada mahasiswa IPB didapatkan lebih dari separuh responden berada pada tingkat
stres kategori sedang, tingkat stres berhubungan dengan nyata dengan gejala
dispepsia, yaitu semakin tinggi tingkat stres akan berhubungan dengan semakin
yang harus bisa ditangani oleh dokter umum di Fasilitas Kesehatan Tingkat
tingkat lanjutan jika terdapat alarm symptoms yaitu adanya penurunan berat
badan >10% yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, anemia, muntah hebat
yang ada di Kota Padang tahun 2015, jumlah pasien yang mengalami gastritis
13.453 untuk kasus baru dan 11.882 untuk kasus lama. Data gastritis terbanyak
adalah di Puskesmas Andalas, Kecamatan Padang Timur dengan total kasus 3091
dispepsia, peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang hubungan tingkat stres
Puskesmas Andalas ?
Puskesmas Andalas ?
Penelitian ini diharapkan dapat menambah data dan informasi ilmiah dalam
bidang ilmu penyakit dalam dan psikosomatik tentang sindroma dispepsia, dan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dispepsia
2.1.1 Definisi
Dispepsia (dis-pep’se-ǝ) berasal dari dua kata dys dan peptein (mencerna),
biasanya merujuk pada rasa tidak nyaman di daerah epigastrium sehabis makan
luas didefinisikan sebagai rasa sakit atau ketidaknyamanan yang berpusat di perut
singkat dan menyakitkan, termasuk rasa penuh perut bagian atas, cepat kenyang,
menjadi dua kelompok, yaitu dispepsia organik (seperti tukak peptik, gastritis,
batu kandung empedu, dll) dan kelompok dimana sarana penunjang diagnostik
Penjelasan lebih rinci tentang penyebab dispepsia organik dijelaskan oleh Martin
Biliary pain
Gastroparesis
Pancreatitis
Carbohydrate malabsorption
Hepatoma
Dispepsia fungsional merupakan keluhan tidak enak pada perut bagian atas
1. Adanya satu atau lebih keluhan rasa penuh setelah makan, cepat kenyang,
endoskopi saluran cerna bagian atas) yang dapat meneranglkan keluhan tersebut.
3. Keluhan ini terjadi selama 3 bulan dalam waktu 6 bulan terakhir sebelum
diagnosa ditegakkan.
1. Kelainan motilitas
dan gangguan aktivitas listrik lambung yang dicatat oleh elektroda yang
memiliki gangguan motorik atau listrik lambung namun kelainan motilitas dan
listrik lambung hanya terdapat korelasi kecil antara gejala dispepsia dengan
motorik yang terdeteksi. Dengan kata lain, kelainan motilitas dan listrik lambung
dengan orang sehat. Pasien dispesia fungsional telah mengurangi respon motorik
pada sebagian pasien dispepsia fungsional. Maka hal ini tidak dianggap sebagai
3. Faktor psikologis
lagi), amfotoni (gejala hipertoni simpatik dan parasimpatik terjadi silih berganti).
Adanya respon rerfleks yang berlebihan pada beberapa bagian alat viseral.
Perubahan fisiologi tubuh akibat stres dapat terjadi akibat adanya gangguan
pada sistem hormonal, yang terjadi melalui hipothalamic -pituitary -adrenal axis
(HPA axis). Hormon yang berperan antara lain adalah growth hormone, prolaktin,
perubahan pada sel-sel imunitas seperti pada depresi di mana jumlah neutrofil
meningkat, jumlah sel Natural Killer (NK) menurun, limfosit T, dan limfosit B
menurun, sel T helper dan sel T supressor menurun. Faktor yang dapat
- lamanya stres
2.1.3 Patofisiologi
- dismotilitas lambung
- stres psikososial
2014) :
2. Helicobacter pylori
pada dispepsia fungsional sekitar 50% dan tidak berbeda makna dengan
3. Dismotilitas gastrointestinal
berkorelasi dengan adanya keluhan mual, muntah, dan rasa penuh di ulu hati.
adanya rasa cepat kenyang dan penurunan berat badan. Konsep ini yang
dispepsia fungsional sudah timbul rasa nyeri atau tidak nyaman di perut pada
inflasi balon dengan volume yang lebih rendah dibandingkan volume yang
cepat kenyang.
