MATA KULIAH :
Ilmu Penyakit Gigi Dan Mulut
DOSEN PENGAMPUH :
Drg. Vega R. Fione, M.Kes
NIP : 197102012000122005
DISUSUN OLEH :
Sri Sintia Bukoting
NIM : 711240216050
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah tentang penyakit
sistemik yang bermanifestasi dalam mulut dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan sumber-sumber yang berkaitan dengan
materi. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu diharapkan
berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.
i
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................................3
2.1 Pengertian Kesehatan Gigi Dan Mulut.............................................................................3
2.2 Pengertian Penyakit Sistemik............................................................................................3
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kualitas hidup karena merupakan bagian
yang terintegrasi dengan kesehatan tubuh lainnya secara sistemik (Kemenkes RI, 2014).
Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011 memperlihatkan penyakit jaringan pulpa dan
periapikal termasuk sepuluh penyakit terbanyak di Indonesia. Prevalensi karies dan penyakit
periodontal yang tinggi di masyarakat menimbulkan dampak yang besar. Rasa sakit akibat
karies dan penyakit periodontal dapat menyebabkan keterbatasan fisik dan ketidaknyamanan
psikis sehingga menimbulkan gangguan fungsi yang akhirnya menyebabkan berkurangnya
kualitas hidup individu (Kemenkes RI, 2012).
Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor risiko bagi penyakit lain walaupun tidak
menyebabkan kematian secara langsung seperti tonsilitis, faringitis, otitis media, bakteremia,
toksemia. Penyakit gigi dan mulut disebut juga sebagai fokal infeksi karena berhubungan
dengan berbagai penyakit sistemik seperti diabetes melitus dan penyakit jantung. Penyakit
gigi dan mulut juga dapat menyebabkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan berhubungan
dengan manifestasi penyakit sistemik di oral seperti HIV/AIDS (Kemenkes RI, 2012).
Pengeluaran untuk pembiayaan sistem kesehatan dapat ditekan dengan menurunkan insidensi
dan prevalensi penyakit periodontal karena adanya hubungan antara penyakit periodontal
dengan penyakit sistemik (Nazir, 2017).
Penyakit sistemik dapat bermanifestasi pada rongga mulut sehingga menyebabkan
penyakit mulut. Penyakit gigi dan mulut juga dapat menjadi salah satu faktor resiko adanya
penyakit sistemik (Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian RI, 2012).
Menurut penelitian Sun et al (2013) terdapat 35% pasien dengan penyakit sistemik yang
menimbulkan salah satu manifestasi rongga mulut yaitu burning mouth syndrome. Hal inilah
yang mendasari adanya program global goals WHO 2020 yaitu meminimalkan dampak dari
penyakit mulut dan kraniofasial dengan meningkatkan upaya promotif dan mengurangi
dampak penyakit sistemik yang bermanifestasi di rongga mulut yaitu dengan melakukan dan
mengetahui diagnosa dini, pencegahan, serta manajemen yang efektif untuk penyakit
sistemik (Hobdell et al., 2003).
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan gigi dan mulut ?
2. Apa saja penyakit sistemik yang bermanifestasi di dalam mulut ?
1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui tentang kesehatan gigi dan mulut.
2. Agar mengetahui tentang penyakit sistemik yang bermanifestasi di dalam mulut.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
(5)
paranasalis . Enam belas persen dan 7% anak dengan leukimia akut dilaporkan
(6)
mengalami gingivitis dan mucositis . Infeksi bakterial rongga mulut, yang dapat
menjadi sumber septisemia, merupakan hal yang sering dan harus segera dideteksi
dan diobati secara agresif.
3. Multiple Myeloma (MM)
Bila MM melibatkan rongga mulut, biasanya berupa manifestasi sekunder pada
beberapa infeksi seperti oral hairy leukoplakia dan candidiasis (9). Timbunan amyloid
B. Penyakit Rheumatologik
1. Sjogren’s Syndrome
Pasien Sjogren’s syndrome (SS) sering mengalami xerostomia dan pembengkakan
(11)
kelenjar parotis . SS sering dihubungkan dengan arthritis reumatoid. Pada suatu
(12)
penelitian , 88% pasien dengan SS mengalami abnormalitas aliran ludah pada
submandibular/sublingual, dan 55% mengalami abnormalitas aliran kelenjar parotis.
