PEMICU 1 BLOK 8
OLEH :
200600192 (B)
KELOMPOK 8
FASILITATOR:
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Radang gusi atau gingivitis adalah suatu radang yang terjadi pada gusi dikarenakan
lapisan plak atau bakteri yang menumpuk di gigi. Radang gusi adalah sebuah penyakit
periodontal yang tidak menyebabkan kerusakan, tetapi apabila tidak diobati dapat
berkembang menjadi periodontitis. Hal ini dapat akan menyebabkan dampak yang lebih
serius hingga terjadinya kehilangan gigi. Gingivitis disebabkan oleh pembentukan plak akibat
sisa-sisa makanan yang menempel di permukaan gigi dan bercampur dengan bakteri di mulut.
Bila tidak dibersihkan, plak akan mengeras dan membentuk karang gigi. Adapun faktor risiko
radang gusi, yaitu kesehatan mulut tidak terjaga karena malas menyikat gigi, usia lanjut,
riwayat gingivitis dalam keluarga, pemakaian gigi palsu yang tidak pas, kebiasaan merokok
atau mengunyah tembakau, dan perubahan hormon di masa pubertas, menstruasi, kehamilan,
atau efek penggunaan pil KB.
BAB II
PEMBAHASAN
Pembengkakan gusi terjadi akibat kelebihan cairan (edema) pada jaringan lunak gusi dan
dapat disertai dengan kemerahan, nyeri, luka, bisul dan pendarahan. Gusi bengkak
disebabkan oleh banyak faktor yang menyebabkan peradangan pada gusi. Peradangan akibat
plak pada gigi bertanggung jawab atas banyak kasus gusi bengkak. Plak adalah lapisan
lengket yang tidak terlihat yang sebagian besar terdiri dari bakteri, yang menyebabkan iritasi
pada garis gusi, pembengkakan dan pendarahan. Untuk alasan ini, Penyebab umum gusi
bengkak adalah kebersihan mulut yang buruk, yang kemudian akan mengakibatkan
peradangan atau infeksi.1
Tergantung pada penyebabnya, gusi bengkak mungkin hanya terjadi di sebagian kecil
gusi (sakit atau bisul), atau di gusi (gingivitis dan periodontitis). 1 Pada skenario dikatakan
pada pemeriksaan intraoral gusi tampak hiperemis, keadaan dimana terjadi radang gusi atau
gingivitis. Gingivitis didefinisikan sebagai peradangan pada gusi yang terjadi ketika plak
mikroba (bakteri) menumpuk di permukaan gigi sebagai akibat dari menyikat gigi yang tidak
efektif. Bakteri pada plak yang menumpuk di permukaan gigi kemudian akan masuk ke
jaringan gingiva, terutama sulkus gingiva, dan menyebabkan daerah marginal menjadi rentan
terhadap infeksi mikroba. Spesies mikroba yang biasanya terlibat dalam gingivitis adalah
Streptococcus sp., Fusobacterium sp., Actinomyces sp., Veilonella sp., Treponema sp., dan
beberapa lainnya. Jika tidak diobati, gingivitis dapat berkembang menjadi periodontitis, yang
dapat menyebabkan kerusakan permanen tidak hanya pada gusi tetapi juga pada tulang di
sekitarnya yang menopang gigi.2
Perawatan untuk pasien dengan gingivitis bervariasi tergantung pada jenis gingivitis.
Untuk gingivitis yang diinduksi alergi, menghindari alergen adalah cara pengobatan utama.
Untuk gingivitis akibat plak, tujuan utama pengobatan adalah mengurangi biofilm gigi dan
menghilangkan peradangan. Plak ringan, karang gigi dan noda dapat dihilangkan dengan
menyikat gigi yang efektif dan menjaga kebersihan mulut yang optimal. Sedangkan untuk
endapan yang lebih keras mungkin memerlukan scaling gigi yang dilakukan oleh dokter gigi.
Penggunaan obat kumur juga berguna untuk mencegah berkembangnya plak dan gingivitis.2
Rasa nyeri pada gigi dapat diakibatkan oleh banyak hal. Namun sesuai dengan skenario,
pemeriksaan intraoral gusi pasien tampak hiperemis. Hal tersebut menggambarkan bahwa
rasa nyeri gigi pasien tersebut diakibatkan gingivitis lokal yang dialami oleh pasien.
