Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan gigi merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan
secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas yang meliputi fisik, mental
maupun sosial bagi individu yang menderita penyakit gigi. Gigi merupakan bagian dari alat
pengunyahan pada system pencernaan dalam tubuh manusia. Penyakit pada rongga mulut saat ini
masih banyak di derita oleh manusia. Seperti karies, gingivitis, periodontitis yang dihadapi oleh
berbagai negara di belahan dunia termasuk di Indonesia. Presentase penduduk yang mempunyai
masalah gigi dan mulut menurut RISKESDAS tahun 2007 dan 2013 meningkat dari 23,2%
menjadi 25,9%. Dari penduduk yang mempunyai masalah gigi tersebut yang menerima
perawatan meningkat dari 29,7% pada tahun 2007 menjadi 31,1% pada tahun 2013
Karies gigi merupakan masalah kesehatan yang terus mengalami peningkatan. Berdasarkan
data yang ada, angka karies gigi aktif di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 43,4%, meningkat
menjadi 53,2% pada tahun 2013. Propinsi Jawa Timur, memiliki karies gigi aktif di atas
prevalensi nasional (43,4%). Pada tahun 2013 adalah 76,2%. Menurut WHO, di seluruh dunia
60–90% anak mengalami karies gigi. Kelompok anak usia sekolah dasar (usia 6-12 tahun)
termasuk kelompok yang sering mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut, sehingga
membutuhkan kewaspadaan dan perawatan gigi yang baik dan benar. Salah satu faktor yang
menyebakan terjadinya karies gigi adalah frekuensi gosok gigi.
Menurut data dari pengurus besar PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) menyebutkan
bahwa sedikitnya 89% penderita gigi berlubang adalah anak-anak usia dibawah 12 tahun .
Makanan kariogenik merupakan faktor penyebab utama terjadinya karies gigi bersamasama
dengan faktor mikroorganisme, gigi (host) dan waktu. Makanan ini bersifat PH rendah,
mengandung gula yang tinggi dan lengket. Karbohidrat adalah bahan yang sangat kariogenik.
Gula yang terolah seperti glukosa dan terutama sekali sukrosa sangat berperan dalam
pembentukan karies dengan merubah keasaman atau pH saliva dibawah 5.5 secara drastis
sehingga memudahkan terjadinya demineralisasi. Gula sukrosa mempercepat pertumbuhan
mikroorganisme asidogenik dibanding jenis karbohidrat lain.

1
Saliva merupakan cairan dalam rongga mulut yang tersusun dari 98 % - 99% air, 2 %
tersusun dari komponen organik, anorganik, elektrolit, mukus, zat antimikroba dan enzim.
Fungsi dari saliva yaitu untuk lubrikasi jaringan dalam rongga mulut, perlindungan terhadap
dehidrasi dan sebagai buffer system untuk melindungi rongga mulut dalam mencegah kolonisasi
bakteri pathogen dan menetralkan rongga mulut dari keadaan asam sehingga dapat menghindari
terjadinya demineralisasi email. Potential of hydrogen saliva (pH saliva) yaitu derajat keasaman
saliva yang dalam keadaan normal berkisar antara 5,6 – 7,0 dengan rerata pH 6,7. Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada pH saliva antara lain kecepatan
aliran saliva, mikroorganisme dalam rongga mulut, kapasitas buffer saliva, makanan dan
minuman yang sering dikonsumsi.
Salah satu minuman yang sedang menjadi kesukaan anak – anak, remaja, maupun orang
dewasa dan dapat mempegaruhi pH saliva ialah milktea. Milktea merupakan minuman
perpaduan antara teh, susu, dan gula. Kebanyakan gerai milktea menggunakan susu kental manis
dan tambahan gula, satu gelas milktea mengandung 230 kalori, 4 gram lemak, 4 gram protein, 107
miligram sodium. Dalam proses pembuatan milktea menggunakan teh hijau, susu kental manis,
dan gula, dengan takaran 2 sendok teh gula atau bisa lebih. Dengan banyaknya gula dapat
mempengaruhi pH pada rongga mulut. Melakukan pencegahan penyakit pada rongga mulut
dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan rongga mulut atau oral hygiene, yaitu dengan
menyikat gigi. Kebiasaan menyikat gigi sudah dianjurkan oleh Rasulullah kepada umatnya untuk
menjaga kebersihan rongga mulut.
Diriwayatkan Abu Hurairah r.a. beliau berkata : Rasulullah saw bersabda : Jika aku tidak
menjadikan berat umatku, maka sungguh aku perintahkan bersiwak (menggosok gigi) setiap
hendak shalat”. (HR Bukhari). Kandungan dalam hadist tersebut adalah: Dalam hadist ini
Rasulullah SAW mewajibkan umat Islam untuk menyikat gigi setiap hendak shalat, dikarenakan
menjaga kebersihan gigi merupakan hal yang sangat penting.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari karies gigi?


