Anda di halaman 1dari 10

PSIKOLOGI FAAL

MINI EKSPERIMEN

MENELITI KERJA SARAF PARASIMPATIS (SEKRESI AIR LIUR) DAN FENOMENA


PSIKOLOGIS YANG TERJADI

DIAJUKAN OLEH:

1. ALIFUL HAMZAH (118107088)

2. FANNY YULIANINGSIH (117207001)

3. ANISA PUTRI (117207002)

4. MAHESI PUTRI (117207003)

5. POPPY ARUMI (117207004)

6. TIARA AYU SEPTIANA (117207005)

7. NABILA DARAJAT (117207006)

8. MERRY HENDRITA (117207008)


PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga
mulut. Saliva merupakan hasil sekresi dari beberapa kelenjar saliva, dimana 93% dari volume
total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva mayor yang meliputi kelenjar parotid,
submandibular dan sublingual, sedangkan sisa 7% lainnya disekresikan oleh kelenjar saliva
minor yang terdiri dari kelenjar bukal, labial, palatinal, glossopalatinal lingual. Kelenjar-kelenjar
minor ini menunjukkan aktivitas sekretori lambat yang berkelanjutan, dan juga mempunyai
peranan yang penting dalam melindungi dan melembabkan mukosa oral, terutama pada waktu
malam hari ketika kebanyakan kelenjar-kelenjar saliva mayor bersifat inaktif. Komposisi saliva
terdiri atas 94,0%-99,5% air, bahan organic dan bahan anorganik.

Komponen organik saliva yang terutama adalah protein. Di samping itu, masih ada
komponen-komponen lain seperti lipid, urea, asam amino, glukosa, amoniak dan vitamin.
Adapun juga, komponen anorganik saliva terutama adalah elektrolit dalam bentuk ion seperti
Na+ , K+ , Ca2+, Mg2+, Cl- , SO4 2 -, H2PO4 dan HPO4. 11 Ada beberapa fungsi saliva yaitu
membentuk lapisan mucus pelindung pada membrane mukosa yang akan bertindak sebagai
barier terhadap iritan dan akan mencegah kekeringan, membantu membersihkan mulut dari
makanan, debris dan bakteri yang akhirnya akan menghambat pembentukan plak. Selain itu,
dapat mengatur pH rongga mulut karena mengandung bikarbonat, fosfat dan protein.
Peningkatan kecepatan sekresinya biasanya berakibat pada peningkatan pH dan kapasitas
buffernya. Oleh karena itu, membrane mukosa akan terlindung dari asam yang ada pada
makanan dan pada waktu muntah. Selain itu, penurunan pH plak, sebagai akibat dari organism
asidogenik, akan dihambat.

Laju alir saliva sangat mempengaruhi kuantitas saliva yang dihasilkan. Lajualir saliva
tidak terstimulasi dan kualitas saliva sangat dipengaruhi oleh waktu dan berubah sepanjang hari.
Terdapat peningkatan laju alir saliva saat bangun tidur hingga mencapai tingkat maksimal pada
siang hari, serta menurun ketika tidur. Refleks saliva terstimulasi melalui pengunyahan atau
adanya makanan asam dapat meningkatkan laju alir saliva hingga 10 kali lipat atau lebih.

Pada orang normal, laju alir saliva dalam keadaan tidak terstimulasi sekitar 0,3-0,5
ml/menit. Jumlah sekresi saliva per hari tanpa distimulasi adalah 300 ml. Sedangkan ketika tidur
selama 8 jam, laju alir saliva hanya sekitar 15 ml. Dalam kurun waktu 24 jam, saliva rata-rata
akan terstimulasi pada saat makan selama 2 jam. Lalu saliva berada dalam kondisi istirahat
selama 14 jam, dengan total produksi saliva 700-1500 ml. Sisanya merupakan saliva dalam
kondisi istirahat. Ketika saliva distimulasi, laju alir saliva meningkat hingga mencapai 7
ml/menit.

Peningkatan laju alir saliva akan meningkatkan pH karena adanya ion bikarbona
tsehingga kemampuan mempertahankan pH saliva (kapasitas dapar) juga akan meningkat. Ion
kalsium dan fosfat juga meningkat sehingga akan terjadi keseimbangan antara demineralisasi dan
remineralisasi.

Belum banyak peneliti yang membahas keterkaitan saliva dengan melihat makanan
terutama gambar makanan-makanan yang lezat dan menggiurkan. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melihat perbandingan kecepatan laju aliran saliva sebelum dan sesudah melihat
gambar-gambar makanan.

