Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 15 MODUL 3
“PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL”

KELOMPOK 2
Tutor : Drg. Dhita Noviantika

Ketua : Asih Puspita Putri


Sekretaris Papan : Syifa Nisrina Harfi
Sekretaris Meja : Zhafarina Adani ‘Atika
Anggota :
Adzkia Rahmi Aulia
Annisa Syifa Fauziyah
Aulya Dwina
Claudia FlorencitaEdiharsi
Dilla Azana Fitri
Dyana Putri
MebbyPutri Insani

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
2017
MODUL 3
PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL
SKENARIO 3
Gusi berdarah Pak Dul

Pak Dul (45 tahun) datang ke dokter gigi spesialis periodonsia dengan keluhan gigi
belakangnya berdenyut dan tersa sakit sejak 3 hari yang lalu, saat menyikat gigi gusi sering
berdarah hampir di semua gigi. Dari anamnesa yang dilakukan diektahui Pak Dul menderita
Diabetes Melitus yang terkontrol sejak 2 tahun yang lalu, sehingga banyak giginya yang
goyang, tapi untuk memeriksakan giginya, beliau merasa takut.
Pemeriksaan intra oral, terlihat gigiva abses gigi 36, gigivitishampir disemuaregio,
mobility gigi posterior rahang atas dan rahang bawah derajat 2 dan 3, beberapa gigi telah
dilakukan restorasi, oral hygiene buruk. Pada pemeriksaan foto rongent terlihat kerusakan
tulang horizontolhampir di seluruh regio. Terlihat area radiolusensepanjang akar gigi dan
periapikal gigi 12 yang telah dilakukan perawatan endodontik. Regio posterior rahang atas
dan bawah telah mengalami periodontitis kronis, dimana terdapat poket periodontal yang
cukup dalam danbleedingonprobing. Jika tidak dirawat, kondisi itu dapat menimbulkan
terjadinya abses periodontal.
Bagaimana saudara menjelaskan kondisi yang dialami oleh Pak Dul?
Langkah Seven Jumps :
1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang
dapat menimbulkan kesalahan interpretasi
2. Menentukan masalah
3. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior
knowledge
4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan
mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat
solusi secara terintegrasi
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran/ learning objectives
6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain
7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh

URAIAN
Langkah I Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal
yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi
Bleeding On Probing
Adalah meningkatnya laju aliran daarah di sulkusgingiva yang merupakan tanda
adanya kerusakan jaringan aktif

Langkah II Menentukan masalah


1. Mengapa Pak Dul merasa ngilu pada gusi ?
2. Apa hubungan diabetes melitus yang diderita Pak Duldengan kesehatan rongga
mulutnya ?
3. Mengap di saat menyikat gigi gusi Pak Dul berdarah ?
4. Apa klasifikasi penyakit periodontal ?
5. Apa penyebab penyakit periodontal ?
6. Mengapa jika tidak segera dirawat kondisi Pak Dul akan jadi abses periodontal?
7. Apa penyebab terbentuknya poket periodontal?
8. Apa saja faktor penyebab mobilitas gigi?
9. Apa saja penyebab gigingivitis?
10. Apa saja gejala klinis gingivitis dan periodontitis?
Liangkah III Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior
Knowledge
1. Penyebab Pak Dul merasa ngilu pada gusinya
 Terjadi abrasi yang enyebabkan resisi gingiva sehingga gigi Pak Dul terekspos
 Penderita DM biasanya mengalami mobilitas gigi yang meyebabkan gigi lebih
sensitif.

2. hubungan DM yang diderita Pak Dul dengan kesehatan rongga mulutnya


 Penyakit DM menyebabkan kadar glukosa tinggi dalam darah yang
menyebabkan peningkatan induksi bakteri dan kolagenase
 DM mempengaruhi kerja sitem imun sehingga pertahanan tubuh terganggu,
bakteri dan plak menyebar ke jaringan periodontal dengan mudah
 Obat-obat yang dikonsumsi penderita DM dapat menyebabkan gingivitis
 Kadar glukosa yang tinggi meningkatkan kemampuan bakteri untuk bertahan

3. penyebab gusi Pak Dul berdarah saat menyikat gigi


Penybabnya adalah karena Pak Dul menderita gingivitis dimana hal ini
menyebabkan penurunan keratinasi, peningkatan vaskularisasi dan sel-sel radang
sehingga gusi mudah berdarah

