NPM : 0906488086
1. Fungsi saliva:
2
Nama : Nissia Ananda
NPM : 0906488086
Pemeriksaan Saliva
a. Saliva tidak terstimulasi
1) Hidrasi
Untuk mengetahui apakah kelenjar saliva minor berfungsi secara
normal/tidak saat istirahat (resting saliva).
Cara pemeriksaan:
Dudukan pasien tegak
Singkapkan bibir bawah ke arah luar dan keringkan
Ukur waktu yang dibutuhkan droplet saliva untuk muncul di orifis
kelenjar saliva minor.
Letakkan 1 lembar tissue untuk lebih memudahkan melihat droplets
saliva.
Hasil dan interpretasi:
a) > 60 detik █
Artinya: Kelenjar saliva minor tidak berfungsi secara normal, yang bisa
diakibatkan oleh dehidrasi parah, efek samping obat, kerusakan kelenjar
saliva minor akibat radioterapi/penyakit, maupun ketidakseimbangan
hormon.
b) 30-60 detik █
3
Artinya: Produksi saliva tidak terstimulasi dari kelenjar saliva minor
terhambat yang bisa diakibatkan oleh dehidrasi ringan maupun efek
samping ringan dari obat.
c) <30 detik █
Artinya: Kelenjar saliva minor berfungsi normal.
2) Konsistensi
Untuk mengetahui konsistensi saliva tidak terstimulasi. Saliva mengandung
99% air dan 1% protein dan elektrolit sehingga seharusnya terlihat jernih,
basah, dan mengandung sejumlah kecil gelembung dan mampu membentuk
lapisan tipis pada semua permukaan jaringan keras dan lunak.
Cara pemeriksaan:
Dudukan pasien tegak
Instruksikan pasien untuk tidak menelan selama 30 detik
Buka mulut dan catat gambaran saliva
Instruksikan pasien untuk menyentuhkan lidah ke langit-langit mulut
dengan ujung lidah
Periksa saliva pada dasar mulut dan pembentukan lapisan mengkilat oleh
saliva
Hasil dan interpretasi:
a) Kental █
b) Berbusa █
Kondisi kental dan berbusa menandakan rendahnya jumlah air dalam
saliva sehingga aliran salivanya tidak setinggi saliva jernih dan cair,
akibatnya tidak bisa membentuk coating efektif pada permukaan gigi dan
salivary clearance rate-nya lebih rendah daripada saliva jernih dan cair.
c) Jernih dan cair █
Kondisi jernih dan cair menandakan jumlah air dalam saliva banyak
sehingga dapat membentuk lapisan tipis saliva di seluruh permukaan gigi
dan mukosa yang dapat melindungi gigi.
4
3) pH
Untuk mengetahui tingkat keasaman saliva tidak terstimulasi pada rongga
mulut. Oleh karena terbentuknya lapisan tipis saliva tidak terstimulasi pada
permukaan gigi maka saliva ini dapat mempengaruhi biofilm pada
permukaan gigi.
Cara pemeriksaan:
kumpulkan sampel saliva ke dalam container plastik
letakkan kertas pengecek pH ke dalam saliva selama 10 detik
setelah 10 detik,cocokan dengan color chart
Hasil dan interpretasi:
a) Saliva tidak terstimulasi < 5,8 █
Artinya: Suasana dalam rongga mulut sangat asam (mendekati pH kritis
HA=5,5 sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya demineralisasi).
Sangat dibutuhkan aksi cepat untuk mengubah kondisi asam tersebut.
b) Saliva tidak terstimulasi = 5,8-6,8 █
c) Saliva tidak terstimulasi > 6,8 █
b. Saliva terstimulasi
1) Flow rate (mL/menit)
Untuk mengetahui apakah produksi saliva per menit dari kelenjar saliva
mayor dan minor saat mengunyah (berfungsi) dalam jumlah yang
cukup/kurang. Laju alir saliva 0,7mL/menit adalah nilai minimal sebelum
meningkatnya risiko karies.
Cara pemeriksaan:
Pasien duduk tegak
Intruksikan pasien untuk mengunyah wax tidak berasa.
Kumpulkan saliva setelah 30 detik
Atur timer selama 5 menit dan tinggalkan pasien mengunyah wax
tersebut sendiri
Pasien di instruksikan mengunyah terus selama 5 menit dan membuang
saliva nya dengan interval yang sama.
Setelah 5 menit, kumpulkan saliva pada gelas ukur dan catat
volumenya
5
Siapkan untuk memeriksa kapasitas buffer dan jumlah bakteri
Hasil dan interpretasi:
a) Saliva terstimulasi dalam 5 menit < 3,5mL █
Artinya: Laju alir saliva terstimulasinya sangat rendah, risiko karies
meningkat
b) Saliva terstimulasi dalam 5 menit = 3,5-5mL █
Artinya: Laju alir saliva terstimulasinya rendah
c) Saliva terstimulasi dalam 5 menit >5mL █
Artinya: Laju alir saliva terstimulasinya normal.
2) Kapasitas buffer
Untuk mengetahui kemampuan saliva menetralkan asam yang bergantung
pada tinggi/rendah konsentrasi bikarbonat. Semakin tinggi laju alir saliva
terstimulasi maka semakin tinggi konsentrasi bikarbonatnya, sehingga
semakin tinggi pula skor kapasitas buffernya.
a) Final score 0-5 : Rendah █
b) Final score 6-9 : Sedang █
c) Final score 10-12 : Tinggi █
3) pH
Untuk mengetahui tingkat keasaman saliva terstimulasi pada rongga
mulut.
a) Saliva terstimulasi < 5,8 █
Artinya: Suasana dalam rongga mulut sangat asam (mendekati pH
kritis HA=5,5 sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya
demineralisasi). Sangat dibutuhkan aksi cepat untuk mengubah
kondisi asam tersebut.
b) Saliva terstimulasi = 5,8-6,8 █
c) Saliva terstimulasi > 6,8 █
6
Pemeriksaan Plak
a. pH plak
Tes ini untuk mendemonstrasikan produksi asam di dalam plak sebagai bagian
edukasi pasien dan memeriksa efek mengubah diet (mengurangi minuman asam)
terhadap patogenitas plak.
Cara pemeriksaan:
sampel plak diambil dari 1 sisi mulut yang
berisiko terbentuk karies, yaitu daerah-
daerah yang kurang akses terhadap efek
protektif saliva, di antaranya seperti
permukaan servikal gigi insisif maksila,
permukaan bukal kaninus mandibula dan
premolar, atau daerah interproksimal. Setiap
sample diteteskan larutan sukrosa (campuran
air, NaOH 0,1 mol/L, sukrosa, pengawet)
Tunggu 5 menit, lalu warna sample plak
disesuaikan dengan color chart
c. Komposisi
Tes semikuantitatif ini dilakukan untuk S. mutans dan Lactobacilli
dengan menggunakan sampel saliva pada medium kultur dan diinkubasi
selama 48 jam. Jumlah bakteri diperoleh dengan membandingkan kultur
dengan chart yang dibuat oleh manufaktur.
Analisa Diet
Semakin meningkat frekuensi konsumsi fermentasi karbohidrat di antara waktu
makan utama, maka semakin meningkat risiko karies dan individu dengan diet
gula tinggi menunjukkan meningkatnya jumlah S. mutans dan Lactobacilli.
Frekuensi konsumsi secara langsung berhubungan dengan aktivitas karies. Diet
8
asam seperti minuman berkarbonasi, jus buah, dan minuman olah raga memiliki
pH lebih rendah dari pH kritis HA= 5,5 dan dapat meningkatkan jumlah karies
dan erosi. Dan dari minuman ini juga mengandung gula sehingga risiko karies
semakin meningkat.
Fluoride
Terpajan fluoride
Tidak mengkonsumsi air berflour atau menggunakan pasta gigi █
berflouride
Mengkonsumsi air berflour atau menggunakan pasta gigi berflouride █
Mengkonsumsi air berflour dan menggunakan pasta gigi berflouride █
Faktor modifikasi
a. Status dental kini dan lalu
Untuk mengetahui apakah pasien pernah dirawat giginya, apakah ada karies yang
sudah dirawat, apakah ada karies yang aktif. Adanya restorasi dan/atau karies aktif
menunjukkan aktivitas karies tinggi. Karies aktif di daerah yang normalnya
terdapat akumulasi saliva seperti di anterior bawah atau permukaan bukal molar
atas menandakan indikasi aktivitas karies tinggi.
b. Status medis kini dan lalu
Terdapat kondisi medis yang dapat mengubah fungsi saliva, diantaranya diabetes,
dan lain-lain
c. Kepatuhan pasien
d. Gaya hidup
Riwayat medis:
9
Diabetes, depresi dan rheumatoid condition seperti sjorgen syndrome,
rheumatoid arthritis, radiasi kelenjar saliva untuk kanker kepala leher.
Medikasi dapat menurunkan aliran saliva sebagai efek sampingnya, di
antaranya obat antidepresan, antihipertensi,a ntikolinergik, antipsikotik,
diuretic, dan antiparkinson.
Medikasi yang dijual bebas dapat mengandung bahan aktif yang dapat
menurunkan aliran saliva serta mengandung sukrosa. Beberapa dikonsumsi
dengan cara dikulum dalam waktu yang lama dalam mulut sehingga pH
mulut dapat menurun dalam waktu lama. Contohnya yaitu obat untuk Hay
fever dan asma
Recreational drugs
Kafein, tembakau, alkohol, mariyuana , dan amphetamine menurunkan laju
alir saliva dan aditif. Bahan minuman yang mengandung kafein dan
menimbulkan adiksi memiliki kandungan gula yang tinggi dan pH yang
rendah.
e. Status sosioekonomi
Hal ini mempengaruhi tingkat edukasi pasien. Pasien yang memiliki
tingkat edukasi yang lebih rendah, akan memiliki risiko karies yang lebih
tinggi. status ekonomi pasien juga mempengaruhi kekooperatifan pasien.
The Matrix
Pemeriksaan yang dilakukan pada status penyakit yang diderita pasien saat
ini dan sikap pasien dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.
Status Penyakit
1 2 3
C
Sikap
B
A
Keterangan:
A = Mau mengubah sikap; B= Mungkin mengubah sikap; C= Tidak mau
mengubah sikap
1 = Tidak ada penyakit; 2 = Perlu diperbaiki/dirawat; 3 = Penyakit aktif
10
Nama Mahasiswa : Adelia Caryabudi
Penguji 1 : drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)
Penguji 2 : Dr. drg. Anggraini Margono, Sp.KG(K)
1. Buat contoh diet chart. Bagaimana cara menyimpulkan hasil diet chart?
JENIS MAKANAN FREKUENSI PER HARI
Soft drink, fruit drinks, gula dan madu dalam minuman, non-
dairy creamer, es krim, pudding
Instruksi:
11
Nama : Nissia Ananda
NPM : 0906488086
1. Refined Karbohidrat
Refined carbohydrate adalah karbohidrat terolah, yaitu gula dan produk – produk
tepung terigu yang dapat diubah oleh laktobasilus menjadi asam laktat. Ditemukan
dalam biscuit, cake, gula-gula, selai dan sereal yang dimaniskan. Penelitian oleh Dr.
T. W. B. Osborn et al dengan judul “A Comparison of Crude and Refined Sugar and
Cereals in Their Ability to Produce in vitro Decalcification of Teeth” membuktikan
bahwa refined carbohydrate memiliki tingkat dekalsifikasi struktur gigi yang cukup
tinggi jika dibandingkan dengan unrefined carbohydrate. Contoh dari unrefined
carbohydrate adalah nasi merah, oatmeal, roti gandum, dan lain-lain.
Plak pada permukaan gigi mengandung bakteri acidogenik dan aciduric (seperti
Streptococcus mutans), dimana bakteri tersebut memetabolisme karbohidrat
menghasilkan asam laktat. Hal ini akan menstimulasi Ion H + bereaksi dengan PO43-
dari saliva dan plak membentuk HPO42- (buffering). Bila pH kritis HA (5,5) tercapai
maka mulai terjadi interaksi progresif ion asam dengan fosfat pada HA, yaitu
demineralisasi.
12
Demineralisasi: Ion asam dapat melarutkan kristal HA sebagian/seluruhnya
Ca10 (PO4)6(OH)2 + H+ à Ca2+ + (HPO4)3 + OH
Bila pH dinetralkan (melalui proses buffering Bila pH turun lebih lanjut bisa terjadi lesi email oleh
asam oleh saliva) dan terdapat jumlah ion Ca2+ karena ion asam yang penetrasi ke dalam prisma
dan PO43- yang cukup dalam saliva, maka bisa enamel mengakibatkan demineralisasi subpermukaan
menghambat proses pelarutan atau (email menjadi lebih berporus). Permukaan gigi tetap
memungkinkan membangun kembali kristal ada (zona permukaan) karena terjadi remineralisasi
apatit yang larut sebagian
Bila ketidakseimbangan demin/remin berlanjut maka
Remineralisasi: Ion Ca2+ dan PO43- dari saliva permukaan incipient lesion bisa kolaps melalui proses
akan menggantikan ion yang hilang dari pelarutan apatit atau fraktur crystallites yang lemah
permukaan gigi akibat demineralisasi karena kavitas di permukaan
(membentuk kembali HA)
Bila terdapat fluoride maka dapat terbentuk
Demineralisasi bisa berlanjut sampai ke dentin dan
FA yang menambah resistensi email terhadap
bakteri menjadi inhibitan permanen di dalam kavitas.
asam. pH kritis FA: 4,5
Bakteri produksi asam untuk melarutkan HA dentin
yang lebih dalam. Tekstur dentin akan berubah akibat
demineralisasi dan warnanya akan menjadi gelap akibat
produk bakteri atau stain makanan. Lesi kronis: dasar
kavitas menjadi lebih lunak teksturnya.
