Anda di halaman 1dari 119

Nama : Nissia Ananda

NPM : 0906488086

1. Fungsi saliva:

a) Lubrikasi jaringan lunak mulut untuk memudahkan proses penguyahan, menelan


dan bicara.
b) Membantu sensasi pengecapan dengan bertindak sebagai pelarut ion dan protein
c) Memelihara kesehatan mukosa oral melalui growth factor untuk menstimulasi
penyembuhan luka, dan cystatin untuk menghambat enzim destruktif seperti
cysteine protease.
d) Membantu pencernaan oleh amylase dan lipase
e) Pembersihan makanan dan bakteri dari rongga mulut
f) Menetralisir asam dari dental plak
g) Menetralisir asam dari makanan/minuman
h) Menetralisir asam kuat dari tubuh (reflux dan muntah)
i) Berperan dalam pembentukan pelikel. Pelikel (lapisan glikoprotein dari saliva
yang melapisi permukaan gigi) bertindak sebagai barrier terhadap difusi asam ke
dalam gigi dan larutnya apatit keluar gigi, selain itu pelikel juga membatasi
mineralisasi apatit.
j) Reservoir untuk ion (kalsium, fosfat, bikarbonat dan fluoride) yang digunakan
untuk remineralisasi
 Ca2+ dan HPO42- dapat mengganti kehilangan ion dari permukaan gigi akibat
demineralisasi
 Bikarbonat memiliki kemampuan buffer yang sangat efektif
Keseimbangan sistem buffer bikarbonat adalah sebagai berikut :
CACO2 + H2O ßà H2CO3ßà HCO3- + H+
CO2 adalah CO2 di saliva dan udara sekitar saliva dalam rongga
mulut, CA adalah yang mengkatalisis hidrasi CO 2 menjadi
asam karbonat. pH saliva normal antara 6,7 – 7,4 (dalam
keadaan tidak terstimulasi). Mengandung sistem bikarbonat
yang efektif sebagai buffer terhadap asam dari plak, makanan,
minuman dan paparan asam tubuh misalnya ketika muntah.
 Fluoride melindungi dan memperbaiki mineral gigi. Pada saliva rata-
rata terdapat 0,03 ppm fluoride, namun jumlahnya tersebut tetap
dipengaruhi oleh asupan fluoride dari makanan, topikal aplikasi dan
pasta gigi.
k) Mengontrol mikroflora mulut melalui enzim (lysozyme yang merupakan enzim
hidrolitik yang bekerja dengan cara melisis bakteri; peroksidase yang
menghambat pertumbuhan, pernafasan, dan metabolism bakteri), IgA
(menghambat perlekatan Streptococci sehingga dapat membantu menghilangkan
Streptococci dari rongga mulut dengan cara menelan), peptide dan mediator
kimia.

Andiana Rizqi Indirayani 0806451611

Saliva antibacterial system


Saliva mengandung IgA yang befungsi untuk mengagregasi bakteri dan mencegah adhesi.
Selain IgA, sistem antibakteri yang terdapat dalam saliva adalah :
a. Amylase yang dapat mengihibisi pertumbuhan beberapa spesies bakteri
b. Lisosim yang memecah peptidoglycan di dinding sel bakteri
c. Lactoperoxidase yang mengkatalisasi oksidasi tiosyanate pada saliva sehingga
menonaktifkan enzim bakteri
d. Histatin : menginhibisi pertumbuhan bakteri
e. Laktoferin : mengikat ion logam dan menginhibisi akses bakteri terhadap zat besi
f. Apolactoferin : memiliki efek antimicrobial pada mikroorganisme tertentu seperti S.
mutans

2
Nama : Nissia Ananda
NPM : 0906488086

2. Pemeriksaan faktor risiko karies


Faktor primer Faktor modifikasi
Faktor biologis yang bertindak langsung Memberi pengaruh tidak langsung ke
di dalam biofilm biofilm

 Saliva  Status sosioekonomi


 Diet  Gaya hidup
 Fluoride  Riwayat dental
 Riwayat kepatuhan

Pemeriksaan Saliva
a. Saliva tidak terstimulasi
1) Hidrasi
Untuk mengetahui apakah kelenjar saliva minor berfungsi secara
normal/tidak saat istirahat (resting saliva).
Cara pemeriksaan:
 Dudukan pasien tegak
 Singkapkan bibir bawah ke arah luar dan keringkan
 Ukur waktu yang dibutuhkan droplet saliva untuk muncul di orifis
kelenjar saliva minor.
 Letakkan 1 lembar tissue untuk lebih memudahkan melihat droplets
saliva.
Hasil dan interpretasi:
a) > 60 detik █
Artinya: Kelenjar saliva minor tidak berfungsi secara normal, yang bisa
diakibatkan oleh dehidrasi parah, efek samping obat, kerusakan kelenjar
saliva minor akibat radioterapi/penyakit, maupun ketidakseimbangan
hormon.
b) 30-60 detik █

3
Artinya: Produksi saliva tidak terstimulasi dari kelenjar saliva minor
terhambat yang bisa diakibatkan oleh dehidrasi ringan maupun efek
samping ringan dari obat.
c) <30 detik █
Artinya: Kelenjar saliva minor berfungsi normal.

2) Konsistensi
Untuk mengetahui konsistensi saliva tidak terstimulasi. Saliva mengandung
99% air dan 1% protein dan elektrolit sehingga seharusnya terlihat jernih,
basah, dan mengandung sejumlah kecil gelembung dan mampu membentuk
lapisan tipis pada semua permukaan jaringan keras dan lunak.
Cara pemeriksaan:
 Dudukan pasien tegak
 Instruksikan pasien untuk tidak menelan selama 30 detik
 Buka mulut dan catat gambaran saliva
 Instruksikan pasien untuk menyentuhkan lidah ke langit-langit mulut
dengan ujung lidah
 Periksa saliva pada dasar mulut dan pembentukan lapisan mengkilat oleh
saliva
Hasil dan interpretasi:
a) Kental █
b) Berbusa █
Kondisi kental dan berbusa menandakan rendahnya jumlah air dalam
saliva sehingga aliran salivanya tidak setinggi saliva jernih dan cair,
akibatnya tidak bisa membentuk coating efektif pada permukaan gigi dan
salivary clearance rate-nya lebih rendah daripada saliva jernih dan cair.
c) Jernih dan cair █
Kondisi jernih dan cair menandakan jumlah air dalam saliva banyak
sehingga dapat membentuk lapisan tipis saliva di seluruh permukaan gigi
dan mukosa yang dapat melindungi gigi.

4
3) pH
Untuk mengetahui tingkat keasaman saliva tidak terstimulasi pada rongga
mulut. Oleh karena terbentuknya lapisan tipis saliva tidak terstimulasi pada
permukaan gigi maka saliva ini dapat mempengaruhi biofilm pada
permukaan gigi.
Cara pemeriksaan:
 kumpulkan sampel saliva ke dalam container plastik
 letakkan kertas pengecek pH ke dalam saliva selama 10 detik
 setelah 10 detik,cocokan dengan color chart
Hasil dan interpretasi:
a) Saliva tidak terstimulasi < 5,8 █
Artinya: Suasana dalam rongga mulut sangat asam (mendekati pH kritis
HA=5,5 sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya demineralisasi).
Sangat dibutuhkan aksi cepat untuk mengubah kondisi asam tersebut.
b) Saliva tidak terstimulasi = 5,8-6,8 █
c) Saliva tidak terstimulasi > 6,8 █

b. Saliva terstimulasi
1) Flow rate (mL/menit)
Untuk mengetahui apakah produksi saliva per menit dari kelenjar saliva
mayor dan minor saat mengunyah (berfungsi) dalam jumlah yang
cukup/kurang. Laju alir saliva 0,7mL/menit adalah nilai minimal sebelum
meningkatnya risiko karies.
Cara pemeriksaan:
 Pasien duduk tegak
 Intruksikan pasien untuk mengunyah wax tidak berasa.
 Kumpulkan saliva setelah 30 detik
 Atur timer selama 5 menit dan tinggalkan pasien mengunyah wax
tersebut sendiri
 Pasien di instruksikan mengunyah terus selama 5 menit dan membuang
saliva nya dengan interval yang sama.
 Setelah 5 menit, kumpulkan saliva pada gelas ukur dan catat
volumenya
5
 Siapkan untuk memeriksa kapasitas buffer dan jumlah bakteri
Hasil dan interpretasi:
a) Saliva terstimulasi dalam 5 menit < 3,5mL █
Artinya: Laju alir saliva terstimulasinya sangat rendah, risiko karies
meningkat
b) Saliva terstimulasi dalam 5 menit = 3,5-5mL █
Artinya: Laju alir saliva terstimulasinya rendah
c) Saliva terstimulasi dalam 5 menit >5mL █
Artinya: Laju alir saliva terstimulasinya normal.

2) Kapasitas buffer
Untuk mengetahui kemampuan saliva menetralkan asam yang bergantung
pada tinggi/rendah konsentrasi bikarbonat. Semakin tinggi laju alir saliva
terstimulasi maka semakin tinggi konsentrasi bikarbonatnya, sehingga
semakin tinggi pula skor kapasitas buffernya.
a) Final score 0-5 : Rendah █
b) Final score 6-9 : Sedang █
c) Final score 10-12 : Tinggi █

3) pH
Untuk mengetahui tingkat keasaman saliva terstimulasi pada rongga
mulut.
a) Saliva terstimulasi < 5,8 █
Artinya: Suasana dalam rongga mulut sangat asam (mendekati pH
kritis HA=5,5 sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya
demineralisasi). Sangat dibutuhkan aksi cepat untuk mengubah
kondisi asam tersebut.
b) Saliva terstimulasi = 5,8-6,8 █
c) Saliva terstimulasi > 6,8 █

6
Pemeriksaan Plak
a. pH plak
Tes ini untuk mendemonstrasikan produksi asam di dalam plak sebagai bagian
edukasi pasien dan memeriksa efek mengubah diet (mengurangi minuman asam)
terhadap patogenitas plak.
Cara pemeriksaan:
 sampel plak diambil dari 1 sisi mulut yang
berisiko terbentuk karies, yaitu daerah-
daerah yang kurang akses terhadap efek
protektif saliva, di antaranya seperti
permukaan servikal gigi insisif maksila,
permukaan bukal kaninus mandibula dan
premolar, atau daerah interproksimal. Setiap
sample diteteskan larutan sukrosa (campuran
air, NaOH 0,1 mol/L, sukrosa, pengawet)
 Tunggu 5 menit, lalu warna sample plak
disesuaikan dengan color chart

Hasil dan interpretasi:


 Warna merah < 5 menit mengindikasikan pH ≤ 5,5. █
Artinya: Sample plak dari site tersebut merupakan plak kariogenik tebal yang
memproduksi asam dalam jumlah banyak sebagai respon dari aplikasi
sukrosa di awal.
Warna orange setelah 5 menit menunjukkan pH
rata-rata 6
 Warna kuning setelah 5 menit menunjukkan pH
rata-rata 6,5 █
 Warna hijau setelah 5 menit menunjukkan pH ≥ 7 █
Artinya: Sample plak tidak terpengaruh oleh larutan
sukrosa.
7
b. Aktivitas plak
Warna dari stain menunjukkan ketebalan dan maturasi plak. Ketebalan matriks
polisakarida bervariasi sehingga ada gradient konsentrasi yang akan dapat
mempengaruhi kemampuan difusi di dalam plak yang matur. Semakin tebal plak,
maka semakin sulit bagi saliva untuk membuffer asam di dalam plak. Mengukur
gradient difusi dapat dilakukan dengan aplikasi disclosing gel yang akan
mewarnai plak.
Cara pemeriksaan:
 Saat plak dalam proses fermentasi (pemeriksaan pH plak), aplikasikan
disclosing gel dengan microbrush pada permukaan yang sama dengan
pemeriksaan pH plak namun pada sisi berlawanan.
 Instruksikan pasien untuk kumur.
 Dalam waktu kurang dari 5 menit dapat terlihat daerah retensi plak. Plak baru
akan bewarna merah, plak yang mengalami maturasi akan bewarna ungu/biru

Hasil dan interpretasi:


1. Stain biru █ à Artinya: Plak tebal dan sudah mengalami maturasi
2. Stain merah-kebiruan █
3. Stain merah █ à Artinya: Plak tipis dan baru

c. Komposisi
Tes semikuantitatif ini dilakukan untuk S. mutans dan Lactobacilli
dengan menggunakan sampel saliva pada medium kultur dan diinkubasi
selama 48 jam. Jumlah bakteri diperoleh dengan membandingkan kultur
dengan chart yang dibuat oleh manufaktur.

Analisa Diet
Semakin meningkat frekuensi konsumsi fermentasi karbohidrat di antara waktu
makan utama, maka semakin meningkat risiko karies dan individu dengan diet
gula tinggi menunjukkan meningkatnya jumlah S. mutans dan Lactobacilli.
Frekuensi konsumsi secara langsung berhubungan dengan aktivitas karies. Diet
8
asam seperti minuman berkarbonasi, jus buah, dan minuman olah raga memiliki
pH lebih rendah dari pH kritis HA= 5,5 dan dapat meningkatkan jumlah karies
dan erosi. Dan dari minuman ini juga mengandung gula sehingga risiko karies
semakin meningkat.

Terpajan gula di antara Terpajan asam di


waktu makan utama antara waktu makan
utama
>2x/hari >3x/hari █
>1x/hari >2x/hari █
Tidak 1x/hari █

Fluoride
Terpajan fluoride
Tidak mengkonsumsi air berflour atau menggunakan pasta gigi █
berflouride
Mengkonsumsi air berflour atau menggunakan pasta gigi berflouride █
Mengkonsumsi air berflour dan menggunakan pasta gigi berflouride █

Faktor modifikasi
a. Status dental kini dan lalu
Untuk mengetahui apakah pasien pernah dirawat giginya, apakah ada karies yang
sudah dirawat, apakah ada karies yang aktif. Adanya restorasi dan/atau karies aktif
menunjukkan aktivitas karies tinggi. Karies aktif di daerah yang normalnya
terdapat akumulasi saliva seperti di anterior bawah atau permukaan bukal molar
atas menandakan indikasi aktivitas karies tinggi.
b. Status medis kini dan lalu
Terdapat kondisi medis yang dapat mengubah fungsi saliva, diantaranya diabetes,
dan lain-lain
c. Kepatuhan pasien
d. Gaya hidup
 Riwayat medis:
9
Diabetes, depresi dan rheumatoid condition seperti sjorgen syndrome,
rheumatoid arthritis, radiasi kelenjar saliva untuk kanker kepala leher.
 Medikasi dapat menurunkan aliran saliva sebagai efek sampingnya, di
antaranya obat antidepresan, antihipertensi,a ntikolinergik, antipsikotik,
diuretic, dan antiparkinson.
 Medikasi yang dijual bebas dapat mengandung bahan aktif yang dapat
menurunkan aliran saliva serta mengandung sukrosa. Beberapa dikonsumsi
dengan cara dikulum dalam waktu yang lama dalam mulut sehingga pH
mulut dapat menurun dalam waktu lama. Contohnya yaitu obat untuk Hay
fever dan asma
 Recreational drugs
Kafein, tembakau, alkohol, mariyuana , dan amphetamine menurunkan laju
alir saliva dan aditif. Bahan minuman yang mengandung kafein dan
menimbulkan adiksi memiliki kandungan gula yang tinggi dan pH yang
rendah.
e. Status sosioekonomi
Hal ini mempengaruhi tingkat edukasi pasien. Pasien yang memiliki
tingkat edukasi yang lebih rendah, akan memiliki risiko karies yang lebih
tinggi. status ekonomi pasien juga mempengaruhi kekooperatifan pasien.

The Matrix
Pemeriksaan yang dilakukan pada status penyakit yang diderita pasien saat
ini dan sikap pasien dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.
Status Penyakit
1 2 3
C
Sikap
B
A

Keterangan:
A = Mau mengubah sikap; B= Mungkin mengubah sikap; C= Tidak mau
mengubah sikap
1 = Tidak ada penyakit; 2 = Perlu diperbaiki/dirawat; 3 = Penyakit aktif
10
Nama Mahasiswa : Adelia Caryabudi
Penguji 1 : drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)
Penguji 2 : Dr. drg. Anggraini Margono, Sp.KG(K)

1. Buat contoh diet chart. Bagaimana cara menyimpulkan hasil diet chart?
JENIS MAKANAN FREKUENSI PER HARI

Cairan _______ x 1 = _______ point

Soft drink, fruit drinks, gula dan madu dalam minuman, non-
dairy creamer, es krim, pudding

Padat dan lengket _______ x 2 = _______ point

Cake, cupcake, roti, donat, buah kaleng, kue kering, cokelat,


caramel, permen karet, permen kenyal, manisan buah kering,
selai

Larut Perlahan _______ x 3 = _______ point

Permen keras, tablet antasid, tablet obat batuk hisap

Risiko Karies Total = _______ point

Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi

Diadaptasi dari Diet Analysis Tufts School of Dental Medicine

Instruksi:

 Perhatikan jenis makanan yang tertulis pada kolom sebelah kiri.


 Masukkan jumlah frekuensi (berapa kali) mengonsumsi makanan tersebut pada
akhir waktu makan utama atau di antara waktu makan utama (setidaknya jeda 20
menit) dalam 1 hari.
 Kalikan jumlah frekuensi dengan bobot tiap jenis makanan lalu total jumlahnya.
 Interpretasikan risiko karies dari jumlah skor

11
Nama : Nissia Ananda
NPM : 0906488086
1. Refined Karbohidrat
Refined carbohydrate adalah karbohidrat terolah, yaitu gula dan produk – produk
tepung terigu yang dapat diubah oleh laktobasilus menjadi asam laktat. Ditemukan
dalam biscuit, cake, gula-gula, selai dan sereal yang dimaniskan. Penelitian oleh Dr.
T. W. B. Osborn et al dengan judul “A Comparison of Crude and Refined Sugar and
Cereals in Their Ability to Produce in vitro Decalcification of Teeth” membuktikan
bahwa refined carbohydrate memiliki tingkat dekalsifikasi struktur gigi yang cukup
tinggi jika dibandingkan dengan unrefined carbohydrate. Contoh dari unrefined
carbohydrate adalah nasi merah, oatmeal, roti gandum, dan lain-lain.

2. Proses demineralisasi dan remineralisasi

Plak pada permukaan gigi mengandung bakteri acidogenik dan aciduric (seperti
Streptococcus mutans), dimana bakteri tersebut memetabolisme karbohidrat
menghasilkan asam laktat. Hal ini akan menstimulasi Ion H + bereaksi dengan PO43-
dari saliva dan plak membentuk HPO42- (buffering). Bila pH kritis HA (5,5) tercapai
maka mulai terjadi interaksi progresif ion asam dengan fosfat pada HA, yaitu
demineralisasi.
12
Demineralisasi: Ion asam dapat melarutkan kristal HA sebagian/seluruhnya
Ca10 (PO4)6(OH)2 + H+ à Ca2+ + (HPO4)3 + OH

Bila pH dinetralkan (melalui proses buffering Bila pH turun lebih lanjut bisa terjadi lesi email oleh
asam oleh saliva) dan terdapat jumlah ion Ca2+ karena ion asam yang penetrasi ke dalam prisma
dan PO43- yang cukup dalam saliva, maka bisa enamel mengakibatkan demineralisasi subpermukaan
menghambat proses pelarutan atau (email menjadi lebih berporus). Permukaan gigi tetap
memungkinkan membangun kembali kristal ada (zona permukaan) karena terjadi remineralisasi
apatit yang larut sebagian
Bila ketidakseimbangan demin/remin berlanjut maka
Remineralisasi: Ion Ca2+ dan PO43- dari saliva permukaan incipient lesion bisa kolaps melalui proses
akan menggantikan ion yang hilang dari pelarutan apatit atau fraktur crystallites yang lemah
permukaan gigi akibat demineralisasi karena kavitas di permukaan
(membentuk kembali HA)
Bila terdapat fluoride maka dapat terbentuk
Demineralisasi bisa berlanjut sampai ke dentin dan
FA yang menambah resistensi email terhadap
bakteri menjadi inhibitan permanen di dalam kavitas.
asam. pH kritis FA: 4,5
Bakteri produksi asam untuk melarutkan HA dentin
yang lebih dalam. Tekstur dentin akan berubah akibat
demineralisasi dan warnanya akan menjadi gelap akibat
produk bakteri atau stain makanan. Lesi kronis: dasar
kavitas menjadi lebih lunak teksturnya.

Vicky Novita Mulya


13
1006667680

Patogenesis Penyakit Pulpa

Injuri pulpa

Adanya respon inflamasi dan pelepasan mediator inflamasi (leukosit mengarah ke lokasi
injuri dan memfagosit bakteri dan sel pulpa yang mati  menghasilkan enzim lisosom)

Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah

Akumulasi cairan pada rongga interstitial pulpa, tekanan intrapulpa meningkat

Tekanan intrapulpa lebih besar dari tekanan pembuluh darah vena

Vena collaps, adanya penurunan aliran darah ke pulpa

Sirkulasi darah yang tidak baik menyebabkan akumulasi


iritan
Menurunkan fungsi jaringan

Sel-sel mati (nekrosis)

Vicky Novita Mulya, 1006667680

14
DENTIN
Dentin terdiri dari 70% material anorganik, 20% material organic, dan 10 % air. Komponen
utama anorganik dentin adalah kalsium hidroksiapatit, sedangkan material organiknya
mengandung protein, proteoglikan, phospholipid, growth factors, termasuk bone
morphogenetic protein (BMP), insulin-like growth factor (IGFs), dan transforming growth
factor beta (TGF-B).
PULPA
Jaringan pulpa terdiri dari jaringan ikat longgar dan mengandung pembuluh darah dan saraf.
Selain itu juga terdapat sel odontoblas yang berada pada bagian perifer jaringan pulpa yang
meluas hingga bagian dalam dentin, juga terdapat sel fibroblast yang menghasilkan kolagen
dan membentuk matriks pulpa.
SMEAR LAYER
Ketika dentin dipotong oleh instrument endodontic, jaringan mineral tidak terbelah atau
terpotong, melainkan hancur dan menghasilkan sejumlah debris. Inilah yang disebut dengan
smear layer.

Nama Mahasiswa : Adelia Caryabudi


Penguji : drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)

1. Jelaskan yang dimaksud dengan biokompatibel.

Biokompatibilitas
Definisi umum: kemampuan suatu biomaterial untuk melangsungkan fungsinya dalam
kaitannya dengan perawatan gigi tanpa menimbulkan efek sistemik maupun lokal yang tidak
diharapkan, menghasilkan respons jaringan yang menguntungkan, dan mengoptimalisasi
perawatan. (Williams, 2008)

Andiana Rizqi Indirayani 0806451611


Biokompatibilitas
Biokompabilitas adalah sifat suatu material untuk tidak menimbulkan efek beracun atau
respon imunologi yang merugikan fisiologis tubuh. Biomaterial yang kurang kompatibel
dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi, seperti mengakibatkan lamanya peradangan
kronis.
Nama : Nissia Ananda
15
NPM : 0906488086
KemoMekanis
Preparasi kemomekanis adalah kombinasi preparasi secara mekanis dan mengunakan
bahan kimia sebagai irigasi.

Valeria Widita W / 0806325296


Drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)
Drg. Gatot Sutrisno, Sp. KG(K)

1. Prinsip Minimal Intervention


Berikut ini adalah prinsip-prinsip minimal intervention5 :
a. Modifikasi flora rongga mulut
Karies gigi merupakan penyakit infeksi, dan fokus utama seharusnya adalah pada
kontrol infeksi, kontrol plak, dan mengurangi konsumsi karbohidrat.
b. Edukasi pasien
Penyebab atau etiologi dari karies harus dijelaskan pada pasien, bersamaan dengan
maksud dari pencegahan melalui evaluasi diet dan kebersihan rongga mulut.
c. Remineralisasi lesi enamel dan dentin yang tidak berkavitas
saliva memiliki peran yang kritis dalam proses remineralisasi dan demineralisasi, oleh
karena itu kuantitas dan kualitasnya harus dinilai. Terdapat bukti yang kuat bahwa lesi
white spot pada enamel dan lesi tidak berkavitas pada dentin dapat dihentikan atau
dibalik. Lesi-lesi sepeti ini harus dirawat dengan teknik remineralisasi. Kelanjutan dari
lesi harus dicatat sehingga dapat diidentifikasi pada kunjungan berikutnya.
d. Intrevensi minimal pada lesi yang berkavitas
Pendekatan operatif hanya boleh dilakukan jika sudah diindikasikan khusus, misalnya
ketika sudah terbentuk kavitas yang perkembangannya sudah tidak dapat dihentikan
lagi, atau ketika membutuhkan estetis dan kemampuan untuk berfungsi kembali.
Intervensi operatif harus fokus pada preservasi struktur gigi dan hanya terbatas pada
penghilangan enamel yang sudah hancur dan infected dentine. Hal ini dapat dilakukan
dengan instrument-instrumen seperti hand instruments, rotary instruments, sonic,
ultrasonic, air abrasive, atau laser, bergantung pada situasi. Preparasi kavitas yang
minimal memungkinkan untuk direstorasi dengan material adesif seperti glass ionomer
cement atau resin komposit. Beberapa penelitian menyatakan bahwa glass ionomer

16
cement dapat berperan dalam remineralisasi pada non-infected dentine yang keras
sudah terdemineralisasi.
e. Perbaikan restorasi yang defektif
Pembuangan restorasi yang sudah rusak berakibat pada peningkatan ukuran kavitas
sebagai konsekuensi pembuangan jaringan struktur gigi yang sehat. Bergantung pada
keputusan klinis seorang dokter gigi, perbaikan restorasi dapat dijadikan sebagai
pertimbangan alternatif untuk mengganti restorasi pada beberapa situasi.