2. Bagaimana mekanisme terjadinya karies gigi?
3. Apa faktor penyebab karies gigi?
4. Bagaimana pencegahan terjadinya karies gigi?

2
5. Bagaimana penanganan apabila gigi berlubang?
C. Tujuan Penelitian
1. Agar pembaca dapat mengetahui mengapa gigi bisa berlubang
2. Agar pembaca dapat mencegah gigi sebelum berlubang
3. Agar pembaca dapat memahami betapa pentingnya kesehatan gigi
4. Untuk memotifasi agar bisa lebih memperhatikan kesehatan gigi
5. Untuk lebih mengetahui perkembangan penanganan masalah gigi berlubang

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian karies gigi


Karies merupakan proses patologik berupa kerusakan pada jaringan keras gigi dimulai dari
email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam karbohidrat yang
dapat diragikan. Karakteristiknya ialah terjadi demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian
diikuti oleh kerusakan bahan organik. Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu masalah yang
membutuhkan penangan yang berkesinambungan, karena akan berdampak yang sangat luas
terhadap kesehatan. Adanya masalah kesehatan gigi dan mulut perlu mendapatkan penanganan
dan perawatan yang khusus sebelum terlambat. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDES, 2018) menyatakan bahwa proporsi terbesar masalah kesehatan di Indonesia adalah
kerusakan gigi (karies gigi), berlubang, dan sakit. Beberapa penelitian menyebutkan salah
satunya oleh Maulida (2014) didapatkan hasil bahwa adanya hubungan signifikan anatara
kebiasaan menyikat gigi dengan kejadian karies gigi.
Ketepatan menggosok gigi juga menjadi salah satu faktor terjadinya karies gigi pada anak.
Waktu yang tepat untuk gosok gigi adalah pagi hari setelah makan dan sebelum tidur. Setelah
makan dianjurkan untuk gosok gigi supaya sisa-sisa makanan yang menempel pada gigi tidak
menjadi plak yang nantinya akan menjadi faktor penyebab terjadinya karies gigi. Karies gigi
merupakan suatu infeksi yang merusak struktur gigi, hal ini dapat menyebabkan gigi berlubang.
Apabila anak mengalami karies gigi dan tidak dilakukan perawatan maka akan menyebabkan
nyeri, gangguan tidur, dan penanggalan pada gigi. Kerusakan gigi yang parah akan menyebabkan
kerusakan saraf, kemudian terjadi infeksi yang mengakibatkan muncunya nanah kemudian
menyebabkan bengkak pada bagian pipi.
Karies dapat mengenai gigi sulung dan gigi tetap, namun proses kerusakan gigi sulung lebih
cepat menyebar dan lebih parah dibanding gigi tetap. Faktor penyebab adanya perbedaan ini
ialah karena struktur email gigi susu kurang padat dan lebih tipis dibanding gigi tetap.
Karies yang sering dijumpai pada anak-anak ialah karies rampan. Ciri-ciri khas karies
rampan yaitu terjadinya sangat cepat bila dibandingkan karies gigi umumnya, penyebarannya
mengenai beberapa gigi sekaligus pada gigi yang biasanya tahan terhadap karies, kavitas karies
berwarna putih sampai kekuningan, jaringan karies lunak, serta sering menimbulkan rasa nyeri

