SGD 2 LBM 2
ANGGOTA KELOMPOK
TAHUN 2O22
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN TUTORIAL
SGD 2 LBM 2
Tutor Tanggal
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mukosa rongga mulut merupakan bagian yang mudah terkena lesi, salah
satunya adalah ulkus. Hal ini disebabkan karena mukosa rongga mulut bersifat fragile
dan tipis sehingga mudah rupture dan terbentuk ulkus. Ulkus merupakan suatu
kerusakan pada mukosa atau kulit yang memiliki batas tegas yang kedalamannya
jumlah, ulser pada rongga mulut dapat tunggal atau multipel tergantung dari
penyebabnya. Berdasarkan durasi, ulser digolongkan dalam ulser akut dan kronis.
(Nasution, 2019)
Salah satu ulkus yang dapat terjadi di rongga mulut adalah ulkus decubitus atau
yang disebut juga dengan “Pressure Ulcer” atau ulkus tekan. Ulkus decubitus adalah
ulkus yang terjadi akibat adanya tekanan atau persistensi yang terjadi sehingga aliran
tajam cengkeram atau tepi-tepi protesa, peralatan ortodontik, kebiasaan menggigit pipi
dapat menjadi penyebab ulkus traumatik, dan akibat adanya tekanan konstan atau
yang berkepanjangan. Oleh karena itu, ulkus dekubitus juga sering dikenal dengan
pressure ulcer.
4
B. SKENARIO
Skenario :
Seorang anak berusia 6 tahun bersama orang tuanya dating ke RSGM mengeluhkan
sariawan di gusi dan bibir sejak 3 minggu yang lalu. Berdasarkan alloanamnesis, orang tua
pasien mengaku sebelumnya gigi depan atas tinggal akar dan sudah goyah, namun tidak
sakit. Pemeriksaan intraoral terdapat lesi pada gingiva anterior dan mukosa labial anterior
rahang atas seperti pada gambar.
C. IDENTIFIKASI MASALAH
2. Mengapa gigi depan atas pasien sudah goyah namun pasien tidak merasakan sakit ?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Pengertian
pada mukosa mulut . Gejala awal yang dirasakan ialah adanya rasa sakit dan
ditandai dengan adanya ulser tunggal atau multiple yang terjadi secara
kambuhan pada mukosa mulut, berbentuk bulat atau oval, batas jelas, dengan
b. Etiologi
- Genetic
Pasien yang memiliki riwayat keluarga dengan SAR akan mengalami ulser
lebih awal dibanding pasien yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan
SAR. SAR dengan faktor prediposisi genetik tidak dapat dihindari, namun
lain seperti menjaga pola makan untuk memenuhi kecukupan gizi agar
mulut.
- Trauma
Ulser dapat terbentuk pada derah bekas terjadinya luka akibat trauma.
perawatan gigi, makanan atau minuman yang terlalu panas dan suntikan
- Defisiensi nutrisi
6
Kekurangan zat besi, vitamin B12, dan asam folat merupakan predisposisi
adekuat, dan abnormalitas jaringan epitel. Kondisi ini sering terjadi pada
seseorang yang menderita defisiensi vitamin B12, folat, dan zat besi.
- Hormonal
limiting disease berkurang, sel darah putih menurun, proses maturasi sel
mudahnya terjadi invasi bakteri yang menjadi penyebab iritasi dalam rongga
- Stress
- Infeksi Bakteri
2. Gigi depan atas pasien yang sudah goyah namun tidak merasakan sakit
Pasien tidak merasakan sakit dengan kondisi gigi sisa akar dan goyah
mengartikan bahwa pulpa pasien sudah tidak vital. Gigi dengan kondisi sisa akar
7
yang kronis menyebabkan jaringan periapikal rentan infeksi (gangren radik)
karena jaringan pulpa yang mati merupakan media yang baik bagi pertumbuhan
pada jaringan pulpa dapat menjalar ke jaringan periodontal di sekitar apeks gigi,
menyebabkan keradangan atau infeksi jaringan. Pulpa yang terbuka menjadi jalan
mengakibatkan pulpa menjadi nekrosis. Pada kondisi ini biasanya pasien tidak
mengeluhkan adanya nyeri. Nekrosis pulpa adalah keadaan gigi dimana jaringan
pulpa sudah mati sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan
rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan
menempati sebagian besarruang pulpa. Sel-sel pulpa yang rusak tersebut akan
mati dan menjadi antigen sel-sel sebagian besar pulpa yang masih hidup.