Ines Augustina Sumbayak, 0806324974


Penguji: drg. Munyati Usman, Sp.KG (K)
drg. Bambang Nursasongko, Sp.KG (K)

GLASS IONOMER CEMENT


Glass Ionomer merupakan nama generik dari kelompok material dengan adanya reaksi bubuk
silikat glass dengan asam poliakrilik. Awalnya semen ini digunakan sebagai restorasi estetis
untuk gigi anterior, dan direkomendasikan untuk merestorasi gigi preparasi kavitas kelas III
dan kelas V. Namun karena sifat adhesifnya pada struktur gigi dan dapat digunakan sebagai
pencegahan karies, tipe-tipe GIC berkembang dan dapat digunakan sebagai luting agents,
orthodontic bracket adhesif, pit fissure sealants, liner dan basis, build-up core, dan restorasi
intermediate.
Bahan kimia GIC juga berkembang. Untuk meningkatkan sifat mekanisnya, maka diciptakan
Metal-Reinforced Glass Ionomer Cement. Mengganti bagian asam poliakrilik dengan
monomer hidrofilik menghasilkan Light-Cure/Chemical-Cure material yang disebut Resin-
Modified Glass Ionomer Cement/Hybrid Ionomer Cement. Reaksi asam basa merupakan
bagian dari proses curing. Oleh karena itu material ini disebut dual-cured glass ionomer.
Penggunaan kedua metode dengan menginisiasi polimerisasi menghasilkan tri-cure glass
ionomer. Material ini memiliki working time yang lebih panjang dan kurang sensitif terhadap
air selama proses setting. Penggunaan cairan monomer polyacid bebas-air sebagai pengganti
asam poliakrilik disebut dengan Polyacid-modified Composite/ Compomer (Composite-
Ionomer)

Material Formulasi dan Komponen Pereaksi Tipe Reaksi


17
Glass Powder: Fluoroaluminosilicate glass Reaksi Asam-Basa
Ionomer Liquid: Polyacrylic acid, polybasic carboxylic
acid, water
Resin- Powder: Fluoroaluminosilicate glass, chemical- Polimerisasi
Modified dan/atau light-activated initiator. Light/Chemical-activated
Glass Liquid: Polyacrylic acid, water-soluble dan reaksi asam-basa
Ionomer methacrylate monomer, air, activator

Pasta A: Fluoroaluminosilicate glass, chemical-


activated initiator Polimerisasi Chemical-
Pasta B: Polyacrylic acid, water-soluble activated dan reaksi asam-
methacrylate monomer, air, activator basa
Compomer Pasta: Methacrylate monomer,monomer acidic, Polimerisasi Light-activated
inisiator.

Powder: Fluoroaluminosilicate glass, metallic Polimerisasi


oxides, sodium fluoride, chemical-dan/atau Light/Chemical-activated
light-activated initiator. dan reaksi asam-basa
Liquid: Monomer dimethacrylate/karboksil,
monomer acrylate , air, activator.

Resin-Modified Glass Ionomer Cement (Hybrid Ionomer)


Sensitifnya GIC terhadap air dan kekuatan yang lemah di awal setting pada GIC merupakan
hasil dari reaksi setting asam basa yang lambat. Oleh karena itu, bahan polimerisasi dapat
ditambahkan untuk menghasilkan curing yang cepat pada saat diaktivasi oleh cahaya atau
kimia untuk mengkompensasi kekurangan GIC tersebut, namun reaksi asam basa masih ada
dan terus berlangsung setelah polimerisasi. Bergantung dari formulasi pabrik dan rasio bubuk
dan likuid, RM-GIC dapat digunakan sebagai liners, fissure sealants, basis, core buildups,
restorasi, ahesif bracket orthodontic, material yang memperbaiki cusps/cores amalgam yang
rusak, material retrograde root-filling. Sebelum aplikasi, kondisikan permukaan struktur gigi
dengan asam ringan harus dilakukan untuk formasi bonding.

18
Komponen bubuk terdiri atas partikel fluoroaluminosilicate glass dan inisiator untuk light
cure atau chemical cure. Komponen likuid terdiri dari air dan asam poliakrilik atau asam
poliakrilik yang dimodifikasi dengan monomer methacrylate dan hydroxyethyl methacrylate
(HEMA) yang berperan untuk polimerisasi. Cairan RMGIC mengandung 16-25% resin
dalam bentuk HEMA dan kurang dari 1% kelompok yang dapat terpolimerasasi dan
fotoinisiator. Bergantung dari rasio bubuk dan liquid yang digunakan pada campuran.
Reaksi setting inisial RM-GIC terjadi karena polimerisasi kelompok methacrylate. Reaksi
asam basa bertanggung jawab terutama terhadap proses maturasi dan kekuatan akhir. Sebagai
tambahan, untuk polimerasasi komponen resin, juga ditambahkan inisiator kimia yang
mekanismenya sama dengan autocure resin komposit. Ini dikenal dengan istilah ‘dual’ atau
‘tri’ cure material.

Nama Mahasiswa : Adelia Caryabudi


NPM : 1006666892
Penguji : drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)

2. Apakah GIC mengalami polymerization shrinkage?

GIC konvensional tidak mengalami polymerization shrinkage karena reaksi settingnya bukan
merupakan reaksi polimerisasi.
GIC terdiri dari powder calcium fluoroaluminosilicate glass dan liquid larutan poliasam.
Reaksi setting GIC merupakan reaksi asam basa yang memicu difusi antara partikel glass dan
matriks.
Tahap 1: Disolusi
Pencampuran powder dan liquid mengakibatkan penetrasi ion hidrogen dari cairan asam
ke permukaan partikel powder/glass sehingga memicu pelepasan ion-ion dari partikel
glass yaitu Ca2+, Al3+, Na+, dan F- ke matriks.
Tahap 2: Presipitasi Garam/Gelation/Hardening
Ion Ca2+ bereaksi cepat dalam matriks membentuk jembatan garam di antara gugus
karboksil.
4-10 menit setelah mixing: terbentuk rantai kalsium, merupakan reaksi pengerasan awal.
Pada saat ini semen sensitif terhadap air. Bila terkontaminasi air akan terlihat buram,
melarutkan kation pembentuk matriks sehingga semen menjadi mudah larut.
19
Dalam 24 jam: proses maturasi, terjadi pembentukan rantai aluminium. Ikatan silang
dengan gugus karboksil menjadi lebih rigid. Semen menjadi lebih kuat dan tidak mudah
larut.
Sejalan dengan peningkatan pH, silica mengikat bubuk pada matriks.
Tahap 3: Hidrasi Garam
Air yang sebelumnya terikat longgar perlahan-lahan menghidrasi matriks ikatan silang.
Efeknya adalah peningkatan kekuatan semen dan struktur gel yang lebih stabil

Modifikasi pada formula basic GIC konvensional


1. RMGIC (Resin modified glass ionomer cement)
2. Resin modified autocure material
3. Light-initiated autocure material
4. Polyacid-modifeid composite-resin (compomer)
5. Giomers

Modifikasi ini dibuat untuk meningkatkan resistennya terhadap air, memodifikasi kandungan
kimianya dan meningkatkan translusensinya.
1. RMGIC
Terdiri atas komponen glass ionomer yang dimodifikasi dengan adanya sejumlah
kecil resin tambahan sebagian besar HEMA dan juga fotoinisiator dan sedikit resin
dan bahan kimia reaktif
RMGIC setiing sebagian oleh karena reaksi asam basa dan sebagian lagi dengan
polymerase fotokimia. Sebagai tambahan, untuk polimerasasi komponen resin, juga
ditambahkan inisiator kimia yang mekanismenya sama dengan autocure resin
komposit. Ini dikenal dengan istilah ‘dual’ atau ‘tri’ cure material
Cairan RMGIC mengandung 16-25% resin dalam bentuk HEMA dan kurang dari 1%
kelompok yang dapat terpolimerasasi dan fotoinisiator. Bergantung dari rasio bubuk
dan liquid yang digunakan pada campuran

TEKNIK LAMINASI ATAU “SANDWICH”


Pemikiran yang mendasari teknik ini adalah untuk membuat sebagian besar properti biologis,
fisik, dan estetik pada setiap material dengan adanya adhesi untuk mendapatkan rekonstruksi
gigi yang monolitik. Dengan teknik ini, gigi dapat direstorasi untuk mengembalikan kekuatan
fisiknya tanpa mengganggu estetisnya.
20
Jika terdapat keraguan mengenai efektifitas dan prognosis dari teknik bonding resin komposit
ke dentin, teknik laminasi lebih baik dipilih dan dapat digunakan untuk semua kavitas, di
mana setidaknya tersisa satu margin yang terletak pada dentin. Juga, pada saat kavitas meluas
ke dalam di daerah interproksimal di bawah CEJ, akan lebih sederhana jika meletakkan GIC
di setengah box proksimal dan menggunakan teknik laminasi di atasnya.
Hasilnya, baik itu restorasi di atasya berupa resin komposit maupun amalgam, bagian
restorasi GIC yang di bagian subgingival akan melepas fluoride dan pertukaran ion yang
beradhesi ke dentin dan akan berkurangnya retensi plak.
Dalam situasi ini, maka limitasi fisik yang dimiliki oleh GIC akan dikompensasi oleh
material yang lebih kuat di atasnya.
Berikut adalah keuntungan peletakkan GIC sebagai substitusi dentin
1. Akan terdapat sedikit resin komposit yang diletakkan sehingga meminimalkan total
shrinkage dari resin komposit setelah setting.
2. Akan meminimalkan jumlah inkremental resin komposit dan light curing sehingga
menghemat waktu.

Prinsip laminasi:
1. Menggunakan GIC yang paling kuat, diletakkan dalam jumlah yang cukup sebagai
pengganti dentin. Sebagai catatan: RMGIC bukanlah yang terkuat
2. Hindari pemakaian sub-base seperti kalsium hidroksida karena akan mengurangi area
adhesi dari GIC.
3. Kondisikan kavitas seperti biasa untuk mendapatkan adhesi pertukaran ion yang
menyuluruh dengan dentin di bawahnya.
4. Letakkan GIC dan biarkan mengeras secara kimiawi maupun sinar
5. Setelah setting, buang GIC yang menutupi enamel agar tercipta ikatan yang kuat
antara resin komposit dengan enamel
6. Beri tempat yang cukup untuk resin komposit karena adanya sifat fleksibilitas resin
komposit terhadap tekanan
7. Sebaiknya daerah kontak dibuat dengan resin komposit dibandingkan GIC
8. Buat ikatan antara GIC dan resin komposit dengan mengetsa GIC sewaktu mengetsa
enamel juga untuk mendapatkan keuntungan optimal dari konsep rekonstruksi
monolitik
9. Selalu gunakan GIC yang radiopak

21
Laminasi GIC autocure
Dapat memungkinkan untuk mengembangkan interlock mekanikal antara GIC autocure
dengan resin komposit yang sama dengan ikatan antara resin komposit dengan enamel.
Segera setelah GIC setting, aplikasikan asam etsa di GIC dan enamel selama 15 detik.
Cuci dan keringkan, tapi biarkan dalam keadaan lembab. Kemudian aplikasikan bonding
resin dan sinari dengan light cure. Letakkan resin komposit menggunakan teknik
incremental.
Laminasi dengan RMGIC
Tidak perlu etsa RMGIC saat melaminasinya dengan resin komposit karena adanya
kapasitas bonding yang cukup pada HEMA, yang ada dalam semen, untuk memastikan
bonding kimia yang adekuat antara dua material. Tidak ada pengaruh jika etsa mengenai
RMGIC. Lakukan etsa pada enamel seperti biasa.
Laminasi amalgam
Kombinasi ini biasanya digunakan untuk merestorasi gigi molar di mana margin gingival
proksimal box-nya terletak di subgingiva. Gunakan GIC yang paling kuat yang tersedia
sebagai basis dan menyediakan adhesi pertukaran ion pada struktur gigi dengan
mengkondisikan kavitas. Pastikan material setting sempurna dan sediakan tempat yang
cukup untuk mengkompensasi amalgam yang bersifat brittle. Ekspose seluruh margin
enamel dan buat desain interlock mekanis pada GIC dan struktur sisa gigi sehingga
amalgam terkunci pada posisi biasa. Dapat diaplikasikan 45% asam poliakrilik (liquid
GIC) di atas semen yang sudah setting sebelum tumpat amalgam untuk meningkatkan
ikatan GIC dengan amalgam. Amalgam yang baru ditumpat akan menyatu dengan GIC,
walaupun ikatan tersebut masih dipertanyakan.

Valeria Widita W / 0806325296


Drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)
Drg. Gatot Sutrisno, Sp. KG(K)

2. Resin Komposit
a. Macam-macam RK
Resin komposit dapat diklasifikasikan melalui ukuran, bentuk, dan distribusi dari
partikel filler nya. Berikut adalah macam-macam resin komposit:
- Macrofilled/Traditional Composites

22
Macrofilled composites merupakan jenis resin komposit yang pertama kali
diciptakan pada tahun 1960. Filler dari komposit jenis ini adalah quartz dengan
ukuran 10-25μm. Ukuran besar partikel filler nya menghasilkan restorasi yang
terasa kasar apabila diraba dengan sonde. Kecenderungan terjadinya akumulasi
plak dan staining lebih besar daipada jenis komposit yang lain. Kekuatan dan sifat-
sifat fisik lainnya, kecuali ketahanan akan aus dan kekasaran permukaan, dari
komposit jenis ini cukup untuk restorasi kelas III, IV, dan V. Aus yang berlebihan
ketika digunakan untuk restorasi kelas I dan II membatasi kegunaannya untuk gigi
posterior.1 (clinical aspecgts of dental materials: theory, practice, and cases 4th ed)
- Microfilled Composites
Ukuran partikel filler dari microfilled composites jauh lebih kecil dibandingkan
macrofill composites yaitu sekitar 0,03-0,5 μm. Fillernya yang kecil ini biasanya
adalah silikat. Komposit jenis ini dapat dipoles menjadi sangat halus dan
mengkilap, serta permukaannya sangat mirip dengan enamel. Masalah yang
terdapat pada microfilled composites adalah persentase filler yang rendah. daerah
permukan dari partikel filler yang sangat kecil memerlukan lebih banyak resin
untuk membasahi permukaan partikel filler. Kandungan resin yang banyak ini
berakibat pada peningkatan koefisien muai termal dan kekuatan resin komposit
yang lebih rendah. Microfilled composites digunakan untuk daerah yang
memerlukan estetik dan juga digunakan untuk restorasi kelas V di daerah cement-
enamel junction.
- Hybrid Composites
Hybrid composites merupakan jenis komposit yang kuat dan dapat dipoles dengan
baik. Partikel filler memiliki ukuran rata-rata 0,5-1μm namun memiliki kisaran
ukuran partikel yang lebih luas yaitu 0,1-3 μm. Kekuatan komposit jenis ini
memiliki kekuatan dan resistensi terhadap abrasi yang cukup untuk kavitas kelas I
dan II yang kecil dan sedang. Permukaannya saat selesai ditumpat cukup bagus
mendekati permukaan microfilled composites, sehingga dapat juga digunakan
untuk restorasi kelas III dan IV.1
- Nanofill composites
Nanofill composites mengandung partikel filler yang sangat kecil (0,005-0,01μm).
Karena ukuran partikel yang kecil ini dapat digumpalkan, berbagai ukuran partikel
adalah mungkin, dan packing partikel yang optimal dapat dilakukan. Sehingga,
23
tingkat filler yang tinggi dapat dihasilkan dalam material restorasi yang hasilnya
adalah sifat fisik yang baik dan estetis yang meningkat. Ukuran partikel filler yang
kecil juga membuat komposit jenis ini dapat dipoles dengan sangat baik. Karena
sifat ini, nanofill dan nanohybrid composites adalah material restoratif yang
populer digunakan. Komposit jenis ini memiliki hampir semua kegunaan klinis
yang luas.2

Berikut ini adalah tabel mengenai karakteristik dari berbagai macam tipe resin
komposit.
Tabel 1. Karakteristik berbagai macam tipe resin komposit3 (craig’s 12th ed)
Tipe Komposit Ukuran Partikel Volume Sifat-sifat saat digunakan
Filler (μm) Filler Keuntungan kerugian
Multipurpose 0.04, 0.2-3.0 60-70 Kekuatan dan -
modulus elastisitas
yang tinggi
Nanocomposite 0.002-0.075 78.5 Kekuatan dan -
modulus elastisitas,
serta permukaan
yang baik
Microfilled 0.04 32-50 Polish dan estetik Shrinkage yang lebih
yang baik tinggi
Packable 0.04, 0.2-20 59-80 Packable, less -
shrinkage, lower
wear
flowable 0.04, 0.2-3.0 42-62 Syringeable, lower Higher wear
modulus
Laboratory 0.04, 0.2-3.0 60-70 Best anatomy and Lebih mahal,
contacts, less wear membutuhkan alat
khusus dan semen
resin

Andiana Rizqi Indirayani 0806451611


24
Resin Komposit
Reaksi polimerisasi yang tidak sempurna pada resin komposit diakibatkan oleh jenis
kandungan filler pada resin komposit. Reaksi polimerisasi yang tidak sempurna
mengakibatkan menurunya sifat dari resin komposit diantaranya adanya efek shrinkage.
Semakin beragam jenis dan ukuran filler semakin rendah resiko shringkage yang dihasilkan.

Valeria Widita W / 0806325296


Drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)
Drg. Gatot Sutrisno, Sp. KG(K)

b. Prosedur tumpat RK
Berikut adalah langkah-langkah tumpat RK1:
- Identifikasi lesi karies
- Pilih warna yang sesuai
- Preparasi kavitas termasuk preparasi pada bevel enamel
- Aplikasikan liner jika dibutuhkan. (Liner melindungi pulpa dari etsa yang bersifat
asam, jika karies sudah dalam.)
- Aplikasikan etsa dan bonding pada permukaan enamel dan dentin.
- Letakkan dan cure komposit secara incremental.
- Periksa kontak proksimal (jika kavitas kelas II)
- Periksa apakah ada bagian yang kosong dan defek marginal. Gunakan dental floss
untuk mendeteksi adanya tumpatan yang overhanging
- Poles
- Cek oklusi dan artikulasi

Valeria Widita W / 0806325296


Drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)
Drg. Gatot Sutrisno, Sp. KG(K)

c. Indikasi RK untuk gigi anterior dan posterior


Indikasi RK:
- lesi interproximal pada gigi anterior

25
- lesi pada permukaan fasial gigi anterior
- lesi pada permukaan fasial gigi premolar
- fraktur gigi anterior
- lesi oklusal dan interproximal gigi posterior
Tabel 2. Tipe Restorasi dan Resin Komposit yang digunakan3 (craigs’s 12th ed)
Tipe Restorasi Jenis Resin Komposit
Kelas 1 Multipurpose, nanocomposite, packable, microfilled, compomer
Kelas 2 Multipurpose, nanocomposite, packable, microfilled, compomer,
laboratory
Kelas 3 Multipurpose, nanocomposite, microfilled, compomer
Kelas 4 Multipurpose, nanocomposite
Kelas 5 Multipurpose, nanocomposite, microfilled, compomer
Kelas 6 Packable, nanocomposite
Lesi servikal Flowable, compomer
Restorasi Anak Flowable, compomer
Bridge atau Crown Laboratory (dengan penambahan fiber)
Alloy substructure Laboratory (bonded)
Core build-up Core
Restorasi sementara Provisional
Pasien dengan risiko Glass ionomers, hybrid ionomers
karies tinggi

d. Indikasi penggunaan RK (selain untuk bahan restorasi)


Resin komposit selain untuk bahan restorasi direk, juga dapat diindikasikan untuk hal-
hal berikut ini1,2:
- Sebagai restorasi komposit indirek (composite crown)
- Sebagai alternatif dari resin akrilik sebagai restorasi sementara
- Sebagai semen untuk restorasi indirek atau restorasi porselain
- Pembuatan core untuk restorasi dowel crown
- Dapat digunakan untuk perawatan splinting periodontal

e. Apakah RK dapat digunakan pada pasien bruxism?

26
Untuk pasien dengan oklusi yang berat, bruxism, atau restorasi yang menyediakan
seluruh kontak oklusal gigi, biasanya material yang dipilih adalah amalgam. Hal ini
dikarenakan resin komposit memiliki ketahanan terhadap aus yang lebih rendah
daripada amalgam, namun penelitian mengindikasikan bahwa dengan komposit yang
ada saat ini, ketahanan terhadap aus tidak berbeda jauh dengan amalgam. 2 (sturdervant
6th ed)

Nama Mahasiswa : Adelia Caryabudi


NPM : 1006666892
Penguji 1 : drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)
Penguji 2 : Dr. drg. Anggraini Margono, Sp.KG(K)

2. Perbandingan antara bahan restorasi GIC dan RK, beserta kelebihan dan
kekurangannya.
Glass ionomer cement

Kelebihan:

 Adhesif, berikatan dengan gigi melalui ikatan fisiko-kimia


 Biokompatibilitas bahan dengan jaringan sangat baik
 Koefisien muai termal hampir sama dengan gigi sehingga menurunkan risiko
kebocoran tepi
 Merupakan reservoir fluoride

Kekurangan:

 Kekuatannya (compressive strength dan tensile strength) lebih rendah sehingga


tidak disarankan untuk daerah yang menerima tekanan kunyah besar
 Warna tumpatan lebih opak, kurang translusen sehingga kurang estetis
 Tumpatan lebih mudah aus (mengalami wear)
Resin komposit

Kelebihan:

 Sifat fisik seperti compressive strength, tensile strength, wear resistance baik
 Derajat translusensi tinggi sehingga lebih estetis
Kekurangan

27
 Biokompatibilitas tidak sebaik GIC
 Dapat terjadi polymerization shrinkage
 Koefisien muai termal 3 kali lipat struktur gigi

Ines Augustina Sumbayak, 0806324974


Penguji: drg. Munyati Usman, Sp.KG (K)
drg. Bambang Nursasongko, Sp.KG (K)

MATRIKS
Matricing adalah prosedur di mana dinding sementara dibuat berlawanan dinding axial
mengelilingi struktur gigi yang telah hilang selama preparasi.
Matriks adalah instrument yang digunakan untuk menahan restorasi pada gigi selama
restorasi tersebut setting.

Bagian matriks:
Retainer: bagian yang memegang band pada posisi dan bentuk yang dibutuhkan
Band: merupakan potongan metal atau material polimerik yang ditujukan untuk memberi
dukungan dan bentuk pada restorasi selama insersi dan setting.
Bahan yang biasa digunakan untuk band adalah stainless steel, poliasetat, asetat selulosa,
nitrat selulosa. Matriks band harus melebihi 2 mm di atas tinggi marginal ridge dan 1mm di
bawah margin gingival. Lebar matriks berkisar antara 6,35 mm hingga 9,5 mm. Ketebalannya
antara 0,038 hingga 0,05 mm.

Fungsi matriks:
1. Menahan restorasi selama setting
2. Untuk menyediakan kontak dan kontur proksimal yang tepat
3. Untuk menyediakan tekstur permukaan restorasi yang optimal
4. Untuk mencegah gingival overhanging

Syarat matriks:
Untuk memperoleh restorasi yang optimal, band matriks harus memiliki syarat sebagai
berikut:
1. Rigid: matriks harus rigid untuk menahan tekanan kondensasi yang diaplikasikan saat
restorasi, menjaga bentuk restorasi saat setting
28
2. Adaptasi: matriks harus dapat dicocokkan pada hampir semua bentuk dan ukuran gigi
3. Mudah digunakan: band harus simple sehingga tidak menyebabkan kesulitan pada
saat mengerjakan restorasi
4. Harus bisa diletakkan pada gingival dan rubber dam
5. Non reaktif: tidak merusak jaringan dan material restorasi
6. Ketinggian dan kontur: matriks tidak boleh melebihi dari 2 mm tinggi oklusal gingival
mahkota gigi untuk memfasilitasi vision danmempercepat waktu kerja.
7. Aplikasi: matriks band harus diletakkan sedemikian rupa sehingga bisa dilepaskan
dengan mudah
8. Sterilisasi: harus mudah disterilisasi

Klasifikasi matriks:
1. Berdasarkan metode retensi:
- Retensi mekanis, contohnya: ivory matriks retainer nomor 1 dan 8, serta
tofflemire matriks band retainer
- Self retained, contohnya: copper atau stainless steel band

2. Berdasarkan transparansi:
- Transparan matriks, contohnya: cellophane dan seluloid
- Nontransparan matriks, contohnya: stainless steel

3. Berdasarkan tipe preparasi:


Tipe preparasi Matriks dan retainer
Preparasi kelas II - Ivory matriks nomor 1
- Nystrom’s retainer
Kelas II MOD - Ivory matriks nomor 8
- Tofflemire
- Steele’s Siqveland self-adjusting matriks
- Anatomical matriks band
- ‘T’ shaped matriks band
- Retainerless automatriks
Kelas III - ‘S’ shaped matriks band

29
- Cellophane matriks strip
- Mylar strips
Kelas IV - Plastic strips
- Aluminium foil
- Transparent crown form
- Anatomic matriks
Kelas V - Custom made plastic matriks

Jenis-jenis Matriks yang sering digunakan:


1. Matriks Tofflemire (Universal)
- Juga dinamakan universal matriks karena dapat digunakan dapat digunakan pada
semua jenis preparasi gigi posterior. Pada matriks ini, band akan mengelilingi gigi
secara fit karena dikencangkan oleh retainer.
- Indikasi untuk preparasi gigi kelas I dengan perluasan dinding bukal/lingual, kelas
II unilateral dan bilateral/MOD dengan restorasi amalgam
- Band matriks dari stainless steel agak tebal (0,038-0,05mm) tidak membentuk
anatomi dengan baik bila dibandingkan dengan matriks sektional karena akan
membuat gap. Pada restorasi amalgam gap ini akan dikompensasi oleh sifat
ekspansi amalgam.
- Kekurangannya tidak bisa digunakan kerusakan gigi yang meluas dan tidak
memberikan bentuk anatomi yang optimal untuk restorasi resin komposit.

30
Gambar 3. Matriks Tofflemire

2. Matriks Ivory
- Matriks yang paling sering digunakan untuk preparasi gigi kelas II. Matriks
holdernya memiliki cengkram pada kedua ujungnya disertai dengan dua lengan
yang berbentuk semi lingkaran dan pada ujung pegangannya terdapat baut yang
berfungsi untuk mengencangkan band sehingga kedua cengkram mendekat satu
sama lain dan membuat band fit terhadap lengkung gigi. Kemudian pilih ukuran
band yang sesuai dan mengelilingi salah satu sisi gigi. Setelah itu wedge
diletakkan untuk membantu adaptasi dari band matriks ke gigi.
- Indikasi: untuk preparasi gigi kelas II unilateral dengan restorasi amalgam
- Kekurangannya: tidak praktis saat digunakan dan bila dilepaskan.
- Bahan matriks band juga terbuat dari stainless stell.

Gambar 4. Matriks Ivory

3. Matriks Sectional (Merk: Palodent/Triodent)


Matriks ini digunakan untuk restorasi resin komposit karena matriks ini memiliki ring
yang bertujuan untuk mendorong gigi tetangga sehingga ada celah dengan gigi yang
akan direstorasi, sehingga diharapkan setelah restorasi selesai titik kontak yang baik
akan didapatkan setelah matriks dilepas. Kerapatan antara ring dan baji terhadap band
matriks akan mencegah terjadinya tumpatan yang overhanging dan menghemat waktu
finishing sehingga prosedur lebih efisien jika menggunakan matriks ini.