4
atau dapat terjadi pembengkakan. Karies rampan ini terjadi karena ketidakseimbangan
mineralisasi dalam waktu lama di dalam rongga mulut yang diakibatkan peningkatan konsumsi
karbohidrat yaitu sering mengonsumsi makanan dan minuman kariogenik yang tinggi kandungan
sukrosanya. Karies rampan ini sering ditemukan pada anak usia di bawah 5 tahun dengan
penyebaran tertinggi pada anak usia 4 tahun dimana pada usia tersebut gigi anak msih rentan
terhadap asam dan anak belum tahu mmbersihkan gigi geliginya sendiri.
Penatalaksanaan karies rampan pada anak bergantung pada faktor etiologi, sikap, dan
motivasi orang tua dan anak dalam mendapatkan perawatan gigi, usia, serta tingkat kerja sama
anak. Perawatan awal berupa tindakan pencegahan berkembangnya karies rampan harus
dilakukan sebelum dimulai perawatan yang meyeluruh karena hal ini sangat menentukan
keberhasilan perawatan secara keseluruhan. Pemberian air susu ibu dengan periode lama, atau
memakai dot kosong yang dicelupkan dalam madu, sirup, atau gula. Frekuensi makanan
karbohidrat yang tinggi pada anak dengan kebiasaan tidur minum susu botol merupakan
penyebab utama dari penularan bakteri kariogenik.
Tanda-tanda yang sering dijumpai pada anak yang terkena karies rampan yaitu adanya
kesulitan makan karena bila mengunyah terasa nyeri atau linu, sering mengemut makanannya
untuk menghindari terjadinya nyeri bila mengunyah, dan sering menangis karena adanya rasa
nyeri yang mengenai seluruh gigi. Penyakit karies gigi dialami pada setiap orang dan dapat
timbul pada satu sisi serta dapat meluas ke bagian yang dalam dari gigi akibat penyebab awal
adalah makanan kariogenik dan kurang menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Oleh karena itu perlu untuk mengurangi kebiasaan mengkonsumsi makanan kariogenik dan
setelah makan sedapat mungkin kita harus membersihkan gigi dengan menyikat gigi. Status
karies adalah suatu kondisi yang menggambarkan pengalaman karies seseorang dihitung dengan
indeks DMF-T (Deceyed missing filling theeth). Karies gigi menyebabkan gigi menjadi keropos,
berlubang, patah, sehingga mengakibatkan pertumbuhan kurang maksimal.

B. Mekanisme Karies Gigi


Terbentuknya karies disebabkan oleh adanya tiga faktor primer yaitu host (gigi),
mikroorganisme, dan substrat (karbohidrat), ditambah faktor keempat yang juga berpengaruh
besar, yaitu waktu. Mekanisme terjadinya karies dimulai dengan adanya substrat dan
mikroorganime (Streptococcus mutans yang merupakan flora normal rongga mulut berubah

5
menjadi patogen oportunistik). Mikroorganisme ini terakumulasi di permukaan gigi dalam
bentuk plak dan akan mengubah substrat menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam hasil
proses fermentasi tersebut dapat mengakibatkan demineralisasi, yaitu larutnya jaringan keras gigi.
Apabila proses demineralisasi ini berlangsung terlalu lama, maka sejumlah mineral pembentuk
jaringan keras gigi akan hilang dan membentuk lubang pada permukaan gigi. Selain faktor
langsung dari dalam mulut yang berhubungan dengan terjadinya karies, terdapat pula faktor
predisposisi yang juga disebut sebagai risiko luar, antara lain usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan gigi dan mulut.
Proses terjadinya karies ditandai dengan adanya demineralisasi dan hilangnya struktur
gigi. Bakteri pada plak gigi memetabolisme karbohidrat (gula) sebagai sumber energi untuk
kemudian memproduksi asam sehingga menyebabkan turunya pH plak (<5,5). Penurunan pH
menyebabkan terganggunya keseimbangan ion kalsium dan fosfat sehingga mengakibatkan
hilangnya mineral enamel gigi dan terjadinya proses demineralisasi. Pada keadaan dimana pH
sudah kembali normal dan terdapat ion kalsium dan fosfat pada gigi maka mineral akan kembali
ke enamel gigi, proses ini disebut sebagai proses remineralisasi. Kareis merupakan proses
dinamis tergantung pada keseimbangan antara proses demineralisasi dan remineralisasi.
Proses demineralisasi yang terus berulang tanpa diimbangin proses remineralisasi akan
menyebabkan larut dan hancurnya jaringan keras gigi yang dapat berupa lesi karies. Reaksi
kimia dari siklus demineralisasi dan remineralisasi sebagai berikut

Gambar 2.1 Demineralisasi remineralisasi (Martini, 2018)

6
Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi
belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam
proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga
permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat
dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisan
transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap
mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak tembus penglihatan, di
dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang
odontoblas). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies
yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit,
dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima. (Martini, 2018)