Gingivitis lokal diakibatkan terkena sesuatu benda keras pada jaringan gingiva pada suatu
area terluka dan meradang. Selain rasa nyeri gigi diakibatkan oleh gingivitis lokal, dapat juga
diakibatkan oleh resesi gingiva. Dimana pada skenario diketahui pemeriksaan radiografi
terlihat gigi Molar 3 kiri bawah erupsi tidak sempurna yang mengakibatkan pasien ngilu dan
sedikit terasa nyeri saat makan.3
Sesuai skenario, pada pemeriksaan radiografi pasien terlihat gigi molar gigi kiri bawah
erupsi tidak sempurna yang memperlihatkan posisi gigi mesioangular. Dari skenario tersebut
dapat di diagnosa pasien mengalami impaksi molar tiga. Impaksi gigi molar ketiga bawah
adalah keadaan dimana gigi molar ketiga mandibula gagal untuk erupsi (tumbuh) secara
sempurna pada posisinya dikarenakan terhalang oleh gigi depannya (molar kedua) atau
jaringan tulang/ jaringan lunak yang padat disekitarnya.4
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan impaksi molar ketiga mandibula yaitu
antara lain jaringan sekitarnya terlalu padat, adanya retensi gigi susu berlebihan, tanggalnya
gigi susu yang terlalu awal, atau tidak tersedianya cukup tempat untuk erupsi akibat
mandibula yang sempit. Gigi molar ketiga mandibula yang timbul sebagian dapat
menyebabkan timbunan makanan, plak, dan debris pada jaringan sekitar gigi sehingga
menyebabkan inflamasi, karies pada gigi molar kedua, bau mulut, dan lama kelamaan dapat
muncul abses dentoalveolar. Impaksi gigi molar ketiga mandibula juga dapat mengganggu
proses mengunyah dan sering menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi yang terjadi
dapat berupa resorbsi patologik gigi yang berdekatan, terbentuknya kista folikular, rasa sakit
neuralgik, perikoronitis, bahaya fraktur rahang akibat lemahnya rahang, dan berdesakannya
gigi anterior akibat tekanan gigi impaksi ke arah anterior. Selain itu, juga dapat terjadi
periostitis, neoplasma, dan komplikasi lainnya.4
Bibir bengkak dan gatal adalah kondisi terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua
bibir. Pembesaran bisa terjadi karena adanya penumpukan cairan atau peradangan di dalam
jaringan bibir. Kondisi ini biasa disebut sebagai edema bibir. Bengkaknya bibir disebabkan
oleh gangguan mulai dari penyakit ringan hingga serius dan mengancam keselamatan jiwa.
Penyebab kondisi ini juga menentukan seberapa lama kondisi ini akan berlangsung. Makin
lama kondisi ini menimpa pasien, maka penyebabnya bisa jadi makin serius. Adapun
penyebab terjadinya bibir bengkak dan gatal- gatal, yaitu :
1. Alergi
Alergi atau reaksi hipersensitivitas merupakan respon imun spesifik yang tidak
diinginkan dan ditandai dengan adanya reaksi hipersensitifitas (peningkatan
kepekaan) terhadap suatu alergen. Alergen adalah suatu benda asing yang masuk ke
dalam tubuh dan menimbulkan perubahan. Stomatitis alergika merupakan suatu reaksi
hipersensitivitas yang disebabkan oleh alergen penyebab seperti obat-obatan,
makanan, minuman, bahan kedokteran gigi (bahan restorasi, prostetik, alat ortodonti,
merkuri, akrilik, cobalt).5
2. Angioedema
Angioedema adalah adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya edema kulit
yang terjadi pada lapisan dermis bagian bawah atau subkutis, sering mengenai wajah
dan membran mukosa seperti bibir, laring dan genetalia. Pada angioedema lebih
dominan rasa nyeri daripada gatal dan ruamnya hilang secara perlahan dalam 72 jam.
ondisi tersebut bisa dipicu oleh beberapa hal, seperti penggunaan obat-obatan darah
tinggi dari golongan ACE-Inhibitor (seperti captopril), ibuprofen, antibiotic seperti
penisilin dan sulfa, aspirin, morfin, kodein, serta NSAID.6
2.6 Coba uraikan hubungan antara mikroorganisme rongga mulut dengan terjadinya
kasus di atas?
