Kodein fosfat
Dosis : -
Mekanisme kerja : kodein bekerja pada reseptor dalam lamina I dan lamina II dari substansia
gelatinosa medulla spinalis dan menurunkan pelepasan substansia P, yang memodulisasi persepsi
nyeri dalam medulla spinalis. Kodein juga menghambat pelepasan banyak transmitter eksitori
dari ujung saraf terminal yang membawa rangsangan nociceptif.
Interaksi obat : kerja depresan kodein di tingkatkan oleh fenotiazin, penghambat monoamine
oksidase dan anti depresan trisiklik.dosis rendah amfetamin meningkatkan efek analgesia secara
aneh. Hidroksizin juga meningkatkan analgesia.
Kontra indikasi :
Hipersensitif
Asma
Peningkatan penekanan intracranial
Pembedahan saluran empedu
Wanita hamil dan menyusui
Gangguan fungsi hati
Efek samping :
2. Fentanil
Farmako dinamik : Turunan fenilpiperidin ini merupakan agonis opioid poten. Sebagai suatu
analgesik, fentanil 75-125 kali lebih potendibandingkan dengan morfin. Awitan yang cepat dan
lama aksi yang singkat mencerminkan kelarutan lipid yang lebih besar dari fentanil dibandingkan
dengan morfin. Fentanil (dan opioid lain) meningkatkan aksi anestetik lokal pada blok saraf tepi.
Keadaan itu sebagian disebabkan oleh sifat anestetsi lokal yamg lemah (dosis yang tinggi
menekan hantara saraf) dan efeknya terhadap reseptor opioid pada terminal saraf tepi. Fentanil
dikombinasikan dengan droperidol untuk menimbulkan neureptanalgesia.
Farmako kinetik : Setelah suntikan intravena ambilan dan distribusinya secara kualitatif hampir
sama dengan dengan morfin, tetapi fraksi terbesar dirusak paru ketika pertama kali melewatinya.
Fentanil dimetabolisir oleh hati dengan N-dealkilase dan hidrosilasidan, sedangkan sisa
metabolismenya dikeluarkan lewat urin.
Dosis :
Parentral :
Mekanisme kerja: Berikatan dengan reseptor di sistem saraf pusat, mempengaruhi persepsi dan
respon thd nyeri.
Interaksi obat :
Indikasi : Nyeri sebelum operasi,selama & paska operasi, penanganan nyeri pada kanker,
sebagai suplemen anestesi sebelum operasi untuk mencegah atau menghilangkan takipnea dan
delirium paska operasi emergensi.
Efek samping :
Depresi pernapasan.
Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo, depresi, rasa
mengantuk, koma, eforia, disforia, lemah, agitasi, ketegangan, kejang.
Pencernaan : mual, muntah, konstipasi
Kardiovaskular : aritmia, hipotensi postural
Reproduksi, ekskresi & endokrin : retensi urin, oliguria
Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, palpitasi, takikardia, tremor otot,
pergerakan yang tidak terkoordinasi, delirium atau disorientasi, halusinasi
Lain-lain : Berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, ruam kulit
3. Morfin sulfate
Farmako dinamik : Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung
otot polos. Efek morfin pada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan
stimulasi. Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar.
Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiper aktif reflek spinal,
konvulsi dan sekresi hormone anti diuretika (ADH).
Farmakokinetik : Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang
luka. Morfin juga dapat mmenembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus, tetapi efek analgesik
setelah pemberian oral jauh lebih rendah daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberian
parenteral dengan dosis yang sama. Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengaharui janin.
Ekresi morfin terutama melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam tinja dan
keringat.
Dosis : Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria. Morfin oral dalam bentuk larutan
diberikan teratur dalam tiap 4 jam. Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengguranggi nyeri
sedang adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat
diulang sesuai yamg diperlukan.
Mekanisme kerja : -
Interaksi obat : Kekuatan 100 X morphin, efek depresi napas lebih lama dari efek analgesiknya,
dapat menyebabkan kekakuan otot punggung, lebih sering dipakai sebagai analgetik durante op.
Indikasi : untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan
analgesik non-opioid. Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai ; (1) Infark miokard ;
(2) Neoplasma ; (3) Kolik renal atau kolik empedu ; (4) Oklusi akut pembuluh darah perifer,
pulmonal atau koroner ; (5) Perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak spontan ; (6) Nyeri
akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah.
Kontraindikasi : -
Efek samping : meliputi depresi pernafasan, nausea, vomitus, dizzines, mental berkabut,
disforia, pruritus, konstipasi kenaikkan tekanan pada traktus bilier, retensi urin, dan hipotensi.
4. sufentanil
Farmako dinamik : -
Farmako kinetik : Waktu paruh pembuangan pada sufentanil adalah berada diantara fentanyl
dan alfentanil . Suatu dosis tunggal IV sufentanil memiliki suatu waktu paruh pembuangan pada
pasien dengan atau tanpa sirosis hati . Suatu waktu paruh pembuangan yang memanjang telah
diamati pada pasien usia tua yang mendapatkan sufentanil pada pembedahan aorta abdominal
dan waktu paruh pembuangan pada sufentanil meningkat pada pasien obese, yang kemungkinan
paling banyak menunjukkan kelarutan lemak yang tinggi pada opioid ini.
Suatu afinitas jaringan yang tinggi menetap dengan keadaan lipofilik pada sufentanil, yang
memungkinkan penetrasi yang cepat pada sawar darah otak dan onset pada efek SSP (waktu efek
keseimbangan yang sama pada 6,2 menit sama halnya dengan 6,8 menit untuk fentanyl). Suatu
redistribusi cepat untuk tempat jaringan yang tidak aktif yang mengakhiri efek pada dosis kecil,
tetapi suatu kumpulan efek obat dapat menyertai dosis besar sufentanil dan berulang. Sufentanil
menjalani uptake pertama yang melintasi paru (sekitar 60 %) setelah injeksi IV secara cepat.
Uptake pertama yang melintasi paru sama pada fentanyl dan lebih besar dibandingkan pada
morfin (sekitar 7 %) dan alfentanil (sekitar 10 %).
Ikatan protein yang luas dengan sufentanil (92,5 %) dibandingkan dengan pada fentanyl (79 %
sampai 87 %) yang berperan pada suatu Vd yang lebih kecil, yang ditandai pada sufentanil.
