Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN TUTORIAL SGD 2

BLOK DS 1 TOPIK 1

“KARIES GIGI”

Dosen pembimbing:

drg. Meidiana Adiningsih

disusun oleh:

Daffa Putra Mahardika : J2A020012 (moderator)


Viona sekar Melati : J2A020005 (scriber)
Jauza Hasna R : J2A020004
Rifdani Amelia : J2A020006
Zalfa Alzena : J2A020007
Inggranita Oktavania F. : J2A020008
Arnila Ayu Prahesti I. : J2A020009
Deviana Adinda N. : J2A020011
Tegar Pramudita : J2A020042
Berlian Febbyana : J2A020043
Siti Nisa Amalia : J2A020044
Yasonda Windari : J2A020052

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIBERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan hasil laporan tutorial skenario 1 blok DS 1 ini sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
Dalam penyusunan laporan tutorial skenario 1 blok DS 1 ini, kami menyadari
sepenuhnya banyak terdapat kekurangan didalam penyajiannya. Hal ini disebabkan
terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki, kami menyadari bahwa
tanpa adanya bimbingan dan petunjuk dari semua pihak tidaklaj mungkin hasil laporan
tutorial skenario 1 blok DS 1 ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimaksih yang sebesar besarnya kepada:
1. Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan dengan baik.
2. drg. Meidiana Adiningsih selaku dosen pembingbing kelompok 2, atas segala
masukan, dan bimbingannya.
3. Teman-teman sejawat yang telah memberikan masukan dalam penyusunan
laporan.

Akhir kata segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada kami,
mendapatkan balasan dari Allah SWT, serta laporan tutorial skenario 1 blok DS 1 ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca urusannya.

Semarang, 15 Oktober 2021

Tim penyusun

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

SCENARIO 1
Gigi Berlubang?

Adi, Seorang perempuan mahasiswa fakultas kesehatan umur 21 tahun datang ke


dokter gigi dengan keluhan gigi geraham belakang bawah berlubang. Hasil anamnesis, pasien
mengatakan merasakan makanan sering terselip di gigi atas dan sering ngilu saat akan minum
dingin. Pasien mengatakan sudah rajin sikat gigi dua kali sehari ketika mandi pagi dan sore
namun mengatakan mempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman manis kekinian

Pasien bertanya pada dokter tentang kenapa gigi tersebut berlubang. penyebab dan
perjalanan giginya berlubang. Pasien juga menanyakan apakah gigi terebut lubangnya
berbeda karena gigi yang atas sering terselip makanan namun yang bawah tidak pernah
terselip makanan.
Kata kunci : etiologi karies, petofisiologi karies, dan klasifikasi karies

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari karies gigi?


2. Bagaimana etiologi dari karies gigi
3. Bagaimana patofisiologi dari karies gigi?
4. Bagaimana klasifikasi dari karies gigi?

1
5. Bagaimana perawatan dari karies gigi?
6. Bagaimana cara pencegahan karies gigi?
7. Apa ayat Al-Qur’an atau hadist yang berhubungan dengan scenario?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa menjelaskan definisi karies gigi.


2. Mahasiswa menjelaskan etiologi dari karies gigi.
3. Mahasiswa menjelaskan patofisiologi dari karies gigi.
4. Mahasiswa menjelaskan klasifikasi dari karies gigi.
5. Mahasiswa menjelaskan perawatan dari karies gigi.
6. Mahasiswa menjelaskan cara pencegahan karies gigi.
7. Mahasiswa menyebutkan ayat Al-Quran dan hadist yang berhubungan dengan
skenario.

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi karies gigi.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi dari karies gigi.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi dari karies gigi.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan klasifikasi dari karies gigi.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan perawatan dari karies gigi.
6. Mahasiswa dapat menjelaskan cara pencegahan karies gigi.
7. Mahasiswa dapat menyebutkan ayat Al-Quran dan hadist yang berhubungan dengan
skenario.

MINDMAP

Karies Gigi

Definisi Etiologi Patofisiologi Klasifikasi Pencegahan Dampak

Faktor

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Karies Gigi

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentil dan
Sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang
dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaring an keras gigi yang
kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan
kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat
menyebabkan nyeri. Walaupun demikian, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi,
pada stadium yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan.

Karies gigi adalah penyakit multifaktorial dan infeksius dengan etiologi berbagai
faktor dari inang dan lingkungan yang erat berhubungan dengan genetika. Faktor multipel
yang berpengaruh dalam risiko karies adalah faktor lingkungan, faktor inang, faktor koloni
kuman dan waktu. Faktor lingkungan dipengaruhi oleh diet, oral hygiene, dan fluoridasi.
Kolonisasi bakteri penyebab karies adalah S. mutans serta faktor inang dipengaruhi oleh
aliran saliva, kapasitas bufer saliva, posisi gigi geligi, karakteristik permukaan enamel, dan
kedalaman fisur pada gigi posterior. Faktor individual yang menentukan kerentanan dan
ketahanan individu terhadap karies setelah terpapar faktor lingkungan adalah faktor

Karies gigi adalah penyakit rongga mulut yang umum terjadi pada masa anak anak. Di
Amerika Serikat karies gigi menempati urutan atas dari rata rata prevalensi penyakit. Di
Indonesia 52,34 penderita karies gigi berusia diatas 10 tahun dan belum ditangani, Data
Survei Kesehatan Nasional (Surkenas) 1998 menunjukkan penyakit gigi mengganggu

3
produktivitas 62,44 penduduk Indonesia selama 3,86 hari dalam setahun. Profil risiko
karies pada anak anak dapat digunakan untuk memprediksi apakah seorang anak akan
mengalami kerusakan gigi berat di masa dewasa

2. Etiologi karies gigi


Beberapa jenis karbohdrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa, dapat diragikan
oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH plak akan menurun sampai di
bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan pH yang ber ulang-ulang dalam waktu
tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses
kariespun dimulai. Paduan keempat faktor penyebab tersebut kadang-kadang digambarkan
sebagai empat lingkaran yang bersitumpang (gambar) Karies baru bisa terjadi hanya kalau
keempat faktor tersebut di atas ada.

a. Host (gigi dan saliva)


Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah
terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi, struktur email, faktor kimia dan
kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior terutama yang dalam, sangat rentan
terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut.
Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan
membantu perkembangan karies gigi.

