TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyebab Kelainan Pulpa Gigi Sulung
a. Bakteri
Apabila lapisan luar gigi atau enamel tertutup oleh sisa makanan dalam
waktu yang
sehingga terjadi kerusakan di daerah enamel (karies) yang nantinya akan terus
berjalan mengenai dentin hingga ke pulpa sehingga terjadi radang pulpa yang
disebut pulpitis.
b. Mekanis
Gigi yang mengalami atrisi, abrasi, dan trauma akibat preparasi misalnya,
dapat mengiritasi bagian pulpa sehingga menyebabkan inflamasi pulpa.
c. Termal
Suhu panas yang dapat mengiritasi pulpa biasanya timbul karena semen
tertentu yang mempunya reaksi eksotermis, saat memulas restorasi logam
sehingga panas makin meningkat, saat preparasi dilakukan proses pendinginan
yang kurang, dan sebagainya.
d. Kimia
Iritasi dari bahan kimia biasanya berasal dari bahan-bahan kedokteran gigi itu
sendiri seperti semen ZnPO4 yang bersifat asam sehingga penggunaannya dapat
mengiritasi pulpa.
e. Elektrik
Apabila terdapat tumpatan dengan logam berbeda dan bergesekan langsung
maka akan menimbulkan arus galvanik dan mengakibatkan syok galvanic
2.2 Jenis Penyakit Pulpa
a. Pulpitis reversibel.
Pulpitis reversibel merupakan inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika
penyebabnya dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali
normal. Stimulus ringan seperti karies insipien, erosi servikal, atau atrisi oklusal,
sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodontal yang dalam, dan fraktur
email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah faktor yang dapat
mengakibatkan pulpitis reversibel.
Pulpitis reversibel biasanya asimtomatik. Aplikasi cairan dingin dan panas,
dapat menyebabkan nyeri sementara yang tajam. Jika stimulus ini dihilangkan,
nyeri akan segera hilang.
3
b. Pulpitis irreversibel.
Pulpitis irreversibel merupakan perkembangan dari pulpitis reversibel.
Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama
prosedur operatif, terganggunya aliran darah pada pulpa akibat trauma, dan
pergerakan gigi dalam perawatan ortodonsi dapat menyebabkan pulpitis
irreversibel.
Pulpitis irreversibel merupakan inflamasi parah yang tidak akan dapat
pulih walaupun penyebabnya dihilangkan. Nyeri pulpitis irreversibel dapat berupa
nyeri tajam, tumpul, lokal, atau difus dan berlangsung hanya beberapa menit atau
berjam-jam. Aplikasi stimulus eksternal seperti termal dapat mengakibatkan nyeri
berkepanjangan. Jika inflamasi hanya terbatas pada jaringan pulpa dan tidak
menjalar ke periapikal, respon gigi terhadap tes palpasi dan perkusi berada dalam
batas normal.
Secara klinis, pulpitis irreversibel dapat bersifat simtomatik dan
asimtomatik. Pulpitis irreversibel simtomatik merupakan salah satu jenis pulpitis
irreversibel yang ditandai dengan rasa nyeri spontan. Spontan berarti bahwa
stimulus tidak jelas.
perubahan posisi tubuh. Pulpitis irreversibel simtomatik yang tidak diobati dapat
bertahan atau mereda jika sirkulasi dibuat untuk eksudat inflamasi.
Sedangkan pulpitis irreversibel asimtomatik merupakan tipe lain dari
pulpitis irreversible dimana eksudat inflamasi yang dengan cepat dihilangkan.
Pulpitis irreversibel asimtomatik yang berkembang biasanya disebabkan oleh
paparan karies yang besar atau oleh trauma sebelumnya yang mengakibatkan rasa
sakit dalam durasi yang lama.
Pulpitis irreversibel hiperplastik (polip pulpa) adalah bentuk pulpitis
irreversibel pada pulpa yang terinflamasi secara kronis hingga timbul ke
permukaan oklusal. Polip pulpa dapat terjadi pada pasien muda oleh karena ruang
pulpa yang masih besar dan mempunyai pembuluh darah yang banyak, serta
adanya perforasi pada atap pulpa yang merupakan drainase.
