Anda di halaman 1dari 19

PEMICU III

VENNA TIDAK MAU OMPONG


BL0K 20
EDENTULUS PENUH

Di Susun Oleh :

Bella Permata Sari Br Tarigan


190600002

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pemicu III Blok 20 yang berjudul “Venna Tidak
Mau Ompong"

Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu baik secara
moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seper- juangan yang
telah mendukung saya sehingga saya bisa menyelesaikan laporan ini tepat waktu.

Saya menyadari, bahwa laporan pemicu yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar saya bisa menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga laporan pemicu ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Medan, 12 April 2022


Penyusun

Bella Tarigan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehilangan gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak muncul di masyarakat
karena sering menggangu fungsi pengunyahan, bicara, estetis, bahkan hubungan sosial. Karies dan
penyakit periodontal1 merupakan penyebab utama penyakit ini.

Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kerusakan gigi, periodontitis, ataupun karena trauma.
Edentulus mempunyai dampak negatif terhadap kualitas hidup mencakup fungsi pengunyahan,
penampilan, kemampuan berbicara, dan kepercayaan diri. Menurut World Health Organization
(WHO) Global Oral Data Bankpada tahun 2005, prevalensi edentulus penuh pada usia lebih dari
65 tahun yaitu 58% di Kanada, 41% di Finlandia dan 46% di Inggris. Gigi tiruan penuh merupakan
perawatan yang dapat diberikan kepada pasien edentulus penuh. Gigi tiruan penuh adalah gigi
tiruan yang digunakan untuk mengganti seluruh gigi yang hilang pada rahang atas dan rahang
bawah yang didukung oleh mukosa, jaringan ikat, dan tulang. Pembuatan gigi tiruan penuh perlu
memperhatikan syarat keberhasilan gigi tiruan. Untuk mencapai keberhasilan perawatan, suatu
gigitiruan harus memenuhi beberapa syarat yaitu meliputi retensi, stabilisasi, oklusi, dan estetik.

1.2 Deskripsi Topik


Nama Pemicu : Venna Tidak Mau Ompong

Nara Sumber : Ariyani, drg., MDSc., Sp.Pros(K), Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros(K), Nurdiana
drg.,Sp.PM

Hari/ Tanggal : Rabu / 13 April 2022

Jam : 07.30 – 09.30 WIB

Seorang perempuan berusia 66 tahun datang ke RSGM USU, mengatakan bahwa pasien melihat
langit-langit merah. Pasien mengetahui hal ini sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan
bagian dalam gigi tiruannya kotor dan tidak bisa dibersihkan serta longgar. Pasien menggunakan
lem pada permukaan dalam gigi tiruan supaya bisa digunakan untuk makan dan berbicara. Hasil
anamnesis menunjukkan pasien sudah menggunakan gigi tiruan lengkap selama ± 4 tahun. Pasien
memiliki riwayat penyakit kanker dan sudah pernah mendapatkan perawatan kemoterapi. Pasien
memohon untuk perbaikan gigi tiruannya agar tidak perlu dilakukan pembuatan gigi tiruan yang
baru.

Hasil pemeriksaan intra oral :

Palatum durum menunjukkan eritema dan edema pada daerah yang ditutupi oleh basis gigi tiruan

Hasil pemeriksaan GTL yang lama :

- Tepi basis bagian labial kanan fraktur

- Anasir gigi tiruan 22 lepas

More info:

Dokter gigi menggunakan Pressure Indicating Paste (PIP) dan terlihat kontak yang tidak merata
pada permukaan intaglio GTL rahang atas dan rahang bawah.
1.3 Learning Issue
1. Prosedur diagnosis
2. Perawatan pendahuluan
3. Persiapan jaringan pendukung GTL
4. Rencana perawatan untuk pasien tanpa gigi tersisa
5. Kelainan mukosa akibat gigi tiruan lengkap
6. Reline dan reparasi
7. Prosedur Pemasangan gigi tiruan dan instruksi pasca pemasangan 8. Kelainan mukosa akibat
perawatan gigi tiruan lengkap
BAB II
PEMBAHASAN

1.Jelaskan prosedur diagnosis keluhan warna merah pada palatum durum pasien!