Injuri pulpa
Adanya respon inflamasi dan pelepasan mediator inflamasi (leukosit mengarah ke lokasi
injuri dan memfagosit bakteri dan sel pulpa yang mati menghasilkan enzim lisosom)
14
DENTIN
Dentin terdiri dari 70% material anorganik, 20% material organic, dan 10 % air. Komponen
utama anorganik dentin adalah kalsium hidroksiapatit, sedangkan material organiknya
mengandung protein, proteoglikan, phospholipid, growth factors, termasuk bone
morphogenetic protein (BMP), insulin-like growth factor (IGFs), dan transforming growth
factor beta (TGF-B).
PULPA
Jaringan pulpa terdiri dari jaringan ikat longgar dan mengandung pembuluh darah dan saraf.
Selain itu juga terdapat sel odontoblas yang berada pada bagian perifer jaringan pulpa yang
meluas hingga bagian dalam dentin, juga terdapat sel fibroblast yang menghasilkan kolagen
dan membentuk matriks pulpa.
SMEAR LAYER
Ketika dentin dipotong oleh instrument endodontic, jaringan mineral tidak terbelah atau
terpotong, melainkan hancur dan menghasilkan sejumlah debris. Inilah yang disebut dengan
smear layer.
Biokompatibilitas
Definisi umum: kemampuan suatu biomaterial untuk melangsungkan fungsinya dalam
kaitannya dengan perawatan gigi tanpa menimbulkan efek sistemik maupun lokal yang tidak
diharapkan, menghasilkan respons jaringan yang menguntungkan, dan mengoptimalisasi
perawatan. (Williams, 2008)
16
cement dapat berperan dalam remineralisasi pada non-infected dentine yang keras
sudah terdemineralisasi.
e. Perbaikan restorasi yang defektif
Pembuangan restorasi yang sudah rusak berakibat pada peningkatan ukuran kavitas
sebagai konsekuensi pembuangan jaringan struktur gigi yang sehat. Bergantung pada
keputusan klinis seorang dokter gigi, perbaikan restorasi dapat dijadikan sebagai
pertimbangan alternatif untuk mengganti restorasi pada beberapa situasi.
18
Komponen bubuk terdiri atas partikel fluoroaluminosilicate glass dan inisiator untuk light
cure atau chemical cure. Komponen likuid terdiri dari air dan asam poliakrilik atau asam
poliakrilik yang dimodifikasi dengan monomer methacrylate dan hydroxyethyl methacrylate
(HEMA) yang berperan untuk polimerisasi. Cairan RMGIC mengandung 16-25% resin
dalam bentuk HEMA dan kurang dari 1% kelompok yang dapat terpolimerasasi dan
fotoinisiator. Bergantung dari rasio bubuk dan liquid yang digunakan pada campuran.
Reaksi setting inisial RM-GIC terjadi karena polimerisasi kelompok methacrylate. Reaksi
asam basa bertanggung jawab terutama terhadap proses maturasi dan kekuatan akhir. Sebagai
tambahan, untuk polimerasasi komponen resin, juga ditambahkan inisiator kimia yang
mekanismenya sama dengan autocure resin komposit. Ini dikenal dengan istilah ‘dual’ atau
‘tri’ cure material.
GIC konvensional tidak mengalami polymerization shrinkage karena reaksi settingnya bukan
merupakan reaksi polimerisasi.
GIC terdiri dari powder calcium fluoroaluminosilicate glass dan liquid larutan poliasam.
Reaksi setting GIC merupakan reaksi asam basa yang memicu difusi antara partikel glass dan
matriks.
Tahap 1: Disolusi
Pencampuran powder dan liquid mengakibatkan penetrasi ion hidrogen dari cairan asam
ke permukaan partikel powder/glass sehingga memicu pelepasan ion-ion dari partikel
glass yaitu Ca2+, Al3+, Na+, dan F- ke matriks.
Tahap 2: Presipitasi Garam/Gelation/Hardening
Ion Ca2+ bereaksi cepat dalam matriks membentuk jembatan garam di antara gugus
karboksil.
4-10 menit setelah mixing: terbentuk rantai kalsium, merupakan reaksi pengerasan awal.
Pada saat ini semen sensitif terhadap air. Bila terkontaminasi air akan terlihat buram,
melarutkan kation pembentuk matriks sehingga semen menjadi mudah larut.
19
Dalam 24 jam: proses maturasi, terjadi pembentukan rantai aluminium. Ikatan silang
dengan gugus karboksil menjadi lebih rigid. Semen menjadi lebih kuat dan tidak mudah
larut.
Sejalan dengan peningkatan pH, silica mengikat bubuk pada matriks.
Tahap 3: Hidrasi Garam
Air yang sebelumnya terikat longgar perlahan-lahan menghidrasi matriks ikatan silang.
Efeknya adalah peningkatan kekuatan semen dan struktur gel yang lebih stabil
Modifikasi ini dibuat untuk meningkatkan resistennya terhadap air, memodifikasi kandungan
kimianya dan meningkatkan translusensinya.
1. RMGIC
Terdiri atas komponen glass ionomer yang dimodifikasi dengan adanya sejumlah
kecil resin tambahan sebagian besar HEMA dan juga fotoinisiator dan sedikit resin
dan bahan kimia reaktif
RMGIC setiing sebagian oleh karena reaksi asam basa dan sebagian lagi dengan
polymerase fotokimia. Sebagai tambahan, untuk polimerasasi komponen resin, juga
ditambahkan inisiator kimia yang mekanismenya sama dengan autocure resin
komposit. Ini dikenal dengan istilah ‘dual’ atau ‘tri’ cure material
Cairan RMGIC mengandung 16-25% resin dalam bentuk HEMA dan kurang dari 1%
kelompok yang dapat terpolimerasasi dan fotoinisiator. Bergantung dari rasio bubuk
dan liquid yang digunakan pada campuran
Prinsip laminasi:
1. Menggunakan GIC yang paling kuat, diletakkan dalam jumlah yang cukup sebagai
pengganti dentin. Sebagai catatan: RMGIC bukanlah yang terkuat
2. Hindari pemakaian sub-base seperti kalsium hidroksida karena akan mengurangi area
adhesi dari GIC.
3. Kondisikan kavitas seperti biasa untuk mendapatkan adhesi pertukaran ion yang
menyuluruh dengan dentin di bawahnya.
4. Letakkan GIC dan biarkan mengeras secara kimiawi maupun sinar
5. Setelah setting, buang GIC yang menutupi enamel agar tercipta ikatan yang kuat
antara resin komposit dengan enamel
6. Beri tempat yang cukup untuk resin komposit karena adanya sifat fleksibilitas resin
komposit terhadap tekanan
7. Sebaiknya daerah kontak dibuat dengan resin komposit dibandingkan GIC
8. Buat ikatan antara GIC dan resin komposit dengan mengetsa GIC sewaktu mengetsa
enamel juga untuk mendapatkan keuntungan optimal dari konsep rekonstruksi
monolitik
9. Selalu gunakan GIC yang radiopak
21
Laminasi GIC autocure
Dapat memungkinkan untuk mengembangkan interlock mekanikal antara GIC autocure
dengan resin komposit yang sama dengan ikatan antara resin komposit dengan enamel.
Segera setelah GIC setting, aplikasikan asam etsa di GIC dan enamel selama 15 detik.
Cuci dan keringkan, tapi biarkan dalam keadaan lembab. Kemudian aplikasikan bonding
resin dan sinari dengan light cure. Letakkan resin komposit menggunakan teknik
incremental.
Laminasi dengan RMGIC
Tidak perlu etsa RMGIC saat melaminasinya dengan resin komposit karena adanya
kapasitas bonding yang cukup pada HEMA, yang ada dalam semen, untuk memastikan
bonding kimia yang adekuat antara dua material. Tidak ada pengaruh jika etsa mengenai
RMGIC. Lakukan etsa pada enamel seperti biasa.
Laminasi amalgam
Kombinasi ini biasanya digunakan untuk merestorasi gigi molar di mana margin gingival
proksimal box-nya terletak di subgingiva. Gunakan GIC yang paling kuat yang tersedia
sebagai basis dan menyediakan adhesi pertukaran ion pada struktur gigi dengan
mengkondisikan kavitas. Pastikan material setting sempurna dan sediakan tempat yang
cukup untuk mengkompensasi amalgam yang bersifat brittle. Ekspose seluruh margin
enamel dan buat desain interlock mekanis pada GIC dan struktur sisa gigi sehingga
amalgam terkunci pada posisi biasa. Dapat diaplikasikan 45% asam poliakrilik (liquid
GIC) di atas semen yang sudah setting sebelum tumpat amalgam untuk meningkatkan
ikatan GIC dengan amalgam. Amalgam yang baru ditumpat akan menyatu dengan GIC,
walaupun ikatan tersebut masih dipertanyakan.
2. Resin Komposit
a. Macam-macam RK
Resin komposit dapat diklasifikasikan melalui ukuran, bentuk, dan distribusi dari
partikel filler nya. Berikut adalah macam-macam resin komposit:
- Macrofilled/Traditional Composites
22
Macrofilled composites merupakan jenis resin komposit yang pertama kali
diciptakan pada tahun 1960. Filler dari komposit jenis ini adalah quartz dengan
ukuran 10-25μm. Ukuran besar partikel filler nya menghasilkan restorasi yang
terasa kasar apabila diraba dengan sonde. Kecenderungan terjadinya akumulasi
plak dan staining lebih besar daipada jenis komposit yang lain. Kekuatan dan sifat-
sifat fisik lainnya, kecuali ketahanan akan aus dan kekasaran permukaan, dari
komposit jenis ini cukup untuk restorasi kelas III, IV, dan V. Aus yang berlebihan
ketika digunakan untuk restorasi kelas I dan II membatasi kegunaannya untuk gigi
posterior.1 (clinical aspecgts of dental materials: theory, practice, and cases 4th ed)
- Microfilled Composites
Ukuran partikel filler dari microfilled composites jauh lebih kecil dibandingkan
macrofill composites yaitu sekitar 0,03-0,5 μm. Fillernya yang kecil ini biasanya
adalah silikat. Komposit jenis ini dapat dipoles menjadi sangat halus dan
mengkilap, serta permukaannya sangat mirip dengan enamel. Masalah yang
terdapat pada microfilled composites adalah persentase filler yang rendah. daerah
permukan dari partikel filler yang sangat kecil memerlukan lebih banyak resin
untuk membasahi permukaan partikel filler. Kandungan resin yang banyak ini
berakibat pada peningkatan koefisien muai termal dan kekuatan resin komposit
yang lebih rendah. Microfilled composites digunakan untuk daerah yang
memerlukan estetik dan juga digunakan untuk restorasi kelas V di daerah cement-
enamel junction.
- Hybrid Composites
Hybrid composites merupakan jenis komposit yang kuat dan dapat dipoles dengan
baik. Partikel filler memiliki ukuran rata-rata 0,5-1μm namun memiliki kisaran
ukuran partikel yang lebih luas yaitu 0,1-3 μm. Kekuatan komposit jenis ini
memiliki kekuatan dan resistensi terhadap abrasi yang cukup untuk kavitas kelas I
dan II yang kecil dan sedang. Permukaannya saat selesai ditumpat cukup bagus
mendekati permukaan microfilled composites, sehingga dapat juga digunakan
untuk restorasi kelas III dan IV.1
- Nanofill composites
Nanofill composites mengandung partikel filler yang sangat kecil (0,005-0,01μm).
Karena ukuran partikel yang kecil ini dapat digumpalkan, berbagai ukuran partikel
adalah mungkin, dan packing partikel yang optimal dapat dilakukan. Sehingga,
23
tingkat filler yang tinggi dapat dihasilkan dalam material restorasi yang hasilnya
adalah sifat fisik yang baik dan estetis yang meningkat. Ukuran partikel filler yang
kecil juga membuat komposit jenis ini dapat dipoles dengan sangat baik. Karena
sifat ini, nanofill dan nanohybrid composites adalah material restoratif yang
populer digunakan. Komposit jenis ini memiliki hampir semua kegunaan klinis
yang luas.2
Berikut ini adalah tabel mengenai karakteristik dari berbagai macam tipe resin
komposit.
Tabel 1. Karakteristik berbagai macam tipe resin komposit3 (craig’s 12th ed)
Tipe Komposit Ukuran Partikel Volume Sifat-sifat saat digunakan
Filler (μm) Filler Keuntungan kerugian
Multipurpose 0.04, 0.2-3.0 60-70 Kekuatan dan -
modulus elastisitas
yang tinggi
Nanocomposite 0.002-0.075 78.5 Kekuatan dan -
modulus elastisitas,
serta permukaan
yang baik
Microfilled 0.04 32-50 Polish dan estetik Shrinkage yang lebih
yang baik tinggi
Packable 0.04, 0.2-20 59-80 Packable, less -
shrinkage, lower
wear
flowable 0.04, 0.2-3.0 42-62 Syringeable, lower Higher wear
modulus
Laboratory 0.04, 0.2-3.0 60-70 Best anatomy and Lebih mahal,
contacts, less wear membutuhkan alat
khusus dan semen
resin
b. Prosedur tumpat RK
Berikut adalah langkah-langkah tumpat RK1:
- Identifikasi lesi karies
- Pilih warna yang sesuai
- Preparasi kavitas termasuk preparasi pada bevel enamel
- Aplikasikan liner jika dibutuhkan. (Liner melindungi pulpa dari etsa yang bersifat
asam, jika karies sudah dalam.)