6. Difungsi autonom
7. Faktor diet
fungsional biasanya ada perubahan pola makan, seperti makan hanya mampu
porsi kecil dan tidak toleran terhadap porsi besar. Adanya intoleransi
8. Psikologis
Menurut kriteria Roma II tahun 2000, keluhan atau gejala dominan dispepsia
dengan gejala :
- mudah kenyang
- mual
3. Dispepsia mixed (gabungan) terdapat gabungan antara nyeri di ulu hati dan
rasa mual, kembung, dan muntah tapi tidak ada yang dominan.
1. Ulcer like dyspepsia, nyeri perut bagian atas dengan setidaknya 2 dari gejala : -
- cepat kenyang
4. Non spesific dyspepsia, nyeri perut bagian atas atau mual yang tidak cocok
2.1.5 Diagnosis
didiagnosa jika dalam 3 bulan terakhir terdapat gejala dan onset munculnya
gejala 6 bulan, adanya salah satu atau lebih gejala seperti cepat kenyang, nyeri
merupakan langkah yang paling penting untuk eklusi penyebab organik ataupun
biokimiawi (Djojoningrat,2014)
adalah skor untuk menentukan derajat berat ringannya dispepsia. Yang dinilai
kembung, muntah sendawa dan rasa panas di bawah tulang dada (Murni,2010).
Skor dispepsia memiliki nilai dari 0 berarti tidak ada keluhan, nilai 1 berarti
keluhan ringan yang tidak menganggu aktivitas fisik sehari-hari, dan nilai 3
2.2 Stres
2.2.1 Definisi
Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap kebutuhan tubuh yang
terganggu dan memberikan dampak pada individu dari segi fisik, sosial,
terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor), yang mengancam
2003).
Stres tidak selalu memiliki konotasi negatif, ada yang bersifat positif yang
yang dialaminya :
sesuatu.
Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas,
2.2.3 Stresor
Jenis stresor meliputi fisik, psikologis, dan sosial. Stresor fisik berasal dari
luar individu seperti suara, polusi, dan latihan fisik yang terpaksa. Stresor
psikologis berasal dari dalam individu yang bersifat negatif dan menimbulkan
kecemasan, rasa khawatir, marah, benci dan rasa rendah diri. Stresor sosial yaitu
(Isnaneni, 2010).
1. Tahap pertama
Merupakan tahap yang ringan dari stres yang ditandai adanya semangat
Pada stres tahap kedua ini seseorang memiliki ciri sebagai berikut: adanya
perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah setelah
makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut
3. Tahap ketiga
Pada tahap ketiga ini apabila seseorang mengalami gangguan seperti pada
lambung dan usus misalnya ada keluhan gastritis, buang air besar tidak teratur,
ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur
seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur,
4. Tahap keempat
Tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti segala pekerjaannya yang
penyebabnya.
5. Tahap kelima
Stres tahap ini ditandai adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak
semakin meningkat.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17
6. Tahap keenam
Tahap ini merupakan tahap puncak yaitu seseorang mengalami panik dan
perasaan takut mati dengan ditemukan gejala seperti detak jantung semakin keras,
susah bernafas, terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat, kemungkinan bisa
Tingkat stres adalah hasil penelitian terhadap berat ringannya stres yang
dialami seseorang. Tingkatan stres ini bisa diukur dengan banyak skala, salah satu
Tes DASS ini terdiri dari 42 item yang mengukur general psychological
distress seperti depresi, kecemasan dan stres. Tes ini terdiri dari tiga skala yang
sub-skala yang terdiri dari 2 sampai 5 item yang diperkirakan mengukur hal yang
sama. Jawaban tes DASS ini terdiri dari 4 pilihan yang disusun untuk menilai
pada tingkat manakah mereka mengalami setiap kondisi yang disebutkan tersebut
dalam satu minggu terakhir. Selanjutnya, skor dari setiap sub-skala tersebut
(Damanik, 2006).
