Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BAHAN ADHESIF KEDOKTERAN GIGI

DOSEN PEMBIMBING :

DISUSUN OLEH :
SGD 3
1. Jauza Hasna Roudhotuljannah (J2A020004)
2. Viona Sekar Melati (J2A020005)
3. Putri Wahyu Kartika (J2A020013)
4. Tasya Fattikha Nizar (J2A020014)
5. Mufid Pratama (J2A020015)
6. Ita Febriani (J2A020030)
7. Azhara Wardah (J2A020031)
8. Fajrin Najma Azizy (J2A020038)
9. Idam Bagus Maulana (J2A020039)
10. Tarissa Luthfia U.F (J2A020040)
11. Berlian Febbyana (J2A020043)
12. Siti Nisa Amalia (J2A020044)

2020/2021
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia Nya
yang telah diberikan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan hasil Makalah tentang
bahan adhesif kedokteran gigi sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Dalam menyusun makalah, penulis menyadari sepenuhnya banyak terdapat kekurangan di


dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang
penulis miliki. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan dengan baik.

Akhir kata, segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis semoga mendapatkan balasan
dari Allah SWT, serta makalah tentang bahan adhesif kedokteran gigi ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Semarang, 15 Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................................iii

DAFTAR ISI................................................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................................2

BAB II. DASAR TEORI

2.1 Dasar Teori.................................................................................................................3

BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Definisi dan Syarat Dental Adhesive..........................................................................4

3.2 Klasifikasi Dental Adhesive........................................................................................5

3.3 Indikasi Pemakaian Dental Adhesive............................................................................6

3.4 Kelebihan Dental Adhesive........................................................................................7

3.5 Perkembangan Bahan Adhesive.................................................................................9

BAB IV. KESIMPULAN

4.1Kesimpulan.................................................................................................................7

4.2 Saran……..................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan adhesif merupakan salah satu faktor penting dalam restorasi resin komposit.
Resin komposit berikatan dengan jaringan gigi melalui bahan adhesif. Jaringan email dan
dentin memiliki struktur yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap perkembangan bahan
adhesif. Pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan bahan adhesif dan prinsip
ikatannya terhadap struktur gigi sangat diperlukan agar restorasi resin komposit dapat
bertahan lama.
Pemakaian bahan adhesif di bidang kedokteran gigi dimulai pada tahun 1955 oleh
Buonocore yang melaporkan penggunaan asam fosfor 85% untuk meningkatkan retensi resin
akrilik pada enamel. Pada dasarnya prinsip adhesi resin komposit adalah keterpautan secara
mikromekanik (mechanical interlocking), yaitu dari resin tags yang dihasilkan oleh infiltrasi
monomer resin pada mikroporositas dari permukaan email yang telah dietsa. Selanjutnya
sistem adhesif dikembangkan lebih jauh yaitu ke dentin yang didalamnya terdapat serat serat
kolagen. Perbedaan struktur pada email dan dentin berpengaruh terhadap efektivitas sistem
adhesif. Keberhasilan adhesi pada enamel dengan nilai kuat rekat yang tinggi tidak dapat
dicapai setara pada dentin. Dentin memiliki kandungan air dan organik lebih tinggi
dibandingkan email, hal inilah yang membuat dentin lebih sulit berikatan dengan sistem
adhesif dibandingkan enamel. Berdasarkan prosentase berat, enamel mempunyai komposisi
mineral yaitu 96% berupa hidroksi apatit dan sisanya adalah bahan organik dan air. Dentin
mempunyai komposisi 70% mineral (kristal apatit), 18% berupa komponen organik yaitu
kolagen tipe 1 dan protein non kolagen sedangkan 12% merupakan air. Komposisi ini
menyebabkan email mempunyai sifat umum yang kering, sedangkan dentin bersifat lembab,
sehingga material adhesif harus bersifat hidrofilik untuk dapat berikatan baik dengan dentin.
Resin komposit mempunyai sifat menonjol yaitu hidrofobik, sehingga komposisi sistem
adhesif harus terdiri dari monomer resin hidrofobik dengan hidrofilik.
Perkembangan sistem adhesif mengarah pada tindakan pengangkatan smear layer saat
mengetsa dentin dan kemudian dilakukan pembilasan, sistem ini disebut sebagai sistem
adhesif total etch. Kemudian berkembang lagi dengan cara mempertahankan atau
memodifikasi smear layer dan tanpa pembilasan, sistem ini disebut sebagai sistem adhesif
self etch. Sistem adhesif self etch pada generasi keenam disebut juga sistem adhesif two step
self etch (2 tahap), selanjutnya tahapan aplikasi lebih disederhanakan menjadi sistem 1 tahap
(satu botol) yang disebut sebagai one step self etch, namun tetap menggunakan kombinasi
monomer resin hidrofobik dan hidrofilik dan nilai kekuatan ikatan pada dentin dalam kisaran
yang dapat diterima secara klinis. Sistem adhesif self etch makin diminati karena lebih
banyak memberikan keuntungan dibandingkan total etch yaitu dapat mengurangi sensitifitas
gigi paska operatif, jumlah aplikasi yang lebih sederhana dan waktu yang lebih singkat.
Sistem adhesif one step self etch merupakan penemuan terakhir teknik aplikasi sistem adhesif
pada penumpatan gigi menggunakan resin komposit. Sistem ini menggabungkan teknik etsa,
pemberian monomer hidrofilik atau primer dan adhesif pada struktur gigi dalam 1 tahap
prosedur aplikasi sehingga tahapannya makin singkat. Adanya penggabungan komponen