C. Faktor penyebab karies gigi


Faktor utama penyebab karies adalah gigi dan air ludah bentuk gigi yang tidak beraturan
dan air ludah yang banyak mempermudah terjadinya karies dan adanya bakteri penyebab karies
bakteri penyebab karies adalah dari jenis Streptococcus dan lactobacillus, serta makanan yang
kita konsumsi makanan yang mudah lengket dan menempel di gigi seperti permen dan coklat,
memudahkan terjadinya karies faktor penyebab karies adalah plak, peran karbohidrat makanan,
kerentanan permukaan gigi, dan waktu. (Aisyah, 2011)

Gambar 2.2 Faktor penyebab karies (Ayu, 2016)


a) Plak
Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produk-produknya, yang
terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan
melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Jika email yang bersih terpapar dirongga
mulut maka akan ditutupi oleh lapisan organik yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel ini

7
terutama terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan terbentuk segera setelah
penyikatan gigi. Bakteri yang mula-mula menghuni pelikel terutama yang terbentuk kokus, yang
paling banyak adalah streptokokus. Organisme tersebut tumbuh, berkembang biak dan
mengeluarkan gel ekstra-sel yang lengket dan akan menjerat berbagai bentuk bakteri ang lain.
Dalam beberapa hari plak ini akan bertambah tebal dan terdiri dari berbagai macam
mikroorganisme. Akhirnya, flora plak yang tadinya didominasi oleh bentuk kokus berubah
menjadi flora campuran yang terdiri atas kokus, batang dan filament.
b) Peran karbohidrat makanan
Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel pada gigi
untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi email. Karbohidrat ini
menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakharida ekstra sel.
Walaupun demikian, tidak semua karbohidrat sama derajat kariogeniknya.
c) Kerentanan permukaan gigi
Daerah yang rentan Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya
karies. Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan pelekatan plak sangat mungkin diserang
karies. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies tersebut meliputi pit dan fisur, permukaan
halus didaerah aproksimal sedikit dibawah titik kontak, karies pada tepian di daerah leher gigi
sedikit diatas tepi gingiva, dan karies permukaannya akar terbuka. Kondisi fisik yang berbeda
pada tiap-tiap orang memungkinkan adanya perbedaan pada morfologi gigi dan volume air ludah.
Morfologi gigi yang luas dan lebar dengan bentuk gigi yang besar-besar memiliki potensi terjadi
plak yang lebih banyak jika tidak rutin menggosok gigi. Begitu pula dengan volume air ludah.
d) Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama
berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode
perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu bila saliva ada dilingkungan gigi,
maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan
atau tahun. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan
penyakit ini.
e) Usia
Periode usia memegang peranan yang cukup signifikan terhadap timbulnya karies gigi.
Periode usia balita hingga 10-12 tahun saat anak memiliki gigi campuran antara gigi susu dan

8
gigi permanen adalah yang pertama rentan terhadap karies gigi. Di periode ini, mereka belum
memiliki kesadaran lebih untuk menjaga kesehatan gigi. Periode pubertas saat usia 14 hingga 20
tahun juga rentan dengan karies gigi. Di usia ini, sering terjadi perubahan hormonal yang
berpotensi menyebabkan pembengkakan pada gusi. kebersihan gigi sangat mungkin terabaikan.
Pengawasan dari orang tua sering kali mulai longgar, sehingga sangat mungkin anak pada
periode ini malas menggosok gigi. Periode usia lainnya adalah pada usia sekitar 40 hingga 50
tahun. Di usia-usia ini, sudah terjadi retraksi pada gusi sehingga menyebabkan makanan lebih
mudah masuk ke dalam sela-sela gigi dan gusi. Akibatnya, sisa makanan jadi lebih sulit
dibersihkan dan memperbesar potensi terjadinya karies gigi. (Ayu, 2016)

