Anda di halaman 1dari 17

CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)

Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 68

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BHINEKA TUNGGAL IKA PADA SISWA KELAS


VII SMP NEGERI 1 SURAKARTA PADA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Artikel

Penulis
Umi Setyaningsih1
Mahasiswa S2 Program Studi PKn
Program Pasca Sarjana UNS Surakarta
Yulianto Bambang Setyadi2
Mahasiswa S3 Program Studi Evaluasi dan Penelitian pendidikan
Program Pasca sarjana UNY Yogyakarta

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses implementasi nilai-
nilai Bhineka Tunggal Ika pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Surakarta Tahun
Pelajaran 2016/2017, berbagai macam hambatan yang dihadapi dan solusi yang
diberikan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan data
dengan triangulasi sumber dan teknik. Analisis data menerapkan model alir
melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menerapkan nilai-nilai Bhineka
Tunggal Ika pada siswa dapat dilakukan dengan cara membiasakan siswa untuk
membayar pajak, memiliki sikap toleransi dan tidak membeda-bedakan antar umat
beragama. Hambatan yang dialami yaitu berasal dari siswa yang kurang paham
pada nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika, selain itu hambatan juga berasal dari
kurangnya kesadaran guru, staff/karyawan dalam menerapkan nilai-nilai Bhineka
Tunggal Ika pada siswa di SMP Negeri 1 Surakarta. Solusi yang diberikan pihak
sekolah selalu berupaya menambah pemahaman mengenai nialai-nilai Bhineka
Tunggal Ika pada siswa agar pelaksanaan proses pembelajaran dapat berjalan dengan
lancar, dan proses implementasi nilai- nilai Bhineka Tunggal Ika dapat tercapai, solusi
selanjutnya yaitu membiasakan siswa melakukan indikator-indokator nilai-nilai
Bhineka Tunggal Ika. Pihak sekolah dan guru berkoordinasi dengan staff/karyawan
agar menerapkan nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika pada siswa agar mereka terbiasa
dengan pemahaman nilai-nilai tersebut, sehingga proses implementasi nilai-nilai
Bhineka Tunggal Ika kepada siswa dapat tercapai secara maksimal.

Kata kunci: implementasi, nilai-nilai, Bhineka Tunggal Ika.

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 69

IMPLEMENTATION OF IKA SINGLE BHINEKA VALUES IN CLASS VII


STUDENTS OF SMP Negeri 1 SURAKARTA IN 2016/2017 ACADEMIC
YEAR

Article

Author
Umi Setyaningsih1
S2 Students Civics Study Program
Postgraduate Program UNS Surakarta
Yulianto Bambang Setyadi2
Doctoral students in Educational Evaluation and Research Study Program
Postgraduate Program UNY Yogyakarta
ABSTRACT
This study aims to describe the implementation process of Bhineka Tunggal Ika
value on students Grade VII in SMP Negeri 1 Surakarta in Academic Year
2016/2017, various problems encountered and solutions are provided. The
researcher used qualitative approach, collecting data with source triangulation
and technique. The researcher analyzed the data by using alir models through
data collection, data reduction, presentation and conclusion. The results showed
that applying Bhineka Tunggal Ika values to students can be done by familiarizing
students to pay taxes, tried to build their tolerance and do not discriminate
between religious people. The problems which happened in the students besides
they are not familiar with the values of Bhineka Tunggal Ika, but also the lack of
awareness of teachers, staff / employees in applying the values of Bhineka
Tunggal Ika to students in SMP Negeri 1 Surakarta. The solution provided by the
school is always trying to increase the understanding of the values of Bhineka
Tunggal Ika to students so that the learning process can run well, and the
implementation process of Bhineka Tunggal Ika's values can be achieved, the next
solution is to familiarize the students to perform the indicators of value- Value of
Bhineka Tunggal Ika. The school and teachers coordinate each other with the
staff / employees to apply the values of Bhineka Tunggal Ika to the students. So
that they are familiar to understand of these values, so that the implementation
process of Bhineka Tunggal Ika's values to the students can be achieved
maximally.

Keywords: implementation, values, Unity in Diversity.

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 70

Pendahuluan majemuk sejauh masyarakat


tersebut secara struktur memiliki
Pendidikan sangat penting dan
sub-sub kebudayaan yang bersifat
menduduki posisi sentral dalam
diverse yang ditandai oleh kurang
pembangunan karena berorientasi pada
berkembangnya sistem nilai yang
peningkatan kualitas sumber daya
disepakati oleh seluruh anggota
manusia. Menurut Ihsan (2010: 1-2),
masyarakat dan juga sistem nilai
pendidikan sebagai usaha manusia
dari satu-kesatuan sosial, serta
untuk menumbuhkan dan
seringnya muncul koonflik-
mengembangkan potensi-potensi
konflik sosial.
pembawaan baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang Bangsa Indonesia terdiri dari
ada di dalam masyarakat dan berbagai kelompok etnis, budaya,
kebudayaan. Pendidikan merupakan agama, bahasa, adat istiadat, dan lain-
suatu proses transformasi nilai-nilai lain sehingga dapat disebut sebagai
generasi yang lain. Undang-Undang masyarakat majemuk atau
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem multikultural. Menurut J. S. Furnivall
Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagaimana dikutip oleh Rustanto
menyatakan bahwa: (2015: 34) masyarakat majemuk adalah
Pendidikan nasional berfungsi suatu masyarakat yang terdiri atas dua
mengembangkan kemampuan atau lebih elemen yang hidup sendiri-
dan membentuk watak serta sendiri tanpa ada pembaharuan satu
peradaban bangsa yang sama lain di dalam suatu keadaan
bermartabat dalam rangka politik. Bhineka Tunggal Ika memiliki
mencerdaskan kehidupan bangsa, konsep sebagai landasan
bertujuan untuk berkembangnya multikulturalisme. Multikulturalisme
potensi peserta didik agar secara sederhana dapat dikatakan
manusia yang beriman dan pengakuan atas pluralisme budaya.
bertakwa kepada Tuhan Yang Pluralisme budaya bukanlah suatu yang
Maha Esa, berahklak mulia, given tetapi merupakan suatu proses
sehat, berilmu, cakap, kreatif, internalisasi nilai-nilai didalam suatu
mandiri, dan menjadi warga komunitas (Tilaar, 2004: 179). Bhineka
negara yang demokratis serta Tunggal Ika bukanlah sekedar
bertanggung jawab. semboyan saja tetapi juga sebagai
lambang Negara. Menurut Saputra dan
Multikultural berasal dari kata
Nugroho (2013: 119) prinsipnya
multi yang berarti beragam dan kultur
Bhineka Tunggal Ika mengandung
memiliki arti budaya. Menurut
makna meliputiMendorong makin
Mulyana (2011: 183),
kukuhnya persatuan Indonesia,
multikulturalisme adalah masalah
mendorong timbulnya kesadaran
perbedaan identitas sebagai produk
tentang pentingnya pergaulan demi
adat-istiadat dan kebiasaan, struktur
kukuhnya persatuan dan kesatuan,
sosial pada umumnya. Menurut
tidak saling menghina, mencemooh,
Nasikun sebagaimana dikutip oleh
atau saling menjelekkan di antara
Rustanto (2015: 40),
sesama bangsa indonesia, saling
Masyarakat multikultural adalah
menghormati dan saling mencintai
suatu masyarakatbersifat
antar sesama, meningkatkan identitas

