Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KELOMPOK

BBDM MODUL 6.1


SKENARIO 2

Dosen Pembimbing :
drg.Brigitta Natania,MSc.,Sp.KG
Disusun oleh :
Kelompok : 6
1. Welmanco Pandapotan M. 22010218140064
2. Azzahra Astiana Putri 22010218140065
3. Nia Damayanti 22010218130066
4. Primalita Susilowati 22010218130067
5. Sarah Faustine Idelia 22010218130068
6. Laila Rahma Milenia 22010218140069
7. Farhan Jordan Akbar 22010218140070
8. Saskya Aldina Nur A. 22010218140072
9. Bima Kurnia Adi I. 22010217130034
10. Mega Resinta Dewi 22010217140049
11. Attamara Ati S. 22010217130061

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan : Belajar Bertolak Dari Masalah


Modul : 6.1
Skenario :2
Kelompok :6
Judul Skenario :-
Tutor : drg.Brigitta Natania,MSc.,Sp.KG

Tanggal Tanda Tangan Tutor/Dosen Yang Mengesahkan Nilai Laporan


Pengesahan

26 Februari
drg.Brigitta Natania,MSc.,Sp.KG
2021
SKENARIO 2

Seorang pasien wanita usia 35 tahun datang ke poli gigi RSND ingin memeriksakan sariawan
di pipi kanan bagian dalam yang tidak membaik sejak dua minggu yang lalu. Lokasi sariawan
tersebut dekat dengan bagian gigi yang tajam. Gigi tersebut pernah ditambal 2 tahun lalu.
Pada pemeriksaan tampak ulkus dangkal dengan diameter 5 mm pada mukosa bukal gigi 46.
Tampak tumpatan komposit kelas II pada Gigi 46 dengan terdapat karies sekunder antara tepi
tumpatan dengan tepi gigi pada sisi proksimal bagian bukal dan bagian lingual, tepi gigi
bagian bukal tajam. Gigi terasa ngilu bila minum air dingin dan tidak terdapat nyeri spontan.
Dokter gigi menyarankan kepada pasien untuk dibuatkan restorasi rigid sehingga dapat
merasakan rasa nyaman untuk dipakai mengunyah makanan.