4
Struktur email sangat menentukan dalam proses terjadinya karies.morfologi
gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies. Di ketahui adanya pit dan
fisur pada gigi yang merupakan daerah gigi yang sangat rentan terhadap karies oleh
karena sisa sisa makanan maupun bakteri akan mudah tertumpuk disini. Saliva
merupakan sistem pertahanan utama terhadap karies. Sekresi saliva akan
membasahi gigi dan Saliva membersihkan rongga mulut dari debris debris
makanan sehingga bakteri tidak dapat turnbuh dan berkembang biak. Selain itu,
saliva mempunyai efek bufer yaitu saliva cenderung mengurangi keasaman plak
yang disebabkan oleh gula.
Kawasan-kawasan yang mudah diserang :
a) Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar; pit bukal molar dan
pit palatal insisif.
b) Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak.
c) Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva.
d) Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya
plak pada pasien dengan resesi gingiva karena penyakit periodonsium.
e) Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengeper.
f) Permukaman gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan
b. Substrat atau diet
Substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan
email. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengkonsumsi
karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi,
sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein
hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi.
Faktor substrat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan
email. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan
menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan
lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies
Karbohidrat menyediakan substrat untuk pembentukan asam bagi bakteri.
Gula akan segera meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh
bakteri. Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak
dengan cepat sampai level yang dapat menyebabkan demineralisasi email (pH < 5).
5
Plak akan bersifat asam dalam beberapa waktu dan untuk kembali ke pH normal
(pH 7) diperlukan waktu 30-60 menit. Terlalu banyak menkonsumsi karbohidrat
terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi. Konsumsi gula yang
sering dan berulang-ulang akan menahan pH plak di bawah normal dan
menyebabkan demineralisasi email
c. Agent (Mikroorganisme)
Mikroorganisme merupakan faktor paling penting dalam proses awal
terjadinya karies. Mereka memfermentasi karbohidrat untuk memproduksi
asam.Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri produk- produknya, yang
terbentuk pada semua permukaan gigi.
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.
Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Bakteri yang paling banyak dijumpai
adalah Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan
Stretokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain itu, dijumpai juga
Lactobacillus dan beberapa spesies Actinomyces.
d. Waktu
Kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi substrat menempel di
permukaan gigi. Secara umum, lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk
berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
Faktor terakhir yang menyebabkan terjadinya karies adalah waktu. Adanya
kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya
proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode
perusakan dan perbaikan yang silih berganti, oleh karena itu karies tidak akan
merusak gigi dalam hitungan hari atau minggu melainkan bisa berbulan-bulan
bahkan tahunan.
e. Ras
Amat sulit menentukan pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi.Namun,
keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan presentase
karies yang semakin meningkat atau menurun.Misalnya, pada ras tertentu dengan
rahang sempit sehingga gigi - geligi pada rahang sering tumbuh tak teratur. Dengan
keadaan gigi yang tidak teratur ini akan mempersulit pembersihan gigi, dan ini
akan mempertinggi persentase karies pada ras tersebut.
6
f. Jenis Kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan oleh Milhahn-Turkeheim yang dikutip dari
Tarigan pada gigi molar 1, didapat hasil bahwa persentase karies gigi pada wanita
lebih tinggi dibanding denga pria.Dibanding dengan molar kanan, persentase karies
molar kiri lebih tinggi karena faktor penguyahan dan pembersihan dari masing-
masing bagian gigi. Nilai DMFT wanita masa kanak kanak dan remaja lebih tinggi
dibandingkan pria. Prevalensi karies yang sedikit lebih tinggi pada wanita
mungkin disebabkan oleh erupsi gigi pada anak wanita lebih cepat dari pada anak
laki-laki, sehingga gigi anak perempuan lebih lama berada di dalam rongga mulut.
Akibatnya, gigi anak perempuan akan lebih berhubungan langsung dengan faktor
resiko terjadinya karies.
g. Usia
Pada studi epidemiologis terdapat suatu peningkatan prevalensi karies sejalan
dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap
karies karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi. Anak-anak
mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi
sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.
Sepanjang hidup dikenal 3 fase umur dilihat dari gigi-geligi :
a) Periode gigi campuran, di sini molar 1 sering terkena karies.
b) Periode pubertas (remaja) usia antara 14-20 tahun. Pada masa pubertas terjadi
perubahan hormonal yang yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi,
sehingga kebersihan mulut menjadi kurang terjaga. Hal inilah yang
menyebabkan presentase karies lebih tinggi.
c) Usia antara 40-50 tahun. Pada usia ini telah terjadi retraksi atau menurunnya
gusi dan interdental papil sehingga sisa-sisa makanan sering lebih sukar
dibersihkan.
h. Pengalaman karies
Menurut penelitian epidemiologis, pengalaman karies berhubungan terhadap
perkembangan karies dimasa mendatang. Sensitifitas parameter ini hampir
mencapai 60%. Tingginya skor pengalaman karies pada gigi desidui dapat
memprediksi terjadinya karies pada gigi permanennya.
i. Oral higiene
Salah satu komponen dalam terjadinya karies adalah plak bakteri pada gigi.
Karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari
7
permukaan gigi. Pembersihan dengan menggunakan pasta gigi mengandung
fluoride secara rutin dapat mencegah karies. Pemeriksaan gigi yang teratur dapat
mendeteksi gigi yang berpotensi menjadi karies. Kontrol plak yang teratur dan
pembersihan gigi dapat membantu mengurangi insidens karies gigi. Bila plaknya
sedikit, maka pembentukan asam akan berkurang dan karies tidak dapat terjadi.
j. Sosial Ekonomi
Ada hubungan antara keadan ekonomi dan prevalensi karies. Faktor yang
mempengaruhi perbedaan ini ialah pendidikan dan penghasilan yang berhubungan
dengan diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-lain. Hubungan antara status sosial
ekonomi berbanding terbalik, peningkatan status sosial ekonomi merupakan faktor
resiko terjadinya karies gigi dan scara umum diukur dari indikator seperti
pendapatan, tingkat pendidikan, pola hidup dan prilaku kesehatan gigi. Karies lebih
sering terjadi pada kelas sosial ekonomi rendah dibandingkan dengan kelas sosial
ekonomi tinggi. Sebenarnya hal ini terjadi bukan karena mahalnya biaya
perawatan gigi, tetapi lebih karena besarnya rasa kebutuhan terhadap kesehatan
gigi
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan
perilaku hidup sehat. Perbedaan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
kecenderungan orang menggunakan pelayanan kesehatan sehubungan dengan
variasi mereka dalam pengetahuan dalam kesehatan gigi. Kurangnya pengetahuan
dalam kesehatan gigi dan ketidaktahuan akan bahaya penyakit gigi karena
rendahnya tingkat pendidikan akan menyebabkan masyarakat tidak memanfaatkan
pelayanan kesehatan gigi yang ada.
k. Pola Makan
Seseorang dengan kebiasaan diet gula terutama sukrosa cenderung mengalami
kerusakan pada giginya dibandingkan kebiasaan diet lemak dan protein. Setiap kali
seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat,
maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan memulai
memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-
30 menit setelah makan. Diantara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir
asam dan membantu proses remineralisasi. Tetapi apabila makanan dan minuman
berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi
karies.
8
a) Komposisi dari makanan yang menghasilkan energi.
Misalnya, karbohidrat,protein, lemak, vitamin, serta mineral-
mineral.Unsurunsur tersebut berpengaruh pada masa pra-erupsi serta pasca-
erupsi dari gigi geligi
b) Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan.
Makanan yang bersifat membersihkan gigi. Jadi, makanan merupakan
penggosok gigi alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan gigi. Makanan
bersifat membersihkan gigi ini adalah apel, jambu air, bengkuang, dan lain
sebagainya.Sebaliknya makananmakanan yang lunak dan melekat pada gigi
amat merusak gigi, seperti bonbon, coklat, biskuit, dan lain sebagainya.
Karies terjadi ketika proses remineralisasi menjadi lebih lambat
dibandingkan proses demineralisasi.
Beberapa jenis diet yang dapat mempengaruhi naik dan turunnya pH rongga mulut
yaitu:
a) Diet kariogenik yaitu, makanan dan minuman yang mengandung
karbohidrat yang diragian dan dapat menyebabkan penuurunan pH plak
dibawah 5,5. Seperti kopi, teh manis, coklat dll)
b) Diet kariostatik, yaitu makanan yang tidak dapat dimetabolisme oleh bakteri
plak dan tidak menyebabkan penurunan pH plak dibawah. Seperti sarbitol,
mannitol dan xylitol.
c) Diet antikariogenik, yaitu makanan dan minuman yang dapat menaikan pH
plak sehingga membantu proses remineralisasi. Seperti keju dan
kacangkacangan.
Ketiga diet ini dipengaruhi oleh jenis makanan, frekuensi konsumsi gula, lamanya
retensi makanan, komposisi dan kemampuan makanan merangsang sekresi saliva.
Diet yang seimbang akan menurunkan resiko karies dan meningkatkan kesehatan
umum.
l. Peran sIgA (Secretory Immunoglobulin A)
Termasuk netralisasi virus, netralisasi racun, serta pertumbuhan dan kolonisasi
mikroorganisme di permukaan epitel atau gigi. Dalam rongga mulut, sIgA
mencegah adhesi S. mutans ke permukaan gigi. Sehingga, menghambat proses
demineralisasi jaringan keras gigi. Berbagai penelitian membuktikan bahwa kadar