(Damayanti, 2017)
Resorbsi akar gigi sulung merupakan proses fisiologis yang terjadi pada
pergantian gigi permanen. Sel yang bertanggung jawab pada proses resorbsi
differensiasi dan memberikan signal untuk memulai proses resorbsi gigi sulung
pada area dan waktu yang spesifik. Proses resorbsi akar gigi sulung dimulai dari
bagian akar gigi sulung tersebut yang paling dekat dengan bagian benih gigi
8
Terdapat dua proses dalam resorpsi gigi, yaitu secara fisiologis dan patologis.
Proses fisiologis, umumnya terjadi pada gigi sulung karena eksfoliasi gigi secara
natural. Sedangkan untuk proses patologis ini jika terjadi karena adanya trauma
atau inflamasi. Proses secara patologi ini dibedakan lagi menjadi dua; resorpsi
fisiologis
matriks organik yang telah terbuka dengan unsur pokok asam amino aleh aksi
enzim yang dikeluarkan, seperti asam fosfat dan cathepsine. Pada tahap akhir
Resorbsi tulang terjadi akibat jumlah dan aktivitas osteoklas yang lebih tinggi
diferensiasi dan fusi prekursor osteoklas. Sitokin proinflamatori dan PGE2 juga
9
untuk menghambat pembentukan osteoklas. RANKL dan OPG merupakan sel
oleh sel stromal. M-CSF akan berikatan dengan c-Fms yang terdapat pada
Reseptor RANKL adalah RANK, kontak antara osteoblas atau sel stromal dan
dan sel stromal juga memproduksi OPG yang akan mengikat RANKL. Ikatan
menekan produksi OPG. Sitokin proinflamatori seperti interleukin (IL-1 & IL-6)
dan TNF-α (tumor necrosis factor-α) berperan dalam diferensiasi dan aktivasi
10
osteoklas, sedangkan prostaglandin bekerja melalui metabolit prostaglandin
yang secara aktif ditranspor menuju sel untuk selanjutnya mengatur fungsi sel.
dibatasi oleh zona clear. Zona clear terdiri dari membran ventral osteoklas
patologis
11
Pada saat terjadi trauma atau karies, akan mengakibatkan adanya
peradangan atau inflamasi. Saat peradangan atau inflamasi ini terjadi TNF-a,
IL-1, IL-6, IL-11, IL-17 akan terbentuk. Terbentuknya TNF-a, IL 1,6,11,17 ini
Setelah si odontoklas ini terbentuk, dia akan melekat pada permukaan dentin
abnormal, dimana akar gigi sulung yang tidak kunjung tanggal. Hal ini
Jika pada kondisi normal akan terjadi diferensiasi makrofag menjadi odontoklas
yang nantinya odontoklas akan melekat pada permukaan dentin dan terjadi
resorpsi. Sedangkan pada kasus diskenario, pada gigi anak tersebut terlihat
karies hingga menghilangkan mahkota. Maka , sel odontoklas ini tidak ada
akan terganggu.
Gigi dengan kondisi sisa akar yang kronis menyebabkan jaringan periapikal
rentan infeksi (gangren radik) karena jaringan pulpa yang mati merupakan media
12
Keradangan ini mengakibatkan pembentukan lesi pada periapikal. Gigi susu yang
telah habis mahkotanya, menyisakan akar gigi di dalam gusi dan tulang
penyangga. Tekanan kunyah pada sisa akar gigi tersebut sering membuat
kemiringan akar gigi atau inklinasinya berubah. Ujung akar bisa berubah miring ke
arah langit-langit {palatum) atau ke arah bibir dan menyembul ke arah gusi.
