Anda di halaman 1dari 24

 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyusunan laporan ini berdasarkan kasus berikut :


”Donny 14 tahun 2 bulan, datang ke klinik integrasi RSGMP FKG UI dengan
keluhan ingin meratakan giginya. Ibunya sangat memperhatikan kondisi gigi
Donny yang menurut dokter gigi yang memeriksanya tidak memiliki benih gigi
geraham tetap sebelah kanan atas dan bawah. Gigi geligi Donny di bagian depan
 berjejal dan terlihat adanya gigitan silang. Ibu Donny berharap agar gigi Donny
dapat diratakan dan tempat giginya yang tidak tumbuh dapat dicarikan jalan
keluar dengan sebaik-baiknya. Rina mahasiswi yang memeriksanya berusaha
sebaik mungkin untuk menentukan masalah yang dialami Donny, termasuk 
mempertimbangkan keuntungan dan kerugian serta hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan untuk menentukan apa yang terbaik bagi Donny. Rina berencana
untuk segera memutuskan keadaan Donny secara menyeluruh, dimulai dengan
mengumpulkan semua daa-data secara lengkap sesuai prosedur yang diperlukan
untuk dapat menentukan kesimpulan atas keadaan pasien tersebut.”
Donny 14 tahun 2 bulan didiagnosis mengalami maloklusi kelas 1 tipe 3 dengan crossbite
 pada gigi insisif kedua
Rencana perawatan untuk kasus donny yaitu
1. Perawatan ortodontik preventif untuk mempertahankan ruang yang pada gigi yang
tidak berbenih

2. Perawatan ortodontik interseptif untuk gigi crossbite bagian anterior 

Prognosis untuk kasus ini baik, karena donny masih dalam masa pertumbuhan

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan ini, yaitu:


a. Agar peserta didik mampu mengidentifikasi kelainan/gangguan dentofasial
(maloklusi dental/skeletal/muscular)

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 1/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

 b. Agar peserta didik mampu menjelaskan berbagai pemeriksaan yang diperlukan
untuk menegakkan diagnosis dan menetapkan prognosis kasus maloklusi

c. Agar peserta didik mampu menegakkan diagnosis serta menetapkan prognosis


 pada kasus-kasus maloklusi

1.3 Rumusan Masalah

a. Apa dampak dari tidak adanya benih gigi teteap?

  b. Apakah tidak adanya benih gigi tetap merupakan suatu kelainan? Jika iya,
apa?

c. Bagaimana pengaruh gigi atas yang berantakan terhadap ruangan untuk gigi
geraham atas kanan yang tersedia?

d. Bagaimana tahapan diagnosis untuk kasus tersebut?

e. Bagaimana prognosis dari kasus tersebut?

f. Apa saja hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menegakkan diagnosis


dan rencana perawatan?

g. Apa hasil perawatan yang diharapkan oleh pasien?

1.4 Hipotesis

a. Tidak adanya benih gigi tetap, adanya gigi yang berjejal, dan adanya gigitan
silang dapat menyebabkan kelainan oklusi pada gigi Donny.

  b. Rina harus melakukan pemeriksaan yang menyeluruh dengan


mempertimbangkan keuntungan dan kerugian, serta tujuan yang ingin didapat
dalam perawatan.

1.5 Sasaran Belajar

1. Kelainan dentofacial

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 2/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

a. Definisi
 b. Etiologi
c. Klasifikasi
2. Pemeriksaan
a. Subjektif  anamnesis, keluhan utama

 b. Objektif intraoral dan ekstraoral


3. Diagnosis, rencana peraawatan prognosi dan tujuan perawatan

BAB II
PEMBAHASAN

1. MALOKLUSI

1.1. Definisi

Maloklusi adalah oklusi yang menyimpang dari normal dan dapat bersifat sementara atau
menetap. Maloklusi sementara dapat hilang sendiri dengan pertumbuhan yang baik dari
dentofasial, sedangkan maloklusi tetap akan tumbuh menjadi suatu kelainan dentofasial.

