Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDU

PEMICU 1 BLOK 8

“Gusiku Yang Bengkak Kok Badanku Gatal-Gatal!”

OLEH :

FIRA TASYA SASALBILLA

200600192 (B)

KELOMPOK 8

FASILITATOR:

Dr. Dr. Sry Suryani Widjaja, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Radang gusi atau gingivitis adalah suatu radang yang terjadi pada gusi dikarenakan
lapisan plak atau bakteri yang menumpuk di gigi. Radang gusi adalah sebuah penyakit
periodontal yang tidak menyebabkan kerusakan, tetapi apabila tidak diobati dapat
berkembang menjadi periodontitis. Hal ini dapat akan menyebabkan dampak yang lebih
serius hingga terjadinya kehilangan gigi. Gingivitis disebabkan oleh pembentukan plak akibat
sisa-sisa makanan yang menempel di permukaan gigi dan bercampur dengan bakteri di mulut.
Bila tidak dibersihkan, plak akan mengeras dan membentuk karang gigi. Adapun faktor risiko
radang gusi, yaitu kesehatan mulut tidak terjaga karena malas menyikat gigi, usia lanjut,
riwayat gingivitis dalam keluarga, pemakaian gigi palsu yang tidak pas, kebiasaan merokok
atau mengunyah tembakau, dan perubahan hormon di masa pubertas, menstruasi, kehamilan,
atau efek penggunaan pil KB.

1.2. Deskripsi Topik

Nama Pemicu : Gusiku Yang Bengkak Kok Badanku Gatal-Gatal!


Penyusun : Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M. Kes., SpPMM, Sri Amelia, dr.,
MKes, Lidya Imelda Laksmi, dr.,M.Ked (PA),Sp.PA
Hari/Tanggal : Senin, 14 Juni 2021
Jam : 07.00-09.00 WIB
Skenario
Seorang pasien laki-laki berusia 20 tahun datang ke praktek dokter gigi dengan
keluhan gusi bengkak sejak 3 hari yang lalu. Gusi yang bengkak terlihat pada gigi yang
paling ujung sebelah kiri bawah. Pada pemeriksaan intraoral gusi tampak hiperemis, terdapat
nyeri tekan dan trismus. Pada pemeriksaan radiografi terlihat gigi Molar 3 kiri bawah erupsi
tidak sempurna, terlihat posisi gigi mesioangular. Dokter memberikan obat analgetik dan
antibiotik selama 5 hari. Keesokan harinya pasien datang lagi dengan keluhan bibirnya
bengkak dan gatal-gatal pada kulit. Hal ini dialami pasien setelah 2 kali minum obat.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jelaskan patofisiologi terjadinya gusi yang bengkak!

Pembengkakan gusi terjadi akibat kelebihan cairan (edema) pada jaringan lunak gusi dan
dapat disertai dengan kemerahan, nyeri, luka, bisul dan pendarahan. Gusi bengkak
disebabkan oleh banyak faktor yang menyebabkan peradangan pada gusi. Peradangan akibat
plak pada gigi bertanggung jawab atas banyak kasus gusi bengkak. Plak adalah lapisan
lengket yang tidak terlihat yang sebagian besar terdiri dari bakteri, yang menyebabkan iritasi
pada garis gusi, pembengkakan dan pendarahan. Untuk alasan ini, Penyebab umum gusi
bengkak adalah kebersihan mulut yang buruk, yang kemudian akan mengakibatkan
peradangan atau infeksi.1