Tajamnya ujung akar seringkali membuat luka pada panggkal bibir bagian dalam
5. Ulkus decubitus
a. Definisi
- Ulkus
Suatu kerusakan pada mukosa atau kulit yang memiliki batas tegas yang
endofitik. Berdasarkan jumlah, ulser pada rongga mulut dapat tunggal atau
digolongkan dalam ulser akut dan kronis. Ulser terjadi dirongga mulut
- Decubitus
jaringan local yang terjadi ketika jaringan lunak terkena tekanan diantara
diatas tulang yang menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan dari
- Ulkus decubitus
13
Ulkus decubitus merupakan suatu kondisi terjadinya kerusakan jaringan
eksternal), dan pada umumnya terjadi pada pasien kronis dengan tirah
baring lama (Zaidi & Sharma, 2021).Kerusakan integritas kulit ini terjadi
basalis
- Gingiva anterior
jaringan sekitar
Warna lesi Warna dasar putih dengan Lesi berwarna putih ini dapat terjadi
kemerahan
14
(Venkataraman, 2013)
c. Diagnosis banding
Diagnosis banding adalah pembedaan penyakit atau kondisi tertentu dari yang
lain yang menghadirkan gambaran klinis serupa. Diagnosis banding pada ulkus
5) Ulkus diabetikum
muncul pada kaki bagian metatarsal atau ujung ibu jari. Dasar luka pada
ulkus ini berbentuk lesi punched out, disertai dengan daerah sekitar yang
6) Ulkus vena
Ulkus yang disebabkan oleh insufisiensi pembuluh darah vena. Ulkus ini
umumnya berlokasi pada region pretibial dari tungkai bawah atau bagian
atas pergelangan kaki. Dasar dari ulkus ini berwarna merah disertai dengan
granulasi dan eksudat. Jaringan sekitar dari ulkus vena akan tampak edema
(Mamoto, 2018)
1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yaitu dengan dilihat dan dibedakan dulu apakah itu akar
gigi sulung atau gigi permanen (gigi tidak rapi/gingsul). Jadi dilihat dari
bentuknya, jika gigi permanen bentuknya halus karena itu bentuk mahkota.
15
Sedangkan ulkus decubitus runcing, tajam, tidak beraturan dan kasar
2) pemeriksaan subjektif
berbagai data yang terkait dengan penyakit yang dikeluhkan yang menjadi
anamnesis ini dilakukan kepada orangtua dari si anak itu, mengingat si anak
ini masi terlalu kecil sehingga lebih baik ditanyakan kepada orang tua nya
3) Pemeriksaan observasi
apakah pasien datang dengan tubuh yang lemah,wajah yang pucat, serta
4) Pemeriksaan ekstraoral
5) Pemeriksaan intraoral
meliputi: mukosa labial, mukosa bukal, lidah, dasar mulut, gingiva, palatum,
ataupun lesi yang ditemukan, baik itu berupa lesi patologis atau merupakan
terjadi secara terus menerus pada mukosa rongga mulut. Tekanan ini biasnaya
berasal dari gigi yang mengalami persistensi maupun pada kondisi lengkung
geligi yang tidak baik mengakibatkan resorbsi dari gigi sulung keluar lengkung
kecembungan baik pada permukaan akar maupun pada mahkota gigi. Tekanan
16
yang terjadi terus menerus diantara jaringan lunak dengan bagian eksternal gigi
menghalangi sistem sirkulasi yang ada pada mukosa sekitar gigi. Kondisi ini
lama kelamaan akan terbentuk ulkus. Jika penyebab tidak segera dihilangkan
ulkus menjadi lebih sulit disebuhkan. prominence) dan tekanan ekstrinsik dalam
iskemia jaringan hingga nekrosis sel yang akan menghambat aliran bebas dari
COX-2, IL-6 melalui ekstraseluler signal regulated kinase (Erk) dan p38
sitokin proinflamasi seperti faktor nekrosis jaringan alpha (TNFa) dan IL-8 yang
17
membersihkan racun, dan jalur sel imun dari jaringan lunak ke sirkulasi
inflamasi.
mekanis dapat menyebabkan distorsi tingkat seluler dan tingkat jaringan yang
18
Tahap ulkus decubitus :
1) Tahap pertama adalah yang paling ringan dan mempengaruhi lapisan atas kulit,
Pada tahap ini dikarenakan terdapat tekanan terus menerus ada luka tapi lukanya
belum terbuka.