1.2. Etiologi

1. Hereditas

 Perubahan dari gen asal dapat terlihat saat prenatal atau tidak 
2. Kelainan Kongenital

3. Defek perkembangan yang asalnya tidak diketahui

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 3/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

 Defek berasal dari kegagalan diferensiasi saat periode kritis pada perkembangan
embrio. Contoh: oligodontia, anodontia, micrognathia, facial cleft
4. Lingkungan

5. Anomali jumlah, bentuk, dan ukuran gigi


6. Abnormalitas labial frenum
Abnormalitas labial frenum RA seringkali berkaitan dengan spacing midline.
7. Kehilangan Gigi Sulung Dini
Kehilangan prematur gigi sulung dapat menyebabkan migrasi gigi di dekatnya
untuk mengisi ruang kosong dan mencegah erupsi gigi permanen.
8. Retensi Gigi Sulung
Gigi sulung yang gagal resorpsi akan mencegah eruspi normal gigi permanen
 penggantinya.
9. Erupsi gigi permanen yang terlambat
Beberapa alasan yang dapat memperlambat erupsi gigi permanen adalah:
Congenital absence gigi permanen, kehadiran supernumerary teeth, adanya barrier 
mucosal berat, kehilangan prematur gigi sulung, dll.
10. Jalur Erupsi abnormal
Jalur erupsi yang abnormal dapat disebabkan oleh kurangnya panjang lengkung
rahang, adanya supernumerary teeth, dan sisa fragmen akar.
11. Ankilosis
Ankilosis adalah keadaan dimana sebagian atau seluruh permukaan akar secara
langsung berfusi pada tulang tanpa adanya membran periodontal.
12. Karies Gigi
Karies dapat menyebabkan kehilangan prematur gigi sulung atau gigi permanen
sehingga mengakibatkan migrasi gigi di sebelahnya, inklinasi aksial abnormal dan
supraerupsi gigi lawannya.
13. Restorasi gigi yang tidak tepat
Restorasi oklusal yang overcontoured menyebabkan kontak prrematur sehingga
terjadi functional shift pada mandibula selama penutupan rahang.
14. Predisposing Metabolic Climate and Disease
a.  Endocrine Imbalance
Kelainan endokrin yang dapat menyebabkan maloklusi:

b. Metabolic disturbance

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 4/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

Penyakit demam akut dipercaya dapat memperlambat kecepatan pertumbuhan


dan perkembangan, yaitu dapat menyebabkan gangguan erupsi dan tanggalnya
gigi sehingga meningkatkan risiko maloklusi.
15. Malnutrisi
Malnutrisi lebih berpengaruh kepada kualitas pembentukan jaringan dan tingkat
kalsifikasi dibandingkan dengan ukurannya.
16. Postur: Kebiasaan postur yang buruk dapat menyebabkan maloklusi.
17. Kecelakaan dan Trauma

1.3. Klasifikasi
Maloklusi dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Malposisi Gigi (  Intra-arch Malocclusions)

a. Inklinasi Mesial: Gigi miring ke mesial, mahkota lebih mesial dari


akar.
 b. Inklinasi Distal: Gigi miring ke distal, mahkota lebih distal dari akar.
c. Inklinasi Lingual: Gigi miring abnormal menghadap lidah/palatum
 pada RA
d. Inklinasi Bukal/Labial: Gigi berinklinasi abnormal menghadap bibir/
 pipi.
e. Infra-Oklusi: Gigi berada lebih di bawah bidang oklusal dibandingkan
gigi lainnya.
f. Supra-Oklusi: Gigi berada lebih di atas bidang oklusal dibandingkan
gigi lainnya.
g. Rotasi: Pergerakan gigi mengitari sumbu panjang gigi. Rotasi terbagi
atas:
1) Mesiolingual/Distolabial, yaitu aspek mesial gigi berinklinasi ke arah lingual
atau aspek distal mahkota terletak lebih labial dibandingkan aspek mesial.
2) Distolingual/Mesiolabial, yaitu aspek distal gigi berinklinasi ke arah lingual
atau aspek mesial mahkota terletak lebih labial dibandingkan aspek distal.
3) Transposisi, yaitu dua gigi bertukar tempat
2. Malrelasi Lengkung Gigi
Maloklusi ini ditandai oleh adanya suatu hubungan abnormal antara gigi geligi dalam

satu lengkung rahang dengan lengkung lainnya.


a. Maloklusi Bidang Sagital

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 5/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

1) Oklusi Prenormal, yaitu lengkung gigi RB berada lebih


 posterior saat oklusi sentris. Gigi-geligi RB bertemu dengan gigi-geligi RA di
depan posisi normal
2) Oklusi Postnormal, yaitu lengkung gigi RB berada lebih
distal saat oklusi sentris. Gigi-geligi RB bertemu dengan gigi-geligi rahang atas di
 belakang posisi normal
 b. Maloklusi Bidang Vertikal
1)  Deep Bite: Terdapat tumpang tindih vertikal antara gigi geligi
rahang atas dan rahang bawah yang melebihi normal.
2) Open Bite: Tidak terdapat tumpang tindih, ada jarak/ gap
antara gigi geligi rahang atas dan rahang bawah saat pasien dalam oklusi sentris.
c. Maloklusi Bidang Transversal
Termasuk diantaranya adalah beberapa tipe cross bites. Pada umumnya gigi geligi
rahang atas terletak di sebelah labial/bukal gigi geligi RB.
3. Maloklusi Skeletal
Maloklusi ini disebabkan oleh adanya defek pada skeletal. Defek dapat berupa
abnormalitas ukuran, posisi, atau hubungan antar tulang rahang.
Beberapa klasifikasi maloklusi dikemukakan oleh para peneliti:

 Klasifikasi Maloklusi Angle

• Maloklusi kelas I: Mesiobukal cusp dari M1 maksila berkontak dengan bukal


groove dari mandibula M1, mesiolingual cusp dari M1 maksila berkontak 
dengan oklusal fossa dari mandibula M1

• Maloklusi kelas II: Lengkung gigi mandibula berada pada distal dari lengkung
maksila, mesiobukal cusp dari M1 maksila berkontak dengan space diantara
mesiobukal cusp dari M1 mandibula dan bagian distal dari P2 mandibula,
mesiolingual cusp dari M1 maksila berkontak dengan bagian mesial-
mesiolingual cusp M1 mandibula
Dibagi menjadi 2 divisi berdasarkan angulasi labiolingual insisif maksila :
o Kelas II Divisi I: gabungan dari keadaan maloklusi kelas II, ditambah
dengan keadaan maksila insisor yang labioversion

o Kelas II Divisi II: gabungan dari keadaan maloklusi kelas II, maksila

insisor secara umum labioversion namun lateral insisor miring ke arah


labial/mesial

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 6/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

o Kelas II Subdivisi: keadaan maloklusi kelas II yang terjadi hanya pada


salah satu sisi dalam lengkung gigi saja.

 Maloklusi kelas III: lengkung gigi mandibula berada pada mesial dari
lengkung maksila, mesiobukal cusp M1 maksila berkontak pada space
interdental diantara aspek distal cusp M1 mandibula dan aspek mesial cusp
M2 mandibula. Dibagi menjadi :

o Pseudo kelas III Maloklusi: bukan Maloklusi kelas III yang sebenarnya.
Dalam keadaan ini, mandibula bergeser ke anterior pada glenoid fossa
karena terdapat premature kontak 
o Kelas III Subdivision: Dikatakan demikian karena kriteria maloklusi kelas
III hanya terjadi pada salah satu sisi saja

 Modifikasi Dewey dari klasifikasi Angle

• Modifikasi Angle kelas I


o Tipe 1: Angle kelas I disertai dengan crowding pada bagian anterior 

o Tipe 2: Angle kelas I disertai dengan maksila insisor yang mengalami labio-
version
o Tipe 3: Angle kelas I disertai dengan maksila insisor yang mengalami
linguoversion dari mandibula insisor (cross bite anterior)
o Tipe 4: Molar dan premolar mengalami bukal/linguoversion namun insisor 
dan caninus berada pada posisi normal (crossbite posterior)
o Tipe 5: Molar mengalami mesioversion karena gigi sebelah mesialnya hilang
(kehilangan gigi premature dari gigi molar sulung atau P2)

• Modifikasi Angle kelas II


o Tipe 1: Keadaan dimana secara individual, posisi rahang atas dan bawah
 berada pada posisi yang benar walaupun pada saat oklusi gigi anteriornya edge
to edge
o Tipe 2: Insisor mandibula mengalami crowding dan berada lebih lingual dari
maksila insisor 
o Tipe 3: Lengkung maksila tidak berkembang secara sempurna sehingga terjadi
crowding dan cross bite pada insisor, sedangkan lengkung mandibulanya
 berkembang sempurna dan aligmentnya benar 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 7/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

2. PEMERIKSAAN

2.1. Pemeriksaan Subjektif 

2.1.1 Status Pasien

  Nama  untuk tujuan komunikasi, identifikasi, sentuhan personal

 Umur kronologis & tanggal lahir   membantu diagnosis, rencana perawatan, prediksi
 pertumbuhan dan penggunaan prosedur perawatan tertentu
 Jenis kelamin  membantu dalam rencana perawatan, waktu & dorongan
 pertumbuhan, erupsi gigi, pubertas, reaksi psikologis