Hal-hal berikut harus dievaluasi untuk mendapatkan diagnosis dan rencana perawatan yang
adekuat :

a. Identitas pasien

Identitas pasien yang penting untuk diketahui terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
alamat, dan nomor telepon.

b. Riwayat medis

Riwayat medis berperan besar terhadap prognosis penyakit pasien. Beberapa penyakit sistemik
yang dapat memengaruhi perawatan gigi tiruan penuh diantaranya adalah diabetes mellitus,
anemia, penyakit yang berhubungan dengan kekurangan nutrisi, adanya terapi radiasi, penyakit
sendi, kardiovaskular, hipertensi, penyakit jantung, paru-paru, dan lainnya.

c. Riwayat dental

Pada riwayat dental, perlu ditanyakan mengenai alasan kehilangan seluruh gigi, seperti penyakit
periodontal, karies gigi, riwayat pemakaian gigi tiruan dan penyebab lainnya. Keluhan utama
pasien termasuk didalamnya karena rencana perawatan akan sangat bergantung pada tahap ini.

d. Pemeriksaan klinis

- Pemeriksaan ekstraoral

Pemeriksaan ekstraoral dilakukan terhadap bentuk wajah, profil wajah, simetri wajah, tinggi
wajah, otot wajah, warna kulit, ketebalan dan panjang dari bibir, dan sendi temporomandibular.
- Pemeriksaan intraoral

Meliputi: mukosa pipi, mukosaibir, lidah, dasar mulut, punggung dan dasar lidah, palatum keras
dan lunak, fausea, kelenjar liur, aliran saliva, gingival, dan gigi-geligi. Dengan cara
mengistruksikan penderita untuk membuka mulut dan melepaskan denture (bila ada), raba dengan
cara palpasi dan kemudian catat semua perubahan mukosa mulut dalam hal : warna, ukuran
(adanya pembengkakan), tekstur, kekenyalan, dan adanya lesi.

Sumber:

-Glick M, Chair WMF. Burket’s Oral Medicine. Ed 12th. People’s Medical Publishing House,
USA, 2015

2. Jelaskan kemungkinan penyebab keluhan warna merah pada palatum durum pasien!

Kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu :

1. Infeksi

Pada kasus pasien menggunakan lem pada permukaan dalam gigi tiruan supaya bisa digunakan
untuk makan dan berbicara. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi dikarenakan kandidiasis.
Terjadinya Kandidiasis pada rongga mulut diawali dengan adanya kemampuan kandida untuk
melekat pada mukosa mulut, dimana hal ini yang menyebabkan terjadinya infeksi. Perlekatan
jamur pada mukosa mulut mengakibatkan proliferasi, kolonisasi tanpa gejala atau disertai dengan
gejala infeksi.2 Selanjutnya candida albican berubah bentuk menjadi hifa yang bersifat lebih
pathogen. Beberapa bakteri telah diketahui berperan sebagai etiologic denture stomatitis antara
lain streptococcus lactobacillus dan profotella, walaupun belum diketahui patogenesisnya.

2. OH yang buruk

Pada kasus diatas pasien mengeluhkan bagian dalam gigi tiruannya kotor dan tidak bisa
dibersihkan serta longgar. Pada pasien pengguna gigi tiruan yang tidak memerhatikan kebersihan
mulut termasuk gigitiruannya sesuai instruksi yang diberikan dokter gigi, dapat mengakibatkan
terjadinya penumpukan sisa makanan yang merupakan predisposisi terbentuknya plak. Hal ini
terutama terjadi pada pasien lanjut usia.Seiring dengan meningkatnya usia terjadi perubahan dan
kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim hilang yang digantikan oleh jaringan
lemak,lining sel duktus intermediate mengalami atropi yang mengakibatkan pengurangan jumlah
aliran saliva.