Laju aliran saliva merupakan pengaturan fisiologis sekresi saliva. Pada keadaan normal,
laju aliran saliva berkisar antara 0,05-1,8 mL/menit. Kelenjar saliva dapat distimulasi dengan
cara mekanis yaitu dengan pengunyahan, kimiawi yaitu dengan rangsangan rasa, neural yaitu
melalui saraf simpatis dan parasimpatis, psikis dan rangsangan rasa sakit. Bila dirangsang akan
meningkat menjadi 2,5-5 mL/menit. Bilaaliran saliva menurun, maka akan terjadi peningkatan
frekuensi karies gigi. Jika lajualiran saliva meningkat, akan menyebabkan konsentrasi sodium,
kalsium, klorida, bikarbonat dan protein meningkat, tetapi konsentrasi fosfat, magnesium dan
ureaakan menurun (Snow and Wackym, 2008).

Dikemukakan oleh Snow and Wackym (2008), bahwa kelenjar submandibular dan
sublingual serta sebagian kelenjar parotis memproduksi saliva sebanyak 1,5 liter dalam sehari.
Bila dalam keadaan tidak distimulasi secara keseluruhan saliva yangdikeluarkan sebanyak 0,33
sampai 0,65mL/menit. Produksi saliva ini dapatditingkatkan mencapai 1,7 mL/menit dengan cara

stimulasi. Sensasi mulut keringakan dirasakan bila pengurangan produksi saliva mencapai 40 -

50% dari total jumlah saliva yang dikeluarkan.

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh gambar-gambar makanan terhadap saliva pada manusia?
2. Bagaimana laju aliran saliva sebelum melihat makanan?
3. Bagaimana laju aliran saliva setelah melihat makanan?

HIPOTESIS
Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan yaitu melihat perbandingan laju aliran saliva
sebelum dan sesudah melihat makanan maka penulis membuat hipotesis bahwa laju aliran
sebelum melihat makanan adalah dalam kondisi normal sedangkan setelah melihat makanan, laju
aliran saliva meningkat.

TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kecepatan laju aliran saliva sebelum dan
sesudah melihat makanan.

MANFAAT
Penulis dan pembaca mengetahui perbandingan laju aliran saliva sebelum dan sesudah melihat
makanan yang diberikan. Dan mengetahui perbedaan kecepatan laju aliran saliva ketika
dihadapkan dengan makanan.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pH saliva antara
kelompok kontrol dengankelompok pecandu kopi, dimana terjadipenurunan pH saliva, terdapat
perbedaan laju alir saliva antara kelompok kontrol dengan kelompok pecandu kopi, dimana
terjadi penurunan laju alir saliva, terdapat perbedaan viskositas saliva antara kelompok kontrol
dengan kelompok pecandu kopi, dimana terjadi peningkatan viskositas saliva.
ANALISIS JURNAL PENDUKUNG

Judul :
Perbandingan Kecepatan Laju Aliran Saliva Sebelum DanSesudah Konsumsi Kopi Robusa
(Coffea cannephora)
Oleh :
Santi Chismirina, Afrina, Cut Maidis Safrianda, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah
Kuala
Sumber Ilmiah :
Jurnal Ilmiah
Tahun Publikasi :
2016
Bentuk Percobaan dan Prosedur :
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik komperatif dengan metode kategorik
berpasangan untuk melihat perbandingan laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengkonsumsi
kopi robusta pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Unversitas Syiah Kuala angkatan 2016.
Penelitian inimelibatkan 30 subjek penelitian yang memenuhi kriteria menggunakan teknik
purposive sampling. Subjek hasil seleksidiambil saliva dan dilakukan pemeriksaan laju aliran
saliva. Selanjutnyasubjektersebutdiberikanminuman kopi robusta dan saliva dari subjek tersebut
dikumpulkan kembali untuk pemerikasaan laju aliransaliva.Prosesminumminumankopijenis
robusta (Coffea cannephora) dilakukan masing-masing sebanyak 10 ml dihabiskan dalam waktu
3 menit kemudiandilakukan pengumpulan saliva dengan metode spitting. Proses pengumpulan
saliva memakan waktu 5 menit untuk masing-masing perlakuakn
Hasil :
Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah
Kuala, terdapat perbedaan laju aliran saliva yang bermakna antara sebelum dan sesudah
distimulasi dengan minuman kopi robusta. Dari hasil Tabel 5.1 dan Tabel 5.2. terlihat
peningkatan laju aliran saliva sebelum dan sesudah minum kopi robusta, tetapi terjadi
peningkatan dalam katergori normal. Peningkatan laju aliran saliva tersebut diakibatkan karena
adanya stimulus kimiawi yang berupa rasa dari kandungan kopi antara kafein dan asam
klorongenat dari biji kopi robusa.