9
sIgA rendah dalam rongga mulut merupakan risiko karies tinggi, sedangkan kadar
sIgA tinggi menyebabkan risiko karies rendah.
Terdapat korelasi yang signifikan antara kadar sIgA dan indeks def-t. Nilai
korelasi ini menunjukkan hubungan yang berlawanan antara kadar sIgA dan
indeks def-t dimana semakin tinggi nilai def-t maka semakin rendah kadar sIgA,
demikian pula sebaliknya.

3. Patofisiologi karies gigi


Karies gigi dimulai dengan kerusakan pada email yang dapat berlanjut ke dentin.
Untuk dapat terjadinya suatu proses karies pada gigi dibutuhkan empat faktor utama yang
harus saling berinteraksi yaitu faktor host, aget, substrat dan waktu. Mekanisme terjadinya
karies gigi dimulai dengan adanya plak beserta bakteri penyusunnya. Dalam proses
terjadinya kries, mikroorganisme lactobacillus dan streptococcus mempunyai peranan
yang sangan besar. Proses karies dimulai oleh streptococcus dengan membentuk asam
sehingga menghasilkan pH yang lebih rendah. Penurunan pH tersebut mendorong
laktobacillus untuk memproduksi asam dan menyebabkan terjadinya proses karies.
Proses karies gigi diperkirakan sebagai perubahan dinamik antara tahap
demineralisasi dan remineralisasi. Proses demineralisasi merupakan proses hilangnya
sebagian atau keseluruhan dari kristal enamel. Demineralisasi terjadi karena penurunan pH
oleh bakteri kariogenik selama metabolisme yang menghasilkan asam organik pada
permukaan gigi dan menyebabkan ion kalsium, fosfat dan mineral yang lain berdifusi
keluar enamel membentuk lesi di bawah permukaan. sedangkan proses demineralisasi
adalah proses pengembalian ion-ion kalsium dan fosfat yang terurai ke luar enamel atau
kebalikan reaksi demineralisasi dengan penumpatan kembali mineral pada lesi dibawah
permukaan enamel. Remineralisasi terjadi jika asam pada plak dinetralkan oleh saliva,
sehingga terjadi pembentukan mineral baru yang dihasilkan oleh saliva seperti kalsium
dan fosfat menggantikan mineral yang telah hilang dibawah permukaan enamel
Plak yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva dan berpotensi cukup besar
untuk menimbulkan penyakit pada jaringan keras gigi. Keadaan ini disebabkan karna plak
mengandung berbagai macam bakteri dengan berbagai macam hasil metabolisme nya.
Bakteri stroptococus dan lactobacillus yang terdapat dalam plak yang melekat pada gigi
akan memetabolisme sisa makanan yang bersifat kariogenik terutama yang berasal dari
jenis karbohidrat yang dapat difermentasi, seperti sukrosa, glukosa, fruktosa dan maltosa.

10
Gula ini mempunyai molekul yang kecil dan berat sehingga mudah meresap dan di
metabolisme oleh bakteri.
Asam yang terbentuk dari metabolisme ini dapat merusak gigi, juga dipergunakan oleh
bakteri untuk mendapat energi. Asam ini akan dipertahankan oleh plak di permukaan
email dan mengakibatkan turunya pH Di dalam plak. Plak akan tetap bersifat asam selama
beberapa waktu dan untuk kembali ke pH normal dibutuhkan waktu 30 sampai 60 menit.