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 71

dan kebanggaan sebagai bangsa kebijakan dari politik menjadi


indonesia, meningkatkan nilai administrasi. Menurut Usman (2002: 70),
kegotongroyongan dan solidaritas. implementasi bukan sekedar aktivitas,
Prinsip Bhineka Tunggal Ika tetapi suatu kegiatan yang terncana dan
mendukung nilai-nilai seperti: inklusif, untuk mencapai tujuan kegiatan.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
terbuka, damai dan kebersamaan, disimpulkan bahwa implementasi adalah
kesetaraan, toleransi, musyawarah bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu
disertai dengan penghargaan terhadap kegiatan yang terencana dan dilakukan
pihak lain yang berbeda. Sejalan secara sungguh-sungguh berdasarkan
dengan prinsip, berikut ini adalah acuan norma tertentu untuk mencapai
langkah-langkah untuk tujuan kegiatan.
mengimplementasikan konsep Bhineka Pengertian Nilai. Nilai memuat
Tunggal Ika sebagai landasan elemen pertimbangan yang membawa ide-
multikulturalisme untuk mewujudkan ide seorang individu mengenai hal-hal
persatuan bangsa meliputi perilaku yang benar, baik, ataupun yang diinginkan
inklusif, Sikap rukun dan damai, dan nilai-nilai itu bersumber dari agama
maupun dari tradisi humanistik. Menurut
Musyawarah untuk mencapai mufakat, Syarbaini (2012: 43-44), nilai adalah
Sikap kasih sayang dan rela berkorban sesuatu yang berharga, berguna, indah,
Bila setiap warga negara memperkaya batin, dan menyadarkan
memahami makna Bhineka Tunggal manusia akan harkat dan martabatnya.
Ika, meyakini akan ketepatannya bagi Menurut J.J Kuperman sebagaimana
landasan kehidupan berbangsa dan dikutip Mulyana (2011: 9), nilai adalah
bernegara yang multikulturalisme, serta patokan normatif yang mempengaruhi
mau dan mampu manusia dalam menentukan pilihannya di
mengimplementasikan secara tepat dan antara cara-cara tindakan alternatif.
benar, maka negara Indonesia akan Menurut Gordon Allport sebagaimana
tetap kokoh dan bersatu selamanya. dikutip oleh Mulyana (2011: 9), nilai
adalah keyakinan yang membuat seseorang
Pepatah yang mengatakan “Bersatu kita bertindak atas dasar pilihannya.
teguh bercerai kita runtuh”. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut,
Tujuan penelitian ini meliputi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah
mendiskripsikan proses,hambatan, patokan normatif yang mempengaruhi
solusi implementasi nilai-nilai Bhineka keyakinan manusia yang menentukan
Tunggal Ika pada siswa kelas VII di pilihannya dengan cara melakukan
SMP Negeri1 Surakarta. tindakan normatif dan atas dasar
pilihannya.
Kajian Teori Macam-macam Nilai. Menurut
Syarbaini (2012:48-49), nilai dapat
Kata implementasi biasanya selalu dikelompokkan menjadi tiga macam
berhubungan dengan suatu kebijakan. sebagaimana uraian berikut:
Implementasi merupakan suatu proses 1) Nilai Dasar yaitu tidak dapat diamati
penerapan ide, konsep, atau inovasi dalam melalui panca indera manusia, tetapi
suatu tindakan praktis sehingga memberi dalam kenyataannya nilai berhubungan
dampak, baik berupa perubahan dengan tingkah laku atau berbagai
pengetahuan, keterampilan maupun nilai, aspekk kehidupan manusia.
dan sikap. Menurut Harsono (2002: 67), 2) Nilai Instrumental yaitu nilai yang
implementasi adalah suatu proses untuk menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai
melaksanakan kebijakan menjadi tindakan dasar.

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 72

3) Nilai Praksis merupakan pelaksanaan bangsa yang mengerti benar bahwa


secara nyata dari nilai-nilai dasar dan Indonesia yang pluralistik memiliki
nilai-nilai instrumental. kebutuhan akan sebuah unsur pengikat dan
Menurut Notonegoro sebagaimana jati diri bersama. Bhineka Tunggal Ika
dikutip oleh Syarbaini (2012: 44), pada dasarnya merupakan gambaran dari
membagi nilai dalam tiga kategori, yaitu kesatuan geopolitik dan geobudaya di
sebagai berikut: Indonesia, yang artinya terdapat
1) Nilai material, yaitu segala sesuatu keberagaman dalam agama, ide, ideologis,
yang berguna bagi unsur manusia. suku bangsa dan bahasa. Bhineka Tunggal
2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang Ika adalah cerminan keseimbangan antara
berguna bagi manusia untuk melakukan unsur perbedaan yang menjadi ciri
aktivitas. keanekaan dengan unsur kesamaan yang
3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu menjadi ciri kesatuan. Keseimbangan itu
yang berguna bagi rohani manusia. sendiri merupakan konsep filsafati yang
selalu terletak pada ketegangan di antara
Pengertian Bhineka Tunggal Ika.
dua titik ekstrim, yaitu keanekaan mutlak
Menurut Toyibi dan Djahiri (1997: 77),
disatu pihak dan kesatuan mutlak di pihak
“Bhineka Tunggal Ika adalah keberagaman
lain. Setiap kali segi keanekaan yang
dalam kesatuan”. Kesatuan merupakan
menonjolkan perbedaan itu memuncak
sebuah gambaran ideal. Dikatakan ideal
akan membawa kemungkinan munculnya
karena kesatuan merupakan suatu harapan
konflik, maka kesatuanlah yang akan
atau cita-cita untuk mengangkat atau
meredakan atas dasar kesadaran nasional.
menempatkan unsur perbedaan yang
Sejarah Konsep Bhineka Tunggal
terkandung dalam keanekaragaman bangsa
Ika. Awalnya, semboyan yang dijadikan
Indonesia ke dalam suatu wadah, yakni
semboyan resmi Negara Indonesia sangat
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
panjang, yaitu Bhineka Tunggal Ika Tan
Kesatuan adalah upaya untuk menciptakan
Hana Dharmma Mangrwa. Semboyan
wadah yang mampu menyatukan
Bhineka Tunggal Ika dikenal untuk
perbedaan atau keaneka-ragaman.
pertama kalinya pada masa Majapahit era
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan
kepemimpinan Wisnuwardhana.
bahwa Bhineka Tunggal Ika merupakan
Perumusan semboyan Bhineka Tunggal
pernyataan jiwa dan semangat bangsa
Ika ini dilakukan oleh Mpu Tantular dalam
Indonesia yang mengakui realitas bangsa
kitab Sutasoma. Hal itu dilakukan
yang majemuk, namun tetap menjunjung
sehubungan usaha bina Negara kerajaan
tinggi kesatuan. Bhineka Tunggal Ika
Majapahit saat itu. Semboyan Negara
adalah semboyan bangsa yang tercantum
Indonesia ini telah memberikan nilai-nilai
dan menjadi bagian dari lambang negara
inspiratif terhadap sistem pemerintahan
Indonesia, yaitu Garuda Pancasila.
pada masa kemerdekaan. Bhineka Tunggal
Diuraikan kata per kata, Bhineka berarti
Ika pun telah menumbuhkan semangat
berbeda, Tunggal berarti Satu, dan Ika
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
berarti Itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
Republik Indonesia. Kitab Sutasoma,
walaupun berbeda-beda, tapi pada
definisi Bhineka Tunggal Ika lebih
hakekatnya satu. Kata lain, seluruh
ditekankan pada perbedaan dalam hal
perbedaan yang ada di Indonesia menuju
kepercayaan dan keanekaragaman agama
tujuan yang satu atau sama, yaitu bangsa
yang ada di kalangan masyarakat
dan Negara Indonesia. Semboyan bangsa,
Majapahit.Namun, sebagai semboyan
artinya Bhineka Tunggal Ika adalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia,
pembentuk karakter dan jati diri bangsa.
konsep Bhineka Tungggal Ika bukan hanya
Bhineka Tunggal Ika sebagai
perbedaan agama dan kepercayaan menjadi
pembentuk karakter dan jati diri bangsa ini
fokus, tapi pengertiannya lebih luas.
tak lepas dari campur tangan para pendiri