D. Pencegahan karies gigi


Pencegahan karies gigi bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup dengan
memperpanjang kegunaan gigi di dalam mulut. Pencegahan karies gigi dapat meliputi berbagai
klasifikasi pelayanan pencegahan yaitu pemilihan diet, intruksi kebersihan mulut, perawatan
dengan flour dan pemilihan makanan.
a) Pemilihan diet
Diet adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi seharihari oleh individu. Diet
merupakan salah satu faktor utama permulaan perkembangan karies sehingga pemilihan diet
penting untuk diperhatikan. Orang tua terutama ibu harus mencatat kuantitas dan kualitas
makanan dan minuman yang dikonsumsi anak sewaktu dan diantara jam makan. Diet vitamin
dalam bentuk suplemen dan obat mulut juga harus dicatat. Orang tua dianjurkan untuk
mengurangi frekuensi gula bagi anakanak terutama diantara jam makan.
b) Instruksi kebersihan mulut
Perawatan gigi anak sejak dini sangat penting untuk menghidari proses kerusakan gigi,
seperti karies rampan. Salah satu upaya dapat dilakukan agar dapat menghindari terjadinya karies
rampan yaitu menjaga kebersihan mulut. Cara paling mudah dan umum dilakukan ialah dengan
menyikat gigi secara teratur dan benar; hal tersebut merupakan usulan yang dapat dilakukan
secara pribadi.
c) Perawatan dengan fluor
Fluor diperoleh dari alam atau dari bentuk sediaan. Sumber fluor alami yaitu air sumur,
air kali, garam, ikan, dll. Dalam bidang kedokteran gigi, penggunaan fluor untuk pencegahan

9
karies yaitu penggunaan secara local dan sistemik. Fluor masuk secara oral sehingga mempunyai
efek topikal pada gigi. Penggunaan fluor secara sistemik yaitu untuk mencapai permukaan email
melalui proses pencernaan. Cara ini berefek sejak saat sebelum erupsi dan sesudah erupsi.
Penggunaannya melalui air minum (PAM), tablet, dan obat tetes.
d) Memilih makanan dengan cermat
Makanan yang mengandung karbohidrat juga berfenmentasi termasuk gula dan tepung
kemudian akan diolah menjadi roti dan keripik kentang. Karena karbohidrat merupakan sumber
makanan penting sehingga jangan mengurangi karbohidrat yang akan di konsumsi. (Ni Wayan,
2015)

E. Penanganan gigi berlubang


Gigi berlubang paling sering terjadi pada anak-anak, karena mereka belum memiliki
kesadaran untuk merawat dan menjaga kebersihan giginya. Hal ini diperkuat oleh Dr. Arisman,
MB dalam bukunya yang berjudul Gizi dalam Daur Kehidupan menyatakan bahwa karies gigi ini
banyak terjadi pada anak-anak karena mereka cenderung menyukai makanan dan minuman yang
berasa manis dan jarang membersihkan giginya. Kebiasaan seperti ini akan semakin
mempercepat proses terjadinya karies gigi pada anak dan jika dibiarkan anak sudah mengalami
karies gigi akan mengganggu mereka dalam mengunyah makanan. (Anugrah, 2019)
Gigi berlubang adalah kondisi di mana gigi mengalami kerusakan yang mengikis bagian luar
(email) hingga bagian dalam gigi (dentin), sampai membentuk lubang. Gigi berlubang
disebabkan oleh penumpukan bakteri pada mulut, sering mengonsumsi makanan yang manis,
serta kebersihan mulut yang tidak terjaga.
a) Filling atau tambal gigi merupakan tindakan yang paling umum dilakukan dalam
mengatasi gigi berlubang. Saat proses berlangsung, dokter terlebih dahulu akan
menggunakan bor untuk membuang bagian gigi yang rusak. Gigi yang sudah dibuang
bagian rusaknya kemudian ditambal dengan bahan-bahan khusus, seperti komposit resin,
porselen, emas, atau perak.
b) Crown atau kurung gigi biasanya dipilih untuk mengatasi kerusakan yang lebih parah
atau pada pasien yang memiliki kondisi gigi yang lemah. Crown adalah tindakan
pemasangan mahkota gigi palsu di atas gigi yang rusak. Sebagian besar gigi yang rusak
akan dikikis, disisakan sebagian kecil untuk tumpuan mahkota gigi palsu. Sama seperti

10
bahan yang digunakan untuk tambal gigi, mahkota gigi palsu dapat terbuat dari emas,
porselen, atau komposit resin.
c) Root canal atau perawatan saluran akar gigi umumnya dilakukan ketika kerusakan yang
terjadi sudah mencapai bagian dalam gigi atau akar gigi. Tindakan ini adalah untuk
memperbaiki kerusakan yang ada tanpa harus mencabut gigi.
d) Cabut gigi. Tindakan ini biasanya dilakukan ketika kerusakan yang terjadi sudah parah
dan tidak dapat dipulihkan lagi. Pemasangan gigi palsu atau implan gigi menjadi solusi
untuk mengisi celah bekas gigi yang dicabut. (Ayu, 2016)

