Anda di halaman 1dari 4

Produksi dan Sekresi Saliva

Saliva terdiri dari air , protein dan elektrolit yang terbentuk melalui proses sekresi. Sekresi
unsur saliva oleh sel asisni ke lumen kelenjar saliva melalui difusi aktif , difusi pasif dan
eksositosis.
a. Produksi saliva
Produksi saliva terdiri dari dua tahap. Yaitu tahap tahap pertama melibatkan
pembentukan saliva oleh sel acinar. Sel acinar (serosa atau mukosa) menghasilkan sekresi
saliva dengan sintesis protein ribosom di reticulum endoplasma kasar yang diikuti oleh
pengemasan protein oleh kompleks golgi. Protein tersebut disimpan dalam bentuk butiran
yang nantinya dilepaskan ke dalam lumen melalui proses eksositosis atau mekanisme
vesikuler.
Eksositosis melibatkan penyatuan butiran secretory dengan membrane yang
memungkinkan pelepasan konten ke dalam lumen. Mekanisme vesicular melibatkan
pengangkutan vesikel penuh dengan sekresi dari kompleks golgi ke membrane plasma.
Transitosis melibatkan perjalanan zat seperti imunoglubulin A (Ig A) melalui acini. Air
diambil oleh sel asini dari aliran darah dan saliva yang dihasilkan. Saliva yang dikeluarkan
bersifat istonik.
Sel serosa menghasilkan saliva serosa yang tipis berair dan terdiir dari butiran butiran
zymogen dimana mengandung protein yang lebih banyak sedangkan sel mukosa
menghasilkan saliva kental yang mengandung mucopolysaccarides dan musin. Kelenjar
parotis dan kelenjar von ebneer merupakan kelenjar serosa murni. Sementara kelenjar
sublingual, glossopalatine dan palatine memiliki lebih banyak sekresi lendir. Kelenjar
submandibular dan kelenjar ludah minor lainnya memiliki asin serosa dan lender
menghasilkan saliva campuran (Punj , 2017)
Pembentukan saliva melibatkan dua tahap yaitu tahap ujung asinar menghasilkan
saliva primer seperti plasma isotonic dan tahap cairan yang kaya NaCl ini dimodifikasi
sselama perjalanannya sepanjang epitel duktus, dimana sebagian besar NaCl diserap
kembali , sedangkan ion kalium biasanya disekresikan. Karena epitel duktus bersifat
permeable terhadap air , saliva akhirnya bersifat hipotonik. Pada tahap kedua saliva
mengalami perubahan saat melewati system duktus saliva ke dalam rongga mulut. Air liur
yang dikeluarkan dari asini adalah isotonic atau sedikit hipertonik ketika mencapai duktus
intercalated. Sel sel di duktus intercalated juga melepaskan lisozim dan laktoferin. Duktus
striated dan duktus ekskretoris kedap air. Di dalam duktus striated, terjadi reabsorbsi natrium
dan klorida yang lebih banyak dibandingkan dengan sekresi kalium dan ion bikarbonat, yang
membuat saliva hipotonik. Sel sel di duktus striated juga mengeluarkan kallikrein dan factor
pertumbuhan epidermal. Dengan demikian, saliva yang dikeluarkan ke dalam ronnga mulut
bersifat hipotonik dibandingkan dengan serum.

