Anda di halaman 1dari 9

Nama : Jauza Hasna Roudhotuljannah

NIM : J2A020004

FISIOLOGI DAN BIOKIMIA CAIRAN RONGGA MULUT

 KOMPOSISI CAIRAN SALIVA


Komposisi saliva terdiri dari 94,0%-99,5% air, bahan organik dan anorganik.
Komponen organik yang utama adalah protein, selain itu juga ditemukan adanya lipida,
glukosa, asam amino, ureum, amoniak, dan vitamin, sedangkan komponen anorganik dari
saliva antara lain Na⁺ , K⁺ , Ca 2⁺ , Mg 2⁺ , Cl, SO4, H2SO4, HPO4 (Indriana, 2010).
Konsentrasi NaCI (garam) pada saliva hanya sepertujuh dari konsentrasi di plasma,
yang penting dalam menunjukan rasa asin. Di sisi lain, diskriminasi rasa manis ditingkatkan
oleh tidak adanya glukosa di air liur. Di dalam saliva itu sendiri terdapat beberapa protein
yang berperan penting yaitu amilase, mukus dan lizosim (Ganong, WF, 2008).
Saliva sendiri juga mengandung beberapa enzim dan glikoprotein. Enzim yang
terkandung di dalam saliva diantaranya terdapat lipase lingual yang di keluarkan oleh
kelenjar lidah dan αamilase saliva yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar saliva. Selain
itu saliva juga mengandung suatu glikoprotein yang disebut musin, yang berguna dalam
melumasi makanan, mengikat bakteri, dan melindungi mukosa mulut (Guyton AC and Hall
JE, 2006).
 FAKTOR SEKRESI SALIVA
a) Faktor mekanis yaitu dengan mengunyah makan yang keras atau permen karet.
b) Faktor kimiawi yaitu melalui rangsangan seperti asam, manis, asin, pahit, pedas.
c) Faktor neuronal yaitu melalui sistem syaraf autonom baik simpatis maupun parasimpatis.
d) Faktor Psikis yaitu stress yang menghambat sekresi saliva.
e) Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan pemakaian protesa yang
dapat menstimulasi sekresi saliva.
f) Pembentukan ludah dan sekresi ludah yang sedikit ( Xerostomia ) (Latifa, 2015)

Faktor lainnya yang juga mempengaruhi sekresi saliva :


1. Hidrasi
Jika tubuh kekurangan air, aliran saliva akan berkurang karena kelenjar saliva
mengurangi sekresi untuk mempertahankan jumlah air dalam tubuh.
2. Posisi tubuh
Dalam keadaan berdiri laju aliran saliva tinggi, pada saat berbaring laju aliran saliva
menjadi lebih rendah daripada posisi duduk
3. Pencahayaan
Dalam gelap, laju aliran saliva berkurang 30-40% namun tidak dipengaruhi oleh orang
buta. Jadi orang buta atau yang ditutup matanya beradaptasi terhadap kurangnya cahaya
yang diterima oleh penglihatan atau mata.
4. Latihan fisik
Selama aktivitas fisik, stimulasi cukup kuat sehingga mengurangi atau menghambat
sekresi saliva.
5. Jenis kelamin
Secara umum pada wanita perubahan hormonal pada wanita dapat memngaruhi keadaan
dalam rongga mulut termasuk aliran sekresi saliva(Kasuma, 2015)