1
komponen adhesif apakah akan mempengaruhi kekuatan ikatan resin komposit pada dentin.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kekuatan ikatan (kuat rekat) resin komposit
yang menggunakan sistem adhesif self etch 1 tahap (one step) dan 2 tahap (two step).
Bahan restorasi yang memiliki nilai estetis yang tinggi merupakan keinginan
masyarakat saat ini. Penggunaan resin komposit sebagai bahan restorasi di bidang kedokteran
gigi semakin meningkat. Bahan restorasi ini menjadi pilihan karena memiliki warna yang
hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan yang baik karena dapat berikatan dengan
gigi secara mikro mekanis (Putriyanti et al., 2012). Keunggulan lainnya adalah dalam
penggunaan resin komposit, preparasi kavitas tidak mengurangi banyak jaringan gigi yang
sehat. Sehingga resin komposit banyak digunakan dalam berbagai perawatan, salah satunya
untuk merestorasi gigi permanen.
1.2 Rumusan Masalah
1. Definisi dental adhesif
2. Syarat dental adhesif
3. Klasifikasi dental adhesif
4. Indikasi pemakaian dental adhesif
5. Kelebihan dental adhesif
6. Kekurangan dental adhesive
7. Perkembangan bahan adhesif

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dental adhesif
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan syarat dental adhesif
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi dental adhesif
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikasi pemakaian dental adhesif
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kelebihan dental adhesif
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kekurangan dental adhesif
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perkembangan bahan adhesif

8.

2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Dasar Teori
Resin komposit memiliki sistem mikromekanis yang baik pada permukaan email,
kristal prisma email memungkinkan adhesi ini berhasil dengan baik, kuat dan dapat
diandalkan karena sifat dari resin komposit tersebut yang hidrofobik, sedangkan pada dentin
resin komposit memiliki masalah pada perlekatan karena dentin yang bersifat hidrofilik
sedangkan resin metakrilat bersifat hidrofobik (Banerjee dan Watson, 2012). Perlekatan
komposit yang baik terhadap dentin dibutuhkan sistem yanghidrofobik dan hidrofilik, sistem
ini disebut sebagai sistem adhesif (Puspitasari, 2014). Pada saat ini sistem adhesif telah
berkembang menjadi dua sistem yaitu sistem adhesif total etch dan sistem adhesif self
erch(Dey dkk., 2016). Pada awalnya perkembangan sistem adesif mengarah pada tindakan
pengangkatan smear layer saat melakukan etsa dentin dan kemudian dilakukan pembilasan,
sistem ini disebut sebagai sistem adhesif total etch (Puspitasari, 2014).

Smear layer merupakan suatu lapisan tipis yang tebalnya 1 sampai 2 ym terbentuk
karena terpotongnya lapisan email dan dentin yang dipreparasi dengan bur, ketebalan dan
struktur bervariasi sesuai dengan jenis instrumen dan teknik yang digunakan untuk preparasi
kavitas (Suyama dkk., 2013). Smear layer pada permukaan restorasi dapat menyebabkan
menurunnya daya rekat antara adhesif dengan struktur gigi (McCabe dan Walls, 2011).

Resin komposit semakin populer karena memiliki estetis yang baik. Tumpatan resin komposit
tidak dapat berikatan secara alami dengan struktur gigi, ikatan ini diperoleh dengan kekuatan
mikromekanik dengan menggunakan sistem adhesif atau bonding sistem (Puspitasari, 2014).
Sistem mekanik yang baik bergantung pada ikatan monomer resin dengan gigi atau hibridasi,
yang saat ini dianggap sebagai mekanisme dasar untuk retensi dari resin berdasarkan
gabungan dari restorasi (Dey dkk., 2016).