Menurut Miller, Black dan William:

Menurut welbury (2005) dalam pinatih (2014):

Proses terjadinya karies gigi secara singkat yaitu , pertama terjadi fermentasi
karbohidrat menjadi asam organik oleh mikroorganisme dalam plak pada permukaan gigi .
Pembentukan asam yang cepat , mengabitkan turunnya pH yang berlangsung lama akan
menyebabkan email di bawah semakin larut , sehingga demineralisasi email gigi dapat
terjadi . Karies gigi dapat terjadinya hanya bila demineralisasi lebih sering terjadi daripada
remineralisasi.

1. Permukaan gigi yang tidak mengalami Karies

2. Tanda awal demineralisasi gigi

11
3. Email gigi terkikis

4. Penambalan gigi sudah dilakukan. Namun, demineralisasi belum dapat berhenti

5. Karies hampir menyeluruh pada gigi

6. Gigi Pecah

Apabila plak selalu terpajan sukrosa, pH plak akan tetap rendah dan proses
demineralisasi akan terus berlangsung.7 Untuk mengembalikan pH normal dibutuhkan
waktu sekitar 20 menit sampai satu jam setelah pajanan sukrosa. Tahap awal
demineralisasi : kavitas belum terbentuk di permukaan email, namun mineral email sudah
mulai larut, sehingga secara klinis terlihat perubahan warna menjadi lebih putih. Lesi awal
karies dapat kembali normal melalui proses remineralisasi.

Proses remineralisasi oleh ion fluor :tidak hanya memperbaiki permukaan email,
tetapi membuat email tahan terhadap serangan karies berikutnya dan melindungi larutnya
kristal hidroksiapatit pada email. Kavitas pada permukaan gigi terjadi bila demineralisasi
bagian dalam email sudah sedemikian luas, sehingga permukaan email tidak mendapat
dukungan cukup dari jaringan dibawahnya. Bila sudah terjadi kavitas, maka gigi tidak
dapat kembali normal, dan proses karies akan berjalan terus.

Lesi awal karies merupakan tahap permulaan poses terjadinya karies, Pada proses
awal terjainya karies dimulai pada pit dan fisure, interproksimal gigi dan bagian servikal
gigi, dimulai dari lapisan enamel atau sementum kemudian dapat berlanjut ke bagian gigi
yang lebih dalam. Dengan adanya siklus deminarelisasi dan remineralisasi yang terbatas
pada enamel, dikenal sebagai bercak putih (white spot). Bercak putih adalah suatu daerah
yang kepadatannya berkurang pada bagian bawah permukaan enamel, sedangkan bagian
atas atau luar lapisan enamel masih utuh, hal ini disebabkan karena terjadi pelepasan ion
kalsium dan fosfat dari prisma enamel.

12
Fase awal karies menggambarkan fase paling dini karies gigi yang dapat kembali
normal (reversed) atau tidak berkembang (arrested) atau berkembang menjadi suatu
kavitas (progresif). Pada lesi karies yang masih bersifat reversibel atau masih bisa kembali
normal, bisa diatasi dengan oral higiene yang baik, aplikasi fluor dan perbaikan pola
makan. Scara klinis yang disebut dengan karies sampai sekarang adalah lobang atau
kavitas yang sudah dapat dirasakan scara mekanis dengan sonde sehingga pada tahap awal
terjadinya karies dini jarang diperhatikan dalam diagnosis klinik.

Gambaran karies dini Pada pemeriksaan mikroskop, didapatkan permukaan enamel


masih utuh, sedangkan pada bagian dalam enamel didapatkan kepadatannya berkurang ini
disebabkan karena adanya dekalsifikasi. Bila dengan mata telanjang biasanya karies
terlihat berwarna coklat kehitaman atau berupa noda-noda putih , jika diraba dengan sonde
email belum tersangkut, lama kelamaan karies ini akan terasa kasar serta diikuti dengan
tertahannya sonde. Karies yang berwarna coklat kehitaman lebih lama menimbulkam
lubang pada gigi dibandingkan dengan lubang yang berwarna putih, karena pada karies
yang berwarna coklat kehitaman telah mengalami remineralisasi sehingga lebih resisten
terhadap serangan asam, sedangkan pada karies yang berwarna putih karena adanya
demineralisasi di bawah permukaan gigi sehingga lebih rentan terhadap serangan asam.

4. Klasifikasi karies gigi


Keganasan karies dapat diketahui dari kedalaman dan lokasinya maka dapat
dikelasifikasikan bentuk – bentuk karies sebagai berikut:
a. Berdasarkan cara meluasnya karies gigi dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a) Penetriende karies, adalah karies yang meluas dari email ke dentin dalam bentuk
kerucut perluasnya secara penentrasi, yaitu merembas kearah dalam.
b) Nonpenetrasi karies, adalah karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan
meluas ke dalam samping, sehingga menyebabkan seperti periuk.
b. Berdasarkan dedalaman, karies dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a) Karies Superfisialis adalah karies baru mengenai email saja, sedangkan dentin
belum terkena.
b) Karies Media adalah karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi
setengah dentin.
c) Karies Profunda adalah karies yang sudah mengenai lebih dari setengah dentin
dan kadang – kadang sudah mengenai pulpa.
1. Karies Profunda stadium I

13
2. Karies Profunda stadium II
3. Karies Profunda stadium III
c. Menurut lama Jalannya Karies :
a. Karies akut
Proses karies berjalan cepat sehingga badan tidak sempat membuat perlawanan.
Karies terus berjalan sampai ke ruang pulpa.
b. Karies kronis
Proses karies terlambat, badan masih sempat membuat pertahanan dengan adanya
daerah berwarna kehitam – hitaman dan keras Karena adanya endapan kapur
c. Senile caries
Terdapat pada orang tua, sering pada bagian servikal gigi karena atrofi ( fisiologis)
gusi sehingga akar terlihat mudah terjadi karies gigi.
d. Rampant caries
Proses karies ini tidak dapat dikontrol karena jalannya sangat cepat.
e. Berdasarkan lokasi karies
Menurut G.V Black dalam Tarigan (2013). mengklasifikasikan kavitas atas lima
bagian berdasarkan permukaan gigi yang terkena karies, yaitu:

f. Kelas I adalah karies yang terdapat pada bagian oklusal (ceruk dan fissure) dari
gigi premolar dan molar (gigi posterior) dapat juga terdapat pada gigi anterior di
foramen caecum.