Tergantung pada penyebabnya, gusi bengkak mungkin hanya terjadi di sebagian kecil
gusi (sakit atau bisul), atau di gusi (gingivitis dan periodontitis). 1 Pada skenario dikatakan
pada pemeriksaan intraoral gusi tampak hiperemis, keadaan dimana terjadi radang gusi atau
gingivitis. Gingivitis didefinisikan sebagai peradangan pada gusi yang terjadi ketika plak
mikroba (bakteri) menumpuk di permukaan gigi sebagai akibat dari menyikat gigi yang tidak
efektif. Bakteri pada plak yang menumpuk di permukaan gigi kemudian akan masuk ke
jaringan gingiva, terutama sulkus gingiva, dan menyebabkan daerah marginal menjadi rentan
terhadap infeksi mikroba. Spesies mikroba yang biasanya terlibat dalam gingivitis adalah
Streptococcus sp., Fusobacterium sp., Actinomyces sp., Veilonella sp., Treponema sp., dan
beberapa lainnya. Jika tidak diobati, gingivitis dapat berkembang menjadi periodontitis, yang
dapat menyebabkan kerusakan permanen tidak hanya pada gusi tetapi juga pada tulang di
sekitarnya yang menopang gigi.2
Perawatan untuk pasien dengan gingivitis bervariasi tergantung pada jenis gingivitis.
Untuk gingivitis yang diinduksi alergi, menghindari alergen adalah cara pengobatan utama.
Untuk gingivitis akibat plak, tujuan utama pengobatan adalah mengurangi biofilm gigi dan
menghilangkan peradangan. Plak ringan, karang gigi dan noda dapat dihilangkan dengan
menyikat gigi yang efektif dan menjaga kebersihan mulut yang optimal. Sedangkan untuk
endapan yang lebih keras mungkin memerlukan scaling gigi yang dilakukan oleh dokter gigi.
Penggunaan obat kumur juga berguna untuk mencegah berkembangnya plak dan gingivitis.2

2.2 Mengapa terjadi nyeri pada gigi tersebut?


Rasa nyeri secara fisiologis merupakan suatu proses yang terjadi pada sistem saraf perifer
karena adanya perangsang. Beberapa mediator inflamasi turut berperan dalam menimbulkan
rasa nyeri. Peradangan menyebabkan asam arakhidonat memproduksi leukotrien (LT) dan
prostaglandin (PG). Terjadi vasodilasi dan ekstravasasi karena otot halus berkontraksi serta
adanya peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler sebagai respons terhadap
keberadaan histamin, LT, PG, dan bradikinin. Bradikinin yang menyentuh ujung syaraf
disertai adanya pengaruh nerve growth factor (NGF) dan histamin yang menyebabkan
terjadinya rasa nyeri.3

Rasa nyeri pada gigi dapat diakibatkan oleh banyak hal. Namun sesuai dengan skenario,
pemeriksaan intraoral gusi pasien tampak hiperemis. Hal tersebut menggambarkan bahwa
rasa nyeri gigi pasien tersebut diakibatkan gingivitis lokal yang dialami oleh pasien.
Gingivitis lokal diakibatkan terkena sesuatu benda keras pada jaringan gingiva pada suatu
area terluka dan meradang. Selain rasa nyeri gigi diakibatkan oleh gingivitis lokal, dapat juga
diakibatkan oleh resesi gingiva. Dimana pada skenario diketahui pemeriksaan radiografi
terlihat gigi Molar 3 kiri bawah erupsi tidak sempurna yang mengakibatkan pasien ngilu dan
sedikit terasa nyeri saat makan.3

2.3 Apa diagnosa dari kasus diatas ?

Sesuai skenario, pada pemeriksaan radiografi pasien terlihat gigi molar gigi kiri bawah
erupsi tidak sempurna yang memperlihatkan posisi gigi mesioangular. Dari skenario tersebut
dapat di diagnosa pasien mengalami impaksi molar tiga. Impaksi gigi molar ketiga bawah
adalah keadaan dimana gigi molar ketiga mandibula gagal untuk erupsi (tumbuh) secara
sempurna pada posisinya dikarenakan terhalang oleh gigi depannya (molar kedua) atau
jaringan tulang/ jaringan lunak yang padat disekitarnya.4

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan impaksi molar ketiga mandibula yaitu
antara lain jaringan sekitarnya terlalu padat, adanya retensi gigi susu berlebihan, tanggalnya
gigi susu yang terlalu awal, atau tidak tersedianya cukup tempat untuk erupsi akibat
mandibula yang sempit. Gigi molar ketiga mandibula yang timbul sebagian dapat
menyebabkan timbunan makanan, plak, dan debris pada jaringan sekitar gigi sehingga
menyebabkan inflamasi, karies pada gigi molar kedua, bau mulut, dan lama kelamaan dapat
muncul abses dentoalveolar. Impaksi gigi molar ketiga mandibula juga dapat mengganggu
proses mengunyah dan sering menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi yang terjadi
dapat berupa resorbsi patologik gigi yang berdekatan, terbentuknya kista folikular, rasa sakit
neuralgik, perikoronitis, bahaya fraktur rahang akibat lemahnya rahang, dan berdesakannya
gigi anterior akibat tekanan gigi impaksi ke arah anterior. Selain itu, juga dapat terjadi
periostitis, neoplasma, dan komplikasi lainnya.4