4. klasifikasi penyakit periodontal


 Penyakit gingiva
 Periodontitis berkaitan dengan penyakit sitemik
 Periodontis kronis, menyebabkan inflamasi jaringan pendukung gigi
 Periodontitis agresif, kehancuran tulang yang cepat
 NUG
 Abses periodontal
 Periodontitis berkaitan lesi periodontal
 Deformitas kondisi perkembangan

5. faktor penyebab penyakit periodontal


a. faktor lokal
 iritasi lokal
 bentuk gigi yang kurang baik dan maloklusi
b. faktor umum
 hormonal
 defisiensi nutrisi
 trauma oklusi
 obat-obatan
 iatrogenik dentistry
 Demam tinggi
 Mouth breathing
 Actinic irritation

6. kondisi Pak Dul jika tidak dirawat dapat menyebabkan abses periodontal
Hal ini dikarenakan adanya poket periodontal yang dalam ang jika dibiarkan
lama kelamaan akan terbentuk eksudat berupa pus yang kemudian akan menyebabkan
terjadinya abses

7. penyebab terbentuknya poket periodontal


 Kehilangan perlekatan gingiva
 Bergeraknya gingiva ke arah korona karena pembesaran gigngiva

8. faktor penyebab mobilitas gigi


 Terbentuknya poket periodontal
 Penyakit periodontal menyebabkan mobilitas gigi
 Adanya mobilitas fisiologis yang mana merupakan variasi normal pada pagi
hari
 Karena faktor patologis
 Hormonal
 Kehamilan

9. penyebab gigngivitis
 Plak
 OH yang jelek
 Hormonal seperti pubertas dan kehamilan
 Penyakit sistemik
 Kurang vit C

10. gejala klinis gingivitis dan periodontitis

GINGIVITIS PERIODONTITS
- Perdarahan saat probing - Inflamasi gingiva
- Perubahan struktur dan kontur - Akumulasi plak
gingiva - Gigi mobiliti
- Perubahan warna - Poker periodontal
Langkah IV Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan
dan mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untukmembuat
solusi secara terintegrasi
Pak Dul (45 tahun)

drg. Septo

CC PMH IO Rontgen foto

-gig belakang -DM terkontrol -abses gigi 36 -kerusakan tulang


tersa sakit dan sejakdua tahun horizontal hampir
berdenyut sejak 3 yang lalu -gingivitis hampir disemua regio
hari yang lalu semua regio
-gigi banyak -terdapat area
Saat menyikat gigi goyang -mobiliti gigi radiolusen
gusi sering posterior RA dan sepanjang akar
berdarah RB derajat 2 dan 3 dan periapikal gigi
12
-OH buruk

Penyakit gingiva dan periodontal

Klasifikasi etiologi dan pemeriksaan klinis

dan gejala patogenesis dan penunjang

Langkah V Memformulasikan tujuan pembelajaran


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi dn gejala penyakit gingiva dan
periodontal
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi dan patogenesis penyakit gingiva
dan periodontal
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan klinis dan penunjang
penyakit gingiva dan periodontal

Langkah VIMengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain lain

VII. Learning Objective

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi dan gejala penyakit


gingiva dan periodontal
A. Anatomi Jaringan Periodontal

1. Gingiva

a. Pengertian Gingiva

Gingiva (gusi) adalah bagian mukosa di dalam rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi
lingir (ridge) alveolar. Gingiva merupakan bagian dari aparatus pendukung gigi, periodonsium dan
membentuk hubungan dengan gigi. Gingiva berfungsi melindungi jaringan di bawah pelekatan gigi
terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut.

b. Anatomi Gingiva

Bagian-bagian dari gingiva menurut Manson & Eley (1993) adalah sebagai berikut:

1) Mukosa Alveolar

Mukosa alveolar adalah suatu mukoperiosteum yang melekat erat dengan tulang
alveolar di bawahnya. Mukosa alveolar terpisah dari periosteum melalui perantara
jaringan ikat longgar yang sangat vaskular sehingga umumnya berwarna merah tua.

2) Pertautan Mukogingiva

Pertautan mukogingiva atau mucogingival junction adalah pemisah antara perlekatan


gingiva dengan mukosa alveolar.

