Anda di halaman 1dari 7

1.

Teori Saliva

a. Pengertian Saliva

Ludah adalah cairan kental yang diproduksi oleh kelenjar ludah.

Kelenjar-kelenjar ludah tersebut terletak di bawah lidah, daerah otot pipi

dan di daerah dekat langit-langit (Machfoedz I, 2008).

Saliva merupakan cairan mulut yang kompleks terdiri dari

campuran sekresi kelenjar saliva mayor dan minor yang ada dalam

rongga mulut. Sebagian besar 90% saliva dihasilkan saat makan yang

merupakan reaksi atas rangsangan yang berupa pengecapan dan

pengunyahan makanan (Soesilo, Diana, Elyawati, dkk, 2005).

Komposisi kimia air ludah bervariasi, biasanya terdiri dari :

1) 99,0-99,5% air

2) Mucin (Glikoprotein air ludah)

3) Putih telur

4) Mineral-mineral seperti : K, Na dan lain sebagainya.

5) Epithel

6) Leukosit dan Limposit

7) Bakteri-bakteri

8) Enzym-enzym

(Tarigan R., 1990)

b. Fungsi Saliva

Walaupun saliva membantu pencernaan dan penelanan makanan

dan diperlukan bagi pengoptimalan fungsi alat pengecap, perannya yang


paling penting adalah untuk mempertahankan integritas gigi, lidah dan

membran mukosa daerah oral dan orofaring. Cara perlindungan yang

dilakukan saliva bisa berupa:

1) Membentuk lapisan mukus pelindung pada membran mukosa yang

akan bertindak sebagai barier terhadap iritan dan akan mencegah

kekeringan.

2) Membantu membersihkan mulut dari makanan, debris sel dan

bakteri yang akhirnya akan menghambat pembentukan plak.

3) Mengatur pH rongga mulut karena mengandung bikarbonat, fosfat

dan protein amfoter. Peningkatan kecepatan sekresinya biasanya

berakibat pada peningkatan pH dan kapasitas bufernya. Oleh karena

itu, membran mukosa akan terlindung dari asam yang ada pada

makanan dan pada waktu muntah. Selain itu penurunan pH plak

sebagai akibat ulah organisme yang asidogenik akan dihambat.

4) Membantu menjaga integritas gigi dengan berbagai cara karena

kandungan kalsium dan fosfatnya. Saliva membantu menyediakan

mineral yang dibutuhkan oleh email yang belum sempurna terbentuk

pada saat-saat awal setelah erupsi (membantu maturasi pasca

erupsi). Pelarutan gigi dihindari atau dihambat dan mineralisasi

dirangsang dengan memperbanyak aliran saliva. Lapisan gluko

protein yang terbentuk oleh saliva pada permukaan gigi (acquired

pellicle) juga akan melindungi gigi dengan menghambat keausan

karena abrasi dan erosi.


5) Mampu melakukan aktivitas anti bakteri dan antivirus karena selain

mengandung antibodi spesifikasi (secretory IgA), juga mengandung

lysozyme, lactoferin, dan laktoperoksidase.

(Kidd EAM, Bechal SJ, 1991).

c. pH Saliva

pH (potential of Hidrogent) adalah suatu cara yang mengukur

derajat asam atau basa dari cairan tubuh. Keadaan asam atau basa

diperlihatkan pada skala pH berkisar antara 0-14 dengan perbandingan

terbalik dimana semakin rendah nilai pH maka semakin banyak asam

dalam larutan dimana 0 merupakan pH sangat rendah dan asam.

Sebaliknya meningkatnya nilai pH berarti bertambahnya basa dalam

larutan. pH 7,0 netral, diatas 7,0 adalah basa dengan batas pH tertinggi

adalah 14 (Latif, 2012).

Air ludah secara normal pHnya 6,5 dan dapat berubah sedikit

dengan perubahan kecepatan aliran dan perbedaan waktu dalam sehari,

titik kritis untuk kerusakan gigi adalah 5,7 (Prasko, 2011).

Tiap cairan badan mempunyai ciri khas derajat asam yang

kebanyakan adalah optimal untuk bekerjanya enzim-enzim yang ada.

Pada Tabel 2.3 terdapat ikhtisar mengenai nilai pH di dalam cairan

badan dan cairan sekresi yang penting (Amerongen AN, 1991).

Tabel 2.4 Derajat asam didalam cairan badan dan cairan sekresi
manusia.

