Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

PRAKTIKUM PEMERIKSAAN PERSEPSI PENGECAPAN


MODUL SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Disusun Oleh:
Gabriela Beatrix Siampa Rumbino (230111010211)
Marcia Rosmonic Minipko (230111010212)
Naomi Gabrelia Yeimo (230111010213)
Beatrix Audrey Alicia Bawole (230111010214)
Gracia Mercy Erlinda Patiro (230111010218)
Rizki Annisa (18011101152)

Instruktur:
Dr. dr.Herlina I.S.Wungouw,Ms.AppSc.MsMed.Ed.AIFM
dr. Damajanty H.C.Pangemanan,M.Kes. Sp.KKLP. AIFM.AIFO
dr. Joice Nancy A. Engka, M.Kes. Sp.KKLP. AIFM.AIFO
dr. Hedison Polii, M.Kes. Sp.KKLP. AIFM.AIFO
dr. Diana V.D.Doda, MHOS.PhD
dr. Ivonny M. Sapulete.MSc.
dr. Sylvia R.Marunduh, M.Med. AIFM
Dr.dr.Erwin A. Pangkahila, M.Repro.SpPD

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
2024
TUJUAN PEMERIKSAAN
1. Mahasiswa mampu menganalisis keadaan saliva yang meliputi pengukuran
aliran saliva, pH dan viskositas.
2. Setelah mahasiswa melakukan analisis maka diharapkan mahasiwa mampu
menjelaskan proses proses yang terjadi pada saliva saat melakukan fungsinya
berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap hasil percobaan.

A. DASAR TEORI

Saliva, sebagai campuran berbagai cairan dan komponen yang diekskresikan ke


dalam rongga mulut, merupakan substansi penting dalam menjaga kesehatan dan
menjalankan fungsi-fungsi krusial bagi sistem pencernaan dan kebersihan oral. Saliva
dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor, yaitu parotid, submandibular, dan
sublingual, bersama dengan sejumlah kelenjar saliva minor, serta cairan dari eksudat
ginggiva. Fungsi utama saliva melibatkan peranannya dalam inisiasi pencernaan
karbohidrat, memfasilitasi proses menelan, memberikan efek antibakteri, bertindak
sebagai pelarut untuk zat-zat yang merangsang pengecap, serta berperan dalam
pemeliharaan kesehatan mukosa mulut.

Saliva menunjukkan keberagaman fungsi yang luas, termasuk kemampuannya


untuk memulai proses pencernaan karbohidrat melalui amilase saliva, mempermudah
proses menelan dengan mukus pelumas, serta memberikan perlindungan antibakteri
melalui lisozim. Keberlanjutan aliran saliva juga berkontribusi dalam menjaga
kebersihan oral dengan membilas residu makanan, sel epitel, dan benda asing. Selain
itu, saliva berperan sebagai penyangga bikarbonat yang dapat menetralkan asam di
makanan dan yang dihasilkan oleh bakteri di mulut, sehingga berkontribusi dalam
pencegahan karies gigi. Dengan adanya growth factor, saliva juga mendukung proses
penyembuhan luka pada mukosa mulut. Keseluruhan, peran saliva tidak hanya
terbatas pada proses pencernaan, tetapi juga memainkan peran penting dalam menjaga
kesehatan dan fungsionalitas sistem mulut secara keseluruhan.

Pada orang normal, laju aliran saliva dalam keadaan tidak terstimulasi sekitar
0,3-0,4 ml/menit. Jumlah sekresi saliva per hari tanpa distimulasi adalah 300 ml.
Sedangkan ketika tidur selama 8 jam, laju aliran saliva hanya sekitar 15 ml. Dalam
kurun waktu 24 jam, saliva rata-rata akan terstimulasi pada saat makan selama 2 jam.
Lalu saliva berada dalam kondisi istirahat selama 14 jam, dengan total produksi saliva
700-1500 ml. Sisanya merupakan saliva dalam kondisi istirahat.17 Ketika saliva
distimulasi, laju aliran saliva meningkat hingga mencapai 1,5-2,5 ml/menit. Pasien
disebut xerostomia jika saat terstimulasi laju aliran saliva kurang dari 0,7 ml/menit.
Saliva diproduksi oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor yaitu parotid,
submandibular, dan sublingual beserta kelenjar minor yang tersebar di bawah
epitelium oral. Tiap kelenjar terhadap total volume saliva berkontribusi sebanyak 30%
dari kelenjar parotid, 60% dari kelenjar submandibular, 5% dari sublingual dan 5%
dari kelenjar minor. Kelenjar parotid adalah kelenjar saliva terbesar, dengan berat
antara 15 sampai 30 gram dan berukuran 6x3 cm. Kelenjar parotid memiliki lobus
superfisial yang luas dan lobus profundal dengan N. Faciolus yang terletak di antara
kedua lobus. Sebanyak 20 % kelenjar parotid memiliki 6 nodus limfa yang ditemukan
di segitiga submandibular. Refleks saraf shepherd stimulus mekanik karena
pergerakan lidah dan bibir berperan dalam sel sekretori terutama pada kelenjar
submandibula . Kelenjar saliva yang berukuran paling kecil adalah kelenjar sublingual
dengan berat antara 2 gram sampai 4 gram. Kelenjar sublingual terletak di dalam dasar
mulut antara mandibula dan M. Genioglossus

B. ALAT DAN BAHAN


1. Saliva
2. Tissu
3. Timer
4. Sarung tangan
5. Permen karet

C. CARA KERJA
Stimulasi
Melihat jumlah laju aliran saliva dengan adanya pemberian stimulus.
Metode pengambilan saliva dengan cara :
1. Metode draining, yaitu membiarkan saliva terus mengalir ke dalam
tabung gelas
2. Metode spitting, yaitu saliva dikumpulkan terlebih dahulu dalam mulut
tertutup setelah itu diludahkan ke dalam tabung gelas
3. Metode suction, yaitu saliva disedot menggunakan pipa suction yang
diletakkan dibawah lidah
4. Metode swab, yaitu dengan menggunakan 3 buah cotton roll. 1 buah
cotton roll diletakkan dibawah lidah, 2 buah sisanya diletakkan pada
vestibulum molar 2 di atas. Setelah itu lakukan penimbangan berat
saliva.