31
Matriks Palodent teridiri atas:
- Ring untuk separasi yang stabil, terdapat dua pegangan pada margin gingival di
kedua sisi gigi yang bersebelahan, dan secara fit menahan wedge sehingga dapat
merapatkan band matriks dan membuat seal marginal yang cekat.
- Matriks yang tersedia sanga tipis (0.001mm) sudah membentuk kontak embrasure
dan built-in marginal ridge sehingga didapat bentuk anatomi dan kontak akurat.
- Baji berfungsi untuk menstabilkan matriks dan merapatkan matriks sehingga
mencegah terjadi tumpatan yang overhanging

Gambar 5. Matriks Sectional (Palodent)

4. Matriks Mylar/Matriks Plastik


- Indikasi untuk restorasi resin komposit dan GIC pada restorasi kelas III dan kelas
IV di mana kehilangan dinding proksimal gigi anterior.
- Keuntungan: mudah dan simple dalam penggunaan dan harga ekonomis
- Kekurangan: kurang stabilitas.

Fungsi ring: (dari sturdevant)


1. Membantu untuk menstabilisasikan band matriks
Memberi tambahan ruangan antar gigi saat menumpat resin komposit.

32
Penguji : drg. Munyati Usman, SpKG(K)
Drg. Bambang Nursasongko, SpKG(K)
Mahasiswa : Azkania Sabila (0806324803)

1. SOP Restorasi Resin Komposit Kelas II


a. Prosedur pra operatif
Gigi dibersihkan dengan pumis dan air untuk membuang plak dan debris agar
pemilihan warna dapat dilakukan dengan baik. Daerah kerja diisolasi menggunakan
cotton roll.
b. Pemilihan warna
Pemilihan warna gigi menggunakan shade guide. Warna gigi dicocokkan dengan
warna gigi tetangganya dalam penerangan lampu alami agar tidak bisa.
c. Pembersihan jaringan karies dan restorasi yang buruk
Menggunakan bur metal bulat menghilangkan infected dentin dan menyisakan
affected dentin.
d. Preparasi kavitas
Bentuk internal kavitas harus bulat untuk menghindari adanya titik beban (stress
point). Bevel pada tepi kavitas bukal dan lingual/palatal. Dinding proksimal tidak
perlu dibevel karena searah enamel rod. Bevel pada tepi email diperlukan untuk
memperluas permukaan email, membuka enamel rod lebih banyak sehingga
meningkatkan ikatan antara email dan resin komposit.
e. Aplikasi liner
Apabila karies cukup dalam (D5), maka perlu diberikan selapis tipis liner (0,5mm)
pada permukaan dinding pulpa untuk melindungi pulpa dari berbagai iritan. Bahan
liner yang digunakan adalah RM-GIC agar berikatan dengan dentin lebih baik,
berikatan dengan resin komposit lebih baik, tidak menimbulkan sensitivitas pasca
restorasi, mengurangi efek shrinkage resin komposit, dan dapat mengatur waktu
setting.
Tahapan:
 Aplikasikan dentin conditioner untuk membuang smear layer selama 10 detik.
Bilas dengan air.
 Keringkan kelebihan air dengan kapas butir namun kavitas tetap lembab.
 Aduk powder ke likuid dengan gerakan melipat menggunakan spatula plastik
dan alas paper pad hingga RM-GIC tercampur dengan homogen.

33
 Aplikasikan bahan sekitar 0,5 mm pada kavitas menggunakan ballpointed,
ratakan.
 Light cure selama 20 detik.
f. Pemasangan matriks sectional
 Pemasangan matriks penting digunakan untuk mengembalikan titik kontak dan
kontur gigi posterior pada tumpatan resin komposit. Matriks sectional terdapat
beberapa keuntungan, yaitu: band yang sudah dalam keadaan pre-contoured,
kontak anatomis baik, dengan pemasangan ring dapat menghasilkan separasi
pada 2 gigi yang berdekatan sehingga ketika ring dilepaskan dapat dihasilkan
tight contact, mendapatkan area embrasur yang baik dari wedge.
Tahap pemasangan:
1. Pasang band
2. Pasang wegde
3. Pasang ring
g. Prosedur etsa dan bonding ke email dan dentin
 Permukaan gigi dikeringkan dengan semprotan udara
 Seluruh kavitas dietsa hingga ±2 mm di sekitarnya dengan asam
orthophosporic 37% dalam bentuk gel berwarna biru yang diaplikasikan pada
selama 15 detik dan dentin 10 detik.
 Kavitas dibilas dengan air mengalir. Air bilasan ditampung dengan saliva
suction. Daerah kerja diisolasi lagi dengan cotton pellet.
 Permukaan gigi dikeringkan dengan semprotan udara.
 Kapas butir basah yang telah diperas dimasukkan ke dalam kavitas agar
keadaan lembab.
 Bonding diaplikasikan menggunakan microbrush dan diratakan ke seluruh
kavitas. Setelah ditunggu 20 detik, lapisan bonding ditipiskan dengan angin
dan disinar selama 10 detik.
h. Penumpatan resin komposit
 Resin komposit diletakkan dengan instrumen plastis (plastic filling) ke dalam
kavitas secara inkremental (bertahap masing-masing dengan ketebalan maks.
2mm). Setelah anatomi dibentuk, tumpatan resin komposit disinar selama 20
detik.
 Matriks sectional dilepas

34
 Hasil tumpatan diperiksa dan dipastikan tidak ada step dengan menggunakan
sonde (arah tarikan sonde dari tumpatan ke gigi). Bagian yang mengganjal
atau berlebih dirapikan dengan fine bur.
 Matriks dilepas dan titik kontak diperiksa menggunakan dental floss.
i. Pemolesan
Pemolesan dilakukan menggunakan stone dan rubber putih, atau enhance setelah
penumpatan resin komposit.

Penguji : drg. Munyati Usman, SpKG(K)


Drg. Bambang Nursasongko, SpKG(K)
Mahasiswa : Azkania Sabila (0806324803)

2. SOP Restorasi Amalgam Kelas II


a. Prosedur pra operatif
Gigi dibersihkan dengan pumis dan air untuk membuang plak dan debris, serta daerah
kerja diisolasi menggunakan cotton roll.
b. Pembersihan jaringan karies dan restorasi yang buruk
Menggunakan bur metal bulat menghilangkan infected dentin dan menyisakan
affected dentin.
c. Preparasi kavitas
o Amalgam tidak adhesif dengan struktur gigi, sehingga bentuk kavitasnya harus
retentif (retensi makromekanis) untuk menahan agar restorasi tidak lepas. Retensi
tersebut didapat dari preparasi kavitas sehingga mendapat dinding bukal dan
palatal konvergen ke oklusal (membentuk sudut 90º terhadap email), sedangkan
dinding mesial dan distal sejajar dengan email. Preparasi menggunakan bur fisur.
o Untuk mendapatkan retensi dalam arah leteral, dibentuk dove tail; menjelang
kavitas proksimal menyempit membentuk isthmus (lebar± 1/3 jarak puncak cusp
bukal dan palatal), kemudian didalamkan sampai di bawah titik kontak (untuk
tangga) dan melebar kearah bukal-palatal (cukup bebas dari gigi tetangga). Jarak
dinding gingival ke gigi tetangga ±0,5 mm dan sudut tepi kavitas proksimal ±90º.
o Bulatkan sudut-sudut kavitas kemudian cuci kavitas dengan air dan keringkan
dengan kapas butir.
d. Aplikasi liner

35
Apabila karies cukup dalam (D5), maka perlu diberikan selapis tipis liner (0,5mm)
pada permukaan dinding pulpa untuk melindungi pulpa dari berbagai iritan. Bahan
liner yang digunakan adalah RM-GIC agar berikatan dengan dentin lebih baik, tidak
menimbulkan sensitivitas pasca restorasi, dan dapat mengatur waktu setting.
Tahapan:
 Aplikasikan dentin conditioner untuk membuang smear layer selama 10 detik.
Bilas dengan air.
 Keringkan kelebihan air dengan cotton pellet namun kavitas tetap lembab.
 Aduk powder ke likuid dengan gerakan melipat menggunakan spatula plastik
dan alas paper pad hingga RM-GIC tercampur dengan homogen.
 Aplikasikan bahan sekitar 0,5 mm pada kavitas menggunakan ballpointed,
ratakan.
 Light cure selama 20 detik.
e. Pemasangan matriks toefl meier (universal)
Pemasangan matriks toefl meier (universal) ditujukan untuk menahan tekanan
kondensasi dan membentuk permukaan proksimal. Bahan matriks agak tebal,
sehingga setelah penumpatan aka nada ruangan di antara tumpatan dengan gigi
tetangga. Hal ini akan terkompensasi dengan sifat ekspansi amalgam yang akan
menutup ruangan tersebut sehingga akan didapatkan titik kontak yang baik.
Tahapan pemasangan matriks:
o Potong pita matriks universal sepanjang ±5 cm, satukan kedua ujungnya dan
sisipkan pada pemegang
o Jepit matriks dengan memutar tombol penjepit pada pemegang searah jarum jam
o Pasang matriks pada gigi dari arah anterior dengan pemegang di bagian bukal,
kencangkan matriks pada gigi dengan memutar tombol pengencang pada
pemeganang searah jarum jam sampai matriks tidak bergerak. Rapatkan matriks
dengan baji ke gigi.
o Periksa kerapatan matriks terhadap gigi dengan sonde
f. Prosedur triturasi amalgam
Triturasi merupakan proses pencampuran komponen alloy dan merkuri yang
bertujuan agar merkuri membasahi seluruh permukaan alloy.
Tahapan triturasi:

36
o Ambil kapsul amalgam, letakkan pada pemegang kapsul di amalgamator, atur
amalgamator pada skala 5
o Tekan tombol amalgamator, biarkan bergetar sampai berhenti.
o Ambil dan buka kapsul amalgam, tuangkan isinya ke atas kain kassa, gulung agar
terkumpul.
g. Penumpatan dan kondensasi amalgam
o Pastikan kavitas dalam keadaan kering, karena bila terkontaminasi air akan
menimbulkan kemungkinan korosi dan tarnish, delayed expansion, atau muncul
bubbles pada permukaan amalgam.
o Ambil amalgam dengan amalgam pistol kemudian masukkan ke dalam kavitas
proksimal. Penumpatan amalgam ≤3 menit dari waktu dimulai mixing.
Penumpatan dilakukan secara inkremental yang dilanjutkan dengan kondensasi
menggunakan amalgam plugger. Hal ini ditujukan supaya adaptasi amalgam pada
kavitas, mencegah rongga dalam tumpatan amalgam, dan membuang kelebihan
merkuri.
o Ulangi sampai amalgam berlebih dari permukaan kavitas.
o Matriks universal dilepas
h. Pembentukan anatomis (carving amalgam)
o Ukir bentuk anatomis dengan amalgam carver dalam keadaan amalgam plastis
o Amalgam carver harus bertumpu pada permukaan tepi kavitas agar tumpatan
tidak underfilling.
o Kelebihan amalgam dibersihkan dengan kapas butir lembab.
o Cek oklusi dan artikulasi dengan kertas karbon
i. Penghalusan amalgam (burnishing)
Haluskan permukaan amalgam dengan burnisher dengan cara digeserkan ke seluruh
tepi tumpatan dengan tekanan ringan (dari tengah restorasi kearah luar/tepi restorasi)
j. Pemolesan amalgam
Pemolesan dilakukan setelah 1 x 24 jam penumpatan amalgam. Dilakukan dengan
menggunakan lowspeed, secara intermiten dengan tekanan ringan dan dalam keadaan
basah.
Tahapan pemolesan:
a. Stone hijau

37
b. Rubber coklat
c. Rubber hijau

38
KLASIFIKASI PENYAKIT PULPA3,9,13

39
Pulpitis Reversible Pulpitis Irreversible
Nekrosis Pulpa
Hipermia pulpa Symptomatic Asymptomatic
Kausatif Reaksi pulpa akibat tubulus Kelanjutan dari kausatif Eksudat inflamasi berkurang Jaringan pulpa mati akibat
dentin yang terekspos dan hiperemia pulpa yang yang menyebabkan tekanan inflamasi yang terus-menerus
teriritasi akibat dari: menyebabkan eksudat intrapulpa ↓ terjadi atau tidak adanya
 Bakteri (karies, tambalan inflamasi berkumpul dan Eksudat inflamasi berkurang asupan nutrisi akibat
yang mikroleakage, meningkatkan tekanan karena: terputusnya pembuluh darah
anachoresis) intrapulpa  Keluar melalui kavitas yang disebabkan oleh trauma
 Mekanik (prosedur  Diabsorb oleh vena atau pada gigi
preparasi) sirkulasi limfatik
 Termal  Menyebar ke jaringan ikat
 Kimia (asam) sekitar
 Kombinasi dari semua hal
di atas
Riwayat dental  Pasien dalam perawatan  Pasien kemungkinan  Pasien kemungkinan  Pasien memiliki karies
dental (contoh root memiliki tambalan memiliki karies yang yang sudah mencapai
planing, preparasi kavitas) yang dalam, pulp sudah mencapai pulpa pulpa
 Erosi servikal dan abrasi caping, karies yang  Pasien memiliki riwayat
kemungkinan ada dalam, trauma) trauma
 Pasien pernah merasakan
periode sakit gigi
Nyeri  Tajam = pasien dapat  Tajam - -
menyebutkan letak nyeri  Tumpul
pada gigi yang bermasalah  Spontan = nyeri timbul
 Momentary = hilang bila tanpa harus ada
rangsangan dihentikan stimulasi eksternal,
kemungkinan terdapat
jaringan pulpa yang
mati atau rusak
 Intermiten = nyeri
spontan dalam durasi
yang singkat
 Continuous = nyeri
timbul dalam durasi
menit hingga jam
setelah stimulus
dihentikan
 Throbbing =
kemungkinan timbul
karena adanya aliran
40
darah pada arteri di
tekanan intrapulpa yang
tinggi
 Dapat timbul bila
terjadi perubahan
postural
KLASIFIKASI PENYAKIT PERIAPIKAL3,9,13
Periradicular periodontitis /
Periradicular abses / abses apikalis
periodontitis apikalis Condensing
Granuloma Kista
Symptomatic / Asymptomatic / Akut Kronis Osteitis
akut kronis
Kausatif  Proses Eksudat  Pengumpula  Eksudat Aktivitas Peningkatan Inflamasi kronis
inflamasi dari inflamasi n jumlah inflamasi ostoblas yang jaringan yang terjadi pada
pulpa yang berkurang => eksudat dapat keluar berlebihan granulasi dan sel periapikal yang
berlanjut ke tekanan inflamasi menuju menyebabkan inflamasi kronis berkembang dari
dalam jaringan intraperiapikal ↓ yang stoma marrow space terhadap iritasi lesi kronis dengan
ikat di => nyeri tidak semakin (mulut) tulang dari pulpa jaringan granulasi
pertautan ada bertambah melalui sinus spongiosa
pulpoperiapik Eksudat banyak dan tract => menjadi
al inflamasi infiltrasi tekanan mengecil.
 Berhubungan berkurang leukosit yang intraperiapik Biasanya respon
dengan karena: meningkat al ↓ ini ditemukan
prosedur  Keluar => tekanan pada pasien
preparasi melalui intraperiapik yang muda
saluran akar kavitas al ↑ dengan karies
(contohnya  Diabsorb yang besar dan
overinstrumen oleh vena pada tahap
tasi, atau kronis
overmedikasi) sirkulasi
limfatik
 Menyebar
ke jaringan
ikat sekitar
 Kombinasi
dari semua
hal di atas
Nyeri Sangat nyeri pada Tidak ada  Sangat nyeri Tidak ada Bisa terdapat Tidak ada -
respon oklusi dan respon nyeri pada repson respon nyeri keluhan atau respon nyeri
perkusi pada perkusi oklusi, pada perkusi dan tidak pada perkusi
dan oklusi, perkusi dan oklusi, namun dan oklusi,
namun pasien palpasi pasien merasa namun pasien
41
merasa berbeda  Nyeri berbeda pada merasa berbeda
pada gigi continuous gigi tersebut pada gigi
tersebut throbbing tersebut
Kegoyangan gigi - - Ada ada - ada ada
Tes - - - - - - -
vitalitas Pada tahap awal,
kemungkinan tes
vitalitas positif
Temu
karena masih
an
terdapat saraf C
objekt
yang hidup
if
Palpasi Nyeri + Nyeri – Nyeri + Nyeri – Nyeri – Nyeri – Nyeri –
Pembengkakan - Pembengkakan - Pembengkakan Pembengkakan Pembengkakan - Pembengkakan Pembengkakan +
+ sedikit di sekitar +
sinus tract
Radiograf Dapat terjadi  Terjadi  Pelebaran  Terjadi Massa radiopak Massa Massa radiolusen
pelebaran ruang radiolusensi ruang radiolusensi terletak di apikal radiolusensi berbatas jelas
ligamen periradikular ligamen periradikular gigi berbatas (radiopak)
periodontal tanpa  Lamina dura periodontal  Lamina dura radiopak akibat
adanya dapat dan putus adanya jaringan
radiolusensi menebal raiolusensi ikat fribrousa di
periradikular atau periradikular sekitar lesi
tidak sama sekali  Lamina dura
putus

Histopatologis  Periapikal Tekanan  Sel-sel Jaringan Osteoblas Terbagi menjadi  Lapisan kista
hiperemia intraperiapikal mengalami granulasi hiperaktivasi empat zona, terdiri dari
 Vasodilatasi tidak meningkat anoxia dan dominan beserta yaitu: stratified
dan karena eksudat mulai dengan  Zone of squamous
berkumpulnya inflamasi autolysis makrofag dan necrosis / epithelium,
eksudat berkurang  Peningkatan lymphosit serta infection jaringan
inflamasi dan neutrofil => eksudat Berisi bakteri granulasi dan
dan infiltrasi mengeluarka inflamasi dengan jaringan fibrosa
leukosit n proteolitik berkurang produk  Kristal-kristal
 Tekanan untuk karena adanya toksinnya, kolesterol
intraperiapikal membentuk sinus tract pus, sel-sel terdapat pada
↑ pus yang mati cairan kista
42
menyebabkan  Pus ynag  Zone of
gigi sedikit berkumpul contaminatio
mengalami akan n
peninggian => meningkatka Terdapat sel
serat ligamen n tekanan inflamasi
periodontal intraperiapik berupa PMN
tertarik => al => nyeri dan makrofag
saraf  Zone of
disekitarnya irritation
ikut Berisi
terstimulus => jaringan
menyebabkan granulasi
tekanan pada (proliferasi
gigi akan pembulu
menyebabkan darah dan
nyeri aktivitas
fibroblas)
serta sel
inflamasi
kronis
 Zone of
stimulation
Terdapat
aktivitas
fibroblas
Diagnosis Trauma oklusi Periapical Granuloma, Idiopatic Kista, Granuloma
banding cemental periapical osteosklerosis, Abses apikalis
dysplasia cemental cementoblastom kronis
dysplasia a
Keterangan  Terdapat  Perbedaannya Biasanya terjadi
pembengkak dengan pada gigi molar
an pada periodontitis pertama
mucobukalfo apikalis kronis mandibula
ld dan facial adanya sinus
 Pus yang tract
berkumpul  Apabila sinus
akan tract
43
mencari terhambat,
jalan keluar maka fase
melalui akut dapat
rongga- kembali
rongga timbul =
tulang phoenix
spongiosa abses /
atau rongga rescrudescent
yang berada abses
di jaringan
sekitar.
Apabila pus
tersebut
sudah
memiliki
jalan keluar
(sinus tract),
maka fase
jaringan
granulasi
akan
terbentuk
dan
makrofag
serta
lymphosit
akan
dominan
yang
bergeser
pada fase
kronis
Perawatan Perawatan saluran akar

44
Nama Mahasiswa : Adelia Caryabudi
NPM : 1006666892
Penguji 1 : drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)
Penguji 2 : Dr. drg. Anggraini Margono, Sp.KG(K)

3. Jelaskan patogenesis lesi endo-perio.


Jaringan pulpa dan periodonsium memiliki jalur komunikasi yang sangat dekat secara
embriologi, anatomis, dan vaskular. Oleh karena itu jaringan pulpa dan periodonsium
dapat saling mempengaruhi satu sama lain saat terdapat kondisi patologis.

Berikut adalah jalur komunikasi antara pulpa dan periodonsium:

 Foramen apikal
 Tubuli dentin
 Kanal lateral
 Ligamen periodontal
 Tulang alveolar
 Palatogingival groove
 Jalur persarafan (neural)
 Jalur drainase vaskulolimfatik
 Komunikasi patologis akibat fraktur dan perforasi

45
Etiologi lesi endo-perio

a. Primary endodontic lesion


Infeksi pada jaringan pulpa mengakibatkan perubahan di jaringan periodonsium
dan tulang alveolar di apikal. Karena lesi primer berasal dari jaringan pulpa dan
baru bermanifestasi ke ligamen periodontal, perawatan umumnya cukup dengan
endodontik.

b. Primary endo, secondary perio


Ketika lesi yang berasal dari pulpa tidak segera ditangani, terjadi destruksi tulang
alveolar dan penjalaran penyakit ke area interradikular sehingga mengakibatkan
kerusakan jaringan periodontal. Drainase melalui sulkus gingiva dan terbentuk
poket yang mengandung plak dan kalkulus. Pada kasus ini diperlukan perawatan
endodontik dan periodontal.
c. Primary periodontal lesion
Penyakit periodontal bermula dari sulkus dan bermigrasi ke apeks dengan ditandai
kerusakan tulang alveolar, inflamasi, kerusakan jaringan lunak periodonsium.
Pada kasus ini umumnya gigi mengalami kegoyangan dan jaringan pulpa masih
vital. Perawatan bergantung pada keparahan periodontitis.

d. Primary perio, secondary endo


Infeksi pada jaringan periodonsium mengakibatkan penyakit pulpa. Misalnya
poket infraboni yang mengakibatkan terbukanya kanal lateral sehingga jaringan
pulpa terekspos dan mengalami inflamasi. Pada kasus ini diperlukan perawatan
endodontik dan periodontal.

e. True combined endo-perio


Pada lesi true combines endo-perio lesi endodontik dan periodontal menyatu
sehingga asal lesi tidak dapat dibedakan.
f. Concomitant endo-perio
Terdapat penyakit pulpa dan periodonsium yang faktor penyebabnya berbeda dan
tidak ada bukti klinis bahwa penyakit yang satu mempengaruhi yang lainnya.
Perawatannya harus secara endodontik dan periodontal dengan menghilangkan
faktor etiologi masing-masing.

Nama Mahasiswa : Adelia Caryabudi


NPM : 1006666892
Penguji 1 : drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)
Penguji 2 : Dr. drg. Anggraini Margono, Sp.KG(K)

4. Jelaskan mekanisme penyembuhan lesi periapikal.


Lesi periapikal terbentuk akibat interaksi antara bakteri dan pertahanan tubuh host. Oleh
karena itu, resolusinya adalah dengan menghentikan interaksi tersebut, yaitu dengan
eliminasi bakteri dan byproduct-nya.

Proses penyembuhan lesi periapikal dapat dijelaskan dengan diagram Zona IKIS atau
Fish’s Zones.

A. Zona Infeksi (zona nekrosis, pusat pus/abses): ciri zona ini adalah leukosit
polimorfonuklear, merupakan pusat infeksi, terdapat bakteri dan neutrofil
B. Zona Kontaminasi (zona eksudatif primer): cirinya terdapat infiltrasi round-cell. Pada
zona ini sel tulang telah mati dan mengalami autolisis, dengan demikian lakuna terlihat
kosong. Kerusakan sel tidak langsung dari bakteri tetapi dari toksin2 yang dikeluarkan
dari zona pusat.

C. Zona Iritasi (zona granulomatosa): dikarakteristikkan dengan adanya makrofag dan


osteoklas. Pada zona ini toksisitas telah menurun. Fungsinya adalah untuk pertahanan,
penyembuhan dan persiapan untuk perbaikan.

D. Zona Stimulasi (zona encapsulation): zona yang paling luar, terdiri dari aktivitas
fibroblast untuk membentuk kolagen serta aktivitas osteoblast untuk membentuk tulang.
Serabut kolagen dan aposisi tulang baru bertindak baik sebagai dinding pertahanan di
sekeliling zona iritasi.

Perawatan saluran akar yang berhasil mengakibatkan eliminasi bakteri dan byproduct-nya
Andiana Rizqi Indirayani 0806451611

Mekanisme Penyembuhan
Mekanisme penyembuhan terdiri dari 4 zona, yaitu :
1. Zona infeksi, dimana pada zona ini terdapat jaringan nekrotik dan kuman. Jaringan
nekrotik menghasilkan prostaglandin,protein, dan ion potassium. Prostaglandin
merangsang terjadinya peningkatan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas dari
pembuluhu darah, dan aktivator osteoklas.
2. Zona kontaminasi. Pada zona ini terdapat :
- PMN. Dimana PMN adalah mekanisme pertahanan tubuh yang paling pertama
bekerja. Sel tersebut mengalir bebas di tubuh dan akan secara aktif dan cepat
memfagosit bakteri .
- Makrofag. Makrofag memiliki ukuran yang lebih besar dan aktif dalam
memfagosit bakteri. Cara kerja dari makrofag adalah menghancurkan pathogen
dengan menghasilkan enzim lisosom yang akan menghancurkan dinding sel
pathogen.
- Limfosit. Limfosit terdiri dari sel natural killer, sel T dan sel B. Sel natural killer
bekerja ketika terdekteksinya dinding sel yang dianggap tidak normal. Hal
tersebut menyebabkan sel natural killer menempel dan membuat sebuah jalur
sehingga tercipta jalur yang memungkinkan terjadinya perpindahan senyawa
kimia yang dihasilkan oleh apparatus golgi pada sel natural killer ke sel yang
abnormal. Perpindahan tersebut mengakibat ketidak seimbangan di dalam sel yang
abnormal sehinggal sel tersebut kemudian terdisintegrasi. Sel T tediri dari 3 tipe,
yaitu sel sitotoksik yang akan aktif untuk melawan virus, T helper yang berguna
untuk mengaktifasi sel T dan sel B, dan sel T suppressor yang akan menghambat
aktifasi sel B dan sel T. Limfosit yang terakhir adalah sel B, yaitu sel yang dapat
berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma tersebut akan memproduksi
immunoglobulin.
3. Zona Iritasi. Pada zona ini terdapat jaringan granulasi, limfosit, sel plasma,
makrofag. Jaringan granulasi adalah jaringan fibrosa (jaringan ikat) yang akan
menggantikan sel yang telah nekrotik.
4. Zona stimulasi. Fibroblast, osteoblast.