I. TERMINOLOGI
1. Ulkus
Ulkus adalah istilah yang digunakan untuk menyebut luka pada jaringan kutaneus
atau mukosa yang terbuka, yang menunjukan disintegrasi jaringan secara perlahan-
lahan disertai nekrosis.
kerusakan jaringan epitel yang berupa cekungan dan memiliki batas tegas
2. Mukosa bukal
lining mukosa dan memiliki struktur epitel skuamosa stratifikasi non keratinisasi
3. Restorasi rigid
Restorasi rigid yaitu restorasi yang dibuat di luar mulut dari bahan yang rigid atau
kaku dan di semen pada kavitas gigi dengan perantara semenyang sangat
membantu pada rencana restorasi lanjutan pada gigi pasca perawatan
endodontie.
Restorasi yang dibuat di lab dental dengan menggunakan model cetakan gigi yang di
preparasi dan disemenkan pada gigi, dapat berupa inlay, onlay, crown dan veener.
Bahannya logam, komposit, porselen, dan porselen fuse to metal.
Bahan restorasi rigid bisa dibuat dengan teknik secara langsung (direk) dan tidak
secara langsung (indirek). Restorasi indirek dapat dibagi lagi menjadi restorasi
intrakorona dan ekstrakorona. Termasuk dalam restorasi intrakorona adalah inlay,
sedangkan restorasi ekstrakorona adalah mahkota full veneer.
4. Tumpatan komposit kelas II
restorasi yang melibatkan permukaan mesial, oklusal, dan distal dimana resin
komposit yang digunakan dapat adekuat sebagai restorasi posterior
5. Karies sekunder
Karies sekunder merupakan karies yang timbul di tepi tambalan yang sudah ada.
Karies sekunder dapat disebabkan oleh penumpukan plak 2 yang pada umumnya
terletak di antara tambalan dan gigi yang menyebabkan terbentuknya kebocoran tepi.
Disebabkan oleh tepi restorasi yang overhanging margin, pecahnya bagian gigi
posterior yang memiliki kecenderungan karies karena sulit untuk dibersihkan,
kebocoran tambalan sehingga bakteri masuk dan merusak jaringan gigi yang sehat.
6. Restorasi kelas II
restorasi yang melibatkan permukaan mesial, oklusal, dan distal dimana r dapat
adekuat sebagai restorasi posterior.
7. Sariawan
Suatu luka kecil dangkal di dalam mulut atau di dasar gusi.Tidak seperti lepuh cold
sore, sakit sariawan tidak terjadi di bibir dan tidak menular.
Penyebab :
-Cedera, seperti karena tergigit atau kesalahan dalam menyikat gigi
-Infeksi jamur, virus, atau bakteri di mulut atau di bagian tubuh lain
-Penyakit autoimun, seperti lupus
-Kondisi tertentu, seperti perubahan hormon, kekurangan nutrisi, stres, merokok, dan
faktor genetik
Sering terjadi di mukosa tidak berkeratin, pada palatum linak mukosa bukal dasar
mulut dan lidah.
Inflamasi lapisan struktur jaringan lunak pada mulut dengan tanda kemerahan,
pembengkakan, dan kadang-kadang perdarahan dari derah yang terkena dan
membentuk ulkus.
Stomatitis biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan agak cekung
dapat berupa bercak tunggal maupun bercak kelompok.
Sariawan biasanya muncul secara berulang baik sebagai ulkus tunggal ataupun ulkus
yang lebih dari satu yang akan sembuh dalam waktu 7-14 hari.
Disebut juga SAR, ada 3 tipe yaitu minor, mayor dan herpetiform.
SAR mayor adalah bentuk yang paling parah yang ditandai dengan ulser oval, besar,
dan memiliki diameter >1cm, sering memiliki tepi meninggi dan tidak beraturan. Pada
bentuk ini dapat terjadi 1-10 ulser secara bersamaan dan dapat berlangsung selama
beberapa minggu sampai beberapa bulan. Penyembuhan ulser ini dapat menyebabkan
sikatriks. SAR minor umumnya berlangsung selama 1-2 minggu dan memiliki
diameter <10 mm. SAR herpetiform memiliki diameter kurang dari 1 mm.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa indikasi dan kontra indikasi restorasi rigid?
2. Penyebab munculnya sariawan sesuai skenario?
3. Apa diagnosis sementaranya?
4. Apa rencana perawatan sesuai skenario?
5. Apa penyebab dr karies sekunder sesuai skenario?
6. Mengapa perlu dipasang/dilakukan restorasi rigid pd kasus tsb?
7. Apa dampak yg timbul dari karies sekunder?
8. Apa dampak jika sariawan tdk ditangani terlebih dahulu sblm dilakukan restoras?