Ketika diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf eferen yang
membawa informasi ke pusat saliva di medulla oblongata (batang otak), kemudianmelalui
mekanisme dimana pusat saliva mengirim impuls melalui saraf parasimpatis ke kelenjar saliva
mengirim implus di serat saraf parasimpatis ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva
sepanjang jalan dari nukleus salivarius superior dan inferior. Nukleus salivarius superior akan
meneruskan rangsangan ke kelenjar submandibularis dan sublingualis, neklues salivarious
inferior akan meneruskan rangsangan saraf ke kelenjar parotis sehingga menghasilkan produksi
saliva dalam jumlah yang banyak, hal inilah yang menyebabkan laju aliran saliva menjadi
meningkat.
Teori Patricia Del Vigna De Almeida dkk yang menyatakan bahwa pada jenis kelamin
laki-laki laju aliran saliva lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan karena laki- laki
memiliki kelenjar saliva yang lebih besar dibandingkan perempuan hal ini dapat
menyebabkan laju aliran saliva laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan laju aliran saliva
perempuan.
Dari hasil penelitian ini terdapat adanya peningkatan laju aliran saliva dalam kategori
normal, berbeda halnya dengan hasil penelitian Rika Rizkia (2013) yang telah melakukan
penelitian terhadap perbandingan laju aliran saliva sebelum dan setelah minum kopi jenis
Arabika yang hasilnya menunjukkan penurunan laju aliran saliva yang signifikan.Kopi
arabika dan robusta memiliki kandungan yang sama antara lain yaitu kafein dan asam
klorogenat, tetapi hasil penelitian kopi arabika dan robusta berbeda, hal ini disebabkan jumlah
kandungan kafein dan asam klorogenat pada kopi robusta lebih tinggi dari kandungankafein
dan asam klorogenat pada kopiarabika.

Kesimpulan :
Laju aliran saliva sesudah minum kopi robusta pada mahasiwa Fakultas Kedokteran Gigi
(FKG) Universitas Syiah Kuala mengalami peningkatan. Dari aspek jenis kelamin, diketahui
bahwa pada jenis kelamin laki-laki laju aliran saliva lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan. Hal ini di duga terjadi karena laki-laki memiliki kelenjar saliva yang lebih besar
dibandingkan perempuan, sehingga produksi saliva laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
MINI EKSPERIMEN KERJA SYARAF PARASIMPATIF (SEKRESI AIR
LIUR)

Responden :
Kami mengambil tigasampel responden :
1. Responden 1, seorang asisten rumah tangga responden
2. Responden 2, seorang pegawai di kantin rumah sakit
3. Responden 3, seorang sekretaris/pegawai kantor.

Prosedur :
Responden 1 adalah orang-orang yang bekerja di dapur.
Responden 2 adalah orang-orang yang berkaitan dengan pemesanan makanan.
Responden 3 adalah orang yang sedang berpuasa.

Metode Penelitian :
Melihat respon dari setiapresponden, apakah bereaksisegera menelan air liur (saliva) setelah
melihat dan atau memasak dan atau mencium bau masakan, saat sedang berpuasa.

Hasil :
Responden 1 Responden 2 Responden 3

Tidak terpengaruh, Tidak terpengaruh, Terpengaruh,pegawai


asisten rumah tangga pegawai kantin kantor saat diminta
yang sedang rumah sakit saat untuk memesan
membuatkan berpuasa melayani makanan dan melihat
makananpada saat ia pembeliyang sedang foto serta daftar menu
berpuasa tidak ada membeli makanan, makanan pada saat
respon menelan air dengan ada makanan bepuasa responnya
liur. jadi yang harum di adalah menelan air
depannya,tidak ada liur.
respon menelan air
liur.

Kesimpulan :
Dari hasil mini eksperimen yang dilakukan oleh tiga responden :
Responden 1 dan Responden 2 tidak memberikan respon berupa menelan air liur, saat
diinterview, mengapa mereka tidak serta merta terpengaruh, karena sudah menganggap, kegiatan
yang dilakukannya adalah bagian dari tanggung jawabmnya sebagai bagian dari pekerjaan
sehari-hari. Namun lain halnya, pada responden ke-3, memberikan respon berupa menelan air
liur, saat melihat foto-foto makanan, dikala sedang berpuasa. Hal ini menjelaskan bahwa, Fungsi
syaraf parasimpatik akan terstimulus terhadap kasus diatas yang tidak menekankan kegiatan
melihat makanan sebagai kegiatan rutin dan merupakan tanggung jawab pekerjaan pokok.
Seperti segera menelan saliva dan pencernaan bereaksi, membutuh dipenuhi reaksinya atas
rangsangan tersebut. Berbeda sekali dengan responden-reaponden yang sehari-hari bekerja di
dapur dengan makanan, fungsi syaraf parasimpatiknya tidak terstimulus untuk segera
mengeluarkan saliva (sekresi saliva).
Lampiran Gambar

Gambar 1 (Pegawai kantor) Gambar 2 (foto makanan)

Gambar 3 (asisten rumah tangga) Gambar 4 (pegawai kantin)

Anda mungkin juga menyukai