Damanik (2006). Uji reliabilitas dan validitas dilakukan terhadap dua kelompok
mengalami gempa bumi dan kelompok sampel Jakarta dan sekitarnya yang tidak
Dalam penelitian ini item-item untuk skala stres yang terdapat pada tes
DASS yaitu nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39. Item untuk
skala ansietas yaitu nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40,
41.Pertanyaan untuk skala depresi yaitu nomor 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31,
34, 37, 38, 42 (Crawford dan Henry, 2003). Adapun kategori penilaian tes DASS
Tabel 2.2 Indeks Tingkat Keparahan Depresi, Kecemasan dan Stres berdasarkan
tes DASS
Interpretasi Depresi Kecemasan Stres
Normal 0-9 0-7 0-14
Ringan 10-13 8-9 15-18
Sedang 14-20 10-14 19-25
Berat 21-27 15-19 26-33
Sangat Berat >28 >20 >34
(Sumber: Manual for the depression Anxiety Stres Scale)
dengan stres, mekanisme coping. Berdasarkan studi pustaka tingkat stres dibagi
1. Stres Normal
2. Stres Ringan
berlangsung dalam beberapa menit atau jam. Stresor ini dapat menimbulkan
gejala seperti bibir sering kering, kesulitan bernafas, sulit menelan, berkeringat
Stres ini terjadi lebih lama, antara beberapa jam sampai beberapa hari.
Misalnya perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan teman. Stresor ini
4. Stres Berat
Stres berat merupakan situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa
atau penyakit fisik jangka panjang. Stresor ini dapat menimbulkan gejala seperti
merasa tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan, merasa tidak ada lagi
harapan dimasa depan, merasa tidak berharga sebagai manusia, kehilangan minat
terhadap segala hal. Semakin meningkat stres yang dialami, maka akan semakin
Stres sangat berat merupakan situasi kronis yan dapat terjadi dalam beberapa
bulan dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Stresor ini dapat
menimbulkan gejala seperti pasrah dan tidak memiliki motivasi untuk hidup.
Faktor psikis dan emosi dapat mempengaruhi saluran cerna dan mengakibatkan
Stres mengaktifkan HPA axis, aktivasi dari HPA axis dari dua jalur yaitu jalur
juga memicu aktifitas H.Pylori dan aktivasi makrofag, dimana berujung pada
peningkatan koloni H.Pylori dan aktivasi makrofag memicu aktivasi IL-8 serta
sitokin IL-6 yang akan meningkatkan inflamasi dan menambah rusaknya mukosa
lambung. Jalur neuronal dari HPA axis juga memicu aktifitas saraf otonom,
1. Jalurn neurogen
lambung.
2. Jalur neurohormonal
saluran tersebut sehingga menghambat kontraksi dan sekresi sistem tersebut, lalu
yang tidak normal sangat erat kaitannya dengan gejala yang dirasakan oleh
penderita dispepsia, yaitu distensi, perut cepat terasa penuh saat makan dan rasa
darah juga berkurang .Hal inilah menimbulkan nyeri pada perut bagian atas
Stres
HPA axis
Neuroendokrin Neurohumoral
Perlambatan pengosongan
lambung (dismotilitas
lambung)
Peningkatan sekresi asam
lambung
Sindroma Dispepsia
Dispepsia ringan
Dispepsia sedang
Dispepsia berat
Keterangan
METODE PENELITIAN
(cross sectional) yaitu pemilihan subjek dilakukan secara random dari populasi
yang ada, lalu diperiksa apakah menderita dispepsia atau tidak dan diperiksa
Puskesmas Andalas pada bulan April - Agustus 2016. Penelitian ini merupakan
Z 2 PQ
n
d2
n = besar sampel
(10%)
0,9604
n
0,01
n 96,04
drop out maka perlu dilakukan koreksi terhadap besar sampel, maka perlu
dilakukan koreksi terhadap besar sampel agar besar sampel tetap terpenuhi
n
n'
1 f
96
n'
1 0,1
n' 106,67
Jadi, dalam penelitian ini diperlukan sebanyak 107 orang penderita dengan
non probability yaitu semua subjek yang datang memenuhi kriteria inklusi
2. Penderita yang memiliki gangguan jiwa berat dan perilaku yang tidak
terkontrol.