3
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi dan Syarat Dental Adhesive


Adhesif berasal dari bahasa latin adhaerere yang merupakangabungan dari kata, “ad” atau
“to” dan “adhaerere” atau “to stick”. Menurut terminologi, adhesi atau bonding adalah
perlekatan antara satu subtansi dengan yang lain. Adhesif atau adheren atau disebut juga
dengan agen bonding atau sistem adhesif, diartikan sebagai material yang ketika
diaplikasikan kepermukaan bahan dapat mengikat satu sama lain.

Adhesi merupakan proses pembentukan dari penggabungan bahan, yang terdiri dari 2 substrat
secara bersama. Adhesi dapat digolongkan sebagai adhesi fisik, adhesi kimiawi dan adhesi
mekanik, dan perlekatan resin ke struktur gigi adalah hasil dari empat mekanisme yakni
mekanisme mekanik, mekanisme difusi, mekanisme absorpsi dan kombinasi dari ketiga
mekanisme tersebut.
Adhesi mekanik berupa masuknya resin ke dalam pori pori email atau tubuli dentin dan
membentuk resin tag. Difusi yaitu monomer resin akan berikatan secara mekanis atau kimia
dengan substansi presipitasi pada permukaan gigi. Adhesi absorbs berupa ikatan kimia pada
komponen anorganik atau organic struktur gigi.
Sistem adhesif membentuk ikatan yang adekuat, tahan lama terhadap pemakaian dan
penyerapan air, stabilisasi warna baik, mempunyai kontak yang rapat antara adhesive dan
substrat (enamel dan dentin) dan tidak menimbulkan toksik.
Persyaratan dental adhesive :
1. memberikan kekuatan tinggi terhadap email dan dentin
2. memberikan ikatan yang dapat bertahan lama
3. mencegah kolonisasi bakteri
4. penggunaan aman dan sederhana

Penyatuan yang baik antara bahan adhesive dengan adheren siperlukan lima keadaan yaitu :

a. Adheren dengan energy permukaan yang tinggi


b. Pembasahan yang baik dari bahan adhesive membentuk sudut kontak yang kecil
adheren

4
c. Adaptasi yang sangat baik antara adhesive dan adheren tanpa adanya udara atau bahan
lain terjebak
d. Terbentuk ikatan fisik, mekanik, dan kimia antara adhesive dengan adheren
e. Penyinaran yang memadai pada bahan adhesive dan komposit sehingga diperoleh
polimerisasi optimal dan ikatan yang maksimal.

3.2 Klasifikasi dental adhesive


Klasifikasi dental adhfesif dibagi menjadi dua bagian besar yakni yakni total etch dan self
etch.

a. Total-etch (Adhesif Etch-and-Rinse)


Total etch terbagi menjadi dua yakni total etch three step dan total etch two step. Total
etch three step terdiri dari tiga tahap aplikasi yakni aplikasi conditioner atau etsa
asam,primer atau promoting agent dan tahap bonding, sistem adhesif ini merupakan
generasi ke 4 dalam sistem bonding.
Kemudian untuk menyederhanakan langkah prosedur klinis sistem adhesif
diperkenalkanlah total etch two step terdiri dari penggabungan primers dan resin adhesif
kedalam satu larutanyang diaplikasikan setelah mengetsa enamel dan dentin, sehingga
terdiri dari dua tahap aplikasi yakni tahap etching dan rinsing. Sistem ini termasuk dalam
generasi ke 5 sistem bonding dan paling efektif, efesien serta memiliki perlekatan yang
stabil terhadap enamel.
Sistem bonding ini menghasilkan mechanical interlocking dengan dentin yang dietsa
melalui resin tag, ikatan adhesif lateral dan formasi hybrid layer sehingga menunjukkan
nilai kekuatan bonding yang cukup tinggi baik dengan enamel maupun dentin (Gambar).
Keberhasilan sistem bonding ini dapat dicapai namun sensitivitas setelah perawatan,
waktu aplikasi bahan dan sulitnya mendapatkan permukaan dentin dengan kelembaban
yang ideal menjadi permasalahan.

5
b. Adhesive Self-etch
Sistem ini semakin berkembang dimulai dengan sistem self-etch yang terdiri dari dua
tahap aplikasi hingga satu tahap aplikasi. Self-etch two step termasuk dalam generasi ke
6, sistem ini terdiri dari tahap aplikasi resin self etch, kemudian dilanjutkan dengan tahap
aplikasi resin adhesif. Pada sistem adhesif ini resiko kolapsnya kolagen dapat
diminimalisasi, namun larutan harus diperbaharui secara terus menerus karena formulasi
liguidnya tidak dapat dikendalikan.

