Pengertian Saliva
Saliva adalah cairan kompleks yang diprodukksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke dalam
kavitas oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Kelenjar ludah
terdapat di bawah lidah, di rahang bawah sebelah kanan dan kiri serta di bawah telinga sebalah
kanan dan kiri faring. Kelenjar ludah menghasilkan air ludah (saliva). Saliva keluar dipengaruhi
oleh kondisi psikhis yang membayangkan makanan tertentu serta reflek karena adanya makanan
yang masuk kedalam mulut. Saliva mengandung enzim ptyalin atau amilase ludah (Senawa,
2015).
Komponen Saliva
Komponen dari saliva meliputi komponen orrganik dan anorganik. Namun demikian,
kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva menyusun
utamanya adalah air.
Komponen anorganik terbanyak adalah sodium, potassium (sebagai kation), khlorida dan
bikarbonat (sebagai anion).
Komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amylase, maltase, serum
albumin, asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat dan
beberapa hormon setara testosteron dan kortisol.
Selain itu, saliva juga mengandung gas CO², O² dan N². Saliva juga mengandung immunoglobin,
seperti IgA dan Ig6 dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32mg% (Senawa, 2015).
Kelenjar Saliva
Saliva disekresikan oleh tiga pasang kelenjar liur mayor, kelenjar liur minor, dan cairan sulkus
gingiva. Kelenjar liur mayor terdiri dari kelenjar parotis, submandibula dan sublingual,
sedangkan kelenjar liur minor tersebar pada mukosa rongga mulut terdiri dari kelenjar bukal,
labial, palatal, lingual dan glossopalatinal. Ketiga kelenjar liur mayor menghasilkan jumlah dan
tipe saliva yang bervariasi. Pada keadaan tidak terstimulasi, kelenjar parotis menghasilkan 25%
dari total volume saliva, sedangkan kelenjar submandibula memberi kontribusi 60%, sublingual
7-8% dan kelenjar liur minor sebesar 7-8%. Pada keadaan terstimulasi, kelenjar parotis memberi
kontribusi terbesar yaitu sekitar 50% dari total saliva. Tipe saliva yang dihasilkan kelenjar
parotis adalah serus atau lebih cair sedangkan kelenjar submandibula dan sublingual
menghasilkan sekresi mukus atau lebih kental dari sekresi kelenjar parotis (Hervina, 2014).
Letak dari masing-masing kelenjar saliva mayor dan minorsaliva serta tipe
Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur terbesar terletak di depan telinga belakang ramus
mandibula. Saluran keluar dari kelenjar parotis melewati permukaan luar muskulus maseter dan
tampak pada rongga mulut berupa papila kecil terletak berseberangan dengan molar kedua
rahang atas, menghasilkan sekresi serus (Coulthard, 2011).
Kelenjar Submandibula
Kelenjar submandibula besarnya sekitar setengah dari ukuran kelenjar parotis. Posisinya berada
di antara body mandibuda dan muskulus myohyloid (pada dasar mulut). Saluran keluar kelenjar
submandibula muncul dari bagian posterior kelenjar menuju dasar mulut di bawah anterior lidah
pada ujung papila sublingual dan tampak pada sebelah lateral frenulum lingual. Sekresi kelenjar
ini merupakan campuran dari serus dan mukus (Coulthard, 2011).
Kelenjar Sublingual
Kelenjar sublingual merupakan kelenjar paling kecil di antara ketiga kelenjar liur mayor,
ukurannya sekitar seperlima dari kelenjar submandibula. Kelenjar ini terletak pada dasar mulut
di bawah sublingual fold dari membran mukus. Sekitar 8-20 saluran keluar kelenjar ini pada
rongga mulut melewati ridge dari sublingual fold atau dapat menyatu pada saluran keluar
kelenjar submandibula. Sekresi utama kelenjar ini adalah mukus (Coulthard, 2011).
Kelenjar liur minor terdiri dari kelenjar bukal, labial, palatal, glossopalatinal, dan lingual.
Kelenjar bukal dan labial menghasilkan sekresi serus dan mukus, kelenjar palatal dan
glossopalatinal menghasilkan sekresi mukus, kelenjar lingual juga menghasilkan sekresi mukus
keculai kelenjar Von Ebner pada posterior dorsum lidah menghasilkan sekresi serus (Coulthard,
2011).
4. Fungsi Saliva
Saliva yang merupakan cairan dalam mulut, salah satu fungsinya adalah sebagai buffer yang
dapat menahan turunnya pH atau meningkatnya keasaaman mulut. Kondisi ini tergantung dari
keasaman mulut. Kondisi ini tegantung dari keadaan saliva apakah likositas atau volumenya
cukup untuk menjaga kestabilan sehingga email, sementum atau dentingigi tidak mengalami
kelarutan. Saliva memiliki beberapa fungsi yaitu:
Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan
makanan.
Membasahi dan melembutkan makanan dan menjadi bahan setengah cair sehingga mudah ditelan
dan dirasakan.
Membantu proses pencernaan melalui aktiva enzim ptyalin(amylase ludah) dan lipase ludah.
Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan menyembuhan luka karena terdapat faktor
pembekuan darah dan epidermal growth vector pada saliva
Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh
Kimiawi, oleh rangasagan seperti asam, manis, asin, pahit dan pedas.