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 73

Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berasal dari
Negara memiliki cakupan lebih luas, bahasa Sansekerta itu terdiri dari kata
seperti perbedaan suku, bangsa, budaya Bhineka, Tunggal, dan Ika. Kata Bhinneka
(adat istiadat), beda pulau, dan tentunya berasal dari kata Bhinna dan Ika. Bhina
agama dan kepercayaan yang menuju artinya berbeda-beda dan Ika artinya itu.
persatuan dan kesatuan Nusantara. Jadi, kata Bhineka berarti yang berbeda-
Semboyan Bhineka Tunggal Ika Tan Hana beda itu. Analisa lain menunjukkan bahwa
Darma Mangrwa adalah ungkapan yang kata Bhineka terdiri dari unsur kata
memaknai kebenaran aneka unsur “bhinn-a-eka”. Unsur “a” artinya tidak,
kepercayaan pada Majapahit. Tidak hanya dan “eka” artinya satu. Kata Bhineka juga
Siwa dan Budha, tapi juga seajumlah aliran dapat berarti “yang tidak satu”. Kata
(sekte) yang sejak awal telah dikenal lebih Tunggal artinya satu, dan Ika artinya itu.
duku sebagian besar anggota masyarakat Berdasarkan analisis tersebut dapat
Majapahit yang memiliki sifat majemuk. disimpulkan bahwa semboyan “Bhineka
Sehubungan dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika” berarti “yang berbeda-beda
Tunggal Ika, cikal bakal dari Singasari, itu dalam yang satu itu” atau
yakni pada masa Wisnuwardhana sang “beranekaragam namun satu jua”.
dhinarmeng ring Jajaghu (candi Jago), Kebhinekaan atau yang berbeda-beda itu
semboyan tersebut dan Candi Jago menunjuk pada realitas objektif
disempurnakan pada masa Kerajaan masyarakat Indonesia yang memiliki
Majapahit. keanekaragaman yang tinggi.
Mpu Tantular yang hidup pada abad Keanekaragaman masyarakat Indonesia
ke-14 di Majapahit adalah seorang dapat ditemukan dalam berbagai bidang
pujangga ternama Sastra Jawa. Ia hidup kehidupan. Keanekaragaman di bidang
pada pemerintahan raja Rajasanegara. Ia politik, bidang ekonomi, bidang sosial,
masih saudara sang raja yaitu juga dapat dilihat dari segi geografis,
keponakannya (Bratratmaja dalam bahasa budaya, agama, etnis, dan sebagainya.
Kawi atau bahasa Sansekerta) dan menantu Adanya keanekaragaman dalam
adik wanita sang raja. Nama “Tantular” berbagai bidang tersebut menyebabkan
terdiri dari dua kata, yaitu tan (tidak) dan Indonesia dijuluki sebagai masyarakat
tular (terpengaruh). Artinya ia orangnya yang multi etnik, multi agama (multi
“teguh”. Kata “mpu” merupakan gelar religi), multi budaya (multikultural), dan
yang artinya adalah seorang yang pandai sebagainya. Makna kesatuan (tunggal ika)
atau ahli. Tantular adalah seorang dalam Bhineka Tunggal Ika merupakan
penganut agama Budha, namun ia terbuka cerminan rasionalitas yang lebih
terhadap agama lainnya, terutama agama menekankan kesamaan daripada
Hindu-Siwa. Bisa terlihat pada dua perbedaan. Bhineka Tunggal Ika
kakawin atau syairnya yang ternama yaitu merumuskan dengan tegas adanya harmoni
kakawin Arjunawijaya dan terutama antara kebhinekaan dan ketunggalikaan,
kakawin Sutasoma. Salah satu bait dari antara keanekaan dan keekaan, antara
kakawin Sutasoma ini diambil menjadi keragaman dan kesatuan, antara hal banyak
motto atau semboyan Republik Indonesia dan hal satu, atau antara pluralisme dan
yaitu “Bhineka tunggal Ika” atau berbeda- monisme. Demikian pula sebaliknya,
beda namun satu jua. Perumusan Bhineka manakala segi kesatuan yang menonjolkan
Tunggal Ika oleh Mpu Tantular pada kesamaan itu tampil secara berlebihan,
dasarnya pernyataan daya kreatif dalam maka keanekaan selalu mengingatkan
upaya mengatasi keanekaragaman bahwa perbedaan adalah kodrat sekaligus
kepercayaan dan keagamaan. berkah yang tak terelakkan. Semboyan
Makna dan Konsep Bhineka Bhineka Tunggal Ika merupakan
Tunggal Ika. Jika dianalisis, semboyan pernyataan yang mengakui realitas bangsa