9. Apa macam-macam restotasi rigid?
10. Apakah sariawan yg muncul berhubungan dg tambalan sblmnya?
III. HIPOTESIS
1. Apa indikasi dan kontra indikasi restorasi rigid?
Indikasi:
-Gigi vital dan gigi non vital
-Mementingkan faktor estetis
-Keadaan sosial ekonomi memungkinkan
- kegagalan pada restorasi plastis sebelumnya
- jika jaringan yang sehat tersisa sedikit
- bila gigi tersebut akan digunakan sebagai gigi penyangga suatu jembatan
- mahkota klinis pendek dan tekanan oklusal besar
Kontraindikasi
-OH mulut jelek
-Bruxism
• Ekononmi pasien tidak mendukung
• Untuk pasien yang sudah menggunakan restorasi logam perlu dipertimbangkan
untuk menghindari arus galvanik
2. Penyebab munculnya sariawan sesuai skenario?
Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat bicaraatau saat mengunyah, kebiasaan
buruk (bruksism), akibat perawatan gigi, cups gigi yang tajam, makanan atau
minuman yang terlalu panas, suntikan anastesi lokal yang dapat memicu terjadinya
inflamasi. Trauma lokal pada oral dapat memicu timbulnya edem dan inflamasi
seluler yang beruhubungan dan meningkatnya viskositas dari matriks submukosa oral.
Terjadi lesi sekunder yang berbentuk ulkus, yaitu hilangnya lapisan epitelium hingga
melebihi membrana basalis dan sampai mengenai lamina propria yang diakibatkan
oleh trauma.
- Tumpatan yang lepas sehingga mengakibatkan bagian gigi yang tajam, lalu dapat
mengakibatkan luka sehingga menyebabkan peradangan, seiring durasi dan intensitas
menyebabkan traumatisasi. Sehingga sariawan
- imun rendah, stres, tubuh yang lemah.
3. Apa diagnosis sementaranya?
Sariawan dan pulpitis reversibel pada gigi 46
a. Stomatitis Aphtous, merupakan jenis sariawan yang sering terjadi disebut juga
dengan istilah ulkus aphthous, merupakan ulkus (luka sariawan) yang berwarna pucat
atau kuning dengan pinggir luarnya berwarna kemerahan baik tunggal maupun
berkelompok yang terletak dalam mulut , gusi, lidah (baca: sariawan di lidah).
Biasanya berlangsung selama 5 sampai 10 hari dan tidak disertai demam atau badan
panas dingin. Sariawan ini jarang terjadi pada permukaan bibir.
b. Gigi 46:
Pulpitis reversible, Reversible pulpitis merupakan peradangan ringan pada saraf gigi
(pulpa) yang menyebabkan rasa sakit atau tidak nyaman saat gigi terpapar makanan
manis maupun dingin dan kemudian rasa sakit akan segera menghilang apabila sudah
tidak terpapar oleh hal-hal tersebut. Pada pulpitis jenis ini, keadaan saraf gigi (pulpa)
dapat kembali normal apabila ditangani secara tepat. Apabila tidak ditangani secara
tepat, maka reversible pulpitis akan berlanjut menjadi irreversible pulpitis.
4. Apa rencana perawatan sesuai skenario?
Sariawan:
Tata laksana dari RAS ini biasanya dilakukan berdasarkan faktor predisposisi yang
paling dominan pada pasien tersebut. Namun, secara garis besar, tata laksana RAS
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu perawatan non-farmakologis, terapi farmakologis
(analgesik/antiinflamasi dan antibiotik topikal), dan terapi kortikosteroid topikal.
Kemudian pembongkaran tumpatan, lakukan preparasi persiapan restorasi rigid,
kemudian pencetakan rahang dan pengecoran untuk dikirim ke laboratorium.
Restorasi yang tepat pada kasus ini adalah onlay indirect. Dan dilakukan perawatan
saluran akar.
5. Apa penyebab dr karies sekunder sesuai skenario?
Karies sekunder adalah karies yang menyebar dibawah atau di dalam tepi restorasi,
disebabkan oleh akumulasi debris akibat tidak sempurnanya preparasi kavitasFraktur
gigi/ restorasi adalah patahnya gigi atau restorasi yang dapat menyebabkan
terpisahnya restorasi dari kavitas. Sensitifitas gigi adalah rasa ngilu yang mucul
akibat perubahan suhu (panas/dingin).
Kontak proksimal yang tidak baik ini dapat menyebabkan retensi sisa makanan,
sehingga terbentuk karies sekunder. Kontak proksimal yang tidak rapat bisa
disebabkan oleh kontur matriks band yang tidak adekuat, gerakan matriks band ketika