Polip pulpa ini merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari serat
jaringan ikat dengan pembuluh kapiler yang banyak. Polip pulpa biasanya
asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan jaringan ikat yang berwarna merah
mengisi kavitas gigi di permukaan oklusal. Polip pulpa disertai tanda klinis seperti
nyeri spontan dan nyeri yang menetap terhadap stimulus termal. Pada beberapa
kasus, rasa nyeri yang ringan juga terjadi ketika pengunyahan.
c. Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa adalah kematian pulpa yang dapat diakibatkan oleh pulpitis
irreversibel yang tidak dirawat atau terjadi trauma yang dapat mengganggu suplai
darah ke pulpa. Jaringan pulpa tertutup oleh email dan dentin yang kaku sehingga
tidak memiliki sirkulasi darah kolateral. Bila terjadi peningkatan jaringan dalam
ruang pulpa menyebabkan kolapsnya pembuluh darah sehingga akhirnya terjadi
nekrosis likuifaksi.
Jika eksudat yang dihasilkan selama pulpitis irreversibel didrainase
melalui kavitas karies atau daerah pulpa yang terbuka, proses nekrosis akan
tertunda dan jaringan pulpa di daerah akar tetap vital dalam jangka waktu yang
lama. Jika terjadi hal sebaliknya, mengakibatkan proses nekrosis pulpa yang cepat
dan total.
Nekrosis pulpa dapat berupa nekrosis sebagian (nekrosis parsial) dan
nekrosis total. Nekrosis parsial menunjukkan gejala seperti pulpitis irreversibel
dengan nyeri spontan sedangkan nekrosis total tidak menunjukkan gejala dan
tidak ada respon terhadap tes termal dan tes listrik. Jika tidak dirawat, akan
menyebabkan abses periapikal jika pertahanan tubuh lemah. Jika pertahanan
tubuh kuat akan membentuk granuloma (Mohan, dkk., 2008).
2.3 Mekanisme Terjadinya Inflamasi pada Pulpa
Banyak hal yang dapat menyebabkan inflamasi pulpa. Iritasi sedang
sampai parah akan mengakibatkan inflamasi lokal dan lepasnya sel-sel inflamasi
dalam konsentrasi tinggi. Iritasi
pertahanan
untuk
melindungi
jaringan
pulpa
dari
invasi
bereaksi langsung pada sistem saraf sensorik. Meningkatnya tekanan jaringan dan
tidak adanya sirkulasi kolateral ini yang dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis
pulpa (Widodo, 2010).
2.4 Perawatan Pulpa Anak
2.4.1 Pulp Capping
A. Pulp Capping Direk
Perawatan ini dapat dilakukan terhadap gigi yang pulpanya terbuka karena
karies atau trauma tapi kecil diyakini keadaan jaringan di sekitar tempat terbuka
itu tidak dalam keadaan patologis. Dengan demikian pulpa dapat tetap sehat dan
bahkan mampu melakukan upaya perbaikan sebagai respon terhadap medikamen
yang dipakai dalam perawatan pulp capping (Kennedy, 1993).
A. Indikasi
1. Umum
Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis dengan besar
tidak melebihi dari 1 mm persegi dan di kelilingi oleh dentin bersih
karies dan lebarnya tidak lebih dari 1 mm persegi dan tidak ada gejala.
B. Kontraindikasi
Nyeri spontan dan malam hari
Mobilitas berlebihan
Pendarahan tidak terkendali
Pembengkakan
Fistula
Peka terhadap perkusi
Kegoyangan patologik
Resorpsi akar eksterna dan interna
Radiolusensi di periapeks dan antar akar
Kalsifikasi pulpa
Peradangan yang banyak sekali pada tempat terbukanya pulpa
Terdapat pus atau eksudat pada tempat terbukanya pulpa
C. Keberhasilan perawatan tergantung pada :
Diagnosis yang tepat sebelum perawatan
Tidak ada bakteri yang mencapai pulpa
Tidak ada tekanan pada daerah pulpa yang terbuka
D. Tehnik
Siapkan peralatan dan bahan. Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang
Isolasi gigi. Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat
2008)
G. Pemilihan Bahan Pulp Capping Direk
1. Hidroksida Kalsium
Hasil penelitian klinis jangka pendek dari perawatan pulp capping gigi
sulung yang terbuka pulpanya karena karies memperlihatkan presentasi
keberhasilan sebanyak 75% (Hargreaves, 1969; Jepperson, 1971).