Psikis, stess menghambat sekresi, ketegangan dan kemarahan dapat bekerja sebagai stimulus.
Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan pemakaian potesa yang dapat
menstimulasi sekresi (Anthonie,2012).
Derajat asam suatu larutan dinyatakan dengan PH ini adalah logaritma negatif konsentrasi H+ : -
log (H+) yang pada 25° ( untuk suatu larutan netral sama dengan > ). Suatu larutan adalah basis
pada pH > 7. Susunan kuantitatif dan kualitati pada elektrolit didalam saliva menentukan pH dan
kapasitas buffer (suatu kemampuan untuk menahan perubahan pH). pH ludah tergantung dari
perbandingan antara asam dan konjungasi basanya yang bersangkutan derajat asam dan kapasitas
buffer terutama dianggap terutama oleh susunan bikarbonat, yang naik dengan kecepatan sekresi.
PH dan kapasitas buffer ludah juga naik dengan naiknya kecepatan sekresi (Wong,2008).
Apabila PH dalam mulut di atas 5,5 melalui aksi buffer dari saliva maka proses supersaturasi ion
Ca+². Pada situasi ini jaringan keras gigi dapat menarik ion atau elemen- elemen yang dikenal
sebagai proses remeneralisasi. Sebaiknya jika pH mulut di bawah titik kritis (pH < 5,5) maka
akan terjadi subtaturasi ion Ca+² dan PO4³ yang menyebabkan kelarutan mineral email gigi
kelingkungan dan mulut yang disebut demineralisai. Idealnya PH saliva berkisar dari 5,5 sampai
5,6. PH 5,5 secara umum dianggap sebagai nilai batas dengan menghasilkan peningkatan laju
demeneralisasi email (Wong,2008).
Derajat kaasaman saliva (pH) saliva sagatlah dipengaruhi oleh irama urkandian, diet dan
stimulasi sekresi saliva. Diet yang mengandung karbohidrat akan menyebabkan turunnya pH
saliva yang Mempercepat terjadinya demeneralisasi enamail gigi. Sepuluh menit setelah makan
karbohidrat akan mnghasilkan asam melalui proses glikolisis dan pH saliva akan menurun
sampai mencapi PH kritis 5,5-5,6 dan untuk kembali normal dibutuhkan waktu 30-60 menit
(Wong,2008).
pH dan kapasitas buffer saliva selalu dipengaruhi perubahan- perubahan disebabkan oleh:
1) Tinggi, segera setelah bangun (keaadaan istirahat), tetapi kemudian cepat turun.
2) Tinggi, seperempat jam setelah makan (stimulali mekanik), tetapi biasanya dalam waktu
30-60 menit turun lagi.
Diet, juga mempengaruhi kapasitas buffer saliva, diet kaya karbohidrat misalnya meurunkan
kapasitas buffer, menaikkan metabolisme produksi asam oleh bakteri- bakteri mulut, sedangkan
diet kaya sayuran, yaitu bayam, dan diet kaya protein mempunyai efek menaikkan, protein
sebagai sumber makanan bakteri, membangkitkan pengeluaran zat basa, seperti amoniak.
7. Pemeriksaan Saliva
Tahap 4. Pemeriksaan produksi saliva dengan stimulasi untuk mengetahui jumlah /banyaknya.
Tahap 5. Pemeriksaan produksi saliva testimulasi dengan buffer test stip, untuk mengetahui
kualitas efektivitas saliva menetralisir asam dalam rongga mulut (Hervina, 2014).
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat aliran saliva. cara pemeriksaannya
adalah:
Menarik bibir bawah, lalu mengeringkan mukosa labial dengan kasa secara hati- hati,
mukosa diperiksa dibawah sinar yang memadai, selanjutnya mengamati butiran saliva yang
keluar dari muara glandula minor, bila waktu keluarnya lebih dari 60 detik, maka arus saliva
dibawah nomal.
Kondifikasi:
(Sundoro,2000).
Pemeriksaan visual untuk mengetahui viskositas saliva. Cara pemriksaannya adalah mengamati
secara visual viskositas tanpa stimulasi. Jika jernih, konsistensi seperti air berarti sehat. Bila
tampak menyerabut, berbusa atau bergelembung atau sangat lengket, ini brarti bahwa kandungan
air rendah disebabkan produksi saliva rendah.
Kondifikasi :
(Sundoro,2000).
Kondifikasi :
(Sundoro,2000).
(Quantity Test)
Pasien mengunyah sepotong wax, setelah 30 detik pasien meluda dalam cawan, dan pasien
melanjutkan mengunyah slama 5 menit. kemudian pasien meludah lagi kedalam cawan,
selanjutnya melihat dengan memeriksa jumlah saliva.
Kondifikasi :
Saliva disedot dari cawan pengumul saliva menggunakan pipet secukupnya, lalu diteteskan
satu tetes pada setiap pad (satu trip ada 3 pad). Selanjutnya memerengkan test trip 90° agar saliva
tersedot tisu absorben, hal ini untuk mencegah kelebihan saliva sehingga mempengaruhi
ketetapan pemeriksaan. pemeriksaan dilakukan segera setelah 5 menit terjadi perubahan warna.
Warna Point
Hijau 4
Hijau/biru 3
Biru 2
Biru/merah 1
Merah 0
Kondifikasi :
(Sundoro,2000)