3. Penyakit Sistemik

Selain itu, penyakit- penyakit sistemis yang diderita pada pasien memiliki riwayat penyakit kanker
dan sudah pernah mendapatkan perawatan kemoterapi serta obat-obatan yang digunakan untuk
perawatan penyakit sistemisnya.Keadaan ini yang mengakibatkan meningkatnya prevalensi
mikroorganisme Kandida albikan dalam mulut pasien. Kondisi tersebut pada umumnya
mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh dan kualitas jaringan epitel.

Sumber :

-Gaib Z. FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TERJADINYA


KANDIDIASIS ERITEMATOSA PADA PENGGUNA GIGITIRUAN LENGKAP. E-journal
unsrat 2013

- Herawati E, Novani D. Penatalaksanaan kasus denture stomatitis. J Ked Gi Unpad. Desember


2017; 29(3); 179-183

3. Apakah diagnosis dan diagnosis banding yang paling tepat keluhan warna merah pada

palatum durum pasien!

Diagnosis yang tepat palatum durum pasien pada kasus tersebut adalah Denture Stomatitis.
Denture stomatitis (DS) adalah inflamasi pada mukosa yang tertutup oleh permukaan anatomis
gigi tiruan, baik gigi tiruan sebagian atau gigi tiruan lengkap. Beberapa istiah denture
stomatitis yang banyak digunakan yaitu stomatitis prostetica, denture sore mouth,
inflammatory papillary hyperplasia dan candidiasis associated denture stomatitis. Faktor–
faktor yang menyebabkan denture stomatitis yaitu trauma dari gigi tiruan dan adanya
keterlibatan mikroba umumnya disebabkan oleh jamur Candida spp atau akibat kedua
faktor tersebut.

Penelitian epidemiologi menunjukan prevalensi DS cukup tinggi yaitu berkisar antara 30-
50% pada pengguna gigi tiruan lengkap. Pada umumnya ditemukan pada usia lanjut dan
lebih banyak ditemukan pada wanita. Gigi tiruan yang dapat menyebabkan trauma adalah
gigi tiruan yang kurang retentif sehingga menyebabkan longgar pada saat mengunyah dan
menimbulkan trauma pada jaringan mukosa mulut.

Gambaran klinis pada umumnya berupa makula eritem, granular atau berbentuk beberapa
nodula. Menurut Newton, Denture stomatitis di klasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu: tipe
1 berupa eritema terlokalisir atau pinpoint, tipe 2 berupa eritema difus, dan tipe 3 berupa
granuler atau papillary hyperplasia.

Denture stomatitis dapat disebabkan berbagai faktor yaitu trauma, mikroba dan factor sistemik.
Trauma adalah bentuk cedera atau kerusakan yang disebabkan oleh mekanis, termal dan
kimia pada jaringan mukosa mulut yang dapat menyebabkan inflamasi. Gigi tiruan yang tidak
stabil (ill-fitting denture) atau sayap landasan yang terlalu panjang akan menyebabkan trauma
kronis pada mukosa. Trauma kronis ini akan mengakibatkan inflamasi lalu menghasilkan
jaringan granulasi dan adanya sel–sel inflamasi kronis yang akan melepaskan local growth
factor yang lebih meningkat. Peranan local growth factor untuk mengirimkan signal ke sel
fibroblas sehingga sel tersebut berproliferasi dan menghasilkan serat –serat kolagen yang
bermanifestasi sebagai jaringan hiperplastik reaktif. Pada kondisi normal sel fibroblas
merupakan komponen dari lamina propria yang berfungsi menjaga integritas jaringan konektif
dengan cara menghasilkan serat kolagen yang memiliki tingkat poliferasi yang sangat rendah.

Penatalaksanaan kasus denture stomatitis dapat dilakukan dengan cara menghilangkan iritan
dan pemberian obat anti inflamasi.

Sumber:

-Herawati E, Novani D. Penatalaksanaan Kasus Denture Stomatitis. Jurnal Kedokteran


Ggi Unpad. Desember 2017; 29(3); 179-183

4. Apakah rencana perawatan untuk kelainan jaringan lunak mulut tersebut dan jelaskan

alasannya!