Pembengkakan kelenjar parotis atau kelenjar submandibular ditemukan pada 35%
pasien SS. Xerostomia dapat dihubungkan dengan fissure tongue, depapilasi dan
kemerahan yang terdapat pada lidah, cheilitis, dan candidiasi.
2. Scleroderma (Sclerosis Sistemtik Progresif)
Scleroderma merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan adanya sklerosis
difus dari kulit, saluran gastrointestinal, otot jantung, paru-paru dan ginjal. Bibir
membuka mulut. Fungsi stomatognatik termasuk mulut dan rahang juga mengalami
4
(14)
gastroesophageal reflux, terjadi pada 75% pasien scleroderma . Disfagia dan rasa
terbakar termasuk gejalanya. Mukosa mulut tampak pucat dan kaku. Telangietacsias
multiple dapat terjadi. Lidah dapat kehilangan mobilitasnya dan menjadi halus seperti
rugae palatal yang menjadi datar. Fungsi glandula saliva dapat menurun walaupun
tidak separah Sjogren’s syndrome. Ligamen periodontal sering tampak menebal pada
gambaran radiografik.
sistemik lupus erythematosus (SLE). Lesi-lesi mulut terjadi pada 25-50% pasien DLE
(15)
dibandingkan dengan 7-26% pasien SLE . Pada DLE, lesi ini biasanya mulai
tampak sebagai area keputihan irregular yang kemudian meluas kearah perife. Setelah
lesi ini meluas, bagian tengah daerah ini menjadi merah dan menjadi ulcer sedangkan
bagian tepi meninggi dan hyperkeratotik. Lesi mulut lichen planus mirip lesi mulut
(16)
pada DLE baik secara klinis maupun histologi . Kriteria histologik yang jelas harus
4. Arthritis Rheumatoid
ini sering dicirikan dengan erosi pada condylus yang mengakibatkan berkurangnya
gerakan mandibula dan disertai nyeri ketika digerakkan. Mulut kering dan
pembengkakan kelenjar ludah dapat juga ditemukan pada pasien arthritis rheumatoid
(18)
. Pada pasien-pasien tersebut dapat juga timbul SS sekunder. Fungsi rahang yang
5
utamanya terkontrol. Sendi prosthetik dapat menjadi solusi sementara pada pasien
tersebut.
6
C. Penyakit Onkologi
1. Kanker Metastase
Lesi merah muda pucat sampai merah diatas dapat menjadi besar dan dapat terjadi
pada semua umur (insidensi puncak pada umur 20 th). Tumor pyogenik atau
pada attached gingiva. Lesi ini biasanya kecil (diameter kurang dari 1cm), merah, dan
berulserasi. Lesi lain yang juga kecil, berbatas tegas, bermassa padat merah gelap,
sessile atau pedunculated pada attached gingiva adalah granuloma giant cell perifer
(20)
. Sebagai kesimpulan, penting untuk mengetahui macam-macam tumor yang
Histiocytosis sel Langerhans (HSL) mewakili spectrum ganguan klinik dari yang
sangat agresive dan penyakit mirip leukemia parah pada bayi sampai lesi soliter pada
(21)
tulang . Hilangnya tulang alveolar pada anak-anak dengan eksfoliasi prekok gigi
susu harus diduga adanya HSL. HSL dapat juga terjadi pada usia remaja dan dewasa.
D. Kelainan Endokrin
Telah ditemukan bahwa terdapat insidensi yang tinggi karies gigi pada pasien
dengan DM yang tidak terkontrol. Hal ini dihubungkan dengan tingginya level
glukosa saliva dan cairan krevikuler. Penyembuhan luka yang tidak sempurna,
xerostomia yang diikuti dengan penimbunan plak dan sisa makanan, kerentanan
7
terhadap infeksi, dan hiperplasi attached gingiva, semua memberi kontribusi
2. Hypoparatiroidisme
dicirikan dengan berkedutnya bibir atas bila nervus facialis diketuk tepat dibawah
proccesus zygomaticus.