Ikatan pada alfa1-asam glikoprotein yang menyususn suatu proporsi utama pada protein plasma
total yang berikatan dengan sufentanil. Tingkat pada alfa1-asam glikoprotein bervariasi sekitar
tiga kali lipat pada sukarelawan yang sehat dan meningkat setelah pembedahan, yang akan
mengakibatkan penurunan pada konsentrasi dalam plasma secara farmakologi aktif yang tidak
berikatan dengan sufentanil. Konsentrasi alfa1-asam glikoprotein yang lebih rendah pada
neonatus dan bayi mungkin diperhitungkan mengalami penurunan pada ikatan protein terhadap
sufentanil pada kelompok umur ini yang dibandingkan pada anak-anak yang lebih tua dan orang
dewasa. Sebagai akibatnya terjadi peningkatan fraksi bebas dari sufentanil pada neonatus yang
mungkin berperan untuk menambah efek opioid ini. Sebenarnya, fentanyl dan derivatnya
menibulkan anesthesia dan depresi pernapasan pada dosis yeng lebih rendah pada neonatus
dibandingkan pada orang dewasa .
Mekanisme kerja : -
Interaksi obat : Efek pulih lebih cepat dari fentanyl, kekuatan 5 10 kali fentanyl.
Indikasi : sebagai tambahan analgesic terhadap NO2/O2 dan sebagai zat anestesi tunggal untuk
pasien yang mendapat ventilasi buatan atau pemberian secara epidural pada anestesi spinal.
Kontra indikasi: penggunaan bersama MAOI atau dalam 2 minggu setelah penghentian terapi
MAOI
efek samping :
depresi napas
kekakuan otot skelet
mual
muntah
penurunan TD dan denyut jantung sementara
Analgesik non narkotik
1. paracetamol
Gamesic Alfidon Alphagesic Alphamol Analpin Betamol
Bimagen Biogesic Bobotan Bodrex Brocon Cafmosol
Contratemp Copara Cupanol Cymacold Darcemol Dapyrin
Decadol Tramadol Andalpha Dolo- Dumin afiflu
slixir neurobion
Farmakodinamik
Farmakodinamik:
Indikasi : Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal. Sebagai
analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid
dan sakit pada otot. Serta menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Interaksi obat : -
Dosis :
Farmakodinamik : -
Farmako kinetik : -
Mekanisme kerja : Diklofenak adalah golongan obat non steroid dengan aktivitas anti
inflamasi, analgesik dan antipiretik. Aktivitas diklofenak dengan jalan menghambat enzim siklo-
oksigenase sehingga pembentukan prostaglandin terhambat.
Interaksi obat :
Kontra indikasi :
Efek samping :
nyeri/keram perut, sakit kepala, retensi cairan, diare, nausea, konstipasi, flatulen,
kelainan pada hasil uji hati, indigesti, tukak lambung, pusing, ruam, pruritus dan
tinitus.
Peninggian enzim-enzim aminotransferase (SGOT, SGPT) hepatitis.
Dalam kasus terbatas gangguan hematologi (trombositopenia, leukopenia, anemia,
agranulositosis).
3. Kalium diklofenak
Nama dagang
Cataflam Cataflamfast Catanac Diflam Eflagen
Exaflam Flamic Flamigra flamsy
Dosis :
Dewasa :
umumnya takaran permulaan untuk dewasa 100-150 mg sehari.
Pada kasus-kasus yang sedang, juga untuk anak-anak di atas usia 14 tahun
75-100 mg sehari pada umumnya mencukupi.
Dosis harian harus diberikan dengan dosis terbagi 2-3 kali
Anak-anak :
Farmakodinamik : Kalium diklofenak adalah suatu zat anti inflamasi non steroid dan
mengandung garam kalium dari diklofenak. Pada kalium diklofenak, ion sodium dari sodium
diklofenak diganti dengan ion kalium. Zat aktifnya adalah sama dengan sodium diklofenak. Obat
ini mempunyai efek analgesik dan antiinflamasi. Tablet kalium diklofenak memiliki mula kerja
yang cepat. Penghambatan biosintesa prostaglandin, yang telah dibuktikan pada beberapa
percobaan, mempunyai hubungan penting dengan mekanisme kerja kalium diklofenak.
Prostaglandin mempunyai peranan penting sebagai penyebab dari inflamasi, nyeri dan demam.
Pada percobaan-percobaan klinis Kalium Diklofenak juga menunjukkan efek analgesik yang
nyata pada nyeri sedang dan berat. Dengan adanya inflamasi yang disebabkan oleh trauma atau
setelah operasi, kalium diklofenak mengurangi nyeri spontan dan nyeri pada waktu bergerak
serta bengkak dan luka dengan edema. Kalium diklofenak secara in vitro tidak menekan
biosintesa proteoglikan di dalam tulang rawan pada konsentrasi setara dengan konsentrasi yang
dicapai pada manusia.
Farmakokinetik : -
Mekanisme kerja : -
Interaksi obat : Bila diberikan bersama dengan sediaan yang mengandung litium atau digoksin,
diklofenak dapat meningkatkan konsentrasi obat-obat tersebut dalam plasma tetapi belum pernah
dilaporkan terjadi tanda-tanda klinis overdosis. Berbagai obat anti-inflamasi nonsteroid dapat
menghambat aktivitas diuretik. Pemberian bersama diuretik hemat kalium kemungkinan
berhubungan dengan peningkatan kadar kalium serum, sehingga perlu dimonitor.
Pemberian bersama dengan senyawa anti-inflamasi nonsteroid sistemik dapat meningkatkan
terjadinya efek samping.
Walaupun penelitian klinis tidak menunjukkan diklofenak mempunyai pengaruh terhadap efek
anti-koagulan, terdapat laporan khusus mengenai peningkatan resiko perdarahan dengan terapi
kombinasi penggunaan diklofenak dan anti-koagulan. Karena itu pada penderita yang demikian,
disarankan dilakukan monitoring ketat. Seperti anti-inflamasi nonsteroid lainnya, diklofenak
dosis tinggi (200 mg) dapat menghambat agregasi trombosit untuk sementara. Penelitian klinis
menunjukkan bahwa diklofenak dapat diberikan bersama dengan obat anti-diabetik oral tanpa
mempengaruhi efek klinisnya. Namun terdapat laporan bahwa efek hipoglikemik dan
hiperglikemik diklofenak mengharuskan penyesuaian dosis obat-obat hipoglikemik.
Perlu diperhatikan bila obat anti-inflamasi nonsteroid diberikan kurang dari 24 jam sebelum atau
sesudah pengobatan dengan metotreksat, karena kadar dan toksisitas metotreksat dapat
meningkat.
Peningkatan nefrotoksisitas siklosporin terhadap prostaglandin ginjal mungkin terjadi melalui
efek obat anti-inflamasi nonsteroid.