 MEKANISME SEKRESI SALIVA

Kelenjar saliva berperan memproduksi saliva, dimulai dari proksimal dari asinus dan
kemudian dimodifikasi dibagian distal oleh duktus.Sekresi normal saliva dalam sehari dapat
mencapai 1-1,5 liter, meskipun kecepatan sekresi saliva bervariasi tergantung pada variasi
diurnal, status hidrasi, asupan makanan dan berbagai faktor lainnya. Kecepatan sekresi
unstimulated saliva dapat mencapai atau kurang dari 0,1 mL/menit (selama 5-15 menit)
dimana kecepatan sekresi stimulated saliva dapat mencapai atau krang dari 0,5 mL/menit.
Kecepatan maksimal sebesar 5 mL/menit dapat pula terjadi sebagai respon terhadap
rangsangan kuat. Sekresi air liur yang bersifat spontan yang kontinu, bahkan tanpa adanya
rangsangan yang jelas disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung-ujung saraf
parasimpatis yang berakhir di kelenjar liur. Sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui dua
jenis refleks saliva yang berbeda yaitu reflek saliva sederhana atau tidak terkondisi dan
refleks saliva didapat atau terkondisi.
Refleks saliva sederhana atau tidak terkondisi terjadi sewaktu kemoreseptor atau
reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespon terhadap adanya makanan. Sewaktu
diaktifkan reseptor tersebut memulai impuls diserat saraf aferen yang membawa informasi
ke pusat saliva di medulla batang otak. Pusat saliva mengirim impuls melalui saraf otonom
ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Pada refleks saliva didapat
atau terkondisi, pengeluaran saliva terjadi tanpa rangsangan oral. Hanya dengan melihat,
berpikir, membaui atau mendengar pembicaraan tentang makanan yang lezat dapat memicu
pengeluaran saliva.

 FUNGSI CAIRAN SULCUS GINGIVA


1. Mencuci daerah leher gingiva, mengeluarkan sel-sel epitelial yang terlepas, leukosit,
bakteri, dan kotoran lainnya
2. Protein plasma dapat mempengaruhi perlekatan epitelial ke gigi
3. Mengandung agen antimikrobial misalnya lisosim
4. Membawa leukosit pmn dan makrofag yang dapat membunuh bakteri. Juga
menghantarkan igg, iga, igm dan faktor-faktor lain dari sistem imun
5. Jumlah cairan gingiva dapat diukur dan digunakan sebagai indeks dari infl amasi gingiv
6. Perlekatan epitelial ke gigi, mengandung agen antimikrobial misalnya lisosim, membawa
leukosit PMN dan makrofag yang dapat membunuh bakteri. Selain itu juga
menghantarkan IgG, IgA, IgM dan faktor-faktor lain dari sistem imun(Latifa, 2015)

 INTERPRETASIKAN HASIL PENGUKURAN PH DAN LAJU ALIRAN SALIVA


HASIL UJI HIDROLISIS AMILOSA, SERTA HASIL PENGUKURAN VOLUME
CAIRAN SULKUS GINGIVA
 Pengukuran pH dan Laju Aliran Saliva