14
g. Kelas II adalah karies yang terdapat pada bagian aproksimal gigi – gigi molar atau
premolar, yang umumnya meluas sampai bagian oklusal.

h. Karies III adalah karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi depan,
tetapi belum mencapai margo – insialis (telah mencapai sepertiga insisal dari
gigi).

i. Karies IV adalah karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi – gerigi
depan dan sudah mencapai margo – insisalis (telah mencapai sepertiga incisal dari
gigi).

j. Karies V adalah karies yang terdapat pada bagian sepertiga leher dari gigi – geligi
depan maupun belakang pada permukaan labial, lingual, palatal ataupun bukal
dari gigi.

15
k. Karies VI Terjadi pada ujung gigi posterior dan ujung edge insisal incisive.
Biasanya pembentukan yang tidak sempurna pada ujung tonjo/edge insisal rentan
terhadap karies

Klasifikasi tingkat keparahan karies gigi menurut WHO, dikategorikan menjadi lima
kategori yaitu:
a. Tingkat keparahan sangat rendah dengan nilai DMF-T sebesar 0,0-1,0.
b. Tingkat keparahan rendah dengan nilai DMF-T sebesar 1,2-2,6.
c. Tingkat keparahan sedang dengan nilai DMF-T sebesar 2,7-4,4.
d. Tingkat keparahan tinggi dengan nilai DMF-T sebesar 4,5-6,5.
e. Tingkat keparahan sangat tinggi dengan nilai DMF-T sebesar >6,6.

Klasifikasi Karies Menurut G. J. Mount and Hume

a. Site 1: karies pada pit dan fissure di permukaan oklusal gigi anteriormaupun gigi
posterior.
b. Site 2: karies pada permukaan aproksimal gigi anterior maupun posterior.
c. Site 3: karies pada 1/3 mahkota dilihat dari akar (servikal) sejajar dengangingival.
d. Size 0: lesi paling awal yang diidentifikasi sebagai tahap awal daridemineralisasi
berupa white spot.
e. Size 1: kavitas permukaan minimal. Masih dapat disembuhkan denganpeningkatan
remineralisasi struktur gigi.
f. Size 2: kavitas yang sedikit melibatkan dentin. Kavitas yang terbentukberukuran
sedang dan masih menyisakan struktur email yang didukungdengan baik oleh dentin
dan cukup kuat untuk menyokong restorasi.
g. Size 3: kavitas yang lebih luas dari size 2. Struktur gigi yang tersisa lemah dan cusp
atau sudut insisalnya telah rusak sehingga tidak dapat beroklusidengan baik dan
kurang mampu menyokong restorasi.
h. Size 4: karies meluas dan hampir semua struktur gigi hilang seperti kehilangan cusp
lengkap atau sudut insisal. Karies hampir atau sudah mengenai pulpa

16
Klasifikasi karies menurut ICDAC
The international caries detection and assessment system (ICDAS) adalah suatu alat
ukur untuk mengetahui suatu keparahan dan melihat perkembangan lubang pada gigi.
untuk menyediakan sistem berbasis bukti bagi klinisi, ahli epidemiologi, dan peneliti, yang
akan memungkinkan deteksi dan diagnosis karies standar di lingkungan dan situasi yang
berbeda.
ICDAC memberikan paradigma baru untuk pengukuran karies gigi yang
dikembangkan berdasarkan wawasan yang diperoleh dari tinjauan sistematis literatur
tentang sistem deteksi karies klinis dan sumber lainnya. Perkembangan teknologi dan
aplikasi baru memiliki potensi untuk melengkapi deteksi karies klinis, tetapi penilaian ini
harus bermakna secara klinis dengan memberikan pengukuran di atas lesi awal dan
subklinis yang tertahan
a. Kode deteksi ICDAS untuk karies koronal berkisar dari 0 hingga 6 tergantung pada
tingkat keparahan lesi.
b. D0: gigi yang sehat
c. D1: dalam keadaan gigi kering, terlihat lesi putih pada permukaan gigi
d. D2: dalam keadaan basah, sudah terlihat adanya lesi putih pada permukaan gigi
e. D3: terdapat kerusakan email tanpa keterlibatan dentin (karies email)
f. D4: lesi email dalam. Tampak bayangan gelap dentin atau lesi sudah mencapai
bagian dentino enamel junction (DEJ)
g. D5: lesi telah mencapai dentin
h. D6: lesi telah mencapai pulpa

17
a. Kode D0
Permukaan gigi yang sehat: Tidak ada bukti karies setelah pengeringan udara 5 detik
Permukaan yang sehat tidak ditemukan lubang dan celah. Hanya ditemukan bercak
pada gigi mungkin karena kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu (misalnya
sering minum teh)

b. Kode(D1)
Bila terlihat basah, tidak ada bukti perubahan warna yang disebabkan oleh aktivitas
karies, tetapi setelah pengeringan udara yang lama, opasitas atau perubahan warna
karies (lesi putih atau coklat) terlihat yang tidak konsisten dengan tampilan klinis
email yang sehat atau bila ada adalah perubahan warna akibat karies yang tidak
sesuai dengan gambaran klinis email yang sehat dan terbatas pada daerah pit dan
fisura (baik terlihat basah atau kering).

c. Kode D2
Gigi harus terlihat basah. Saat basah terdapat karies opasitas (lesi bintik putih)
dan/atau perubahan warna karies coklat yang lebih lebar dari fisura/fossa alami yang
tidak sesuai dengan gambaran klinis email yang sehat (lesi harus tetap terlihat saat
kering).

18
d. Kode D3
Gigi yang terlihat basah mungkin memiliki karies opasitas yang jelas (lesi bintik
putih) dan/atau perubahan warna karies coklat yang lebih lebar dari fisura/fossa alami
yang tidak sesuai dengan gambaran klinis email gigi. Setelah kering, terdapat karies
pada struktur gigi yang masuk di dalam, pit atau fisura/fossa. Ini akan terlihat secara
visual sebagai bukti demineralisasi [dinding buram (putih), coklat atau coklat tua] di
pintu masuk ke atau di dalam fisura atau pit, dan meskipun pit atau fisura mungkin
tampak lebih lebar secara substansial dan tidak alami dari biasanya, dentin tidak
terlihat pada dinding atau dasar rongga/diskontinuitas.

e. Kode D4
Kode 3 dan 4, secara histologis dapat bervariasi kedalamannya dengan yang satu
lebih dalam dari yang lain dan sebaliknya. Ini akan tergantung pada populasi dan
sifat email. Misalnya, enamel yang lebih transparan dan tipis pada gigi sulung
memungkinkan perubahan warna dentin yang merusak terlihat sebelum kerusakan
lokal dari enamel. Namun, dalam kebanyakan kasus kode 4 cenderung lebih dalam ke
dentin daripada kode 3.