1. Menghentingkan pengguanan gigi tiruan selama 2 minggu, karena etiologi denture


stomatitis pasien ialah gigi tiruan yang longgar sehingga perlu mengkondisikan jaringan rongga
mulut an menghilangkan etilogi dari denture stomatitis pasien
2. Denture stomatitis dapat diatasi dengan antijamur, dengan 2% mikonazol, tersedia dalam
bentuk gel, dapat diterapkan (dua hingga tiga kali) setiap hari selama 1 atau 2 minggu. Nistatin
dan flukonazol adalah antijamur topikal lainnya yang digunakan dalam kasus denture stomatitis.

3. Sebaiknya gigitiruan yang sudah tidak stabil atau longgar segera diperbaiki, hal ini bisa
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi jamur karena rusaknya barier epitel mukosa. Oleh
karena itu perlu dilakukan reline pada gigi tiruan tersebut

Sumber:

- Hasan S,Kuldeep. Denture Stomatitis: A Literature Review. JOHelathScience 2015; 6(2), 65-69

5. Jelaskan penyebab gigi tiruan longgar dan sulit digunakan untuk makan serta berbicara
pada kasus di atas!

Masalah yang sering timbul pada pasien setelah penggunaan GTL adalah ketidaknyamanan,
longgar, atau masalah umum dalam kaitannya dengan adaptasi yang memiliki sejumlah penyebab
dan dari berbagai faktor. Pada umumnya beberapa penyebab gigi tiruan longgar adalah sistemik,
kesalahan penetapan oklusi yang menyebabkan iritasi jaringan, peradangan dan terjadi resorpsi,
sayap gigi tiruan yang kependekan, dan pemakaian gigi tiruan lepasan yang lama sehingga terjadi
terjadi resorpsi prosesus alveolaris.

Penyebab gigi tiruan longgar dan sulit digunakan untuk makan dan berbicara yaitu dikarenakan
adanya resorpsi tulang alveolar akibat dari pemakaian gigi tiruan sebelumnya yang retensi dan
stabilisasinya buruk dan pemakaian GTL terlalu lama. Resorpsi berlebihan pada puncak tulang
alveolar mengakibatkan bentuk ridge yang datar akibat hilangnya lapisan kortikalis tulang.
Resorpsi ridge yang berlebihan dan berkelanjutan merupakan masalah karena menyebabkan fungsi
gigi tiruan lengkap kurang baik dan terjadinya ketidakseimbangan oklusi.

Ridge yang mengalami atrofi akan menimbulkan tantangan klinis terhadap keberhasilan proses
pembuatan gigi tiruan. Resorpsi ekstrim dari rahang atas dan rahang bawah pada daerah edentulous
akan menyebabkan, penampilan pipi yang kempot, gigi tiruan tidak stabil dan tidak retentif yang
nantinya berhubungan dengan rasa sakit dan kenyamanan pasien. Resorpsi tulang alveolar
merupakan proses biofosikal yang kompleks dan sering terjadi.
Penyebab terjadinya resorpsi tulang alveolar juga didukung dengan usia pasien yang mana pasien
lansia memiliki hubungan erat dengan terjadinya resorpsi tulang alveolar.

Sumber:

- Susi RP. Perawatan Prosthodontik Pada Kondisi Ridge Yang Kurang Menguntungkan. Jurnal B-
Dent. 2015;2(2): 151-2

6. Apakah rencana perawatan untuk GTL yang lama pada pasien tersebut!

Rencana perawatan untuk GTL yang lama pada pasien adalah dilakukan relining. Relining adalah
tindakan menambahkan bahan baru pada permukaan cetak gigi tiruan saat dilakukan penyesuaian
kembali terhadap jaringan pendukung dan gigi tiruan yang berlawanan untuk mengembalikan
kecekatan gigi tiruan. Tujuan relining adalah menentukan ulang relasi yang tepat antara basis gigi
tiruan dengan jaringan pendukung, memperbaiki retensi, stabilitas, hubungan oklusi dan artikulasi
yang tidak seimbang, memperbaiki basis gigi tiruan lengkap yang sudah mengalami porus dan
perubahan warna, serta dapat juga memperbaiki estetik wajah pasien.