- Aplikasikan etsa dan bonding pada permukaan enamel dan dentin.
- Letakkan dan cure komposit secara incremental.
- Periksa kontak proksimal (jika kavitas kelas II)
- Periksa apakah ada bagian yang kosong dan defek marginal. Gunakan dental floss
untuk mendeteksi adanya tumpatan yang overhanging
- Poles
- Cek oklusi dan artikulasi
25
- lesi pada permukaan fasial gigi anterior
- lesi pada permukaan fasial gigi premolar
- fraktur gigi anterior
- lesi oklusal dan interproximal gigi posterior
Tabel 2. Tipe Restorasi dan Resin Komposit yang digunakan3 (craigs’s 12th ed)
Tipe Restorasi Jenis Resin Komposit
Kelas 1 Multipurpose, nanocomposite, packable, microfilled, compomer
Kelas 2 Multipurpose, nanocomposite, packable, microfilled, compomer,
laboratory
Kelas 3 Multipurpose, nanocomposite, microfilled, compomer
Kelas 4 Multipurpose, nanocomposite
Kelas 5 Multipurpose, nanocomposite, microfilled, compomer
Kelas 6 Packable, nanocomposite
Lesi servikal Flowable, compomer
Restorasi Anak Flowable, compomer
Bridge atau Crown Laboratory (dengan penambahan fiber)
Alloy substructure Laboratory (bonded)
Core build-up Core
Restorasi sementara Provisional
Pasien dengan risiko Glass ionomers, hybrid ionomers
karies tinggi
26
Untuk pasien dengan oklusi yang berat, bruxism, atau restorasi yang menyediakan
seluruh kontak oklusal gigi, biasanya material yang dipilih adalah amalgam. Hal ini
dikarenakan resin komposit memiliki ketahanan terhadap aus yang lebih rendah
daripada amalgam, namun penelitian mengindikasikan bahwa dengan komposit yang
ada saat ini, ketahanan terhadap aus tidak berbeda jauh dengan amalgam. 2 (sturdervant
6th ed)
2. Perbandingan antara bahan restorasi GIC dan RK, beserta kelebihan dan
kekurangannya.
Glass ionomer cement
Kelebihan:
Kekurangan:
Kelebihan:
Sifat fisik seperti compressive strength, tensile strength, wear resistance baik
Derajat translusensi tinggi sehingga lebih estetis
Kekurangan
27
Biokompatibilitas tidak sebaik GIC
Dapat terjadi polymerization shrinkage
Koefisien muai termal 3 kali lipat struktur gigi
MATRIKS
Matricing adalah prosedur di mana dinding sementara dibuat berlawanan dinding axial
mengelilingi struktur gigi yang telah hilang selama preparasi.
Matriks adalah instrument yang digunakan untuk menahan restorasi pada gigi selama
restorasi tersebut setting.
Bagian matriks:
Retainer: bagian yang memegang band pada posisi dan bentuk yang dibutuhkan
Band: merupakan potongan metal atau material polimerik yang ditujukan untuk memberi
dukungan dan bentuk pada restorasi selama insersi dan setting.
Bahan yang biasa digunakan untuk band adalah stainless steel, poliasetat, asetat selulosa,
nitrat selulosa. Matriks band harus melebihi 2 mm di atas tinggi marginal ridge dan 1mm di
bawah margin gingival. Lebar matriks berkisar antara 6,35 mm hingga 9,5 mm. Ketebalannya
antara 0,038 hingga 0,05 mm.
Fungsi matriks:
1. Menahan restorasi selama setting
2. Untuk menyediakan kontak dan kontur proksimal yang tepat
3. Untuk menyediakan tekstur permukaan restorasi yang optimal
4. Untuk mencegah gingival overhanging
Syarat matriks:
Untuk memperoleh restorasi yang optimal, band matriks harus memiliki syarat sebagai
berikut:
1. Rigid: matriks harus rigid untuk menahan tekanan kondensasi yang diaplikasikan saat
restorasi, menjaga bentuk restorasi saat setting
28
2. Adaptasi: matriks harus dapat dicocokkan pada hampir semua bentuk dan ukuran gigi
3. Mudah digunakan: band harus simple sehingga tidak menyebabkan kesulitan pada
saat mengerjakan restorasi
4. Harus bisa diletakkan pada gingival dan rubber dam
5. Non reaktif: tidak merusak jaringan dan material restorasi
6. Ketinggian dan kontur: matriks tidak boleh melebihi dari 2 mm tinggi oklusal gingival
mahkota gigi untuk memfasilitasi vision danmempercepat waktu kerja.
7. Aplikasi: matriks band harus diletakkan sedemikian rupa sehingga bisa dilepaskan
dengan mudah
8. Sterilisasi: harus mudah disterilisasi
Klasifikasi matriks:
1. Berdasarkan metode retensi:
- Retensi mekanis, contohnya: ivory matriks retainer nomor 1 dan 8, serta
tofflemire matriks band retainer
- Self retained, contohnya: copper atau stainless steel band
2. Berdasarkan transparansi:
- Transparan matriks, contohnya: cellophane dan seluloid
- Nontransparan matriks, contohnya: stainless steel
29
- Cellophane matriks strip
- Mylar strips
Kelas IV - Plastic strips
- Aluminium foil
- Transparent crown form
- Anatomic matriks
Kelas V - Custom made plastic matriks
30
Gambar 3. Matriks Tofflemire
2. Matriks Ivory
- Matriks yang paling sering digunakan untuk preparasi gigi kelas II. Matriks
holdernya memiliki cengkram pada kedua ujungnya disertai dengan dua lengan
yang berbentuk semi lingkaran dan pada ujung pegangannya terdapat baut yang
berfungsi untuk mengencangkan band sehingga kedua cengkram mendekat satu
sama lain dan membuat band fit terhadap lengkung gigi. Kemudian pilih ukuran
band yang sesuai dan mengelilingi salah satu sisi gigi. Setelah itu wedge
diletakkan untuk membantu adaptasi dari band matriks ke gigi.
- Indikasi: untuk preparasi gigi kelas II unilateral dengan restorasi amalgam
- Kekurangannya: tidak praktis saat digunakan dan bila dilepaskan.
- Bahan matriks band juga terbuat dari stainless stell.
31
Matriks Palodent teridiri atas:
- Ring untuk separasi yang stabil, terdapat dua pegangan pada margin gingival di
kedua sisi gigi yang bersebelahan, dan secara fit menahan wedge sehingga dapat
merapatkan band matriks dan membuat seal marginal yang cekat.
- Matriks yang tersedia sanga tipis (0.001mm) sudah membentuk kontak embrasure
dan built-in marginal ridge sehingga didapat bentuk anatomi dan kontak akurat.
- Baji berfungsi untuk menstabilkan matriks dan merapatkan matriks sehingga
mencegah terjadi tumpatan yang overhanging
32
Penguji : drg. Munyati Usman, SpKG(K)
Drg. Bambang Nursasongko, SpKG(K)
Mahasiswa : Azkania Sabila (0806324803)
33
Aplikasikan bahan sekitar 0,5 mm pada kavitas menggunakan ballpointed,
ratakan.
Light cure selama 20 detik.
f. Pemasangan matriks sectional
Pemasangan matriks penting digunakan untuk mengembalikan titik kontak dan
kontur gigi posterior pada tumpatan resin komposit. Matriks sectional terdapat
beberapa keuntungan, yaitu: band yang sudah dalam keadaan pre-contoured,
kontak anatomis baik, dengan pemasangan ring dapat menghasilkan separasi
pada 2 gigi yang berdekatan sehingga ketika ring dilepaskan dapat dihasilkan
tight contact, mendapatkan area embrasur yang baik dari wedge.
Tahap pemasangan:
1. Pasang band
2. Pasang wegde
3. Pasang ring
g. Prosedur etsa dan bonding ke email dan dentin
Permukaan gigi dikeringkan dengan semprotan udara
Seluruh kavitas dietsa hingga ±2 mm di sekitarnya dengan asam
orthophosporic 37% dalam bentuk gel berwarna biru yang diaplikasikan pada
selama 15 detik dan dentin 10 detik.
Kavitas dibilas dengan air mengalir. Air bilasan ditampung dengan saliva
suction. Daerah kerja diisolasi lagi dengan cotton pellet.
Permukaan gigi dikeringkan dengan semprotan udara.
Kapas butir basah yang telah diperas dimasukkan ke dalam kavitas agar
keadaan lembab.
Bonding diaplikasikan menggunakan microbrush dan diratakan ke seluruh
kavitas. Setelah ditunggu 20 detik, lapisan bonding ditipiskan dengan angin
dan disinar selama 10 detik.
h. Penumpatan resin komposit
Resin komposit diletakkan dengan instrumen plastis (plastic filling) ke dalam
kavitas secara inkremental (bertahap masing-masing dengan ketebalan maks.
2mm). Setelah anatomi dibentuk, tumpatan resin komposit disinar selama 20
detik.
Matriks sectional dilepas
34
Hasil tumpatan diperiksa dan dipastikan tidak ada step dengan menggunakan
sonde (arah tarikan sonde dari tumpatan ke gigi). Bagian yang mengganjal
atau berlebih dirapikan dengan fine bur.
Matriks dilepas dan titik kontak diperiksa menggunakan dental floss.
i. Pemolesan
Pemolesan dilakukan menggunakan stone dan rubber putih, atau enhance setelah
penumpatan resin komposit.
35
Apabila karies cukup dalam (D5), maka perlu diberikan selapis tipis liner (0,5mm)
pada permukaan dinding pulpa untuk melindungi pulpa dari berbagai iritan. Bahan
liner yang digunakan adalah RM-GIC agar berikatan dengan dentin lebih baik, tidak
menimbulkan sensitivitas pasca restorasi, dan dapat mengatur waktu setting.
Tahapan:
Aplikasikan dentin conditioner untuk membuang smear layer selama 10 detik.
Bilas dengan air.
Keringkan kelebihan air dengan cotton pellet namun kavitas tetap lembab.
Aduk powder ke likuid dengan gerakan melipat menggunakan spatula plastik
dan alas paper pad hingga RM-GIC tercampur dengan homogen.
Aplikasikan bahan sekitar 0,5 mm pada kavitas menggunakan ballpointed,
ratakan.
Light cure selama 20 detik.
e. Pemasangan matriks toefl meier (universal)
Pemasangan matriks toefl meier (universal) ditujukan untuk menahan tekanan
kondensasi dan membentuk permukaan proksimal. Bahan matriks agak tebal,
sehingga setelah penumpatan aka nada ruangan di antara tumpatan dengan gigi
tetangga. Hal ini akan terkompensasi dengan sifat ekspansi amalgam yang akan
menutup ruangan tersebut sehingga akan didapatkan titik kontak yang baik.
Tahapan pemasangan matriks:
o Potong pita matriks universal sepanjang ±5 cm, satukan kedua ujungnya dan
sisipkan pada pemegang
o Jepit matriks dengan memutar tombol penjepit pada pemegang searah jarum jam
o Pasang matriks pada gigi dari arah anterior dengan pemegang di bagian bukal,
kencangkan matriks pada gigi dengan memutar tombol pengencang pada
pemeganang searah jarum jam sampai matriks tidak bergerak. Rapatkan matriks
dengan baji ke gigi.
o Periksa kerapatan matriks terhadap gigi dengan sonde
f. Prosedur triturasi amalgam
Triturasi merupakan proses pencampuran komponen alloy dan merkuri yang
bertujuan agar merkuri membasahi seluruh permukaan alloy.
Tahapan triturasi:
36
o Ambil kapsul amalgam, letakkan pada pemegang kapsul di amalgamator, atur
amalgamator pada skala 5
o Tekan tombol amalgamator, biarkan bergetar sampai berhenti.
o Ambil dan buka kapsul amalgam, tuangkan isinya ke atas kain kassa, gulung agar
terkumpul.
g. Penumpatan dan kondensasi amalgam
o Pastikan kavitas dalam keadaan kering, karena bila terkontaminasi air akan
menimbulkan kemungkinan korosi dan tarnish, delayed expansion, atau muncul
bubbles pada permukaan amalgam.
o Ambil amalgam dengan amalgam pistol kemudian masukkan ke dalam kavitas
proksimal. Penumpatan amalgam ≤3 menit dari waktu dimulai mixing.
Penumpatan dilakukan secara inkremental yang dilanjutkan dengan kondensasi
menggunakan amalgam plugger. Hal ini ditujukan supaya adaptasi amalgam pada
kavitas, mencegah rongga dalam tumpatan amalgam, dan membuang kelebihan
merkuri.
o Ulangi sampai amalgam berlebih dari permukaan kavitas.
o Matriks universal dilepas
h. Pembentukan anatomis (carving amalgam)
o Ukir bentuk anatomis dengan amalgam carver dalam keadaan amalgam plastis
o Amalgam carver harus bertumpu pada permukaan tepi kavitas agar tumpatan
tidak underfilling.
o Kelebihan amalgam dibersihkan dengan kapas butir lembab.
o Cek oklusi dan artikulasi dengan kertas karbon
i. Penghalusan amalgam (burnishing)
Haluskan permukaan amalgam dengan burnisher dengan cara digeserkan ke seluruh
tepi tumpatan dengan tekanan ringan (dari tengah restorasi kearah luar/tepi restorasi)
j. Pemolesan amalgam
Pemolesan dilakukan setelah 1 x 24 jam penumpatan amalgam. Dilakukan dengan
menggunakan lowspeed, secara intermiten dengan tekanan ringan dan dalam keadaan
basah.