2.4 Apakah penyebab terjadinya bibir bengkak dan gatal-gatal ?

Bibir bengkak dan gatal adalah kondisi terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua
bibir. Pembesaran bisa terjadi karena adanya penumpukan cairan atau peradangan di dalam
jaringan bibir. Kondisi ini biasa disebut sebagai edema bibir. Bengkaknya bibir disebabkan
oleh gangguan mulai dari penyakit ringan hingga serius dan mengancam keselamatan jiwa.
Penyebab kondisi ini juga menentukan seberapa lama kondisi ini akan berlangsung. Makin
lama kondisi ini menimpa pasien, maka penyebabnya bisa jadi makin serius. Adapun
penyebab terjadinya bibir bengkak dan gatal- gatal, yaitu :

1. Alergi
Alergi atau reaksi hipersensitivitas merupakan respon imun spesifik yang tidak
diinginkan dan ditandai dengan adanya reaksi hipersensitifitas (peningkatan
kepekaan) terhadap suatu alergen. Alergen adalah suatu benda asing yang masuk ke
dalam tubuh dan menimbulkan perubahan. Stomatitis alergika merupakan suatu reaksi
hipersensitivitas yang disebabkan oleh alergen penyebab seperti obat-obatan,
makanan, minuman, bahan kedokteran gigi (bahan restorasi, prostetik, alat ortodonti,
merkuri, akrilik, cobalt).5
2. Angioedema
Angioedema adalah adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya edema kulit
yang terjadi pada lapisan dermis bagian bawah atau subkutis, sering mengenai wajah
dan membran mukosa seperti bibir, laring dan genetalia. Pada angioedema lebih
dominan rasa nyeri daripada gatal dan ruamnya hilang secara perlahan dalam 72 jam.
ondisi tersebut bisa dipicu oleh beberapa hal, seperti penggunaan obat-obatan darah
tinggi dari golongan ACE-Inhibitor (seperti captopril), ibuprofen, antibiotic seperti
penisilin dan sulfa, aspirin, morfin, kodein, serta NSAID.6

2.5 Sebutkan dan jelaskan klasifikasi dari hipersensitivitas?


Hipersensitivitas adalah reaksi-reaksi dari sistem kekebalan yang terjadi ketika jaringan
tubuh yang normal mengalami cedera/terluka. Mekanisme dimana sistem kekebalan
melindungi tubuh dan mekanisme dimana reaksi hipersensitivitas melukai tubuh. Karena itu
reaksi alergi juga melibatkan antibodi, limfosit dan sel-sel lainnya yang merupakan
komponen dalam system imun yang berfungsi sebagai pelindung yang normal pada sistem
kekebalan. Reaksi ini terbagi menjadi empat kelas (tipe I – IV) berdasarkan mekanisme yang
ikut serta dan lama waktu reaksi hipersensitif.7