Sedangkan
pulpotomi
formokresol
memperlihatkan
presentasi
dari
dimetilkhlortetrasiklin
2.
3.
Backland, 2002).
B. Kontraindikasi
1. Riwayat
Nyeri yang tajam, penetrasi sakit bertahan setelah penarikan stimulus.
Nyeri spontan yang berkepanjangan, terutama malam hari.
2. Pemeriksaan Klinis
Mobilitas gigi yang berlebihan.
Paruks pada gingiva mendekati akar gigi.
Perubahan warna gigi.
Pada pengujian pulpa tidak ada respon.
3. Pemeriksaan Radiografik
Lesi karies besar dengan paparan jelas pada pulpa.
Terganggunya atau rusaknya lamina dura.
Ruang ligamen periodontal melebar.
Radiolusensi di daerah apeks akar atau didaerah furkasi (Ingle &
Backland, 2002).
C. Bahan Pulp Capping
a. Kalsium Hidroksida
Kalsium hidroksida adalah senyawa kimia dengan rumus Ca(OH)2.
Kalsium hidroksida dapat berupa kristal tidak berwarna atau bubuk
putih. Kalsium hidroksida dapat dihasilkan melalui reaksi kalsium
kontak
dengan
jaringan
pulpa,
bahan
ini
dapat
10
Torabinejad, 2008)
ZOE tidak sering lagi digunakan saat ini karena menyebabkan
persentasi yang tinggi terhadap resorpsi internal dan tingkat
11
dengan generasi sistem adhesive bahan itu sendiri (Dewi, Julita, 2003)
Penelitian menunjukkan pada perbandingan resin adhesive dan dycal,
untuk indirect pulp capping, material ini menunjukkan tingkat
kesuksesan 96% untuk resin dan 83% untuk dycal (Bargenholtz, 2010)
D. Prosedur Kerja
Langkah langkah Pulp Capping :
1. Siapkan peralatan dan bahan. Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang
2. Isolasi gigi. Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat
menggunakan kapas dan saliva ejector, juga posisinya selama perawatan
3. Preparasi kavitas. Tembus permukaan oklusal pada tempat karies sampai
kedalaman 1,5 mm (yaitu kira-kira 0,5 mm ke dalam dentin. Pertahankan
bor pad kedalaman kavitas dan dengan hentakan intermiten gerakan bor
melalui fisur pad permukaan oklusal.
4. Eksavasi karies yang dalam. Dengan perlahan-lahan buang karies dengan
ekskavator, hilangkan dentin lunak sampai dasar pulpa tanpa membuka
kamar pulpa.
5. Kavitas disterilkan dengan air calxyl. Hindari penggunaan alkohol karena
dapat memicu terjadinya dehidrasi cairan tubulus dentin.
6. Berikan Zinc Oxide Eugenol. Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu
tutup bagian kavitas dengan Kalsium Hidroksida, lalu Zinc Oxide Eugenol
di dasar kemudian dilapisi semen seng fosfat (tambalan sementara)
7. Perawatan dilanjutkan 1-2 minggu kemudian.
8. Apabila tidak ada keluhan, dilakukan penambalan tetap (Walton &
Torabinejad, 2008)
E. Evaluasi
Keberhasilan perawatan Indirek Pulp Capping, ditandai dengan hilangnya
rasa sakit serta reaksi sensitiv terhadap rangsangan panas atau dingin, selain itu
ditandai dengan pulpa yang ada tetap vital, terbentuknya jembatan dentin yang
dapat dilihat dari gambar radiografi pulpa yang terbentuk karena adanya fungsi sel
12
odontoblas pada daerah pulpa yang terbuka, berlanjut pertumbuhan akar dan
penutupan apikal pada gigi yang pertumbuhannya belum sempurna.