Tahapan pemolesan:
a. Stone hijau
37
b. Rubber coklat
c. Rubber hijau
38
KLASIFIKASI PENYAKIT PULPA3,9,13
39
Pulpitis Reversible Pulpitis Irreversible
Nekrosis Pulpa
Hipermia pulpa Symptomatic Asymptomatic
Kausatif Reaksi pulpa akibat tubulus Kelanjutan dari kausatif Eksudat inflamasi berkurang Jaringan pulpa mati akibat
dentin yang terekspos dan hiperemia pulpa yang yang menyebabkan tekanan inflamasi yang terus-menerus
teriritasi akibat dari: menyebabkan eksudat intrapulpa ↓ terjadi atau tidak adanya
Bakteri (karies, tambalan inflamasi berkumpul dan Eksudat inflamasi berkurang asupan nutrisi akibat
yang mikroleakage, meningkatkan tekanan karena: terputusnya pembuluh darah
anachoresis) intrapulpa Keluar melalui kavitas yang disebabkan oleh trauma
Mekanik (prosedur Diabsorb oleh vena atau pada gigi
preparasi) sirkulasi limfatik
Termal Menyebar ke jaringan ikat
Kimia (asam) sekitar
Kombinasi dari semua hal
di atas
Riwayat dental Pasien dalam perawatan Pasien kemungkinan Pasien kemungkinan Pasien memiliki karies
dental (contoh root memiliki tambalan memiliki karies yang yang sudah mencapai
planing, preparasi kavitas) yang dalam, pulp sudah mencapai pulpa pulpa
Erosi servikal dan abrasi caping, karies yang Pasien memiliki riwayat
kemungkinan ada dalam, trauma) trauma
Pasien pernah merasakan
periode sakit gigi
Nyeri Tajam = pasien dapat Tajam - -
menyebutkan letak nyeri Tumpul
pada gigi yang bermasalah Spontan = nyeri timbul
Momentary = hilang bila tanpa harus ada
rangsangan dihentikan stimulasi eksternal,
kemungkinan terdapat
jaringan pulpa yang
mati atau rusak
Intermiten = nyeri
spontan dalam durasi
yang singkat
Continuous = nyeri
timbul dalam durasi
menit hingga jam
setelah stimulus
dihentikan
Throbbing =
kemungkinan timbul
karena adanya aliran
40
darah pada arteri di
tekanan intrapulpa yang
tinggi
Dapat timbul bila
terjadi perubahan
postural
KLASIFIKASI PENYAKIT PERIAPIKAL3,9,13
Periradicular periodontitis /
Periradicular abses / abses apikalis
periodontitis apikalis Condensing
Granuloma Kista
Symptomatic / Asymptomatic / Akut Kronis Osteitis
akut kronis
Kausatif Proses Eksudat Pengumpula Eksudat Aktivitas Peningkatan Inflamasi kronis
inflamasi dari inflamasi n jumlah inflamasi ostoblas yang jaringan yang terjadi pada
pulpa yang berkurang => eksudat dapat keluar berlebihan granulasi dan sel periapikal yang
berlanjut ke tekanan inflamasi menuju menyebabkan inflamasi kronis berkembang dari
dalam jaringan intraperiapikal ↓ yang stoma marrow space terhadap iritasi lesi kronis dengan
ikat di => nyeri tidak semakin (mulut) tulang dari pulpa jaringan granulasi
pertautan ada bertambah melalui sinus spongiosa
pulpoperiapik Eksudat banyak dan tract => menjadi
al inflamasi infiltrasi tekanan mengecil.
Berhubungan berkurang leukosit yang intraperiapik Biasanya respon
dengan karena: meningkat al ↓ ini ditemukan
prosedur Keluar => tekanan pada pasien
preparasi melalui intraperiapik yang muda
saluran akar kavitas al ↑ dengan karies
(contohnya Diabsorb yang besar dan
overinstrumen oleh vena pada tahap
tasi, atau kronis
overmedikasi) sirkulasi
limfatik
Menyebar
ke jaringan
ikat sekitar
Kombinasi
dari semua
hal di atas
Nyeri Sangat nyeri pada Tidak ada Sangat nyeri Tidak ada Bisa terdapat Tidak ada -
respon oklusi dan respon nyeri pada repson respon nyeri keluhan atau respon nyeri
perkusi pada perkusi oklusi, pada perkusi dan tidak pada perkusi
dan oklusi, perkusi dan oklusi, namun dan oklusi,
namun pasien palpasi pasien merasa namun pasien
41
merasa berbeda Nyeri berbeda pada merasa berbeda
pada gigi continuous gigi tersebut pada gigi
tersebut throbbing tersebut
Kegoyangan gigi - - Ada ada - ada ada
Tes - - - - - - -
vitalitas Pada tahap awal,
kemungkinan tes
vitalitas positif
Temu
karena masih
an
terdapat saraf C
objekt
yang hidup
if
Palpasi Nyeri + Nyeri – Nyeri + Nyeri – Nyeri – Nyeri – Nyeri –
Pembengkakan - Pembengkakan - Pembengkakan Pembengkakan Pembengkakan - Pembengkakan Pembengkakan +
+ sedikit di sekitar +
sinus tract
Radiograf Dapat terjadi Terjadi Pelebaran Terjadi Massa radiopak Massa Massa radiolusen
pelebaran ruang radiolusensi ruang radiolusensi terletak di apikal radiolusensi berbatas jelas
ligamen periradikular ligamen periradikular gigi berbatas (radiopak)
periodontal tanpa Lamina dura periodontal Lamina dura radiopak akibat
adanya dapat dan putus adanya jaringan
radiolusensi menebal raiolusensi ikat fribrousa di
periradikular atau periradikular sekitar lesi
tidak sama sekali Lamina dura
putus
Histopatologis Periapikal Tekanan Sel-sel Jaringan Osteoblas Terbagi menjadi Lapisan kista
hiperemia intraperiapikal mengalami granulasi hiperaktivasi empat zona, terdiri dari
Vasodilatasi tidak meningkat anoxia dan dominan beserta yaitu: stratified
dan karena eksudat mulai dengan Zone of squamous
berkumpulnya inflamasi autolysis makrofag dan necrosis / epithelium,
eksudat berkurang Peningkatan lymphosit serta infection jaringan
inflamasi dan neutrofil => eksudat Berisi bakteri granulasi dan
dan infiltrasi mengeluarka inflamasi dengan jaringan fibrosa
leukosit n proteolitik berkurang produk Kristal-kristal
Tekanan untuk karena adanya toksinnya, kolesterol
intraperiapikal membentuk sinus tract pus, sel-sel terdapat pada
↑ pus yang mati cairan kista
42
menyebabkan Pus ynag Zone of
gigi sedikit berkumpul contaminatio
mengalami akan n
peninggian => meningkatka Terdapat sel
serat ligamen n tekanan inflamasi
periodontal intraperiapik berupa PMN
tertarik => al => nyeri dan makrofag
saraf Zone of
disekitarnya irritation
ikut Berisi
terstimulus => jaringan
menyebabkan granulasi
tekanan pada (proliferasi
gigi akan pembulu
menyebabkan darah dan
nyeri aktivitas
fibroblas)
serta sel
inflamasi
kronis
Zone of
stimulation
Terdapat
aktivitas
fibroblas
Diagnosis Trauma oklusi Periapical Granuloma, Idiopatic Kista, Granuloma
banding cemental periapical osteosklerosis, Abses apikalis
dysplasia cemental cementoblastom kronis
dysplasia a
Keterangan Terdapat Perbedaannya Biasanya terjadi
pembengkak dengan pada gigi molar
an pada periodontitis pertama
mucobukalfo apikalis kronis mandibula
ld dan facial adanya sinus
Pus yang tract
berkumpul Apabila sinus
akan tract
43
mencari terhambat,
jalan keluar maka fase
melalui akut dapat
rongga- kembali
rongga timbul =
tulang phoenix
spongiosa abses /
atau rongga rescrudescent
yang berada abses
di jaringan
sekitar.
Apabila pus
tersebut
sudah
memiliki
jalan keluar
(sinus tract),
maka fase
jaringan
granulasi
akan
terbentuk
dan
makrofag
serta
lymphosit
akan
dominan
yang
bergeser
pada fase
kronis
Perawatan Perawatan saluran akar
44
Nama Mahasiswa : Adelia Caryabudi
NPM : 1006666892
Penguji 1 : drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)
Penguji 2 : Dr. drg. Anggraini Margono, Sp.KG(K)
Foramen apikal
Tubuli dentin
Kanal lateral
Ligamen periodontal
Tulang alveolar
Palatogingival groove
Jalur persarafan (neural)
Jalur drainase vaskulolimfatik
Komunikasi patologis akibat fraktur dan perforasi
45
Etiologi lesi endo-perio
Proses penyembuhan lesi periapikal dapat dijelaskan dengan diagram Zona IKIS atau
Fish’s Zones.
A. Zona Infeksi (zona nekrosis, pusat pus/abses): ciri zona ini adalah leukosit
polimorfonuklear, merupakan pusat infeksi, terdapat bakteri dan neutrofil
B. Zona Kontaminasi (zona eksudatif primer): cirinya terdapat infiltrasi round-cell. Pada
zona ini sel tulang telah mati dan mengalami autolisis, dengan demikian lakuna terlihat
kosong. Kerusakan sel tidak langsung dari bakteri tetapi dari toksin2 yang dikeluarkan
dari zona pusat.
D. Zona Stimulasi (zona encapsulation): zona yang paling luar, terdiri dari aktivitas
fibroblast untuk membentuk kolagen serta aktivitas osteoblast untuk membentuk tulang.
Serabut kolagen dan aposisi tulang baru bertindak baik sebagai dinding pertahanan di
sekeliling zona iritasi.
Perawatan saluran akar yang berhasil mengakibatkan eliminasi bakteri dan byproduct-nya
Andiana Rizqi Indirayani 0806451611
Mekanisme Penyembuhan
Mekanisme penyembuhan terdiri dari 4 zona, yaitu :
1. Zona infeksi, dimana pada zona ini terdapat jaringan nekrotik dan kuman. Jaringan
nekrotik menghasilkan prostaglandin,protein, dan ion potassium. Prostaglandin
merangsang terjadinya peningkatan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas dari
pembuluhu darah, dan aktivator osteoklas.
2. Zona kontaminasi. Pada zona ini terdapat :
- PMN. Dimana PMN adalah mekanisme pertahanan tubuh yang paling pertama
bekerja. Sel tersebut mengalir bebas di tubuh dan akan secara aktif dan cepat
memfagosit bakteri .
- Makrofag. Makrofag memiliki ukuran yang lebih besar dan aktif dalam
memfagosit bakteri. Cara kerja dari makrofag adalah menghancurkan pathogen
dengan menghasilkan enzim lisosom yang akan menghancurkan dinding sel
pathogen.
- Limfosit. Limfosit terdiri dari sel natural killer, sel T dan sel B. Sel natural killer
bekerja ketika terdekteksinya dinding sel yang dianggap tidak normal. Hal
tersebut menyebabkan sel natural killer menempel dan membuat sebuah jalur
sehingga tercipta jalur yang memungkinkan terjadinya perpindahan senyawa
kimia yang dihasilkan oleh apparatus golgi pada sel natural killer ke sel yang
abnormal. Perpindahan tersebut mengakibat ketidak seimbangan di dalam sel yang
abnormal sehinggal sel tersebut kemudian terdisintegrasi. Sel T tediri dari 3 tipe,
yaitu sel sitotoksik yang akan aktif untuk melawan virus, T helper yang berguna
untuk mengaktifasi sel T dan sel B, dan sel T suppressor yang akan menghambat
aktifasi sel B dan sel T. Limfosit yang terakhir adalah sel B, yaitu sel yang dapat
berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma tersebut akan memproduksi
immunoglobulin.
3. Zona Iritasi. Pada zona ini terdapat jaringan granulasi, limfosit, sel plasma,
makrofag. Jaringan granulasi adalah jaringan fibrosa (jaringan ikat) yang akan
menggantikan sel yang telah nekrotik.
4. Zona stimulasi. Fibroblast, osteoblast.
Dominica Clarissa S.
Maximilianus Felix C.
Penguji:
drg. Daru Indrawati, Sp.KG (K)
drg. Gatot, Sp.KG (K)
Tes vitalitas pulpa
Tes listrik pulpa
Tes pulpa dengan listrik lebih baik daripada beberapa tes vitalitas pulpa lainnya. Tes
vitalitas ini menggunakan stimulasi saraf. Tujuannya adalah untuk merangsang respon
pulpa dengan mengenakan arus listrik yang makin meningkat pada gigi. Suatu respon
positif merupakan indikasi bahwa suatu pulpa masih vital. Tidak adanya respon terhadap
stimulus listrik menunjukkan nekrosis pulpa.1
Tes elektris atau disebut juga dengan the electric pulp tester (EPT) merupakan tes
yang menggunakan gradasi impuls listrik yang direspon oleh saraf yang berada di dalam
pulpa. Gradasi impuls listrik yang diberikan meningkat dari yang paling rendah (15 volts)
hingga maksimum (350 volts).2
Salah satu contoh alat yang digunakan untuk melakukan tes elektris ini adalah the
Analytic Technology Endo Analyser (gambar 1a). Alat tersebut memiliki kemampuan
untuk mengukur kevitalan pulpa dan posisi apeks (EAL / Electronic Apex Locator).