Sedangkan self etch one step yang merupakan generasi ke 7 dikombinasikan dalam satu
kemasan sehingga terdiri dari satu tahap aplikasi saja dan hal ini berkaitan erat dengan
pengurangan prosedur restorasi yang menjadi lebih singkat Bahan adhesif self etch dapat
diaplikasikan secara langsung pada permukaan dentin yang sudah dipreparasi, Bahan ini
mengandung monomer asam yang digabungkan dengan monomer hidrofilik sehingga etsa
dan primer bekerja secara simultan. Bahan primer yang terkandung didalam bahan
adhesif dapat berpenetrasi langsung kedalam tubuli dentin bersamaan dengan asam dan
resin bonding (Gambar). Unsur unsur yang terkandung didalam bahan primer
berpolimerisasi di dalam tubuli dentin dan bergabung dengan debris di dalam saluran akar
(smear plug) sehingga dapat mengurangi atau bahkan mencegah sensitivitas setelah
perawatan. Hal ini juga akan menghasilkan nilai kekuatan rekat komposit resin yang
tinggi pada dentin.

3.3 Indikasi Pemakaian Dental Adhesive

a. Perlekatan pada enamel


Resin komposit berikatan dengan jaringan gigi melalui bahan adhesif. Secara umum,
perbaikan struktur gigi dengan restorasi resin terdiri atas 3 tahap, yaitu: etsa asam,
priming dan bonding, meskipun saat ini tersedia pula self-adhesive resins. Asam fosfat
(pH = 1) merupakan etsa yang paling banyak digunakan. Etsa asam berfungsi membuat
permukaan yang tidak rata di email dan meningkatkan energi bebas permukaan. Ketika
bahan adhesif yang mengandung resin diaplikasikan, resin berpenetrasi melalui aksi
kapiler. Monomer resin berpolimerisasi dan berikatan dengan permukaan email.
Mekanisme utama adhesi resin-email melalui pembentukan resin microtags di permukaan

6
email. Buonocore memperkenalkan asam fosfat pertama kali dengan konsentrasi 85% dan
dalam perkembangannya berbagai konsentrasi telah diujicobakan. Konsentrasi gel asam
fosfat yang digunakan berkisar antara 34-37%. Konsentrasi 37% yang umum digunakan.
Derajat keasaman asam fosfat tersebut di bawah 1.

Mekanisme dasar dari perlekatan resin enamel adalah pembentukan resin tag didalam
permukaan enamel. Email yang telah teretsa memiliki energi permukaan yang tinggi dan
memungkinkan resin dengan mudah membasahi permukaan serta menembus sampai
kedalam mikroporus, kegunaan etsa asam adalah untuk menghilangkan smear layers dan
terutama untuk melarutkan kristal hidroksiapatit pada permukaan luar di antara
permukaan lainnya.etsa asam mengubah permukaan enamel yang halus menjadi sebuah
permukaan yang tidak beraturan dan meningkatkan energi permukaan. Resin yang masuk
ke dalam mikroporus akan terpolimerisasi untuk membentuk ikatan mekanik atau resin
tag yang menembus 10-21 µm ke dalam porus.
Resin tags yang terbentuk di sekitar enamel rods, yaitu diantara prismaprisma enamel
disebut dengan macrotags dan jaringan halus dari beberapa small tags yang terbentuk
ditiap-tiap ujung rod di tempat larutnya kristal hidroksiapatit disebut dengan microtags.
Pembentukan microtag dan macrotag dengan permukaan enamel merupakan mekanisme
dasar dari perlekatan resin dan enamel, karena smear layer labil terhadap asam.

b. Perlekatan pada dentin


Perlekatan bahan adhesif ke dentin tidak terlepas dari keadaan struktur dentin itu sendiri.
Tidak seperti yang komposisinya lebih banyak mengandung mineral anorganik (kristal
hidroksiapatit). Dentin merupakan jaringan hidup, dentin bersifat heterogen dan memiliki
kandungan anorganik (hidroksiapatit) 50% volume, bahan organik (khususnya kolagen
tipe 1) 30% volume dan cairan 20% volume. Kandungan air yang tinggi membuat
persyaratan lebih ketat untuk bahan yang dapat secara efektif menjembatani antara dentin
dan bahan restorasi. Perlekatan pada dentin menjadi sulit dengan keberadaan smear layer.
Smear layer merupakan lapisan debris organik yang terdapat pada permukaan dentin
akibat preparasi. Smear layer menghalangi tubulus dentin dan berperan sebagai barier,
sehingga menurunkan permeabilitas dentin dan sangat membantu bahan bonding yang
bersifat hidrofobik dan menutupi tubulus dentin. Smear layer melalui pengetsaan akan
dihilangkan, sehingga menyebabkan tubulus dentin terbuka. Pengetsaan terhadap
intertubular dan peritubular dentin mengakibatkan penctrasi dan perlekatan bagi bahan
bonding sehingga membentuk hybrid layer. Hybrid layer merupakan perlekatan resin
adhesif yang terpolimerisasi dengan fibril kolagen (pada sistem total etch) dan sisa kristal
hidroksiapatit (pada sistem self-etch) menghasilkan struktur interfasial.