F. Perawatan gigi berlubang

Gigi berlubang menjadi masalah pada kesehatan mulut yang paling umum ditemui di
Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah kesadaran penduduk Indonesia akan kesehatan gigi
masih sangat kurang. Ketika kesadaran ini tidak ditumbuhkan, maka risiko terkena gigi
berlubang pun akan bertambah. Ada beberapa penyebab gigi berlubang di antaranya jarang
menggosok gigi sehingga bakteri dan kuman dari sisa-sisa makanan akan berkembang biak
dengan cepat dan menyebabkan gigi berlubang. Tidak hanya itu penyebab lainnya adalah cara
menyikat gigi yang salah. Terlalu banyak mengonsumsi makanan dan minuman manis sehingga
bakteri justru semakin nyaman bersarang di mulut. Penyebab gigi berlubang terakhir adalah
karies gigi.

Oleh karena untuk mengatasi gigi, kamu harus tau cara merawat gigi berlubang agar
terhidar dari gigi berlubang. Berikut cara merawat gigi berlubang tanpa perlu di tambal.

1. Makan makanan yang banyak mengandung Vitamin D

Mineral sangatlah penting untuk mendukung kesehatan gigi dan gusi. Sehingga
penuhi kebutuhan mineral seperti kalsium dan vitamin D. Tubuh membutuhkan asupan
vitamin D untuk penyerapan kalsium.Tanpa adanya vitamin D yang cukup, tubuh kamu tidak
bisa membentuk senyawa kalsitriol yang memadai untuk menyerap kalsium dari makanan
sehingga dapat menyebabkan gigi berlubang. Ada banyak jenis makanan yang mengandung
vitamin D di antaranya ikan yang mengandung lemak baik seperti Salmon adalah salah satu
makanan yang kaya akan vitamin D. Beberapa varian ikan lain yang juga mengandung
vitamin D yang bisa dinikmati adalah herring, sarden, tuna, dan trout.

11
Meskipun kandungan vitamin D pada telur tidak sebanyak yang ditemukan pada
salmon. Setidaknya makan sebutir telur sudah memenuhi 10 persen kebutuhan vitamin D
harian sehingga baik untuk kesehatan gigi. Susu sapi atau kambing merupakan sumber
vitamin D dan pembentuk kalsium gigi sehingga baik untuk gigi.

Ada juga makanan yang mengandung vitamin D dan bisa merawat gigi berlubang
lainnya yaitu susu almond, jamur shiitake, udang bersama dengan keluarganya lobster dan
Terakhir, tahu dan tempe yang merupakan fermentasi kedelai adalah makanan yang
mengandung vitamin D tinggi sehingga baik untuk kesehatan gigi dan mencegah gigi
berlubang.

2. Menghindari makanan yang bisa merusak gigi

Banyak makanan yang dapat menyebabkan gigi berlubang diantaranya makanan


yang manis. Untuk menghindari atau menyembuhkan gigi berlubang, pastikan untuk
mengurangi konsumsi makanan manis. Sebab makanan kaya gula ini akan memancing
produksi bakteri dalam mulut dan menggerogoti utuhnya gigi. Tidak hanya makanan
manis terlalu sering mengonsumsi makan yang mengandung asam fitat juga dapat
membuat gigi berlubang. Asam fitat ini bisa mencegah gigi untuk menyerap mineral
dalam makanan yang akhirnya membuat kesehatan gigi menurun. Untuk itu, hindari
makanan yang tinggi akan kandungan asam fitat.
Jangan terlalu mengonsumsi minyak sayur olahan dan makanan cepat saji.
Minyak sayur olahan yang berbahaya jika dipanaskan ialah minyak jagung, minyak biji
kapas, dan minyak kedelai. Makanan cepat saji terdapat Gliserin yang terkandung di
dalamnya dapat menghambat kalsium dalam memineralisasi gigi kamu.

3. Konsumsi makanan tinggi nutrisi

Mengonsumsi vitamin dan mineral yang larut dari makanan bernutrisi tinggi dapat
mencegah kerusakan gigi. Untuk kesehatan gigi perbanyak konsumsi sayuran berdaun
hijau, minyak kelapa, avokad, dan kacang-kacangan. Wortel tidak hanya baik untuk mata,
namun karena tekstur makanan ini berserat, maka ia juga dapat meningkatkan produksi
air liur di dalam mulut, dan mengurangi risiko gigi berlubang. Serat juga penting bagi

12
kesehatan gigi. Saat kamu mengunyah buah-buahan, terjadi peningkatan air liur untuk
melindungi rongga-rongga. Sayuran berdaun hijau kaya vitamin A dan protein yang
menjaga gigi dan tulang dalam kondisi baik.Tidak hanya itu makanan bernutri laiinya
yang baik untuk kesehatan gigi adalah keju.