 Alamat & pekerjaan  untuk komunikasi, penilaian status sosio-ekonomi, jenis


 perawatan

2.1.2. Anamnesa

• Riwayat kasus, yaitu informasi yang diperoleh dari pasien dan/atau orang tua dan/atau
wali yang berguna untuk diagnosis keseluruhan dari kasus tersebut untuk membina
hubungan yang baik dengan pasien & memperoleh keluhan yang akurat dari pasien

• Keluhan utama: dicatat dengan bahasa pasien sendiri & mencakup kondisi yang
dideritanya untuk membantu identifikasi prioritas & keinginan pasien, menentukan tujuan
 perawatan dan memuaskan keluarga secara umum

• Riwayat medis  misalnya pasien dengan demam rematik/kelainan jantung butuh


antibiotic

• Riwayat dental  mencakup informasi umur erupsi dan eksfoliasi gigi sulung &

 permanent, alasan eksfoliasi  untuk mengetahui sikap & kemampuan pasien dalam
menjaga OH

• Riwayat prenatal  terfokus pada kondisi ibu selama hamil (kondisi nutrisi, infeksi,
 penggunaan obat-obatan) & cara melahirkan (penggunaan forcep mengakibatkan injuri
 pada TMJ)

• Riwayat pascanatal  meliputi cara memberi makan, adanya kebiasaan buruk terutama
digit/thumb sucking dan fase pertumbuhan normal

• Riwayat keluarga  maloklusi skeletal terutama kelas III & kondisi congenital seperti
cleft lip dan palatum

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 8/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

2.2. Pemeriksaan Objektif 

2.2.1. Pemeriksaan Ekstraoral

1) Pemeriksaan kepala dan wajah


Bentuk dari kepala dan dievaluasi berdasarkan cephalic index yang diformulasikan oleh
Martin dan Seller (1975), yaitu:
lebartengk  orakmaksim um
 I  =

tinggiteng  korakmaksi mum

Mesocephalic (rata-rata) 76,0-80,9 , Brachycephalic (tengkorak lebar dan pendek) 81,0-85,4 ,


Dolicocephalic (tengkorak panjang dan sempit) x – 75,9

2) Penilaian simetris wajah

Asimetris dengan derajat tertentu pada sisi kanan dan kiri wajah dapat ditemukan di
kebanyakan individu. Wajah harus diperiksa dalam bidang transversal dan vertikal untuk 
menentukan apakah derajat asimetris masih termasuk normal.

3) Profil Wajah
Profil diperiksa dengan mengambil foto wajah pasien dari jarak tertentu dengan bidang FH
  paralel terhadap lantai. Profil diperoleh dengan menghubungkan dua garis referensi yaitu
garis yang menghubungkan dahi dengan titik A jaringan lunak, dan garis yang
menghubungkan Titik A dan pogonion jaringan lunak.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 9/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

4) Facial Divergence
Wajah bagian bawah dapat berupa lurus atau terinklinasi secara anterior atau posterior 
relatif terhadap dahi. Sebuah garis ditarik dari dahi menuju ke dagu untuk menentukan
apakah wajah termasuk ke dalam kategori:
anterior divergent(garis terinklinasi ke anterior), posterior divergent(garis terinklinasi ke
 posterior), straight/orthognathic,(garis lurus, tidak terlihat kemiringan.)

5) Penilaian Hubungan Anteroposterior Rahang


Gambaran yang baik dari hubungan skeletal secara sagital dapat diperoleh dengan
menempatkan jari telunjuk dan jari tengah terhadap kurang lebih titik A dan B setelah retraksi
 bibir. Idealnya, maksila berada 2-3 mm lebih anterior dibandingkan mandibula saat oklusi
sentris.

6) Penilaian Hubungan Vertikal Skeletal


Hubungan vertikal yang normal adalah saat jarak antara glabella dan subnasale sama
dengan jarak antara subnasale dengan bagian bawah dagu. Tinggi wajah bagian bawah yang
kurang deep bite sedangkan apabila lebih besar dari normal menunukkan adanya anterior 

open bites.

10

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 10/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

7) Evaluasi proporsi wajah.


Wajah yang proporsional dapat dibagi menjadi 3 bagian vertikal sama besar 

8) Penilaian bibir.
Jarak, lebar, dan kurvatur bibir harus dinilai. Pada wajah yang seimbang jara bibir atas
sepertiga dan bibir bawah duapertiga dari tinggi wajah bagian bawah. Tepi gigi insisal yang
terlihat saat bibir atas pada posisi istirahat normalnya adalah 2 mm. Bibir dapat
diklasifkasikan menjadi:
a. Competent lips: bibir berkontak saat otot relaks.

  b. Incompetent lips: secara anatomis bibir pendek, tidak terdapat kontak saat otot
relaks,
c. Potentialy incompetent lips: bibir saat ingin berkontak terhambat oleh Insisiv RA
yang protrusi. Perkembangan bibir normal.
d. Everted lips: bibir yang hipertrofi dengan jaringan bibir yang berlebihan tetapi
tonusitas otot yang lemah.