 Reaksi Hipersensitivitas Tipe I


Tipe I hipersensitivitas sebagai reaksi segera atau anafilaksis sering
berhubungan dengan alergi. Gejala dapat bervariasi dari ketidaknyamanan sampai
kematian. Hipersensitivitas tipe I ditengahi oleh IgE yang dikeluarkan dari sel
mast dan basofil. Reaksi tipe I ini adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana
tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap
bahan bahan yang umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang
bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi berlebihan
terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan
berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik.
Adapun penyakit-penyakit yang disebabkan oleh reaksi alergi tipe I adalah
konjungtivitis, asma, rinitis, dan anafilaktic shock.
 Reaksi Hipersensitivitas Tipe II
Reaksi hipersensitivitas tipe II merupakan reaksi yang menyebabkan
kerusakan pada sel tubuh oleh karena antibodi melawan/ menyerang secara
langsung antigen yang berada pada permukaan sel. Antibodi yang berperan
biasanya Ig G. Contoh penyakit yang diakibatkan reaksi hipersensitivitas tipe II
adalah goodpasture (perdarahan paru, anemia), myasthenia gravis (MG), immune
hemolytic (anemia Hemolitik), immune thrombocytopenia purpura ,
Thyrotoxicosis (Graves' disease).
 Reaksi Hipersensitivitas Tipe III
Reaksi hipersensitivitas tipe III merupakan reaksi alegi yang dapat terjadi
karena deposit yang berasal dari kompleks antigen antibody berada di jaringan.
Kompleks imun (kesatuan antigen, protein komplemen dan antibodi IgG dan IgM)
ditemukan pada berbagai jaringan yang menjalankan reaksi hipersensitivitas tipe
III. Contoh penyakit dari reaksi hipersensitivitas tipe III ini adalah malaria,
demam berdarah, batuk, sesak nafas.
 Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV
Reaksi hipersensitivitas tipe IV dapat disebabkan oleh antigen ekstrinsik dan
intrinsic/internal (“self”). Reaksi ini melibatkan sel-sel imunokompeten, seperti
makrofag dan sel T. Antigen ekstrinsik contohnya nikel atau bahan kimia.
Antigen intrinsik contohnya Insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM or Type I
diabetes), Multiple sclerosis (MS), Rheumatoid arthritis, TBC.

2.6 Coba uraikan hubungan antara mikroorganisme rongga mulut dengan terjadinya
kasus di atas?

Sesuai dengan skenario, pasien mengalami gusi bengkak dan nyeri pada gigi dimana
diakibatkan oleh penumpukan plak. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas
kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan
melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak diklasifikasikan atas plak
supragingival dan plak subgingival berdasarkan lokasinya pada permukaan gigi. Plak
supragingiva berada pada atau koronal dari tepi gingival bakteri fakultatif anaerob
(Actynomices sp dan streptococcus sp) bakteri gram negatif (Veillonella, haemofilus, dan
bakteroides). Plak subgingiva berada pada apikal dari tepi gingiva, diantara gigi dan jaringan
yang mendindingi sulkus gingival bakteri gram positif (streptococcus sp mitis, streptococcus
sp sanguis, actynominces sp viskous, actynominces sp naeslundii, propioni bakterium).8

Bakteri merupakan penyebab utama dari inflamasi pada jaringan periodontal, dimana
pada bakteri dan host menghasilkan enzim MMP-8 yang dapat merusak jaringan periodontal.
Tanda awal dan persisten dari penyakit periodontal adalah terlihatnya kerusakan jaringan ikat
yang terbentuk dari protein yang diserang oleh protease yang berasal dari bakteri atau hospes.
Penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri rongga mulut melalui jalur bacteremia dapat
disebebakan oleh factor virulensi yang merupakan faktor penting yaitu berupa faktor
perlekatan bakteri dan invasi baktteri rongga mulut ke sel inang atau jaringan organ lain,
yaitu penyakit lokal maupun sistemik.9

Hubungan antara mikroorganisme plak dengan penyakit jaringan periodontal


mengalami perkembangan, lalu berkembang menjadi dua konsep yaitu hipotesa plak non
spesifik dan hipotesa plak spesifik:8
a. Hipotesa plak non spesifik, apabila plaknya sedikit, maka produk perusak yang
dihasilkan akan dinetralisir oleh pejamu dan bila plak banyak maka produk
perusak yang dihasilkan akan dapat mengalahkan pertahanan penjamu.
b. Hipotesa plak spesifik, hanya bakteri plak pathogen yang menyebabkan
periodontitis dimana pathogenesis tergantung pada keberadaan peningkatan
mikroorganisme yang spesifik.