f. Kode D5
Kavitasi pada email yang buram atau berubah warna membuat dentin di bawahnya
terbuka. Gigi yang terlihat basah mungkin memiliki penggelapan dentin yang terlihat
melalui email. Setelah kering, ada bukti visual hilangnya struktur gigi di pintu masuk
ke atau di dalam pit atau fissure—kavitasi jujur. Ada visualnya bukti demineralisasi
19
di pintu masuk ke atau di dalam pit atau fisura dan dalam penilaian pemeriksa dentin
terbuka

g. Kode D6
Kehilangan struktur gigi yang jelas, kavitasnya dalam dan lebar dan dentin terlihat
jelas di dinding dan di dasarnya. Kavitas yang luas melibatkan setidaknya setengah
dari permukaan gigi atau mungkin mencapai pulpa.

5. Perawatan Karies gigi


Menurut Tarigan (1989), rasa sakit gigi tidak dapat hilang dengan sendirinya dan karies
gigi akan terus meluas dengan cepat apabila karies tersebut tidak diperhatikan. Perawatan
karies gigi harus segera dilakukan antara lain dengan:
a. Penambalan Gigi
yang sakit atau berlubang tidak dapat disembuhkan hanya dengan pemberian obat-
obatan. Bagian gigi yang pecah ini hanya dapat dikembalikan bentuknya dengan cara
penambalan. Bagian-bagian gigi yang telah terkena infeksi sebaiknya dibor atau
dibuang sehingga dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya infeksi ulang.
Kemudian baru diadakan penambalan,mengembalikan bentuk semua dari gigi
tersebut sehingga dalam penguyahan dapat berfungsi kembali dengan baik.
b. Pencabutan Gigi
Bila telah rusak dan untuk penambalan juga sudah sukar sehingga tidak ada cara lain
selain mencabut gigi yang telah rusak tersebut. Pencabutan gigi merupakan tindakan
terakhir yang dilakukan apabila tidak ada lagi cara lain untuk mempertahankan gigi
tersebut di dalam rahang.
20
c. Perawatan Gigi Susu
Perawatan saluran akar pada gigi susu tersebut selain untuk mencegah infeksi gigi
lebih parah juga dapat memberikan kesempatan gigi susu untuk bertahan hingga gigi
susu dapat digantikan gigi permanen. Gigi susu yang dirawat saluran akarnya ini
dapat menjaga ruang rahang sehingga nantinya gigi permanen pengganti dapat
tumbuh sesuai tempatnya. Gigi susu ini akan lepas sendiri seperti gigi susu lainnya.
Namun, jika tidak tanggal sesuai waktunya padahal gigi penggantinya sudah muncul
maka perlu dilakukan pencabutan gigi
Pemeriksaan gigi dapat dilakukan minimal 2 kali dalam setahun. Jika anak memiliki
masalah pada giginya, maka akan segera dapat diatasi oleh dokter gigi. Pemberian
fluor oleh dokter gigi (aplikasi topikal berupa pasta gigi, obat kumur, tablet fluor
maupun fluoridasi air minum jika dibutuhkan) untuk mencegah pembentukan asam
oleh bakteri dan menghambat kerusakan email lebih lanjut serta membantu
remineralisasi pada lesi awal karies. Pit dan fissure sealant juga dapat diberikan pada
gigi untuk penutupan pit dan fisur yang dalam yang nantinya dapat berisiko
terjadinya karies gigi
d. Penyikatan gigi dan pemakaian pasta gigi sudah sepenuhnya dilakukan oleh anak.
Pemberian disclosing solution dapat dilakukan agar anak dapat melihat bagian-
bagian yang kotor pada gigi. Adapun teknik penyikatan gigi yang dapat diterapkan
pada anak usia ini adalah teknik roll. Bantuan orang tua dibutuhkan apabila anak
mendapatkan kesulitan saat melakukan penyikatan pada posisi gigi yang sulit, misal
bagian bukal rahang atas dan rahang bawah. Pada keadaan ini hendaknya orang tua
tetap memandu anak. Setelah selesai menyikat gigi hendaknya orang tua melakukan
pemeriksaan kembali apakah sudah bersih. Penyikatan gigi dilakukan dua kali dalam
sehari yaitu pagi setelah makan dan malam sebelum tidur.
e. Pemakaian flossing pada gigi-gigi dengan kontak yang sangat rapat. Orang tua perlu
mengajarkan cara penggunaan flossing, agar tidak terjadi luka / trauma pada gusi.
f. Pemberian sediaan fluor melalui aplikasi fluor dan obat kumur sudah dapat dilakukan
bagi anak-anak yang telah memiliki kemampuan menelan yang baik. Sediaan fluor
sangat dianjurkan bagi anak-anak dengan maloklusi, dimana kelompok tersebut
memiliki resiko karies tinggi.
g. Memperkenalkan pemberian kemoterapeutik. Sediaan yang dapat diberikan adalah
chlorhexidine. Diberikan bagi anak-anak dengan resiko karies dan penyakit
periodontal tinggi. Anak-anak yang termasuk di dalam kelompok ini adalah penderita
21
penyakit sistemik dan dengan maloklusi (mikroorganisme penyebab karies gigi) yang
berat.
6. Pencegahan Karies gigi
Klasifikasi pelayanan pencegahan dibagi menjadi 3 yaitu pencegahan primer,
sekunderdan tersier. Pelayanan yang diarahkan pada tahap pre-patogenesis merupakan
pelayanan pencegahan primer atau pelayanan untuk mencegah timbulnya penyakit. Hal ini
ditandai dengan upaya meningkatkan kesehatan (health promotion) dan memberikan
perlindungan khusus (spesific protection) (Harris and Christen, 1995). Upaya promosi
kesehatan meliputi pengajaran tentang cara menyingkirkan plak yang efektif atau cara
menyikat gigi dan menggunakan benang gigi (flossing). Upaya perlindungan khusus
termasuk pelayanan yang diberikan untuk melindungi host dari serangan penyakit dengan
membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme. Aplikasi pit dan fisur siletn
merupakan upaya perlindungan khusus untuk mencegah karies.
Pencegahan karies gigi secara pencegahan primer, sekunder dan tersier, adalah sebagai
berikut:
Menurut Alpers (2006) mencegah pembusukan dengan tindakan pencegahan sebagai
berikut :
a. Memilih makanan dengan cermat Makanan yang mengandung karbohidrat juga
berfenmentasi termasuk gula dan tepung kemudian akan diolah menjadi roti dan
keripik kentang. Karena karbohidrat merupakan sumber makanan penting sehingga
jangan mengurangi karbohidrat yang akan di konsumsi. Mengatur kebiasaan makan
anak dengan sebagai berikut :
a) Menghindari makanan yang lengket dan kenyal seperti snack. Makanan seperti
gula, kacang bersalut gula, sereal kering, roti dan kismis juga buah yang
dikeringkan akan menempel pada gigi. Usahakan untuk membersihkan gigi
dalam waktu 20 menit setelah makan. Apabila tidak menyikat gigi maka
berkumurlah dengan air putih.
b) Memilih snack dengan cermat. Efek makanan seperti snack dapat menyebabkan
gigi berlubang. Makan snack setiap hari memungkinkan bakteri terus
membentuk asam yang merusak gigi. Jangan makan makanan manis terus,
mengunyah permen karet atau permen penyegar nafas. Jika ingin menguyah
permen dengan memilih produk yang tidak mengandung gula karena
mengandung xylitol atau aspartam sehingga mengurangi bakteri pembuat lubang
pada gigi.
22
b. Pemeliharaan gigi
Mulut tidak bisa dihindarkan dari bakteri, tetapi mencegah bakteri dengan
membersihkan mulut dengan teratur. Ajarkan anak untuk menyikat gigi > 2 kali
sehari. Menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan gigi tiap 6 bulam sekali.
c. Pemberian flour
Membubuhkan flour dalam air minum yang kekurangan flour untuk mencegah karies
gigi. Tambahan tersebut dapat berupa tetes atau tablet. Obat ini biasanya dikumurkan
dalam mulut sekitar 30 detik kemudian dibuang. Anak rentan terhadap gigi berlubang
sehingga pemberian flour secara topikal termasuk pasta gigi yang mengandung flour
sangat bermanfaat.
d. Penambalan gigi,
kerusakan gigi biasanya dihentikan dengan membuang bagian gigi yang rusak dan
diganti dengan tambalan gigi. Jenis bahan tambalan yang digunakan tergantung dari
lokasi dan fungsi gigi. Geraham dengan tugas mengunyah memerlukan bahan yang
lebih kuat dibandingkan gigi depan. Perak amalgam digunakan pada gigi belakang.
Tambalan pada gigi depan dibuat tidak terlihat, silikat sejenis semen porselen yang
mirip dengan email. Resin komposit adalah bahan yang sering digunakan pada gigi
depan dan belakang bila lubangnya kecil dan merupakan bahan yang warnanya sama
dengan warna gigi. Jika saraf gigi telah rusak dan tidak dapat diperbaiki maka gigi
perlu dicabut.
e. Dental sealant, perawatan untuk mencegah gigi berlubang dengan menutupi
permukaan gigi dengan suatu bahan. Dental sealant dilakukan pada permukaan
kunyah gigi premolar dan molar. Gigi dicuci dan dikeringkan kemudian memberi
pelapis pada gigi.
f. Pencegahan tersier, gigi dengan karies yang sudah dilakukan pencabutan terhadap
rehabilitasi dengan pembuatan gigi palsu
g. Pengendalian Plak
Pengendalian plak merupakan cara menghilangkan plak dengan menyikat gigi untuk
menjaga kebersihan rongga mulut yang dimulai pada pagi hari, baik sebelum maupun
sesudah sarapan.
h. Pengendalian bakteri
Obat kumur terapeutik yang dirancang untuk mengurangi populasi bakteri oral yaitu
bahan yang mengandung chlorhexidine glukonat. Chlorhexidine terbukti paling