2.4.2 Pulpotomi
Pengambilan pulpa yang telah mengalami infeksi di dalam kamar pulpa dan
meninggalkan jaringan pulpa dibagian radikular. Pulpotomi dapat dibagi 3 bagian:
1. Pulpotomi vital.
2. Pulpotomi devital / mumifikasi / devitalized pulp amputation.
3. Pulpotomi non vital / amputasi mortal.
Keuntungan dari pulpotomi :
1. Dapat diselesaikan dalam waktu singkat satu atau dua kali kunjungan.
2. Pengambilan pulpa hanya di bagian korona hal ini menguntungkan karena
pengambilan pulpa di bagian radikular sukar, penuh ramikasi dan sempit.
3. Iritasi obat obatan instrumen perawatan saluran akar tidak ada.
4. Jika perawatan ini gagal dapat dilakukan pulpektomi.
A. Pulpotomi Vital
Pulpotomi vital atau amputasi vital adalah tindakan pengambilan jaringan
pulpa bagian koronal yang mengalami inflamasi dengan melakukan anestesi,
kemudian memberikan medikamen di atas pulpa yang diamputasi agar pulpa
bagian radikular tetap vital.
Pulpotomi vital umunya dilakukan pada gigi sulung dan gigi permanen
muda. Pulpotomi gigi sulung umunya menggunakan formokresol atau
glutaradehid. Pada gigi dewasa muda dipakai kalsium hidroksid. Kalsium
hidroksid pada pulpotomi vital gigi sulung menyebabkan resorpsi interna.
Berdasarkan penelitian, menurut Finn keberhasilan pulpotomi vital formokresol
97% secara rontgenologis dan 82% secara histologis. Reaksi formokresol terhadap
jaringan pulpa yaitu membentuk area yang terfiksasi dan pulpa di bawahnya tetap
dalam keadaan vital. Pulpotomi vital dengan formokresol hanya dilakukan pada
gigi sulung dengan singkat dan bertujuan mendapat sterilisasi yang baik pada
kamar pulpa.
Indikasi
1. Gigi sulung dan gigi tetap muda vital, tidak ada tanda tanda gejala
peradangan pulpa dalam kamar pulpa.
2. Terbukanya pulpa saat ekskavasi jaringan karies / dentin lunak prosedur
pulp capping indirek yang kurang hati hati, faktor mekanis selama
preparasi kavitas atau trauma gigi dengan terbukanya pulpa.
13
14
a. Ro-foto.
b. Anestesi lokal dan isolasi daerah kerja.
c. Semua kotoran pada kavitas gigi dan jaringan karies disingkirkan,
kemudian gigi diolesi dengan larutan yodium.
d. Selanjutnya lakukan pembukaan atap pulpa dengan bur fisur steril dengan
kecepatan tinggi dan semprotan air pendingin kemudian pemotongan atau
amputasi jaringan pulpa dalam kamar pulpa sampai batas dengan
ekskavator yang tajam atau dengan bur kecepatan rendah.
e. Setelah itu irigasi dengan aquadest untuk membersihkan dan mencegah
masuknya sisa sisa dentin ke dalam jaringan pulpa bagian radikular.
Hindarkan penggunaan semprotan udara.
f. Perdarahan sesudah amputasi segera dikontrol dengan kapas kecil yang
dibasahi larutan yang tidak mengiritasi misalnya larutan salin atau
aquadest, letakkan kapas tadi di atas pulp stump selama 3 5 menit.
g. Sesudah itu, kapas diambil dengan hati hati. Hindari pekerjaan kasar
karena pulp stump sangat peka dan dapat menyebabkan perdarahan
kembali.
h. Dengan kapas steril yang sudah dibasahi formokresol, kemudian orifis
saluran akar ditutup selama 5 menit. Harus diingat bahwa kapas kecil yang
dibasahi dengan formokresol jangan terlalu basah, dengan meletakkan
kapas tersebut pada kasa steril agar formokresol yang berlebihan tadi dapat
diserap.
i. Setelah 5 menit, kapas tadi diangkat, pada kamar pulpa akan terlihat warna
coklat tua atau kehitam hitaman akibat proses fiksasi oleh formokresol.
j. Kemudian di atas pulp stump diletakkan campuran berupa pasta dari ZnO,
eugenol dan formokresol dengan perbandingan 1:1, di atasnya tempatkan
tambalan tetap.
Kunjungan kedua
Apabila perdarahan tidak dapat dihentikan sesudah amputasi pulpa berarti
peradangan sudah berlanjut ke pulpa bagian radikular. Oleh karena itu diperlukan
2 kali kunjungan.