Teknik relining yang dilakukan yaitu Relining secara langsung (Direct Relining). Teknik ini
digunakan untuk memperbaiki protesa yang tidak banyak mengalami banyak perubahan. Teknik
mencetak di klinik ini disebut juga sebagai chairside relining. Biasanya digunakan bahan self
curing acrylic resin yang dilakukan langsung di dalam mulut penderita, seperti bahan Tokuyama
rebase. Keuntungan dari teknik ini merupakan suatu proses immediate dimana pengerjaannya
dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan tanpa membutuhkan pekerjaan laboratorium, sehingga
pasien tidak mengalami fase kehilangan giginya.

Prosedur relining closed mouth technique:

1. Persiapan jaringan pendukung dan persiapan gigi tiruan lengkap yang akan dilakukan perbaikan.
Persiapan jaringan pendukung antara lain adalah jaringan mukosa harus dalam keadaan sehat, GTL
lama dilepas minimal 24 jam sebelum dilakukan pencetakan.

2. Persiapan GTL lama pasien meliputi pembersihan basis dan permukaan oklusal gigi GTL dari
debris dan stain, pengecekan ketepatan batas tepi dan permukaan cetak GTL rahang atas dengan
bahan PIP, pengecekan letak bidang insisal dan oklusal, DVO dan oklusi sentrik dari GTL yang
lama.
3. Setelah persiapan pendahuluan telah diperiksa maka dilanjutkan dengan pengadukan bahan
relining dan diletakkan pada permukaan cetak GTL rahang atas. Teknik yang digunakan
merupakan teknik pelapisan secara langsung yang dilakukan di dalam mulut pasien dengan metode
mulut tertutup.

4. Relining pada rahang bawah tersebut dilakukan dengan teknik pencetakan mulut tertutup dengan
memanfaatkan DVO lama pasien yang bertujuan untuk menghasilkan penutupan tepi secara
langsung dengan cara melakukan trimming dan gerakan fungsional di dalam mulut sebelum bahan
relining tersebut menjadi mengeras (setting).

5. GTL rahang atas yang sudah diberikan bahan relining dimasukkan ke dalam mulut dan
dikembalikan dalam posisi kedudukan yang tepat dan sesuai dengan oklusi sentrik GTL yang lama.
Selain itu kita tetap harus memperhatikan DVO pasien sebelumnya agar tidak terjadi perubahan
yang signifikan.

6. Setelah bahan setting, lakukan finishing dan polishing GTL rahang atas tersebut yang
dilanjutkan dengan pemeriksaan ulang di dalam mulut.

Sumber:

- Falatehan N. Relining gigi tiruan rahang bawah secara langsung dengan pencetakan mulut
tertutup (Laporan Kasus). JITEKGI 2018; 14 (1): 27-32

- Falatehan N, Gandhanya R. One-Visit Relining Procedure in Patient with Loss of Vertical


Dimension : Case Report. Sci Dent J 2018; 3: 115-9

7. Bagaimanakah cara mendapatkan cetakan struktur anatomi pembatas sebagai upaya


untuk mereparasi tepi basis bagian labial kanan yang fraktur pada kasus tersebut, jelaskan
prosedurnya!