3) Perlekatan Gingiva

Perlekatan gingiva atau attached gingiva meluas dari alur gingiva bebas ke pertautan
mukogingiva yang akan bertemu dengan mukosa alveolar. Permukaan attached gingiva berwarna
merah muda dan mempunyai stippling yang mirip seperti kulit jeruk. Lebar attached gingiva
bervariasi dari 0-9 mm. Attached gingiva biasanya tersempit pada daerah kaninus dan premolar
bawah dan terlebar pada daerah insisivus (3-5 mm).

4) Alur Gingiva Bebas


Alur gingiva bebas atau free gingival groove dengan batas dari permukaan tepi gingiva yang
halus dan membentuk lekukan sedalam 1-2 mm di sekitar leher gigi dan eksternal leher gingiva yang
mempunyai kedalaman 0-2 mm.

5) Interdental gingiva

Interdental gingiva atau gingiva interdental adalah gingiva antara gigi-geligi yang
umumnya konkaf dan membentuk lajur yang menghubungkan papila labial dan papila
lingual. Epitelium lajur biasanya sangat tipis, tidak keratinisasi dan terbentuk hanya dari beberapa
lapis sel.

Daerah interdental berperan sangat penting karena merupakan daerah pertahanan


bakteri yang paling persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka
yang biasanya timbul lesi awal pada gingivitis.

2. Sementum

Sementum merupakan lapisan tipis dari jaringan ikat terkalsifikasi yang menutupi dentin di
area akar gigi. Fungsi sementum adalah memberikan perlekatan dengan fibrin kolagen dari ligamen
periodontal untuk menopang gigi, memelihara integritas akar, dan terlibat dalam perbaikan dan
remodeling gigi dan tulang alveolar. Sementum berwarna kuning mengkilat dan secara klinis tidak
terlihat namun saat terjadi resesi gingiva maka sementum akan terlihat. Resorpsi sementum dapat
disebabkan karena stres oklusal yang berlebihan, gerakan ortodonti, tekanan tumor, dan defisiensi
kalsium atau vitamin D.

3. Ligamen Periodontal

Ligamen periodontal merupakan lapisan jaringan ikat lunak yang menutupi akar gigi dan
melekatkan akar gigi terhadap tulang alveolar. Ligamen periodontal terdiri atas serabut pembuluh
darah yang kompleks dan serabut jaringan ikat kolagen yang mengelilingi akar gigi dan melekat ke
prosesus alveolaris. Fungsi ligamen periodontal antara lain memelihara gigi dalam soket, memiliki
fungsi sensoris yaitu dapat merasakan nyeri saat terjadi tekanan berlebihan, menyediakan nutrisi
bagi sementum dan tulang, memiliki fungsi formatif yaitu membentuk dan memelihara sementum
dan tulang alveolar serta fungsi resorptif yaitu dapat meremodeling tulang alveolar saat terjadi
resorpsi tulang akibat tekanan pengunyahan.

4.Tulang alveolar

Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang membentuk soket gigi
(alveoli) yang terdiri atas puncak alveolar (alveolar crest), tulang interproksimal, dan tulang
interradikular yaitu tulang antara 2 akar gigi. Puncak alveolar berada paling koronal dari prosesus
alveolaris, normalnya 1 - 2 mm dari cemento enamel junction (CEJ) dan tampak dari aspek fasial gigi.
Puncak alveolar mengelilingi gigi seperti bentuk bergelombang dan mengikuti kontur permukaan
CEJ.

Tulang interproksimal atau disebut juga septum interdental merupakan tulang yang berada
di antara permukaan proksimal dari dua gigi yang berdekatan. Kontur dari tulang interproksimal
dapat menjadi indikator jaringan periodontal yang sehat (Madukwe, 2014). Pada area gigi posterior,
kontur puncak tulang interproksimal pararel terhadap garis imajiner yang ditarik antara CEJ masing-
masing gigi. Puncak alveolar memiliki bentuk horizontal saat CEJ antara gigi dengan gigi sebelahnya
sama tingginya, sedangkan puncak alveolar akan memiliki bentuk vertikal saat salah satu gigi
sebelahnya tumbuh miring atau erupsi pada tinggi yang berbeda.