Ketika alat tersebut digunakan untuk mengukur kevitalan pulpa, impuls listrik dihasilkan
mulai dari yang paling rendah dan meningkat secara otomatis. Apabila digunakan untuk
EAL, maka digunakan dua elektroda, satu pada bibir pasien dan satu lagi untuk masuk ke
dalam saluran akar.2
Suatu teknik sederhana untuk mengetes pulpa dengan listrik adalah sebagai berikut:1-2
1. Jelaskan tentang tes ini kepada pasien dengan cara yang dapat mengurangi kecemasan
dan dapat menghilangkan respon menyimpang.
2. Bersihkan gigi dengan kapas butir dan keringkan daerah gigi yang mau diperiksa
dengan semprotan angin dan kapas butir. Kemudian isolasi gigi tersebut dengan kapas
gulung.
3. Periksa alat yang akan digunakan, pastikan arus melalui elektrode.
4. Gunakan elektrolit / media konduktor (contohnya: pasta gigi, elektrolit / media
konduktor yang terbaik hingga saat ini masih belum diketahui) pada elektrode gigi
dan letakkan pada sepertiga tengah gigi yang sudah dikeringkan pada permukaan
oklusobukal atau insisolabial. Tidak boleh menyentuh restorasi, gusi atau gigi
sebelahnya karena dapat menyebabkan respon palsu.
5. Tarik pipi pasien menjauhi elektrode gigi dengan tangan yang bebas. Tangan yang
berkontak ini akan melengkapi aliran listrik.
6. Putar reostat perlahan-lahan untuk memasukkan arus minimal ke gigi dan menaikkan
arus perlahan-lahan hingga melewati ambang persepsi pasien. Minta pasien memberi
tahu bila timbul sensasi. Sensasi yang dirasakan adalah kesemutan, menyengat atau
panas. Catat hasilnya menurut skala numerik pada alat tes pulpa.
7. Ulangi prosedur di atas untuk setiap gigi yang akan diuji.
Gambar 1. (a) alat Analytic Technology Endo Analyser, (b) tip khusus, (c) cara penggunaan tip khusus pada
enamel atau dentin yang terlihat di gigi dengan mahkota tiruan2
Cara yang lebih aman bisa digunakan dengan cara pasien yang memegang sendiri
elektrode-nya. Elektrode yang pertama diletakkan di gigi pasien sementara yang kedua
(berupa metal) dipegang di jari pasien. Cara ini memungkinkan pasien untuk melepaskan
elektrode yang sedang dipegangnya saat ia mulai merasakan sensasi elektrik.2
Tes pulpa menggunakan listrik tidak boleh diberikan kepada pasien dengan alat pacu
jantung sebab mungkin saja menimbulkan interferensi elektrik. Meski demikian, alat pacu
jantung modern sudah memiliki kemampuan untuk mengurangi risiko ini.2
Tes pulpa listrik dapat dilakukan pada gigi dengan mahkota tiruan namun harus ada
permukaan dentin atau email yang dapat dijangkau oleh alat tanpa ada gusi yang
tersentuh. Pada alat Analytic Technology, ada ujung alat khusus yang dapat digunakan
pada gigi dengan mahkota tiruan.2
Tes ini belum sempurna dan mungkin menghasilkan respon positif dan negatif palsu.
Suatu respon negatif palsu bisa timbul jika terjadi pengapuran di dalam jaringan pulpa
atau dentin telah meluas. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi respon adalah: (1)
gigi dengan restorasi dan suatu bahan dasar proteksi pulpa yang luas; (2) gigi yang belum
lama mengalami trauma; (3) gigi yang belum lama erupsi dengan pembentukan akar yang
tidak lengkap; (4) obat-obat sedatif yang digunakan pasien; dan (5) pasien dengan
ambang sakit yang luar biasa tinggi.1
Kerugian tes ini:1-3
- Tidak mengukur suplai vaskular
- Hasil yang bias dapat dihasilkan karena adanya stimulasi pada saraf di periodontium
- Tes pada gigi posterior dapat menjadi sulit karena adanya akar ganda
- Gigi dengan restorasi dan suatu bahan proteksi pulpa yang luas dapat memberikan
hasil yang bias
- Gigi yang belum lama erupsi dan pembentukan akar yang tidak sempurna tidak dapat
dilakukan tes ini karena pembentukan saraf pada gigi tersebut juga belum matang
- Sensasi yang diterima pasien dapat berbeda apabila mengkonsumsi obat-obatan
sedatif
- Sensasi antara pasien yang satu dengan yang lainnya dapat berbeda dengan kasus
yang sama karena ambang sakit yang berbeda
Pengetes elektrik ini tidak mengukur derajat kesehatan atau penyakit pulpa.
Mengingat seringnya terjadi reaksi positif dan negatif palsu, reaksi terhadap tes ini harus
diinterpretasikan (dengan agak skeptis) hanya sebagai respon ya atau tidak. Interpretasi
lebih lanjut yang teliti, pembandingan dan korelasi dengan temuan lain baru kemudian
dapat diputuskan apakah gigi masih vital atau nekrosis.3
Karena vitalitas pulpa lebih ditentukan oleh vaskularisasi dibandingkan dengan
inervasi saraf, tes yang dapat mengetahui keadaan aliran darah tentunya akan
menggambarkan kondisi pulpa. Telah diketahui bahwa hilangnya aliran darah terlebih
dahulu terjadi sebelum adanya degenerasi suplai saraf sehingga hal ini mempengaruhi
respon terhadap elektrik.3
Tes panas. Mula-mula daerah yang akan dites diisolasi dan dikeringkan kemudian
udara hangat dikenakan pada permukaan gigi dan respon pasien dicatat. Bila diperlukan
temperatur yang lebih tinggi, dapat digunakan air panas, burnisher panas, gutta-perca
panas, compound panas atau instrumen panas. Bila menggunakan benda padat, panas
dikenakan pada bagian sepertiga oklusobukal mahkota yang terbuka. Contohnya: 3 mm
ujung gutta perca dipanaskan selama 2 detik lalu ditempelkan di gigi yang ingin
diperiksa.1
Gutta perca yang digunakan adalah yang
berbentuk stick, bukan yang biasa digunakan
untuk pengisian saluran akar. Gutta perca ini
umumnya digunakan sebagai bahan untuk
tumpatan sementara pada tahun 1970an dan
1980an (sekarang sudah tidak digunakan lagi).
Pada masa itu, tumpatan sementara yang digunakan yaitu gutta perca kemudian di atasnya
ditumpat dengan Fletcher (berupa larutan).
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan untuk menghidari nyeri akut yang tiba-tiba: (1)
permukaan gigi harus dilapisi dengan selapis tipis petroleum jelly untuk mencegah
compound atau gutta perca lengket dan pemanasan juga harus hati-hati; dan (2) anestesi
lokal harus siap di tangan. Metode lain untuk menghasilkan panas adalah dengan
menggunakan rubber wheel. Penggunaan rubber wheel sebenarnya kurang efektif sebab
umumnya gigi yang telah direstorasi juga dipoles dengan rubber wheel tapi pasien tidak
mengeluh karena panas yang dihasilkan saat tindakan pemolesan.2
Beberapa pasien melaporkan adanya nyeri saat minum minuman yang panas tapi tidak
merespon gutta perca yang dipanaskan. Hal ini mungkin terjadi karena adanya mahkota
tiruan ataupun restorasi besar yang menutup pulpa. Air panas yang diminum dan
dikumpulkan di mulut, mula-mula melewati daerah mandibula dan kemudian maksila.
Cara lainnya adalah dengan mengisolasi gigi satu per satu. Jika ada respon, anestesi lokal
diberikan pada gigi yang dicurigai kemudian gigi tersebut diberi panas lagi. Jika tidak ada
respon, berarti gigi tersebut yang mengalami pulpitis.2
Alat mekanis yang ditenagai oleh baterai seperti Touch-n-Heat dapat dikendalikan
dengan baik dan akan menghantarkan panas dengan lebih efektif dan aman. Panas tidak
digunakan secara rutin tapi akan lebih bermanfaat jika gejala utamanya adalah kepekaan
terhadap panas dan pasien tidak dapat menunjukkan gigi yang menjadi sumber sakit.
Begitu panas diaplikasikan, suhu akan meningkat perlahan-lahan sampai sensasi nyeri
terasa. Seperti halnya dengan tes dingin, respon nyeri tajam dan sebentar menandakan
pulap vital (bisa normal ataupun sudah mengalami kelainan).4
Respon yang hebat dan tidak cepat menghilang terhadap panas adalah suatu tanda
yang jelas dari pulpitis ireversibel. Jika tidak ada respon seperti ini juga dengan tes lain,
dibandingkan dengan gigi pembanding, ini menandakan bahwa pulpanya nekrosis.
Seperti pada tes dingin, penyempitan saluran akar juga dapat memberikan respon negatif
palsu pada tes panas.4
Tes dingin. Tes dingin dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan es kering (CO 2), es
biasa atau semprotan refrigerant atau ethyl chloride. Es kering yang digunakan
memerlukan alat khusus sedangkan ethyl chloride yang disimpan dalam kaleng
penyemprot akan lebih mudah digunakan.
Ethyl chloride disemprotkan pada kapas butir dan didiamkan sampai terlihat adanya
bunga es. Kapas butir diletakan pada bagian sepertiga servikal gigi yang sudah
dikeringkan dan respon pasien dicatat. Dari suatu penelitian mengungkapkan bahwa
refrigerant yang disemprotkan pada kapas butir dapat menurunkan suhu ruangan secara
signifikan. Secara keseluruhan, semprotan ethyl chloride dan es kering sama baiknya
dalam tes pulpa.2,4
Pada pemeriksaan menggunakan es biasa, es yang mencair dapat mengenai gusi dan
pasien akan merespon terhadap air dingin tersebut bukan terhadap es yang mengenai gigi.
Lebih baik jika digunakan es yang tipis dalam tabung plastik yang ujungnya dapat dibuka.
Es biasa tidak seefektif dan sedingin ethyl chloride atau es kering.2,4
Tes juga dapat dilakukan menggunakan es kering (CO 2). Metode ini popular di Eropa
dan sangat popular di Australia. Metode ini diperkenalkan oleh Ehrmann. Sedangkan di
Amerika Serikat lebih dianjurkan untuk menggunakan ethyl chloride. Penggunaan es
kering lebih mahal dibadingkan ethyl chloride atau es biasa. Prinsipnya adalah
menggunakan tabung untuk membuat ‘pensil’ es kering. Keunggulan penggunaan es
kering adalah dapat digunakan pada restorasi metal dan gigi dengan mahkota tiruan serta
tidak mudah memberi efek terhadap gigi sebelahnya. Namun, suhu dingin yang
dihasilkan dapat menyebabkan retaknya email dan dapat merusak gusi, dasar mulut dan
jaringan pada rongga mulut lainnya.3
Setelah gigi diisolasi dengan kapas gulung dan dikeringkan dengan kapas butir,
aplikasikanlah batangan es atau kapas yang sudah dibasahi ethyl chloride. Stimulus ini,
yang diaplikasikan pada pulpa vital, biasanya menimbulkan nyeri tajam dan singkat.
Respon yang sebentar dan tajam ini akan timbul apapun status pulpanya, baik normal,
pulpitis reversible atau pulpitis ireversibel. Tetapi jika responnya cukup intens dan
berkepanjangan, pulpa biasanya telah mengalami pulpitis ireversibel. Sebaliknya, jika
pulpa telah nekrosis, pulpa tidak memberikan respon apa-apa. Suatu respon negatif palsu
sering timbul jika diaplikasikan pada gigi yang saluran akarnya telah mengalami
penyempitan, sementara respon positif palsu terjadi jika air dingin mengenai gingiva atau
gigi sebelahnya yang masih vital.4
Aplikasi dingin lebih efektif pada gigi anterior dibandingkan pada gigi posterior. Oleh
karena itu, jika respon pada gigi posterior tidak jelas berarti masih dibutuhkan tes vitalitas
lainnya. Pengetesan dengan alat tes elektrik masih andal meskipun tes dingin karena
keresponsifan pulpa tidak terpengaruh oleh dingin.4
Gambar 2. (a) ethyl chloride yang diaplikasikan pada cotton bud, (b) cotton bud yang sudah berbunga es
diaplikasikan pada permukaan gigi2
Gambar 3. Pengaplikasian stik es2
Gambar 4. (a) sediaan karbon dioksida, (b) stik karbon dioksida2
Uji kavitas
Uji kavitas merupakan tes yang paling terakhir dilakukan dan paling akurat dalam
menentukan vitlaitas pulpa. Tes ini melibatkan pengambilan dentin dengan bur tanpa
anestesi lokal untuk mengetahui vitalitas pulpa yang ada di bawahnya. Karena tes ini akan
mengambil banyak jaringan gigi maka tes ini dijadikan pilihan terakhir saat tes lainnya
masih kurang meyakinkan.3
Uji kavitas dapat dilakukan menggunakan bur tanpa air maupun bur dengan air. Pada
gigi yang sudah direstorasi, akan lebih baik jika digunakan bur dengan air. Saat dentin
dibur, pasien akan dengan pasti menunjukkan apakah giginya masih vital atau sudah non-
vital, sekalipun ambang batas rasa sakit tiap pasien berbeda-beda.3
Transillumination
Tes transillumination dilakukan dengan alat khusus fiberoptic. Tes ini memerlukan
cahaya terang dari permukaan palatal atau lingual gigi dan dilakukan di tempat yang
gelap. Pada gigi dengan nekrosis pulpa, bayangan pada saluran akar akan terlihat lebih
gelap dibandingkan bagian lainnya karena pembuluh darah yang hancur. Jaringan
periapikal dapat diperiksa sedemikian rupa jika tulang berdekatan satu sama lain,
contohnya: pada gigi anterior mandibula. Gigi dengan kelainan periapikal akan
menunjukkan bayangan di daerah apeks, sedangkan pada gigi normal, tidak terdapat
perbedaan pada tiap permukaan gigi.3
Dominica Clarissa S.