Struktur anatomi terganggu diakibatkan karna keadaan gigi tiruan sudah tidak seperti kaidah pada
penjelasan dibawah ini, yaitu:

Menggunakan bahan ZOE/ light body wash diletak di atas conditioning material untuk dibuat
cetakan. Proses pencetakan dilakukan dengan menginstruksikan pasien untuk mengoklusikan gigi
tiruan rahang bawah dan rahang atas di dalam mulut pasien, pemilihan sendok cetak bisa
digunakan sendok cetak edentulous yang berlubang dan jarak sendok cetak +-5 mm serta ukuran
sesuaikan dengan lebar lengkung. Pencetakan meliputi: semua area pendukung GTL, anatomi jar.
Mulut berbatasan dengan area pendukung GTL, bentuk asli dan perluasan fisiologis jar. mulut.
Setelah dicetak, keluarkan dari mulut, cuci, rendam K2SO4 4% sebagai akselerator stone gips,
kemudian cetakan diisi dengan gips lebih baik segera sebelum terjadi perubahan dimensi. Pada
model diagnostic yang sudah didapat, membuat denture outline dengan batas-batas meliputi
frenulum labii superior ke kanan/ke kiri fornik vestibulum labial, frenulum bukalis superior, fornik
vestibulum bukal, ke posterior HN, ah line (PPS), fovea palatini.

Prosedurnya dengan menggunakan metode statis. Metode statis yaitu open dan closed-mouth. Pada
kasus lebih direkomendasikan menggunakan closed method. GTL dipakai sebagai sendok cetak
dan dimensi vertikal oklusi (DVO) serta oklusi sentrik dari GTL lamanya digunakan untuk
meletakan gigi tiruan yang sudah diberikan bahan cetak. Proses pencetakan dilakukan dengan
menginstruksikan pasien untuk mengoklusikan gigi tiruan rahang bawah dan rahang atas di dalam
mulut pasien. Pada teknik pencetakan mulut tertutup, operator mempunyai peran yang penting saat
pencetakan baik pada saat penempatan sendok cetak (GTL lama) harus sesuai dengan tempat dan
posisinya begitupun juga pada saat penekanannya. Dokter gigi harus memastikan sebelumnya
bahwa GTL rahang atas sudah berada dalam posisi yang baik di dalam mulut. GTL rahang bawah
yang sudah diberikan bahan relining dimasukkan ke dalam mulut dan dikembalikan dalam posisi
kedudukan yang tepat dan sesuai dengan DVO serta oklusi sentrik GTL yang lama. Penutupan tepi
secara langsung dengan cara melakukan trimming dan gerakan fungsional di dalam mulut sebelum
bahan relining tersebut menjadi mengeras (setting).

Sumber:

- Siahay AJ, Habar ID. Clinicians Need a Relining or Rebasing Procedure. Makassar Dental
Journal 2020; 9(2):101-104

8. Jelaskan prosedur yang dilakukan untuk mengatasi masalah GTL pada kasus di atas!

Prosedur Relining GTL Lama Pasien

1. Pertama, lakukan penentuan apakah GTL pasien berkurang kecekatannya atau hanya
mengalami masalah oklusi dengan Pressure Indicating Paste (PIP).

2. Lakukan tindakan pendahuluan meliputi


a. Persiapan jaringan pendukung, meliputi jaringan mukosa harus dalam keadaan sehat, GTL
dilepas minimal 24 jam sebelum dilakukan pencetakan)

b. Persiapan gigi tiruan lengkap (GTL) lama pasien, meliputi pembersihan basis dan
permukaan oklusal gigi GTL dari debris dan stain

c. Pengecekkan ketepatan basis tepid an permukaan cetak GTL

d. Pengecekan letak bidang insisal dan oklusal, DVO, dan oklusi sentrik dari GTL lama

3. Setelah dilakukan tindakan pendahuluan, maka dilanjutkan dengan pengadukan bahan


relining dan diletakkan pada permukaan cetak GTL. Teknik yang digunakan adalah teknik
pelapisan secara langsung pada GTL yang dilakukan didalam mulut pasien dengan metode mulut
tertutup.