9) Penilaian Hidung.

11

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 11/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

Ukuran, bentuk dan posisi hidung menentukan penampakan estetik dari wajah dan
oleh karena itu penting dalam prognosis kasus
10) Penilaian dagu
Bentuk dari dagu ditentukan tidak hanya oleh struktur tulang, tetapi juga oleh
ketebalan dan tonusitas dari otot mentalis.

2.2.2. Pemeriksaan Intraoral


a) Kebersihan Mulut : baik / cukup / jelek 
 b) Keadaan lidah: normal / macroglossia / microglossia
c) Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit
d) Jaringan Periodonsium

 lakukan pemeriksaan dengan periodontal probe.

 Gingiva: Normal / hypertophy / hypotropy

 Sulkus gingiva

 Mobilitas gigi
e) Mukosa normal / inflamasi / kelainan lainnya
f) Frenulum

Pemeriksaan frenulum dilakukan untuk mengetahui posisi perlekatannya ( insersio) pada


marginal gingiva serta ketebalannya, apakah akan mengganggu pengucapan kata-kata tertentu
dan apakah akan mengganggu pemakaian plat ortodontik yang akan dipasang.
g) Tonsil
Dilakukan pemeriksaan dengan menekan lidah pasien dengan kaca mulut, jika dicurigai
adanya kelaianan yang serius pasien dikonsulkan ke dokter ahli THT
Bentuk Lengkung Gigi Rahang Atas dan Bawah : Parabola / Setengah elips / Trapeziod / U-
form / V-form / Setengah lingkaran
h) Pemeriksaan Gigi Geligi

2.3. Pemeriksaan Penunjang


2.3.1. Radiograf 
Kegunaan sefalogram
a. Membantu diagnosis ortodontik melalui studi struktur skeletal, dental, dan jaringan
lunak pada regio kraniofasial

12

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 12/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

 b. Membantu menentukan klasifikasi abnormalitas skeletal dan dental, serta membantu
menentukan tipe fasial.
c. Membantu dalam rencana dan evaluasi hasil perawatan
d. Sebagai alat bantu penelitian yang berhubungan dengan regio dentokraniofasial
Landmark Sefalometri
o Landmarks yang digunakan dalam sefalometri harus memenuhi beberapa
 persyaratan, yaitu harus mudah terlihat pada suatu radiograf, outline harus tegas, harus
reproducible , dan harus memungkinkan pengukuran kuantitatif yang valid pada garis dan
sudut yang diproyeksikan

* Mandibular plane
o menurut Tweed: bersinggungan dengan batas bawah mandibula

o menurut Steiner: garis yang menghubungkan gonion-gnathion

o menurut Downs: garis yang menghubungkan gonion-menton

DOWNS ANALYSIS
Analisis Down terdiri dari 10 parameter (5 skeletal dan 5 dental).


Parameter Skeletal
a.  Facial Angle 
o Sudut yang dibentuk antara nasion-pogonion dengan FHP yang menunjukkan
 posisi antero-posterior mandibula terhadap wajah bagian atas.
 b.  Angle of convexity 
o Sudut yang dibentuk antara nasion-point A dan point A-pogonion yang
menunjukkan konveks dan konkafnya profil skeletal.
c.  A-B plane angle
o Sudut yang dibentuk antara point A-point B dengan nasion-pogonion (facial
 plane) yang menunjukkan hubungan maksila-mandibula terhadap bidang fasial.
d. Mandibular plane angle
o Sudut yang dibentuk antara perpotongan mandibular plane dengan FHP.

o Y - axis (growth axis)


Sudut yang dibentuk antara sella-gnathion dengan FHP yang menunujkkan pola

 pertumbuhan seseorang.
 Parameter Dental

13

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 13/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

a. Cant of occlusal plane: sudut yang dibentuk antara occlusal plane dengan
FHP.
 b.  Inter-incisal angle: sudut yang dibentuk antara sumbu panjang gigi I RA dan
RB.
c.  Incisor occlusal plane angle: sudut yang dibentuk dari perpotongan antara
sumbu panjang I RB dan occlusa plane
d.   Incisor mandibular plane angle: sudut yang dibentuk antara perpotongan
sumbu panjang gigi I RB dengan mandibular plane.
e. Upper incisor to A – Pog line: pengukuran linear antara incisal edge I RA ke
garis yang menghubungkan point A-pogonion.