Probandus Tanpa stimulasi Dengan stimulasi

pH Laju aliran pH Laju aliran


saliva ml/menit saliva ml/menit
A 6,2 0,35 8,6 1,2
B 6,1 0.25 7,5 1,0
C 6,3 0,30 7,8 1,2
Sekresi saliva normal perharinya berkisar 800 sampai 1500 ml, dan pH normal
dari saliva antara 6,0 dan 7,0. Kecepatan aliran sekresi saliva dipengaruhi oleh ada
atau tidaknya stimulasi yang diberikan. Kecepatan aliran sekresi saliva tanpa stimulasi
memiliki nilai normal 0,25-0,35 ml/menit, sedangkan laju aliran saliva terstimulasi
adalah 1-3 ml/menit.Maka berdasarkan penelitian diatas :
a. Probandus A
 Tanpa stimulasi : pH 6,2 dan laju aliran saliva 0,35 ml/menit pada probandus A
dinyatakan normal.
 Dengan stimulasi : pH 8,6 dan laju aliran saliva 1,2 ml/menit pada probandus A
dinyatakan normal.
b. Probandus B
 Tanpa stimulasi : pH 6,1 dan laju aliran saliva 0,25 ml/menit pada probandus B
dinyatakan normal.
 Dengan stimulasi : pH 7,5 dan laju aliran saliva 1,0 ml/menit pada probandus B
dinyatakan normal.
c. Probandus C
 Tanpa stimulasi : pH 6,3 dan laju aliran saliva 0,30 ml/menit pada probandus C
dinyatakan normal.
 Dengan stimulasi : pH 7,8 dan laju aliran saliva 1,2 ml/menit pada probandus C
dinyatakan normal.
Pada paktikum biokimia kali ini , probandus diminta untuk mengumpulkan
salivanya setelah berkumur dengan air mineral.Selanjutnya probandus diintruksikan
untuk mengumpulkan salivanya di dalam rongga mulut tanpa stimulasi, dan setelah
5 menit diminta untuk meludahkan saliva ke dalam wadah saliva dengan cara
menundukkan kepalanya (saliva yang diperoleh selanjutnya disebut laju aliran saliva
tanpa stimulasi), pH saliva diukur dan dicatat sebagai pH saliva tanpa stimulasi.
Setelah probandus beristirahat selama 15 menit , probandus diminta untuk
mengunyah permen karet selama 5 menit i, setelah itu saliva segera ditampung dalam
wadah saliva.Saliva yang diperoleh selanjutnya disebut laju aliran saliva terstimulasi
secara mekanis, kemudian pH saliva diukur dan dicatat sebagai pH saliva
terstimulasi secara mekanis.
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa rata-rata volume saliva tertinggi
didapatkan setelah mendapat stimulasi secara mekanik sebesar :
a 1,2 ml/menit pada probandus A
b 1,0 ml/menit dari probandus B
c 1,2 ml/menit dari probandus C
Sedangkan rata- rata volume saliva terendah terjadi pada saat tanpa stimulasi/
kontrol sebesar :
a 0,35 ml/menit pada probandus A
b 0,25 ml/menit pada probandus B
c 0,30 ml/menit pada probandus C
Hasil yang didapatkan pada percobaan ini menguatkan teori bahwa stimuli
mekanik dapat meningkatkan sekresi saliva. Pada percobaan dengan stimulus
mekanis (mengunyah permen karet) aliran saliva yang dihasilkan lebih tinggi
dibandingkan pada saat tanpa stimulasi.Pada teori menyebutkan bahwa produksi
saliva dapat dirangsang oleh berbagai stimulus, termasuk stimulus mekanik,
yaitu mengunyah. Konsistensi dan volume makanan juga berpengaruh terhadap
aliran saliva. Makanan yang membutuhkan daya kunyah besar atau makanan yang
rasanya cukup mencolok dapat meningkatkan aliran saliva dan juga mengubah
komposisinya.Dalam hal ini, permen karet mengandung rasa yang akan
menstimulasi pusat saliva untuk mensekresi saliva lebih banyak dibandingkan
dengan kondisi yang tidak distimulasi.
Derajat keasaman (pH) saliva sangatlah bervariasi antara individu satu dengan
individu lainnya. Pada diet yang mengandung karbohidrat akan menyebabkan
turunnya pH saliva yang dapat mempercepat terjadinya demineralisasi enamel gigi.
Sepuluh menit setelah makan karbohidrat akan dihasilkan asam melalui proses
glikolisis dan pH dapat menurun sampai di bawah pH kritis.9 Normalnya sekresi
harian saliva perhari 1,5 liter dengan pH sedikit asam (6,10 – 6,47)2. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pH saliva yang tidak distimulasi sebesar :
a 6,2 pada probandus A
b 6,1 pada probandus B
c 6,3 pada probandus C
Nilai ini masih termasuk normal mengingat banyak variabel tidak terkedali
dalam penelitian ini, misalnya saja ada beberapa subjek yang baru saja makan,
sehingga terjadi peningkatan pH sesaat. Kemudian setelah terstimulasi secara
mekanis (mengunyah permenkaret), ternyata terjadi peningkatan pH sebesar :
a 8,6 pada probandus A
b 7,5 pada probandus B
c 7,8 pada probandus C
Kemudian pH saliva terstimulasi mekanis (mengunyah permen karet) lebih
besar dibandingkan dengan tanpa stimulasi , hal ini sesuai dengan teori bahwa
makanan yang membutuhkan daya kunyah besar akan meningkatkan aliran saliva
yang diikuti dengan kenaikan nilai pH nya