3.4 Kelebihan dan Kekurangan Dental Adhesive


Saat ini, terdapat dua metode dalam sistem adhesi kedokteran gigi yaitu total etch yang terdiri
dari kompleksitas komponen dan prosedur aplikasi bonding, serta self etch yang
menggunakan teknik aplikasi lebih sederhana (Mandava dkk., 2009).

7
Bonding total etch memiliki berbagai keunggulan dan kekurangan. Keunggulan bahan ini
antara lain :

- Memiliki pelekatan ke dentin yang kuat mencapai 25 MPa (Roberson dkk., 2006)
Hal itu disebabkan penggunaan etsa asam fosfat 37% pada email dan dentin (Kugel dan
Ferrari, 2000) dengan pH 0.1-0.6 (Jaya dan Eriwati, 2011). Proses etsa akan
menghilangkan sebagian atau seluruh smear layer, meningkatkan pembasahan pada
dentin, demineralisasi interbibular dan peritubular dentin, dan membuka tubulus
dentinalis. Hasilnya penetrasi bahan bonding menjadi dalam, baik, dan dapat
menghasilkan retensi mikromekanik berupa mechanical interlocking yang lebih besar
(Sakaguchi dan Power, 2006).

Kekurangan bonding total-etch yaitu :

- Prosedur penggunaannya yang sulit dan waktu aplikasi yang lama Penyemprotan saat
pengeringan harus mengkondisikan keadaan moist (Chandki dan Kala, 2011). Jika
kondisi pengeringan yang berlebihan, maka menyebabkan jalinan kolagen kolaps,
sehingga bahan bonding tidak dapat penetrasi dengan baik serta membuat ikatan 4 dentin
dan resin komposit lemah (Nair, 2014). Kegagalan bonding ini menyebabkan nyeri
setelah restorasi, adanya kebocoran tepi restorasi, dan kegagalan restorasi
(Leinfelder,2001).
- Teknik yang sensitive Teknik yang sensitive yang dimaksud adalah dimana diharuskan
keadaan yang tidak terlalu kering ataupun tidak teralu basah, sensitivitas post operetive
yang lebih tinggi dan adanya resiko nanoleakge (Meena dan Jain, 2011)
- Penghilangan smear layer Karena dihilangkannya smear layer sehingga permukaan
intertubuler dentin mengalami demineralisasi yang mengakibatkan sabut kolagen terbuka.
Asam fosfat tersebut melarutkan smear layer pada permukaan tubulus dentin.
Pembuangan smear layer akan dapat mengakibatkan terjadi kolapsnya colagen layer yang
akan membuat rapuhnya ikatan perlekatan bahan bonding terhadap dentin sehingga
menimbulkan sensitivitas setelah perawatan yang disebabkan tubulus dentin tidak tertutup
oleh resin bonding dengan sempurna.(Apsara, Anindita dkk. 2009)

Sistem adhesif self etch diperkenalkan untuk mengurangi sensitivitas saat perawatan dengan
menyederhanakan langkah bonding yaitu dengan menggabungkan bahan etsa, primer dan
bonding menjadi satu botol. Dewasa ini, sistem adhesif self-etch telah menjadi pilihan bagi
para dokter gigi. Hal ini dikarenakan sistem adhesif self-etch memiliki beberapa kelebihan
antara lain:
- Relatif mudah dalam penggunaannya, dapat mengurangi sensitivitas post operative
dibandingkan dengan sistem adhesif total etch karena sistem adhesif self etch
menggunakan bahan etsa dengan konsentrasi rendah (Jaya dan Eriwati, 2011)
- Sistem adhesif self etch dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa sistem ini
mempunyai kekuatan antara 20 28 Mpa (Chandki dan Kala, 2011)
- Aplikasi bahan pada sistem self etch dilakukan tanpa pembilasan karena kandungan etsa
berupa asam dengan pH 2,5 4,5 yang telah dikombinasi dengan primer, dengan demikian

8
bahan primer dapat berpenetrasi dan memodifikasi smear layer serta dapat berikatan
dengan kolagen pada dentin membentuk hibrid layer, sehingga dapat mencegah
kolapsnya kolagen pada dentin (Jaya dan Eriwati, 2011)
- Kekuatan perlekatan sistem self etch pada dentin dihasilkan oleh ikatan yang terjadi
akibat penetrasi bahan adesif ke dalam colagen layer dan enkapsulasi cristal
hidroxyapatite pada dasar area yang mengalami dekalsifikasi, menghasilkan suatu resin
reinforced interdiffusion zone yang disebut hybrid layer. Banyak peneliti yang
menyebutkan bahwa hybrid layer merupakan faktor penting untuk mencapai kekuatan
perlekatan yang cukup baik antara resin dan dentin.(Apsara, Anindita dkk. 2009)