3. Hyperparatiroidisme
”brown tumor”. Nama ini berasal dari warna spesimen jaringan yang mencolok,
radiolusen yang berbatas tegas yang biasanya merusak mandibula, clavicula, iga, dan
pelvis.
4. Hypercortisolisme
glukokortikoid darah yang terus-menerus. Hal ini juga bisa berkaitan dengan terapi
kortikosteroid lain atau produksi berlebih endogen dari glandula adrenal. Horman
8
hipercortisolisme dan penyakit Cushing’s. Penumpukan jaringan lemak di area wajah
5. Hypoadrenocortisisme
adrenal karena adanya kerusakan cortex adrenal, kondisi ini dikenal sebagai
dengan autoimmune, juga dapat disebabkan karena infeksi seperti tuberculosis, tumor
E. Penyakit Ginjal
1. Uremik Stomatitis
Stomatitis Uremia cukup jarang, hanya sering ditemui pada gagal ginjal kronik
yang tidak terdiagnosis atau tidak terobati. Kerak atau plak yang nyeri sebagian besar
terdistribusi di mukosa bukal, dasar atau dorsal lidah, dan pada dasar rongga mulut.
uremik stomatitis yaitu luka pada mukosa dan iritasi kimia akibat senyawa amonia
yang terbentuk dari hidrolisis urea oleh urease saliva. Hal ini terjadi bila konsentrasi
(27)
urea intraoral melebihi 30 mmol/L . Diatesis hemoragik yang berasal dari inhibisi
agregasi platelet dapat juga berperan dalam terjadinya hemoragik lokal, yang
menyebabkan turunnya viabilitas dan vitalitas jaringan yang terkena, yang akhirnya
9
F. Penyakit Gastrointestinal
1. Chron’s Disease
Secara klinik, pasien tersebut memiliki gejala pembengkakan difus pada satu atau
kedua bibir, dengan angular cheilitis, dan ”cobblestone” pada mukosa buccal dengan
mukosa yang rigid dan hiperplastik. Dapat juga terjadi nyeri ulserasi pada vestibulum
bukal, pembengkakan terlokalisir yang tidak nyeri pada bibir atau wajah, fissure pada
(30)
garis tengah bibir bawah, dan edema erythematos gingiva . Limfonodi servik dapat
menjadi keras dan terpalpasi. Tidak ada hubungan waktu yang langsung antara
intestinal dan lesi rongga mulut. Lesi rongga mulut telah terbukti mendahului lesi
intestinal selama bertahun-tahun, dan pada beberapa kasus dapat menjadi satu-
satunya manifestasi penyakit Chron’s. Lesi rongga mulut hanya dapat berefek dengan
steroid sistemik.
2. Kolitis Ulseratif
Kolitis Ulseratif telah dihubungkan dengan ulserasi oral destruktif akibat dari
(31)
immunemediated vasculitis . Penyakit ini mirip dengan ulser aphtosa, namun lebih
jarang dari Chron’s Disease. Pyostomatitis vegetans merupakan manifestasi oral dari
colitis ulseratif, berwujud mikroabses intraepitelial multipel tanpa nyeri dalam garis
lurus atau berkelok-kelok di mukosa lidah, soft palatum, ventral lidah. Pyostomatitis
gangrenosum merupakan varian lain yang cukup hebat dengan ulser yang besar,
destruktif, dan bertahan lama yang menimbulkan jaringan parut yang sangat nyata (32).
10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit sistemik sering muncul dengan abnormalitas struktur rahang dan rongga mulut.
Pemahaman yang tepat tentang penyakit rongga mulut dapat mendukung pelacakan,
penegakan dianosis dan pengobatan penyakit sistemik yang mendasarinya. Diagnosis yang
tepat penting untuk memulai pengobatan yang benar. Dokter pada pelayanan primer serta
dokter gigi sebaiknya mengetahui masalah tersebut.
11
DAFTAR PUSTAKA
Rheta, E. (2019). Perbandingan Jumlah dan Jenis Bakteri Asam Laktat Berdasarkan Analisis
Gen 16s-rRNA pada Keadaan Sehat dengan Periodontitis Kronis (Doctoral dissertation,
Universitas Andalas).
https://id.scribd.com/doc/105871299/Manifestasi-Penyakit-Sistemik-Pada-Rongga-Mulut
12