Dominica Clarissa S.
Maximilianus Felix C.
Penguji:
drg. Daru Indrawati, Sp.KG (K)
drg. Gatot, Sp.KG (K)
Tes vitalitas pulpa
 Tes listrik pulpa
Tes pulpa dengan listrik lebih baik daripada beberapa tes vitalitas pulpa lainnya. Tes
vitalitas ini menggunakan stimulasi saraf. Tujuannya adalah untuk merangsang respon
pulpa dengan mengenakan arus listrik yang makin meningkat pada gigi. Suatu respon
positif merupakan indikasi bahwa suatu pulpa masih vital. Tidak adanya respon terhadap
stimulus listrik menunjukkan nekrosis pulpa.1
Tes elektris atau disebut juga dengan the electric pulp tester (EPT) merupakan tes
yang menggunakan gradasi impuls listrik yang direspon oleh saraf yang berada di dalam
pulpa. Gradasi impuls listrik yang diberikan meningkat dari yang paling rendah (15 volts)
hingga maksimum (350 volts).2
Salah satu contoh alat yang digunakan untuk melakukan tes elektris ini adalah the
Analytic Technology Endo Analyser (gambar 1a). Alat tersebut memiliki kemampuan
untuk mengukur kevitalan pulpa dan posisi apeks (EAL / Electronic Apex Locator).
Ketika alat tersebut digunakan untuk mengukur kevitalan pulpa, impuls listrik dihasilkan
mulai dari yang paling rendah dan meningkat secara otomatis. Apabila digunakan untuk
EAL, maka digunakan dua elektroda, satu pada bibir pasien dan satu lagi untuk masuk ke
dalam saluran akar.2
Suatu teknik sederhana untuk mengetes pulpa dengan listrik adalah sebagai berikut:1-2
1. Jelaskan tentang tes ini kepada pasien dengan cara yang dapat mengurangi kecemasan
dan dapat menghilangkan respon menyimpang.
2. Bersihkan gigi dengan kapas butir dan keringkan daerah gigi yang mau diperiksa
dengan semprotan angin dan kapas butir. Kemudian isolasi gigi tersebut dengan kapas
gulung.
3. Periksa alat yang akan digunakan, pastikan arus melalui elektrode.
4. Gunakan elektrolit / media konduktor (contohnya: pasta gigi, elektrolit / media
konduktor yang terbaik hingga saat ini masih belum diketahui) pada elektrode gigi
dan letakkan pada sepertiga tengah gigi yang sudah dikeringkan pada permukaan
oklusobukal atau insisolabial. Tidak boleh menyentuh restorasi, gusi atau gigi
sebelahnya karena dapat menyebabkan respon palsu.
5. Tarik pipi pasien menjauhi elektrode gigi dengan tangan yang bebas. Tangan yang
berkontak ini akan melengkapi aliran listrik.
6. Putar reostat perlahan-lahan untuk memasukkan arus minimal ke gigi dan menaikkan
arus perlahan-lahan hingga melewati ambang persepsi pasien. Minta pasien memberi
tahu bila timbul sensasi. Sensasi yang dirasakan adalah kesemutan, menyengat atau
panas. Catat hasilnya menurut skala numerik pada alat tes pulpa.
7. Ulangi prosedur di atas untuk setiap gigi yang akan diuji.

Gambar 1. (a) alat Analytic Technology Endo Analyser, (b) tip khusus, (c) cara penggunaan tip khusus pada
enamel atau dentin yang terlihat di gigi dengan mahkota tiruan2

Cara yang lebih aman bisa digunakan dengan cara pasien yang memegang sendiri
elektrode-nya. Elektrode yang pertama diletakkan di gigi pasien sementara yang kedua
(berupa metal) dipegang di jari pasien. Cara ini memungkinkan pasien untuk melepaskan
elektrode yang sedang dipegangnya saat ia mulai merasakan sensasi elektrik.2
Tes pulpa menggunakan listrik tidak boleh diberikan kepada pasien dengan alat pacu
jantung sebab mungkin saja menimbulkan interferensi elektrik. Meski demikian, alat pacu
jantung modern sudah memiliki kemampuan untuk mengurangi risiko ini.2
Tes pulpa listrik dapat dilakukan pada gigi dengan mahkota tiruan namun harus ada
permukaan dentin atau email yang dapat dijangkau oleh alat tanpa ada gusi yang
tersentuh. Pada alat Analytic Technology, ada ujung alat khusus yang dapat digunakan
pada gigi dengan mahkota tiruan.2
Tes ini belum sempurna dan mungkin menghasilkan respon positif dan negatif palsu.
Suatu respon negatif palsu bisa timbul jika terjadi pengapuran di dalam jaringan pulpa
atau dentin telah meluas. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi respon adalah: (1)
gigi dengan restorasi dan suatu bahan dasar proteksi pulpa yang luas; (2) gigi yang belum
lama mengalami trauma; (3) gigi yang belum lama erupsi dengan pembentukan akar yang
tidak lengkap; (4) obat-obat sedatif yang digunakan pasien; dan (5) pasien dengan
ambang sakit yang luar biasa tinggi.1
Kerugian tes ini:1-3
- Tidak mengukur suplai vaskular
- Hasil yang bias dapat dihasilkan karena adanya stimulasi pada saraf di periodontium
- Tes pada gigi posterior dapat menjadi sulit karena adanya akar ganda
- Gigi dengan restorasi dan suatu bahan proteksi pulpa yang luas dapat memberikan
hasil yang bias
- Gigi yang belum lama erupsi dan pembentukan akar yang tidak sempurna tidak dapat
dilakukan tes ini karena pembentukan saraf pada gigi tersebut juga belum matang
- Sensasi yang diterima pasien dapat berbeda apabila mengkonsumsi obat-obatan
sedatif
- Sensasi antara pasien yang satu dengan yang lainnya dapat berbeda dengan kasus
yang sama karena ambang sakit yang berbeda
Pengetes elektrik ini tidak mengukur derajat kesehatan atau penyakit pulpa.
Mengingat seringnya terjadi reaksi positif dan negatif palsu, reaksi terhadap tes ini harus
diinterpretasikan (dengan agak skeptis) hanya sebagai respon ya atau tidak. Interpretasi
lebih lanjut yang teliti, pembandingan dan korelasi dengan temuan lain baru kemudian
dapat diputuskan apakah gigi masih vital atau nekrosis.3
Karena vitalitas pulpa lebih ditentukan oleh vaskularisasi dibandingkan dengan
inervasi saraf, tes yang dapat mengetahui keadaan aliran darah tentunya akan
menggambarkan kondisi pulpa. Telah diketahui bahwa hilangnya aliran darah terlebih
dahulu terjadi sebelum adanya degenerasi suplai saraf sehingga hal ini mempengaruhi
respon terhadap elektrik.3

 Tes termal (panas dan dingin)


Tes ini meliputi aplikasi panas dan dingin pada gigi untuk menentukan sensitivitas
terhadap perubahan termal. Respon terhadap dingin menunjukkan vitalitas pulpa tanpa
menunjukkan apakah pulpa itu normal atau abnormal. Respon abnormal terhadap panas
biasanya menunjukkan adanya gangguan pulpa atau periapikal yang memerlukan
perawatan endodontik.1
Perbedaan diagnostik lain terdapat atara tes panas dan dingin. Bila timbul respon
terhadap dingin, pasien dengan cepat dapat menunjukkan gigi yang terasa sakit. Pada
respon panas, yang dirasakan oleh pasien dapat terbatas atau menyebar dan kadang-
kadang dirasakan di tempat lain. Namun, respon positif terhadap panas pada gigi pada
waktu pemeriksaan menyebabkan respon sakit yang terbatas dan agak tertunda. Hasil tes
termal harus dihubungkan dengan tes lainnya agar meyakinkan.1

Tes panas. Mula-mula daerah yang akan dites diisolasi dan dikeringkan kemudian
udara hangat dikenakan pada permukaan gigi dan respon pasien dicatat. Bila diperlukan
temperatur yang lebih tinggi, dapat digunakan air panas, burnisher panas, gutta-perca
panas, compound panas atau instrumen panas. Bila menggunakan benda padat, panas
dikenakan pada bagian sepertiga oklusobukal mahkota yang terbuka. Contohnya: 3 mm
ujung gutta perca dipanaskan selama 2 detik lalu ditempelkan di gigi yang ingin
diperiksa.1
Gutta perca yang digunakan adalah yang
berbentuk stick, bukan yang biasa digunakan
untuk pengisian saluran akar. Gutta perca ini
umumnya digunakan sebagai bahan untuk
tumpatan sementara pada tahun 1970an dan
1980an (sekarang sudah tidak digunakan lagi).
Pada masa itu, tumpatan sementara yang digunakan yaitu gutta perca kemudian di atasnya
ditumpat dengan Fletcher (berupa larutan).
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan untuk menghidari nyeri akut yang tiba-tiba: (1)
permukaan gigi harus dilapisi dengan selapis tipis petroleum jelly untuk mencegah
compound atau gutta perca lengket dan pemanasan juga harus hati-hati; dan (2) anestesi
lokal harus siap di tangan. Metode lain untuk menghasilkan panas adalah dengan
menggunakan rubber wheel. Penggunaan rubber wheel sebenarnya kurang efektif sebab
umumnya gigi yang telah direstorasi juga dipoles dengan rubber wheel tapi pasien tidak
mengeluh karena panas yang dihasilkan saat tindakan pemolesan.2
Beberapa pasien melaporkan adanya nyeri saat minum minuman yang panas tapi tidak
merespon gutta perca yang dipanaskan. Hal ini mungkin terjadi karena adanya mahkota
tiruan ataupun restorasi besar yang menutup pulpa. Air panas yang diminum dan
dikumpulkan di mulut, mula-mula melewati daerah mandibula dan kemudian maksila.
Cara lainnya adalah dengan mengisolasi gigi satu per satu. Jika ada respon, anestesi lokal
diberikan pada gigi yang dicurigai kemudian gigi tersebut diberi panas lagi. Jika tidak ada
respon, berarti gigi tersebut yang mengalami pulpitis.2
Alat mekanis yang ditenagai oleh baterai seperti Touch-n-Heat dapat dikendalikan
dengan baik dan akan menghantarkan panas dengan lebih efektif dan aman. Panas tidak
digunakan secara rutin tapi akan lebih bermanfaat jika gejala utamanya adalah kepekaan
terhadap panas dan pasien tidak dapat menunjukkan gigi yang menjadi sumber sakit.
Begitu panas diaplikasikan, suhu akan meningkat perlahan-lahan sampai sensasi nyeri
terasa. Seperti halnya dengan tes dingin, respon nyeri tajam dan sebentar menandakan
pulap vital (bisa normal ataupun sudah mengalami kelainan).4
Respon yang hebat dan tidak cepat menghilang terhadap panas adalah suatu tanda
yang jelas dari pulpitis ireversibel. Jika tidak ada respon seperti ini juga dengan tes lain,
dibandingkan dengan gigi pembanding, ini menandakan bahwa pulpanya nekrosis.
Seperti pada tes dingin, penyempitan saluran akar juga dapat memberikan respon negatif
palsu pada tes panas.4

Tes dingin. Tes dingin dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan es kering (CO 2), es
biasa atau semprotan refrigerant atau ethyl chloride. Es kering yang digunakan
memerlukan alat khusus sedangkan ethyl chloride yang disimpan dalam kaleng
penyemprot akan lebih mudah digunakan.
Ethyl chloride disemprotkan pada kapas butir dan didiamkan sampai terlihat adanya
bunga es. Kapas butir diletakan pada bagian sepertiga servikal gigi yang sudah
dikeringkan dan respon pasien dicatat. Dari suatu penelitian mengungkapkan bahwa
refrigerant yang disemprotkan pada kapas butir dapat menurunkan suhu ruangan secara
signifikan. Secara keseluruhan, semprotan ethyl chloride dan es kering sama baiknya
dalam tes pulpa.2,4
Pada pemeriksaan menggunakan es biasa, es yang mencair dapat mengenai gusi dan
pasien akan merespon terhadap air dingin tersebut bukan terhadap es yang mengenai gigi.
Lebih baik jika digunakan es yang tipis dalam tabung plastik yang ujungnya dapat dibuka.
Es biasa tidak seefektif dan sedingin ethyl chloride atau es kering.2,4
Tes juga dapat dilakukan menggunakan es kering (CO 2). Metode ini popular di Eropa
dan sangat popular di Australia. Metode ini diperkenalkan oleh Ehrmann. Sedangkan di
Amerika Serikat lebih dianjurkan untuk menggunakan ethyl chloride. Penggunaan es
kering lebih mahal dibadingkan ethyl chloride atau es biasa. Prinsipnya adalah
menggunakan tabung untuk membuat ‘pensil’ es kering. Keunggulan penggunaan es
kering adalah dapat digunakan pada restorasi metal dan gigi dengan mahkota tiruan serta
tidak mudah memberi efek terhadap gigi sebelahnya. Namun, suhu dingin yang
dihasilkan dapat menyebabkan retaknya email dan dapat merusak gusi, dasar mulut dan
jaringan pada rongga mulut lainnya.3
Setelah gigi diisolasi dengan kapas gulung dan dikeringkan dengan kapas butir,
aplikasikanlah batangan es atau kapas yang sudah dibasahi ethyl chloride. Stimulus ini,
yang diaplikasikan pada pulpa vital, biasanya menimbulkan nyeri tajam dan singkat.
Respon yang sebentar dan tajam ini akan timbul apapun status pulpanya, baik normal,
pulpitis reversible atau pulpitis ireversibel. Tetapi jika responnya cukup intens dan
berkepanjangan, pulpa biasanya telah mengalami pulpitis ireversibel. Sebaliknya, jika
pulpa telah nekrosis, pulpa tidak memberikan respon apa-apa. Suatu respon negatif palsu
sering timbul jika diaplikasikan pada gigi yang saluran akarnya telah mengalami
penyempitan, sementara respon positif palsu terjadi jika air dingin mengenai gingiva atau
gigi sebelahnya yang masih vital.4
Aplikasi dingin lebih efektif pada gigi anterior dibandingkan pada gigi posterior. Oleh
karena itu, jika respon pada gigi posterior tidak jelas berarti masih dibutuhkan tes vitalitas
lainnya. Pengetesan dengan alat tes elektrik masih andal meskipun tes dingin karena
keresponsifan pulpa tidak terpengaruh oleh dingin.4

Gambar 2. (a) ethyl chloride yang diaplikasikan pada cotton bud, (b) cotton bud yang sudah berbunga es
diaplikasikan pada permukaan gigi2
Gambar 3. Pengaplikasian stik es2
Gambar 4. (a) sediaan karbon dioksida, (b) stik karbon dioksida2

 Uji anestetik (anestesi selektif)


Anestesi slektif mengacu pada pemberian anestesi lokal untuk memudahkan
identifikasi gigi yang menyebabkan rasa sakit. Jika gigi maksila dan mandibula mungkin
merupakan penyebab rasa sakit, pertama-tama lakukan aanestesi pada gigi maksila. Jika
rasa sakit hilnag, berarti gigi pada mandibula yang merupakan penyebabnya. Jika sakit
tidak hilang, bebrarti gigi pada mandibula yang merupakan penyebabnya. Gigi pada
maksila dipilih untuk terlebih dahulu dianestesi sebab lebih mudah dilakukan.3
Pada dua gigi posterior maksila yang terasa sakit, gigi yang dianestesi adalh gigi yang
terletak lebih ke anterior dan kemudian observasi derajat perubahan raaaasa sakit. Jika
rasa sakit hilang, berarti penyebabnya adalah gigi yang lebih anterior tersebut; gigi yang
terletak lebih posterior juga memerlukan perawatan jika sakit tetap ada. 3

 Uji kavitas
Uji kavitas merupakan tes yang paling terakhir dilakukan dan paling akurat dalam
menentukan vitlaitas pulpa. Tes ini melibatkan pengambilan dentin dengan bur tanpa
anestesi lokal untuk mengetahui vitalitas pulpa yang ada di bawahnya. Karena tes ini akan
mengambil banyak jaringan gigi maka tes ini dijadikan pilihan terakhir saat tes lainnya
masih kurang meyakinkan.3
Uji kavitas dapat dilakukan menggunakan bur tanpa air maupun bur dengan air. Pada
gigi yang sudah direstorasi, akan lebih baik jika digunakan bur dengan air. Saat dentin
dibur, pasien akan dengan pasti menunjukkan apakah giginya masih vital atau sudah non-
vital, sekalipun ambang batas rasa sakit tiap pasien berbeda-beda.3
 Transillumination
Tes transillumination dilakukan dengan alat khusus fiberoptic. Tes ini memerlukan
cahaya terang dari permukaan palatal atau lingual gigi dan dilakukan di tempat yang
gelap. Pada gigi dengan nekrosis pulpa, bayangan pada saluran akar akan terlihat lebih
gelap dibandingkan bagian lainnya karena pembuluh darah yang hancur. Jaringan
periapikal dapat diperiksa sedemikian rupa jika tulang berdekatan satu sama lain,
contohnya: pada gigi anterior mandibula. Gigi dengan kelainan periapikal akan
menunjukkan bayangan di daerah apeks, sedangkan pada gigi normal, tidak terdapat
perbedaan pada tiap permukaan gigi.3
Dominica Clarissa S.
Maximilianus Felix C.
Penguji:
drg. Daru Indrawati, Sp.KG (K)
drg. Gatot, Sp.KG (K)

Jangka waktu dari pulpitis menjadi nekrosis pulpa


Pulpa yang terekspos dapat menjadi nekrosis dalam jangka waktu tertentu. Hal
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:5,6
a. Virulensi bakteri
b. Adanya retensi makanan pada kavitas
c. Pertahanan tubuh host
d. Suplai pembuluh darah
e. Drainase lymphatic
Perubahan dari pulpa yang terinflamasi menjadi nekrosis dapat terjadi dalam waktu
28 hari.7 Hal ini diperkuat dalam penelitian Saeed M., et al (2008), pulpa pada gigi kaninus
kucing yang terekspos dalam jangka waktu berbeda menimbulkan reaksi yang berbeda pula.
Pada hari ke-1 dan 7 timbul reaksi inflamasi akut, hari ke-30 45,5% dari spesimen mengalami
nekrosis pulpa dan terdapat lesi periapikal serta jaringan granulasi, hari ke-90 54,5% dari
spesimen mengalami nekrosis pulpa total dengan lesi periapikal menyebar. 5 Pada penelitian
Maja K.,et al (2008), nekrosis pulpa yang terjadi pada pulpa terekspos di gigi anjing terjadi
mulai dari hari ke -20 hingga sampai total nekrosis pada hari ke-65. 6 Pada kenyataannya,
perubahan dari pulpa yang terinflamasi hingga menjadi nekrosis dapat berlangsung dalam
hitungan jam maupun tahunan yang tergantung pada faktor-faktor di atas.8

Dominica Clarissa S.
Maximilianus Felix C.
Penguji:
drg. Daru Indrawati, Sp.KG (K)
drg. Gatot, Sp.KG (K)

Teknik anestesi pada endodontik


 Anestesi pada maksila4
Anestesi yang dilakukan pada gigi geligi maksila baik anterior ataupun posterior
adalah infiltrasi. Dengan teknik infiltrasi, umumnya dapat dilakukan hanya dengan satu
ampul. Larutan anestesi yang digunakan adalah larutan konvensional yakni lidocain 2%
dengan epinefrin 1 : 100.000. Anestesi lebih mudah berhasil di maksila daripada di
mandibula.
Faktor-faktor terkait:
- Baalnya bibir biasanya terjadi setelah beberapa menit. Kebaalan pada bibir atau pipi
tidak seluruhnya terkait dengan durasi anestesia pulpa karena pulpa tidak teranestesi
sama lamanya dengan jaringan lunak ini.
- Insiden keberhasilan injeksi infiltrasi untuk anestesi pulpa cukup tinggi. Oleh karena
itu, keberhasilannya lebih tinggi dibandingkan blok.
- Anestesi pulpa biasanya terjadi dalam 3 sampai 5 menit. Ada kalanya lebih lambat
dari molar 1.
- Masalah pada infiltrasi maksila adalah durasinya. Pada sekitar sepertiga pasien, pulpa gigi-
gigi anterior berkurang sekitar 30 menit dan kebanyakan menghilang total setelah 60 menit.
Pada premolar dan molar 1, sekitar sepertiga pasien kehilangan anestesi pulpanya dalam
waktu 45 menit dan separuhnya kehilangan anestesi dalam waktu 60 menit. Jika anestesi
infiltrasi tidak membantu, ditambahkan anestesi intraligamen atau anestesi intrapulpa.
Gigi Saraf yang dianestesi
Gigi insisif 1 saraf Alveolaris Superior Anterior

Gigi insisif 2 saraf Alveolaris Superior Anterior

Gigi caninus saraf Alveolaris Superior Anterior

Gigi premolar 1 saraf Alveolaris Superior Media

Gigi premolar 2 saraf Alveolaris Superior Media

Gigi molar 1 saraf Alveolaris Superior Media (akar mesiobukal),


saraf Alveolaris Superior Posterior (akar distobukal dan palatal)

Gigi molar 2 saraf Alveolaris Superior Posterior

Gigi molar 3 saraf Alveolaris Superior Posterior

Langkah-langkah anestesi untuk gigi insisif 1, insisif 2 dan caninus maksila:


- Asepsis daerah gigi yang akan dilakukan perawatan saluran akar dengan
menggunakan povidone iodine.
- Tusuk jarum pada daerah labial gigi, pada batas mukosa bergerak dan tidak bergerak
ke arah apeks.
- Aspirasi (tarik jarum apakah ada darah yang masuk ke dalam syringe). Jika ada darah
yang masuk berarti, jarum mengenai pembuluh darah dan harus ditarik semuanya,
kemudian tusuk kembali pada tempat yang benar.
- Depositkan obat anestetikum sebanyak 1 ½ cc. Tarik jarum seluruhnya.

Langkah-langkah anestesi untuk gigi premolar 1 dan premolar 2 maksila:


- Asepsis daerah gigi yang akan dilakukan perawatan saluran akar dengan
menggunakan povidone iodine.
- Tusuk jarum pada daerah bukal gigi, pada batas mukosa bergerak dan tidak bergerak
ke arah apeks.
- Aspirasi (tarik jarum apakah ada darah yang masuk ke dalam syringe). Jika ada darah
yang masuk berarti, jarum mengenai pembuluh darah dan harus ditarik semuanya,
kemudian tusuk kembali pada tempat yang benar.
- Depositkan obat anestetikum sebanyak 1 ½ cc. Tarik jarum seluruhnya.
- Jika perlu, dapat ditambahkan anestesi pada bagian palatal.

Langkah-langkah anestesi untuk gigi molar 1 maksila:


- Asepsis daerah gigi yang akan dilakukan perawatan saluran akar dengan
menggunakan povidone iodine.
- Tusuk jarum pada daerah bukal gigi, pada batas mukosa bergerak dan tidak bergerak
ke arah apeks. Mula-mula pada bagian mesial sekitar apeks akar mesiobukal.
- Aspirasi (tarik jarum apakah ada darah yang masuk ke dalam syringe). Jika ada darah
yang masuk berarti, jarum mengenai pembuluh darah dan harus ditarik semuanya,
kemudian tusuk kembali pada tempat yang benar.
- Depositkan obat anestetikum sebanyak 0, 75 cc untuk menganestesi akar mesiobukal.
Tarik jarum seluruhnya.
- Tusuk jarum pada daerah distobukal gigi, pada batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak ke arah apeks.
- Aspirasi (tarik jarum apakah ada darah yang masuk ke dalam syringe). Jika ada darah
yang masuk berarti, jarum mengenai pembuluh darah dan harus ditarik semuanya,
kemudian tusuk kembali pada tempat yang benar.
- Depositkan obat anestetikum sebanyak 0, 75 cc untuk menganestesi akar distobukal
dan palatal. Tarik jarum seluruhnya.
- Jika perlu, dapat ditambahkan anestesi pada bagian palatal.

Langkah-langkah anestesi untuk gigi molar 2 dan molar 3 maksila:


- Asepsis daerah gigi yang akan dilakukan perawatan saluran akar dengan
menggunakan povidone iodine.
- Tusuk jarum pada daerah bukal gigi, pada batas mukosa bergerak dan tidak bergerak
ke arah apeks.
- Aspirasi (tarik jarum apakah ada darah yang masuk ke dalam syringe). Jika ada darah
yang masuk berarti, jarum mengenai pembuluh darah dan harus ditarik semuanya,
kemudian tusuk kembali pada tempat yang benar.
- Depositkan obat anestetikum sebanyak 1 ½ cc. Tarik jarum seluruhnya.
- Jika perlu, dapat ditambahkan anestesi pada bagian palatal.

 Anestesi pada mandibula4


Anestesi yang dilakukan pada gigi geligi mandibula baik anterior ataupun posterior
adalah mandibular blok. Anestesi yang paling umum digunakan adalah lidocain 2%
dengan epinefrin 1 : 100.000. Perbedaan anestesi mandibular blok pada endodontik dan
pada pencabutan adalah pada endodontik, anestesi hanya diberikan pada saraf Alveolaris
Inferior, tidak diberikan pada saraf Lingualis dan saraf Buccalis. Jika anestesi blok tidak
membantu, ditambahkan anestesi intraligamen atau anestesi intrapulpa.
Faktor-faktor terkait:
- Kebaalan bibir biasanya terjadi dalam 5 sampai 7 menit. Baalnya bibir hanya
mengindikasi bahwa agen anestetik telah memblok saraf ke jaringan lunak bibir tetapi
bukan berarti jaringan pulpa pun teranestesi. Jika bibir tidak baal, dapat dikatakan
bahwa anestesi telah gagal. Jika hal ini berulang kali terjadi maka tekniknya perlu
dikaji lagi.
- Insiden keberhasilan anestesi pulpa mandibula cenderung lebih sering pada molar dan
premolar dan tidak begitu sering di gigi anterior. Tidak semua pasien mencapai
anestesia pulpa meski blok saraf Alveolaris Inferior yang dilakukan secara klinis telah
berhasil (ada baal di bibir dan dagu). Jika demikian halnya harus dicari cara lain agar
pulpa mengalami anestesia dengan baik.
- Anestesia jaringan pulpa biasanya terjadi dalam 10 sampai 15 menit walaupun pada
beberapa pasien bisa lebih cepat atau lebih lambat.
- Durasi anestesia pulpa pada mandibula biasanya baik sekali. Oleh karena itu, jika
anesthesia berhasil diperoleh, durasinya biasanya (walaupun tidak selalu) bisa
menetap sekitar 2 setengah jam.