23
efektif melekat secara ionik pada gigi dan pemukaan mukosa mulut dalam
konsentrasi tinggi selama berjam-jam sebagai antibakterial.
i. Penutupan fissure
Penutupan fissure adalah tindakan protektif yang terbukti baik untuk mencegah
perkembangan karies pada anak-anak. Penutupan fissure kini direkomendasikan
untuk semua usia yang terdapat risiko karies yang tinggi.
j. Pengaturan diet
Pengaturan diet merupakan faktor yang paling umum untuk mencegah karies. Ion
asam yang terus menerus diproduksi oleh plak merupakan bentuk dari karbohidrat
dalam jumlah yang banyak, jika tidak dilakukan pengaruh diet akan menyebabkan
sistem buffering saliva menjadi indekuat, sehingga proses remineralisasi yang
merupakan faktor penyeimbang dari faktor demineralisasi tidak terjadi.
k. Menyikat gigi
Menyikat gigi adalah cara yang dikenal umum oleh masyarakat untuk menjaga
kebersihan gigi dan mulut dengan maksud agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut

7. Ayat Al-Quran dan hadist yang berhubungan dengan skenario


a. Ayat Al-Qur’an tentang karies gigi,

Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yunus: 57).
Setiap manusia pasti mempunyai masalah, dan ujian yang diberikan Allah SWT, karna
kita mampu menghadapinya. Contohnya seperti sakit gigi berlubang ini, yang dirasain
ngilu, sakit sampai berdenyut-denyut dikepala. Tetapi tidak lepas dari itu Allah juga
akan menyembuhkan hambanya, seberat apapun itu pasti Allah SWT selalu berada
didekat kita dan membantu kita dalam kesulitan. Dengan demikian siapa yang telah
diberikan ujian dari Allah, berarti kalian adalah manusia pilihan yang kuat, tawakal
dan berserah diri kepada Allah SWT, niscaya permasalahanmu akan segera
terselesaikan.

24
b. Hadist tentang karies gigi
Diriwayatkan dalam Hadits Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

"Semua penyakit ada obatnya. Apabila sesuai antara obat dan penyakitnya, maka
(penyakit) akan sembuh dengan izin Allah SWT."
Allah sangatlah istimewa, mereka sangat sayang kepada hamba-hambanya, ia akan
menolong semua hambanya yang kesulitan dan berserah diri kepadanya, apapun
penyakitnya jikalau engkau berserah diri kepada tuhanmu, niscaya Allah akan
menyembuhkannya, dan sembuh. Karna Allah slalu berada didekat kita. Semua
penyakit itu ada obatnya atas izin Allah SWT.

