BAB II
ETIOLOGI, PATOFISIOLOGI DAN GEJALA KLINIS
2.1 Etiologi
Nekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab yang bervariasi, pada umumnya
disebabkan keadaan radang pulpitis yang ireversibel (pulpitis kronik) tanpa penanganan
atau dapat terjadi secara tiba-tiba akibat luka trauma yang mengganggu suplai aliran
darah kepulpa (pulpitis akut). Meskipun bagian sisa nekrosis dari pulpa dicairkan atau
dikoagulasi, pulpa tetap mengalami kematian. Dalam beberapa jam, pulpa yang
mengalami inflamasi dapat berdegenerasi menjadi kondisi nekrosis. Penyebab nekrosis
lainnya adalah bakteri, trauma, iritasi dari bahan restorasi silikat ataupun akrilik. Nekrosis
pulpa juga dapat terjadi pada aplikasi bahan-bahan devitalisasi seperti arsen dan
paraformaldehid. Nekrosis pulpa dapat terjadi secara cepat (dalam beberapa minggu) atau
beberapa bulan sampai menahun. Kondisi atrisi dan karies yang tidak ditangani juga
dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa lebih sering terjadi pada kondisi fase
kronis dibanding fase akut.
2.2 Patofisiologi
Jaringan pulpa yang kaya akan vaskular, syaraf dan sel odontoblast memiliki
kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu kemampuan untuk mengadakan
pemulihan jika terjadi peradangan. Akan tetapi apabila terjadi inflamasi kronik pada
jaringan pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang jaringan pulpa maka akan
menyebabkan kematian pulpa atau nekrosis pulpa. Hal ini sebagai akibat kegagalan
jaringan pulpa dalam mengusahakan pemulihan atau penyembuhan. Semakin luas
kerusakan jaringan pulpa yang meradang, maka semakin berat sisa jaringan pulpa yang
sehat untuk mempertahankan vitalitasnya.
Terjadinya nekrosis pulpa pada dasarnya diawali oleh infeksi bakteri pada
jaringan pulpa. Ini dapat terjadi karena adanya kontak antara jaringan pulpa dengan
lingkungan oral akibat terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpal exposure, hal ini
memudahkan infeksi bakteri ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang pada jaringan
pulpa. Apabila tidak dilakukan penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan bertambah
parah dan dapat terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya
menyebabkan nekrosis pulpa. Dentinal tubules dapat terbentuk sebagai hasil dari
operative atau restorative procedure yang kurang baik atau akibat restorative material
yang bersifat iritatif. Bias juga diakibatkan karena fraktur pada enamel, fraktur dentin,
proses erosi, atrisi dan abrasi. Dari dentinal tubulesinilah infeksi bakteri dapat mencapai
jaringan pulpa dan menyebabkan peradangan. Sedangkan direct pulpal exposure bias
disebabkan karena proses trauma, opertative procedure dan yang paling umum adalah
karena adanya karies. Hal ini mengakibatkan bakteri menginfeksi jaringan pulpa dan
terjadi peradangan jaringan pulpa.
Nekrosis pulpa yang disebabkan adanya trauma pada gigi dapat menyebabkan
nekrosis pulpa dalam waktu yang segera yaitu beberapa minggu. Pada dasarnya, proses
yang terjadi sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada
akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Trauma pada gigi dapat menyebabkan obstruksi
pembuluh darah utama pada apek dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya dilatasi
pembuluh darah kapiler pada pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti dengan degenerasi
kapiler dan terjadi edema pulpa. Karena kurangnya sirkulkasi kolateral pada pulpa, maka
dapat terjadi iskemia infark sebagian atau total pada pulpa dan menyebabkan respon
pulpa terhadap inflamasi rendah. Hal ini memungkinkan bakteri untuk melakukan
penetrasi sampai ke pembuluh darah kecil pada apek. Semua proses tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa.
3.2 Pengobatan
a. Simtomatis: diberikan obat-obat penghilang rasa sakit atau antiinflamasi (OAINS).
b. Kausatif: diberikan antibiotik (bila ada peradangan).
c. Tindakan: terdiri dari preparasi dan obturasi saluran akar. Preparasi saluran akar
terdiri dari berbagai tindakan, yaitu: preparasi akses, ekstirpasi pulpa, debridement,
drying, obturasi dan restorasi (disesuaikan dengan kondisi jaringan gigi yang masih
ada).
Tindakan restorasi yang disesuaikan dengan jaringan gigi yang masih ada, dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu:
Restorasi cavitas oklusal: untuk cavitas kecil dan mahkota yang tersisa banyak.
Restorasi Onlay/Uplay: kerusakan melibatkan cusp. Fungsinya melindungi gigi
dari fraktur.
Preparasi Mahkota: preparasi ¾ mahkota ata mahkota penuh, dapat dilakukan
jika sisa jaringan gigi tidak memungkinkan pembuatan Onlay.
Mahkota Intracoronal: restorasi di mana dibuat retensi tambahan pada bagian
kamar pulpa sekaligus sebagai penunjang mahkota ekstrakoronal.
3.3 Prognosis
Prognosis bagi gigi baik, bila diadakan terapi endodontik yang tepat.
Klasifikasi Karies Gigi G.V. Black - Pada kesempatan ini saya akan memberikan
pembagian / Klasifikasi Karies Gigi G.V. Black. Klasifikasi Karies Gigi G.V. Black ini
digunakan untuk menentukan perawatan pasien. Berikut ini adalah Klasifikasi Karies Gigi
G.V. Black:
Kelas I
Karies pada permukaan occlusal yaitu pada 2/3 occlusal, baik pada permukaan
labial/lingual/palatal dari gigi-geligi dan juga karies yang terdapat pada permukaan
lingual gigi-geligi depan.
Kelas II
Karies yang terdapat pada permukaan proximal dari gigi-geligi belakang temasuk
karies yang menjalar ke permukan occlusalnya.
Kelas III
Karies yang terdapat pada permukaan proximal dari gigi-geligi depan dan belum
mengenai incisal edge.
Kelas IV
Karies pada permukaan proximal gigi-geligi depan dan telah mengenai incisal edge.
Kelas V
Karies yang terdapat pada 1/3 cervical dari permukaan buccal/labial atau lingual
palatinal dari seluruh gigi-geligi
Kelas VI
Karies yang terdapat pada daerah incisal edge gigi depan atau pada ujung cups dari
gigi belakang