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 74

Indonesia yang majemuk (berbhineka), Ika. Prinsip-prinsip tersebut menurut


namun selalu mencita-citakan terwujudnya Ubaidillah (2006: 13) adalah sebagai
kesatuan (ketunggal-ikaan). Indonesia berikut: Faham Bhineka Tunggal Ika,
yang ber-Bhineka Tunggal Ika berarti yang oleh Ir Sujamto disebut sebagai
Indonesia selain mengakui adanya faham Tantularisme, bukan faham
keberagaman atau perbedaan juga
sinkretisme, yang mencoba untuk
mengakui adanya kesatuan dan tetap
berkeinginan untuk menjadi satu bangsa, mengembangkan konsep baru dari
yaitu bangsa Indonesia. Kebhinnekaan unsur asli dengan unsur yang datang
merupakan ciri dasar bangsa Indonesia dari luar. Bhineka Tunggal Ika tidak
sejak Republik ini dibentuk, kemudian bersifat sektarian dan eksklusif,
diproklamasikan oleh para pendiri negara Bhineka Tunggal Ika bersifat inklusif.
(the founding fathers) pada paruh kedua Golongan mayoritas dalam hidup
abad silam hingga kini. Sebagai suatu berbangsa dan bernegara tidak
realitas objektif, maka kebhinekaan telah memaksakan kehendaknya pada
menjadi identitas bangsa Indonesia. Baik golongan minoritas. Bhineka Tunggal
keanekara-gaman maupun kesatuan Ika dilandasi oleh sikap saling percaya
Indonesia adalah kenyataan sekaligus
mempercayai, saling hormat
persoalan. Kebhinekaan Indonesia sepintas
lalu memang jauh lebih menonjol daripada menghormati, saling cinta mencintai
kesatuannya. Membeda-bedakan sesuatu dan rukun. Bhineka Tunggal Ika
yang berbeda hanya akan menimbulkan bersifat konvergen tidak divergen, yang
bahaya disintegrasi. Perbedaan dalam bermakna perbedaan yang terjadi
kebhinekaan perlu disinergikan atau dalam keanekaragaman tidak untuk
dikelola dengan cara mendayagunakan dibesar-besarkan, tetapi dicari titik
aneka perbedaan menjadi modal sosial temu, dalam bentuk kesepakatan
untuk membangun kebersamaan. bersama. Hal ini akan terwujud apabila
Diperlukan adanya kesadaran, kemauan, dilandasi oleh sikap toleran, non
dan kemampuan untuk melihat kesamaan sektarian, inklusif, akomodatif, dan
pada sesuatu yang berbeda.
rukun.
Prinsip-prinsip yang terkandung
dalam Bhineka Tunggal Ika. Menurut Indikator yang berkaitan
Winarno (2013: 11), prinsip Bhineka dengan Bhineka Tunggal Ika. Indikator
Tunggal Ika adalah: tersebut diambil berdasarkan ciri-ciri
Kesediaan warga bangsa untuk Bhineka Tunggal Ika yaitu sebagai
bersatu dalam perbedaan. Yang berikut: Adanya persamaan dan
disebut bersatu dalam perbedaan kewajiban bagi setiap warga negara,
adalah kesediaan warga bangsa Tidak ada rasialisme, Tumbuh dan
untuk setia pada lembaga yang berkembang, Tidak adanya sikap
disebut negara dan pemerintahnya, deskriminatif, Adanya sikap kerukunan
tanpa menghilangkan dan kedaerahan, Berbeda agama tapi
keterikatannya pada suku bangsa,
tetap satu, dan Tidak membeda-
adat, ras, dan agamanya.
bedakan
Mengimplementasikan Bhinneka Segala peraturan perundang-
Tunggal Ika dalam kehidupan undangan khususnya peraturan daerah
berbangsa dan bernegara dipandang harus mampu mengakomodasi
perlu untuk memahami secara masyarakat yang pluralistik dan
mendalam prinsip-prinsip yang multikutural, dengan tetap berpegang
terkandung dalam Bhinneka Tunggal teguh pada dasar negara Pancasila dan

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 75

UUD NRI Tahun 1945. Suatu meningkatkan pemahaman mengenai


peraturan perundang-undangan, persatuan dan kesatuan yang ada di
utamanya peraturan daerah yang Indonesia dan dalam kehidupan
memberi peluang terjadinya bermasyarakat.
perpecahan bangsa, atau yang semata-
mata untuk mengakomodasi Metode
kepentingan unsur bangsa harus Tempat penelitian adalah SMP
dihindari. Penerapkan nilai-nilai Negeri 1 Surakarta. Tahap dalam
tersebut secara konsisten akan terwujud pelaksanaan kegiatan ini dimulai dari tahap
masyarakat yang damai, aman, tertib, persiapan dengan penulisan laporan
teratur, sehingga kesejahteraan dan penelitian. Secara keseluruhan semua
keadilan. kegiatan dilakukan selama kurang lebih
Implementasi atau penerapan nilai- empat bulan, yaitu sejak April sampai Juli
nilai Bhineka Tunggal Ika harus tercermin 2017. Menurut Sugiyono (2010: 4-7),
pada pola pikir, pola sikap, dan pola tindak berdasarkan jenis-jenis penelitian di atas,
yang senantiasa mendahulukan maka dapat dikemukakan bahwa yang
kepentingan bangsa serta NKRI dari pada termasuk metode kuantitatif adalah metode
kepentingan pribadi atau kelompok. Darji penelitian eksperimen dan survey,
(1996: 12) mengatakan bahwa sedangkan yang termasuk dalam metode
“implementasi nilai Bhineka Tunggal Ika penelitian kualitatif yaitu metode
harus terealisasi dalam politik, sosial naturalistik. Penelitian untuk basic
budaya, dan seluruh aspek kehidupan research pada umumnya menggunakan
berbangsa dalam penyelenggaraan negara eksperimen dan kualitatif, applied
yang sehat dan dinamis”. Pemahaman research menggunakan eksperimen dan
nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika harus survey, dan R&D dapat menggunakan
dijadikan arahan, pedoman, acuan, dan survey, kualitatif dan eksperimen. Jenis
tuntunan bagi setiap individu dalam penelitian ini menggunakan metode jenis
bertindak serta memelihara tuntutan penelitian kualitatif naturalistik. Penelitian
bangsa yang terintegrasi secara nasional ini tidak memberikan perlakuan, hasil
demi keutuhan NKRI yeng dikenal dengan penelitian bukan berdasarkan pandangan
masyarakat multikultural. Kesatuan adalah dari peneliti sendiri melainkan dari
upaya untuk menciptakan wadah yang pandangan sumber data atau informan.
mampu menyatukan perbedaan atau Penelitian ini menggunakan teknik
keanekaragaman. Implementasi nilai-nilai pengumpulan data meliputi observasi,
Bhineka Tunggal Ika dirasa sangat penting wawancara, dan dokumentasi. Teknik
di terapkan pada siswa, guru dan analisis data yang digunakan dalam
masyarakat karena mereka hidup penelitian ini yaitu teknik analisis data
bermasyarakat. Adanya keterkaitan antara kualitatif. Menurut Miles dan Huberman
implementasi nilai-nilai Bhineka Tunggal (1992:15-19), proses analisis data dimulai
Ika dengan pembelajaran Pendidikan dengan mengumpulkan data dilokasi
Pancasila dan Kewarganegaraan penelitian dengan melakukan observasi,
merupakan variabel yang saling terhubung wawancara, dan dokumentasi dengan
dalam suatu sistem pembelajaran. Bhineka menentukan strategi pengumpulan data
Tunggal Ika memiliki konsep sebagai yang dipandang tepat untuk menentukan
landasan multikulturalisme yang perlu fokus serta pendalaman data pada proses
diketahui dan dipahami oleh siswa dan pengumpulan data berikutnya.
guru dalam proses pembelajaran bahkan
dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai- Hasil Penelitian Dan Pembahasan
nilai Bhineka Tunggal Ika dapat 1. Hasil Penelitian