Teknik pulpotomi dua kali kunjungan :
a. Sebagai lanjutan perdarahan yang terus menerus ini pulpa ditekan kapas
steril yang dibasahi formokresol ke atas pulp stump dan ditutup dengan
tambalan sementara.
15
Gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka karen karies atau trauma.
Pada pasien yang tidak dapat dilakukan anestesi.
Pada pasien yang perdarahan yang abnormal misalnya hemofili.
Kesulitan dalam menyingkirkan semua jaringan pulpa pada perawatan
16
pulpa.
6. Tutup bagian yang diamputasi dengan campuran ZnO / eugenol pasta atau
ZnO dengan eugenol / formokresol dengan perbandingan 1:1.
7. Tutup ruang pulpa dengan semen kemudian restorasi.
C. Pulpotomi Non Vital (Amputasi Mortal)
Amputasi pulpa bagian mahkota dari gigi yang non vital dan memberikan
medikamen / pasta antiseptik untuk mengawetkan dan tetap dalam keadaan
aseptik.
Tujuan
Mempertahankan gigi sulung non vital untuk space maintainer
Indikasi
1. Gigi sulung non vital akibat karies atau trauma.
2. Gigi sulung yang telah mengalami resorpsi lebih dari 1/3 akar tetapi masih
diperlukan sebagai space maintainer.
3. Gigi sulung yang telah mengalami dento alveolar kronis.
4. Gigi sulung patologik karena abses akut, sebelumnya abses harus dirawat
dahulu.
Obat yang dipakai :
- Formokresol
- CHKM
Teknik non vital pulpotomi :
1.
2.
3.
4.
Kunjungan pertama
Ro-foto daerah kerja.
Buka atap pulpa / ruang pulpa
Singkirkan isi ruang pulpa dengan ekskavator atau bur bulat yang besar
17
3. Letakkan pasta dari ZnO dengan formokresol dan eugenol (1:1) dalam
kamar pulpa, tekan agar pasta dapat sejauh mungkin masuk dalam saluran
akar.
Evaluasi Setelah Perawatan
Pasien dan orang tuanya perlu diberitahu bahwa mungkin gigi terasa
kurang enak dalam beberapa hari, dan untuk itu dianjurkan untuk memberikan
analgetik yang tepat kepada anak. Bila gejala tersebut menetap dalam jangka
waktu yang lebih lama, dianjurkan kepada pasien untuk devitalisasi pulpa, dan
selanjutnya perawatan pulpa yang lebih radikal atau pencabutan gigi (Budiyanti,
2012).
Evaluasi selanjutnya dilakukan setiap 6 bulan secara klinis dan setiap
tahun secara radiografis untuk melihat keadaan gigi yang dirawat dan keadaan
gigi pengganti. Kegagalan pulpotomi formokresol biasanya dapat dideteksi secara
radiografis. Tanda pertama kegagalan perawatan adalah terjadinya resorbsi
internal pada akar yang berdekatan dengan tempat pemberian formokresol. Pada
keadaan lanjut akan diikuti dengan terjadinya resorbsi eksternal. Pada molar
sulung, radiolusensi berkembang di daerah bifurkasi atau trifurkasi, sedangkan
pada gigi anterior di daerah apeks atau sebelah lateral akar. Pada kerusakan yang
parah, gigi akan goyang dan biasanya timbul fistel. Perawatan pulpotomi
formokresol yang gagal jaeang menimbulkan rasa sakit. Oleh karena itu,
kegagalan baru terdeteksi setelah pasien datang pada pemeriksaan ulang
(Budiyanti, 2012).
Bila infeksi pulpa meluas sampai melibatkan benih gigi pengganti, atau
gigi mengalami resorpsi internal atau eksternal yang luas, maka sebaiknya dicabut
(Budiyanti, 2012).
2.4.3 Pulpektomi
Pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan saluran akar.
Pada gigi molar sulung pengambilan seluruh jaringan secara mekanis tidak
memungkinkan sehubungan bentuk morfologi saluran akar yang kompleks.
Indikasi
1. Gigi sulung dengan infeksi melebihi kamar pulpa pada gigi vital atau non
vital.