STEINER ANALYSIS
Dibagi menjadi 3 bagian:.

 Analisis Skeletal

S.N.A. angle, S.N.B. angle, A.N.B. angle, Mandibular plane angle, Occlusal plane angle
 Analisis Dental

Upper incisor to N-A (angle) , Upper incisor to N-A (linear),   Lower incisor to N-B
(angle), Lower incisor to N-B (linear), Inter-incisor angle
 Analisis Jaringan Lunak 

Menurut Steiner, pada wajah yang seimbang, bibir harus menyentuh garis yang
memanjang dari kontur jaringan lunak dagu ke tengah sebuah ’S’ yang dibentuk oleh
 batas bawah hidung.

ANALISIS TWEED
Analisis Tweed memakai 3 bidang yang membentuk suatu segitiga diagnostik:

 Frankfort mandibular plane angle (FMPA)

 Incisor mandibular plane angle (IMPA)

 Frankfort mandibular incisor angle (FMIA)

2.3.2. Foto Fasial


- Foto ekstraoral (dilakukan sebelum dan setelah perawatan)
Fungsi
o Evaluasi hubungan & proporsi kraniofasial sebelum dan setelah perawatan

o Penilaian profil jaringan lunak 

14

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 14/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

o Kebutuhan analisis perhitungan ruang

o Monitor progress perawatan

o Deteksi & pencatatan ketidakseimbangan otot dan asimetri fasial

o
Identifikasi pasien
Jenis
o Foto frontal wajah dengan bibir relaksasi

o Foto profil wajah dengan bibir relaksasi

o Pandangan ¾ bagian sambil tersenyum atau frontal wajah sambil tersenyum

Syarat:
Posisi kepala pasien normal, tanpa background, telinga harus terlihat untuk tujuan orientasi,

tidak menggunakan kacamata

2.3.2. Model Studi


Model studi merupakan diagnostic records yang membantu mempelajari oklusi dan gigi-
geligi dari semua dimensi. Model ini merupakan reproduksi plaster akurat dari gigi dan
 jaringan lunak di sekitarnya.

Syarat-syarat model studi yang ideal:


a. Model dengan akurat mereproduksi gigi dan jaringan lunak sekitarnya
 b. Model harus ditrim agar simetris dan dental oklusi dapat terlihat
c. Model harus memiliki permukaan yang bersih, halus, dan dengan sudut yang tajam.

Urgensi model studi:


a. Model studi memiliki pandangan tiga-dimensi dari gigi-geligi pasien, sehingga sangat

 penting dalam rencana perawatan.


 b. Oklusi dapat dilihat dari aspek lingual
c. Model memberikan permanent record dari hubungan intermaksila dan oklusi pada
awal perawatan
d. Merupakan visual aid untuk dokter gigi saat memonitor perubahan
e. Membantu memotivasi pasien dengan menunjukkan perkembangan perawatan.
f. Dibutuhkan untuk perbandingan tujuan pada akhir perawatan.

15

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 15/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

Fungsi model studi, yaitu mendirikan dan mendata anatomi dental dan interkuspasi,
memperkirakan dan mendata bentuk lengkung rahang dan kurva oklusi, mengevaluasi oklusi
dengan bantuan articulator, mengukur perkembangan selama perawatan, dan menghitung
analisa ruang.

Analisis model studi:


o Metode Moyers

 Metode Moyers digunakan pada periode gigi bercampur 

 Tujuan dari analisa moyers adalah : untuk mengevaluasi besar ruang yang tersedia
untuk menampung gigi geligi tetap yang akan erupsi


Terdapat hubungan antara ukuran gigi geliligi insisif bawah dengan ukuran gigi
caninus dan premolar.

 Metode analisisnya adalah sbb :

 Berikan tanda pada midline, mesial M1 dan tanda oklusi pada model studi RA dan
RB

 Dengan menggunakan plastik transparan, plastik tersebut diberikan tanda midline,


tanda RA&RB, serta kiri dan kanan

 Tandai tanda oklusi di RA&RB pada plastik. Hasilnya, bila dilipat, tanda oklusi
RA &RB akan berhimpit

 Tandai mesial M1 RA dan RB pada plastic

 Buat lengkung gigi (LG) di plastik. Untuk LG Awal rahang atas, jajaki insisal
anterior dan sentral fossa posterior; sedangkan pada RB, jajaki insisal anterior dan
tonjul cusp bukal posterior 

 Buatlah LG baru di RA&RB dengan memperhatikan keluhan utama, foto profil

dan cephalogram, perlu/tidaknya perbaikan hub molar, overjet dan midline


 Ukur lebar M-D gigi 32, 31, 41, 42, kemudian dijumlahkan

 Dari akumulasi tersebut akan diperoleh probabilitas untuk gigi 3 4 5

 Ukur jarak distal I2 sampai mesial M1 di tiap regio RA &RB. Jarak ini merupakan
available space.