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 76

Proses implementasi nilai-nilai Purniwiyati, S.Pd selaku guru PPKn SMP


Bhineka Tunggal Ika di SMP Negeri 1 Negeri 1 Surakarta. Hasil wawancara
Surakarta ini dilakukan dengan dengan Ibu Iwan Purniwiyati, S.Pd pada
menggunakan pola pembiasaan oleh hari Jumat, 19 Mei 2017, terungkap
pihak sekolah kepada siswa dengan bahwa:
Pihak sekolah melakukan pola
berbagai cara. Peneliti dalam mencari pembiasan untuk membuat siswa
data menggunakan beberapa indikator bangga terhadap negaranya yaitu
untuk melihat ke efektifan pola dengan mengajarkan dan memberi
pembiasaan sebagi cara untuk contoh kepada siswa agar selalu
penerapan nilai-nilai Bhineka Tunggal membayar pajak karena membayar
Ika kepada siswa di SMP Negeri 1 pajak adalah kewajiban sebagai
Surakarta. Uraian indikator yang warga negara dan selalu
digunakan untuk penerapan nilai-nilai membiasakan siswa untuk belajar
Bhineka Tunggal Ika di SMP Negeri 1 mencari ilmu yang seluas-luasnya
Surakarta sebagai berikut. dan bersaing dalam memperoleh
a. Indikator yang digunakan untuk prestasi yang setinggi-tingginya
penerapan nilai-nilai Bhineka Tunggal karna ini merupakan kewajiban
Ika. sebagai siswa. Sejauh ini kami pihak
1) Adanya persamaan dan kewajiban sekolah menghimbau kepada siswa
bagi setiap warga negara. Indikator yang agar tetap membayar pajak dan
pertama, yaitu adanya persamaan dan selalu belajar mencari ilmu yang
kewajiban bagi setiap warga negara. Proses seluas-luasnya untuk bekal dimasa
penerapan nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika depannya, dengan begitu siswa yang
di SMP Negeri 1 Surakarta, upaya yang rajin mencari ilmu akan
dilakukan oleh guru dan pihak sekolah, mendapatkan prestasi yang
yaitu dengan membiasakan siswa untuk memuaskan yang akan membuatnya,
wajib membayar pajak. Pola pembiasaan orang tua dan sekolah bangga akan
yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam prestasi yang diraihnya.
mengajak siswa agar senantiasa untuk Hasil wawancara dengan Ibu Iwan
membayar pajak adalah dengan cara Purniwiyati, S.Pd mengenai menanamkan
memberikan sosialisasi kepada siswa rasa bangga terhadap kewajibannya
bahwa membayar pajak merupakan suatu sebagai warga negara dan sebagai siswa
kewajiban sebagai warga negara dan sebagai upaya untuk menanamkan
dengan begitu adanya persamaan antar kewajiban sebagai warga negara juga
warga negaranya. Guru dan pihak sekolah disampaikan oleh Ibu Susniwati Rahayu,
juga selalu memberi contoh pada siswa S.Pd pada hari Jumat, 19 Mei 2017,
untuk selalu membayar pajak, misalnya terungkap bahwa:
membayar pajak motor, pajak tanah dan Terkait dengan persamaan dan
bangunan, pajak pembelian barang-barang, kewajiban sebagai warga negara
dan lain-lainnya. kepada siswa, kami selaku guru
Pola pembiasaan yang diberikan PPKn yang ada di SMP Negeri 1
pada siswa agar dapat memiliki persamaan Surakarta membiasakan siswa untuk
dan kewajiban sebagai warga negara degan menanamkan kewajiban sebagai
membayar pajak, tidak hanya membayar warga negara dan persamaan antar
pajak maka siswa di SMP Negeri 1 warga negara. Hal ini kami lakukan
Surakarta diwajibkan untuk mencari ilmu untuk menjaga agar rasa memiliki
yang seluas-luasnya dan bersama-sama kewajiban dan persamaan yang akan
meraih prestasi setinggi mungkin. Hal menimbulkan rasa bangga siswa
tersebut dibenarkan oleh Ibu Iwan dengan melakukan hal tersebut

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 77

terhadap negaranya semakin besar, dengan minat dan kempuan yang dimiliki
sehingga kewajiban dan persamaan oleh setiap siswa, dengan begitu siswa
warga negara tertanam dalam diri dapat tumbuh dan berkembang tidak hanya
setiap siswa di SMP Negeri 1 dalam konteks akademik namun juga
Surakarta. nonakademik. Hal tersebut dibenarkan
Hasil wawancara dengan Ibu Iwan oleh Bapak Supriyanto, S.Pd selaku wakil
Purniwiyati, S.Pd dan Ibu Susniwati kepala sekolah di bidang kurikulum di
Rahayu, S.Pd mengenai upaya pihak SMP Negeri 1 Surakarta. Hasil wawancara
sekolah dalam menanamkan persamaan dengan BapakSupriyanto, S.Pd pada hari
dan kewajiban sebagai warga negara pada Jum’at, 26 Mei 2017, terungkap bahwa:
siswa di SMP Negeri 1 Surakarta juga Pihak sekolah selalu menekankan
disampaikan oleh Hasna Putri, salah satu pada guru untuk selalu
siswa di SMP Negeri 1 Surakarta. Berikut meningkatkan proses pembelajaran
hasil wawancara dengan Hasna Putri pada yang berupa peningkatan model dan
Sabtu, 20 Mei 2017 terungkap bahwa: sarana prasarana yang mendukung
Saya sebagai siswa SMP Negeri 1 tumbuh dan berkembangnya siswa.
Surakarta sering mendapatkan SMP Negeri 1 Surakarta
pengarahan dan ilmu untuk selalu menggunakan kurikulum K13
melakukan kewajiban sebagai warga dengan begitu guru dan siswa
negara untuk terwujudnya persaman dituntut sekreatif mungkin dalam
antar warga. Berawal dari proses pembelajran di dalam kelas.
pengarahan dan contoh yang Cara tersebut kami lakukan untuk
dilakukan guru, saya jadi termotivasi meningkatkan tumbuh dan
untuk membayar pajak dan mencari berkembangnya siswa dalam proses
ilmu seluas-luasnya untuk meraih pembelajaran.
prestasi yang diinginkan yang pada Hasil wawancara dengan Bapak
ahkirnya akan membuat bangga diri Supriyanto, S.Pd mengenai cara yang
saya sendiri dan orang-orang dilakukan untuk meningkatkan tumbuh dan
terdekat saya dan sekolah. Saya haru berkembangnya siswa juga disampaikan
bangga tergahap negara ini karena oleh Bapak Sediyoko, S.Pd selaku wakil
dengan kewajiban membayar pajak kepala sekolah di bidang kesiswaan di
dapat membuatwarga negara SMP Negeri 1 Surakarta. Hasil wawancara
memiliki persamaan yang akan dengan Bapak Sediyoko, S.Pd pada hari
menimbulkan persatuan tanpa Sabtu, 20 Mei 2016, terungkap bahwa:
adanya perbedaan yang ditimbulkan Terkait dengan mengajarkan siswa
akibat kewajiaban sebagai warga untuk setia dan taat terhadap negara,
negara tersebut. kami selaku pihak sekolah
Pelaksanaan peningkatan melalui membiasakan siswa agar mengikuti
proses pembelajaran pada siswa di SMP kegiatan di luar jam pelajaran
Negeri 1 Surakarta. Peningkatan melalui misalnya mengikuti kegiatan
proses pembelajaran dilakukan dengan ekstrakulikuler. Dengan pembiasaan
cara meningkatkan model dan sarana tersebut siswa dapat tumbuh dan
prasaran yang mendukung untuk tumbuh berkembang sesuai kemampuan
dan berkembangnya siswa. Hal ini minat di bidang non akademik.
bertujuan untuk meningkatkan tumbuh dan Selain menekankan pada guru untuk
berkembangnya kemapuan siswa dalam meningkatkan model pembelajaran
akademik dan non akademik. Peningkatan yang dilakukan pihak sekolah juga
tumbuh dan berkembang di dalam non menekankan pada siswa untuk
akademik dengan cara mengikuti kegiatan mengikuti proses pembelajaran
ekstrakulikuler yang ada di sekolah sesuai secara baik dan sesuai aturan yang