3. Penderita yang menggunakan steroid dan Obat Anti inflamasi Non Streoid
(OAINS).
4. Hamil
1. Sindroma Dispepsia
Definisi : keluhan/kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak
2. Stres
Definisi : respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan
1. Normal = 0-14
Skala : Ordinal
informed conscent.
Setelah data terkumpul maka hasil penelitian ini akan diolah melalui
tahapan :
memudahkan penilaian.
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
Data dikumpulkan
Analisis statistik
Hasil penelitian
HASIL PENELITIAN
inklusi dan tidak memiliki kriteria ekslusi dijadikan responden untuk penelitian
ini. Sebanyak 107 responden yang didapat, dikumpulkan data hasil penelitian dan
Puskesmas Andalas Padang dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah ini :
(53,3%).
stres normal. Sedangkan yang tergolong tingkat stres ringan sebanyak 20 orang
(18,7%), tingkat stres sedang 19 orang (17,8%), tingkat stres berat 26 orang
Tabel 5.3 Hubungan tingkat stres dengan derajat dispepsia di Puskesmas Andalas
Derajat Dispepsia
Tingkat p
Ringan Sedang Berat Total
Stres value
f % f % f % f %
Normal 10 38,5 14 24,6 4 16,7 28 26,2
Ringan 6 23,1 9 15,8 5 20,8 20 18,7
Sedang 4 15,4 12 21,1 3 12,5 19 17,8 0,001
Berat 4 15,4 16 28,1 6 25,0 26 24,3
Sangat
2 7,7 6 10,5 6 25,0 14 13,1
Berat
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 33
Total 26 100,0 57 100,0 24 100,0 107 100,0
Berdasarkan tabel 5.3 penderita sindroma dispepsia derajat ringan
berjumlah 26 orang (22,4%), dimana pada penderita ini tingkat stres terbanyak
didapatkan tingkat stres terbanyak yaitu stres berat (28,1%), sedangkan pada
PEMBAHASAN
Derajat Dispepsia
sedang, yaitu 53,3%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di RSUP M
terbanyak adalah penderita sindroma dispepsia derajat sedang yaitu 45,7% (Sari,
2015). Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian Murni (2011) di RSUP M
dan mengakibatkan suatu dampak yang bermakna terhadap kualitas hidup dan
sehari-hari dan pemberian terapi yang masih belum memuaskan (Pardiansyah dan
Yusran, 2011).
Tingkat Stres
Data dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres pada penderita
sindroma dispepsia bervariasi yaitu tingkat stres normal (26,2 %), tingkat stres
berat (24,3%), tingkat stres ringan (18,7%), tingkat stres sedang (17,8%), dan
tingkat stres sangat berat (13,1%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
ringan dan sedang masing-masing 40%, disusul tingkat stres berat dan normal
masing-masing 20%, terakhir tingkat stres sangat berat 0% (Chaidir dan Maulina,
umur <23 tahun dan pekerjaan mahasiswa, sedangkan penelitian ini memiliki
45-54 tahun.
responden. Penelitian lain yang dilakukan di RSUP M Djamil pada tahun 2015
menunjukkan bahwa penderita sindroma dispepsia usia <45 tahun lebih banyak
mengalami stres (85,7%) dari pada yang tidak stres (14.3%) (Silvia, 2015).
nilai p = 0,001, ini berarti terdapat hubungan yang signifikan (p< 0,05). Hasil
Andalas. Adanya hubungan tingkat stres dengan derajat sindroma dispepsia ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Giorgi et al (2012) , tingkat stres
Hal ini sejalan dengan penelitian Murni (2011) bahwa terdapat perbandingan nilai
0,307 yang menunjukkan eratnya hubungan tingkat stres dengan derajat sindroma
dispepsia pada penderita sindroma dispepsia. Hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitian Khotimah dan Ariani (2012) bahwa tingkat stres merupakan pengaruh
dibandingkan tingkat stres ringan. Ini juga serupa dengan penelitian Susanti
(2011) bahwa tingkat stres berhubungan nyata dengan gejala dispepsia, yaitu
semakin tinggi tingkat stres maka akan berhubungan dengan sering munculnya
gejala dispepsia.