 Probabilitas untuk gigi 3,4,5 dilihat pada baris 75% dari Tabel Moyers untuk RA
& RB. Hasilnya disebut Required space

 Untuk menentukan kelebihan atau kekurangan ruang = selisih dari available space
dan required space tiap kuadran

16

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 16/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

o Metode Kesling

 Metode Kesling menggambarkan kebutuhan ruang pada periode gigi permanen

 Metode:

 Berikan tanda pada midline, mesial M1 dan tanda oklusi pada model studi RA dan
RB
 Dengan menggunakan plastik transparan, plastik tersebut diberikan tanda midline,
tanda RA&RB, serta kiri dan kanan

 Tandai tanda oklusi di RA&RB pada plastik. Hasilnya, bila dilipat, tanda oklusi
RA &RB akan berhimpit

 Tandai mesial M1 RA dan RB pada plastic

 Buat lengkung gigi (LG) di plastik. Untuk LG Awal rahang atas, jajaki insisal
anterior dan sentral fossa posterior; sedangkan pada RB, jajaki insisal anterior dan
tonjul cusp bukal posterior 

 Buatlah LG baru di RA&RB dengan memperhatikan keluhan utama, foto profil


dan cephalogram, perlu/tidaknya perbaikan hub molar, overjet dan midline

 Ukur jarak M-D dari gigi I1 sampai distal P2. Lalu pindahkan jarak tersebut ke
lengkung gigi baru

 Lihat kebutuhan ruang yang ada

3. RENCANA PERAWATAN

3.1. Tujuan
Ada tiga jenis tujuan (goal) perawatan ortodonsi, yakni:

 Perawatan Ideal
Goal ideal yang dimaksud meliputi kesehatan mulut, fungsi, dan kosmetik 

 Perawatan Kompromis
Beberapa kasus tidak dapat dirawat secara ideal.

 Perawatan Simptomatik / Paliatif 

3.2. Rencana Perawatan pada Primary Dentition


Alasan Perawatan
Untuk menghilangkan halangan dari pertumbuhan normal wajah dan gigi, serta untuk 
mempertahankan atau mengembalikan fungsi normal.

17

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 17/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

Kondisi yang harus dirawat

 Crossbites anterior dan posterior 

 Kasus dimana gigi susu telah hilang dan dapat menghasilkan kehilangan ruang dalam

lengkung
 Tertahannya erupsi incisive primer (tidak sesuai dengan erupsi normalnya)

 Gigi-gigi malposisi yang menyebabkab ketidaksesuaian fungsi oklusi

 Semua kebiasaan atau malfungsi yang dapat merubah atau mengganggu pertumbuhan
Kontraindikasi perawatan pada primary dentition

 Tidak ada jaminan bahwa hasilnya dapat bertahan

 Hasil yang lebih baik dapat diperoleh dengan usaha yang lebih ringan di lain waktu

 Ketidakdewasaan sosial dari anak yang menyebabkan perawatan impractical .

3.3. Rencana Perawatan pada Transitional/Mixed Dentition


Periode mixed dentition merupakan kesempatan terbaik untuk  occlusal guidance dan
 pencegahan maloklusi.
Alasan Perawatan

 Perawatan tidak menghalangi pertumbuhan normal dari gigi geligi

 Maloklusi tidak dapat dirawat lebih efisien pada saat densisi permanen
Kondisi yang harus dirawat

 Kehilangan gigi sulung yang membahayakan available space di lengkung rahang

 Penutupan space yang disebabkan  premature loss dari gigi sulung; space yang hilang
harus diperoleh kembali

 Malposisi gigi geligi yang tidak sesuai dengan perkembangan fungsi oklusi normal,
yang menyebabkan pola erupsi maupun mandibular closure yang buruk, atau
membahayakan kesehatan gigi.
 Supernumerary teeth yang memungkinkan terjadinya maloklusi

 Crossbite gigi permanen

 Maloklusi yang disebabkan oleh bad habit .