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 78

sudah diterapkan oleh pihak sekolah. Siswa-siswi di SMP Negeri 1


Hal ini kami lakukan untuk Surakarta selalu kami tekankan
membiasakan siswa taat pada semua untuk saling menghormati antar
aturan, sehingga setelah berada di umat beragama untuk menciptakan
dalam masyarakat, menjalani persatuan dan kerukunan.
kehidupan berbangsa dan bernegara Pembiasaan ini tidak hanya
yang sesungguhnya, maka siswa ditekankan pada siswa tetapi juga
sudah terbiasa mentaati peraturan ditekankan pada guru dan staff/
yang ada, sehingga melalui proses karyawan disini. Masalah guru pada
pembiasaan tersebut dapat saat pembelajaran agama di SMP
menanamkan di dalam diri siswa Negeri 1 Surakarta ini kita
untuk lebih meningkatkan prestasi datangkan guru agama yang
dalam proses pembelajaran. dibutuhkan di sekolah ini, karena
Pembiasaan yang dilakukan oleh siswa membutuhkan guru untuk
pihak sekolah agar siswa di SMP menambah keimanan mereka.
Negeri 1 Surakarta terbiasa berbasa Kegiatan yang berkaitan dengan
dengan baik yang menimbulkan keagamaan kita ada pendidikan
kerukunan antar siswa, guru, dan karakter yaitu berupa pendalaman
keagaman yang dilakukan setiap
staff/karyawan. Hal ini dillakukan
hari Sabtu. Setiap hari juga
untuk menanamkan nilai-nilai Bhineka dibiasakan 15 menit sebelum
Tunggal Ika pada siswa di SMP Negeri pelajaran di mulai siswa diminta
1 Surakarta. untuk yang beragama Islam
2) Berbeda agama tapi tetap satu. membaca surat-surat pendek dan
Berbeda agama tapi tetap satu di SMP yang beragama non islam pindah
Negeri 1 Surakarta telah menerapkan sikap keruang agama masing-masing
tersebut. SMP Negeri 1 Surakarta terdapat untuk membaca alkitab dan lain-lain
berbagai macam agama antara lain, Islam, yang berkaitan degan agama mereka
Kristen, Katholik, Protestan dan Budha masing.masing.
bahkan ada yang beragama Hindu. Siswa Hasil wawancara dengan Bapak Drs.
di SMP Negeri 1 Surakarta didominasi Joko Slameto, M.Pd mengenai berbeda
agama Islam dengan begitu hubungan gama tapi tetap satu juga disampaikan oleh
antar umat beragama sangat harmonis Ibu Susniwati Rahayu, S.Pd selaku guru
karena mereka telah paham adanya sikap PPKn diSMP Negeri 1 Surakarta. Hasil
toleransi antar umat beragama. wawancara dengan Ibu Susniwati Rahayu,
Berdasarkan beragam agama yang S.Pd pada hari Jum’at, 19 Mei 2016,
dianut oleh siswa SMP Negeri 1 Surakarta terungkap bahwa:
tersebut terciptalah persatuan. Proses Terkait dengan perbedaan agama
pembelajaran pada saat pelajaran agama, pada siswa di SMP Negeri 1
siswa yang beragama non islam belajar di Surakarta ini terlihat dari siswa yang
ruang ibadah sendiri-sendiri dengan guru beragama Islam pada istirahat
yang ada di SMP Negeri 1 Surakarta untuk pertama melaksanakan sholat dhuha
agama Budha dan Hindu pihak sekolah di mushola sekolah dan beragama
mendatangkan guru dari luar. Hal tersebut non Islam ada yang di ruang agama
dibenarkan oleh Bapak Drs. Joko Slameto, dan ada juga yang berada di kantin
M.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 sekolah. Kegiatan yang
Surakarta. Hasil wawancara dengan Bapak mencerminkan perbedaan agama
Drs. Joko Slameto, M.Pd pada hari Jum’at, tapi tetap satu melalui kegiatan pada
19 Mei 2017 terkait dnegan perbedaan saat Idul Adha siswa saling tolong
agama tapi tetap satu di SMP Negeri 1 menolong pada saat penyembelihan
Surakarta, terungkap bahwa:

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 79

hewan kurban dan pada saat tujuan untuk meningkatkan keimanan


pembagian daging kurban juga siswa tidak hanya dengan pendidika formal
diikuti oleh siswayang beragama tetapi pendidikan religius juga perlu di
non islam. tingkatkan. Berdasarkan data yang di
Hasil wawancara dengan Ibu paparkan oleh beberapa narasumber di
Susniwati Rahayu, S.Pd selaku kepala atas, dapat dilihat secara nyata dalam
sekolah serupa dengan yang diungkapkan gambar berikut.
oleh Bapak Drs. Joko Slameto, M.Pd Proses penerapan nilai-nilai
mengenai berbeda agama tapi tetap satu di Bhineka Tunggal Ika tidak menutup
SMP Negeri 1 Surakarta juga disampaikan kemungkinan terdapat hambatan-
oleh Hasna Putri salah satu siswa yang hambatan yang dihadapi baik berasal
beragama Islam. Berikut hasil wawancara dari siswa maupun dari guru sebagai
dengan Hasna Putri pada hari Sabtu, 20
seorang pengajar dan pendidik. Hasil
Mei 2017, terungkap bahwa:
Saya selaku siswa di SMP Negeri 1 wawancara dengan Bapak Drs. Joko
Surakarta, dan juga anggota OSIS Slameto, M.Pd pada hari Jum’at, 19
senantiasa berusaha untuk Mei 2017 terkait dengan hambatan-
menghargai perbedaan yang ada di hambatan yang dialami siswa dalam
antara saya dan teman-teman proses penerapan nilai-nilai Bhineka
terutama masalah agama. Kegiatan Tunggal Ika pada siswa di SMP Negeri
yang kaami lakukan dalam 1 Surakarta, terungkap bahwa:
organisasi OSIS ini tidak Problematika atau hambatan yang
memnadang perbedaan agama , kami alami dalam proses
kami sadar dengan adanya sikap
implementasi/ penerapan nilai-
toleransi antar umat beragama. Kita
nilai Bhineka Tunggal Ika di
disini sangat paham dengan
persatuan dengan begitu kami saling SMP Negeri 1 Surakarta sampai
menghargai pada saat beribadah. saat ini, yaitu mulai dari
Sejauh ini kami tidak memiliki kurangnya pemahaman siswa
masalah yang berkaitan dengan tentang penerapan nilai-nilai
perbedaan agama di SMP Negeri 1 Bhineka Tunggal Ika bagi diri
Surakarta ini. mereka sampai dengan susahnya
Berdasarkan keterangan yang mengajak siswa untuk diajak
diperoleh dari berbagai narasumber di atas kerjasama, misalkan untuk
mengenai salah satu indikator nilai-nilai meningkatkan pemahaman
Bhineka Tunggal Ika, yaitu berbeda agama mengenai penerapan nilai-nilai
tapi tetap satu yang mencerminkan sikap
persatuan antar umat beragama, didapatkan
Bhineka Tunggal Ika. Kendala
data bahwa pihak sekolah dan guru SMP pada saat proses implementasi
Negeri 1 Surakarta sudah melakukan nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika
upaya membiasakan siswa agar memiliki ini tidak terlalu besar hanya saja
sikap toleransi dan persatuan antar umat siswa disini sering kali
beragam, sehingga sikap tersebut dapat memanggil nama temannya
tertanam dalam diri siswa. dengan nama ayahnya, tetapi hal
Upaya yang dilakukan oleh pihak tersebut tidak menimbulkan
sekolah tersebut dapat dilihat dari usaha permasalahan yang besar.
nyata dilapangan, mulai dari nasehat yang Kenakalan pada usia belasan
diberikan untuk menambah keimanan dan sering terjadi pada siswa tetapi
mendorong siswa untuk selal melakukan
siswa di SMP Negeri 1 Surakarta
hal yang positif. Hal ini dilakukan dengan
tidak sampai menimbulkan