Indikasi :
Sebagai pengobatan jangka pendek untuk kondisi - kondisi akut sebagai berikut :
Kontra indikasi :
Tukak lambung
Hipersensitif terhadap zat aktif
Seperti halnya dengan anti inflamasi non steroid lainnya, kalium diklofenak
dikontraindikasikan pada pasien dimana serangan asma, urtikaria atau rhinitis
akut ditimbulkan oleh asam asetilsalisilat atau obat-obat lain yang mempunyai
aktivitas menghambat prostaglandin sintetase
4. Metampiron
Nama dagang
Adineuron Alvita Anacof Analsik Antalgin Arsenal benodon
Betalgin Biomega Biropyron Cetalgin Cetalgin-T Corstanal cymamidon
Dactron Decamidon Danalgin Deparon dolocitaneuron Dolo- Dolo
licobion meganeuron
Farmakodinamik : -
Farmakokinetik : -
Interaksi obat : -
Indikasi : meringankan rasa sakit,seperti sakit kepala, sakit gigi, neuralgia, kolik ginjam dan
empedu, sakit akibat cidera, setelah operasi.
5. Fenilbutazon
Nama dagang
Dosis : -
6. Asam mefenamat
Allogan Alpain Analspec Anastan forte
Argesid Arsimat Benostan Cetalmic
Citostan Datan Dogesic Dolodon
Dosis ;
Dewasa dan anak di atas 14 tahun : Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian
dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.
Farmakodinamik : -
Farmakokinetik : -
Interaksi obat : Obat-obat anti koagulan oral seperti warfarin; asetosal (aspirin) dan insulin.
Indikasi : Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan
dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi,
nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.
Efek samping : Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus,
mual, muntah dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo,
dispepsia.
Pada penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari dapat mengakibatkan
agranulositosis dan anemia hemolitik.
7. Ibuprofen
Nama dagang
Dosis : -
Farmakodinamik : -
Farmakokinetik : -
Interaksi obat : -
Indikasi : Nyeri dan peradangan pada penyakit reumatik dan gangguan musculoskeletal lainnya
termasuk arthritis juvenilis; nyeri ringan sampai sedang termasuk dismenorrhea, sakit kepala;
nyeri pada anak; serangan migren akut.
8. Asetosal
Nama dagang
Dosis : -
Efek pada darah : Menghambat fase kedua agregasi platelet & mencegah pelepasan adenosin
diphosphate (ADP) dari platelet & faktor 4 platelet.
Interaksi obat dengan obat lain Meningkatkan konsentrasi serum alopurinol sehingga dapat
meningkatkan toksisitas allopurinol. Chlorpropamide : Meningkatkan reaksi hepatorenal,
monitor hipoglikemi. Obat lain : Cotrimoxazole : Trombositopenia Cyclosporin : Meningkatkan
konsentrasi cyclosporin dalam darah (penyesuaian dosis) .
Indikasi :
Nama dagang
Dosis :
Farmakodinamik:
Aktivitas anlipiretik. analgesiK, ban antimflamasi.
Meloksikam sebagai obat antiinftamasi non steroid (AINS) dapat menghambat sintesa s-oicws-
Genase > prostaglandin yang dikenal
sebagai mediator peradangan. Meloksikam menghambat innamasi lebih selektif paoa
saoooksigenase (COX-2) danpada (COX-1}.
Farmakokinetik:
Meloksikam memiliki dosis praporsional antara 7,5 mg sampai 15 mg. Cnuw ra:a-rata dicapai
antara 4-5 jam setelah pemberian dosis oral table! 7 5 mo diminum Dada keadaan puasa. hal ini
menunjukkan absorpsi obat yang lama. Kecepatan absorpsi tidak dipengaruhi oleh pemberian
yang lebih sering.hal ini memberikan farmakokinetik yang linier. dengan pemberian yang lebih
sering, kondisi stabildi capai dalam 5 hari. konsentrasi maksimum meloksikam yang kedua
terjadi antara 12 sampasi 14 jam setelah dodis sebelumnya mengalamiresurkolasi lewat saluran
pencernaan.
Interaksi obat :
- anti hipertensi ;penurunan anti efek hipertensi ditimbulkan melalui penghambatan
vasiolidasioleh prostagladin.
- AINS yang lain ; kombinasi dengan lebih dari satu AINS yang lain dapat meningkatkan
resiko ulkus dan pendarahan lambung akibat efek sinergis yang ditimbulkan.
- Kolesteramin ;meningkatkan pengeluaran meloksikam sebanyak 50 %.
- Lithium ;dapat meningkatkan lothium plasma.
- Metotreksat ; meningkatkan efek toksisitas hematologi dari metotreksat.
- Antikaugulan (heparin,tiklodopin,warfarin,trombolitik) ; dapat meningkatan resiko pendarahan.
- Siklosporin ;efek toksisitas gainjal dari siklosporin akan ditingkatkan oleh obat-obatan AINS
melalui efekprostaglandin di ginjal.
Efek samping :
Nama dagang
Dosis :
DEWASA:
Tablet : 1 tablet jika sakit timbul, berikutnya 1 tablet tiap 6-8 jam,maksimum 4 tablet
sehari.
Injeksi : 500 mg jika sakit timbul, berikutnya 500 mg tiap 6-8 jam, maksimum 3 kali
sehari, diberikan secara injeksi I.M. atau I.V.
Cara Kerja :
Metamizole Na adalah derivat metansulfonat dari aminopirin yang mempunyai khasiat
analgesik. Mekanisme kerjanya adalah menghambat transmisi rasa sakit ke susunan saraf pusat
dan perifer. Metamizole Na bekerja sebagai analgesik, diabsorpsi dari saluran pencernaan
mempunyai waktu paruh 1-4 jam.
Interaksi Obat : Bila Metamizole Na diberikan bersamaan dengan Chlorpromazine dapat
mengakibatkan hipotermia.
Indikasi :
Untuk meringankan rasa sakit,terutama nyeri kolik operasi.
Kontra indikasi : Penderita hipersensitif terhadap Metamizole Na. - Wanita hamil dan menyusui.
- Penderita dengan tekanan darah sistolik < 100 mmHg. - Bayi di bawah 3 buian atau dengan
berat badan kurang dari 5 kg.
Efek Samping :
Nama dagang
Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga mengeblok
sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri.
Di samping itu tramadol menghambat pelepasan neurotransmitter dari saraf aferen yang sensitif
terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.
Indikasi:
Efektif untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca pembedahan.
Dosis :
400 mg sehari. Dosis sangat tergantung pada intensitas rasa nyeri yang diderita.
Kontraindikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap Tramadol atau Opiat dan penderita yang mendapatkan
pengobatan dengan penghambat MAO, intoksikasi akut dengan alkohol, hipnotika, analgetik
atau obat-obat yang mempengaruhi SSP lainnya.
Interaksi obat:
Efek analgesik dan sedasi tramadol ditingkatkan pada penggunaan bersama dengan obat-obat
yang bekerja pada SSP seperti tranquiliser, hipnotik.
Efek samping:
Efek samping yang umum terjadi seperti pusing, sedasi, lelah, sakit kepala, pruritus, berkeringat,
kulit kemerahan, mulut kering, mual, muntah. Dispepsia dan obstipasi.
12. Karisoprodol
Golongan : analgesik non narkotik
Indikasi :
Nyeri, rasa kaku & kejang pada muskuloskeletal (otot rangka) & sendi pada kondisi
seperti artritis reumatoid, kerusakan tulang belakang, terkilir, patah tulang, dislokasi, nyeri
setelah operasi.
Kontra indikasi :
3. Kelainan darah.
4. Kelainan saluran pencernaan aktif.
5. Ulkus peptikum.
Interaksi obat
antikoagulan, hipoglikemik oral, Fenitoin, beberapa Sulfonamida, Klorfeniramin,
Prometazin, Prednison, Levodopa, alkohol, depresan susunan saraf pusat.
Efek samping :
Gagal ginjal.
Gondok/gondong.
Kelainan darah.
Dosis :
Nyeri akut : 3-4 kali sehari 1 kaplet.
Nyeri kronis : seperti untuk nyeri akut, diberikan selama 1-3 hari.
13. Indometasin
o Farmakologi :
Amiodipine adalah inhibitor influks kalsium (slow channel blocker atau antagonis ion
kalsium), yaitu menghambat influks ion-ion kalsium transmembran ke dalam jantung dan
otot polos Mekanisme kerja antihipertensi amiodipine dikarenakan adanya efek relaksasi
secara langsung pada otot polos vaskular, sedangkan mekanisme yang tepat untuk
menghilangkan angina belum sepenuhnya diketahui Dua cara kerja amlodipine untuk
memperkecil iskemia total adalah sebagai berikut:
* Amiodipine menimbulkan dilatasi arteri koroner utama dan arteriola koroner, baik pada
keadaan normal maupun iskemia. Dilatasi ini meningkatkan penyampaian oksigen
miokardial pada penderita dengan spasme arteri koroner (Prinzmetal's atau angina
varian)
o Farmakokinetika :
Setelah pemberian dosis terapeutik secara oral, amiodipine diabsorpsi dengan baik dan
kadar puncak dalam plasma tercapai setelah 6 - 12 jam Volume distribusi amiodipine
kira-kira 21 liter/kg Waktu paruh eliminasi plasma terminal adalah sekitar 35 - 50 jam
dan konsisten pada pemberian dosis sekali sehari Kadar mantap dalam plasma tercapai 7
- 8 hari setelah pemberian secara terus menerus sehari sekali Sebanyak 97,5% amiodipine
dalam sirkulasi terikat dengan protein plasma
Amlodipine sebagian besar dimetabolisme di hati menjadi metabolit inaktif, di ekskresi di
urin 10% dalam bentuk tidak berubah dan 60% sebagai metabolit Pada penderita
hipertensi, pemberian dosis sehari sekali memberikan penurunan tekanan darah yang
signifikan secara klinis baik pada posisi terlentang maupun berdiri setelah interval waktu
24 jam. Karena mula kerja yang lambat maka tidak terjadi hipotensi akut setelah
pemberian amlodipine pada penderita angina .Pemberian dosis sekali sehari
meningkatkan waktu exercise dan menurunkan frekuensi serangan angina dan konsumsi
tablet nitrogliserin. Amiodipine tidak mempengaruhi efek metabolisme atau perubahan-
perubahan lipid (lemak) dalam plasma.
Indikasi :
Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan hipertensi dan digunakan dalam bentuk tunggal
untuk mengontrol tekanan darah pada sebagian besar penderita Penderita-penderita yang tidak
cukup terkontrol bila hanya menggunakan obat antihipertensi tunggal, dapat lebih
menguntungkan bila pemberian amlodipine dikombinasi dengan diuretik tiazid, inhibitor
adrenoreceptor, atau inhibitor anglotensin-converting enzym.
Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan iskemia miokardial yang disebabkan obstruksi fixed
(angina stabil) dan atau vasospasme/vasokonstriksi (Prinzmetal's atau angina varian) dari
pembuluh darah koroner Amlodipine dapat digunakan sebagai gambaran klinik yang
menunjukkan suatu kemungkinan komponen vasospastik / vasokonstriktif tetapi belum nampak
adanya vasospasme / vasokonstriksi. Amlodipine dapat digunakan dalam bentuk tunggal
(monoterapi) atau dikombinasi dengan obat-obat antiangina lain, terutama pada penderita angina
yang sukar disembuhkan dengan nitrat dan atau dengan p-blocker pada dosis adequat / dosis
yang memadai
Kontra indikasi :
Amlodipine dikontraindikasikan pada penderita yang sensitif terhadap dihidropiridin.
Efek samping :
- Amlodipine ditoleransi dengan baik Pada penelitian klinik dengan kontrol plasebo
yang mencakup penderita dengan hipertensi dan angina, efek samping yang umum
terjadi adalah sakit kepala, edema, somnolen, palpitasi, nyeri abdomen, lelah, mual,
flushing, dan pusing-pusing Tidak ada kelainan-kelainan tes laboratorium yang
signifikan secara klinis yang berkaitan dengan amiodipine
- Efek samping lain yang sedikit ditemukan pada pengalaman klinis adalah pruritus,
rash, dispnea, astenia, kram otot, hiperplasia gingiva, dispepsia dan yang jarang
ditemukan eritema multiforme, Seperti pada calcium channel Mockers, efek samping
lain jarang dilaporkan dan tidak bisa dibedakan dari gejala penyakit penyebabnya:
infark miokard, aritmia (termasuk takikardi ventrikular dan fibrilasi atrium) dan nyeri
dada.
Interaksi obat :
Amlodipine aman diberikan bersama-sama dengan diuretik tiazid, $-blocker, inhibitor
angiotensin-converting enzym, long-acting nitrat, nitrogliserin sublingual, obat-obat I
antiinflamasi non-steroid, antibiotika, dan obat hipoglikemik oral. Pada penelitian khusus I
disebutkan bahwa pemberian amlodipine bersama-sama digoksin tidak mengubah kadar digoksin
dalam serum dan klirens renal digoksin pada sukarelawan normal. Pemberian bersama-sama
dengan simetidin tidak mengubah farmakokinetika amiodipine. Data in-vitro I dari penelitian
pada plasma manusia menyebutkan bahwa amiodipine tidak mempunyai efek pada ikatan protein
dengan obat-obat yang diuji (digoksin, fenitoin, warfarin, atau indometasin).