insersi resin komposit, matriks band yang tidak berkontak langsung dengan
permukaan proksimal gigi yang berdekatan dan matriks band yang terlalu tebal.
Karena di gigi posterior, bisa karena beban oklusinya lebih besar sehingga bisa
menyebabkan tumpatan pecah dan lebih sulit dibersihkan. Tumpatan yang
overhanging bisa menyebabkan permukaannya kasar dan retentif untuk penumpukan
plak, OH buruk,bevel tipis, kegagalan restorasi,permukaan restorasi kasar.
- Adanya microleakage, yang merupakan suatu celah berukuran mikro antara bahan
restorasi dengan sruktur gigi, sehingga margin restorasi terbuka.
- Adaptasi yang buruk, yang menyebabkan masuknya cairan oral, bakteri maupun
toksinnya sehingga menyebabkan karies sekunder
6. Mengapa perlu dipasang/dilakukan restorasi rigid pd kasus tsb?
Berdasarkan skenario, karies sudah sampai ke sisi bukal dan lingual sehingga dokter
menyarankan restorasi rigid untuk memperbaiki kontak interproksimal. Kemudian
karena gigi posterior memiliki beban kunyah yang berat dan sifat restorasi rigid lebih
resisten serta jarang mengalami pengerutan sehingga dapat efisien dan tahan lama.
Jenis restorasinya bisa menggunakan onlay metal karena sudah melibatkan lebih dari
1 cusp (bukal dan lingual) dan gigi tersebut memiliki tekanan oklusal yang lebih kuat
dan tidak memerlukan estetik yang lebih dibandingkan gigi anterior.
Oleh karena banyak masalah-masalah restorasi yang memerlukan pemecahan
dan batasan-batasan tertentu yang tidak dapat diselesaikan dengan
menggunakan restorasi plastis. Karena untuk masing-masing restorasi diperlukan
dukungan dari gigi. Bila dukungan dari gigi terbatas atau bahkan tidak ada, restorasi
rigid merupakan restorasi pilihan.
7. Apa dampak yg timbul dari karies sekunder?
Karies sekunder umumnya ditandai dengan diskolorisasi pada tepi tumpatan.
Perubahan warna ini disebabkan karena matriks resin yang merupakan komponen
bahan utama dari resin komposit sangat berpengaruh pada stabilitas warna yang
dipengaruhi oleh pH larutan. Apabila pH dalam rongga mulut rendah akan merusak
tumpatan dan email sehingga membentuk lubang kecil yang biasa disebut celah mikro
(mikroleakage). Seringnya mengkonsumsi makanan atau minuman dengan zat
pewarna, misalnya seperti teh dan kopi dapat mengakibatkan diskolorisasi. Apabila
karies sekunder tidak segera dirawat, karies sekunder dapat menyebabkan iritasi
bahkan hingga nekrosis pada pulpa.
8. Apa dampak jika sariawan tdk ditangani terlebih dahulu sblm dilakukan restorasi?
Sariawan yang tidak kunjung sembuh dan berlangsung selama beberapa minggu dapat
membuat penderitanya kesulitan untuk bicara, menyikat gigi, atau makan. Jika
penyebabnya tidak segera ditangani, sariawan bisa bertambah banyak atau bertambah
parah, hingga memicu demam bahkan selulitis.
9. Apa macam-macam restotasi rigid?
Ekstraoral
- All metal crown / full cast crown
- All ceramic crown
- Porcelain fused to metal
- Veenner
Intraoral
- Inlay
Indikasi
- Kavitas yang kecil/ karies proksimal lebar.
- Kavitas dengan bentuk preparasi >1,5 jarak central fossa ke puncak cusp.
- Mengembalikan estetik pada restorasi gigi posterior yang mengalami
kerusakan (karies sekunder).
Kontraindikasi
- Frekuensi karies tinggi
- OH pasien jelek
Onlay
Indikasi
- Pengganti restorasi amalgam yang rusak.
- Restorasi dibutuhkan sebagai penghubung tonjol bukal dan lingual.
- Restorasi gigi posterior yang menerima tekanan oklusal kuat.
- Complete crown.
- Gigi yang rusak parah (karies yang melibatkan cups).
- Didesain untuk memperkuat jaringan yang tersisa.
- Memperbaiki fungsi oklusi.
Kontraindikasi
- OH buruk
- Pasien dengan insidensi karies tinggi
- Mahkota gigi pendek , pada gigi vital
- Karies yang sangat luas (bukal, palatal, oklusal)
10. Apakah sariawan yg muncul berhubungan dg tambalan sblmnya?
Ya berhubungan. Karena kondisi tambalan sebelumnya yang tajam dapat
menyebabkan trauma pada mukosa. Selain itu bakteri dari karies sekunder jg bisa
berhubungan dengan terjadinya sariawan.