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 80

perselisihan bahkan perpecahan Bhineka Tunggal Ika. Beberapa


antar siswa. hambatan tersebut membuat pihak
Hasil wawancara dengan Bapak sekolah khususnya guru kesulitan
Drs. Joko Slameto, M.Pd mengenai dalam penerapan nilai-nilai Bhineka
hambatan yang dialami pihak sekolah Tunggal Ika pada siswa di SMP Negeri
dalam proses implementasi nilai-nilai 1 Surakarta.
Bhineka Tunggal Ika pada siswa di Melihat proses implementasi nilai-nilai
SMP Negeri 1 Surakarta juga Bhineka Tunggal Ika di SMP Negeri 1
disampaikan oleh Bapak Sediyoko, Surakarta yang masih mengalami beberapa
S.Pd selaku wakil kepala sekolah di hambatan, maka pihak sekolah dengan cepat
bidang kesiswaan di SMP Negeri 1 mencari solusi sebagai upaya untuk mengatasi
hambatan yang terjadi, agar proses
Surakarta. Hasil wawancara dengan implementasi nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika
Bapak Sediyoko, S.Pd pada hari Sabtu, di SMP Negeri 1 Surakarta dapat berjalan
20 Mei 2017, terungkap bahwa: sesuai dengan harapan.
Hambatan yang kami alami untuk Hasil wawancara dengan Bapak Drs.
implementasi nilai-nilai Bhineka Joko Slameto, M.Pd pada hari Jum’at, 19 Mei
Tunggal Ika pada siswa, yaitu 2017 terkait dengan solusi untuk mengatasi
kurang kepekaan siswa terhadap hambatan-hambatan yang dialami dalam
pentingnya nilai-nilai Bhineka proses implementasi nilai-nilai Bhineka
Tunggal Ika pada diri siswa. Tunggal Ika pada siswa di SMP Negeri 1
Siswa di SMP Negeri 1 Surakarta Surakarta, terungkap bahwa:
saya rasa sudah tahu jika perlu Untuk mengatasi masalah atau
hambatan dalam proses implementasi
adanya nilai-nilai Bhineka nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika, kami
Tunggal Ika pada diri mereka. pihak sekolah berserta guru dan
Hambatan siswa mengenai seluruh warga sekolah berusaha untuk
implementasi nilai-nilai Bhineka memberikan pemahaman kepada siswa
tunggal Ika hanya saja beberapa mengenai implementasi nilai-nilai
siswa yang masih memanggil Bhineka Tunggal Ika, kami selalu
temannya dengan nama ayahnya, memberikan contoh kepada siswa
tetapi untuk sikap toleransi anatar untuk menciptakan persatuan dan
siswa dan warga sekolah sudah kesatuan antar siswa dan siswa yang
terjalin sangat baik. masih bandel melakukan kesalahan
akan dikenai hukuman yang sudah
dalam menjalani kehidupan
menjadi peraturan di SMP Negeri 1
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Surakarta. Terkait dengan hal tersebut,
Hambatan lainnya, yaitu saat ini pihak sekolah selalu memberi
kurangnya kesadaran guru, contoh yang baik agar lebih baik
staff/karyawan dalam menerapkan kedepannya untuk siswa, guru, dan
nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika pada staff/karyawan.
siswa, sulitnya membiasakan siswa Hasil wawancara dengan Ibu Susniwati
melakukan indikator-indikator nilai- Rahayu, S.Pd selaku guru mata pelajaran
nilai Bhineka Tunggal Ika dengan lebih PPKndi SMP Negeri 1 Surakarta mengenai
baik lagi. Terkait dengan nilai-nilai solusi untuk mengatasi hamabatan yang
Bhineka Tunggal Ika, masih ada siswa dialami pihak sekolah dalam proses
yang terkadang tidak mau implementasi nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika
pada siswa di SMP Negeri 1 Surakarta. Hasil
meningkatkan pemahamannnya wawancara dengan Ibu Susniwati Rahayu,
mengenai penerapan nilai-nilai

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 81

S.Pd pada hari Jum’at, 19 Mei 2017, lagu kebangsaan, dan bahasa (4)
terungkap bahwa: Sejarah perjuangan indonesia untuk
Saya selaku guru mata PPKn di SMP indepence, dan (5) Sumpah pemuda.
Negeri 1 Surakarta berusaha untuk Penjelasan ini dimaksudkan untuk
selalu menyampaikan pentingnya memperkuat gagasan bahwa Bhineka
kepada siswa agar memahami nilai-
Tunggal Ika telah tertanam dalam
nilai Bhineka Tunggal Ika. Penerapan
nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika saya kehidupan dan karakter negara-bangsa
ajarkan kepada siswa sesuai dengan indonesia. Ini mewakili jiwa dan
indikator-indikator yang ada. karakternya. Oleh karena itu, sekolah
Terkadang dalam proses implementasi yang ingin menerapkan nilai-nilai
nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika yang Bhineka Tunggal Ika kepada siswa
diterapkan pada siswa sedikit adanya karena dirasa lebih tepat dan efektif.
paksaan dari guru mata pelajaran yang Hambatan dalam proses
tidak hanya guru PPKn tetapi guru implementasi nilai-nilai Bhineka
semua mata pelajaran, apabila semua Tunggal Ika pada siswa di SMP Negeri
sudah terbiasa otomatis penerapan 1 Surakarta, yaittu terletak pada
nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika dapat
kurangnya pemahaman siswa tentang
berjalan sesuai yang kita harapkan.
2. Pembahasan pentingnya nilai-nilai Bhineka Tunggal
Penanaman nilai-nilai Bhineka Ika dalam menjalani kehidupan
Tunggal Ika merupakan salah satu berbangsa dan bernegara di Indonesia.
upaya yang dilakukan oleh pihak Hambatan lainya, yaitu sulitnya
sekolah di SMP Negeri 1 Surakarta, hal membiasakan siswa melakukan
ini karena dinilai hal tersebut sangat indikator-indikator nilai-nilai Bhineka
perlu dimiliki oleh remaja bangsa Tunggal Ika.Terkait nilai-nilai Bhineka
Indonesia, mengingat rasa persatuan Tunggal Ika, masih banyak siswa yang
dan kesatuan remaja sudah mulai luntur acuh terhadap nilai-nilai tersebut,
karena banyak adanya pertengkaran terlihat dari hal sederhana yang setiap
dan perpecahan yang dikarenakan harinya dilakukan misalnya sikap
beberapa faktor yang memicu hal toleransi pada kehidupan di lingkungan
tersebut. sekolah maupun di lingkungan
Implementasi nilai-nilai Bhineka masyarakat. Hambatan teknis
Tunggal Ika dan pola pembiasaan yang dilapangan, yaitu kurangnya kesadaran
dilakukan oleh pihak sekolah seperti guru, staff/karyawan dalam
tidak membeda-bedakan antar umat menerapkan nilai-nilai Bhineka
beragama, tidak adanya rasialisme Tunggal Ika pada siswa di SMP Negeri
dalam lingkungan sekolah dan 1 Surakarta.
kehidupan sehari-hari. Hal ini Solusi yang diberikan untuk
didukung oleh hasil penelitain mengatasi hambatan-hambatan yang
Dempsey, dkk (2016) menyatakan terjadi dalam proses implementasi
bahwa Bhineka Tunggal Ika adalah nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika pada
Penjelasan buku teks Bhineka Tunggal siswa di SMP Negeri 1 Surakarta, yaitu
Ika juga terkait dengan (1) Filsafat, dengan cara menambah pemahaman
ideologi dan landasan negara, pancasila mengenai nialai-nilai Bhineka Tunggal
(2) Konstitusi republik Indonesia 1945 Ika pada siswa agar pelaksanaan proses
(3) Simbol pemersatu negara bangsa pembelajaran dapat berjalan dengan
indonesia seperti Bendera nasional, lancar, dan proses implementasi nilai-