Keju merupakan makanan yang dibuat dari susu, kaya akan protein dan kalsium.
Kandungan tersebut berguna untuk melindungi dan memperkuat enamel atau lapisan
terluar dari gigi. Mirip dengan keju, yogurt juga tinggi akan kandungan kalsium dan
protein. Selain itu, yogurt juga mengandung probiotik atau bakteri baik yang dapat
membantu menjaga gusi.

4. Rutin pemeriksaan ke dokter gigi

Banyak orang tak menyadari betapa pentingnya kesehatan gigi apalagi gigi
berlubang. Hal sederhana untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah dengan sikat
gigi 2 kali sehari. Akan lebih baik lagi jika sebelum tidur, Anda selalu menggosok gigi.
Pemeriksaan mandiri kepada dokter gigi merupakan salah satu hal yang penting sehingga
dapat membuat seseorang dapat terhindar dari gigi berlubang. (Heri, 2019)

BAB III

KESIMPULAN

13
A. Kesimpulan
Karies merupakan proses patologik berupa kerusakan pada jaringan keras gigi dimulai
dari email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam karbohidrat
yang dapat diragikan. Karakteristiknya ialah terjadi demineralisasi jaringan keras gigi yang
kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organik. Terbentuknya karies disebabkan oleh adanya
tiga faktor primer yaitu host (gigi), mikroorganisme, dan substrat (karbohidrat), ditambah faktor
keempat yang juga berpengaruh besar, yaitu waktu. Mekanisme terjadinya karies dimulai dengan
adanya substrat dan mikroorganime (Streptococcus mutans yang merupakan flora normal rongga
mulut berubah menjadi patogen oportunistik).
Faktor utama penyebab karies adalah gigi dan air ludah, faktor lainnya adalah plak, peran
karbohidrat makanan, kerentanan permukaan gigi, dan waktu. Gigi berlubang disebabkan oleh
penumpukan bakteri pada mulut, sering mengonsumsi makanan yang manis, serta kebersihan
mulut yang tidak terjaga. Pencegahan karies gigi dapat meliputi berbagai klasifikasi pelayanan
pencegahan yaitu pemilihan diet, intruksi kebersihan mulut, perawatan dengan flour dan
pemilihan makanan. Cara penanganan gigi berlubang yaitu filling atau tambal gigi, crown atau
kurung gigi, root canal atau perawatan saluran gigi, dan cabut gigi. Cara merawat gigi berlubang
yaitu, makan makanan yang banyak Vit D, menghindari makanan yang bisa merusak gigi,
Konsumsi makanan tinggi nutrisi, dan Rutin pemeriksaan ke dokter gigi.

B. Saran
Penyakit karies gigi merupakan penyakit gigi yang mudah menyerang siapa saja, untuk
itu memperhatikan kesehatan dan kebersihan gigi sangat penting, termasuk bagaimana cara
menyikat gigi secara benar, karena walaupun waktu menyikat gigi telah dilakukan dengan benar,
apabila masih terdapat sisa makanan yang menempel, maka dapat dengan mudah terserang
penyakit gigi ini.

DAFTAR PUSTAKA

14
Aisyah. (2011).Karies.Fakultas Kedokteran

Anugrah, A. (2019).Gigi Berlubang.Fakultas Kedokteran Gigi

Ayu, D. (2016).Penyakit Gigi.Universitas Udayana

Jannah, A. (2011).Karies.Fakultas Kedokteran

Martini. (2018).Faktor Risiko Kejadian Karies Gigi Pada Orang Dewasa.Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro

Anwar, K. (2016).Makalah Karies Gigi.Akademi Keperawatan Muhammadiyah Kendal

Ni Wayan M. (2015).Pencegahan Dan Perawatan Karies Rampan.Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Sam Ratulangi Manado

Heri Setiawan. (2019).4 Cara Merawat Gigi Berlubang Agar Tak Semakin Parah.Health Info

15

Anda mungkin juga menyukai