2.7 Bagaimana cara pencegahan terjadinya bengkak dan gatal-gatal pada kulit pasien
seperti pada kasus di atas?

Sesuai skenario, pasien mengalami bibir bengkak dan gatal-gatal pada kulit setelah
mengonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter, yaitu obat analgetik dan antibiotik. Sehingga
dapat dikatakan bahwa pasien mengalami alergi terhadap obat tersebut. Alergi obat sendiri
dapat dimengerti sebagai reaksi simpang obat yang melibatkan mekanisme imunologis.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah:10

 Tes kulit (skin test). Obat obatan yang dicurigai menyebabkan alergi akan
diaplikasikan ke kulit dengan cara ditempelkan atau melalui tusukan jarum. Hasil
positif memperlihatkan kulit memerah, gatal gatal, atau muncul benjolan. Jika hal
itu terjadi seseorang hampir/ pasti mempunyai alergi terhadap obat tersebut.
 Tes darah. Tes ini jarang digunakan karena tingkat akurasinya dalam mendeteksi
alergi obat tidak tinggi. Tapi jika menduga akan ada reaksi yang parah akibat tes
kulit, dokter biasanya akan mengajukan tes darah. Tes ini juga berfungsi untuk
mengetahui sekaligus menghapus kemungkinan adanya kondisi lain yang
berpotensi memicu gejala yang dialami.
 Berhenti mengonsumsi obat yang menyebabkan alergi
 Pemberian antihistamin mungkin disarankan untuk menghambat reaksi sistem
imun yang diaktifkan oleh tubuh saat terjadi reaksi alergi. Sementara itu,
kortikosteroid dapat digunakan untuk mengatasi peradangan akibat reaksi alergi
yang lebih serius.

BAB III
KESIMPULAN
Bakteri Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme dominan yang dapat
menyebabkan gigi berlubang hingga ke peradangan gusi yang disertai hiperemi. Pemberian
analgetik dan antibiotik guna menghilangkan nyeri dan mengatasi serta mencegah infeksi
bakteri lanjutan merupakan langkah yang tepat dilakukan. Namun, perlu diketahui bahwa
respon tubuh terhadap obat-obatan sangat bervariasi pada masing-masing individu. Untuk itu,
perlu ditegakkannya anamnesis oleh dokter gigi sebagai penunjang untuk mendapatkan
informasi yang kuat terkait pasien terutama guna mencegah hipersensitifitas (alergi) obat
yang mungkin akan dialami pasien. Apabila telah terjadi hipersensitifitas (alergi) obat seperti
yang dialami pasien pada kasus, maka tatalaksana yang dapat dilakukan adalah menghindari
faktor yang menimbulkan gejala, pengobatan reaksi yang benar, dan cara-cara khusus.

DAFTAR PUSTAKA

1. Healthgrades. Swollen gums. 03 januari 2021.


https://www.healthgrades.com/right-care/oral-health/swollen-
gums#:~:text=Swollen%20gums%20are%20caused%20by,gum%20line%2C
%20swelling%20and%20bleeding. (13 Juni 2021)
2. Suhana I, Farha A, Hassan BM. Inflammation of gums. NCBI 2020; 15(1): 71-3.
3. Mustaqimah DN. Masalah nyeri pada kasus penyakit periodontal dan cara
mengatasinya. JKGUI 2002; 9(2):15-9.
4. Siagian KV. Penatalaksanaan impaksi gigi molar ketiga bawah dengan
komplikasinya pada dewasa muda. Jurnal Biomedik 2011; 3(3): 186-94.
5. Ganesha R, E DS, Hendarti HT. Tatalaksana stomatitis alergica pada penderita
yang mengalami stress (Management of Allergic Stomatitisin Patient with Stress).
ODONTO Dent J. 2019;6(2):134-6.
6. Angioedema DAN. Aspek etiologi dan klinis pada urtikaria dan angioedema. J
Kedokt Syiah Kuala. 2013;13(2):96–104.
7. Hikmah N, Dewanti DAR. Seputar reaksi hipersensitivitas (alergi). Stomatognatic
(J.K.G Unej) 2010; 7(2):108-12.
8. Nasution M. Peranan mikroorganisme infeksi organ mulut. Medan: USU Press,
2021:52-5.
9. Wahyukundari MA. Perbedaan kadar MMP-8 setelah skaling dan pemberian
tetrasiklin pada gingival crevivular fluid periodontitis kronis. Jurnal PDGI 2008;
58(1):1-6.
10. Pandapotan RA, Rengganis I. Pendekatan diagnosis dan tata laksana alergi obat.
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia 2017; 4(1):45-51.

Anda mungkin juga menyukai