B. Klasifikasi Penyakit Gingiva dan Periodontal

Klasifikasi penyakit periodontal berdasarkan International Workshop for a Classification of


Periodontal Disease and Conditions ( 1999 )
I. Penyakit Gingiva
A. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh dental plaque
1 Gingivitis yang hanya berhubungan dengan dental plaque saja
a. Tanpa adanya kontribusi faktor lokal lainnya

b. Disertai dengan kontribusi faktor local

2. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh faktor sistemik


a. Berhubungan dengan sistem endokrin
1). Gingivitis yang berhubungan dengan masa pubertas
2). Gingivitis yang berhubungan dengan siklus menstruasi
3). Berhubungan dengan keadaan hamil
a). gingivitis

b). pyogenic granuloma

4). Gingivitis yang berhubungan dengan diabetes mellitus


b. Berhubungan dengan penyakit darah
1). Gingivitis yang berhubungan dengan leukemia

2). Penyakit gingiva lainnya

3. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh obat


a. penyakit gingiva yang dipengaruhi oleh obat
1). Pembesaran gingiva karena pengaruh obat

2). Gingivitis oleh karena pengaruh obat

a). gingivitis yang berhubungan dengan kontrasepsi oral

b). penyakit gingiva lainnya


4. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh malnutrisi
a. gingivitis karena defisiensi asam askorbat

b. penyakit gingiva lainnya

B. Lesi gingiva yang bukan disebabkan oleh plak


1. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh bakteri spesifik
a. Lesi yang berhubungan dengan Neisseria gonorrhea

b. Lesi yang berhubungan dengan Treponema pallidum

c. Lesi yang berhubungan dengan spesies Streptococcus

d. Lesi lainnya

2. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh virus


a. infeksi virus herpes
1). primary herpetic gingivostomatitis
2). recurrent oral herpes
3). infeksi varicella-zoster
b. infeksi lainnya
3. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh jamur
a. infeksi spesies candida

1). generalized gingival candidosis


b. linear gingival erythema

c. histoplasmosis

d. penyakit lainnya

4. Lesi gingiva yang disebabkan oleh genetik


a. hereditary gingival fibromatosis

b. penyakit lainnya
5. Manifestasi gingiva karena keadaan sistemik
a. penyakit mukokutaneus
1). lichen planus

2). pemphigoid

3). pemphigus vulgaris

4). erythema multiforme

5). lupus erythematosus

6). penyakit yang disebabkan oleh obat

7). penyakit lainnya


b. reaksi alergi
1) bahan restorasi gigi
a). mercury

b). nickel

c). acrylic
d). bahan lainnya

2) reaksi yang diakibatkan oleh


a). pasta gigi

b). obat kumur

c). bahan aditif penmen karet

d). makanan dan bahan aditif


3) penyakit lainnya
6. Lesi traumatik (tidak wajar, iatrogenic, kecelakaan)
a. trauma kemikal

b. trauma fisikal

c. trauma termal

7. Reaksi tubuh terhadap benda asing

8. Penyakit gingiva lainnya yang tidak spesifik

II. Periodontitis Kronik


A. Localized

B. Generalized

III. Periodontitis Aggresif


A. Localized

B. Generalized

IV. Periodontitis Sebagai Manifestasi Penyakit Sistemik


A. Berhubungan dengan kelainan hematologic
1. Acquired neutropenia

2. Leukemia

3. Penyakit lainnya

B. Berhubungan dengan kelainan genetik


1. Familial and cyclic neutropenia
2. Down syndrome

3. Leukocyte adhesion deficiency syndromes

4. Papillon-Lefevre syndrome

5. Chediak-Higashi syndrome
6. Histiocytosis syndrome

7. Glycogen storage disease

8. Infatile genetic agranulocytosis

9. Cohen syndrome
10. Ehlers-Danlos syndrome ( types IV, VIII )
11.Hypophosphatasia
12.Penyakit lainnya

V. Necrotizing Periodontal Disease


A. Necrotizing ulcerative gingivitis (NUG)
B. Necrotizing ulcerative periodontitis ( NUP )

VI. Abses Periodontal


A. Abses gingival
B. Abses periodontal
C. Abses perikoronal

VII. Periodontitis Yang Berhubungan Dengan Lesi Endodontik


A. Lesi gabungan periodontik-endodontik

VIII. Developmental or Acquired Deformities and Conditions


A. Penyakit gingiva / periodontitis karena plak yang dimodifikasi atau diperparah oleh
faktor keadaan lokal gigi
1. Faktor anatomi gigi