14. Tramadol hidroklorida
Nama dagang
Indikasi:
TRAMADOL diindikasikan untuk mengobati dan mencegah nyeri yang sedang hingga berat,
seperti tersebut di bawah ini:
- Nyeri akut dan kronik yang berat.
- Nyeri pasca bedah.
Kontra Indikasi:
- Keracunan akut oleh alkohol, hipnotik, analgesik atau obat-obat yang mempengaruhi SSP
lainnya.
- Penderita yang mendapat pengobatan penghambat monoamin oksidase (MAO).
- Penderita yang hipersensitif terhadap TRAMADOL.
Efek Samping:
o Sama seperti umumnya analgesik yang bekerja secara sentral, efek samping yang dapat
terjadi: mual, muntah, dispepsia, obstipasi, lelah, sedasi, pusing, pruritus, berkeringat,
kulit kemerahan, mulut kering dan sakit kepala.
o Meskipun TRAMADOL berinteraksi dengan reseptor apiat sampai sekarang terbukti
insidens ketergantungan setelah penggunaan TRAMADOL, ringan.
Interaksi Obat:
o Penggunaan TRAMADOL bersama dengan obat-obat yang bekerja pada SSP (seperti:
tranquillizer, hipnotik), dapat meningkatkan efek sedasinya.
o Penggunaan TRAMADOL bersama dengan tranquillizer juga dapat meningkatkan efek
analgesiknya.
Dosis:
15. Piroksikam
Nama dagang
Farmakologi :
Piroksikam adalah obat anti-inflamasi yang efektif dan juga mempunyai etek analgetik dan
antipiretik.Keuntungan utama Piroksikam adalah waktu paruhnya yang panjang,sehingga
memungkinkan pemakaian dosts tunggal per hari.
Seperti golongan obat anti-inflamasi non-steroida lainnya,Piroksikam bekerja dengan cara
menghambat sinlesa prostaglandin melalui blokade cyclo-oxygenase.
Efektivitas dalam meredakan dismenore,melibatkan penghambatan sintesa prostaglandin intra-
uterin,yang diperkirakan menyebabkan nyeri dan gejala-gejala lain yang berhubungan dengan
dismenore primer.
Efek samping :
Gangguan saluran pencernaan, sakit kepala, iritasi & ulkus lambung (pada dosis lebih dari 20
mg/hari).
Dosis :
16. Diflunisal
Nama dagang : diflonid
Indikasi : Refluks esofagitis, tidak bisa mencerna asam.Rasa panas pada ulu hati, rasa tidak enak
pada perut, menghilangkan gejala-gejala kelebihan asam yang berhubungan dengan diagnosis
ulkus peptikum, gastritis, esofagitis peptikum, & hernia hiatus, untuk meringankan atau
menghilangkan gejala-gejala adanya gas, nyeri setelah operasi karena adanya gas atau untuk
pemeriksaan endoskopik.
Interaksi obat
mempengaruhi absorpsi Meksiletin, Klorpromazin, Diflunisal, Ketokonazol, Penisilamin,
Pivampisilin, Fe, Tetrasiklin, Digoksin, INH, Warfarin, antagonis reseptor H2.
alkalisasi urin bisa meningkatkan Quinidin dalam plasma.
Efek samping : Jarang : sulit buang air besar, diare, hipofosfatemia (pada pemakaian jangka
panjang).
Dosis : 1-2 tablet dimakan 1 jam setelah makan & pada malam hari sebelum tidur.
Farmakodinamik
Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat ini merupakan obat anti-
inflamasi nonsteroid yang menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan anti-inflamasi.
Ketorolac tromethamine menghambat sintesis prostaglandin dan dapat dianggap sebagai
analgesik yang bekerja perifer karena tidak mempunyai efek terhadap reseptor opiat.
Farmakokinetik
Ketorolac tromethamine diserap dengan cepat dan lengkap setelah pemberian intramuskular
dengan konsentrasi puncak rata-rata dalam plasma sebesar 2,2 mcg/ml setelah 50 menit
pemberian dosis tunggal 30 mg. Waktu paruh terminal plasma 5,3 jam pada dewasa muda dan 7
jam pada orang lanjut usia (usia rata-rata 72 tahun). Lebih dari 99% Ketorolac terikat pada
konsentrasi yang beragam. Farmakokinetik Ketorolac pada manusia setelah pemberian secara
intramuskular dosis tunggal atau multipel adalah linear. Kadar steady state plasma dicapai
setelah diberikan dosis tiap 6 jam dalam sehari. Pada dosis jangka panjang tidak dijumpai
perubahan bersihan. Setelah pemberian dosis tunggal intravena, volume distribusinya rata-rata
0,25 L/kg. Ketorolac dan metabolitnya (konjugat dan metabolit para-hidroksi) ditemukan dalam
urin (rata-rata 91,4%) dan sisanya (rata-rata 6,1%) diekskresi dalam feses. Pemberian Ketorolac
secara parenteral tidak mengubah hemodinamik pasien.
Indikasi :. Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut
sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolac tidak boleh lebih dari lima
hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Harus diganti ke
analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi Ketorolac tidak melebihi 5 hari. Ketorolac
tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai obat prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri
karena belum diadakan penelitian yang adekuat mengenai hal ini dan karena diketahui
mempunyai efek menghambat biosintesis prostaglandin atau kontraksi rahim dan sirkulasi fetus.
Kontra Indikasi :.
Pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat ini, karena ada
kemungkinan sensitivitas silang.
Pasien yang menunjukkan manifestasi alergi serius akibat pemberian Asetosal atau obat
anti-inflamasi nonsteroid lain.
Pasien yang menderita ulkus peptikum aktif.
Penyakit serebrovaskular yang dicurigai maupun yang sudah pasti.
Diatesis hemoragik termasuk gangguan koagulasi.
Sindrom polip nasal lengkap atau parsial, angioedema atau bronkospasme.
Terapi bersamaan dengan ASA dan NSAID lain.
Hipovolemia akibat dehidrasi atau sebab lain.
Gangguan ginjal derajat sedang sampai berat (kreatinin serum >160 mmol/L).
Riwayat asma.
Pasien pasca operasi dengan risiko tinggi terjadi perdarahan atau hemostasis inkomplit,
pasien dengan antikoagulan termasuk Heparin dosis rendah (2.5005.000 unit setiap 12
jam).