IV. PETA KONSEP

definisi,
indikasi &
kontraindikasi

prosedur jenis-jenis
perawatan restorasi
sesuai rigid (kelebihan &
skenario kekurangan)

rencana perawatan
(subjektif, objektif,
ulkus, karies sekunder)
V. SASARAN BELAJAR
Mahasiwa memahami dan menjelaskan
1. definisi, indikasi & kontraindikasi restorasi rigid
2. jenis-jenis (kelebihan & kekurangan) restorasi rigid
3. rencana perawatan (subjektif, objektif, ulkus, karies sekunder) sesuai skenario
4. prosedur perawatan sesuai skenario

VI. BELAJAR MANDIRI


1. Definisi, Indikasi & Kontraindikasi Restorasi Rigid
a. Definisi
Restorasi rigid merupakan restorasi yang dibuat di laboratorium dental dengan
menggunakan model cetakan gigi yang dipreparasi kemudian disemenkan pada gigi.
Umumnya restorasi ini membutuhkan kunjungan berulang dan penempatan tumpatan
sementara sehingga lebih mahal untuk pasien.
b. Indikasi :
 Kegagalan pada restorasi plastis sebelumnya
 Jika jaringan yang sehat tersisa sedikit
 Bila gigi tersebuta akan digunakan sebagai gigi penyangga suatu jembatan
 Mahkota klinis pendek
 Tekanan oklusal besar
c. Kontraindikasi:
 Tingkat karies yang tinggi
 Oral hygine pasien buruk
2. Jenis-Jenis (Kelebihan & Kekurangan) Restorasi Rigid
A. Ekstrakoronal
Contoh: full crown
a. All metal crown
Restorasi yang terbuat dari logam campur yang dituang dan dipasang
menyelubungi seluruh permukaan mahkota.
- Indikasi: Gigi M P RA RB, penderita dengan oklusi berat
- Kontraindikasi: Sisa mahkota tidak cukup terutama pulpa vital, memerlukan
estetik, OH buruk, gusi sensitif terhadap logam
- Kelebihan: Kekuatan maksimum, tahan lama
- Kekurangan: Tidak dapat digunakan pada gigi yang butuh estetik
b. All ceramic crown/porselen

- Indikasi: Tooth discoloration, malposisi gigi yang telah dirawat endodonsi


- Kontraindikasi: Indeks karies tinggi, distribusi beban oklusal tidak baik,
bruxism
- Kelebihan: estetik sangat baik, resistensi bagus, konduktivitas panas rendah,
kecocokan baik dengan struktur gigi, permukaannya mengkilap
- Kekurangan: mahal, mudah pecah jika tekanan berlebih, pembuatan sulit,
kurang kuat, dapat menyebabkan gigi antagonis mengalami aus
c. Porcelain Fused to Metal

Crown yang kekuatannya dari substruktur metal dan estetik dari veneer porcelain.
- Indikasi: Restorasi akhir pasca PSA, kerusakan gigi luas, memerlukan estetik
- Kontraindikasi: Karies, penyakit periodontal tidak dirawat, ruang pulpa besar,
dinding fasial utuh, bruxism, clenching
- Kelebihan: Kekuatan, estetik, kerapatan tepi dan daya tahan baik
- Kekurangan: Ketahanan terhadap benturan rendah, pengurangan signifikan,
margin sering pada subgingiva sehingga meningkatkan potensi penyakit
periodontal.
d. Veneer

- Kelebihannya: Estetik sangat baik, daya tahan terhadap abrasi besar, tahan
terhadap pengaruh biologis, kimiawi dan mekanis, warna mudah disesuaikan
dengan gigi asli, tidak mudah dilekati plak, bentuk mudah dimodifikasi,
preparasi minimal
- Kekurangan: Preparasi membutuhkan ketelitian karena pengurangan sangat
minimal 0,5-0,7 mm, mahal, jika terjadi kerusakan harus dibuatkan baru

B. Intrakoronal

a. Inlay
memperbaiki gigi yang memiliki kerusakan ringan-sedang, bila mengenai
sebagian cusp/tambalan berada diantara cusp sehingga ukurannya tidak luas.
- Kelebihan: Lebih kuat dan tahan lama daripada tumpatan biasa,
- Kekurangan: Lebih mahal dibanding tumpatan biasa
- Indikasi: Kerusakan meliputi setengah/lebih permukaan gigi pada gigi
belakang, menggantikan tambalan lama, untuk kavitas yang kecil/karies
proksimal lebar
- Kontraindikasi: Permukaan oklusal berat, ketidakmampuan untuk
memeliharanya, preparasi subgingival tajam, frekuensi karies tinggi
b. Onlay
 restorasi gigi lebih luas meliputi 1 cups/lebih dari 2/3 dataran oklusal.
- Indikasi: Kerusakan gigi posterior yang besar tetapi email dan dentin bukal
dan lingual masih sehat, lebar isthmus melebihi sepertiga jarak antar cups,
mahkota klinis tinggi, pengganti restorasi amalgam yang rusak
- Kontraindikasi: OH buruk, insidensi karies tinggi, gigi vital, karies luas
melibatkan bukal, palatal, lingual, dan oklusal.