2. Resorpsi akar kurang dari 1/3 apikal.
3. Resorpsi interna tetapi belum perforasi akar.
18
telah mengalami infeksi dan jaringan pulpa di saluran akar masih vital. Jika
dibiarkan dalam keadaan ini pulpa mengalami degenerasi / nekrose yang akan
menimbulkan tanda dan gejala negatif, keadaan akan berkelanjutan. Pulpektomi
masih dapat dilakukan tetapi keberhasilannya akan menurun karena degenerasi
pulpa bertambah luas. Indikasi tersebut di atas ada hubungan dengan faktor
faktor lainnya seperti :
1.
2.
3.
4.
19
Ro-foto.
Anestesi lokal dan isolasi daerah kerja.
Preparasi kavitas sesuai dengan lesi karies
Untuk mengangkat sisa sisa karies dan debris pada ruang pulpa dipakai
bur besar dan bulat. Periksa apakah semua jaringan pulpa koronal telah
terangkat.
5. Setelah ruang pulpa terbuka, perdarahan dievaluasikan dan eksudasi
purulent.
6. Jaringan pulpa diangkat dengan file endodonti.Mulai dengan file ukuran
no. 15 dan diakhiri dengan no. 35. Pada gigi sulung, preparasi dilakukan
hanya untuk mengangkat jeringan pulpa, bukan untuk memperluas saluran
akar. Irigasi saluran akar dengan bahan H2O2 3%.
7. Keringkan dengan gulungan kapas kecil dan paper point. Jangan sekali
kali mengalirkan udara langsung ke saluran akar
8. Apabila perdarahan terkontrol dan saluran akar sudah kering maka saluran
akar diisi dngan semen zink oksid eugenol. Campur pada pad, angkat
dengan amalgam carrier dan masukkan ke dalam ruang pulpa
9. Gunakan amalgam plugger dan berikan tekanan secara konstan untuk
memadatkan semen zink oksid eugenol.
10. Metode alternatif lainnya adalah menggunakan campuran tipis zink oksid
eugenol pada file atau paper point dan menempatkannya pada saluran akar.
Bentuklah campuran tebal zink oksid eugenol seperti cone dan padatkan
pada saluran akar dengan menggunakan gulungan kapas lembab sebagai
kondensor.
20
11. Roentgen foto untuk memastikan bahwa saluran akar sudah terisi dengan
zink oksid eugenol. Karena kalsifikasi saluran akar, zink oksid eugenol
tidak mencapai apeks gigi, tetapi gigi - geligi ini sering tetap berfungsi
sebelum molar permanen pertama erupsi.
12. Pasien diminta datang lagi dalam satu atau dua minggu untuk
mengevaluasi keberhasilan perawatan. Gigi geligi yang menunjukkan
gejala bebas penyakit secara klinis dan radiografis dengan eksfolisasi
dalam batas batas waktu normal dianggap sukses.
B. Pulpektomi devital
Pengambilan seluruh jaringan pulpa dalam ruang pulpa dan saluran akar yang
lebih dahulu dimatikan dengan bahan devitalisasi pulpa.
Indikasi
Sering dilakukan pada gigi posterior sulung yang telah mengalami pulpitis
atau dapat juga pada gigi anterior sulung pada pasien yang tidak tahan terhadap
anestesi. Pemilihan kasus untuk perawatan pulpektomi devital ini harus benar
benar dipertimbangkan dengan melihat indikasi dan kontra indikasinya.
Perawatan pulpektomi devital pada gigi sulung menggunakan bahan devitalisasi
yang mengandung para formaldehid seperti toxavit dan lain lain.
Teknik Perawatan
Kunjungan pertama :
1. Ro-foto dan isolasi daerah kerja.
2. Karies diangkat dengan ekskavitas atau bur dengan kecepatan rendah.
3. Letakkan para formaldehid sebagai bahan devitalisasi kemudian
ditambalkan sementara.
Kunjungan kedua (setelah 7 10 hari) :
1. Tambalan sementara dibuka dilanjutkan dengan instrumen saluran akar
dengan file Hedstrom pemakaian Reamer tidak dianjurkan.
2. Irigasi dengan H2O2 3% keringkan dengan kapas.
3. Beri bahan obat antibakteri formokresol atau CHKM dan ditambal
sementara.