2. Restorasi / alai gigi

3. Fraktur akar

4. Resorbsi akar bagian servikal dan cemental tears


B. Deformitas mukogingival dan keadaan di sekeliling gigi
1. Resesi gingiva jaringan lunak
2. Kurangnya keratinisasi gingiva
3. Berkurangnya kedalaman vestibular
4. Letak frenulum / otot yang salah
5. Gingival excess
a. Pseudopocket
b.Inconsistent gingival margin
c.Excessive gingival display
d.Gingival enlargement ( pembesaran gingival )
6. Warna yang abnormal
C. Deformitas mukogingival dan keadaan ridge edentulous
1. Rendahnya ridge dalam arch vertikal dan / atau horizontal
2. Kurangnya gingiva / jaringan yang berkeratinisasi
3. Pembesaran gingiva / jaringan lunak
4. Letak frenulum / otot yang salah
5. Berkurangnya kedalaman vestibular
6. Warna yang abnormal
D. Trauma oklusal
1. Primary trauma occlusal

2. Secondary trauma occlusal

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Pemeriksaan Klinis dan


Penunjang Penyaki Gingiva dan Periodontal

Indeks gingiva (GI)


Keparahan kondisi ini dinyatakan dalam skala 0 sampai 3
0 = gingiva normal
1 = inflamasi ringan, sedikit perubahan warna, sedikit oedema, tidak ada perdarahan
waktu penyondean.
2 = inflamasi sedang, kemerahan, oedema, dan mengkilat, perdarahan waktu
penyondean
3 = inflamasi parah , kemerahan yang nyatadan oedema, ulserasi, kecenderungan
perdarahan spontan.
Unit gingiva mesial , bukal, distal, dan lingual diberi skore secara terpisah. Indeks ini
terutama sangat sensitif pada gingivitis dini.

Indeks-indeks kerusakan periodontal


• Indeks periodontal (Russell, 1956)
Semua gigi diperiksa, skore yang digunakan pada indeks ini adalah sebagai berikut:
0= negatif. Tidak ada inflamasi dan jaringan pendukung maupun gangguan fungsi
karena kerusakan jaringan pendukung
1= gingivitis ringan. Terlihar daerah inflamasi ringan pada tepi bebas gingiva, tetapi
daerah ini tidah sampai mengelilingi gigi.
2 = Gingivitis. Inflamasi mengelilingi gigi, tetapi tidak terlihat kerusakan atau dalam
perlekatan gigi nya.
6 = gingivitis dengan pembentukan poket. Perlekatan epitelial rusak dan terlihat adanya
poket, tidak ada gangguan mastikasi, gigi melekat kuat dalam soketnya dan tidak
bergeser
8 = kerusakan tahap lanjut dengan hilangnya fungsi mastikasi. Gigi depan goyang
kadang bergeser. Nyeri pada perkusi dengan alat logam dan dapat terdepresi kedalam
soketnya.
Peraturan, jika meragukan berikan skore terendah

• Indeks Penyakit Periodontal (PDI) (Ramfjord, 1959)


Indek penyakit periodontla yang di perkenalkan oleh Ramfjord adalah merupakan
perluasan dari indeks Russell. Indeks Ramfjord di didisain terutama untuk menentukan
luas kedalaman poket di bawah tautan semento enamel.
Skornya adalah sebagai berikut
0 = sehat
1 = perubahan inflamasi ringan sampai sedang yang belum meluas ke sekitar jaringna
gigi,
2 = perubahan inflamasi ringan sampai sedang yang sudah terbuka meluas ke jaringan
gigi
3 = gingivitis yang parah , ditandai dengan kemerahan yang nyata kecunderungan
perdarahan yang ulserasi.
4 = Perluasan poket sedalam 3mm apikal dari daerah pertautan enamel sementum
5 = perluasan sedalam 3-6 mm
6 = perluasan seadalam 6 mm

Tanda lain dari PDI adalah bahwa hanya enam gigi geligi yaitu 6/14 atas, 41/6 bawah
yang digunakan dalam pemeriksaan dan pengukuran. Data dari gigi geligi ini digunakan
mewakili gigi geligi lain secara keseluruhan dan skore rata-ratanya adalah skore dari
pasien.