Disisi lain, sistem adhesif self-etch memiliki kelemahan yaitu :


- Kebocoran tepi dan lemahnya kekuatan rekat resin komposit terhadap permukaan gigi
terutama pada permukaan dentin (Sundari dan Triaminingsih, 2008). Lemahnya
perlekatan pada permukaan dentin disebabkan karena primer adhesive self etch tidak
dapat menembus smear layer yang tebal (Neri dkk., 2011)
- Secara teori, sistem selfetch tidak menghasilkan celah antara kedalaman demineralisasi
dengan kedalaman infiltrasi resin bonding karena tanpa proses pencucian. Hal ini
meminimalkan terjadinya kebocoran tepi tumpatan resin komposit hybrid. Namun pada
kenyataannya, hal tersebut dapat terganggu karena adanya sisa air yang terjebak diantara
dentin dan bahan resin bonding yang telah berpolimerisasi sehingga terdapat kebocoran
tepi tumpatan komposit hybrid. (Apsara, Anindita dkk. 2009)

3.5 Perkembangan Bahan Adhesive


Bahan adhesif yang berkembang saat ini, bila ditinjau dari mekanisme perlekatan dan struktur
yang dilekatinya dapat dikategorikan dalam beberapa generasi.
a. Generasi pertama sistem bonding dentin dikembangkan di akhir tahun 1950 dan awal
tahun 1960, tersusun atas surface-active co-monomer NPG GMA (N-phenylglycine
glycidyl methacrylate). 6 Komonomer ini dapat berikatan dengan kalsium di permukaan
gigi, membentuk ikatan kimia yang tahan air. Kekuatan ikat material ini dengan dentin
hanya berkisar 2-3 MPa. Secara in vitro, hasilnya tidak memuaskan terutama saat
merestorasi lesi servikal non karies.
b. Generasi kedua adhesif dentin adalah material fosfat-ester (phenyl P dan hydroxyethyl
methacrylate [HEMA] dalam etanol). Produk generasi ini diperkenalkan pertama kali di
Jepang dengan nama Clearfil Bond System FC pada tahun 1978. Mekanisme perlekatan
ini mengandalkan reaksi antara gugus fosfat yang bermuatan negatif dengan ion kalsium
yang bermuatan positif di smear layer. Kekuatan ikat generasi ini hanya berkisar 1-5
MPa, masih jauh dari nilai klinis yang diharapkan, yaitu: 10 MPa. Generasi ini tidak
membasahi dentin dengan baik, tidak berpenetrasi di smear layer secara menyeluruh
sehingga tidak mencapai permukaan dentin guna membentuk ikatan ion ataupun resin
tags di tubulus dentin. Pengujian in vitro selama 6 bulan mengecewakan.
c. Generasi Ketiga Prinsip generasi ketiga adhesif dentin adalah tidak menghilangkan