Cara pemeriksaan :
Metode pengukuran yang digunakan adalah spitting, karena lebih mudah dilakukan
oleh orang coba. Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
 Menyuruh orang coba untuk mengunyak permen karet selama 3 menit,
kemudian saliva diludahkan ke dalam tabung gelas
 Sediakan tissue (apa saja), dilapis 2
 Tarik bibir orang coba dan letakkan tissue pada setengah permukaan bibir
orang coba
 Lihat droplet (pembasahan biasanya berbentuk bulat) yang terbentuk pada
tissue

D. HASIL
Ketentuan:
Droplet terbentuk <30 detik, hasilnya tinggi
Droplet terbentuk 30 – 60 detik hasilnya sedang
Droplet terbentuk 60 – 70 detik hasilnya rendah

Hasil :
 Dari hasil praktikum laju aliran saliva setelah mengunyah permen karet:
Droplet terbentuk <30 detik
 Dari hasil praktikum laju aliran saliva sebelum mengunyah permen karet
Droplet terbentuk 60 – 70 detik

F. PEMBAHASAN
Pada percobaan menghitung laju aliran saliva dengan mengunyah permen karet
hasilnya sekresi cairan saliva lebih banyak hal ini dikarenakan Ketika seseorang
mengunyah makanan, gerakan rahang dan mulutnya menghasilkan stimulasi fisik
yang mengirim sinyal kepada saraf-saraf di sekitar mulut dan rahang. Stimulasi ini
kemudian mengaktifkan kelenjar ludah untuk memproduksi dan memompa saliva ke
dalam mulut. Di sisi lain, ketika seseorang tidak mengunyah, aktivitas sekresi saliva
cenderung berkurang karena tidak adanya stimulasi yang signifikan dari gerakan
mengunyah.

Mengunyah permen karet dapat merangsang produksi saliva lebih banyak


dibandingkan dengan tidak mengunyah apa pun. Beberapa alasan mengapa
mengunyah permen karet dapat meningkatkan produksi saliva melibatkan mekanisme
refleks dan stimulasi tertentu:

1. Aktivitas Pengunyahan:
Saat mengunyah permen karet, aktivitas rahang dan otot-otot sekitarnya
meningkat. Proses pengunyahan ini memberikan sinyal ke sistem saraf yang
mengatur produksi saliva, merangsang kelenjar saliva untuk meningkatkan
sekresi.

2. Rangsangan Rasa:
Rasa pada permen karet, terutama jika permen karet tersebut memiliki rasa atau
keasaman tertentu, dapat memberikan rangsangan pada papil pengecap di lidah.
Ini dapat memicu respons refleks yang meningkatkan produksi saliva sebagai
bagian dari persiapan tubuh untuk proses pencernaan.

3. Mekanisme Refleks Mulut:


Pengunyahan secara alami menyertakan gerakan rahang dan mulut. Gerakan ini
dapat merangsang reseptor-refleks di dalam mulut dan rongga mulut yang
mengirimkan sinyal ke otak untuk meningkatkan sekresi saliva sebagai respons
alami terhadap aktivitas mengunyah.

4. Amilase Saliva:
Permen karet sering kali menyertakan gula atau pemanis buatan, yang dapat
memberikan substrat bagi amilase saliva. Amilase saliva adalah enzim yang
membantu dalam pemecahan karbohidrat, dan ketika mengunyah permen karet,
amilase saliva dapat berinteraksi dengan pemanis yang ada, memulai proses
pencernaan karbohidrat dan merangsang produksi lebih banyak saliva

G. KESIMPULAN
Pengunyahan permen karet merangsang produksi saliva lebih banyak dibandingkan
dengan tidak mengunyah apa pun karena aktivitas pengunyahan meningkatkan
stimulasi fisik pada saraf-saraf di sekitar mulut dan rahang, serta memberikan
rangsangan pada papil pengecap di lidah. Ini memicu respons refleks yang
meningkatkan produksi saliva sebagai persiapan tubuh untuk pencernaan. Selain itu,
permen karet mengandung gula atau pemanis buatan yang dapat merangsang produksi
saliva lebih lanjut melalui interaksi dengan amilase saliva, enzim yang membantu
pemecahan karbohidrat. Oleh karena itu, mengunyah permen karet dapat efektif me
rangsang produksi saliva.

H. DAFTAR PUSTAKA

V. S. Nascimento, G. A. F. Reis, dan A. P. Medeiros. Salivary Proteins: Structure,


Function, and Biomarkers. 2012. Accounts of Chemical Research

D. T. Zero. Salivary Function in Health and Disease. 1990. Critical Reviews in Oral
Biology & Medicine

N. M. Dawes. Saliva: A Gateway to Health and Disease 2019. JuJournal of Oral


Biology and Craniofacial Research.

I. DOKUMENTASI

 Mengukur Laju Saliva dengan mengunyah permen karet


 Mengukur Laju Saliva tanpa mengunyah permen karet

Anda mungkin juga menyukai