• Indeks kebutuhan perawatan periodontal komunitas (CPITN)


Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang adekuat bagi komuniatas tertentu,
seringkali perlu di tentukan kebutuhan perawatan. CPITN (Ainamo dkk, 1983) terbukti
merupakan sistem yang paling sering digunakan untuk tujuan ini dan menggunakan
metode berikut ini :
• Sistem pemberian skor adalah
Kedo 0 tidak ada poket atau perdarahan gingiva saat penyondean
Kode 1 pendarahan gingiva pada saat penyondean
Kode 2 kalkulus supra dan sub gingiva
Kode 3 poket sedalam 3,5-5,5 mm
Kode 4 poket >6mm
Disini menggunakan sonde berujung bulat yang khusu dengan diameter sebesar
0,5 mmdengan panjang 3,5- 5,5 mm dan berwarna hitam.
• Gigi geligi di bagi menjadi 6 segmen ( 4 gigi posterior dan 2 gigi anterior) dimana
di setiap segmen terdapat satu atau beberapa gigi yang tidak perlu di cabut.
• Bila digunakan untuk tujuan epidemiologi, biasanya dilakukan pemeriksaan
terhadap 10 gigi tertentu. Bila digunakan untuk perawatan 6 gigi indeks di periksa
pada anak-anak dan remaja sedangkan pada individu dewasa semua gigi diperiksa
(20thn)
• Rencana perawatan dittentukan dengan landasan pada
Kode 0 tidak memerlukan perawatan
Kode 1 memerlukan perbaikan perawatan gigi di rumah
Kode 2 dan 3 memerlukan scaling dan perbaikan perawatan gigi di rumah
Kode 4 memerlukan perawatan yang lebih rumit, misalnya scaling, perbaikan
perawatan gigi dirumah dan operasi (Manson, 2012)

Menurut Caranza edisi 9, ada beberapa macam indeks dalam diagnosis penyakit periodontal,
antara lain: (Caranza, 2002)
• Kriteria untuk indeks gingiva (Loe H. 1967)
0 = gingiva normal
1 = inflamasi ringan; sedikit ada perubahan warna dan sedikit edema. tidak berdarah ketika
di prob.
2 = inflamasi sedang; tampak kemerahan, edema, dan glazing. Berdarah ketika di prob.
3 = inflamasi yang parah; kemerhaan yang jelas, dan edema. Ulserasi. Cenderung berdarah
spontan.

• Kriteria untuk indeks gingiva termodifikasi (Lobene RR. 1986)


0 = tidak ada inflamasi
1 = inflamasi ringan; sedikit ada perubahan warna, sedikit perubahan tekstur tapi tidak
seluruh marginal atau papilari gingiva.
2 = inflamasi ringan; sedikit ada perubahan warna, sedikit perubahan tekstur pada seluruh
marginal atau papilari gingiva.
3 = inflamasi sedang; tampak kemerahan, edema, glazing dan atau hipertropi dari marginal
atau papilari gingiva
4 = inflamasi yang parah; kemerhaan yang jelas, edema, glazing dan atau hipertropi dari
marginal atau papilari gingiva. Ulserasi. Cenderung berdarah spontan.

• Kriteria untuk indeks periodontal (Russel, 1954)


0 = negatif. Tidak ada inflamasi dan jaringan pendukung maupun gangguan fungsi karena
kerusakan jaringan pendukung
1 = gingivitis ringan. Terlihar daerah inflamasi ringan pada tepi bebas gingiva, tetapi daerah
ini tidah sampai mengelilingi gigi.
2 = Gingivitis. Inflamasi mengelilingi gigi, tetapi tidak terlihat kerusakan atau dalam
perlekatan gigi nya.
6 = gingivitis dengan pembentukan poket. Perlekatan epitelial rusak dan terlihat adanya
poket, tidak ada gangguan mastikasi, gigi melekat kuat dalam soketnya dan tidak bergeser
8 = kerusakan tahap lanjut dengan hilangnya fungsi mastikasi. Gigi depan goyang kadang
bergeser. Nyeri pada perkusi dengan alat logam dan dapat terdepresi kedalam soketnya.

• Kriteria untuk indek penyakit periodontal (Ramfjord. 1959)


G0 = tidak ada inflamasi
G1 = inflamasi gingiva ringan sampai sedang, tidak memperluas seluruh sekitar gigi
G2 = inflamasi gingiva sedang sampai parah, memperluas di seluruh sekitar gigi

Anda mungkin juga menyukai