Maximilianus Felix C.
Penguji:
drg. Daru Indrawati, Sp.KG (K)
drg. Gatot, Sp.KG (K)
Dominica Clarissa S.
Maximilianus Felix C.
Penguji:
drg. Daru Indrawati, Sp.KG (K)
drg. Gatot, Sp.KG (K)
Anestesi tambahan4
Indikasi:
Anestesi tambahan dipakai jika injeksi standar tidak efektif. Pengulangan injeksi hanya
bermanfaat jika tidak terlihat adanya tanda klasik anestesia jaringan lunak. Pada
umumnya, pasien memperlihatkan tanda klasik tersebut, pengulangan injeksi tidak akan
efektif. Sebagai contoh, setelah injeksi alveolaris inferior (AI), pasien merasakan adanya
baal di bibir, dagu dan lidah dan mati rasa pada kuadran gigi. Akan tetapi, pasien
merasakan nyeri yang sangat ketika pulpa atau dentinnya terkena bur. Anggapan bahwa
mengulangi injeksi AI akan memberikan hasil yang baik hanyalah suatu mimpi;
kegagalan pertama biasanya diikuti oleh kegagalan dalam upaya kedua. Dokter gigi
hendaknya langsung memilih teknik tambahan. Terdapat tiga pilihan teknik tambahan
yakni (1) injeksi ligament periodontium (LP) dan (2) injeksi intrapulpa (LP). Injeksi LP
merupakan teknik pilihan sedangkan IP dicadangkan bagi situasi khusus.
Agen anestetik:
Untuk ketiga teknik tambahan ini diindikasikan anestetik konvensional yakni lidocain 2%
dengan epinefrin 1 : 100.000.
Teknik:
Syringe yang digunakan berupa syringe bertekanan yang dilengkapi dengan jarum
ultrapendek berukuran 30 atau jarum pendek berukuran 27 atau 25. Jarum dimasukkan ke
dalam sulkus gingival mesial dengan sudut 30 o terhadap sumbu panjang gigi. Jarum bisa
disangga oleh jari atau hemostat dan diposisikan dengan penetrasi maksimum (hingga
jarum terasa pas di antara akar dan puncak tulang). Perlahan-lahan, tekan dengan kuat
pemicu syringe 1-2 kali hingga terasa ada tekanan balik (syringe dengan tekanan).
Adanya tekanan balik ini sangat penting. Jika tidak ada tekanan balik artinya larutan
anestetikakan mengalir dengan mudah ke luar sulkus, jarum harus diposisikan kembali
dan prosedurnya diulang hingga terasa ada tekanan balik. Injeksi ini diulang di bagian
distal. Volume yang didepositkan di setiap permukaan hanya kecil saja sekitar 0, 2 ml.
Injeksi Intrapulpa
Indikasi:
Ada kalanya, LP sekalipun diulang tidak menimbulkan anestesi pada jaringan pulpa dan
masih nyeri ketika tersentuh. Keadaan ini merupakan indikasi bagi injeksi intrapulpa.
Akan tetapi injeksi IP jangan dilakukan sebagai injeksi primer karena akan menimbulkan
rasa sakit yang besar bila tanpa anestesi tambahan.
Teknik:
Pasien harus diberitahukan terlebih dahulu bahwa pada anestesi tambahan ini akan
menimbulkan ketidaknyamanan berupa rasa nyeri.
Salah satu teknik yang dilakukan adalah dengan menutup akses menggunakan kapas
gulung agar larutan anestetik tidak mengalir keluar. Jika mungkin, atap kamar pulpa
dibuka terlebih dahulu.
Cara lain adalah dengan memberi injeksi pada setiap saluran akar setelah kamar pulpa
dibuka. Jarum dimasukkan ke dalam saluran akar seraya mendepositkan larutan anestetik.
Selanjutnya, aplikasikan tekanan maksimum sampai terasa tekanan balik. Jika tidak terasa
tekanan balik, larutan anestetik akan mengalir keluar. Untuk itu, jarum harus ditekan
lebih dalam atau ditarik dan diganti dengan yang lebih besar dan injeksi diulang.
Kontrol dilakukan 1-2 minggu setelahnya untuk melihat keluhan subjektif dan
melakukan pemeriksaan objektif (perkusi, palpasi, tampakan klinis saluran akar). Jika
masih ada keluhan subjektif atau perkusi/palpasi positif, medikamen dibersihkan,
saluran akar diirigasi, lalu diberikan medikamen yang baru. Kontrol diulangi
seminggu kemudian hingga gigi siap diobturasi.
m) Obturasi
Obturasi dapat dilakukan apabila:
Preparasi saluran akar telah selesai dilakukan
Tidak ada keluhan subjektif dari pasien (tidak sakit, nyeri)
Perkusi, palpasi negatif
Saluran akar telah kering dan tidak berbau.
4. SOP PSA Akar Ganda dengan Teknik Protaper pada Gigi Vital
Teknik protaper biasa digunakan pada saluran akar yang sempit untuk memudahkan kerja
operator. Prosedur PSA akar ganda dengan teknik protaper yaitu:
a) Foto roentgen dental pada gigi yang akan dirawat, kemudian ukur panjang kerja
estimasi dengan cara mengukur panjang gigi praoperatif kemudian dikurangi 3 mm
b) Anestesi gigi yang akan dilakukan perawatan saluran akar. Lakukan anestesi infiltrasi
pada saraf alveolaris superior posterior untuk gigi rahang atas atau pada saraf
alveolaris inferior untuk gigi rahang bawah.
c) Daerah kerja diisolasi menggunakan kapas gulung
d) Ekskavasi jaringan karies dan tambalan yang buruk menggunakan bur metal bulat
e) Preparasi / akses kamar pulpa
o Regangan kavitas disesuaikan dengan bentuk internal kamar pulpa
o Preparasi dengan bur intan bulat pada permukaan oklusal, kearah saluran akar
terbesar (saluran akar distal pada gigi M bawah dan saluran akar palatal pada
gigi M atas).
o Preparasi dilanjutkan dengan arah gerakan latero-oklusal untuk mengangkat
seluruh atap kamar pulpa. Bur tidak boleh mengenai orifis untuk mencegah
kemungkinan terjadinya step atau perforasi lateral.
o Ratakan dan haluskan seluruh dinding kavitas dengan menggunakan bur
diamendo, tanpa mengambil dasar kamar pulpa untuk mencegah terjadinya
perforasi. Selanjutnya, dinding kavitas yang menghalangi arah masuknya alat
ke saluran akar juga dibuang. Orifis sedapat mungkin diletakkan pada sudut-
sudut kavitas untuk memudahkan masuknya jarum endodontik ke saluran akar
tanpa harus melihat ke orifis.
o Irigasi kamar pulpa dengan NaOCl 2,5%.
o Akses dikatakan selesai apabila:
Jaringan karies dan restorasi yang buruk sudah tidak ada
Atap kamar pulpa sudah terangkat semua
Instrumentasi endodontik harus dapat masuk dan difungsikan ke dalam
saluran akar tanpa hambatan
Orifis-orifis terlihat jelas
Bentuk kavitas retentif bagi tumpatan sementara
f) Irigasi
Irigasi dilakukan dengan menggunakan spuit kecil (27G) dengan NaOCl 2,5%.
g) Penjajakan Saluran Akar dan Ekstirpasi
Jajaki saluran akar dengan gerakan watch winding menggunakan file
menelusuri setiap saluran akar
Pembuangan jaringan pulpa dilakukan dengan menggunakan jarum ekstirpasi.
Prosedur yang dilakukan adalah:
o Pilih jarum ekstirpasi yang sesuai, kemudian masukkan jarum ekstirpasi
sampai 2/3 panjang kerja, diputar 180º, angkat keluar saluran akar. Jarum
ekstirpasi dimasukkan sampai 2/3 panjang kerja karena bentuk anatomis di
1/3 apikal bulat & sempit sehingga beresiko jarum ekstirpasi terjepit &
patah.
h) Preparasi orifis (crown down)
Preparasi crowndown dilakukan dengan menggunakan protaper S1 2/3 panjang kerja,
kemudian S2 2/3 panjang kerja, dan jika pandangan orifis masih sempit dapat
dilanjutkan ke SX 2/3 panjang kerja. Setiap instrumen diolesi dengan EDTA sebelum
digunakan. Gerakan yang dilakukan seperti “menyerut pensil” (diputar clockwise, bila
stuck, dilakukan balancing movement dengan memutar counter clockwise, dan
dilanjutkan kembali dengan memutar clockwise). Irigasi saluran akar dengan NaOCl
2,5% dilakukan setiap pergantian alat.
i) Foto alat dan penentuan panjang kerja sebenarnya
o Lakukan foto alat dengan menggunakan file minimal #20 agar terlihat jelas di
foto radiograf sepanjang kerja estimasi.
o Tentukan panjang kerja sebenarnya dengan mengukur perbedaan ujung file
dengan apeks radiograf, sesuaikan panjang kerja sampai 1 mm lebih pendek
dari apeks radiografis.
j) Penentuan file awal
File awal adalah file terbesar yang dapat masuk sepanjang kerja sebelum dipreparasi
dan terasa pas di 1/3 apikal. Caranya dengan membandingkan file dengan radiograf
saluran akar pada 1/3 apikal. File awal ditentukan untuk memulai preparasi saluran
akar.
k) Preparasi saluran akar
o Preparasi setiap saluran akar menggunakan S1, S2, F1, F2, F3 dan seterusnya
sepanjang kerja. Rekapitulasi dengan file nomor #10, #15, #20, #25, #30.
Preparasi dilakukan hingga mencapai dentin sehat (terlihat serbuk dentin sehat
pada cairan irigasi yang ditampung pada kapas gulung). Pengecekan juga
dilakukan dengan rekapitulasi file yang sesuai. Jika preparasi terakhir
menggunakan F1, rekapitulasi dengan file #20. Preparasi dikatakan cukup
ketika file #20 masuk sepanjang kerja dan ada tahanan. Preparasi dikatakan
kurang apabila file #20 tidak bisa masuk sepanjang kerja. Preparasi dikatakan
berlebih apabila file #20 terasa longgar dan tidak ada tahanan, maka preparasi
dilanjutkan sampai F2 dan seterusnya.
o Mencoba KGU sesuai dengan file F terakhir, kemudian lakukan foto radiograf
KGU.
l) Pemeriksaan hasil preparasi
o Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan KGU sepanjang kerja didapat
apical stop dan tugback.
o Pada foto radiograf, KGU berada di konstriksi apikal, kurang lebih 1 mm dari
ujung apeks.
m) Medikasi antar kunjungan
Medikasi antar kunjugan dengan medikamen yang sesuai dengan indikasi, kemudian
tumpat sementara dengan cavit.
Kontrol dilakukan 1-2 minggu setelahnya untuk melihat keluhan subjektif dan
melakukan pemeriksaan objektif (perkusi, tampakan klinis saluran akar).
n) Obturasi
Obturasi dapat dilakukan apabila:
Preparasi saluran akar telah selesai dilakukan
Tidak ada keluhan subjektif dari pasien (tidak sakit, nyeri)
Perkusi, palpasi negatif
Saluran akar telah kering dan tidak berbau
9. Evaluasi foto radiograf, KGU berada pada konstriksi apical yaitu kurang dari 1mm
ujung apical.
10. Medikasi antar kunjungan untuk mengeliminasi bakteri yang tidak terjangkau dengan
instumen secara mekanik dan irigasi secara kimiawi. Medikasi menggunakan
medikamen yang sesuai dengan indikasi, lalu tumpat dengan tumpatan sementara.
Kontrol seminggu, dengan melihat adanya keluhan subjektif dan keluhan objektif
berupa perkusi dan palpasi.
11. Pengisian saluran akar.
Pengisian saluran akar dapat dilakukan bila:
Tidak ada keluhan subjektif
Tidak peka terhadap perkusi dan palpasi
Saluran akar kering dan tidak berbau
Saat irigasi tidak ada jaringan nekrotik yang keluar
12. Tahap pengisian Lateral Condensing Technique:
KGU disterilkan dan diolesi sealer, kemudian dimasukan ke dalam saluran
akar perlahan, ditarik sekali dua kali agar kelebihan udara dan semen dapat
keluar, lalu masukan sepanjang kerja.
KGU ditekan dengan spreader sampai rapat dinding saluran akar. Spreader
ditekan ke apeks hingga 2 mm lebih pendek dari panjang kerja, putar ke kiri
dan kanan. Kon tambahan dioleskan dengan semen dan segera dimasukan
stelah spreader keluar. Dilakukan sampai spreader tidak dapat masuk lagi.
Potong gutap dengan ekskavator panas 1mm di bawah orifis lalu kondensasi
dengan root canal plugger.
Lakukan evaluasi foto radiograf
Kamar pulpa dibersihkan dan diirigasi dan dasar dilapisi basis semen fosfat
lalu tutup dengan tumpatan sementara.
13. Kontrol 1 minggu untuk melihat keluhan subjektif dan objektif berupa perkusi dan
palpasi.
2. Preparasi Akses
a. Seluruh jaringan karies dibuang sampai bersih menggunakan bur intan bulat tegak
lurus terhadap permukaan oklusal sampai terasa tembus ke ruang pulpa.
b. Lanjutkan dengan gerakan ke oklusal sesuai dengan bentuk outline form gigi
preparasi akses untuk mengangkat seluruh atap pulpa. Haluskan dinding kavitas
dengan safe end bur (bur diamendo).
c. Periksa dengan sonde berkait untuk memastikan seluruh atap pulpa sudah terangkat.
d. Irigasi kavitas dengan NaOCl 2.5% menggunakan semprit dengan tekanan ringan.