Tingkat stres mempunyai pengaruh dan hubungan yang erat terhadap derajat
sindroma dispepsia, semakin tinggi tingkat stres maka semakin tinggi risiko
untuk mengalami dispepsia, dan semakin tinggi tingkat stres maka semakin tinggi
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian ini hanya melihat dari
tingkat stres dan derajat sindroma dispepsia, penelitian ini tidak melihat berbagai
penyebab dari sindroma dispepsia selain stres. Penelitian ini tidak mengkaji
dan juga diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi untuk
sindroma dispepsia.
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka pada penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa :
dimana tingkat stres terbanyak adalah tingkat stres normal dan tingkat
stres berat.
7.2 Saran
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (2014). Info bpjs kesehatan. Edisi
XI. Jakarta:BPJS Kesehatan.
http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/1c406147f4e869a66664f9d
021e17fb4.pdf - Diakses pada tanggal 26 Maret 2016, pukul 22.30 WIB.
Crawford JR, Henry JD (2003). The depression anxiety stres scales (DASS):
Normative data and latent structure in a large non-clinical sample. British
Journal of Clinical Psychology, 42: 111-131.
Dinas Kesehatan Kota Padang (2015). Laporan data kesakitan dinas kesehatan
kota padang tahun 2015.
Hausken T. et al (1993). Low vagal tone and antral dysmotylity in patiens with
functional dyspepsia. Psychosomatic Medicine. 55: 12-22.
Hawari D (2008). Manajemen stres, cemas dan depresi. Edisi ke-2. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI, pp: 23-33.
Lovibond PF, Lovibond SH (1995). Manual for the depression anxiety stres
scales. 2nd Ed. Sydney: Psychology Foundation.
http://drrepole.com/clients/16465/documents/Depression-Anxiety-and-Str
es-Questionnaire.pdf-Diakses pada tanggal 20 Maret 2016, pukul 18:51
WIB.
Pariante CM (2007). Depression, stress and the adrenal axis. British Sociaty for
Neuroendrokinology.
Rasmun (2004). Stres, koping, dan adaptasi. Jakarta : Sagung Seto, pp: 9-26
Jadwal Kegiatan
Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pengesahan Judul
2 Pembuatan Proposal
3 Ujian Proposal
4 Revisi Proposal & Penelitian
5 Ujian Skripsi
6 Revisi Skripsi & Memperbanyak
Skripsi
Biaya Penelitian
Judul Penelitian
Sebelum anda nenyatakan setuju ikut serta dalam penelitian ini, mohon untuk
membaca dan memahami semua informasi berikut. Bila ada sesuatu yang tidak
jelas atau tidak dipahami dapat meminta penjelasan lebih lanjut pada peneliti.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penlitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual,
muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh, sendawa. Stres merupakan
salah satu hal yang menimbulkan sindroma dispepsia. Tingkat stres dikategorikan
menjadi normal, ringan, sedang, berat dan sangat berat. Sedangkan derajat
dari hasil penelitian nanti dapat kemungkinan ada hubungan tingkat stres dengan
derajat dispepsia.
Cara Penelitian
pertanyaan.
Manfaat yang bisa anda dapatkan dari penelitian ini adalah anda dapat
mengetahui tingkat stres yang anda alami, anda dapat mengetahui derajat
Secara umum, penelitian ini tidak ada risiko dalam mengikuti penelitian ini.
penelitian ini akan sangat ditentukan oleh partisipasi Anda dalam menjawab
Kondisi Keikutsertaan
terima dari dokter. Anda bebas untuk menanyakan pertanyaan sebelum dan
Kerahasiaan
Identitas Anda dalam penelitian ini bersifat rahasia. Anda setuju bahwa data-data
tersebut dapat dipakai oleh mereka yang terkait dengan penelitian ini dengan
sepengetahuan peneliti.