Prosedur Reparasi GTL Lama Pasien

a. Reparasi Fraktur Tepi Labial Kanan Fraktur

Prosedur reparasi pada bagian yang fraktur ini dilakukan dengan:

1. Pencetakan yang dilakukan didalam rongga mulut pasien

2. Setelah dilakukan pencetakan, model diisi

3. Aplikasikan resin akrilik auto polimerisasi pada bagian yang fraktur atau hilang , atau
ambil wax dan bentuk menyerupai bagian yang fraktur atau patah

4. Lakukan flashing

5. Curing

6. Finishing

7. Polishing

b. Reparasi Anasir Gigi 22 yang Lepas

1. Sediakan anasir gigi 22 dengan bentuk, ukuran, dan warna yang sama dengan anasir gigi
tersisa.

2. Posisikan anasir gigi 22 secara sejajar dan direkatkan dengan base plate wax.
3. Plaster index wax (key) dibuat untuk mencatat dan merekatkan posisi dari gigi yang telah
di wax

4. Gigi yang diperbaiki dibuang bersamaan dengan wax yang ada disekitarnya

5. Gigi diletakkan kembali ke posisi semula dengan bantuan plaster index (key)

6. Resin akrilik auto polimerisasi ditambahkan pada bagian lingual hingga bagian yang
reparasi tercakup semua. Kemudian tutup dengan tin foil.

7. Setelah di curing, plaster index dibuang dan gigi tiruan dilakukan finishing dan polishing.

Sumber :

-Nasution ID, Ariyani, Chairunnisa R, dkk. Buku Ajar Gigi Tiruan Lengkap Sederhana. Medan:
USU Press, 2022: 178-9

9. Jelaskan prosedur pemasangan dan instruksi pasca pemasangan GTL yang telah di
reparasi pada kasus di atas!

Pasien harus diedukasi bahwa GT dan rongga mulut dapat berubah seiring waktu sehingga
membutuhkan penyesuaian.

1.Pemeriksaan gigi tiruan berkala diperlukan untuk memeriksa oklusi dan ekstensi gigitiruan.
Pasien diminta Kembali 24 jam setelah pemasangan GTL untuk memperbaiki disharmoni oklusal
dan untuk memeriksa respon langsung jaringan. Setelah itu pasien diminta Kembali 1 minggu
kemudian untuk memeriksa reaksi jaringan dan kenyamanan GTL. Kemudian pasien kontrol 3-6
bulan sekali untuk menentukan reaksi jaringan dan jumlah residual ridge resorption. Instruksi
pascapemasangan harus diulang setiap kunjungan kontrol.

2. Pasien diberi penjelasan bahwa setiap orang mempunyai ciri fisik dan kondisi rongga mulut
yang berbeda, dengan demikian proses adapatasi seseorang dengan gigitiruannya akan berbeda
pula dan tidak dapat dibandingbandingkan. Pasien harus terus dimotivasi agar adaptasi baik.

3. Pasien diberitahu bahwa penampilan dengan gigitiruan baru mereka akan perlahan natural dari
waktu ke waktu..

4. Pasien diberitahu bahwasannya adaptasi agar pasien dapat mengunyah dengan nyaman
membutuhkan waktu selama 6-8 minggu.
5. Adaptasi lidah terhadap pasien biasanya sangat baik dalam satu minggu.

6. Pasien diberitahu harus selalu menjaga kebersihan rongga mulutnya. Gigitiruan harus direndam
untuk membersihkannya dari plak makanan selama 30 menit di larutan pembersih. Perendaman
ini juga berfungsi untuk membunuh mikroorganisme dan menghilangkan stain.

7. Pasien diinstruksikan untuk melepaskan dan membersihkan gigitiruan sesudah makan.


Lepaskan gigitiruan pada malam hari waktu tidur guna mengistirahatkan mukosa sehingga aliran
darah lancar dan mencegah aktivitas parafungsi dan gigitiruan patah.

8. Pasien diinstruksikan untuk mengunyah makanan mulai dari lunak, jika sudah terbiasa baru
makan makanan agak keras hingga keras.

9. Apabila ada iritasi atau ketidaknyamanan pasien diinstruksikan untuk melepas gigitiruannya dan
mengunjungi dokter gigi untuk mendapat perawatan yang sesuai.