Nilai pH
Cairan
Rata-rata Minimum Maksimum
Plasma 7,4
Cairan sumsum tulang
7,4
punggung
Getah lambung 1,5
Getah pankreas 8,0
Empedu 7,8
Getah usus kecil 7,7
Urine 6,8 4,6 7,9
Keringat 5,2 7,3
Air susu 6,6 6,9
Cairan mulut 6,8 5,6 7,6
Sumber: Amerongen AN (1991).

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pH Saliva

1) Irama Siang dan Malam

Irama siang dan malam mempengaruhi pH dan kapasitas

buffer saliva. Pada keadaan istirahat atau segera setelah bangun, pH

saliva meningkat kemudian turun kembali dengan cepat. Pada

seperempat jam setelah makan (stimulasi mekanik), pH saliva juga

tinggi dan turun kembali pada waktu 30-60 menit kemudian. pH

saliva agak meningkat sampai malam dan setelah itu turun kembali.

2) Diet

Diet berpengaruh dalam pH Saliva. Diet yang kaya karbohidrat

akan menurunkan pH Saliva karena menaikkan metabolisme

produksi asam oleh bakteri-bakteri. Diet yang kaya akan sayur-

sayuran akan cenderung menaikkan pH Saliva (Marasabessy FA,

2013).

3) Perangsangan Kecepatan Sekresi

Saliva merupakan sistem buffer asam karbonat-bikarbonat

serta kandungan amonia dan urea dalam saliva dapat menyangga


dan menurunkan pH yang terjadi saat bakteri plak memetabolisme

gula. Kapasitas buffer dan pH saliva erat hubungannya dengan

komponen sekresinya. Nilai pH kelenjar parotis meningkat dari 5,7

ketika saliva terangsang menjadi 6,4 hingga 7,1. Peningkatan

sekresi saliva mengakibatkan naiknya kadar natrium dan karbonat

saliva sehingga kapasitas buffer meningkat. Peningkatan kapasitas

buffer dapat melindungi mukosa rongga mulut dari asam yang

terdapat pada makanan saat muntah. Selain itu penurunan pH plak

sebagai akibat dari mikroorganisme akan dihambat (Amerongen,

1991).

e. Metode Pengumpulan Saliva

Subjek harus dalam keadaan nyaman, mata terbuka dan melakukan

salah satu dari metode berikut (Astiti RW, 2010) :

1) Draining Method (Metode Drainase)

Pada metode drainase subyek menundukan kepalanya dalam-

dalam dan melakukan satu kali gerakan penelanan untuk

menghilangkan saliva yang terkumpul sebelum waktu

penghitungan. Subjek membiarkan saliva yang ada dalam mulutnya

mengalir melalui bibir bawah kedalam tabung ukur dan pada akhir

waktu pengumpulan subjek meludah sisa saliva yang tidak mengalir

kedalam tabung.
2) Spitting Method (Metode Peludahan)

Metode peludahan dilakukan hampir sama dengan metode

drainase, hanya setiap satu menit subjek harus meludahkan saliva

yang terkumpul di dalam mulut.

3) Suction Method (Metode Penghisapan)

Pada metode penghisapan, saliva dihisap dari dasar mulut

dengan menggunakan pipa penghisap secara terus menerus.

4) Swab Method (Metode Absorbsi)

Metode absorb dilakukan dengan mengumpulkan saliva

menggunakan kain penghisap yang ditimbang lebih dahulu dan

dimasukkan kedalam mulut. Setelah waktu pengumpulan saliva

berakhir, kain penghisap diangkat dan ditimbang.

f. Metode Pengukuran pH Saliva

Dalam pengukuran pH saliva cairan pada suatu sampel dapat

menggunakan indikator asam basa. Indikator adalah zat-zat yang

menunjukkan indikasi berbeda dalam larutan asam, basa, netral. Derajat

keasaman (pH) dapat ditentukan dengan indicator universal, indicator

stick dan pH meter. Berikut ini beberapa alat untuk mengukur derajat

keasaman (pH) :

1) Indikator kertas (Indicator Stick)

Indikator kertas merupakan kertas serap dan tiap kotak

kemasan indikator jenis ini dilengkapi dengan peta warna,

penggunaannya sangat rendah, sehelai indikator dicelupkan


kedalam larutan yang akan diukur pH nya, kemudian dibandingkan

dengan peta warna yang tersedia.

2) pH meter

Penggunaan pH meter ini sangat mudah, cukup mencelupkan

saliva kedalam larutan yang akan kita ukur dan secara otomatis pH

meter akan mendeteksi nilai pH dalam bentuk angka.

(Anggraini LR, 2018).

Anda mungkin juga menyukai