2) Pada tahap kedua, area kulit yang sakit telah menembus lapisan atas kulit
4) Ulkus tekanan stadium 4 adalah yang paling serius. Luka ini meluas di bawah
lemak subkutan ke jaringan dalam termasuk otot, tendon, dan ligamen. Dalam
kasus yang lebih parah, mereka dapat meluas hingga ke tulang rawan atau tulang.
Empat faktor yang berpengaruh pada patogenesis timbulnya ulkus dekubitus adalah
a. Tekanan
Pada seseorang dengan ulkus decubitus tekanan ini akan menimbulkan daerah
iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis jaringan kulit. Substansia H yang mirip
19
kalium, adenosine dipospat (ADP), hydrogen dan asam laktat, yang diduga sebagai
faktor penyebab dilatasi pembuluh darah. Trauma akibat tekanan umumnya dimulai
b. Gesekan (Friction)
Pada pasien imobilisasi dengan posisi setengah duduk dan kecendrungan tubuh
meluncur ke bawah, apalagi keadaan tubuh basah. Gesekan yang terjadi antara
kulit dan permukaan lain dapat menyebabkan hilangnya lapisan startum korneum
namun masih dalam batas normal. Bila gesekan terjadi secara terus-menerus dan
c. Kelembaban
ekstrinsik dapat berasal dari keringat, urin, feses yang dapat menyebabkan
terjadinya maserasi pada permukaan kulit. Kulit yang sudah maserasi akan
membentuk lepuh dan rentan terhadap kerusakan struktur kulit. Kelembaban yang
berlebihan pada permukaan kulit juga akan melemahkan penghalang kulit dan
membuatnya lebih rentan terhadap tekanan, shearing dan gesekan. Hal inilah yang
tingkat keparahan, dan lokasinya. Terapi Ulkus yang disebabkan oleh trauma
disebabkan trauma mekanik atau trauma suhu, biasanya akan sembuh sendiri
dalam 10-14 hari. Sedangkan bila penyebab Ulkus Dekubitus adalah gigi maloklusi,
dapat dilakukan ekstraksi gigi penyebab sesuai prosedur tetap. (Suryana, 2015)
Lesi traumatik pada mukosa oral dapat diatasi dengan menghilangkan 'aktor
penyebab. Trauma kimia dan suhu menyebabkan nyeri yang hebat pada mukosa
20
memperbaiki oral higiene dan penggunaan obat kumur sangat disarankan.