Langkah-langkah anestesi untuk gigi geligi mandibula:


- Asepsis daerah posterior mandibula dengan menggunakan povidone iodine.
- Letakkan jari pada mukobukal fold, gerakan ke arah posterior hingga terasa naik
(menemui Linea Oblique Eksterna).
- Gerakkan jari ke posterior dan sedikir ke media hingga menemui cekungan Hamular
Notch.
- Gerakkan jari ke media lagi hingga menemui Linea Oblique Interna kemudian fixir
jari di daerah ini.
- Tusukkan jarum dari arah kontra lateral P pada daerah yang di-fixir tadi hingga terasa
bertemu tulang, ubah arah jarum sejajar oklusal, tusuk terus hingga terasa tidak ada
tulang. Ubah arah jarum ke arah kontra lateral P dan tusuk terus hingga terasa tulang.
- Aspirasi (tarik jarum apakah ada darah yang masuk ke dalam syringe). Jika ada darah
yang masuk berarti, jarum mengenai pembuluh darah dan harus ditarik semuanya,
kemudian tusuk kembali pada tempat yang benar.
- Depositkan obat anestetikum sebanyak 1 ½ cc untuk menganestesi saraf Alveolaris
Inferior. Tarik jarum seluruhnya.

 Anestesi tambahan4
Indikasi:
Anestesi tambahan dipakai jika injeksi standar tidak efektif. Pengulangan injeksi hanya
bermanfaat jika tidak terlihat adanya tanda klasik anestesia jaringan lunak. Pada
umumnya, pasien memperlihatkan tanda klasik tersebut, pengulangan injeksi tidak akan
efektif. Sebagai contoh, setelah injeksi alveolaris inferior (AI), pasien merasakan adanya
baal di bibir, dagu dan lidah dan mati rasa pada kuadran gigi. Akan tetapi, pasien
merasakan nyeri yang sangat ketika pulpa atau dentinnya terkena bur. Anggapan bahwa
mengulangi injeksi AI akan memberikan hasil yang baik hanyalah suatu mimpi;
kegagalan pertama biasanya diikuti oleh kegagalan dalam upaya kedua. Dokter gigi
hendaknya langsung memilih teknik tambahan. Terdapat tiga pilihan teknik tambahan
yakni (1) injeksi ligament periodontium (LP) dan (2) injeksi intrapulpa (LP). Injeksi LP
merupakan teknik pilihan sedangkan IP dicadangkan bagi situasi khusus.

Agen anestetik:
Untuk ketiga teknik tambahan ini diindikasikan anestetik konvensional yakni lidocain 2%
dengan epinefrin 1 : 100.000.

Injeksi Ligamen Periodontium


Injeksi LP merupakan suatu teknik yang bermanfaat jika teknik konvesional gagal.
Injeksi LP (atau intraligamen) telah banyak diteliti dan menghasilkan berbagai syringe
khusus. Teknik ini apa pun alat yang dipakainya secara klinik efektif dan merupakan alat
bantu yang bermanfaat.

Teknik:
Syringe yang digunakan berupa syringe bertekanan yang dilengkapi dengan jarum
ultrapendek berukuran 30 atau jarum pendek berukuran 27 atau 25. Jarum dimasukkan ke
dalam sulkus gingival mesial dengan sudut 30 o terhadap sumbu panjang gigi. Jarum bisa
disangga oleh jari atau hemostat dan diposisikan dengan penetrasi maksimum (hingga
jarum terasa pas di antara akar dan puncak tulang). Perlahan-lahan, tekan dengan kuat
pemicu syringe 1-2 kali hingga terasa ada tekanan balik (syringe dengan tekanan).
Adanya tekanan balik ini sangat penting. Jika tidak ada tekanan balik artinya larutan
anestetikakan mengalir dengan mudah ke luar sulkus, jarum harus diposisikan kembali
dan prosedurnya diulang hingga terasa ada tekanan balik. Injeksi ini diulang di bagian
distal. Volume yang didepositkan di setiap permukaan hanya kecil saja sekitar 0, 2 ml.

Injeksi Intrapulpa
Indikasi:
Ada kalanya, LP sekalipun diulang tidak menimbulkan anestesi pada jaringan pulpa dan
masih nyeri ketika tersentuh. Keadaan ini merupakan indikasi bagi injeksi intrapulpa.
Akan tetapi injeksi IP jangan dilakukan sebagai injeksi primer karena akan menimbulkan
rasa sakit yang besar bila tanpa anestesi tambahan.

Teknik:
Pasien harus diberitahukan terlebih dahulu bahwa pada anestesi tambahan ini akan
menimbulkan ketidaknyamanan berupa rasa nyeri.
Salah satu teknik yang dilakukan adalah dengan menutup akses menggunakan kapas
gulung agar larutan anestetik tidak mengalir keluar. Jika mungkin, atap kamar pulpa
dibuka terlebih dahulu.
Cara lain adalah dengan memberi injeksi pada setiap saluran akar setelah kamar pulpa
dibuka. Jarum dimasukkan ke dalam saluran akar seraya mendepositkan larutan anestetik.
Selanjutnya, aplikasikan tekanan maksimum sampai terasa tekanan balik. Jika tidak terasa
tekanan balik, larutan anestetik akan mengalir keluar. Untuk itu, jarum harus ditekan
lebih dalam atau ditarik dan diganti dengan yang lebih besar dan injeksi diulang.

Hubungan vitalitas pulpa dengan periodontitis apikalis kronis


Pada saat bakteri sudah menginvasi pulpa dan menyebabkan inflamasi (pulpitis),
maka terjadi perubahan pada jaringan pulpa itu sendiri dan daerah periapikal sebagai respon
pada inflamasi tersebut. Pada penelitian Maja K., et al (2008), dari 37 spesimen yang
digunakan dalam berbagai kelompok perlakuan (20 hari, 35 hari, 50 hari dan 65 hari)
dihasilkan seluruh spesimen mengalami kelainan pulpa diserta kelainan periodontitis
apikalis.6 Hal ini juga terlihat pada penelitian Saeed M., et al (2008), dari 44 spesimen yang
dibagi dalam beberapa kelompok perlakuan (1 hari, 7 hari, 30 hari dan 90 hari) dihasilkan
seluruh spesimen pada kelompok 30 hari dan 90 hari mengalami kelainan pulpa disertai
kelainan periodontitis apikalis.5 Hubungan dari kelainan pada pulpa hingga menjadi
periodontitis apikalis dapat terjadi karena adanya perjalanan kuman dari karies gigi hingga
menginvasi pulpa dan berlanjut pada daerah periodontium di apeks dan jaringan sekitar akar
gigi. Hubungan antara pulpitis dan penyakit periodontitis apikalis ini dapat dikatakan sebagai
hubungan endo-perio.9

Penguji : drg. Munyati Usman, SpKG(K)


Drg. Bambang Nursasongko, SpKG(K)
Mahasiswa : Azkania Sabila (0806324803)
3. SOP PSA Akar Tunggal Non Vital (dengan teknik ISO)
Teknik ISO biasa digunakan pada saluran akar yang sudah lebar, sedangkan pada saluran
akar yang sempit biasanya menggunakan protaper untuk memudahkan kerja operator.
Prosedur PSA akar tunggal dengan teknik ISO yaitu:
a) Foto roentgen dental pada gigi yang akan dirawat, kemudian ukur panjang kerja
estimasi dengan cara mengukur panjang gigi praoperatif kemudian dikurangi 3 mm
b) Daerah kerja diisolasi menggunakan kapas gulung
c) Ekskavasi jaringan karies dan tambalan yang buruk menggunakan bur metal bulat
d) Preparasi / akses kamar pulpa
o Regangan kavitas disesuaikan dengan bentuk internal kamar pulpa
o Preparasi dengan bur intan bulat pada permukaan palatal/lingual, sejajar
dengan sumbu gigi sampai terasa tembus ke kamar pulpa.
o Preparasi dilanjutkan dengan arah gerakan latero-insisal untuk mengangkat
seluruh atap kamar pulpa. Bur tidak boleh mengenai orifis untuk mencegah
kemungkinan terjadinya step atau perforasi lateral.
o Ratakan dan haluskan seluruh dinding kavitas dengan menggunakan bur
diamendo, tanpa mengambil dasar kamar pulpa untuk mencegah terjadinya
perforasi. Selanjutnya, dinding kavitas yang menghalangi arah masuknya alat
ke saluran akar juga dibuang.
o Irigasi kamar pulpa dengan NaOCl 2,5%.
o Akses dikatakan selesai apabila:
 Jaringan karies dan restorasi yang buruk sudah tidak ada
 Atap kamar pulpa sudah terangkat semua
 Instrumentasi endodontik harus dapat masuk dan difungsikan ke dalam
saluran akar tanpa hambatan
 Orifis dan pandangan ke arah saluran akar terlihat jelas
 Bentuk kavitas retentif bagi tumpatan sementara
e) Irigasi
Irigasi dilakukan dengan menggunakan spuit kecil (27G) dengan NaOCl 2,5%.
f) Preparasi orifis (crown down)
Preparasi crown down dilakukan dengan menggunakan gates glidden drill (GGD)
dimulai dari nomor terbesar yang dapat masuk sedalam 2 mm dari orifis, dilanjutkan
dengan nomor yang lebih kecil sampai didapatkan hubungan yang halus antara kamar
pulpa sepanjang 2/3 panjang kerja. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5% dilakukan
setiap pergantian alat.
g) Penjajakan saluran akar dan penentuan panjang kerja sebenarnya
o Pasang stopper pada setiap file yang akan digunakan sepanjang kerja estimasi.
Setiap instrumen diolesi gel EDTA sebelum digunakan. Tentukan titik yang
dijadikan acuan selama perawatan saluran akar dilakukan (titiknya menyentuh
stopper, mudah terlihat, stabil dan tidak pernah berubah pada bidang insisal).
o Masukkan file kemudian lakukan penjajakan saluran akar dengan gerakan
watch winding serta back and forth hingga panjang kerja estimasi.
o Catat panjang dan nomor alat terakhir di status.
o Lakukan foto alat dengan menggunakan file minimal #20 agar terlihat jelas di
foto radiograf sepanjang kerja estimasi.
o Tentukan panjang kerja sebenarnya dengan mengukur perbedaan ujung file
dengan apeks radiograf, sesuaikan panjang kerja sampai 1 mm lebih pendek
dari apeks radiografis.
h) Penentuan File Awal
File awal adalah file terbesar yang dapat masuk sepanjang kerja sebelum dipreparasi
dan terasa pas di 1/3 apikal. Caranya dengan membandingkan file dengan radiograf
saluran akar pada 1/3 apikal. File awal ditentukan untuk memulai preparasi saluran
akar.
i) Preparasi 1/3 apikal
o Masukkan file sepanjang kerja dengan gerakan reaming, putar ± 20º searah
jarum jam, kemudian tarik ± 2-3 mm, dan putar kembali ke posisi semula.
Gerakan ini diulang hingga file terasa longgar.
o Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%, kemudian preparasi dilanjutkan
dengan file satu nomor di lebih besar sesuai panjang kerja sampai diperoleh
file apikal utama. File apikal utama (FAU) adalah file terbesar yang dapat
masuk sepanjang kerja setelah preparasi saluran akar.
o FAU ditentukan setelah preparasi mencapai dentin yang sehat (ketika irigasi
sudah bersih dari jaringan nekrotik)
o Untuk mengetahui apakah file apikal utama sudah sesuai dengan kon gutap
utama, dilakukan pemeriksaan adanya tug back. Bila kon utama telah sesuai
dengan file utama, maka kon utama akan tertahan ketika dimasukkan
sepanjang kerja, baik ketika ditekan maupun ditarik keluar. Hal ini
menunjukkan ujung kon utama telah sesuai dengan hasil preparasi pada 1/3
apikal.
j) Preparasi stepback
o Preparasi dengan menggunakan file satu nomor di atas FAU dengan panjang
kerja dikurangi 2 mm dari panjang kerja definitif dengan gerakan
circumferential filing.
o Preparasi dengan menggunakan file dua nomor di atas FAU dengan panjang
kerja dikurangi 3 mm dari panjang kerja definitif dengan gerakan
circumferential filing.
o dengan menggunakan file tiga nomor di atas FAU dengan panjang kerja
dikurangi 4 mm dari panjang kerja definitif dengan gerakan circumferential
filing.
o Setiap tahap diikuti dengan irigasi NaOCl 2,5% serta rekapitulasi dengan file
utama sepanjang kerja untuk memastikan bahwa panjang kerja tidak berubah.

k) Pemeriksaan hasil preparasi


o Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan KGU sepanjang kerja bersamaan
dengan spreader berukuran satu nomor di bawah KGU dengan panjang kerja -
2 mm.
o Terdapat apical stop dan tug back
o Dinding saluran akar telah halus
o KGU sesuai dengan FAU
o Lakukan foto radiograf dengan KGU yang dimasukkan sepanjang kerja. Ujung
KGU berada di konstriksi apikal, kurang lebih 1 mm dari ujung apikal.
l) Medikasi antar kunjungan
Medikasi antar kunjugan dengan medikamen yang sesuai dengan indikasi, kemudian
tumpat sementara dengan cavit.

Kontrol dilakukan 1-2 minggu setelahnya untuk melihat keluhan subjektif dan
melakukan pemeriksaan objektif (perkusi, palpasi, tampakan klinis saluran akar). Jika
masih ada keluhan subjektif atau perkusi/palpasi positif, medikamen dibersihkan,
saluran akar diirigasi, lalu diberikan medikamen yang baru. Kontrol diulangi
seminggu kemudian hingga gigi siap diobturasi.
m) Obturasi
Obturasi dapat dilakukan apabila:
 Preparasi saluran akar telah selesai dilakukan
 Tidak ada keluhan subjektif dari pasien (tidak sakit, nyeri)
 Perkusi, palpasi negatif
 Saluran akar telah kering dan tidak berbau.

Aduk semen saluran akar (endomethason).


 Sediakan bubuk semen dan likuid (eugenol)
 Campur dengan gerakan memutar sampai homogen (konsistensi krim seperti
susu kental manis).
 Campuran semen dikumpulkan dengan spatula agar mudah digunakan.

Penguji : drg. Munyati Usman, SpKG(K)


Drg. Bambang Nursasongko, SpKG(K)
Mahasiswa : Azkania Sabila (0806324803)

4. SOP PSA Akar Ganda dengan Teknik Protaper pada Gigi Vital
Teknik protaper biasa digunakan pada saluran akar yang sempit untuk memudahkan kerja
operator. Prosedur PSA akar ganda dengan teknik protaper yaitu:
a) Foto roentgen dental pada gigi yang akan dirawat, kemudian ukur panjang kerja
estimasi dengan cara mengukur panjang gigi praoperatif kemudian dikurangi 3 mm
b) Anestesi gigi yang akan dilakukan perawatan saluran akar. Lakukan anestesi infiltrasi
pada saraf alveolaris superior posterior untuk gigi rahang atas atau pada saraf
alveolaris inferior untuk gigi rahang bawah.
c) Daerah kerja diisolasi menggunakan kapas gulung
d) Ekskavasi jaringan karies dan tambalan yang buruk menggunakan bur metal bulat
e) Preparasi / akses kamar pulpa
o Regangan kavitas disesuaikan dengan bentuk internal kamar pulpa
o Preparasi dengan bur intan bulat pada permukaan oklusal, kearah saluran akar
terbesar (saluran akar distal pada gigi M bawah dan saluran akar palatal pada
gigi M atas).
o Preparasi dilanjutkan dengan arah gerakan latero-oklusal untuk mengangkat
seluruh atap kamar pulpa. Bur tidak boleh mengenai orifis untuk mencegah
kemungkinan terjadinya step atau perforasi lateral.
o Ratakan dan haluskan seluruh dinding kavitas dengan menggunakan bur
diamendo, tanpa mengambil dasar kamar pulpa untuk mencegah terjadinya
perforasi. Selanjutnya, dinding kavitas yang menghalangi arah masuknya alat
ke saluran akar juga dibuang. Orifis sedapat mungkin diletakkan pada sudut-
sudut kavitas untuk memudahkan masuknya jarum endodontik ke saluran akar
tanpa harus melihat ke orifis.
o Irigasi kamar pulpa dengan NaOCl 2,5%.
o Akses dikatakan selesai apabila:
 Jaringan karies dan restorasi yang buruk sudah tidak ada
 Atap kamar pulpa sudah terangkat semua
 Instrumentasi endodontik harus dapat masuk dan difungsikan ke dalam
saluran akar tanpa hambatan
 Orifis-orifis terlihat jelas
 Bentuk kavitas retentif bagi tumpatan sementara
f) Irigasi
Irigasi dilakukan dengan menggunakan spuit kecil (27G) dengan NaOCl 2,5%.
g) Penjajakan Saluran Akar dan Ekstirpasi
 Jajaki saluran akar dengan gerakan watch winding menggunakan file
menelusuri setiap saluran akar
 Pembuangan jaringan pulpa dilakukan dengan menggunakan jarum ekstirpasi.
Prosedur yang dilakukan adalah:
o Pilih jarum ekstirpasi yang sesuai, kemudian masukkan jarum ekstirpasi
sampai 2/3 panjang kerja, diputar 180º, angkat keluar saluran akar. Jarum
ekstirpasi dimasukkan sampai 2/3 panjang kerja karena bentuk anatomis di
1/3 apikal bulat & sempit sehingga beresiko jarum ekstirpasi terjepit &
patah.
h) Preparasi orifis (crown down)
Preparasi crowndown dilakukan dengan menggunakan protaper S1 2/3 panjang kerja,
kemudian S2 2/3 panjang kerja, dan jika pandangan orifis masih sempit dapat
dilanjutkan ke SX 2/3 panjang kerja. Setiap instrumen diolesi dengan EDTA sebelum
digunakan. Gerakan yang dilakukan seperti “menyerut pensil” (diputar clockwise, bila
stuck, dilakukan balancing movement dengan memutar counter clockwise, dan
dilanjutkan kembali dengan memutar clockwise). Irigasi saluran akar dengan NaOCl
2,5% dilakukan setiap pergantian alat.
i) Foto alat dan penentuan panjang kerja sebenarnya
o Lakukan foto alat dengan menggunakan file minimal #20 agar terlihat jelas di
foto radiograf sepanjang kerja estimasi.
o Tentukan panjang kerja sebenarnya dengan mengukur perbedaan ujung file
dengan apeks radiograf, sesuaikan panjang kerja sampai 1 mm lebih pendek
dari apeks radiografis.
j) Penentuan file awal
File awal adalah file terbesar yang dapat masuk sepanjang kerja sebelum dipreparasi
dan terasa pas di 1/3 apikal. Caranya dengan membandingkan file dengan radiograf
saluran akar pada 1/3 apikal. File awal ditentukan untuk memulai preparasi saluran
akar.
k) Preparasi saluran akar
o Preparasi setiap saluran akar menggunakan S1, S2, F1, F2, F3 dan seterusnya
sepanjang kerja. Rekapitulasi dengan file nomor #10, #15, #20, #25, #30.
Preparasi dilakukan hingga mencapai dentin sehat (terlihat serbuk dentin sehat
pada cairan irigasi yang ditampung pada kapas gulung). Pengecekan juga
dilakukan dengan rekapitulasi file yang sesuai. Jika preparasi terakhir
menggunakan F1, rekapitulasi dengan file #20. Preparasi dikatakan cukup
ketika file #20 masuk sepanjang kerja dan ada tahanan. Preparasi dikatakan
kurang apabila file #20 tidak bisa masuk sepanjang kerja. Preparasi dikatakan
berlebih apabila file #20 terasa longgar dan tidak ada tahanan, maka preparasi
dilanjutkan sampai F2 dan seterusnya.
o Mencoba KGU sesuai dengan file F terakhir, kemudian lakukan foto radiograf
KGU.
l) Pemeriksaan hasil preparasi
o Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan KGU sepanjang kerja didapat
apical stop dan tugback.
o Pada foto radiograf, KGU berada di konstriksi apikal, kurang lebih 1 mm dari
ujung apeks.
m) Medikasi antar kunjungan
Medikasi antar kunjugan dengan medikamen yang sesuai dengan indikasi, kemudian
tumpat sementara dengan cavit.
Kontrol dilakukan 1-2 minggu setelahnya untuk melihat keluhan subjektif dan
melakukan pemeriksaan objektif (perkusi, tampakan klinis saluran akar).
n) Obturasi
Obturasi dapat dilakukan apabila:
 Preparasi saluran akar telah selesai dilakukan
 Tidak ada keluhan subjektif dari pasien (tidak sakit, nyeri)
 Perkusi, palpasi negatif
 Saluran akar telah kering dan tidak berbau

Aduk semen saluran akar (endomethason).


 Sediakan bubuk semen dan likuid (eugenol)
 Campur dengan gerakan memutar sampai homogen (konsistensi krim seperti
susu kental manis).
 Campuran semen dikumpulkan dengan spatula agar mudah digunakan.

Obturasi dilakukan dengan Single Cone Technique


 Kon utama yang telah disterilkan dengan NaOCl 2,5% yang telah diolesi dengan
sealer dimasukkan ke dalam saluran akar perlahan-lahan, ditarik sedikit-sedikit
agar tidak ada kelebihan udara dan semen dapat keluar kemudian dimasukkan
kembali sampai panjang kerja.
 Bahan pengisi saluran akar dipotong 1 mm di bawah orifis dengan instrumen
(excavator) yang ujungnya telah dipanaskan. Kemudian dilakukan kondensasi
vertikal dengan alat penumpat bahan pengisi (root canal plugger). Setelah
pengisian, foto radiograf dilakukan untuk mengevaluasi hasilnya.
 Kamar pulpa dibersihkan dan diirigasi. Dasar kamar pulpa dilapisi dengan basis
GIC tipe III untuk restorasi tetap onlay.
 Kontrol dilakukan 1 minggu setelah pengisian saluran akar.

Vicky Novita Mulya


1006667680

TAHAP PERAWATAN SALURAN AKAR DENGAN TEKNIK STEP BACK


1. Bersihkan jaringan karies dan lakukan preparasi akses dengan menggunakan bur bulat
highspeed hingga mencapai kamar pulpa.
2. Angkat semua atap pulpa dan cek dengan diamendo.
Preparasi akses dikatakan selesai bila:
 Jaringan karies dan restorasi buruk sudah dibuang semua
 Orifis terlihat dan pandangan ke saluran akar terlihat jelas
 Atap pulpa terangkat seluruhnya
 Alat endodontic dapat masuk ke dalam saluran akar tanpa hambatan
 Memberi retensi untuk tumpatan sementara
3. Penjajakan saluran akar dengan k-file (ukuran disesuaikan dengan ukuran diameter
saluran pada foto radiograf) dengan gerakan watch-winding sepanjang kerja estimasi
(panjang gigi di radiograf dikurangi 3 mm).
4. Pada pulpa vital, lakukan ekstirpasi sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi. Pada pulpa
non-vital lakukan irigasi NaOCl 2,5%.
5. Besarkan saluran akar hingga file minimal no 20 dengan gerakan filing dan reaming.
6. Penentuan panjang kerja sebenarnya dengan foto alat menggunakan file no. 20.
7. Preparasi 1/3 apikal.
 Tentukan file awal, yaitu file terbesar yang masuk ke dalam saluran akar
sepanjang kerja sebelum preparasi saluran akar.
 Setelah itu, lakukan preparasi saluran akar dengan memasukan FA dengan
gerakan filing dan reaming, irigasi NaOCl 2,5% setiap kenaikan satu nomor
diatasnya hingga mendapatkan File Apikal Utama (FAU), yaitu file terbesar
yang masuk ke dalam saluran akar sepanjang kerja setelah preparasi saluran
akar. Setiap alat dioles EDTA dan pergantian alat diirigasi.
 FAU ditentukan setelah preparasi mencapai dentin sehat. Minimal file no 30
untuk memastikan dentin terinfeksi terambil dan memudahkan saat pengisian
saluran akar.
 Lakukan pengecekan dengan KGU. BIla preparasi telah sesuai akan
didapatkan tahanan saat didorong/ditekan yaitu apical stop dan saat ditarik
yaitu tugback. Hal ini menandakan bahwa ujung KGU telah sesuai dengan
preparasi 1/3 apikal yang dilakukan.
8. Preparasi step back dengan gerakan circumferential filing.
 Preparasi dengan FAU + 1, panjang kerja -2mm
 Preparasi dengan FAU + 2, panjang kerja -3mm
 Preparasi dengan FAU +3, panjang kerja -4mm
Setiap tahap direkapitulasi dengan FAU, irigasi NaOCl, dan alat diolesi
EDTA.
Preparasi dikatakan selesai bila:
 Seluruh dinding saluran akar telah halus.
 Saat diirigasi sudah tidak ada debris
 KGU sesuai FAU
 Ada apical stop dan tug back yang dievaluasi dengan KGU. Hal ini
menandakan ujung KGU sudah sesuai dengan preparasi 1/3 apikal.
 Saat KGU dimasukan sepanjang kerja, spreader dapat masuk sampai kurang
2mm dari panjang kerja, yang menandakan saluran akar telah terpreparasi.

9. Evaluasi foto radiograf, KGU berada pada konstriksi apical yaitu kurang dari 1mm
ujung apical.
10. Medikasi antar kunjungan untuk mengeliminasi bakteri yang tidak terjangkau dengan
instumen secara mekanik dan irigasi secara kimiawi. Medikasi menggunakan
medikamen yang sesuai dengan indikasi, lalu tumpat dengan tumpatan sementara.
Kontrol seminggu, dengan melihat adanya keluhan subjektif dan keluhan objektif
berupa perkusi dan palpasi.
11. Pengisian saluran akar.
Pengisian saluran akar dapat dilakukan bila:
 Tidak ada keluhan subjektif
 Tidak peka terhadap perkusi dan palpasi
 Saluran akar kering dan tidak berbau
 Saat irigasi tidak ada jaringan nekrotik yang keluar
12. Tahap pengisian Lateral Condensing Technique:
 KGU disterilkan dan diolesi sealer, kemudian dimasukan ke dalam saluran
akar perlahan, ditarik sekali dua kali agar kelebihan udara dan semen dapat
keluar, lalu masukan sepanjang kerja.
 KGU ditekan dengan spreader sampai rapat dinding saluran akar. Spreader
ditekan ke apeks hingga 2 mm lebih pendek dari panjang kerja, putar ke kiri
dan kanan. Kon tambahan dioleskan dengan semen dan segera dimasukan
stelah spreader keluar. Dilakukan sampai spreader tidak dapat masuk lagi.
 Potong gutap dengan ekskavator panas 1mm di bawah orifis lalu kondensasi
dengan root canal plugger.
 Lakukan evaluasi foto radiograf
 Kamar pulpa dibersihkan dan diirigasi dan dasar dilapisi basis semen fosfat
lalu tutup dengan tumpatan sementara.
13. Kontrol 1 minggu untuk melihat keluhan subjektif dan objektif berupa perkusi dan
palpasi.