Sumber:

-Zarb, Hobkirk, Eckert, Et Al. Prosthodontic Treatment For Edentulous Patient. 13th Ed. Missouri.
Elsevier, 2013: 267-8.
BAB III
PENUTUP

Denture stomatitis (DS) adalah inflamasi pada mukosa yang tertutup oleh permukaan anatomis
gigi tiruan, baik gigi tiruan sebagian atau gigi tiruan lengkap. Beberapa istiah denture stomatitis
yang banyak digunakan yaitu stomatitis prostetica, denture sore mouth, inflammatory
papillary hyperplasia dan candidiasis associated denture stomatitis. Faktor–faktor yang
menyebabkan denture stomatitis yaitu trauma dari gigi tiruan dan adanya keterlibatan
mikroba umumnya disebabkan oleh jamur Candida spp atau akibat kedua faktor
tersebut. Denture stomatitis dapat disebabkan berbagai faktor yaitu trauma, mikroba dan factor
sistemik. Trauma adalah bentuk cedera atau kerusakan yang disebabkan oleh mekanis, termal
dan kimia pada jaringan mukosa mulut yang dapat menyebabkan inflamasi.

Rencana perawatan untuk GTL yang lama pada pasien adalah dilakukan relining. Relining adalah
tindakan menambahkan bahan baru pada permukaan cetak gigi tiruan saat dilakukan penyesuaian
kembali terhadap jaringan pendukung dan gigi tiruan yang berlawanan untuk mengembalikan
kecekatan gigi tiruan. Tujuan relining adalah menentukan ulang relasi yang tepat antara basis gigi
tiruan dengan jaringan pendukung, memperbaiki retensi, stabilitas, hubungan oklusi dan artikulasi
yang tidak seimbang, memperbaiki basis gigi tiruan lengkap yang sudah mengalami porus dan
perubahan warna, serta dapat juga memperbaiki estetik wajah pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1.Glick M, Chair WMF. Burket’s Oral Medicine. Ed 12th. People’s Medical Publishing House,
USA, 2015

2. Gaib Z. FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TERJADINYA


KANDIDIASIS ERITEMATOSA PADA PENGGUNA GIGITIRUAN LENGKAP. E-journal
unsrat 2013

3. Herawati E, Novani D. Penatalaksanaan kasus denture stomatitis. J Ked Gi Unpad. Desember


2017; 29(3); 179-183

4. Nasution ID, Ariyani, Chairunnisa R, dkk. Buku Ajar Gigi Tiruan Lengkap Sederhana. Medan:
USU Press, 2022: 178-9

5. Bouguezzi A, Chagra J, Chokri A, et al. Conventional Surgery in the Management of Denture


Induced Fibrous Hyperplasia – A Case Report. J Dents Dent Med. 2020; 3(2): 2-3

6. Thomas N, Vinod S, George A, Varghese A, Kanneth S. Epulis Fissuratum: A case report.


Malanadu Dental Journal 2018; 7(2): 134-5

7. Hasan S,Kuldeep. Denture Stomatitis: A Literature Review. JOHelathScience 2015; 6(2), 65-
69

8. Susi RP. Perawatan Prosthodontik Pada Kondisi Ridge Yang Kurang Menguntungkan. Jurnal
B-Dent. 2015;2(2): 151-2

9. Falatehan N. Relining gigi tiruan rahang bawah secara langsung dengan pencetakan mulut
tertutup (Laporan Kasus). JITEKGI 2018; 14 (1): 27-32

10. Falatehan N, Gandhanya R. One-Visit Relining Procedure in Patient with Loss of Vertical
Dimension : Case Report. Sci Dent J 2018; 3: 115-9

11. Siahay AJ, Habar ID. Clinicians Need a Relining or Rebasing Procedure. Makassar Dental
Journal 2020; 9(2):101-104
12. Zarb, Hobkirk, Eckert, Et Al. Prosthodontic Treatment For Edentulous Patient. 13th Ed.
Missouri. Elsevier, 2013: 267-8.

Anda mungkin juga menyukai