Aplikasi anestesi topikal atau pemberian obat kumur anestetik dapat digunakan
untuk mengurangi rasa nyeri pada lesi. Apabila penyebab ulkus dekubitus adalah gigi
maloklusi atau supraposisi, dapat dilakukan ekstraksi gigi penyebab sesuai prosedur
1. Apabila pasien anak tidak kooperatif bisa dilakukan pemotongan ujung akar,
2016)
Persistensi gigi sulung merupakan keadaan dimana gigi sulung belum tanggal,
walaupun waktu tanggalnya sudah ada. Persistensi gigi sulung dapat disebabkan
a. Gangguan nutrisi
b. Arah tumbuhnya gigi dewasa tidak searah dengan arah tumbuhnya gigi
21
c. Ketidakcukupan tempat bagi gigi yang akan tumbuh untuk menggantikan gigi
susu ,dengan demikian gigi susu mengarah kepada tempat yang kosong
Pada kasus tersebut terjadinya persistensi gigi dapat dikaitkan dengan adanya
karies pada sang anak. Sehingga mengakibatkab resorpsi akar gigi desidui
menjadi terhambat. Proses resorbsi akar gigi sulung menjadi tidak terangsang,
proses, yaitu proses aktif dan masa istirahat. Kedua proses tersebut berjalan
resorbsi antara keduanya. Resorbsi aktif dapat terjadi lebih pendek dari masa
Karies gigi adalah merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang dapat
jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan sehingga akan
kejaringan periapikal . Dengan adanya karies gigi pada gigi sulung yang
miringnya gigi sampingnya sehingga tempat yang disediakan untuk gigi tetap
meresorbsi akar gigi sulung yang akan digantikan, dengan tumbuhnya gigi
22
tetap kearah oklusal membuat aktif osteoclast untuk meresorbsi akar gigi
sulung dan juga osteoclast didalam pulpa. Namun pada gigi dengan karies
yang sudah menyebabkan mahkota hilang osteoclas menjadi tidak aktif untuk
meresorbsi akar gigi sulung dan juga osteoclast didalam pulpa. (Dwi Nur
Rakhman, 2015)
23
B. Peta konsep
Pasien
Persistensi Akar
Iskemia
Nekrosis sel
Pemeriksaan Penunjang
Ulkus Decubitus
24
BAB III
KESIMPULAN
Ulkus merupakan suatu kerusakan pada mukosa atau kulit yang memiliki batas
tegas. Decubitus merupakan nekrotik jaringan lokal yang terjadi ketika ada tekanan
terus menerus. Ulkus decubitus merupakan luka yang disebabkan karena adanya
tekanan terus menerus. Ulkus decubitus terjadi diawali karena adanya tekanan, pada
kasus tersebut persistensi gigi sulung atau gigi sulung yang tidak kunjung tanggal, akar
nya dapat menyebabkan tekanan. Tekanan yang terus menerus ini dapat
nekrosis, atau adanya kondisi cedera pada sel, sehingga dapat muncul lesi tersebut.
Gambaran klinis dari lesi tersebut berwarna putih kemerahan, berbentuk bulat dengan
25
DAFTAR PUSTAKA
Annisa Sulistiani, S. H. A. M. P., 2017. Prevalensi dan Distribusi Penderita Stomatitis Aftosa
Volume 1, p. 5.
Damayanti, A., 2017. Perawatan Pulpektomi Non Vital Pada Gigi Desidui Anterior Maksila.
(eG), Volume 1, p. 3.
ligament cells through RANK stimulation and OPG inhibition. Journal Dental, p.
80.
Lanny Sunarjo, R. H., 2015. Manfaat Xanthone terhhadap Kesembuhan Ulkus Rongga Mulut.
Nasution, D. &. S. R., 2019. Challenges in diagnosing traumatic ulcers: case report. Makassar
Rahayu, Y. C., 2013. Regulasi molekuler proses resorbsi alveolar pada gigi sulung.. Makassar
Ritonga, Z. U., 2021. Profil Stomatitis Aftosa Rekuren di Departemen Ilmu Penyakit Mulut
26
Stephen M, A. E. K. W. C., 2021. Peran microRNAs dalam Respon, Patogenesis dan
Sunarjo, L. H. R. &. R. H., 2016. Manfaat xanthone terhadap kesembuhan ulkus rongga mulut
dilihat dari jumlah sel PMN dan fibroblast. ODONTO: Dental Journal, 2(14-21), p.
2.
Suryana, A. &. S. S., 2015. Penatalaksanaan Tindakan Pencabutan Sisa Akar Gigi Sulung
Swami, V. e., 2017. Internal Resorption. International Journal of medicine science & Clinical
Intervention, Volume 4, p. 4.
Usri, E. a., 2012. Diagnosis Dan Terapi Penyakit Gigi Dan Mulut Edisi 2, Bandung:.
Vineer, 2016. Root Resorption Pathophysiology & Management. India: Anchor Academia
Publisher.
27