9
seluruh smear layer tetapi memodifikasinya sehingga monomer asam (phenyl P atau
PENTA) dapat berpenetrasi. Hasil uji laboratoris memuaskan, namun hasil uji klinis tidak
memuaskan. Ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA) dalam generasi ini digunakan
dalam perkembangannya, untuk menghilangkan smear layer. Adapun kendala
penggunaannya adalah EDTA dapat menghilangkan zat anorganik, namun tidak dapat
menghilangkan zat organik di smear layer.
d. Generasi Keempat Smear layer tidak hanya berfungsi sebagai ”diffusion barrier” untuk
mengurangi permeabilitas dentin, namun juga berfungsi sebagai penghalang bagi
penetrasi bahan adhesif di dentin. Generasi keempat adhesif dentin menggunakan etsa
asam dentin untuk menghilangkan smear layer. Generasi ini dikenal dengan teknik “total-
etch” atau etchand-rinse. Sistem adhesif dengan teknik etch-and-rinse berhasil secara in
vitro dan in vivo. Uji kekuatan ikat terhadap dentin berkisar 17-30 MPa, nilai yang
hampir sama dengan email. Wilder et al. membuktikan bahwa tingkat keberhasilan teknik
three-step bonding mencapai 93% selama lebih dari 12 tahun, pengamatan dilakukan
terhadap 100 restorasi.
e. Generasi Kelima Generasi ini dikenal dengan istilah two-step etch-and-rinse adhesives
atau sistem “one bottle”. Istilah “one bottle” digunakan karena primer dan bahan bonding
ada dalam satu botol. Etsa tetap diperlukan dan digunakan terpisah. Kekuatan ikatan
terhadap dentin hampir mendekati ikatan terhadap email secara in vitro, sehingga
penelitian terarah untuk menyederhanakan prosedur adhesif. Produk generasi ini antara
lain: One-step Plus (Bisco, Inc), Prime & Bond NT (DENTSPLY Caulk), Adper single
Bond Plus (3M ESPE), OptiBond Solo Plus (Kerr Corporation), Excite (Ivoclar Vivadent,
Schaan, Liechtenstein), XP Bond (DENTSPLY Caulk).
f. Generasi Keenam Bahan adhesif generasi keenam diperkenalkan di akhir tahun 1990,
yang dikenal dengan istilah two-step self-etch systems atau selfetching-primer (SEP).
Self-etching-primer mengkombinasikan etsa dan primer, memungkinkan monomer resin
menembus (penetrasi) substrat dentinal melalui smear layer tanpa membilas etsa dan
pengeringan, sehingga mengurangi kemungkinan over-wetting atau overdrying yang
berpengaruh terhadap adhesi. Air merupakan komponen SEP, penting bagi monomer
asam untuk mengionisasi dan demineralisasi. Oleh karena itu, dentin tetap lembab ketika
aplikasi SEP dan kolapsnya kolagen fibril dapat dihindari. Kelembaban dentin terjaga
namun SEP rentan terhadap degradasi hidrolitik.
g. Generasi Ketujuh Generasi ini diperkenalkan di akhir tahun 2002 dan dikenal dengan
istilah one-step self-etch adhesives atau “all-in-one”. Generasi ini mengkombinasikan
etsa, primer dan bahan bonding dalam satu larutan agar aplikasinya mudah. All-inone
adhesives mengandung uncured ionic monomers sehingga dapat berkontak dengan
restorasi resin komposit secara langsung. Tipe ini bersifat seperti membran semi
permiabel sehingga dapat memicu degradasi hidrolitik ikatan resindentin. Beberapa
monomer resin yang digunakan terlalu bersifat hidrofilik sehingga rentan terhadap
degradasi.
h. Generasi Kedelapan Perkembangan nanoteknologi di bidang kedokteran gigi memicu
penemuan nanokomposit dan nano-adhesif yang mengandung nanofillers. Bahan nano-
bonding adalah larutan yang berisi nanofillers guna memperkuat ikatan terhadap email
dan dentin, absorbsi stres dan waktu penyimpanan yang lebih lama. Jenis bahan adhesif

10
ini dikenal sebagai generasi ke delapan. Generasi ini mengandung partikel silica
berukuran nano dan bersifat dual-cure. Pada tahun 2010, Voco America memperkenalkan
VOCO, Futurabond DC, suatu bahan adhesif nano-reinforced, self-cured, lightcured dan
dual-cured one-step, self-etch dalam satu sistem. Pabrik mengungkapkan bahwa kekuatan
adhesif mencapai lebih dari 30 MPa, baik di dentin dan email terhadap resin komposit.
i. Generasi Adhesif Universal Perkembangan terbaru di bidang kedokteran gigi adhesif
adalah bahan adhesif Universal. Generasi ini dikenal sebagai bahan adhesif “Multi mode”
atau “Multi purpose” karena dapat digunakan dengan teknik etch-and-rinse, self-etch atau
selective etch. Generasi ini dikembangkan untuk mengatasi ketidakmampuan generasi
bahan adhesif one-step self-etch. Aplikasi bahan adhesif ini dapat digunakan bersama
dengan atau tanpa asam fosfat.

Methacryloyloxydecyl Dihydrogen phosphate (MDP) merupakan monomer asam


hidrofilik yang banyak ditemukan pada adhesif generasi ini. Prinsip kerja dari monomer
tersebut adalah terbentuknya ikatan ion antara gugus karboksilat dan atau fosfat dari MDP
dengan kalsium dari hidroksiapatit, untuk membentuk senyawa MDP-kalsium. Selain itu,
bahan adhesif ini juga mengandung biphenyl dimethacrylate (BPDM), dipentaerythritol
pentaacrylate phosphoric acid ester (PEN-TA) dan kopolimer asam polialkenoat, yang
dapat meningkatkan ikatan dengan struktur gigi. Komposisi lain yang terkandung adalah
kombinasi monomer hidrofilik (hydroxyethul methacrylate /HEMA), hidrofobik
(decandiol dimethacrylite /D3MA) dan intermediet (bis-GMA).