Kunjungan ketiga (setelah 2-10 hari) :
Buka tambalan sementara jika tidak ada tanda tanda dapat dilakukan
pengisian saluran akar dengan salah satu bahan sebagai berikut : ZnO dan
formokresol eugenol (1:1) atau ZnO formokresol, atau pasta ZnO eugenol.
C. Pulpektomi non vital
21
Gigi sulung yang dirawat pulpektomi non vital adalah gigi sulung dengan
diagnosis gangren pulpa atau nekrose pulpa.
Indikasi
1.
2.
3.
4.
Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan estetik.
Gigi tidak goyang dan periodontal normal.
Belum terlihat adanya fistel.
Ro-foto : resorpsi akar tidak lebih dari 1/3 apikal, tidak ada granuloma
22
Faktor patologi yang dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah:
Keadaan periodontal
Kerusakan
jaringan
periodontal
merupakan
faktor
yang
dapat
Motivasi Penderita
23
Usia Penderita
Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan
keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua
usianya mengalami penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang
muda. Tetapi penting diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada
orang tua karena giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini
mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat perawatan bergantung pada
kasusnya
Keadaan kesehatan umum
Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki
risiko yang buruk terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap
infeksi di bawah normal. Oleh karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya
penyakit jantung, diabetes atau hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan
perawatan saluran akar di luar kontrol ahli endodontis.
c. Faktor Perawatan
Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar bergantung kepada :
Perbedaan operator
Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu
24
apikal saja, tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada
25
setiap permukaan akar. Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar
dan daerah percabangan akar gigi molar yang umumnya berjalan langsung
dari saluran akar ke ligamen periodontal.
Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya
saluran tambahan, sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah
perawatan dan menjurus ke arah kegagalan perawatan akhir
e. Kecelakaan Prosedural
Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir
perawatan saluran akar, misalnya :
26
27
Jangan ngemil diantara jam makan karena dapat mengganggu kerja saliva
dalam menetralkan asam.
Anak-anak boleh dikasih permen hanya sekali seminggu atau diberikan permen
yang tidak mengandung gula seperti xylitol.
Cara melakukan kontrol diet:
Pada kunjungan pertama, kita berikan borang kepada pasien untuk diisi
dirumah. Borang ini berupa tabel yang harus diisi pasien dengan jujur
mengenai apa saja yang dikonsumsi oleh pasien setiap harinya dalam
seminggu. Catat juga waktunya saat pasien makan.
Pada kunjungan berikutnya, pasien menyerahkan borang yang sudah diisi lalu
kita hitung asupan makanan pasien (dalam hal ini jumlah sukrosa).
Kita berikan penjelasan mengenai kontrol diet yang benar kepada pasien
e. Topikal Aplikasi
Yang dimaksud dengan topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung
fluor pada enamel. Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5
menit, dan selama 1 jam tidak boleh makan, minum atau berkumur (Lubis, 2001).
2.7 Trauma
Trauma merupakan kerusakan jaringan keras gigi dan atau periodontal karena
kontak yang keras dengan suatu benda yang tidak terduga sebelumnya pada gigi
baik pada rahang atas maupun rahang bawah atau kedua-duanya.
Penyebab trauma gigi pada anak yang paling sering adalah karena jatuh saat
bermain, baik diluar maupun didalam rumah dan saat berolahraga, trauma gigi
anterior terjadi secara langsung maupun tidak langsung sepertiketika benturan
yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah membentur gigi rahang
atas dengan kekuatan atau tekanan besar dan tiba-tiba (Kohc, 2001).
2.7.1 Klasifikasi Trauma
Para ahli mengklasifikasikan berbagai macam kelainan akibat trauma gigi
anterior. Klasifikasi trauma gigi yang telah diterima secara luas adalah klasifikasi
menurut Ellis dan Davey (1970) dan klasifikasi yang direkomendasikan dari
World Health Organization (WHO) dalam Application of International
Classification of Diseases to Dentistry and Stomatology.
28
Ellis dan Davey menyusun klasifikai trauma pada gigi anterior menurut
banyaknya struktur gigi yang terlibat, yaitu :
Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email.
Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan dentin
tetapi belum melibatkan pulpa.
Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan menyebabkan
terbukanya pulpa.
Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi nonvital dengan atau
tanpa kehilangan struktur mahkota.
Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.
Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan strukturmahkota.
Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacementgigi.
Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi sulung
Klasifikasi yang direkomendasikan dari world Health Organization
(WHO) dalam Application of internal clasification of disease to dentistry and
stomatology diterapkan baik gigi sulung dan gigi tetap, yang meliputi
jaringan keras gigi. Jaringan pendukung gigi dan jaringan lunak rongga mulut
I.
II.
29
kompleks (uncomplicated
crown-root fracture).
2. Fraktur akar, yaitu fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan pulpa
tanpa melibatkan lapisan email.
3. Fraktur dinding soket gigi, yaitu fraktur tulang alveolar yang melibatkan
dinding soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian fasial atau lingual
dari dinding soket.
4. Fraktur prosesus alveolaris yaitu fraktur yang mengenai prosesus
alveolaris dengan atau tanpa melibatkan soket alveolar gigi.
5. Fraktur korpus mandibula atau maksila yaitu fraktur pada korpus
mandibula atau maksila yang melibatkan prosesus alveolaris dengan atau
III.
dari soket.
IV. Kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut
1. Laserasi merupakan suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang
disebabkan oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan luka. Luka terbuka
tersebut berupa robeknya jaringan epitel dan subepitel.
2. Kontusio yaitu luka memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan benda
tumpul dan menyebabkan terjadinya pendarahan pada aderah submukosa
tanpa disertai sobeknya daerah mukosa.
30
3. Luka abrasi yaitu luka pada daerah superfisial yang disebabkan karena
gesekan atau goresan suatu benda sehingga terdapat permukaan yang
berdarah atau lecet.
2.7.2 Penatalaksanaan Trauma
Trauma gigidapat mengenai satu atau lebih dari dua gigi sulung maupun gigi
tetap. Perawatan yang dilakukan harus berdasarkan pada diagnosa yang tepat.
Penanganan dini trauma gigi sangat berpengaruh pada vitalitas dan proses
penyembuhan gigi serta jaringan sekitarnya. Langkah-langkah penanganan yang
sebaiknya dilakukan adalah sebagai berikut:
I. Penangan Umum, ditujukan untuk menegakkan diagnosis yang tepat meliputi:
1.Pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang.
Salah satu cara untuk memeriksa bayi dan anak-anak yang terkena trauma
yaitu menidurkan anak pada pangkuan ibu/ayah/atau pengasuh dengan
pandangan keatas. Tangan anak diletakkan di bawah tangan ibudan dokter gigi
duduk di depan ibu dengan kepala anak terletak pada pangkuannya. Posisi
demikian dapat memungkinkan dokter gigi untuk dapat melihat keduarahang
anak. Dokter gigi dapat menggunakan molt mouth-prop atau mengikat jari
tangannya dengan menggunakan bantalan dan adhesive tape.Anamnesis secara
lengkap dengan menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan riwayat
terjadinya trauma dilakukan dengan memberikanpertanyaan kapan terjadinya
trauma, bagaimana trauma bisa terjadi, apakah ada luka di bagian tubuh
lainnya, perawatan apa yang telah dilakukan, apakah pernah terjadi trauma gigi
pada masa lalu, dan imunisasi apa saja yang telah diberikan pada anak.
Pemeriksaan luka ekstra oral dilakukan dengan cara palpasi pada bagianbagian wajah sekitar. Palpasi dilakukan pada alveolus dan gigi, tes mobilitas,
reaksi terhadap perkusi, transiluminasi, tes vitalitas baik konvensional maupun
menggunakan vitalitester, gigi-gigi yang bergeser diperiksa dan dicatat, apakah
terjadi maloklusi akibat trauma, apakah terdapat pulpa yang terbuka, perubahan
warna, maupun kegoyangan. Gigi yang mengalami trauma akan memberikan
reaksi yang sangat sensitif terhadap tes vitalitas, oleh karena itu tes vitalitas
hendaknya dilakukan beberapa kali dengan waktu yang berbeda-beda.
31
32
pada
gigi
sulung
maka
dokter
gigi
harus
benar-benar
33
34