Vicky Novita Mulya


1006667680
TAHAP PERAWATAN SALURAN AKAR DENGAN TEKNIK CROWN DOWN
1. Bersihkan jaringan karies dan lakukan preparasi akses dengan menggunakan bur bulat
highspeed hingga mencapai kamar pulpa.
2. Angkat semua atap pulpa dan cek dengan diamendo.
Preparasi akses dikatakan selesai bila:
 Jaringan karies dan restorasi buruk sudah dibuang semua
 Orifis terlihat dan pandangan ke saluran akar terlihat jelas
 Atap pulpa terangkat seluruhnya
 Alat endodontic dapat masuk ke dalam saluran akar tanpa hambatan
 Memberi retensi untuk tumpatan sementara
3. Penjajakan saluran akar dengan k-file (ukuran disesuaikan dengan ukuran diameter
saluran pada foto radiograf) dengan gerakan watch-winding sepanjang kerja estimasi
(panjang gigi di radiograf dikurangi 3 mm).
4. Pada pulpa vital, lakukan ekstirpasi sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi. Pada pulpa
non-vital lakukan irigasi NaOCl 2,5%.
5. Besarkan saluran akar hingga file minimal no 20 dengan gerakan filing dan reaming.
6. Penentuan panjang kerja sebenarnya dengan foto alat menggunakan file no. 20.
7. Preparasi saluran akar sepanjang 2/3 panjang kerja.
 Preparasi dengan SX, rekapitulasi dengan file no 10 atau 15.
 Preparasi dengan S1, rekapitulasi dengan file no 10 atau 15.
 Preparasi dengan S2, rekapitulasi dengan file no 10 atau 15.
Setiap tahap diirigasi dengan NaOCl 2,5% dan alat diolesi dengan EDTA.
8. Preparasi saluran akar sepanjang kerja.
 Penjajakan dengan file no 10 atau 15 sepanjang kerja.
 Preparasi dengan S1, rekapitulasi dengan file no 10 atau 15.
 Preparasi dengan S2, rekapitulasi dengan file no 10 atau 15.
 Preparasi dengan F1, rekapitulasi dengan file no 20.
 Preparasi dengan F2, rekapitulasi dengan file no 25.
 Preparasi dengan F3, rekapitulasi dengan file no 30.
 Preparasi dihentikan bila sudah ada tahanan pada file rekapitulasi.
 Lakukan pencobaan KGU.

Preparasi saluran akar dikatakan selesai bila:


 Seluruh dinding saluran akar telah halus.
 Saat diirigasi sudah tidak ada debris
 KGU ssesuai dengan finishing instrument terakhir.
 Ada snug pada saat kon gutap dimasukan sepanjang kerja dan saat ditarik
keluar. Hal ini menandakan bentuk dan ukuran kon gutap sudah sesuai dengan
bentuk saluran akar yang dipreparasi.
9. Lakukan foto radiograf, KGU harus berada pada konstriksi apical, yaitu kurang 1mm
dari ujung apical.
10. Medikasi antar kunjungan untuk mengeliminasi bakteri yang tidak terjangkau dengan
instumen secara mekanik dan irigasi secara kimiawi. Medikasi menggunakan
medikamen yang sesuai dengan indikasi, lalu tumpat dengan tumpatan sementara.
Kontrol seminggu, dengan melihat adanya keluhan subjektif dan keluhan objektif
berupa perkusi dan palpasi.
11. Pengisian saluran akar.
Pengisian saluran akar dapat dilakukan bila:
 Tidak ada keluhan subjektif
 Tidak peka terhadap perkusi dan palpasi
 Saluran akar kering dan tidak berbau
 Saat irigasi tidak ada jaringan nekrotik yang keluar

Tahap pengisian saluran akar dengan Single Cone Technique:


 KGU disterilkan dan diolesi sealer, kemudian dimasukan ke dalam saluran
akar perlahan, ditarik sekali dua kali agar kelebihan udara dan semen dapat
keluar, lalu masukan sepanjang kerja.
 Potong sampai di bawah orifis 1 mm dengan instrument panas (ekskavator).
 Lakukan foto radiograf dan evaluasi.
 Kamar pulpa diirigasi dengan NaOCl 2,5 % dan dasar dilapisi basis semen
fosfat setebal 2mm ditutup dengan tumpatan sementara.
12. Kontrol 1 minggu dan lihat keluhan subjektif dan objektif berupa perkusi dan palpasi.

Ines Augustina Sumbayak, 0806324974


Penguji: drg. Munyati Usman, Sp.KG (K)
drg. Bambang Nursasongko, Sp.KG (K)

TAHAP KERJA PERAWATAN ENDODONTIK DENGAN ROTARY NITI


(PROTAPER HANDUSE) PADA GIGI 24 DENGAN DIAGNOSA PULPITIS KRONIS

Gambar 1. Gigi 24 Pulpitis Kronis

1. Anastesi untuk Gigi Vital


Lakukan anastesi infiltrasi pada saraf alveolaris superior untuk gigi rahang atas. Apabila
pada rahang bawah, lakukan anastesi pada saraf alveolaris inferior.

2. Preparasi Akses
a. Seluruh jaringan karies dibuang sampai bersih menggunakan bur intan bulat tegak
lurus terhadap permukaan oklusal sampai terasa tembus ke ruang pulpa.
b. Lanjutkan dengan gerakan ke oklusal sesuai dengan bentuk outline form gigi
preparasi akses untuk mengangkat seluruh atap pulpa. Haluskan dinding kavitas
dengan safe end bur (bur diamendo).
c. Periksa dengan sonde berkait untuk memastikan seluruh atap pulpa sudah terangkat.
d. Irigasi kavitas dengan NaOCl 2.5% menggunakan semprit dengan tekanan ringan.
(Cairan yang keluar harus ditampung dengan kapas agar tidak mengiritasi mukosa
mulut selain itu juga untuk melihat kebersihan saluran akar dengan memperhatikan
serbuk dentin yang keluar bersama cairan irigasi)

3. Penjajakan Saluran Akar dan Ekstirpasi


a. Jajaki saluran akar dengan gerakan watch winding menggunakan file nomor 10-15
menelusuri setiap saluran akar.
b. Lakukan ekstirpasi dengan jarum esktirpasi sepanjang 2/3 panjang kerja untuk
mengangkat jaringan pulpa yang vital dengan gerakan memutar 90-1800 kemudian
angkat hingga seluruh jaringan pulpa terangkat.
c. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%.

4. Preparasi Orifis
a. Preparasi dengan protaper SX sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi (optional). File
diolesi dengan EDTA gel.
b. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%.
c. Preparasi dengan protaper S1 sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi. File diolesi
dengan EDTA gel.
d. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%. Rekapitulasi dengan file nomor 10.
e. Preparasi dengan protaper S2 sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi. File diolesi
dengan EDTA gel.
f. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%. Rekapitulasi dengan file nomor 15.
g. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%.

5. Penentuan Panjang Kerja


a. Tentukan panjang kerja estimasi dengan mengukur jarak titik acuan ke apeks setiap
akar pada film diagnostik lalu kurangi 3 mm.
b. Masukkan file awal masing masing saluran akar ke dalam setiap saluran akar
sepanjang kerja estimasi.
FA saluran akar bukal: 15
FA saluran akar palatal: 20
c. Lakukan foto radiograf.
d. Tentukan panjang kerja sebenarnya dengan mengukur perbedaan ujung file dengan
apeks radiograf, sesuaikan panjang kerja sampai 1 mm lebih pendek dari apeks
radiografis.

6. Preparasi Saluran Akar


a. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%
b. Preparasi setiap saluran akar dengan S1 sampai sepanjang kerja. File diolesi dengan
EDTA gel.
c. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%. Rekapitulasi dengan file no. 10
d. Preparasi setiap saluran akar dengan S2 sampai sepanjang kerja. File diolesi dengan
EDTA gel.
e. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%. Rekapitulasi dengan file no. 15
f. Preparasi setiap saluran akar dengan F1 sampai sepanjang kerja. File diolesi dengan
EDTA gel.
g. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%. Rekapitulasi dengan file no. 20.
h. Preparasi setiap saluran akar dengan F2 sampai sepanjang kerja. File diolesi dengan
EDTA gel.
i. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%. Rekapitulasi dengan file no. 25.
Pada kasus ini, file F2 sudah terasa snug pada saluran akar bukal dan saat irigasi tidak
ada kotoran sehingga preparasi berhenti di F2. Sementara, pada saluran akar palatal
gigi 14 file F2 masih terasa longgar sehingga dilanjutkan dengan file F3.
j. Preparasi saluran akar palatal dengan F3 sampai sepanjang kerja. File diolesi dengan
EDTA gel.
k. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl. Rekapitulasi dengan file no. 30 pada saluran
akar palatal gigi 14.
FAU saluran akar bukal: F2
FAU saluran akar palatal: F3
Gambar 2. Protaper Handuse

7. Kon Guttaperca Utama (KGU)


a. Mencoba KGU sesuai dengan fike F terakhir. Pada saluran akar bukal menggunakan
KGU nomor F2, pada saluran akar palatal menggunakan KGU nomor F3.
b. Lakukan foto radiograf.

8. Medikasi Saluran Akar dan Penumpatan Sementara


a. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2.5%, kemudian keringkan dengan paperpoint
b. Aplikasikan medikamen berupa ChKM yang bekerja dengan uap dengan cara ChKM
ditetesin di cotton pellet kemudian diperas hingga kering lalu diletakkan di atas orifis.
ChKM mengandung:
- chlorofenol sebagai antiseptik
- kamper sebagai penurun toksisitas fenol dan meningkatkan kerja uap fenol
- mentol sebagai sedative ringan.
c. Tumpat sementara dengan Cavit

9. Pengisian Saluran Akar


a. Pengisian saluran akar siap dilakukan setelah preparasi saluran akar selesai, saluran
akar telah bersih dan kering, tidak ada eksudat, dan pasien tidak ada keluhan.
b. Pengisian saluran akar menggunakan single cone protaper universal gutta percha
sesuai dengan nomor dari instrument protaper yang terakhir digunakan untuk
preparasi saluran akar. Kon dicobakan dalam saluran akar sepanjang panjang kerja
dan terasa ada tug back bila ditarik keluar dari saluran.
c. Sebelum dilakukan pengisian, dilakukan irigasi dengan NaOCl 2.5% dan keriingkan
dengan absorbent paper point.
d. Campurkan semen sealer saluran akar sampai konsistensi seperti krim (diangkat 3 cm
tidak putus)
e. Olesi KGU dengan semen, masukkan ke dalam saluran akar sambil digeserkan ke
seluruh dinding.
f. Olesi kembali KGU dengan semen, masukkan sampai sepanjang kerja.
g. Potong kon gutta percha sebatas orifis dengan instrument yang ujungnya telah
dipanaskan. Lakukan kondensasi vertical dengan alat pemampat bahan pengisi.
h. Buat radiograf untuk evaluasi pengisian saluran akar.
i. Irigasi kamar pulpa dengan NaOCl 2.5%, kemudian letakkan basis Zn Phospat setebal
1 mm. Setelah Zn Phospat mengeras, letakkan kapas butir, tumpat sementara dengan
Cavit.
j. Kontrol hasil perawatan saluran akar 1 minggu setelah pengisian saluran akar.

Nama : Fatmah
NPM : 0806324910

Tahap-tahap PSA Vital Gigi 16


1. Anestesi infiltrasi gigi 16
2. Preparasi Akses
Preparasi akses untuk mengangkat seluruh atap pulpa, bur ditarik ke arah oklusal
sampai seluruh atap pulpa terangkat (cek dengan sonde berkait). Preparasi dimulai ke
arah saluran akar terbesar (palatal) lalu dilanjutkan ke lateral
Preparasi akses selesai apabila : jaringan karies dan restorasi buruk sudah tidak ada,
atap pulpa telah terangkat semua, orifis terlihat jelas (gigi posterior), jarum endodontik
dapat masuk dan difungsikan ke saluran akar tanpa hambatan.
3. Penjajakan 2/3 Korona dan Ekstirpasi
Jajaki saluran akar dengan file no.10 dan no.15 pada tiap saluran akar sampai 2/3
panjang kerja untuk mendapatkan glide path (saluran akar terasa longgar dan halus).
Irigasi NaOCl 2.5% dengan semprit tekanan ringan setiap pergantian alat.
Jarum ekstirpasi digunakan untuk mengambil jaringan pulpa vital. Jarum yang dipilih
adalah jarum yang terletak agak longgar sehingga terasa tidak ada kontak yang dipaksa
dengan dinding saluran akar. Jarum ekstirpasi tidak boleh didorong paksa ke apikal
karena saat pengangkatan jarum dapat tersangkut pada dentin yang menghasilkan
patahnya instrument pada saluran akar dan dengan demikian luka yang dihasilkan dari
pengambilan jaringan pulpa akan minimal pada daerah apical dan ligament periodontal
terkena. Jika ligament periodontal terkena, luka yang terjadi di luar apical gigi akan lebih
besar dari yang di dalam apikal gigi sehingga reaksi inflamasi yang terjadi jauh lebih
parah dan dapat terjadi resorpsi akar dan tulang alveolar. Cara ekstirpasi adalah pilih
jarum ekstirpasi yang sesuai lalu masukkan jarum 2/3 panjang kerja diputar 360 o
kemudian diangkat.
4. Shaping 2/3 Korona
Preparasi dengan menggunakan S1 2/3 panjang kerja dengan gerakan seperti
“menyerut pensil” (diputar serarah jarum jam jika stuck dilakukan balancing movement
dengan memutar berlawanan arah jarum jam).Irigasi NaOCl 2.5% dan kemudian
rekapitulasi file No.10. Lalu lanjutkan preparasi dengan menggunakan S2 2/3 panjang
kerja. Irigasi NaOCl 2.5% dan kemudian rekapitulasi file No.15. SX digunakan apabila
orifis masih terlalu sempit setelah dilakukan preparasi dengan S1 dan S2 atau pada gigi
dengan ukuran yang pendek.
5. Penentuan Panjang Kerja
 Tentukan panjang kerja estimasi dengan mengukur jarak titik acuan ke apeks setiap
akar pada foto diagnostic lalu kurangi 2mm
 Kemudian masukkan file minimal No.20 ke setiap saluran akar sesuai panjang kerja
estimasi. Lalu buat foto radiografis.
 Tentukan panjang kerja dengan mengukur perbedaan ujung file dengan apeks
radiografis
6. Penjajakan 1/3 Apikal
Penjajakan saluran akar dilakukan dengan memasukkan file No.10 dan No.15 pada setiap
saluran akar file selalu diolesi EDTA gel. Penjajakan selesai hingga file No.15 dapat
masuk sepanjang kerja secara pasif. Kemudian irigasi NaOCl 2.5%
7. Shaping 1/3 Apikal
 Preparasi setiap saluran akar dengan S1 sampai panjang kerja dengan gerakan seperti
menyerut pensil. File selalu diolesi dengan EDTA gel. Irigasi setiap saluran akar
dengan 1 cc NaOCl 2,5%. Rekapitulasi dengan file no. 10
 Preparasi setiap saluran akar dengan S2 sampai panjang kerja. File selalu diolesi
dengan EDTA gel. Irigasi setiap saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2,5%. Rekapitulasi
dengan file no. 15
8. Finishing 1/3 Apikal
 Preparasi setiap saluran akar dengan F1 sampai panjang kerja dengan gerakan seperti
menyerut pensil. File selalu diolesi dengan EDTA gel. Irigasi setiap saluran akar
dengan 1 cc NaOCl 2,5%. Rekapitulasi dengan file no. 20. Apabila file No.20 dapat
masuk sepanjang kerja dan terasa cekat serta dari hasil irigasi didapat debri dentin
yang bersih maka preparasi dinyatakan selesai. Apabila terasa longgar lanjut preparasi
dengan F2.
 Preparasi setiap saluran akar dengan F2 sampai panjang kerja dengan gerakan seperti
menyerut pensil. File selalu diolesi dengan EDTA gel. Irigasi setiap saluran akar
dengan 1 cc NaOCl 2,5%. Rekapitulasi dengan file no. 25. Apabila masih belum cekat
lanjutkan dengan preparasi menggunakan F3 dengan rekapitulasi file No.30

9. Pemeriksaan hasil preparasi


 File terakhir didapatkan bila terdapat tahanan saat dilakukan
rekapitulasi dengan file sesuai nomor instrumen protaper yang digunakan.
 Larutan irigasi telah bersih
 Kon dapat masuk sepanjang panjang kerja
 Lakukan pemotretan radiograf KGU
10. Medikasi antar kunjungan
 Irigasi NaOCl 2.5% dan keringkan saluran akar dengan paper
point
 Saluran akar diberi medikasi antar kunjungan yaitu Ca(OH) 2
dan ditumpat sementara dengan cavit
11. Pengisian saluran akar
 Obturasi dapat dilakukan apabila: Preparasi saluran akar telah selesai dilakukan, tidak
ada keluhan subjektif dari pasien (tidak sakit, nyeri), perkusi, palpasi negative serta
saluran akar telah kering dan tidak berbau
 Bongkar tumpatan sementara, irigasi saluran akar, lakukan rekapitulasi lalu irigasi
kembali dan keringkan dengan paper point
 Aduk semen saluran akar (endomethason). Sediakan bubuk semen dan likuid
(eugenol) kemudian campur dengan gerakan memutar sampai homogen (konsistensi
krim seperti susu kental manis) lalu campuran semen dikumpulkan dengan spatula
agar mudah digunakan.
 Obturasi dilakukan dengan Single Cone Technique :
- Kon utama yang telah disterilkan dengan NaOCl 2,5% yang telah diolesi dengan
sealer dimasukkan ke dalam saluran akar perlahan-lahan, ditarik sedikit-sedikit
agar tidak ada kelebihan udara dan semen dapat keluar kemudian dimasukkan
kembali sampai panjang kerja.
- Bahan pengisi saluran akar dipotong 1 mm di bawah orifis dengan instrumen
(excavator) yang ujungnya telah dipanaskan. Kemudian dilakukan kondensasi
vertikal dengan alat penumpat bahan pengisi (root canal plugger). Setelah
pengisian, foto radiograf dilakukan untuk mengevaluasi hasilnya.
 Kamar pulpa dibersihkan dan diirigasi NaOCl 2,5%. Dasar kamar pulpa dilapisi
dengan basis GIC tipe III untuk restorasi tetap onlay.
12. Kontrol/evaluasi
 Dilaksanakan 1 minggu setelah pengisian saluran akar. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah adanya keluhan subjektif/tidak, perkusi, dan palpasi.

Ines Augustina Sumbayak, 0806324974


Penguji: drg. Munyati Usman, Sp.KG (K)
drg. Bambang Nursasongko, Sp.KG (K)

Tahap Kerja Perawatan Endodontik dengan Rotary NiTi (Protaper Handuse)


10. Anastesi untuk Gigi Vital
Lakukan anastesi infiltrasi untuk saraf alveolaris superior untuk gigi rahang atas dan saraf
alveolaris inferior untuk gigi rahang bawah

11. Preparasi Akses


e. Seluruh jaringan karies dibuang sampai bersih menggunakan bur intan bulat tegak
lurus terhadap permukaan oklusal sampai terasa tembus ke ruang pulpa.
f. Lanjutkan dengan gerakan ke oklusal sesuai dengan bentuk outline form gigi
preparasi akses ssuntuk mengangkat seluruh atap pulpa. Haluskan dinding kavitas
dengan safe end bur (bur diamendo).
g. Periksa dengan sonde berkait untuk memastikan seluruh atap pulpa sudah terangkat.
h. Irigasi kavitas dengan NaOCl 2.5% menggunakan semprit dengan tekanan ringan.
(Cairan yang keluar harus ditampung dengan kapas agar tidak mengiritasi mukosa
mulut selain itu juga untuk melihat kebersihan saluran akar dengan memperhatikan
serbuk dentin yang keluar bersama cairan irigasi)

12. Penjajakan Saluran Akar dan Ekstirpasi


d. Tentukan panjang kerja estimasi dengan mengukur jarak titik acuan ke apeks setiap
akar pada gambaran radiograf (panjang gigi) lalu kurangi 2-3 mm. tempatkan stopper
pada setiap file yang akan digunakan sepanjang kerja estimasi, kemudian olesi dengan
EDTA gel.
e. Jajaki 2/3 koronal saluran akar dengan gerakan watch winding menggunakan file
nomor 10 atau 15 ke dalam saluran akar. Bila terasa longgara berarti telah terbentuk
glide path yang mulus. Bila ada hambatan, gunakan file yang lebih kecil.
f. Lakukan ekstirpasi dengan jarum esktirpasi sepanjang 2/3 panjang kerja untuk
mengangkat jaringan pulpa yang vital.
g. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%.

13. Penentuan Panjang Kerja


e. Masukkan file nomor 20 ke dalam setiap saluran akar sepanjang kerja estimasi.
f. Lakukan foto radiograf
g. Tentukan panjang kerja sebenarnya dengan mengukur perbedaan ujung file dengan
apeks radiograf, sesuaikan panjang kerja sampai 1 mm lebih pendek dari apeks
radiografis.

14. Preparasi Orifis


h. Preparasi dengan protaper SX sepanjang 2/3 panjang kerja. File diolesi dengan EDTA
gel. Shaping files digunakan dengan gerakan memutar searah jarum jam. Bila terasa
ada tahanan, putar berlawanan arah jarum jam sebanyak 45°-90° sambil dikeluarkan
dari saluran akar.
i. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%

15. Preparasi Saluran Akar


l. Preparasi setiap saluran akar dengan S1 sampai panjang kerja dengan gerakan yang
sama. File diolesi dengan EDTA gel.
m. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%. Rekapitulasi dengan file no. 10
n. Preparasi setiap saluran akar dengan S2 sampai sepanjang kerja. File diolesi dengan
EDTA gel.
o. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%. Rekapitulasi dengan file no. 15
p. Preparasi setiap saluran akar dengan F1 sampai sepanjang kerja. File diolesi dengan
EDTA gel.
q. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%. Rekapitulasi dengan file no. 20. Bila
file terasa snug, artinya saluran akar sudah selesai terbentuk dan sudah siap dilakukan
pengisian. Namun bila masih terasa longgar, preparasi dilanjutkan dengan file yang
lebih besar, yaitu F2 (rekapitulasi dengan file no 25) dan F3 (rekapitulasi dengan no
30). Selalu irigasi saluran akar sebelum dan setelah rekapitulasi.
r. Bila setelah preparasi dengan F3, file no 30 masih terasa longgar, preparasi
dilanjutkan dengan file biasa. Setelah irigasi kembali, prosedur dilanjutkan dengan
pencobaan bahan pengisian saluran akar (gutta percha)

16. Medikasi Saluran Akar dan Penumpatan Sementara


d. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2.5%, kemudian keringkan dengan paperpoint
e. Aplikasikan medikamen
f. Tumpat sementara dengan Cavit

17. Pengisian Saluran Akar


k. Pengisian saluran akar siap dilakukan setelah preparasi saluran akar selesai, saluran
akar telah berish dan kering, tidak ada eksudat, dan pasien tidak ada keluhan.
l. Pengisian saluran akar menggunakan single cone protaper universal gutta percha
sesuai dengan nomor dari instrument protaper yang terakhir digunakan untuk
preparasi saluran akar. Kon dicobakan dalam saluran akar sepanjang panjang kerja
dan terasa ada tug back bila ditarik keluar dari saluran.
m. Sebelum dilakukan pengisian, dilakukan irigasi dengan NaOCl 2.5% dan keriingkan
dengan absorbent paper point.
n. Campurkan semen sealer saluran akar sampai konsistensi seperti krim (diangkat 3 cm
tidak putus)
o. Olesi KGU dengan semen, masukkan ke dalam saluran akar sambil digeserkan ke
seluruh dinding.
p. Olesi kembali KGU dengan semen, masukkan sampai sepanjang kerja.
q. Potong kon gutta percha sebatas orifis dengan instrument yang ujungnya telah
dipanaskan. Lakukan kondensasi vertical dengan alat pemampat bahan pengisi.
r. Buat radiograf untuk evaluasi pengisian saluran akar.
s. Irigasi kamar pulpa dengan NaOCl 2.5%, kemudian letakkan basis Zn Phospat setebal
1 mm. Setelah Zn Phospat mengeras, letakkan kapas butir, tumpat sementara dengan
Cavit.
t. Kontrol hasil perawatan saluran akar 1 minggu setelah pengisian saluran akar.

Nama : Fatmah
NPM : 0806324910
Kelebihan Preparasi Crown down dan Kekurangan Preparasi Step Back
Preparasi crown down dimulai dari korona dan berakhir di apikal dengan instrumen yang
semakin kecil. Preparasi step back dimulai dari 1/3 apikal hingga ke koronal dengan
instrumen yang semakin besar ke arah koronal
Kelebihan crown down :
 Tidak mendorong debris ke periapeks karena preparasi dimulai dari korona
 Dapat mempermudah pemasukan instrumen dan irigasi ke saluran akar sehingga
meningkatkan pembersihan saluran akar
 Mendapatkan akses yang lurus ke arah apeks
Kekurangan step back :
 Menghasilkan bentuk saluran akar dengan kecorongan minimal sehingga menyulitkan
penetrasi bahan irigasi.
 Dapat menyebabkan terjadinya transportasi debris ke apikal
 Pemasukan instrumen dan irigasi lebih sulit
Dominica Clarissa S.
Maximilianus Felix C.
Penguji:
drg. Daru Indrawati, Sp.KG (K)
drg. Gatot, Sp.KG (K)

Definisi file awal


File awal / FA (initial file) adalah file terbesar yang pas dengan saluran akar sampai
panjang kerja. Cara menentukannya adalah dengan membandingkan file terhadap gambar
radiograf saluran akar di 1/3 apeks.10

Dominica Clarissa S.
Maximilianus Felix C.
Penguji:
drg. Daru Indrawati, Sp.KG (K)
drg. Gatot, Sp.KG (K)
Yang perlu dilakukan agar memudahkan ekstirpasi
Setelah menentukan panjang kerja, dilakukan penjajakan saluran akar menggunakan jarum
Miller (smooth broach) atau file nomor 10. Hal ini bertujuan untuk melepaskan perlekatan
jaringan pulpa dari dinding saluran akar sehingga ekstirpasi mudah dilakukan.10

Andiana Rizqi Indirayani 0806451611


Obturasi
Penyembuhan lesi periapikal akan lebih baik bila pengisiannya kurang atau tepat pada ujung
apical dibandingkan dengan pengisian berlebih. Hal ini disebabkan oleh pengisian yang
berlebihan akan menyebabkan terhambatnya proliferasi untuk penyembuhan pada jaringan
periadikular.