 Uji Hidrolisis Amilosa


Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

Saliva dipanaskan Saliva + amilum + Saliva + amilum


+ amilum HCl

Hasil uji dengan


iodin

a pada tabung 1 yang diidi dengan 2,5 ml saliva encer kemudian diberi perlakuan
dengan dipanaskan lalu di dinginkan dibawah air ledeng dan ditambahkan
amilum 2,5 ml. ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim, salah
satunya yaitu adalah faktor suhu. saat dilakukan pemansan pada tabung satu
terjadi kenaikan suhu yang menyebabkan aktivitas enzim pada saliva tersebut
menurun sehingga pada tabung satu menghasilkan larutan yang berwarna biru.
hal ini disebabkan karena saliva yang diberi amilum akan menjadi warna biru
karena pada reaksi amilosa kadar konsentrasinya rendah daripada amilopektim
namun warna yang dihasilkan lebih dominan, dan ini menandakan tabung 1 tidak
terdapat/sedikit enzim amilase karena turunya aktivitas enzim oleh suhu.
b Pada percobaan tabung 2 yang diisi dengan 2,5 ml saliva encer dan diberi
perlakuan dengan ditambahkan 5 tetes HCl encer dan 2,5 ml larutan amilum. HCl
merupakan asam kuat sehingga dengan ditambahkannya HCl pada tabung
menyebabkan suasana larutan menjadi asam, sedangkan enzim amilase tidak
dapat bekerja optimal jika PH asam. Enzim amilase bekerja optimal pada ph 4.5-
4.7 dan penambahan enzim HCl ini menurunkan aktivitas enzim amilase. Hal ini
menandakan bahwa enzim amilase tidak bekerja atau tidak dapat menguraikan
larutan amilum yang diberikan pada tabung 2. Warna biru terjadi karena amilum
tidak dapat atau belum terhidrolisis.
c Pada tabung ketiga, yang diisi 2,5 ml saliva encer dan 2,5 ml larutan amilum
menunjukkan atau menghasilkan larutan yang berwarna putih. Pada percobaan 3
ini tabung tidak diberikan zat atau larutan yang mempengaruhi enzim. Fungsi dari
amilum ini untuk melihat apakah pada saliva ini terdapat enzim atau tidak. Warna
putih terjadi dikarenakan tidak ada faktor yang dapat merubah struktur pada
enzim tersebut.
d Setelah 3 percobaan tersebut ketiga tabung ditetesi iodin sampai tes iodium
negatif. Pada praktikum kali ini penambahan iodin sebagai indikator hidrolisis
amilum oleh enzim amilase ditandai perubahan warna pada larutan saliva.
 Pengukuran Volume Cairan Krevikuler Gingiva

No Probandus Panjang daerah terwarnai (mm) Keterangan

12 11 21 22

1 A 0 0 0,05 0,03 Probandus wanita sedang


mengalami menstruasi

2 B 0,05 0,02 0,02 0,03 Probandus memakai alat


ortodontik cekat, gigi berjejal
dang us kemerahan

3 C 0 0 0 0 Probandus sehat keadaan gigi dan


mulut normal

Pada penelitian diatas pengukuran cairan sulkus gingiva menggunakan kertas saring
dengan panjang 10 mm dan lebar 2 mm , maka dapat disimpulkan bahwa :

a . Probandus A
 Rata-rata panjang daerah terwarnai :
daerah 12 + daerah 11 + daerah 21 + daerah 22 = 0 + 0 + 0,05 + 0,03
= 0,08/40,02 mm
 Volume Krevikuler gingiva :
0,02 × panjang kertas saring × lebar kertas saring = 0,02 × 10 mm × 2 mm 
0,0004 ml/hari = 0,4mm3  0,0004 ml/hari

 Adanya perubahan warna menunjukkan adanya asam amino yang berarti


didapatkan cairan sulkus gingiva pada kertas saring.