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Komposisi saliva terdiri dari bahan organik, bahan anorganik, dan sebagian besar
air.
2. Faktor yang mempengaruhi sekresi saliva yaitu derajat hidrasi, posisi tubuh,
paparan cahaya, irama siang dan malam, obat, usia, efek psikis, jenis kelamin
3. Mekanisme sekresi saliva terdiri dari 2 fase yaitu sintesis & sekresi cairan acinar
oleh sel sekretori, serta perubahan yang terjadi pada muara pembuangan
4. Fungsi cairan sulkus gingiva salah satunya adalah membunuh bakteri
5. Pada pengukuran pH dan laju aliran saliva didapatkan bahwa probandus A dengan
atau tanpa stimulasi menunjukkan pH dan laju aliran salivanya paling tinggi
disbanding probandus B dan C dikarenakan probandus A dirangsang adanya
stimulasi mengunyah permen karet
6. Pada hasil uji hidrolisis amilosa dapat disimpulkan bahwa tabung yang
mengandung amilum yaitu tabung 1 dan 2 dengan indikasi larutan berwarna biru

11
kehitaman, sedangkan tabung 3 tidak mengandung karena tidak terjadi perubahan
warna saat ditetesi amilum
7. Pada hasil uji volume cairan sulkus gingiva di dapatkan bahwa hal yang paling
berpengaruh pada volume cairan sulkus gingiva yaitu pemakaian alat ortodontik,
gigi berjejal dan gusi memerah

5.2 Saran

Dalam pembuatan laporan ini saya yakin masih terdapat banyak kekurangan. Saya akan
memperbaiki dengan berpedoman pada banyak sumber. Kritik maupun saran sangat
diperlukan guna untuk membangun pembuatan laporan selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mandava, D., P, A., Narayanan, L.L. 2009. Comparative Evaluation of Tensile Bond
Strengtks of Total Etch Adhesives and Self Etch Adhesives with Single and Multiple
Consecutive Aplications: As In Vitro Study, J Conserv Dent, 122) : 55 59. 2. Roberson, T.M.,
Heymamn, H., Swift, E. J., & Studevant, C.M. 2006. Sturdevant's art and science of
operative dentistry. St.Louis, Mo, Mosby. Hal : 237 239.
Kugei, G And Ferrari, M. 2000. The Science Of Bonding: From First To Sixth Generatio. Jof
ADA, 1311): 20 25.
Jaya, F., dan Eriwati, Y, K. 2012. Effect of surface treatment on adhesion to dentin. Jurnal
PDGI, 61(1), 35-42.
Sakaguchi, R.L., and Powers, J.M. 2012. Craigs : Restorative Dental Materials.13th Ed.
United States: Elsevier.
Chandki, R and Kala, M. 2011. Toral Etch Vs Self Etch: Still A Controversy In The Science
Of Bonding. J Oral Sci & Research, 1(1) : 38-42
Nair, Manuja., Paul, Joseph et all. 2014. Comparative Evaluation of the Bonding Efficacy Of
sixth and Seventh Generation Bonding Agent : An In-vitro Study. J Conserv Dent,
19761) : 27-30.
Leinfelder, K.F. 2001. Dental Adhesive for Twenty First Century: New Technigues in
Esthethics and Restorative Dentisery. Dent. Clin. North.Am. 45(): 1 6.
Neri, Jiovanne, dkk. 2011. Efficacy of smear layer removal by cavity cleaning solutions :
anatomic force microscopy study. 263), 253-257.
Sundari, I.,Triaminingsih S. 2008. Kekuatan Rekat Restorasi Komposit Resin Pada
Permukaan Dentin Dengan Sistem Adhesif Self Etch Dalam Berbagai Temperatur.
Ind J Dent.15(2): 254-260.
Apsara, Anindita dkk. 2019. Perbedaan Tepi Tumpukan Resin Komposit Hybrid yang
Menggunakan System Bonding Total-etch dan Self etch. Jurnal PDGI. Vol 5863) 1 7
Mena & Jain. 2011, Review for dentin Boanding Total Etch or Self Etch.Internasional of
Comtemporary Dentistry. 2011:2(2)
Puspitasari, Dowi. 2014. Perbandingan Kuat Rekat Resin Komposit Pada Dentin Dengan
Sistem Adhesif Self Etch 1 Tahap (One Step) Dan 2 Tahap (Two Step). Dentino Jumal
Kedokteran Gigi. 2(1): 89 94.
Banerjee, A., Watson, T. F. 2014. Konservasi Restoratif, Ed 9. Alih bahasa Irmaleni, Dian
puspitasari. Jakarta : EGC

13
MeCabe, LF., Walls, A.W.G. 2014. Bahan Kedokteran Gigi, Edisi 9-Jakarta: BGC
Carvalho, L. D., Machado, R. G., Lopes, g. C., dk. 2012. Nanofilled Composite Restorations
with Different Adhesives Strategies: Clinical Case. Case Report on Dentistry
10.1155/2012/969627
Meabeek, V. B., Munk, D. J., Yoshida, Y., dkk, 2003. Buonocore Memorial Lecture. Adhesion
to Enamel and Dentin: Current Status and Future Chalienges. Oper Dent. 2003:
28(3):215 35.

14

Anda mungkin juga menyukai