Ines Augustina Sumbayak, 0806324974


Penguji: drg. Munyati Usman, Sp.KG (K)
drg. Bambang Nursasongko, Sp.KG (K)

Bahan Irigasi Saluran Akar

Bahan irigasi saluran akar digunakan dengan tujuan:


- Membersihkan debris ( jaringan nekrotik dan serbuk dentin)
- Sebagai pelumas atau lubrikasi dinding saluran akar dan instrumen
- Sebagai antimikroba
- Menghilangkan smear layer

Macam-macam bahan irigasi saluran akar:

1. NaOCl
Sifat:
- Dalam air, NaOCl berdisosiasi  Na+ + OCl-. Pada pH netral dan asam (4-7) chlorine
yang dapat menyebabkan kematian sel (aktifitas antimikroba)
- Pada konsentrasi 1% cukup untuk melarutkan jaringan pulpa
- Efektifitas NaOCl dapat ditingkatkan dengan meningkatkan temperatur cairan
- Dibiarkan berkontak 30-60 menit.

Kekurangan:
- Bau dan rasa yang tidak enak
- Bersifat toksisitas
- Tidak dapat menghilangkan bagian anorganik dari smearlayer

2. Hidrogen Peroksida ( H2O2 3%)


- Ada reaksi berbusa sehingga mampu mendorong debris keluar saluran akar
- Melepas oksigen sehingga mampu menghancurkan bakteri anaerob
- H2O2 dapat bereaksi dengan debri pulpa dan darah, menghasilkan gas yang bisa
terperangkap di gigi sehingga dapat menimbulkan rasa sakit.

3. EDTA
- Merupakan pelarut anorganik (melunakkan dentin dan menghilangkan smear layer)
- Tidak memiliki sifat antibakteri

4. Chlorhexidine
- Merupakan antimicrobial yang luas sehingga memiliki sifat bakterisidal dan
bakteriostatik
- Dapat menyebabkan staining dan alergi

5. MTAD (Mixture of Tetracyclineisome (Doxycyclin), Acid (Citric Acid), and Detergent


(Tween 80))  efektif membunuh bakteri Enterococcus faecalis
Komposisi:
- Doxycycline: antibakteri
- Asam sitrat: menghilangkan smear layer
- Detergent: antibakteri dan menghilangkan smear layer

Vicky Novita Mulya


1006667680

Macam-macam bahan irigasi saluran akar:


1. NaOCl
 Merupakan cairan irigasi yang paling sering digunakan
 Memiliki sifat antibakteri
 Terdapat kandungan klorin yang dapat melarutkan jaringan vital dan
nekrotik dengan cara menghancurkan protein menjadi asam amino.
 Efektifitas NaOCl dapat ditingkatkan dengan meningkatkan temperature
cairan.
 Efektif bila dibiarkan berkontak selama 40 menit.
 Kekurangannya: bersifat toksik, tidak dapat menghilangkan jaringan
anorganik dari smear layer, bau, dan rasa tidak enak, dapat mengiritasi
jaringan mukosa
 Sebagai lubrikasi

2. Chlorexidin 0,12%
 Merupakan antimicrobial yang luas sehingga memiliki sifat bakterisidal
dan bakteriostatik
 Kelebihan: toksisitas rendah, tidak berbau
 Kekurangan: tidak dapat melarutkan jaringan organic dan anorganik

3. EDTA 17% (Etylene Diamine Tetraacetic Acid)


 Kelebihan: dapat melarutkan jaringan anorganik pada smear layer
 Kekurangan: tidak memiliki sifat antibakteri / hanya sedikit, pajanan yang
terlalu lama dapat mengangkat dentin intratubular dan peritubular
 Lebih efektif bila dikombinasikan dengan NaOCl

4. MTAD (Mixed of Tetrasiklin, Acid, dan Detergen)


 Merupakan bahan alternative EDTA untuk menghilangkan smear layer
 Lebih efektif bila dikombinasikan dengan NaOCl
 Kelebihan: antibakteri, biokompatibel, dapat menghilangkan smear layer.

5. Hidrogen Peroksida (H202 3%)


 Ada reaksi berbusa sehingga mampu mendorong debris keluar saluran akar
 Melepas oksigen sehingga mampu menghancurkan bakteri anaerob
 H2O2 dapat bereaksi dengan jaringan pulpa dan darah, menghasilkan gas
O2 yang bisa terperangkap di gigi sehingga dapat menimbulkan rasa sakit
Ines Augustina Sumbayak, 0806324974
Penguji: drg. Munyati Usman, Sp.KG (K)
drg. Bambang Nursasongko, Sp.KG (K)

Medikamen pada Perawatan Saluran Akar


Medikamen digunakan dengan tujuan:
- Mengeliminasi bakteri yang ada pada saluran akar yang belum tereliminasi saat
instrumentasi dan irigasi
- Mengurangi inflamasi periradikular dan mengurangi rasa sakit
- Mengeliminasi eksudat (bila terdapat eksudat)
- Menghambat atau menghentikan proses inflamasi
- Mencegah re-infeksi saluran akar dengan bertindak sebagai barrier fisikal maupun
kimiawi bila restorasi sementara terlepas.

Macam-macam medikamen saluran akar:


1. Golongan Fenol  uap akan hilang dalam 1-2 hari  kurang efektif
a. ChKM
 Efektif terhadap bakteri anaerob, tapi paling bersifat toksik dan iritatif.
 Kandungannya terdiri dari:
- chlorophenol sebagai antiseptic (germisidal)
- kamfer sebagai pereduksi toksisitas fenol dan peningkat kerja uap fenol
- mentol sebagai sedative yang sifatnya ringan

b. Chresophene
 Memiliki sifat antibakteri lebih baik daripada ChKM
 Mengandung kortikosteroid (dexamethasone) sehingga dapat mengurangi
inflamasi

c. Cresatine
 Memiliki efek antibakteri yang lebih sedikit dibanding ChKM, namun lebih
tidak mengiritasi jaringan.

Tingkat toksisitas : ChKM > Cresatin


Sifat antibakteri: Chresophene > ChKM > Cresatine

2. Golongan Aldehyde (Formokresol)


- Merupakan bakterisid yang tidak spesifik  efektif terhadap bakteri anaerob dan
aerob
- Bersifat toksik, karsinogenik dan mutagenic
- Toksisitasnya > efek antibakterinya

3. Golongan Antibiotik
 Pasta yang sering digunakan adalah Leddermix, yang mengandung:
- Demeclocycline HCl 3.2%
- Dexamethasone 0.05% atau Triamcinolone 1%
 Lebih bersifat bakteriostatik daripada bakterisid
 Adanya kandungan kortikosteroid akan menurunkan inflamasi

4. Golongan Halogen  Iodine


 Toksisitasnya rendah
 Dapat membunuh bakteri pada infected dentin dalam waktu 5 menit saja
 Dapat memicu respon alergi dan terjadi staining pada gigi
 Efek antimikrobanya tidak sekuat golongan lain dan durasinya singkat

5. Calsium Hydroxide (Ca(OH)2)


 Merupakan basa kuat (pH 12,5-12,8)
 Ketika berkontak dengan cairan pus / cairan jaringan, Ca(OH) 2 akan terurai
sehingga tercipta suasana basa kuat yang sifatnya:
- Bakterisidal
- Menurunkan aktifitas osteoklas
- Meningkatkan aktifitas osteoblas dan fibroblast
 Ion Ca2+ memiliki efek untuk:
- menstimulasi BMP (Bone Morphogenic Protein) sehingga terjadi kalsifikasi
tulang
- memperkecil diameter saluran antara sel sel endotel pembuluh kapiler
sehingga cairan tidak keluar lagi dari pembuluh darah ke lesi
- meningkatkan kemungkinan resorpsi interna
 Cara aplikasinya dengan menggunakan jarum lentulo atau semprit khusus
kemudian dipadatkan.
 Ca(OH)2 kelarutannya rendah dalam air, tidak larut dalam alkohol, memiliki pH
tinggi/basa kuat (berkisar 12,5-12,8)
 Ketika berkontak dengan cairan pus / cairan jaringan, Ca(OH) 2 akan terurai
sehingga tercipta suasana basa kuat yang sifatnya:
- Bakterisidal
- Menurunkan aktifitas osteoklas
- Meningkatkan aktifitas osteoblas dan fibroblast
 Ion Ca2+ memiliki efek untuk:
- menstimulasi BMP (Bone Morphogenic Protein) sehingga terjadi kalsifikasi
tulang
- memperkecil diameter saluran antara sel sel endotel pembuluh kapiler
sehingga cairan tidak keluar lagi dari pembuluh darah ke lesi
- meningkatkan kemungkinan resorpsi interna
 Cara aplikasinya dengan menggunakan jarum lentulo atau semprit khusus
kemudian dipadatkan.
 Penggunaan Ca(OH)2 resisten terhadap bakteri Enterococcus faecalis.
 Ca(OH)2 memiliki kemampuan untuk mengurangi inflamasi periapeks,
merangsang penyembuhan periapikal dan dapat membunuh bakteri dengan efek
pH yaitu melalui pelepasan dan difusi ion hidroksil (OH) dengan menciptakan
lingkungan yang bersifat alkaline yang tidak kondusif bagi kelangsungan
mikroorganisme.

 Efek bunuh dari kalsium hidroksida berkaitan dengan beberapa mekanisme, yaitu
secara mekanis dan secara fisik. Aksi mekanis berlangsung melalui cara merusak
membran sitoplasma mikroba dengan aksi langsung ion hidroksil, menekan
aktivitas enzim dan mengganggu metabolisme seluler, dan menghambat replikasi
DNA dengan memisahkan DNA. Sedangkan secara fisik melalui bertindak
sebagai barrier yang mengisi rongga dalam kanal dan mencegah masuknya
bakteri ke dalam sistem saluran akar dan membunuh mikroorganisme yang tersisa
dengan menahan substrat untuk pertumbuhan dan membatasi tempat untuk
multiplikasi.

6. Eugenol
- Merupakan minyak essensial dan bukanlah merupakan golongan medikamen
saluran akar.
- Dapat mengiritasi jaringan jika berkontak
- Memiliki efek sedatif sehingga dapat meredakan rasa sakit
- Eugenol biasanya digunakan secara topikal dalam bentuk campuran dengan zinc
oxide dan dapat digunakan juga sebagai semen saluran akar.

Andiana Rizqi Indirayani 0806451611


Medikamen Intrasaluran
Medikamen intrakanal memiliki fungsi untuk menghilangkan kuman yang mungkin masih
tertinggal dan untuk mempertahankan suasana steril salurang akar.
a. Eugenol
Eugenol merupakan esensi minyak cengkeh. Efek dari penggunaan eugenol
bergantung pada konsentrasi kandungan nya. Pada penggunaan konsentrasi
rendah, eugenol dapat memperlihatkan aktifitas anti-inflamasi, sedangkan bila
digunakan pada konsentrasi tinggi, eugenol bersifat toksik.
Low dose :
- Menghambat sintesis prostaglandin
- Menghambat aktifitas saraf
High dose :
- Menginduksi sel menjadi mati
- Menghambat respirasi sel

b. Kalsium Hidroksida
Ca(OH)2 adalah medikamen yang sangat efektif dalam mengatasi bakteri
didalam pulpa. Nilai pH Ca(OH)2 adalah 12,3. Ca(OH)2 memiliki beberapa
keunggulan yaitu
1. Ion OH- menginaktifkan enzim membran sitoplasma bakteri
sehingga transpor nutrisi tidak bisa masuk ke dalam tubuh bakteri
dan menjadi toksik bagi kondisi bakteri itu sendiri sehingga
mengganggu proses pertumbuhan, pembelahan sel, dan aktivitas
metabolik dari bakteri.
2. Kalsium hidroksida sulit larut dan berdifusi dalam saluran akar
sehingga sitotoksitasnya terbatas hanya pada jaringan yang
berkontak.
3. Pada saat membunuh bakteri, Ca(OH)2 memiliki kemampuan untuk
menghidrolisis lipid dari lipopolisakarida bakteri. Lipopolisakarida
adalah endotoksin yang dihasilkan oleh bakteri yang mati dan
dapat mengakibatkan resorpsi.
Kelemahan nya adalah :
1. Kurang efektif dalam membunuh beberapa patogen endodontik,
seperti E. faecalis dan Candida albicans.
2. Sulit dibersihkan karena bila tidak dibersihkan, sisa dari CaOH
dapat mempercepat waktu setting sealer bahan dasar ZOE
b. Golongan Phenol
Phenol adalah racun protoplasma non-spesifik yang memiliki efek
antibakterial yang optimal pada konsentrasi 1%-2%. Turunan dari fenol seperti
paramonochlorophenol (C6H4OHCl), thymol (C6H3OHCH3C3H7), kresol
(C6H4OHCH3), dan chlorofenol mentol berkamper (ChKM) merupakan
antiseptik yang lebih kuat dan toksisitas yang lebih besar dibandingkan phenol.
ChKM memiliki efek antiseptik dari parachlorofenol, yaitu dengan melarutkan
protein dan menyebabkan kerusakan membran sel bakteri. Kamper pada
kandungan ChKM berfungsi untuk meningkatkan efek uap parachlorophenol
dan menurunkan toksisitas dari gugus fenol. Mentol befungsi untuk meredakan
rasa sakit.
Golongan phenol, seperti ChKM bekerja dengan uapnya, sehingga
tidak perlu kontak langsung dengan jaringan. Pemakaiannya menggunakan
kapas yang telah diberikan ChKM dan diperas kemudian diletakkan dalam
kamar pulpa.
c. Formaldehid
Golongan formaldehid yang sering digunakan adalah formokresol.
Komponen formaldehid pada formokresol antara 19% dan 37%. Bahan yang
memiliki komponen formaldehid diatas 10% digunakan untuk memfiksasi
jaringan. Formaldehid mudah menguap dan mengeluarkan uap antimikroba
saat diaplikasikan pada kamar pulpa. Efektivitas antimikroba formaldehid
lebih rendah dibandingkan toksisitasnya..
d. Golongan antibiotik
Ledermix merupakan pasta antibiotik-kortikosteroid. Antibiotik yang
terkandung adalah demeclocycline HCl 3,2%. Kortikosteroid yang terkandung
adalah dexametason 0,05% dan triamnisolon 1%. Komponen tersebut dapat
mencapai sistem sirkulasi melalui tubulus dentin, kanal lateral dan foramen
apical. Kandungan kortikosteroid pada Ledermix berfungsi untuk menurunkan
inflamasi dan antibiotik berfungsi untuk mencegah bakteri berkembang biak.
Cara penggunaan dari ledermix ini adalah saluran akar harus terisi penuh
dengan pasta ledermix. Ledermix biasa digunakan pada kasus radang
periapikal akut.
e. Halogen
Cairan chlorin biasa digunakan untuk mengirigasi saluran akar, namun
juga dapat digunakan sebagai medikamen dalam bentuk chloramin-T, sebuah
garam sodium N-chloro tosilamid. Iodin, dalam bentuk IKI (Iodine potassium
iodide) efektif untuk digunakan sebagai cairan antiseptik dengan toksisitas
jaringannya rendah. IKI mempunyai kekuatan untuk membunuh bakteri
anaerob E. faecalis. Begitu juga untuk bakteri jenis Actinomyces, Candida dan
Enteric rod. Smear layer dapat dihilangkan dengan cairan ini. Namun
kekurangannya adalah dapat menyebabkan respon alergi dan staining pada
gigi, durasi waktunya juga singkat.

Nama : Nissia Ananda


NPM : 0906488086

1. Medikamen yang digunakan saat ini

a) Ca(OH)2
Kalsium hidroksida memiliki kekuatan terbesar sebagai antimikroba jika
dibandingkan dengan medikamen saluran akar lainnya, dengan bakterisid
paling efektif terhadap Streptococcus pyogenes. Efektifitas Ca(OH)2 ini
didapatkan dari antimikrobakterial, anti inflamasi, dan osteogenic potential.
Sifat basanya membunuh bakteri melalui efek destruktif terhadap membrane
sel dan struktur protein.

b) Sodium Hypochlorite 3%

Sodium Hypochlorite memiliki afek anti mikrobakterial yang luas, yaitu pada
vegetative bacteria, sporangial bacteria, fungi, protozoa dan virus. Namun
kekurangannya adalah ketidakmampuan bahan ini untuk penetrasi ke dalam
sistem mikrokanal yang ada pada dentin.

c) Metronidazole 0,5%

Metronidazole memiliki efek antibacterial paling lemah jika dibandingkan


dengan medikamen lainnya, beberapa penelitian melaporkan adanya
resistenabilitas beberapa organism anaerobic terhadap metronidazole seperti
gram-positive coccal Peptostreptococcus micros dan gram-positive rodlike
Propionibacterium acnes

d) Chlorexidine Gluconate 0,1%


Chlorexidine Gluconate adalah medikamen dengan antibacterial yang bekerja
pada bagian permukaan, dan mudah di adsorbsi oleh jaringan tubuh serta
rendahnya tingkat toksisitas. Bahan medikamen ini memiliki aktivitas dengan
skala luas, hal ini penting karena chlorexidine gluconate mempunyai sifat long
term disinfecting action (berasal dari adhesi dengan dentin dan juga durasi
emisi sekitar 7 hari).

Nama : Nissia Ananda


NPM : 0906488086

3. Medikamen
c. Kalsium Hidroksida
Ca(OH)2 adalah medikamen yang sangat efektif dalam mengatasi bakteri didalam
pulpa, saat ini menjadi yang paling sering digunakan. Merupakan substansi basa
kuat dengan nilai pH Ca(OH)2 adalah sekitar 12,5. Dalam aqueous solution
Ca(OH)2 akan terurai menjadi ion Ca2+ dan OH-. Untuk mendapatkan alkalinisasi
yang adekuat medikamen saluran akar ini berada dalam saluran akar dalam waktu
1-2 minggu. Ca(OH)2 memiliki beberapa keunggulan yaitu:
3. Ion OH- menginaktifkan enzim membran sitoplasma bakteri
sehingga transpor nutrisi tidak bisa masuk ke dalam tubuh bakteri
dan menjadi toksik bagi kondisi bakteri itu sendiri sehingga
mengganggu proses pertumbuhan, pembelahan sel, dan aktivitas
metabolik dari bakteri.
4. Kalsium hidroksida sulit larut dan berdifusi dalam saluran akar
sehingga sitotoksitasnya terbatas hanya pada jaringan yang
berkontak.
5. Pada saat membunuh bakteri, Ca(OH)2 memiliki kemampuan untuk
menghidrolisis lipid dari lipopolisakarida bakteri. Lipopolisakarida
adalah endotoksin yang dihasilkan oleh bakteri yang mati dan
dapat mengakibatkan resorpsi.

e. Golongan Phenol
Medikamen yang termasuk dalam golongan ini adalah ChKM (Chlorofenol
Kamfer Mentol) dan Cresophene. ChKM memiliki efek antiseptik dari
parachlorofenol, yaitu dengan melarutkan protein dan menyebabkan kerusakan
membran sel bakteri. Kamper pada kandungan ChKM berfungsi untuk
meningkatkan efek uap parachlorophenol dan menurunkan toksisitas dari
gugus fenol. Mentol befungsi untuk meredakan rasa sakit. Pada Cresophene,
selain terdapat paramonochlorophenol dan thymol sebagai efek antiseptic
terdapat juga kandungan dexamethasone sebagai anti inflamasi. Golongan
phenol bekerja dengan uapnya, sehingga tidak perlu kontak langsung dengan
jaringan. Pemakaiannya menggunakan kapas yang telah diberikan ChKM atau
Cresophene kemudian diperas dan lalu diletakkan dalam kamar pulpa.

f. Formaldehid
Golongan formaldehid yang sering digunakan adalah formokresol. Komponen
formaldehid pada formokresol antara 19% dan 37%. Bahan yang memiliki
komponen formaldehid diatas 10% digunakan untuk memfiksasi jaringan.
Formaldehid mudah menguap dan mengeluarkan uap antimikroba saat
diaplikasikan pada kamar pulpa. Efektivitas antimikroba formaldehid lebih
rendah dibandingkan toksisitasnya.

g. Golongan antibiotik
Ledermix merupakan pasta antibiotik-kortikosteroid. Antibiotik yang
terkandung adalah antibiotic tetrasiklin - demeclocycline HCl 3,2% sebagai
antimikroba. Kortikosteroid yang terkandung adalah dexametason 0,05% dan
triamnisolon 1%. Komponen tersebut dapat mencapai sistem sirkulasi melalui
tubulus dentin, kanal lateral dan foramen apical. Kandungan kortikosteroid
pada Ledermix berfungsi untuk menurunkan inflamasi dan antibiotik berfungsi
untuk mencegah bakteri berkembang biak. Cara penggunaan dari ledermix ini
adalah saluran akar harus terisi penuh dengan pasta ledermix. Ledermix biasa
digunakan pada kasus radang periapikal akut.

f. Halogen
Iodine bersifat bakterisidal, fungsisidal, tuberculoidal, virusidal, dan
sporisidal. Iodophors adalah kompleks iodine dan solubilizing agent (carrier
iodine) yang bertindak sebagai reservoir iodine bebas. Sediaan iodine yang
digunakan untuk medikamen adalah 2% IPI (Iodine Potassium Iodine), dalam
waktu 1-2 jam dapat menghambat perkembangan E. Faecalis pada tubulus
dentin.

2. Jenis- jenis sealer

Golonga
Zinc Oxide Resin Glass Ionomer Calcium Hydroxide
n
Merk - Grossman’s - AH 26: Ketac Endo - Sealapex
Dagang original formula bisphenol - Apexit
(procosol epoxy resin - CRCS: Calcium
sealer) sealer yang hydroxide sealer
- Roth’s 801 menggunakan dengan zinc oxide
sealer methenamine eugenol eucalyptol
- Ricket’s untuk base, slow setting
formula (Kerr’s polimerisasi. hingga 3 hari.
pulp canal Methamine
sealer) akan Sitotoksisitas: Sealapex
- Tubli seal melepaskan > CRCS > Apexit
- Wach’s cement formaldehyde
- Nogenol saat setting dan
- Medicated akan menurun
canal sealer setelah 2
minggu.
- AH plus:
formulasi AH 26
ditambahkan
campuran
amine yang
menyebabkan
polimerisasi
tanpa formasi
formaldehyde,
sitotoksisitas <
dari AH 26,
kelarutan < dari
AH 26

Apical + + + +
Sealing
Adhessive
properties
(sealer- + ++++ +++ ++
dentinal
wall)
Bond
strength
+++ ++++ + ++
to Gutta
Perca
Sifat - Dapat - Terdapat - Bonding - Efektif
Sealer diresorbsi bonding yang baik membentuk
bila terjadi yang baik terhadap dentinal bridge
ekstrusi terhadap dentin  formasi dari
pada dentin - Flow baik root end hard
jaringan - Good flow tissue
periapikal - Sufficient
- Waktu working
setting time
lama - Toksik
- Dapat (menstimul
menyebab asi
kan stain pelepasan
pada formaldehy
struktur de), namun
gigi setelah 24
- Terdapat jam akan
aktivitas berkurang
antimikro dan
ba (zinc menjadi
oxide low toxic
menyedia
kan
cytoprote
ction
terhadap
sel
jaringan)

Eugenol Menyebabk - Ikatan - Menyebabkan


toksik an staining melemah staining
terhadap bila - Stabilitas
jaringan terdapat dimensional
kontamin kurang baik
asi air - Kekuatan
Kekuranga saat kohesif tidak
n setting terlalu baik
- Sulit
dikeluark
an jika
perlu
perawata
n ulang
+ / formaldehyde,
Toksisitas + / eugenol unpolimerized bis Rendah -
phenol A
Kelarutan + / kelarutan - AH 26 tidak + +
sealer zinc oxide larut,
dan calcium bahkan
hydroxide dapat
memiliki setting
solubilitas tinggi dalam air
dibanding sealer - Solubilitas
lain AH plus
Adanya lebih
komponen resin rendah
pada semen zinc dibandingk
oxide an AH 26
menyebabkan
semen lebih tidak
mudah larut
+ / mekanisme + / mekanisme
antibakteri zinc antibakteri:
oxide masih kemampuan kalsium
belum jelas hidroksida melepaskan
diketahui. hidroksil dan
Terdapat meningkatkan Ph
beberapa menyebabkan alkalosis
penelitian yang pada jaringan sekitar
menyatakan efek
antibakteri zinc
oxide
Antibakter
kemungkinan + +
i
disebabkan
karena dapat
mengganggu
aktivtas
membrane sel.
Resin acid pada
sealer juga dapat
menyebabkan
gangguan pada
lipid membrane
sel

Apical sealing  Ca(OH)2 > Zinc Oxide = Resin = Glass Ionomer


Adhessive Properties (Sealer - dentinal wall)  Resin > Glass Ionomer > Ca(OH)2 > Zinc
Oxide
Bond strength to Guta Perca  Resin > Zinc Oxide > Ca(OH)2 > Glass Ionomer

Sealers yang mengandung formaldehyde: Endomethasone  zinc oxide dengan


paraformaldehyde dan kortikosteroid

Penguji : drg. Munyati Usman, SpKG(K)


Drg. Bambang Nursasongko, SpKG(K)
Mahasiswa : Azkania Sabila (0806324803)

Macam-macam endodontic sealer


1. Sealer berbahan dasar resin:
a. AH-26 (resin epoksi)
b. Diaket (resin polyvinyl/polyketone)
2. Sealer berbahan dasar obat : Endomethasone
3. Sealer berbahan dasar Ca(OH)2: Sealaplex

Obturasi dilakukan dengan teknik Lateral Condensing Technique


 Kon utama yang telah disterilkan dengan NaOCl 2,5% yang telah diolesi dengan
sealer dimasukkan ke dalam saluran akar perlahan-lahan, ditarik sedikit-sedikit
agar tidak ada kelebihan udara.
 Kon gutap utama ditekan dengan spreader sampai rapat ke dinding saluran akar.
Spreader ditekan ke apeks sampai 2 mm lebih pendek dari panjang kerja, putar ke
kiri dan kanan lalu keluarkan dari saluran akar. Kon tambahan yang telah diolesi
dengan semen saluran akar segera dimasukkan setelah spreader diangkat keluar
dari saluran akar. Hal ini dilakukan hingga spreader tidak dapat dimasukkan lagi
ke saluran akar.
 Kemudian potong gutap sampai dengan 1 mm di bawah orifis dengan
menggunakan ekskavator yang sudah dipanaskan terlebih dahulu. Kemudian
dilakukan kondensasi vertical dengan menggunakan root canal plugger. Setelah
pengisian dilakukan foto radiograf untuk evaluasi hasilnya.
 Kamar pulpa kemudian dibersihkan dengan NaOCl 2,5%. Dasar kamar pulpa
dilapisi dengan basis semen fosfat setebal ± 2 mm dan ditutup dengan tumpatan
sementara.
 Kontrol dilakukan 1 minggu setelah pengisian saluran akar.