Terapi bersamaan dengan Ospentyfilline, Probenecid atau garam lithium.
Selama kehamilan, persalinan, melahirkan atau laktasi.
Anak < 16 tahun.
Pasien yang mempunyai riwayat sindrom Steven-Johnson atau ruam vesikulobulosa.
Pemberian neuraksial (epidural atau intratekal).
Pemberian profilaksis sebelum bedah mayor atau intra-operatif jika hemostasis benar-
benar dibutuhkan karena tingginya risiko perdarahan.
Dosis :.
Dewasa
Ampul : Dosis awal Ketorolac yang dianjurkan adalah 10 mg diikuti dengan 1030 mg tiap 4
sampai 6 jam bila diperlukan. Harus diberikan dosis efektif terendah. Dosis harian total tidak
boleh lebih dari 90 mg untuk orang dewasa dan 60 mg untuk orang lanjut usia, pasien gangguan
ginjal dan pasien yang berat badannya kurang dari 50 kg. Lamanya terapi tidak boleh lebih dari 2
hari. Pada seluruh populasi, gunakan dosis efektif terendah dan sesingkat mungkin. Untuk pasien
yang diberi Ketorolac ampul, dosis harian total kombinasi tidak boleh lebih dari 90 mg (60 mg
untuk pasien lanjut usia, gangguan ginjal dan pasien yang berat badannya kurang dari 50 kg).
Efek Samping :
Efek samping di bawah ini terjadi pada uji klinis dengan Ketorolac IM 20 dosis dalam 5 hari.
Pemberian Ketorolac bersama dengan Methotrexate harus hati-hati karena beberapa obat
yang menghambat sintesis prostaglandin dilaporkan mengurangi bersihan Methotrexate,
sehingga memungkinkan peningkatan toksisitas Methotrexate.
Penggunaan bersama NSAID dengan Warfarin dihubungkan dengan perdarahan berat
yang kadang-kadang fatal. Mekanisme interaksi pastinya belum diketahui, namun
mungkin meliputi peningkatan perdarahan dari ulserasi gastrointestinal yang diinduksi
NSAID, atau efek tambahan antikoagulan oleh Warfarin dan penghambatan fungsi
trombosit oleh NSAID. Ketorolac harus digunakan secara kombinasi hanya jika benar-
benar perlu dan pasien tersebut harus dimonitor secara ketat.
ACE inhibitor karena Ketorolac dapat meningkatkan risiko gangguan ginjal yang
dihubungkan dengan penggunaan ACE inhibitor, terutama pada pasien yang telah
mengalami deplesi volume.
Ketorolac mengurangi respon diuretik terhadap Furosemide kira-kira 20% pada orang
sehat normovolemik.
Penggunaan obat dengan aktivitas nefrotoksik harus dihindari bila sedang memakai
Ketorolac misalnya antibiotik aminoglikosida.
Pernah dilaporkan adanya kasus kejang sporadik selama penggunaan Ketorolac bersama
dengan obat-obat anti-epilepsi.
Pernah dilaporkan adanya halusinasi bila Ketorolac diberikan pada pasien yang sedang
menggunakan obat psikoaktif.
Indikasi: sakit pasca traumatik inflamatori, inflamasi dan bentuk degeneratif rematik, rematik
non artikular.
Dosis:
Dewasa: awal: sehari100-150 mg dalam dosis terbagi 2-3x;
Anak 14th: 75-100 mg sehari dalam dosis bagi 2-3x.
Efek samping :
Gangguan pengecapan, batuk kering (tidak berdahak), infeksi rongga mulut, kemerahan pada
kulit, gatal-gatal, demam, eosinofilia, trombositopenia, anemia, iritasi saluran cerna,
angioedema, limfadenopati, hipotensi yang bersifat sementara, takhikardia.
Jarang : kerusakan sel hati dan sakit kuning, agranulositopenia, neutropenia.
19. Ketoprofen
Farmakologi : Ketoprofen merupakan suatu antiinflamasi non steroid dengan efek antiinflamasi,
analgesik dan antipiretik. Sebagai anti inflamasi bekerja dengan menghambat sintesa
prostaglandin. Pada pemberian oral kadar puncak dicapai selama 0,52 jam. Waktu paruh
eliminasi pada orang dewasa 3 jam, dan 5 jam pada orang tua. .: Indikasi :. Untuk mengobati
gejala-gejala artritis rematoid, ankilosing spondilitis, gout akut dan osteoartritis serta kontrol
nyeri dan inflamasi akibat operasi ortopedik.
Kontra Indikasi :
Dosis :
Sediaan oral :
Dosis awal yang dianjurkan : 75 mg 3 kali sehari atau 50 mg 4 kali sehari.
Dosis maksimum 300 mg sehari. Sebaiknya digunakan bersama dengan makanan atau
susu.
Injeksi IM :
50100 mg tiap 4 jam. Dosis maksimum 200 mg/hari, tidak lebih dari 3 hari.
Efek Samping :
Mual, muntah, diare, dyspepsia, konstipasi, pusing, sakit kepala, ulkus peptikum
hemoragi perforasi, kemerahan kulit, gangguan fungsi ginjal dan hati, nyeri abdomen,
konfusi ringan, vertigo, oedema, insomnia.
Reaksi hematologi : trombositopenia.
Bronkospasma dan anafilaksis jarang terjadi.
Interaksi Obat :
20. Meloksikam
Indikasi: sakit pasca traumatik inflamatori, inflamasi dan bentuk degeneratif rematik, rematik
non artikular.
Dosis:
Dewasa: awal: sehari100-150 mg dalam dosis terbagi 2-3x;
Anak 14th: 75-100 mg sehari dalam dosis bagi 2-3x.
Efek samping
Gangguan pengecapan, batuk kering (tidak berdahak), infeksi rongga mulut, kemerahan pada
kulit, gatal-gatal, demam, eosinofilia, trombositopenia, anemia, iritasi saluran cerna,angioedema,
limfadenopati, hipotensi yang bersifat sementara, takhikardia.
Jarang : kerusakan sel hati dan sakit kuning, agranulositopenia, neutropenia.
21. Difenhidramin
Nama dagang
Indikasi :
Batuk alergi & batuk berdahak, batuk karena flu & kelainan saluran pernapasan lainnya.
kontra indikasi :
Bayi prematur atau bayi baru lahir.
Efek samping :
Gangguan pencernaan, mengantuk, mulut kering, sulit buang air kecil, tinitus (telinga
berdenging tanpa rangsang dari luar), sakit kepala.