 Oligodonsia, jika penutupan ruang akan dibuatkan protesis

 Spacing antara gigi I1 Atas

   Neutroklusi dengan labioversi ekstrim dari gigi anterior atas (Maxillary dental 
 protraction )

18

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 18/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

 Kasus kelas II (Distoklusi), tipe fungsional, dental, dan skeletal.

3.4. Rencana Perawatan pada Permanent Dentition

Terapi ortodonsi dapat dilakukan pada orang dewasa yang sehat, namun strategi dan
taktik berubah secara radikal ketika terdapat penyakit periodontal dan atau kehilangan
gigi.

3.5. Macam Perawatan


3.5.1. Preventif Orthodontik 
 Preventive orthodontics digunakan sebagai antisipasi sebelum timbul suatu masalah.

Prosedur dalam  preventive orthodontics:


1. Edukasi kepada orang tua
2. Kontrol karies
3. Perawatan terhadap gigi sulung
Menggunakan topical flouride dan pit fissure sealent.
4. Ekstraksi gigi supernumerary
Kehadiran gigi supernumerary bisa menghalangi erupsi gigi permanen.
5. Eliminasi gangguan oklusal
Gangguan oklusal dapat dilihat menggunakan articulating paper..
6. Maintenance of tooth shedding time table
7. Space Maintenance
8. Removable Space Maintenance
9. Fixed space maintenance

3.5.2. Interseptif Ortodontik 


Interseptif Orthodontic: Prosedur yang dilakukan ketika telah terjadi maloklusi. Tujuannya
untuk mencegah maloklusi berkembang menjadi lebih parah.
Macam:
1) Serial Ekstraksi

19

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 19/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

Prosedur ini dilakukan pada awal mixed dentition, ketika disadari bahwa akan terjadi
maloklusi. Prosedur ini mengekstraski gigi sulung dan gigi permanen tertentu.
Prinsip Dasar:
1. Panjang Lengkung Rahang

2. Pergerakan Gigi Fisiologis

Indikasi
- Maloklusi kelas I.

- Defisiensi panjang lengkung rahang

- Profil wajah straight (lurus).

Kontra Indikasi

• Maloklusi kelas II dan III.

• Gigi jarang-jarang.

• Anodontia / Oligodontia.

• Openbite / Deepbite.

• Midline diastema.

• Maloklusi kelas I dengan defisiensi ruang lengkung rahang yang sedikit.

• Malformasi gigi yang belum erupsi.

• Karies tinggi atau tumpatan yang banyak.

Keuntungan
• Pergerakan gigi fisiologis karena pada awal mixed dentition.

• Mengurangi kemungkinan memakai band instrument.

• Mengurangi resiko terjadinya karies, sehingga OH lebih baik.

Kerugian

Perawatan yang lama (2-3 tahun).

20

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 20/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

• Membutuhkan jadwal yang pasti untuk ekstraksi, dan control yang rutin.

• Pasien harus kooperatif.


Resiko tongue thrusting tinggi.

• Dapat terdapat ruang antara P2 dan C.

Prosedur 

• Metode Dewel

a. Ekstraksi c anak  I dewasa yang crowding menjadi lebih baik oklusinya.


Pada usia 8-9 tahun.

 b. Satu tahun kemudian, ekstraksi m1 anak  P1 dewasa tumbuh.

c. Ekstraksi P1 dewasa  untuk tempat tumbuh C dewasa.

• Metode Tweed dan Metode Nance

a. Ekstraksi m1 anak (8 tahun).

 b. Ekstraki P1 dewasa dan c anak.

2) Koreksi Cross Bite yang Berkembang

3) Kontrol Kebiasaan Buruk 

4) Space Regainer

Dilakukan ketika m2 sulung mengalami premature loss dan terjadi kehilangan ruang

dikarenakan pergerakan mesial dari M1 dewasa yang telah erupsi.


5) Latihan Otot

- Latihan otot masetter 

- Latihan otot circum-oral (bibir)

- Latihan lidah

6) Pembuangan Jaringan Lunak dan Keras (Tulang) yang Menghalangi


Tumbuhnya Gigi Permanen

21

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 21/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

22

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 22/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Proffit WR, Fields HW, Ackerman JL et al. Contemporary Orthodontic.,3rd ed.st.Louis :


Mosby
Robert E. Moyers, D.D.S., Ph.D.  Handbook of Orthodontics third edition,year book medical
 publishers 1975

Bhalajhi SI. Orthodontics.The Arts and Science. Arya (MEDI) Pub House. New Delhi 2006

23

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 23/24


 

5/11/2018 ma ka la h - slide pdf.c om

24

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ma ka la h-55a 236d111b4c 24/24

Anda mungkin juga menyukai