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 82

nilai Bhineka Tunggal Ika dapat tercapai. kurangnya pemahaman siswa tentang
Solusi lainnya, yaitu membiasakan siswa pentingnya nilai-nilai Bhineka Tunggal
melakukan indikator-indokator nilai-nilai Ika dalam menjalani kehidupan
Bhineka Tunggal Ika. Pihak sekolah dan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
guru berkoordinasi dengan staff/karyawan Hambatan lainya, yaitu sulitnya
agar menerapkan nilai-nilai Bhineka membiasakan siswa melakukan
Tunggal Ika pada siswa agar mereka indikator-indikator nilai-nilai Bhineka
terbiasa dengan pemahaman nilai-nilai Tunggal Ika. Terkait nilai-nilai
tersebut, sehingga proses implementasi Bhineka Tunggal Ika, masih banyak
nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika kepada siswa yang acuh terhadap nilai-nilai
siswa dapat tercapai secara maksimal. tersebut, terlihat dari hal sederhana
Simpulan yang setiap harinya dilakukan misalnya
Hasil penelitian ini adalah proses sikap toleransi pada kehidupan di
implementasi nilai-nilai Bhineka Tunggal lingkungan sekolah maupun di
Ika di SMP Negeri 1 Surakarta, yaitu lingkungan masyarakat. Hambatan
melalui proses pembelajaran baik materi teknis dilapangan, yaitu kurangnya
maupun praktik di dalam kegiatan di luar kesadaran guru, staff/karyawan dalam
proses pembelajaran. Pemahaman
menerapkan nilai-nilai Bhineka
mengenai implementasi nilai-nilai Bhineka
Tunggal Ika diketahui dapat ditanamkan Tunggal Ika pada siswa di SMP Negeri
melalui pola pembiasaan, seperti mengajak 1 Surakarta.
siswa untuk membayar pajak, tidak adanya Solusi yang diberikan untuk
rasialisme dalam kehidupan sehati-hari, mengatasi hambatan-hambatan yang
dan lain-lain, sehingga siswa mampu terjadi dalam proses implementasi
memahami nilai-nilai tersebut dapat nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika pada
tertanam dan tumbuh dlaam diri siswa. siswa di SMP Negeri 1 Surakarta, yaitu
Nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika dapat dengan cara menambah pemahaman
ditanamkan melalui pembiasaan dengan mengenai nialai-nilai Bhineka Tunggal
mengajarkan siswa untuk selalu Ika pada siswa agar pelaksanaan proses
menggunakan bahasa kedaerahan tetapi
pembelajaran dapat berjalan dengan
tidak lepas penggunaan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa Nasional yang baik dan lancar, dan proses implementasi nilai-
benar dalam lingkungan sekolah maupun nilai Bhineka Tunggal Ika dapat tercapai.
di dalam lingkungan masyarakat. Hal ini Solusi lainnya, yaitu pihak sekolah dan
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman guru berkoordinasi dengan staff/karyawan
siswa terhadap nilai-nilai Bhineka Tunggal agar menerapkan nilai-nilai Bhineka
Ika, sehingga dapat tertanam dalam diri Tunggal Ika pada siswa agar mereka
siswa. terbiasa dengan pemahaman nilai-nilai
Hambatan dalam proses tersebut, sehingga proses implementasi
implementasi nilai-nilai Bhineka nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika kepada
Tunggal Ika pada siswa di SMP Negeri siswa dapat tercapai secara maksimal.
1 Surakarta, yaittu terletak pada

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 83

Referensi

Alexander, Dzhurinskiy. 2014. “School Policy in Russia and The Challenges of A


Multicultural Society”. Social and Behavioral Sciences 186 ( 2015 ) 811 –
814. doi: 10.1016/j.sbspro.2015.04.181
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, Basyiruddin. 2002. Media Pendidikan. Jakarta: Ciputat Press.
Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kendana
Pemuda Media Group.
Dempsey, Keith, Ching, Jerrica. 2016. “Cultural Competence Implication for
Counselors in Training”. Canada: Redfame Publishing
Harsono, Hanafi. 2002. Implementasi Kebijakan dan Politik. Bandung : Puataka
Buana.
Ihsan, Fuad. 2020. Dasar-Dasar Kependidikan: Komponen MKD. Jakarta: PT
RINEKA CIPTA
Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Janah, Hanif Nur. 2015. “Penanaman Nilai-Nilai Sila Kemanusiaan yang Adil
Dan Beradab dalam Kegiatan Berorganisasi di Sekolah (Studi Kasus pada
Anggota Kegiatan Ekstrakurikuler di Sma Negeri 1 Sine Kabupaten Ngawi
Tahun 2015”. Skripsi S-1. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kusuma, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: PT INDEKS.

Kuswanto. 2011. “Observasi (Pengamatan Langsung di Lapangan) (http://klik-


belajar.com/-umum/observasi-pengamatan-langsung-dilapangan/). Diakses
pada hari Senin tanggal 20 Maret 2017 Pukul 13.55 WIB.
Maryadi, dkk. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi FKIP. Surakarta: Badan Penerbit
FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Miles, Mathew B. dan Michael A. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UIP.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Remadja
Rosdakarya.

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 84

Mulyana, Deddy. 2011. Komunikasi Lintas Budaya. Bandung: Rosda Karya


Mulyasa. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan
Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari dan Martini Hadari. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ningsih, Tri Retno. 2015. “Muatan Materi Pancasila sebagai Pandangan Hidup
Bangsa dan Pelaksanaanya dalam Proses Pembelajaran (Analisis Isi Buku
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas VIII Terbitan
Kemendikbud dan Pelaksanaannya di SMP Negeri 2 Gatak Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2014/2015)”. Skripsi S-1. Surakarta: Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rachmawati, Yeni. 2014. “The necessity of multicultural education in Indonesia”.
Departement of Curriculum Design and Human Potentials Development;
National Dong Hwa University
Sugiyono. 2005. Metode penelitian administrasi. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung :
Alfabeta
Sugiyono. 2012. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Syarbaini, Syahrial. 2012. Pendidikan Pancasila (Implementasi nilai-nilai
karakter bangsa di perguruan tinggi). Bogor: Ghalia Indonesia.
Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme Tantangan-tantangan Global Masa Depan
dan Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo
Türkkahraman, Mimar. 2013. “Social values and value education”. Social and
Behavioral Sciences 116 ( 2014 ) 633 – 638. doi: 10.1016/j.sbspro.
2014.01.270
Ubaidillah, Abdul Razak A. 2006. Pendidikan Kewargaan (Civic Education)
Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE
Uin Syarif Hidayatullah
Winarno. 2013. Pembelajaran Pendidikan PKN (Isi, Strategi, dan Penilaian).
Jakarta: Bumi Aksara.

www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/CESSJ

Anda mungkin juga menyukai