Sesuai dengan skenario, pasien mengalami gusi bengkak dan nyeri pada gigi dimana
diakibatkan oleh penumpukan plak. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas
kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan
melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak diklasifikasikan atas plak
supragingival dan plak subgingival berdasarkan lokasinya pada permukaan gigi. Plak
supragingiva berada pada atau koronal dari tepi gingival bakteri fakultatif anaerob
(Actynomices sp dan streptococcus sp) bakteri gram negatif (Veillonella, haemofilus, dan
bakteroides). Plak subgingiva berada pada apikal dari tepi gingiva, diantara gigi dan jaringan
yang mendindingi sulkus gingival bakteri gram positif (streptococcus sp mitis, streptococcus
sp sanguis, actynominces sp viskous, actynominces sp naeslundii, propioni bakterium).8
Bakteri merupakan penyebab utama dari inflamasi pada jaringan periodontal, dimana
pada bakteri dan host menghasilkan enzim MMP-8 yang dapat merusak jaringan periodontal.
Tanda awal dan persisten dari penyakit periodontal adalah terlihatnya kerusakan jaringan ikat
yang terbentuk dari protein yang diserang oleh protease yang berasal dari bakteri atau hospes.
Penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri rongga mulut melalui jalur bacteremia dapat
disebebakan oleh factor virulensi yang merupakan faktor penting yaitu berupa faktor
perlekatan bakteri dan invasi baktteri rongga mulut ke sel inang atau jaringan organ lain,
yaitu penyakit lokal maupun sistemik.9
2.7 Bagaimana cara pencegahan terjadinya bengkak dan gatal-gatal pada kulit pasien
seperti pada kasus di atas?
Sesuai skenario, pasien mengalami bibir bengkak dan gatal-gatal pada kulit setelah
mengonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter, yaitu obat analgetik dan antibiotik. Sehingga
dapat dikatakan bahwa pasien mengalami alergi terhadap obat tersebut. Alergi obat sendiri
dapat dimengerti sebagai reaksi simpang obat yang melibatkan mekanisme imunologis.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah:10
Tes kulit (skin test). Obat obatan yang dicurigai menyebabkan alergi akan
diaplikasikan ke kulit dengan cara ditempelkan atau melalui tusukan jarum. Hasil
positif memperlihatkan kulit memerah, gatal gatal, atau muncul benjolan. Jika hal
itu terjadi seseorang hampir/ pasti mempunyai alergi terhadap obat tersebut.
Tes darah. Tes ini jarang digunakan karena tingkat akurasinya dalam mendeteksi
alergi obat tidak tinggi. Tapi jika menduga akan ada reaksi yang parah akibat tes
kulit, dokter biasanya akan mengajukan tes darah. Tes ini juga berfungsi untuk
mengetahui sekaligus menghapus kemungkinan adanya kondisi lain yang
berpotensi memicu gejala yang dialami.
Berhenti mengonsumsi obat yang menyebabkan alergi
Pemberian antihistamin mungkin disarankan untuk menghambat reaksi sistem
imun yang diaktifkan oleh tubuh saat terjadi reaksi alergi. Sementara itu,
kortikosteroid dapat digunakan untuk mengatasi peradangan akibat reaksi alergi
yang lebih serius.
BAB III
KESIMPULAN
Bakteri Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme dominan yang dapat
menyebabkan gigi berlubang hingga ke peradangan gusi yang disertai hiperemi. Pemberian
analgetik dan antibiotik guna menghilangkan nyeri dan mengatasi serta mencegah infeksi
bakteri lanjutan merupakan langkah yang tepat dilakukan. Namun, perlu diketahui bahwa
respon tubuh terhadap obat-obatan sangat bervariasi pada masing-masing individu. Untuk itu,
perlu ditegakkannya anamnesis oleh dokter gigi sebagai penunjang untuk mendapatkan
informasi yang kuat terkait pasien terutama guna mencegah hipersensitifitas (alergi) obat
yang mungkin akan dialami pasien. Apabila telah terjadi hipersensitifitas (alergi) obat seperti
yang dialami pasien pada kasus, maka tatalaksana yang dapat dilakukan adalah menghindari
faktor yang menimbulkan gejala, pengobatan reaksi yang benar, dan cara-cara khusus.
DAFTAR PUSTAKA