Macam-macam inlay dan onlay


1) Logam
- Kelebihan : resistensi kuat dibandingkan komposit, dapat memperkuat
jaringan yang tersisa, polishing lebih mudah, dapat membentuk kontur gigi
lebih baik.
- Kekurangan : Kunjungan berkala, apabila rusak sulit diperbaiki, lebih mahal
dibandingkan restorasi direct, teknik rumit, estetik buruk.
2) Porselen

- Kelebihan : Estetik baik, resistensi bagus, mempunyai kemampuan


menguatkan struktur gigi yang tersisa, mengembalikan anatomis gigi,
polimerisasi shrinkage tidak ditemukan.
- Kekurangan: Mahal, waktu kunjungan lama, memerlukan keterampilan tinggi,
menyebabkan keausan gigi antagonis, kesulitan untuk polishing intraoral.
3) Komposit
- Indikasi: menggantikan tambalan lama, membutuhkan estetik, memperbaiki
restorasi tidak sempurna, fraktur besar
- Kelebihan: Estetik, preparasi tidak rumit
- Kekurangan: Kurang tahan lama dan mudah aus dibandingkan bahan
logam/porselen, memerlukan kunjungan tambahan,
4) Indirect komposit dengan fibers
Indikasi: gigi dengan restorasi besar dengan sedikit enamel tersisa, sebagai bahan
dasar pada veneer komposit dengan penambahan fibers digabungkan ke dalam
matriks resin.

5) Mahkota ¾
Hanya 3 permukaan yang ditutup oleh mahkota. Bagian yang tidak tertutup
adalah bagian labial/bukal. Preparasi memerlukan pembuangan jaringan lebih
sedikit dibandingkan fullcrown.

C. Interadikuler
a. Mahkota pasak
Restorasi sebagian/seluruh mahkota yang disemenkan. Untuk gigi pasca PSA dan
mahkota yang rusak sehingga retensi utama terletak pada saluran akar.
- Indikasi: gigi pasca PSA, memperbaiki inklinasi gigi
- Kontraindikasi: jaringan pendukung gigi tidak cukup, OH buruk, dinding
saluran akar tipis, resorpsi proc.alveolaris lebih dari 1/3
b. Mahkota pasak fiber reinforced composite
- Kelebihan: modulus elastisitas hampir sama dengan gigi sehingga
meningkatkan keberhasilan restorasi, lebih lentur, biokompatibel, tahan
terhadap korosi, mudah diambil dari saluran akar bila terjadi kegagalan PSA.
- Indikasi: saluran akar lebar, dinding saluran akar tipis, warna sesuai dengan
gigi.