(Cairan yang keluar harus ditampung dengan kapas agar tidak mengiritasi mukosa
mulut selain itu juga untuk melihat kebersihan saluran akar dengan memperhatikan
serbuk dentin yang keluar bersama cairan irigasi)
4. Preparasi Orifis
a. Preparasi dengan protaper SX sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi (optional). File
diolesi dengan EDTA gel.
b. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%.
c. Preparasi dengan protaper S1 sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi. File diolesi
dengan EDTA gel.
d. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%. Rekapitulasi dengan file nomor 10.
e. Preparasi dengan protaper S2 sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi. File diolesi
dengan EDTA gel.
f. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%. Rekapitulasi dengan file nomor 15.
g. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%.
Nama : Fatmah
NPM : 0806324910
Nama : Fatmah
NPM : 0806324910
Kelebihan Preparasi Crown down dan Kekurangan Preparasi Step Back
Preparasi crown down dimulai dari korona dan berakhir di apikal dengan instrumen yang
semakin kecil. Preparasi step back dimulai dari 1/3 apikal hingga ke koronal dengan
instrumen yang semakin besar ke arah koronal
Kelebihan crown down :
Tidak mendorong debris ke periapeks karena preparasi dimulai dari korona
Dapat mempermudah pemasukan instrumen dan irigasi ke saluran akar sehingga
meningkatkan pembersihan saluran akar
Mendapatkan akses yang lurus ke arah apeks
Kekurangan step back :
Menghasilkan bentuk saluran akar dengan kecorongan minimal sehingga menyulitkan
penetrasi bahan irigasi.
Dapat menyebabkan terjadinya transportasi debris ke apikal
Pemasukan instrumen dan irigasi lebih sulit
Dominica Clarissa S.
Maximilianus Felix C.
Penguji:
drg. Daru Indrawati, Sp.KG (K)
drg. Gatot, Sp.KG (K)
Dominica Clarissa S.
Maximilianus Felix C.
Penguji:
drg. Daru Indrawati, Sp.KG (K)
drg. Gatot, Sp.KG (K)
Yang perlu dilakukan agar memudahkan ekstirpasi
Setelah menentukan panjang kerja, dilakukan penjajakan saluran akar menggunakan jarum
Miller (smooth broach) atau file nomor 10. Hal ini bertujuan untuk melepaskan perlekatan
jaringan pulpa dari dinding saluran akar sehingga ekstirpasi mudah dilakukan.10
1. NaOCl
Sifat:
- Dalam air, NaOCl berdisosiasi Na+ + OCl-. Pada pH netral dan asam (4-7) chlorine
yang dapat menyebabkan kematian sel (aktifitas antimikroba)
- Pada konsentrasi 1% cukup untuk melarutkan jaringan pulpa
- Efektifitas NaOCl dapat ditingkatkan dengan meningkatkan temperatur cairan
- Dibiarkan berkontak 30-60 menit.
Kekurangan:
- Bau dan rasa yang tidak enak
- Bersifat toksisitas
- Tidak dapat menghilangkan bagian anorganik dari smearlayer
3. EDTA
- Merupakan pelarut anorganik (melunakkan dentin dan menghilangkan smear layer)
- Tidak memiliki sifat antibakteri
4. Chlorhexidine
- Merupakan antimicrobial yang luas sehingga memiliki sifat bakterisidal dan
bakteriostatik
- Dapat menyebabkan staining dan alergi
2. Chlorexidin 0,12%
Merupakan antimicrobial yang luas sehingga memiliki sifat bakterisidal
dan bakteriostatik
Kelebihan: toksisitas rendah, tidak berbau
Kekurangan: tidak dapat melarutkan jaringan organic dan anorganik
b. Chresophene
Memiliki sifat antibakteri lebih baik daripada ChKM
Mengandung kortikosteroid (dexamethasone) sehingga dapat mengurangi
inflamasi
c. Cresatine
Memiliki efek antibakteri yang lebih sedikit dibanding ChKM, namun lebih
tidak mengiritasi jaringan.
3. Golongan Antibiotik
Pasta yang sering digunakan adalah Leddermix, yang mengandung:
- Demeclocycline HCl 3.2%
- Dexamethasone 0.05% atau Triamcinolone 1%
Lebih bersifat bakteriostatik daripada bakterisid
Adanya kandungan kortikosteroid akan menurunkan inflamasi
Efek bunuh dari kalsium hidroksida berkaitan dengan beberapa mekanisme, yaitu
secara mekanis dan secara fisik. Aksi mekanis berlangsung melalui cara merusak
membran sitoplasma mikroba dengan aksi langsung ion hidroksil, menekan
aktivitas enzim dan mengganggu metabolisme seluler, dan menghambat replikasi
DNA dengan memisahkan DNA. Sedangkan secara fisik melalui bertindak
sebagai barrier yang mengisi rongga dalam kanal dan mencegah masuknya
bakteri ke dalam sistem saluran akar dan membunuh mikroorganisme yang tersisa
dengan menahan substrat untuk pertumbuhan dan membatasi tempat untuk
multiplikasi.
6. Eugenol
- Merupakan minyak essensial dan bukanlah merupakan golongan medikamen
saluran akar.
- Dapat mengiritasi jaringan jika berkontak
- Memiliki efek sedatif sehingga dapat meredakan rasa sakit
- Eugenol biasanya digunakan secara topikal dalam bentuk campuran dengan zinc
oxide dan dapat digunakan juga sebagai semen saluran akar.
b. Kalsium Hidroksida
Ca(OH)2 adalah medikamen yang sangat efektif dalam mengatasi bakteri
didalam pulpa. Nilai pH Ca(OH)2 adalah 12,3. Ca(OH)2 memiliki beberapa
keunggulan yaitu
1. Ion OH- menginaktifkan enzim membran sitoplasma bakteri
sehingga transpor nutrisi tidak bisa masuk ke dalam tubuh bakteri
dan menjadi toksik bagi kondisi bakteri itu sendiri sehingga
mengganggu proses pertumbuhan, pembelahan sel, dan aktivitas
metabolik dari bakteri.
2. Kalsium hidroksida sulit larut dan berdifusi dalam saluran akar
sehingga sitotoksitasnya terbatas hanya pada jaringan yang
berkontak.
3. Pada saat membunuh bakteri, Ca(OH)2 memiliki kemampuan untuk
menghidrolisis lipid dari lipopolisakarida bakteri. Lipopolisakarida
adalah endotoksin yang dihasilkan oleh bakteri yang mati dan
dapat mengakibatkan resorpsi.
Kelemahan nya adalah :
1. Kurang efektif dalam membunuh beberapa patogen endodontik,
seperti E. faecalis dan Candida albicans.
2. Sulit dibersihkan karena bila tidak dibersihkan, sisa dari CaOH
dapat mempercepat waktu setting sealer bahan dasar ZOE
b. Golongan Phenol
Phenol adalah racun protoplasma non-spesifik yang memiliki efek
antibakterial yang optimal pada konsentrasi 1%-2%. Turunan dari fenol seperti
paramonochlorophenol (C6H4OHCl), thymol (C6H3OHCH3C3H7), kresol
(C6H4OHCH3), dan chlorofenol mentol berkamper (ChKM) merupakan
antiseptik yang lebih kuat dan toksisitas yang lebih besar dibandingkan phenol.
ChKM memiliki efek antiseptik dari parachlorofenol, yaitu dengan melarutkan
protein dan menyebabkan kerusakan membran sel bakteri. Kamper pada
kandungan ChKM berfungsi untuk meningkatkan efek uap parachlorophenol
dan menurunkan toksisitas dari gugus fenol. Mentol befungsi untuk meredakan
rasa sakit.
Golongan phenol, seperti ChKM bekerja dengan uapnya, sehingga
tidak perlu kontak langsung dengan jaringan. Pemakaiannya menggunakan
kapas yang telah diberikan ChKM dan diperas kemudian diletakkan dalam
kamar pulpa.
c. Formaldehid
Golongan formaldehid yang sering digunakan adalah formokresol.
Komponen formaldehid pada formokresol antara 19% dan 37%. Bahan yang
memiliki komponen formaldehid diatas 10% digunakan untuk memfiksasi
jaringan. Formaldehid mudah menguap dan mengeluarkan uap antimikroba
saat diaplikasikan pada kamar pulpa. Efektivitas antimikroba formaldehid
lebih rendah dibandingkan toksisitasnya..
d. Golongan antibiotik
Ledermix merupakan pasta antibiotik-kortikosteroid. Antibiotik yang
terkandung adalah demeclocycline HCl 3,2%. Kortikosteroid yang terkandung
adalah dexametason 0,05% dan triamnisolon 1%. Komponen tersebut dapat
mencapai sistem sirkulasi melalui tubulus dentin, kanal lateral dan foramen
apical. Kandungan kortikosteroid pada Ledermix berfungsi untuk menurunkan
inflamasi dan antibiotik berfungsi untuk mencegah bakteri berkembang biak.
Cara penggunaan dari ledermix ini adalah saluran akar harus terisi penuh
dengan pasta ledermix. Ledermix biasa digunakan pada kasus radang
periapikal akut.
e. Halogen
Cairan chlorin biasa digunakan untuk mengirigasi saluran akar, namun
juga dapat digunakan sebagai medikamen dalam bentuk chloramin-T, sebuah
garam sodium N-chloro tosilamid. Iodin, dalam bentuk IKI (Iodine potassium
iodide) efektif untuk digunakan sebagai cairan antiseptik dengan toksisitas
jaringannya rendah. IKI mempunyai kekuatan untuk membunuh bakteri
anaerob E. faecalis. Begitu juga untuk bakteri jenis Actinomyces, Candida dan
Enteric rod. Smear layer dapat dihilangkan dengan cairan ini. Namun
kekurangannya adalah dapat menyebabkan respon alergi dan staining pada
gigi, durasi waktunya juga singkat.
a) Ca(OH)2
Kalsium hidroksida memiliki kekuatan terbesar sebagai antimikroba jika
dibandingkan dengan medikamen saluran akar lainnya, dengan bakterisid
paling efektif terhadap Streptococcus pyogenes. Efektifitas Ca(OH)2 ini
didapatkan dari antimikrobakterial, anti inflamasi, dan osteogenic potential.
Sifat basanya membunuh bakteri melalui efek destruktif terhadap membrane
sel dan struktur protein.
b) Sodium Hypochlorite 3%
Sodium Hypochlorite memiliki afek anti mikrobakterial yang luas, yaitu pada
vegetative bacteria, sporangial bacteria, fungi, protozoa dan virus. Namun
kekurangannya adalah ketidakmampuan bahan ini untuk penetrasi ke dalam
sistem mikrokanal yang ada pada dentin.
c) Metronidazole 0,5%
3. Medikamen
c. Kalsium Hidroksida
Ca(OH)2 adalah medikamen yang sangat efektif dalam mengatasi bakteri didalam
pulpa, saat ini menjadi yang paling sering digunakan. Merupakan substansi basa
kuat dengan nilai pH Ca(OH)2 adalah sekitar 12,5. Dalam aqueous solution
Ca(OH)2 akan terurai menjadi ion Ca2+ dan OH-. Untuk mendapatkan alkalinisasi
yang adekuat medikamen saluran akar ini berada dalam saluran akar dalam waktu
1-2 minggu. Ca(OH)2 memiliki beberapa keunggulan yaitu:
3. Ion OH- menginaktifkan enzim membran sitoplasma bakteri
sehingga transpor nutrisi tidak bisa masuk ke dalam tubuh bakteri
dan menjadi toksik bagi kondisi bakteri itu sendiri sehingga
mengganggu proses pertumbuhan, pembelahan sel, dan aktivitas
metabolik dari bakteri.
4. Kalsium hidroksida sulit larut dan berdifusi dalam saluran akar
sehingga sitotoksitasnya terbatas hanya pada jaringan yang
berkontak.
5. Pada saat membunuh bakteri, Ca(OH)2 memiliki kemampuan untuk
menghidrolisis lipid dari lipopolisakarida bakteri. Lipopolisakarida
adalah endotoksin yang dihasilkan oleh bakteri yang mati dan
dapat mengakibatkan resorpsi.
e. Golongan Phenol
Medikamen yang termasuk dalam golongan ini adalah ChKM (Chlorofenol
Kamfer Mentol) dan Cresophene. ChKM memiliki efek antiseptik dari
parachlorofenol, yaitu dengan melarutkan protein dan menyebabkan kerusakan
membran sel bakteri. Kamper pada kandungan ChKM berfungsi untuk
meningkatkan efek uap parachlorophenol dan menurunkan toksisitas dari
gugus fenol. Mentol befungsi untuk meredakan rasa sakit. Pada Cresophene,
selain terdapat paramonochlorophenol dan thymol sebagai efek antiseptic
terdapat juga kandungan dexamethasone sebagai anti inflamasi. Golongan
phenol bekerja dengan uapnya, sehingga tidak perlu kontak langsung dengan
jaringan. Pemakaiannya menggunakan kapas yang telah diberikan ChKM atau
Cresophene kemudian diperas dan lalu diletakkan dalam kamar pulpa.
f. Formaldehid
Golongan formaldehid yang sering digunakan adalah formokresol. Komponen
formaldehid pada formokresol antara 19% dan 37%. Bahan yang memiliki
komponen formaldehid diatas 10% digunakan untuk memfiksasi jaringan.