Dosis :
Nama dagang
Alernitis Allotlex Alloris Antlissen Anlos
Cronitin Claritis Claritin Clatatin bradine
Indikasi :
1. Menghilangkan gejala pada hidung dan bukan hidung dari rinitis alergika (musiman dan
sepanjang tahun).
Kontra indikasi :
Hipersensitivitas, penderita yang mendapat anti depresan MAO, pasien glaucoma sudut
sempit/tertutup,retensi urin, hipertensi berat,arteri koroner berat dan hipertiroidisme.
Efek samping
Faringitis, mulut kering, nyeri otot, ketagihan tidur, nyeri saat haid..
23. Klorfeniramin
Nama dagang
- Obat ini tidak boleh diberikan pada penderita yang sedang mendapat pengobatan dengan
golongan MAO atau yang menderita tukak lambung.
Efek samping
Interaksi obat : Pemberian ALEGI bersama dengan obat-obat hipnotik sedatif (misalnya
fenobarbital, klorpromazin, diazepam, dil) dapat meningkatkan efek sedasi. Pemberian obat ini
bersama diuretik tertentu dapat meningkatkan efek hipokalemia.
Dosis :
1 kaplet, 3-4 kali sehari sesudah makan. Dosis perlu disesuaikan dengan
Dewasa :
kebutuhan pasien. Dosis maksimal 8 kaplet sehari.
1/4 kaplet, 3-4 kali sehari. Bila terjadi perbaikan, dosis dikurangi
Anak 2 - 6 tahun :
bertahap sampai tercapai dosis efektif terkecil.
24. Deksametason
Nama dagang
Mekanisme kerja : ALEGI mengandung deksametason, suatu kortikosteroid oral dengan masa
kerja panjang, serta deksklorfeniramin maleat, suatu antihistamin oral yang bekerja dengan
menghambat pelepasan histamin dan mediator radang yang lain dari masf cell dan basofil.
Paduan kedua obat ini saling menunjang untuk mengatasi berbagai menifestasi reaksi alergi.
indikasi :
Untuk mengatasi reaksi alergi pada berbagai organ dimana diperlukan terapi dengan
kortikosteroid. Reaksi alergi ini antara lain ialah rinitis alergi, urtikaria, dermatitis akut atau
kronik dan hay fever, dll.
kontra indikasi :
Efek samping :
Interaksi Obat
Pemberian ALEGI bersama dengan obat-obat hipnotik sedatif (misalnya fenobarbital,
klorpromazin, diazepam, dil) dapat meningkatkan efek sedasi. Pemberian obat ini bersama
diuretik tertentu dapat meningkatkan efek hipokalemia.
Dosis :
1 kaplet, 3-4 kali sehari sesudah makan. Dosis perlu disesuaikan dengan
Dewasa :
kebutuhan pasien. Dosis maksimal 8 kaplet sehari.
25. Prometazin
Farmakologi :
Mebnidrolin Napadisilat memiliki daya kerja yang lebih cepat serta kurang efek sedasinya
dibandingkan dengan prometazin.Histapan menghambat reaksi histamin pada otot polos.
Histapan mengurangi bahkan menghilangkan efek utama hisiamin dalam tubuh, sehingga sel-sel
efektor tidak ditempati histamin.INDIKASI HISTAPAN digunakan untuk pengobatan terhadap
penyakit alergi.
:Dosis :
Anak-anak 6-12
: 100 mg-200 mg sehari dalam dosis terbagi.
tahun
Indikasi :
Nyeri, rasa kaku & kejang pada muskuloskeletal (otot rangka) & sendi pada kondisi
seperti artritis reumatoid, kerusakan tulang belakang, terkilir, patah tulang, dislokasi, nyeri
setelah operasi.
Kontra indikasi :
Hamil & menyusui.
Kelainan darah.
Ulkus peptikum.
Interaksi obat
antikoagulan, hipoglikemik oral, Fenitoin, beberapa Sulfonamida, Klorfeniramin,
Prometazin, Prednison, Levodopa, alkohol, depresan susunan saraf pusat.
Efek samping :
Gagal ginjal.
Gondok/gondong.
26. Siproheptadin
Nama dagang
Indikasi :
Rinitis alergika, menifestasi alergi kulit seperti urtikaria (biduran/kaligata) & angioedema,
urtikaria karena dingin.
kontra indikasi :
Glaukoma, retensi urin, porfiria.
Bayi baru lahir atau bayi prematur.
Interaksi obat :
- efek aditif dengan alkohol dan depresan susunan saraf pusat lainnya.
Efek samping :
Mengantuk, mulut kering, pusing, mual, muntah, konstipasi/susah buang air besar, diare, retensi
urin, gangguan koordinasi, eksitasi, gemetar, insomnia/susah tidur, sakit kepala, kejang,
halusinasi, histeria, anoreksia (kehilangan nafsu makan), penglihatan kabur.
Dosis :
: 1-5 kaplet/hari dalam dosis terbagi.
Dewasa
27. Terfenadin
Faramkodinamik :
Miconazole memiliki aktivitas antifungi terhadap dermatofita dan ragi, serta memiliki aktivitas
antibakteri terhadap basil dan kokus gram positif. Aktivitas ini menghambbat biosintesa
ergosterol di dalam jamur dan mengubah komposisi komponen-komponen lemak di dalam
membran, yang menyebabkan nekrosis sel jamur.
Farmakokinetik :
Miconazole yang diberikan per oral memilki biovaibilitas rendah(25-30%) karena miconazole
diabsorbsi sedikit dalam rongga usus. Dosis 1000 mg pada orang sehat memproduksi kadar
plasma 1,16 g/ml,2-4 jam setelah pemberian. Kadar ini cukup untuk mikosis superfisial dan
mikosis sistemik. Sebagia miconazole yang diabsorbsi hampir seluruhnya dimetabolisme.
Kurang dari 1% dosis yang diberikan, tidak mengalami perubahan di dalam urin. Tidak
ditemukan metabolit aktif eliminasi terjadi dalam 3 fase dan waktu paruh dicapai 20 jam - 25 jam
(untuk fase 3).
Indikasi :
Pengobatan kreatif dan profilaksis terhadap kandidosis pada mulut, rongga oropharyngeal dan
saluran pencernaan.
Dosis :
Efek samping :
Rasa tidak enak di perut seperti mual, muntah dan pengobatan jangka panajang, diare dapat
dijumpai. Pada kasus yang jarang, reaksi laergi pernah dilaporkan dan pada kasus yang sangat
jarang, hepatitis pernah dilaporkan dan hubungan kausal dengan Daktarin oral gel belum jelas.
Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap miconidazole dan atau terhadap salah satu komponen
obat gangguan hati.
28. Setirizin
Farmakologi :
Setirizin merupakan antihistamin kuat golongan antagonis Hi (AH1) yang tidak menimbuikan
efek antikolinergik dan antiserotonin. Pada dosis farmakologi. hanya sedikit menimbuikan efek
mengantuk. Setirizin menghambat mediator histamin, pada fase cepat reaksialergi, juga
mengurangi perpindahan sel-sel infiamasi dan pelepasan mediator-mediator padd fase lambat
reaksi alergi.
indikasi :
CERINI diindikasikan untuk pengobatan rinitis perennial, rinitis alergi, urtikaria idiopatik kronis.
kontra indikasi :
- Ibu menyusui.
Efek samping :
Efek samping Setirizin dapat ditoleransi dengdn baik, efek samping yang mungkin terjddi yaitu :
- Jika diperlukan pemberian dapdt dilakukdn dengan dosis 5 mg pada pagi hari ddn 5
mg padd sore / malam
- Pada beberapa individu dapat terjadi reaksi hipersen sitif termasuk reaksi pada kulit
dan angioedema.
Interaksi obat :
Hati-hati bila digunakan bersama-sama dengan sedati -va dan alkohol.
Dosis :
Dewasa dan anak-anak usia > 6 tahun : 1 kaplet (10 mg) 1 kali sehari.
- Belum ada data yang mendukung penurunan dosis pada penderita lanjut usia.
- Pada penderita gangguan fungsi ginjal, dosis dapat diberikan % kaplet 1 kali sehari.
Interaksi obat :
- simpatomimetik, Amfetamin.
28. Feniramin
Kontra indikasi :
- Obat ini tidak boleh diberikan pada penderita yang sedang mendapat pengobatan dengan
golongan MAO atau yang menderita tukak lambung.
Efek ssamping :
Interaksi obat :
Pemberian ALEGI bersama dengan obat-obat hipnotik sedatif (misalnya fenobarbital,
klorpromazin, diazepam, dil) dapat meningkatkan efek sedasi. Pemberian obat ini bersama
diuretik tertentu dapat meningkatkan efek hipokalemia.
Dosis :
1 kaplet, 3-4 kali sehari sesudah makan. Dosis perlu disesuaikan dengan
Dewasa :
kebutuhan pasien. Dosis maksimal 8 kaplet sehari.
1/4 kaplet, 3-4 kali sehari. Bila terjadi perbaikan, dosis dikurangi
Anak 2 - 6 tahun :
bertahap sampai tercapai dosis efektif terkecil.
29. Lerzin
Dosis :
Anak-anak :
Efek samping :
Rasa mengantuk.
Kontra indikasi :
Pasien yang peka terhadap obat-obat diatas.
Interaksi obat :
- Meperldine
- Barbiturates
- Heparine
Nama dagang
Farmakologi :
Mebnidrolin Napadisilat memiliki daya kerja yang lebih cepat serta kurang efek sedasinya
dibandingkan dengan prometazin.Histapan menghambat reaksi histamin pada otot polos.
Histapan mengurangi bahkan menghilangkan efek utama hisiamin dalam tubuh, sehingga sel-sel
efektor tidak ditempati histamin.INDIKASI HISTAPAN digunakan untuk pengobatan terhadap
penyakit alergi.
Efek samping :
Agranulositosis, mengantuk, mual, muntah, diare, kolik, sakit pada epigastrik, sakit kepala,
penglihatan kabur, tinnitus, irritabilita, anoreksia.
Kontra indikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap antihistamin ini.
DOSIS
Anak-anak 6-12
: 100 mg-200 mg sehari dalam dosis terbagi.
tahun
31. Deksklorfeniramin
Farmakologi
Deksametason merupakan salah satu glukokortikoid yang memiliki kemampuan dalam
menanggulangi peradangan dan alergi. Deksklorfeniramin maleat mengatasi sebagian besar
akibat - akibat khas yang ditimbulkan oleh histamin dan secara klinis bermanfaat dalam
pencegahan dan : - penanggulangan alergi dan peradangan parah. Kombinasi kedua
zat'tersebut menjadikan BUFACARYL obat dalam pengobatan symtomatik gangguan -
gangguan alergi dan peradangan yang parah.
Mekanisme kerja :
ALEGI mengandung deksametason, suatu kortikosteroid oral dengan masa kerja panjang, serta
deksklorfeniramin maleat, suatu antihistamin oral yang bekerja dengan menghambat pelepasan
histamin dan mediator radang yang lain dari masf cell dan basofil. Paduan kedua obat ini saling
menunjang untuk mengatasi berbagai menifestasi reaksi alergi.
indikasi :
Untuk mengatasi reaksi alergi pada berbagai organ dimana diperlukan terapi dengan
kortikosteroid. Reaksi alergi ini antara lain ialah rinitis alergi, urtikaria, dermatitis akut atau
kronik dan hay fever, dll.
Kontra indikasi :
- Obat ini tidak boleh diberikan pada penderita yang sedang mendapat pengobatan dengan
golongan MAO atau yang menderita tukak lambung.
Efek samping
1 kaplet, 3-4 kali sehari sesudah makan. Dosis perlu disesuaikan dengan
Dewasa :
kebutuhan pasien. Dosis maksimal 8 kaplet sehari.
1/4 kaplet, 3-4 kali sehari. Bila terjadi perbaikan, dosis dikurangi
Anak 2 - 6 tahun :
bertahap sampai tercapai dosis efektif terkecil.
32. Cetirizine
farmakokinetik :
- Puncak level darah untuk 0,3 ug/ml dicapai antara 30- 60 menit setelah pemberian Cetirizine
10 mg.
indikasi:
- Pengobatan perennial rinitis, alergi rinitis musiman dan kronik idiopatik urtikaria.
kontraindikasi :
Penderita dengan pengalaman hipersensitif pada Cetirizine. Cetirizine kontraindikasi pada ibu
menyusui karena diekskresikan melalui ASI.
Efek samping :
Ada beberapa laporan terjadinya efek samping ringan dan sementara, misalnya sakit kepala,
pusing, mengantuk, gelisah, kering mulut dan ketidaknyamanan pada pencernaan. Pada beberapa
individu terjadi reaksi hipersensitif, termasuk reaksi kulit dan mungkin terjadi angiodema.
Interaksi :
Pada saat ini tidak ada interaksi dengan obat lain. Penelitian Diazepam dan Cetirizine tidak
memperlihatkan interaksi. Seperti pemakaian antihistamin lainnya, disarankan untuktidak
mengkonsumsi alkohol.