3. Rencana Perawatan (Subjektif, Objektif, Ulkus, Karies Sekunder) Sesuai


Skenario
a. Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan subjectif yang dilakukan yaitu anamnesis pasien untuk mengetahui
identitas pasien, seperti umur, jenis kelamin, alamat pasien, Riwayat penyakit
pasien ( sekarang, dahulu) , Riwayat social ekonomi dan keluhan yang dirasakan
pasien.
b. Pemeriksaan Objectif
Pemeriksaan klinis, seperti perkusi untuk mengecek vitalitas gigi dan jaringan
pulpa ,druk (bite test), palpasi untuk melihat konsistensi jaringan (seperti kelenjar
getah bening karena dapat membesar pada kasus ulkus), memeriksa kegoyangan
gigi, sondasi dengan menggunakan sonde untuk mengecek kedalaman kavitas,
Elektric Pulpa Test untuk mengetest sensitivitas pulpa gigi.
c. Perawatan ulkus
Inspeksi untuk melihat jaringam sekitarnya, apakah ada peninggian atau tidak.
Pemberian kortikosteroid topical seperti Kenalog. Menghilangkan factor
predisposisi yaitu restorasi yang menimbulkan trauma pada mukosa bukal gigi 46.
Tes darah diindikasikan untuk mengesampingkan defisiensi atau kondisi sistemik
lainnya. Pemeriksaan mikrobiologi dan serologis diindikasikan bila etiologi
mikroba dicurigai. Biopsi diindikasikan bila ulkus bertahan lebih dari 3 minggu.
d. Perawatan Karies sekunder
Dilakukan pembongkaran restorasi dari gigi 46 dan dilakukan penumpatan ulang
seluruh bagian kavitas sesuai dengan prinsip extention for prevention.
4. Prosedur Perawatan Sesuai Skenario
Berdasarkan kasus yang telah dijabarkan, pasien dapat menggunakan restorasi onlay
hal ini karena onlay diindikasikan untuk restorasi gigi posterior yang menerima
tekanan oklusal yang kuat, memberikan perlindungan kepada gigi posterior yang telah
melemah akibat restorasi terdahulu, dan sesuai pada skenario pasien mengalami karies
sekunder.
Bahan yang dapat digunakan untuk restorasi rigid onlay adalah logam, porcelain,
porcelain fused to metal dan komposit. Apabila pasien tidak memiliki kebiasaan
buruk seperti bruxism / clenching, dapat diberikan bahan komposit atau porcelain,
namun apabila pasien memiliki kebiasaan buruk dapat diberikan bahan logam karena
logam sifatnya lebih kuat dalam menahan tekanan yang kuat.
Karena sebelumnya pasien telah ditumpat kelas II dengan restorasi komposit, artinya
pasien lebih memilih restorasi yang lebih mementingkan estetik, sehingga pilihan
bahan yang digunakan adalah porcelain fuse to metal. bahan ini dapat karena sesuai
dengan indikasinya yang digunakan untuk restorasi gigi posterior (gigi 46) yang
membutuhkan kekuatan/ tekanan oklusal yang besar dan estetik, restorasi kavitas klas
II seperti yang disebutkan di skenario, ketidaksempurnaan dalam preparasi dapat
dikompensasi oleh struktur dasar logam (coping), dan kerapatan pada bagian servical
lebih baik dibanding dengan mahkota jaket
a. Prosedur Onlay PFM
1. Pemasangan rubber dam : memudahkan visibilitas ; mencegah tertelan debris
2. Asepsis dan isolasi daerah kerja ; blokir cotton rol ; saliva ejector
3. Akses ke karies (Preparasi bidang oklusal)
4. Dinding kavitas
Divergen 3-5 derajat ke arah oklusal ; tidak ada undercut ; line angle tajam
5. Preparasi dinding aksial
Menggunakan bur fissure silindris round end
6. Pembuatan bevel
- Cavosurface enamel margin dibevel dengan bur fissure membentuk sudut 45
derajat (short bevel)
- Axio-pulpa line angle dibulatkan (slight bevel)
- Tepi luar bevel harus halus dan kontinyu
- Bevel biasanya tidak dibuat di dinding aproksimal karena akan menciptakan
undercut, mengingat sebagian besar tepi kavitas terletak di bawah bagian gigi
yang paling cembung.
7. Finishing
Hasil preparasi mempunyai kemiringan antar dinding sebanyak 6-10 derajat.
8. Pelapikan
Setelah preparasi selesai, meletakkan liner semen pada dinding aksial kavitas
terutama di kavitas yang dalam.
9. Pola malam
- Kavitas dilapisi selapis tipis bahan separator
- Ujung malam inlay untuk penggunaan klinik dipanaskan perlahan-lahan diatas api
bunsen. Ketika malam melunak, malam dimanipulasi oleh jari operator. Pola
malam kemudian diangkat dengan menusukkan sonde atau instrumen plastis datar
pada kelebihan malam di ridge tepi.
- Tahapan selanjutnya adalah memberikan sprue pada pola malam.
10. Tumpat sementara
- Kavitas ditumpat dengan restorasi sementara. Selama menunggu selesainya
restorasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sari P. Restorasi Rigid Resin Komposit pada Gigi Posterior. FKG Universitas Sumatera
Utara Medan;2016
2. Warna D, Fatmawati A, Ilmu B, Fakultas K, Gigi K, Jember U. Macam-macam restorasi
rigid pasca perawatan endodontia.
3. Garg, Nisha. 2013. Textbook of Operative Dentistry 2nd edition. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publisher.
4. Lu PY, Chiang YC. Restoring Large Defect of Posterior Tooth by Indirect Composite
Technique: A Case Report. Dent J. 2018;6(4):54
5. Dorothy Mc.Comb, February/March 2008. Restoration of endodotically treated teeth.
Practiceenhancement and knowledge. Chicago.
6. Nugroho, J. J. (2014). Restorasi onlay porselen pada gigi molar pertama rahang atas pasca
perawatan endodontik. MDJ (Makassar Dental Journal), 3(3).
7. Helena R B, Ana PD, Alma blacida C. 2009. Clinical performance of indirect esthetic
inlays and onlays for 
posterior teeth after 40 months. Braziliant J. Oral Science, Vol.8
no.3.
8. Farijz, Y. (2018). Restorasi Onlay Porcelain Fusi Metal Pada Gigi 26 Pasca Perawatan
Endodontic. Jurnal Analis Kesehatan, 7(1), 693-697.

Anda mungkin juga menyukai