Valeria Widita W / 0806325296


Drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)
Drg. Gatot Sutrisno, Sp. KG(K)

3. Restorasi Paska Endodontik


Perawatan endodontik dapat menghasilkan kehilangan yang signifikan dan
melemahkan struktur gigi. Kehilangan struktur gigi selama perawatan endodontic
meningkatkan resiko fraktur mahkota. Restorasi gigi yang telah dirawat endodontik
didesain untuk (1) melindungi sisa jaringan gigi dari fraktur, (2) mencegah reinfeksi
sistem saluran akar, (3) dan menggantikan struktur gigi yang hilang. Berdasarkan jumlah
jaringan yang digantikan, restorasi gigi yang telah dirawat endodontic bergantung pada
material dan prosedur klinis yang berbeda. Walaupun penggunan mahkota yang disertai
pasak dan inti adalah pendekatan yang biasa dilakukan, beberapa peneliti telah
menyarankan penggunaan resin komposit direk untuk merestorasi defek yang kecil pada
gigi yang telah dirawat endodontic. Sekarang ini, restorasi indirek seperti overlays atau
endocrown yang terbuat dari resin komposit atau ceramic juga telah digunakan. Pemilihan
material dan teknik restorasi yang tepat diketahui dari jumlah sisa struktur gigi yang
tersisa.4

Restorasi Direk Resin Komposit


Ketika struktur mahkota gigi yang hilang setelah perawatan endodontic minimal,
restorasi resin komposit direk dapat diindikasikan sebagai restorasi akhir. Ketika
dipolimerisasi dengan tepat, resin komposit sangat estetis, menunjukkan sifat mekanis
yang tinggi, dan dapat menguatkan struktur gigi yang tersisa melalui mekanisme bonding.
Namun sangat disayangkan, sifat polymerization shrinkage pada resin komposit yang ada
saat ini masih menjadi masalah yang signifikan untuk kesuksesan jangka panjang restorasi
ini. Teknik penumpatan secara incremental membantu mengurangi tekanan shrinkage
selama polimerisasi. Jumlah yang menyusut juga bergantung pada bentuk preparasi
kavitas dan rasio permukaan yang bonded dan unbounded (bebas). Dengan kata lain,
restorasi direk resin komposit dapat indikasi ketika hanya satu permukaan proksimal yang
hilang.4
Restorasi direk resin komposit telah digunakan pada gigi anterior yang tidak
kehilangan struktur gigi melebihi preparasi akses endodontik. Pada kasus seperti ini,
restorasi direk resin komposit memberikan penutupan yang cepat pada gigi, yang
mencegah kebocoran koronal dan kontaminasi berulang pada sistem saluran akar oleh
bakteri. Walaupun restorasi direk resin komposit juga dapat digunakan untuk restorasi
kecil pada gigi posterior, resin komposit direk kontraindikasi ketika sudah terjadi
kehilangan struktur mahkota lebih dari sepertiga jaringan mahkota. Suatu penelitian
menunjukkan bahwa resistensi suatu gigi yang sudah dirawat endodontic terhadap fraktur
berkurang sebanyak 69% pada kasus-kasus dengan kavitas MOD. Pada kondisi seperti ini,
restorasi direk resin komposit mungkin tidak tepat untuk mencegah fraktur dan reinfeksi
pada struktur gigi yang tersisa. Selanjutnya, material resin komposit membutuhkan
penggunan fiber secara in vitro untuk meningkatkan resitensi mekanisnya.4

Restorasi indirek: composite atau ceramic onlays dan overlays


Onlay resin komposit atau ceramic dan endocrowns dapat juga digunakan untuk
restorasi gigi yang sudah dirawat endodontic. Overlays menggabungkan satu atau lebih
cusp untuk menutupi jaringan yang hilang, sedangkan endocrown menggabungkan pasak
pada saluran akar, inti, dan mahkota dalam satu komponen. Baik onlays maupun
endocrown dapat mengkonservasi sisa struktur gigi yang ada, sedangkan alternatif lainnya
adalah menghilangkan seluruh cusp dan dinding yang ada untuk direstorasi menggunakan
mahkota tiruan penuih.
Onlays dan overlays secara umum dibuat di laboratorium baik dari hybrid resin
composite atau ceramics. Ceramics adalah material yang dipilih untuk restorasi indirek
estetis jangka panjang karena memiliki sifatnya yang mirip enamel yaitu secara
translusensi dan transmisi cahaya. Onlays, overlays, dan endocrowns juga dapat dibuat
melalui resin komposit yang diproses di laboratorium.4

Mahkota tiruan penuh


Ketika terdapat kehilangan struktur gigi yang signifikan akibat karies, prosedur
restoratif, dan perawatan endodontik, mahkota tiruan penuh menjadi pilihan restorasi.
Pada beberapa kasus, mahkota tiruan dapat dibuat pada sisa struktur yang tersisa yang
sudah dipreparasi sebelumnya. Sementasi pasak didalam saluran akar penting untuk
menyediakan retensi untuk material inti dan mahkota tiruan. Inti disatukan dengan gigi
melalui perpanjangan ke dalam saluran kanar melalui pasak dan menggantikan struktur
gigi yang hilang. Mahkota tiruan menutupi inti dan mengembalikan estetis serta fungsi
gigi.
Peran tambahan dari pasak dan inti adalah untuk melindungi batas margin mahkota
dari deformasi akibat berfungsi dan untuk mencegah kebocoran koronal. Karena hampir
semua sealer saluran akar tidak secara keseluruhan menutup ruang di dalam saluran akar,
penutupan koronal yang diberikan oleh pasak dan inti akan memberikan pengaruh positif
pada hasil perawatan endodontik. Kemampuan pasak sebagai penjangkaran inti juga
merupakan faktor yang penting untuk rekonstruksi yang sukses. Hingga akhirnya material
luting yang digunakan untuk sementasi pasak, inti, dan mahkota tiruan pada gigi juga
mempengaruhi ketahanan jangka panjang suatu restorasi.4

4. Indikasi Onlay
a. Restorasi besar
Casting alloy memiliki kekuatan yang besar, memperbaiki kontur dan kontak.
Gigi yang mengalami karies besar namun dinding facial dan lingual masih ada.
Onlay dari casting alloy kuat terhadap beban kunyah dan bisa mendistribusikan
beban kunyah dengan baik sehingga dapat menurunkan kemungkinan fraktur gigi.
b. Gigi pasca perawatan endodontik
Gigi molar dan premolar pasca perawatan endodontik direstorasi dengan onlay
untuk mendistribusikan beban kunyah sehingga dapat menurunkan kemungkinan
fraktur gigi.
c. Gigi antagonisnya sudah menggunakan restorasi cast metal
Untuk mengeliminasi aktivitas elektrik dan korosi bisa muncul bila dua jenis metal
yang berbeda berkontak
d. Gigi yang menjadi abutment gigi tiruan lepasan
Bahan cast metal alloy kuat menahan gaya dari gigi tiruan, dudukan rest lebih bisa
dapat dikontrol dengan teknik indirek
Nama : Nissia Ananda
NPM : 0906488086
5. Indikasi Dowel Crown
a. Gigi yang tidak dapat direstorasi dengan restorasi lain
b. Gigi yang sudah di PSA dengan baik
c. Perubahan inklinasi gigi
d. Gigi akan dijadikan sebagai retainer tambahan untuk GTJ

Pada kasus OS Suhersih:


Gigi 12  Dowel Crown Gigi 25  Onlay
a) gigi non vital yang telah dilakukan PSA dengan baik, a) gigi non vital yang telah dilakukan PSA deng
yaitu pengisian hermetis dan dilakukan sepanjang baik, yaitu pengisian hermetis dan dilakuk
kerja sepanjang kerja
b) struktur intact yang tersisa hanya 1/3 bagian b) sisa jaringan keras mahkota yang inta
mahkota, yaitu telah kehilangan dinding distal, adalah dinding bukal dan palatal, sedangk
palatal, dan labial yang mencapai 1/3 tengah. dindingproksimal dan ½ dinding oklus
c) kebutuhan estetis (gigi anterior) mengalami kehilangan jaringan.
d) Perbandingan mahkota : akar = 1 : 1 c) Tinggi mahkota klinis normal
e) Oklusi normal dengan overjet 2 mm d) Oklusi ringan dikarenakan hilangnya g
antagonis

Nama Mahasiswa : Adelia Caryabudi


NPM : 1006666892
Penguji : drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)

3. Gambar onlay pada gigi molar.


Dominica Clarissa S.
Maximilianus Felix C.
Penguji:
drg. Daru Indrawati, Sp.KG (K)
drg. Gatot, Sp.KG (K)

Restorasi paska endodontik: onlay


Onlay dalah salah satu restorasi cast metal yang meliputi seluruh cusp gigi posterior
dan dapat didesain untuk membantu mempertahankan gigi yang rusak akibat karies atau
riwayat restorasi terdahulu.10,11 Onlay merupakan restorasi dengan ruang lingkup di antara
inlay, yang merupakan restorasi intrakorona, dan mahkota tiruan penuh, yang merupakan
restorasi ekstrakorona.11

Indikasi onlay:11
- Gigi yang memerlukan restorasi besar.
Onlay merupakan pilihan restorasi untuk gigi yang telah menjadi lemah karena adanya
karies besar, gigi yang telah dirawat endodontic namun masih memiliki dinding bukal dan
lingual yang sehat (sudah bebas karies, ketebalan minimal 2 mm). Untuk gigi demikian,
bahan yang dipilih untuk onlay (alloy) dapat menahan tekanan oklusal pada restorasi,
serta dapat mendistribusi tekanan kunyah sehingga mengurangi risiko fraktur.
- Gigi yang telah mengalami perawatan endodontik.
Onlay menjadi restorasi untuk perawatan paska endodontik karena berfungsi untuk
mendistribusi beban oklusal sehingga mengurangi risiko terjadinya fraktur.
- Gigi dengan risiko fraktur.
Perlu disadari akan adanya kemungkinan fraktur pada enamel dan dentin terutama pada
gigi dengan kavitas yang besar. Karena itu, diperlukan restorasi yang dapat melindungi
struktur gigi, salah satu contohnya: onlay.
- Penutupan diastema dan perbaikan bidang oklusal.
Onlay menjadi indikasi jika gigi tersebut memerlukan perbaikan pada sisi mesial dan
distal. Onlay juga dapat digunakan untuk memperbaiki bidang oklusal pada gigi yang
sedikit malposisi.
- Gigi yang akan menjadi abutment gigi tiruan lepasan.
Keuntungan penggunaan restorasi tuang dalam kasus ini adalah: (1) lebih baik dalam
menahan gaya yang diberikan oleh gigi tiruan sebagian dan (2) memudahkan kedudukan
rest, guiding planes serta hal lainnya yang berhubungan dengan kontur.

Kontraindikasi onlay:11
- Pasien dengan risiko karies tinggi.
Adanya karies pada permukaan fasial dan lingual menandakan tingginya aktivitas karies
yang memerlukan perhatian sebelum pemasangan onlay / restorasi tuang. Jika karies
terkontrol, namun terdapat defek karies pada permukaan fasial dan lingual selain pada
permukaan oklusal dan proksimal, umumnya menjadi indikasi untuk pembuatan mahkota
tiruan penuh.
- Pasien dengan usia muda.
Umumnya, pada pasien muda lebih diindikasikan restorasi langsung (seperti tumpatan
resin komposit) kecuali jika gigi tersebut telah dirawat endodontik. Prosedur restorasi
tidak langsung memerlukan jumlah pertemuan yang panjang dan berulang kali dan pasien
berusia muda mungkin saja mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya sehingga justru
menambah karies.
- Gigi yang memerlukan estetika.
Restorasi yang berupa metal dapat mempengaruhi tampilan estetik jika digunakan pada
gigi yang mudah terlihat misalnya saat tersenyum atau berbicara. Restorasi yang berbahan
komposit atau porcelain dapat menjadi pilihan untuk kasus ini.
- Restorasi kecil.
Restorasi kecil cukup ditumpat dengan resin komposit atau amalgam.

Fungsi kontra bevel:11


- Menyatukan dinding mahkota gigi.
- Mencegah terjadinya fraktur ke arah bukal dan lingual.
- Menghasilkan tepi email yang lebih kuat.
- Memungkinkan adanya marginal seal.
- Menghasilkan tepi onlay yang lebih mudah dipoles dan diadaptasi.
- Memudahkan adaptasi margin gingiva.

Langkah-langkah preparasi onlay pada dinding proksimal tipis (2mm):11,12


1. Bongkar tumpatan sementara dengan bur bulat kecepatan rendah.
2. Preparasai kavitas:
Ratakan dasar kavitas dan garis sudut dibuat membulat dengan bur fissure. Dinding
kavitar dibuat divergen 2-5o tergantung ketinggiannya. Untuk dinding yang pendek,
divergensi 2o sudah mencukupi. Untuk dinding yang tinggi, divergensi dibuat 5o.
3. Preparasi oklusal:
Buat beberapa alur pedoman sedalam 1, 5 mm menggunakan bur fissure mengikuti kontur
permukaan oklusal. Alur pedoman dihubungkan sampai rata pada permukaan oklusal
bagian bukal, lingual dan proksimal.
4. Preparasi bevel:
Kontra bevel dan bevel gingival dibuat dengan sudut 30o, intra bevel dibuat dengan sudut
40o. Sudut kavitas dan semua tepi yang tajam dibulatkan.
5. Pemeriksaan kavitas:
Dinding kavitas terlihat rata dan halus dan semua sudut kavitas terlihat dari oklusal.

Langkah-langkah preparasi onlay pada dinding proksimal tebal (> 2mm):11,12


6. Bongkar tumpatan sementara dengan bur bulat kecepatan rendah.
7. Preparasai kavitas:
Ratakan dasar kavitas dan garis sudut dibuat membulat dengan bur fissure. Dinding
kavitar dibuat divergen 2-5o tergantung ketinggiannya. Untuk dinding yang pendek,
divergensi 2o sudah mencukupi. Untuk dinding yang tinggi, divergensi dibuat 5o.
8. Preparasi oklusal:
Buat beberapa alur pedoman sedalam 1, 5 mm menggunakan bur fissure mengikuti kontur
permukaan oklusal. Alur pedoman dihubungkan sampai rata pada permukaan oklusal
bagian bukal dan lingual. Pada bagian proksimal, tinggalkan dinding setebal 2 mm agar
titik kontak yang baik dapat dipertahankan.
9. Preparasi bevel:
Kontra bevel dan bevel gingival dibuat dengan sudut 30o, intra bevel dibuat dengan sudut
40o. Sudut kavitas dan semua tepi yang tajam dibulatkan.
10. Pemeriksaan kavitas:
Dinding kavitas terlihat rata dan halus dan semua sudut kavitas terlihat dari oklusal.
Preparasi onlay pada dinding proksimal tipis (2mm) Preparasi onlay pada dinding proksimal tebal (> 2mm)

Nama Mahasiswa : Adelia Caryabudi


NPM : 1006666892
Penguji 1 : drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)
Penguji 2 : Dr. drg. Anggraini Margono, Sp.KG(K)

5. Jelaskan preparasi onlay.


a. Penegakan dinding aksial
Dinding aksial yang tegak akan memberikan retensi yang baik. Sebaiknya dinding
dibuat dengan divergensi minimal yaitu 6-10°.

b. Preparasi kontrabevel
Preparasi kontrabevel pada tepi bukal dan palatal/lingual untuk menyatukan
dinding mahkota gigi. Preparasi dengan diamond bur flame dengan membentuk
sudut 30° sepanjang 1,5 mm. sebaiknya tepi proksimal tidak dilakukan
kontrabevel karena akan memperluas cavosurface margin.

c. Reduksi oklusal
Reduksi oklusal dengan mengikuti bentuk topografi anatomi gigi sedalam 1,5 mm
menggunakan carbide bur.
d. Preparasi intrabevel
Preparasi menggunakan diamond bur flame dengan sudut 40 antara bur dengan
permukaan email eksternal sepanjang 0,5mm. Intrabevel dilakukan untuk
mengompensasi shrinkage dari pemuaian logam.

Penguji : drg. Munyati Usman, SpKG(K)


Drg. Bambang Nursasongko, SpKG(K)
Mahasiswa : Azkania Sabila (0806324803)

Restorasi tetap Onlay


- Restorasi tetap onlay berfungsi menggantikan atap kamar pulpa serta menyatukan
dinding bukal dan lingual, dengan adanya kontra bevel dan melindungi cusp gigi dari
tekanan oklusi saat berfungsi.
- Arah garis fraktur gigi molar biasanya dari mesial ke distal (arah frakturnya ke bukal-
lingual).
- Syarat gigi pasca PSA yang masih bisa direstorasi tetap onlay adalah:
o Terdapat minimal 2 dinding tegak bukal dan lingual.
o Tinggi dinding-dinding masih cukup untuk dilakukan reduksi oklusal (1,5
mm)
o Tebal dinding minimal 2 mm agar dapat dilakukan bevel (intra bevel: 0,5 mm
dan kontra bevel: 1,5 mm)
o Dinding gingival memiliki ketinggian minimal 0,5 mm agar dapat dibevel
untuk mendapatkan adaptasi marginal yang baik.

SOP Restorasi Onlay


a. Bongkar tambalan sementara
b. Reduksi Oklusal
Bidang oklusal direduksi hingga 1,5 mm untuk memberikan ruang bagi material
onlay dan mencegah terjadinya fraktur. Kemudian cek dengan sonde sampai
dapat melewati celah dengan mudah dalam keadaan oklusi. Pengecekan juga
dilakukan dengan menggunakan wax merah selapis, tidak boleh ada jejas pada
gigi yang dipreparasi.
c. Preparasi kavitas
o Dinding bukal dan lingual dipreparasi dengan bur intan fisur, untuk
membuatnya divergen kearah oklusal sebesar 5-10º.
o Apabila serviko oklusal pendek, maka basis GIC yang menutupi orifis dibuat
setipis mungkin (berupa titik) untuk menambah kedalaman kavitas.
o Seluruh tepi kavitas dibulatkan dengan bur fisur.
o Pada lantai oklusal dibuat kedalaman hingga ke bawah kamar pulpa sehingga
menjadi lebih rendah dari dinding proksimalnya.
d. Bevel
o Kontra bevel 30º selebar 1,5 mm dan intra bevel 40º selebar 0,5 mm dibuat
pada seluruh tepi kavitas. Kontra bevel berfungsi sebagai penyatu dinding
bukal dan lingual untuk mendistribusikan beban kunyah sehingga menurunkan
resiko fraktur. Sedangkan intra bevel dibuat untuk mengkompensasi shrinkage
pemuaian logam.
o Gingival bevel 30º dengan lebar 0,5 mm dibuat untuk mendapatkan adaptasi
marginal yang baik dan membuang tepi enamel yang lemah.
f. Bulatkan sudut-sudut kavitas yang tajam
g. Cek preparasi bevel dan buat catatan gigit dengan menggunakan wax 2 lapis.
h. Cuci kavitas dengan aquades steril.
i. Cetak dengan polysilocane impression (double impression/rubberbase) pada
regio gigi yang dipreparasi onlay, sedangkan gunakan alginate untuk pencetakan
regio antagonisnya. Pencetakan dengan rubber base digunakan untuk
mendapatkan cetakan yang
j. Tumpat sementara kavitas, kemudian pembuatan onlay dibuat di laboratorium.
k. Try in dan penyesuaian kontak proksimal
Onlay diletakkan pada kavitas menggunakan tekanan ringan untuk mengevaluasi
ketepatannya. Untuk mengetahui ketebalan dan posisi onlay, dental floss
dilewatkan pada titik kontak gigi.
l. Buat foto radiografis untuk mengevaluasi adaptasi onlay pada gigi.
m. Jika evaluasi sudah baik, lakukan sementasi dengan menggunakan GIC tipe I
(powder : likuid = 1 : 2) sampai konsistensi krim.
n. Letakkan semen pada permukaan intaglio onlay, sebagian lain semen
dimasukkan ke dalam kavitas hingga ½ penuh. Masukkan onlay ke dalam kavitas
(kelebihan semen harus keluar dari seluruh tepi restorasi).
o. Bersihkan kelebihan semen dengan kapas dan sonde, bagian proksimal
dibersihkan dengan benang gigi.
p. Kontrol 1 minggu kemudian.

Nama Mahasiswa : Adelia Caryabudi


NPM : 1006666892
Penguji 1 : drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)
Penguji 2 : Dr. drg. Anggraini Margono, Sp.KG(K)

6. Jelaskan alasan restorasi akhir kasus pasien.


Restorasi pasca perawatan endodontik gigi anterior:

 Resin komposit
Indikasi pada kasus kehilangan jaringan yang sedikit, tidak melebihi preparasi
akses

 Dowel crown
Indikasi: gigi yang kehilangan jaringan banyak, gigi yang rentan fraktur,
perubahan inklinasi gigi

Post diperlukan ketika ketinggian core kurang dari setengah dan dinding yang tersisa
sangat tipis (kurang dari 1 mm).

Pertimbangan pemilihan restorasi gigi anterior pasca perawatan endodontik:


Pada kasus pasien CH, jaringan yang hilang akibat karies cukup banyak dan melibatkan
area servikal mesial. Selain itu pasien menginginkan perubahan bentuk dan inklinasi gigi
yang dirasa terlalu besar dan protrusif. Oleh karena itu jenis perawatan yang dipilih
adalah dowel crown.

Ratih Astiningsih / 1006658732

Dr. drg. Anggraini Margono, Sp. KG (K)


Dr. drg. Ratna Meidyawati, Sp. KG (K)

Pertimbangan pemilihan restorasi onlay pada kasus gigi 46, bukan restorasi inlay?
Pemilihan onlay pada kasus gigi 46, gigi telah dilakukan perawatan saluran akar. Gigi
yang telah dirawat saluran akar cenderung lebih rentan terhadap fraktur. Hal ini disebabkan
oleh banyaknya struktur gigi yang hilang karena karies ditambah dengan kehilangan jaringan
akibat akses dan preparasi saluran akar. Kehilangan jaringan struktur yang mampu menahan
gigi dari beban fungsional tersebut mengakibatkan gigi menjadi lebih lemah. Terutama pada
gigi posterior dimana harus menahan gaya wedging. Kelebihan onlay memiliki kekuatan,
biokompatibilitas dan dapat menggantikan kontur dan kontak dengan baik. Gigi pasca
perawatan saluran akar membutuhkan cuspal coverage untuk menahan dinding gigi pada saat
terkena tekanan kunyah. Perlindungan pada cusp ini tidak dapat diberikan oleh restorasi
inlay. Dalam restorasi onlay terdapat pemilihan antara menutup seluruh cusp dengan restorasi
logam (fully covered cusp) atau hanya menutup sebagian cusp (partially covered cusp).
Inlay merupakan restorasi indirek yang dibuat dari logam tuang, porselen/ keramik
atau resin komposit yang tidak memberikan support ataupun menggantikan satu cusp atau
lebih. Sedangkan onlay merupakan inlay yang meliputi satu atau lebih cusp.
Gambar: Gaya wedging pada lereng cusp yang tidak dilindungi pada gigi pasca perawatan
saluran akar. (A.B) Inlay, (C) Onlay.

Sumber: Whitworth JM, et al. Crowns and Extra-coronal Restorations: Endodonti Considerations: The Pulp,
The Root-treated Tooth and The Crown. British Dental Journal 2002; 192: 315-27.

Nama Mahasiswa : Adelia Caryabudi


NPM : 1006666892
Penguji : drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)

4. Jelaskan jenis-jenis post dan indikasinya.


A. Custom cast post
Bahan: gold, silver-palladium, base metal alloys
Kelebihan: bagian core menyatu dengan post, mencegah terlepasnya core dari post
pada kasus sisa jaringan sedikit.
Kerugian: tidak konservatif (membuang jaringan gigi untuk membuat path of
insertion and withdrawal), membutuhkan dua kali kunjungan untuk pembuatan pasak.
Indikasi: pada kasus gigi pasca PSA dengan sisa jaringan yang sedikit.

B. Prefabricated post
a. The carbon fiber-reinforced (CFR) epoxy resin post system
b. Glass fiber-reinforced epoxy resin posts
c. Polyethylene fiber-reinforced posts (PFR)

Valeria Widita W / 0806325296


Drg. Daru Indrawati, Sp.KG(K)
Drg. Gatot Sutrisno, Sp. KG(K)

4. Restorasi Crown
Indikasi Restorasi Metal-Ceramic Crown
Restorasi metal ceramic crown diindikasikan untuk gigi yang membutuhkan penutupan
yang lengkap dan estetis yang signifikan dibutuhkan. Restorasi metal ceramic crown dapat
digunakan sebagai retainer bagi restorasi gigi tiruan jembatan. Indikasi restorasi metal
ceramic crown sama saja dengan jenis crown yang lain yaitu: kerusakan gigi yang
ekstensif akibat karies, atau trauma, kebutuhan akan kekuatan dan retensi yang lebih,
kebutuhan untuk rekontur permukaan aksial atau memperbaiki malinklinasi yang minor.
Restorasi ini juga dapat digunakan untuk memperbaiki bidang oklusal.6
Kontraindikasi Restorasi Metal-Ceramic Crown
Kontraindikasi dari restorasi ini sama dengan kontraindikasi restorasi gigi tiruan cekat,
termasuk diantaranya pasien dengan karies aktif atau penyakit periodontal yang tidak
diperbaiki. Pada pasien muda dengan kamar pulpa yang masih besar, restorasi metal
ceramic crown juga kontraindikasi karena adanya resiko terbukanya kamar pulpa.
Sebaiknya untuk pasien muda dipilih restorasi yang lebih konservatif yaitu labial veneer
atau resin komposit.6
Keuntungan Restorasi Metal-Ceramic Crown
Restorasi metal ceramic crown menggabungkan kekuatan dari metal dan estetis dari
ceramic. Metal ceramic crown lebih tahan lama daripada all ceramic crown dan secara
umum memiliki marginal fit yang sangat baik. Kualitas retentive sangat bagus karena
seluruh dinding aksial dipreparasi.6
Kerugian Restorasi Metal-Ceramic Crown
Preparasi metal ceramic crown membutuhkan reduksi gigi yang signifikan untuk
menyediakan ruang yang cukup bagi material. Untuk mendapatkan estetis yang lebih baik.
Batas fasial dari restorasi seringnya berada di subgingiva, dimana hal ini dapat
mengakibatkan meningkatnya potensi untuk terjadinya penyakit periodontal. Karena
memiliki tampakan seperti kaca, metal ceramic crown dapat mengalami fraktur karena
sifat ceramic yang rapuh, walaupun fraktur seperti ini biasanya berhubungan desain yang
kurang baik atau pembuatan di laboratorium. Masalah yang seringkali ditemui pada
restorasi metal ceramic crown adalah sulitnya mendapatkan warna yang sesuai. Restorasi
metal ceramic crown juga memliki biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan restorai
resin komposit dan membutuhkan kunjungan ke dokter gigi yang lebih banyak.6

Anda mungkin juga menyukai