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No HP / telepon :
Saya telah diberi penjelasan lengkap oleh Putri Syeli yang melakukan penelitian
Saya setuju bahwa data-data tersebut dapat diperiksa oleh mereka yang terkait
No 0 1 2 3
3 Rasa kembung
4 Mual
5 Muntah
6 Sendawa
Nilai:
Hasil:
Dispepsia Berat 13 - 18
TES DASS 42
Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.
Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.
1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau
lumayan sering.
3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.
Selanjutnya, Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan cara
memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu/Saudara selama satu minggu belakangan ini. Tidak
ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan
diri Bapak/Ibu/Saudara yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama
yang terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu/ Saudara.
No PERNYATAAN 0 1 2 3
Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal
1
sepele.
2 Saya merasa bibir saya sering kering.
3 Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif.
Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali
4 terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak
melakukan aktivitas fisik sebelumnya).
Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu
5
kegiatan.
6 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.
7 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ’copot’).
8 Saya merasa sulit untuk bersantai.
Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang
9 membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa
sangat lega jika semua ini berakhir.
Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa
10
depan.
11 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.
Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan
lumayan
sering.
silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman Anda
selama satu minggu belakangan ini. Tidak ada jawaban yang benar ataupun
salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Anda yang sesungguhnya,
No PERNYATAAN 0 1 2 3
Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal
1
sepele.
2 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.
3 Saya merasa sulit untuk bersantai.
4 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.
5 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 54
cemas.
Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami
6
penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu).
7 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.
8 Saya merasa sulit untuk beristirahat.
9 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.
Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya
10
kesal.
Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal
11
yang sedang saya lakukan.
12 Saya sedang merasa gelisah.
Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya
13
untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.
14 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.
K1 21 (sedang) 5 (ringan)
Q2 14 (normal) 11 (sedang)
L1 26 (berat) 7 (sedang)
36 (sangat
R2 berat)
15 (berat)
M1 15 (ringan) 12 (sedang)
36 (sangat S2 24 (sedang) 9 (sedang)
N1 berat)
7 (sedang)
35(sangat
O1 19 (sedang) 7 (sedang) T2 berat))
14(berat)
Q1 18 (ringan) 8 (sedang)
V2 33 (berat) 18 (berat)
R1 30 (berat) 16 (berat)
36 (sangat W2 24 (sedang) 10 (sedang)
S1 berat)
12 (sedang)
38 (sangat
T1 18 (ringan) 10 (berat) X2 berat)
12 (sedang)
V1 17 (ringan) 6 (ringan)
Z2 15 (ringan) 12 (sedang)
W1 27 (berat) 8 (sedang) 39 (sangat
A3 berat)
6 (ringan)
X1 16 (ringanl) 18 (berat)
B3 25 (sedang) 18 (berat)
Y1 19 (sedang) 7 (sedang)
B2 22 (sedang) 10 (sedang)
E3 11 (normal) 6 (ringan)
C2 28 (berat) 11 (sedang)
F3 24 (sedang) 10 (sedang)
D2 18 (ringan) 4 (ringan)
I3 12 (normal) 14 (berat)
41 (sangat
M3 berat)
10 (sedang) J4 2 (normal) 2 (ringan)
35 (sangat
U3 berat)
10 (sedang) R4 24 (sedang) 12 (sedang)
38 (sangat
W3 18 (ringan) 12 (sedang) T4 berat)
18 (berat)
34 (sangat
X3 12 (normal) 10 (sedang) U4 berat)
6 (ringan)
34 (sangat
A4 berat)
18 (berat) X4 20(sedang) 17(berat)
35(sangat
C4 18 (ringan) 16 (berat) Z4 berat))
12 (ringan)
36 (sangat
D4 berat)
16 (berat) A5 25 (sedang) 13 (berat)
Frequencies
Statistics
stres2 dispepsia2
Missing 0 0
Frequency Table
stres2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
dispepsia2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
dispepsia2
normal Count 4 10 14 28
ringan Count 5 6 9 20
sedang Count 3 4 12 19
Correlations
stres dispepsia
N 107 107
N 107 107