―Dari Ibnu Mas’ud ia berkata bahwa Rasulullah sawn bersabda, "Keluarkanlah sisa
makanan yang ada di antara gigi kalian, karena sungguh hal itu merupakan kebersihan.
Dan kebersihan itu dapat mengajak kepada keimanan beserta saudaranya di surga.‖
(HR. Imam Thabrani)
―Bersiwak akan membuat mulut bersih dan mendatangkan ridha Allah." (HR. An-
Nasai dan Ahmad)
―Nabi Muhammad saw bersabda, "Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh
aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali berwudhu." (HR. Al-
Bukhari).
Ternyata apa yang dilakukan Rasullullah SAW itu diakui kebenarannya oleh dunia
medis modern. Medis melihat siwak memiliki manfaat untuk kesehatan mulut dan gigi.
Sesungguhnya semua umat manusia itu diwajibkan untuk menggosok gigi atau
membersihkan gigi dan mulutnya, karena itu sangat bermanfaat bagi kesehatan
dirinya. Dan juga salah satu cara menanggulangan karies gigi yaitu dengan bersiwak
atau membersihkan gigi dan mulutnya.

25
BAB III

KESIMPULAN

1. Karies gigi adalah penyakit multifaktorial dan infeksius dengan etiologi berbagai
faktor dari inang dan lingkungan yang erat berhubungan dengan genetika. Faktor
multipel yang berpengaruh dalam risiko karies adalah faktor lingkungan, faktor inang,
faktor koloni kuman dan waktu. Faktor lingkungan dipengaruhi oleh diet, oral
hygiene, dan fluoridasi. Kolonisasi bakteri penyebab karies adalah S. mutans serta
faktor inang dipengaruhi oleh aliran saliva, kapasitas bufer saliva, posisi gigi geligi,
karakteristik permukaan enamel, dan kedalaman fisur pada gigi posterior.
2. Beberapa jenis karbohdrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa, dapat diragikan
oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH plak akan menurun sampai di
bawah 5 dalam tempo 1-3 menit.
3. Faktor dan peran terjadinya karies ada host(saliva dan gigi) , agent, substrat, waktu,
oral higiene, pengalaman karies, usia , jenis kelamin, ras , waktu, jenis kelamin, sosial
ekonomi, pola makan, ras, dan peran sIgA.
4. Proses terjadinya karies gigi secara singkat yaitu , pertama terjadi fermentasi
karbohidrat menjadi asam organik oleh mikroorganisme dalam plak pada permukaan
gigi . Pembentukan asam yang cepat , mengabitkan turunnya pH yang berlangsung
lama akan menyebabkan email di bawah semakin larut , sehingga demineralisasi
email gigi dapat terjadi . Karies gigi dapat terjadinya hanya bila demineralisasi lebih
sering terjadi daripada remineralisasi.
5. Klasifikasi karies gigi dibedakan menjadi empat (black, mount, who, dan icd)
6. Perawatan karies gigi penambalan gigi, pencabutan gigi , perawatan gigi susu ,
penyikatan gigi , pemakaian flossing , pemberian sediaan fluor , dan memperkenalkan
pemberian kemoterapeutik
7. Pencegahan karies gigi Pemeliharaan gigi ,pemberian flour , penambalan gigi, dental
sealant, pencegahan tersier, pengendalian plak , pengendalian bakteri, penutupan
fissure , pengaturan diet dan menyikat gigi

Ayat Al-Quran yang sesuai dengan skenario QS. Yunus: 57, kemudian hadist yang
sesuai dengan skenario HR. Imam Thabrani, HR. An-Nasai dan Ahmad, HR. Al-
Bukhari dan HR.Muslim.

26
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi Soesilawati, Harianto Notopuro, Yuliati Yuliati, Maretaningtias Dwi


Ariani, Muhammad Alwino Bayu Firdauzy. 2019. The role of salivary
sIgA as protection for dental caries activity in Indonesian children.
Clinical, Cosmetic and Investigational Dentistry 2019:11 291–295

Diatini,Kadek. 2018. Gambaran Gigi Karies Serta Kebiasaan Makan Makanan


Kariogenik Pada Siswa Kelas Iv Dan V Sdn 5 Abiansemal Tahun
2018. Diploma thesis, Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.

Narlan sumawinata, Safrida faruk. 1992. Buku Dasar-dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. ISBN 979-448-
151-3

Tarigan, S., 2013. Karies Gigi. Jakarta : EGC, pp: 17-24.

Listrianah, dkk. 2018. Gambaran Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada
Siswa – Siswi Sekolah Dasar Negeri 13 Palembang Tahun 2018.
JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang) Vol. 13 No. 2 Desember
2018

Kidd, Edwina.A.M.,& Sally. Joyston-Bechal. 2013. Dasar-dasar Karies: Penyakit dan


Penanggulangannya (Alih bahasa : Narlan Sumawinata & Safrida Faruk).
Jakarta: EGC.

Tarigan, Rasinta. 2014. Karies Gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Chemiawan E., Gartika M., Indriyanti R. 2004 .Perbedan prevalensi karies pada
anak sekolah dasar dengan program UKGS dan tanpa UKGS kota Bandung
tahun 2004. Bandung : Universitas Padjadjaran.

Suwelo. Karies pada anak dengan berbagai factor dan etiologi. Jakarta : EGC ; 1991
p.1-9.20-6.

Lueckel,Hendrik Meyer,dkk.2013: Caries Management— Science and Clinical


Practice. Thieme Stuttgart · New York

27
Cindy Pertiwi Nilasari, (2020) Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Karies
Gigi Dan Jumlah Decay Di Pondok Pesantren. Diploma thesis, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.

Gugnani,Neeraj. 2011: International Caries Detection and Assessment System


(ICDAS): A New Concept. International Journal of Clinical Pediatric
Dentistry;4(2):93-100

Samaranayake, Lakshman,2012,Essential Microbiology for Dentistry fourth edition,


Elsevier,China

Mount, Graham J., Hume, Wyatt R., Ngo, Hien C., and Wolff, Mark S. 2016.
Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd edition. John Wiley &
Sons Limited.

Nabilah, Ananda Hannah. 2019. Gambaran Lesi Karies Berdasarkan Klasifikasi


Mount And Hume Pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Talaga
Bodas Kota Bandung. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran.
Bandung.

Listrianah, Dkk. Gambaran Karies Gigi Molar Pertama Permanen.(Jurnal Kesehatan


Poltekkes Palembang) Vol. 13 No. 2 Desember 2018

28

Anda mungkin juga menyukai