Formaldehid mudah menguap dan mengeluarkan uap antimikroba saat
diaplikasikan pada kamar pulpa. Efektivitas antimikroba formaldehid lebih
rendah dibandingkan toksisitasnya.
g. Golongan antibiotik
Ledermix merupakan pasta antibiotik-kortikosteroid. Antibiotik yang
terkandung adalah antibiotic tetrasiklin - demeclocycline HCl 3,2% sebagai
antimikroba. Kortikosteroid yang terkandung adalah dexametason 0,05% dan
triamnisolon 1%. Komponen tersebut dapat mencapai sistem sirkulasi melalui
tubulus dentin, kanal lateral dan foramen apical. Kandungan kortikosteroid
pada Ledermix berfungsi untuk menurunkan inflamasi dan antibiotik berfungsi
untuk mencegah bakteri berkembang biak. Cara penggunaan dari ledermix ini
adalah saluran akar harus terisi penuh dengan pasta ledermix. Ledermix biasa
digunakan pada kasus radang periapikal akut.
f. Halogen
Iodine bersifat bakterisidal, fungsisidal, tuberculoidal, virusidal, dan
sporisidal. Iodophors adalah kompleks iodine dan solubilizing agent (carrier
iodine) yang bertindak sebagai reservoir iodine bebas. Sediaan iodine yang
digunakan untuk medikamen adalah 2% IPI (Iodine Potassium Iodine), dalam
waktu 1-2 jam dapat menghambat perkembangan E. Faecalis pada tubulus
dentin.
Golonga
Zinc Oxide Resin Glass Ionomer Calcium Hydroxide
n
Merk - Grossman’s - AH 26: Ketac Endo - Sealapex
Dagang original formula bisphenol - Apexit
(procosol epoxy resin - CRCS: Calcium
sealer) sealer yang hydroxide sealer
- Roth’s 801 menggunakan dengan zinc oxide
sealer methenamine eugenol eucalyptol
- Ricket’s untuk base, slow setting
formula (Kerr’s polimerisasi. hingga 3 hari.
pulp canal Methamine
sealer) akan Sitotoksisitas: Sealapex
- Tubli seal melepaskan > CRCS > Apexit
- Wach’s cement formaldehyde
- Nogenol saat setting dan
- Medicated akan menurun
canal sealer setelah 2
minggu.
- AH plus:
formulasi AH 26
ditambahkan
campuran
amine yang
menyebabkan
polimerisasi
tanpa formasi
formaldehyde,
sitotoksisitas <
dari AH 26,
kelarutan < dari
AH 26
Apical + + + +
Sealing
Adhessive
properties
(sealer- + ++++ +++ ++
dentinal
wall)
Bond
strength
+++ ++++ + ++
to Gutta
Perca
Sifat - Dapat - Terdapat - Bonding - Efektif
Sealer diresorbsi bonding yang baik membentuk
bila terjadi yang baik terhadap dentinal bridge
ekstrusi terhadap dentin formasi dari
pada dentin - Flow baik root end hard
jaringan - Good flow tissue
periapikal - Sufficient
- Waktu working
setting time
lama - Toksik
- Dapat (menstimul
menyebab asi
kan stain pelepasan
pada formaldehy
struktur de), namun
gigi setelah 24
- Terdapat jam akan
aktivitas berkurang
antimikro dan
ba (zinc menjadi
oxide low toxic
menyedia
kan
cytoprote
ction
terhadap
sel
jaringan)
4. Indikasi Onlay
a. Restorasi besar
Casting alloy memiliki kekuatan yang besar, memperbaiki kontur dan kontak.
Gigi yang mengalami karies besar namun dinding facial dan lingual masih ada.
Onlay dari casting alloy kuat terhadap beban kunyah dan bisa mendistribusikan
beban kunyah dengan baik sehingga dapat menurunkan kemungkinan fraktur gigi.
b. Gigi pasca perawatan endodontik
Gigi molar dan premolar pasca perawatan endodontik direstorasi dengan onlay
untuk mendistribusikan beban kunyah sehingga dapat menurunkan kemungkinan
fraktur gigi.
c. Gigi antagonisnya sudah menggunakan restorasi cast metal
Untuk mengeliminasi aktivitas elektrik dan korosi bisa muncul bila dua jenis metal
yang berbeda berkontak
d. Gigi yang menjadi abutment gigi tiruan lepasan
Bahan cast metal alloy kuat menahan gaya dari gigi tiruan, dudukan rest lebih bisa
dapat dikontrol dengan teknik indirek
Nama : Nissia Ananda
NPM : 0906488086
5. Indikasi Dowel Crown
a. Gigi yang tidak dapat direstorasi dengan restorasi lain
b. Gigi yang sudah di PSA dengan baik
c. Perubahan inklinasi gigi
d. Gigi akan dijadikan sebagai retainer tambahan untuk GTJ
Indikasi onlay:11
- Gigi yang memerlukan restorasi besar.
Onlay merupakan pilihan restorasi untuk gigi yang telah menjadi lemah karena adanya
karies besar, gigi yang telah dirawat endodontic namun masih memiliki dinding bukal dan
lingual yang sehat (sudah bebas karies, ketebalan minimal 2 mm). Untuk gigi demikian,
bahan yang dipilih untuk onlay (alloy) dapat menahan tekanan oklusal pada restorasi,
serta dapat mendistribusi tekanan kunyah sehingga mengurangi risiko fraktur.
- Gigi yang telah mengalami perawatan endodontik.
Onlay menjadi restorasi untuk perawatan paska endodontik karena berfungsi untuk
mendistribusi beban oklusal sehingga mengurangi risiko terjadinya fraktur.
- Gigi dengan risiko fraktur.
Perlu disadari akan adanya kemungkinan fraktur pada enamel dan dentin terutama pada
gigi dengan kavitas yang besar. Karena itu, diperlukan restorasi yang dapat melindungi
struktur gigi, salah satu contohnya: onlay.
- Penutupan diastema dan perbaikan bidang oklusal.
Onlay menjadi indikasi jika gigi tersebut memerlukan perbaikan pada sisi mesial dan
distal. Onlay juga dapat digunakan untuk memperbaiki bidang oklusal pada gigi yang
sedikit malposisi.
- Gigi yang akan menjadi abutment gigi tiruan lepasan.
Keuntungan penggunaan restorasi tuang dalam kasus ini adalah: (1) lebih baik dalam
menahan gaya yang diberikan oleh gigi tiruan sebagian dan (2) memudahkan kedudukan
rest, guiding planes serta hal lainnya yang berhubungan dengan kontur.
Kontraindikasi onlay:11
- Pasien dengan risiko karies tinggi.
Adanya karies pada permukaan fasial dan lingual menandakan tingginya aktivitas karies
yang memerlukan perhatian sebelum pemasangan onlay / restorasi tuang. Jika karies
terkontrol, namun terdapat defek karies pada permukaan fasial dan lingual selain pada
permukaan oklusal dan proksimal, umumnya menjadi indikasi untuk pembuatan mahkota
tiruan penuh.
- Pasien dengan usia muda.
Umumnya, pada pasien muda lebih diindikasikan restorasi langsung (seperti tumpatan
resin komposit) kecuali jika gigi tersebut telah dirawat endodontik. Prosedur restorasi
tidak langsung memerlukan jumlah pertemuan yang panjang dan berulang kali dan pasien
berusia muda mungkin saja mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya sehingga justru
menambah karies.
- Gigi yang memerlukan estetika.
Restorasi yang berupa metal dapat mempengaruhi tampilan estetik jika digunakan pada
gigi yang mudah terlihat misalnya saat tersenyum atau berbicara. Restorasi yang berbahan
komposit atau porcelain dapat menjadi pilihan untuk kasus ini.
- Restorasi kecil.
Restorasi kecil cukup ditumpat dengan resin komposit atau amalgam.
b. Preparasi kontrabevel
Preparasi kontrabevel pada tepi bukal dan palatal/lingual untuk menyatukan
dinding mahkota gigi. Preparasi dengan diamond bur flame dengan membentuk
sudut 30° sepanjang 1,5 mm. sebaiknya tepi proksimal tidak dilakukan
kontrabevel karena akan memperluas cavosurface margin.
c. Reduksi oklusal
Reduksi oklusal dengan mengikuti bentuk topografi anatomi gigi sedalam 1,5 mm
menggunakan carbide bur.
d. Preparasi intrabevel
Preparasi menggunakan diamond bur flame dengan sudut 40 antara bur dengan
permukaan email eksternal sepanjang 0,5mm. Intrabevel dilakukan untuk
mengompensasi shrinkage dari pemuaian logam.
Resin komposit
Indikasi pada kasus kehilangan jaringan yang sedikit, tidak melebihi preparasi
akses
Dowel crown
Indikasi: gigi yang kehilangan jaringan banyak, gigi yang rentan fraktur,
perubahan inklinasi gigi
Post diperlukan ketika ketinggian core kurang dari setengah dan dinding yang tersisa
sangat tipis (kurang dari 1 mm).
Pertimbangan pemilihan restorasi onlay pada kasus gigi 46, bukan restorasi inlay?
Pemilihan onlay pada kasus gigi 46, gigi telah dilakukan perawatan saluran akar. Gigi
yang telah dirawat saluran akar cenderung lebih rentan terhadap fraktur. Hal ini disebabkan
oleh banyaknya struktur gigi yang hilang karena karies ditambah dengan kehilangan jaringan
akibat akses dan preparasi saluran akar. Kehilangan jaringan struktur yang mampu menahan
gigi dari beban fungsional tersebut mengakibatkan gigi menjadi lebih lemah. Terutama pada
gigi posterior dimana harus menahan gaya wedging. Kelebihan onlay memiliki kekuatan,
biokompatibilitas dan dapat menggantikan kontur dan kontak dengan baik. Gigi pasca
perawatan saluran akar membutuhkan cuspal coverage untuk menahan dinding gigi pada saat
terkena tekanan kunyah. Perlindungan pada cusp ini tidak dapat diberikan oleh restorasi
inlay. Dalam restorasi onlay terdapat pemilihan antara menutup seluruh cusp dengan restorasi
logam (fully covered cusp) atau hanya menutup sebagian cusp (partially covered cusp).
Inlay merupakan restorasi indirek yang dibuat dari logam tuang, porselen/ keramik
atau resin komposit yang tidak memberikan support ataupun menggantikan satu cusp atau
lebih. Sedangkan onlay merupakan inlay yang meliputi satu atau lebih cusp.
Gambar: Gaya wedging pada lereng cusp yang tidak dilindungi pada gigi pasca perawatan
saluran akar. (A.B) Inlay, (C) Onlay.
Sumber: Whitworth JM, et al. Crowns and Extra-coronal Restorations: Endodonti Considerations: The Pulp,
The Root-treated Tooth and The Crown. British Dental Journal 2002; 192: 315-27.
B. Prefabricated post
a. The carbon fiber-reinforced (CFR) epoxy resin post system
b. Glass fiber-reinforced epoxy resin posts
c. Polyethylene fiber-reinforced posts (PFR)
4. Restorasi Crown
Indikasi Restorasi Metal-Ceramic Crown
Restorasi metal ceramic crown diindikasikan untuk gigi yang membutuhkan penutupan
yang lengkap dan estetis yang signifikan dibutuhkan. Restorasi metal ceramic crown dapat
digunakan sebagai retainer bagi restorasi gigi tiruan jembatan. Indikasi restorasi metal
ceramic crown sama saja dengan jenis crown yang lain yaitu: kerusakan gigi yang
ekstensif akibat karies, atau trauma, kebutuhan akan kekuatan dan retensi yang lebih,
kebutuhan untuk rekontur permukaan aksial atau memperbaiki malinklinasi yang minor.
Restorasi ini juga dapat digunakan untuk memperbaiki bidang oklusal.6
Kontraindikasi Restorasi Metal-Ceramic Crown
Kontraindikasi dari restorasi ini sama dengan kontraindikasi restorasi gigi tiruan cekat,
termasuk diantaranya pasien dengan karies aktif atau penyakit periodontal yang tidak
diperbaiki. Pada pasien muda dengan kamar pulpa yang masih besar, restorasi metal
ceramic crown juga kontraindikasi karena adanya resiko terbukanya kamar pulpa.
Sebaiknya untuk pasien muda dipilih restorasi yang lebih konservatif yaitu labial veneer
atau resin komposit.6
Keuntungan Restorasi Metal-Ceramic Crown
Restorasi metal ceramic crown menggabungkan kekuatan dari metal dan estetis dari
ceramic. Metal ceramic crown lebih tahan lama daripada all ceramic crown dan secara
umum memiliki marginal fit yang sangat baik. Kualitas retentive sangat bagus karena
seluruh dinding aksial dipreparasi.6
Kerugian Restorasi Metal-Ceramic Crown
Preparasi metal ceramic crown membutuhkan reduksi gigi yang signifikan untuk
menyediakan ruang yang cukup bagi material. Untuk mendapatkan estetis yang lebih baik.
Batas fasial dari restorasi seringnya berada di subgingiva, dimana hal ini dapat
mengakibatkan meningkatnya potensi untuk terjadinya penyakit periodontal. Karena
memiliki tampakan seperti kaca, metal ceramic crown dapat mengalami fraktur karena
sifat ceramic yang rapuh, walaupun fraktur seperti ini biasanya berhubungan desain yang
kurang baik atau pembuatan di laboratorium. Masalah yang seringkali ditemui pada
restorasi metal ceramic crown adalah sulitnya mendapatkan warna yang sesuai. Restorasi
metal ceramic crown juga memliki biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan restorai
resin komposit dan membutuhkan kunjungan ke dokter gigi yang lebih banyak.6