Siklus menstruasi adalah pola perubahan ritmis bulanan dari ovarium ,


organ-organ seksual wanita serta kecepatan sekresi hormone-hormon wanita , yang
timbul karena fluktuasi kadar hormone estrogen dan progesterone.Fluktuasi
hormone estrogen dan progesterone sangat mempengaruhi kondisi didalam rongga
mulut dalam bentuk inflamasi , gingivitis , periodontitis , dan lain-lain.Siklus
mestruasi berpengaruh terhadap angka leukosit cairan sulkus gingiva , yaitu saat
terjadi peningkatan hormone estrogen dan progesterone.Leukosit yang ada pada
sulkus gingiva merupakan factor penting dalam menentukan diagnosis
inflamasi(Ngo et al , 2008).Peningkatan eksudat gingiva terjadi pada wanita saat
ovulasi.Selama siklus menstruasi , wanita tanpa gingivitis tidak menunjukkan
adanya peningkatan cairan gingiva , sementara wanita yang menderita gingivitis
menunjukkan adanya peningkatan cairan gingiva.Peningkatan hormone sex selama
masa menstruasi memodulasi perkembangan inflamasi gingiva yang
terlokalisasi(Markou et al , 2009).
b Probandus B
Rata-rata panjang daerah terwarnai :
daerah 12 + daerah 11 + daerah 21 + daerah 22 = 0,05 + 0,02 + 0,02 + 0,03 =
0,12/40,03 mm

Volume Krevikuler gingiva :


0,03 × panjang kertas saring × lebar kertas saring = 0,03 × 10 mm × 2 mm 
0,0004 ml/hari = 0,6 mm3  0,0006 ml/hari
Adanya perubahan warna menunjukkan adanya asam amino yang berarti
didapatkan cairan sulkus gingiva pada kertas saring.

Tekanan mekanis yang dikenakan pada gigi akibat pemakaian alat


ortodontik cekat akan menyebabkan destruksi jaringan periodontal yang mungkin
mempengaruhi angka aliran CKG dan komponennya.Hal ini disebabkan karena
tekanan mekanis pada gigi akibat pemakaian alat ortodontik akan diteruskan ke
jaringan periodontal dan menimbulkan respon biologis, hal ini merupakan respon
awal terjadinya inflamasi. Tekanan mekanis mengakibatkan perubahan vaskuler
pada ligamen periodontal yang akan mempengaruhi resorpsi dan aposisi tulang
alveolar. Pada proses inflamasi volume cairan sulkus gingiva meningkat seiring
dengan meningkatnya proses inflamasi dan terjadi pengeluaran mediator
inflamasi.Rerata volume cairan sulkus gingiva secara bertahap mengalami kenaikan
dan penurunan ke level normal setelah aktivasi pada sisi tertarik dan sisi tertekan
saat pemakaian alat ortodontik.Hal ini menjelaskan bahwa aktivasi alat ortodontik
berpengaruh pada respon biologis jaringan periodontal ditandai dengan peningkatan
volume cairan sulkus gingiva.
c Probandus C

Hasil percobaan tidak menunjukkan perubahan warna pada semua kertas


saring. Ketiadaan perubahan warna pada kertas saring probandus dapat
mengindikasikan bahwa Gingiva probandus sehat karena pada gingiva normal,
dimana vasa mikrosirkular menghalangi derajat normal permeabilitasnya, jumlah
cairan yang memasuki sulkus gingiva adalah minimal.

Ketiadaan perubahan warna pada kertas saring probandus dapat mengindikasikan


beberapa hal yaitu :

 Gingiva probandus sehat karena pada gingiva normal, dimana vasa


mikrosirkular menghalangi derajat normal permeabilitasnya, jumlah cairan
yang memasuki sulkus gingiva adalah minimal. Karena peningkatan jumlah
cairan gingiva dapat dipertimbangkan sebagai tanda-tanda adanya penyakit
gingiva (Roth dan Calmes, 1981).
 Cairan gingiva tidak terangsang untuk keluar. Cairan gingiva dapat dirangsang
dengan cara: memasang sepotong kertas filter di dalam leher gingiva,
mastikasi, dan penyikatan gigi (Moreira et al, 2009).
 Walaupun ke dalam sulkus disisipkan kertas saring yang seharusnya dapat
merangsang keluarnya cairan sulkus (Moreira et al, 2009), namun bisa jadi
pemasangan yang kurang teliti oleh praktikan atau pemasangan yang salah,
misalnya kertas saring tidak betul-betul masuk ke dalam sulkus, dapat menjadi
faktor lain mengapa tidak didapatkan perubahan warna pada kertas saring.

Anda mungkin juga menyukai