b. Sekresi saliva
Proses sekresi dalam kelenjar eksokrin disebut eksositosis . proses eksositosis
melibatkan pengangkatan vesikel sekretori, docking , priming , dan fusi membrane.
Kegalalan pada salah satu langkah dalam eksositosis di kelenjar ludah menghasilkan
perubahan sekresi protein saliva. pada Beberapa literature terdapat penelitian menunjukkan
bahwa pada pasien dengan sindrom Sjogren sekresi protein saliva berkurang diikuti dengan
perubahanpada komponen salivanya. Hal ini menunjukkan bahwa eksositosis dapat diubah
dalam berbagai kondisi , da nisi saliva yang berubah dapat menjadi factor resiko untuk
massalah bagi kesehatan mulut
Pada dasarnya , sekresi kelenjar saliva minor adalah mucus. Sel myoepoithelial
bertanggung jawab atas kontraksi sel asini , yang membantu dalam aliran dan sekresi air liur.
Sekresi saliva antara 500-700 ml – 1,5 L per hari , dna volume rata rata saliva yang
dihasilkan adalah 1100 ml setiap hari yang dikontribusikan oleh kelenjar ludah mayor dan
minor. Sekresi cairan serosa mengandung lebih banyak air daripada air liur yang kental .
Aliran air liur pada kondiri tidak terstimulasi (tidur) yaitu 0,2 -0,4 ml/ menit , dan
sebagian besar diproduksi oleh kelenjar submandibular dan sublibgual. Volume rata rata di
rongga mulut yaitu 1,,1 ml. volme rata rata slaiva berkisar 1,07 ml sebelum menelan hingga
sekitar 0,77 ml setelah emnelan. Laju sekresi saliva terstimulasi harian 0,2-7 ml/menit. Dalam
ekadaan terstimulasi (mengunyah , makan) , kelenjar saliva akan menyekresi saliva yang
lebih banyak. Pada keadaan terstimulasi ini , kelenjar parotis menyekresi lebih dari 50% total
aliran saliva. Sebaliknya, pada kondisi normal (tidak distimulasi) laju alirannya adalah 0,1
ml/menit , pH normal slaiva adalah 6,4- 7,4. Stimulus sensoris , listrik atau mekanik dapat
meningkatkan laju sekresi hingga 1,5 l/ menit. Volume saliva terbesar diproduksi sebelum ,
selama dan setelah makan , dan maksimum mencapai puncaknya sekitar jam 12 pagi dan
akan turun secara bermakna di malam hari yaitu saat tidur. Air liur adalah indicator yang baik
dari tingkat plasma berbagai zat seperti hormone dan obat obatan dan karnenaya dapat
digunakan sebgaai metode non invasive untuk memantau konsentrarsi obat atau zat lain
dalam plasma.
Volume saliva yang disekresikan tergantung pada intensitas dan jenis rasa serta
stimulasi kemosensori , pengunyahan atau sentuhan. Lamanya periode aliran saliva yang
rendah akan berubah dalam waktu yang pendek menjadi flow tinggi oleh adanya stimulasi
rasa dan pengunyahan. Saliva yang disekresi oleh kelenjar utama , mempunyai komposisi
yang berbeda walaupun mekanismenya sama.
Proses sekresi saliva dibedakan dalam dua fase, yaitu:
1. Sintesis dan sekresi cairan acinar oleh sel-sel sekretori. Rangsangan dapat berupa
adrenergic melalui neurotransmitter noradrenalin dibentuk (cAMP) yang
mengaktifkan protein kinase dan fosforilase yang mengakibatkan kontraksi filament
sehingga granula sekresi diangkut ke membrane plasma luminal yang akan melebar
dengan membrane granula setelah itu saliva primer diteruskan ke lumen melalui
muara pembuangan.
2. Perubahan yang terjadi pada muara pembuangan, yaitu pada duktus striata. Saliva
primer diangkut melalui saluran pembuangan kelenjar parotis dan submandibularis,
air dan elektrolit (ion-ion seperti NA +, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-, HCO3 -) disekresi dan
diresorbsi oleh sel-sel. Seluruh proses sekresi dikontrol oleh system saraf otonom.

Sekresi saliva sebagian besar merupakan proses aktif yang menunjukkan bahwa proses
tersebut memerlukan energi. Proses ini dibedakan menjadi dua fase:
1. Sintesis dan sekresi cairan asinar oleh sel sekretori
Sifat rangsang yang menstimulasi kelenjar saliva dapat berupa rangsangan adrenergik
dan maupun kolinergik. Karena sel diinervasi baik simpatis maupun parasimpatis.
Rangsang adrenergik menghasilkan saliva yang pekat, kaya protein, kaya kandungan
musin dan berbuih. Pada rangsang kolinergik, neurotransmitter asetilkolin
menghasilkan sekresi cairan yang kuat dengan kadar protein yang rendah. Akibat
rangsangan, melalui eksositosis sel menghasilkan cairan sekresinya kepada lumen.
Rangsangan tersebut menyebabkan aliran darah ke arah sinus meningkat sehingga
mempermudah pembentukan cairan asinar. Cairan asinar ini disebut juga saliva
primer.
2. Perubahan yang terjadi pada duktus striata
Saliva diangkut dari lumen melalui duktus yang melibatkan kontraksi sel mioepitel.
Selama pengangkutan ke rongga mulut, susunan saliva diubah dari cairan isotonic
dengan konsentrasi ion yang hampir sama dengan plasma menjadi hipotonik dengan
konsentrasi ion natrium dan klorida yang rendah. Perubahan ini terjadi karena didalam
duktus, air dan elektrolit disekresi dan atau diabsorbsi oleh sel epitel, terutama pada
duktus striata. Sifat rangsang menentukan kepekatan produk akhir yang bervariasi
dari encer sampai pekat. Kepekatan saliva ditentukan oleh sekresi musin yang diatur
oleh saraf kolinergik dan adrenergik. Neurotransmitter asetilkolin dan
parasimpatetikomimetika merangsang sekresi air, sedangkan obat seperti atropine
sulfat menghambat sekresi air dan menyebabkan keringnya mulut.

Selain oleh system saraf otonom, sekresi kelenajr saliva dimediasi oleh reflex dari
system saraf pusat. Dengan demikian , sekresi kelenjar saliva dapat dipengaruhi oleh
ebebrapa factor sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yang
berbeda, yaitu:
1. Refleks saliva sederhana, atau tidak terkondisi
Refleks saliva sederhana terjadi saat baroreseptor di dalam rongga mulut merespons
adanya makanan. Saat diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di
serabut saraf afferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula spinalis.
Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar
saliva untuk
meningkatkan sekresi saliva. Gerakan gigi juga mendorong sekresi saliva walaupun
tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap baroreseptor yang terdapat
di mulut.
2. Refleks saliva didapat, atau terkondisi.
Pada refl eks saliva didapat, sekresi saliva dihasilkan tanpa rangsangan oral. Hanya
dengan berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat
memicu pengeluaran saliva melalui refleks ini.

Sumber :
1. Hall, J. E., & Hall, M. E. (2020). Guyton and Hall textbook of medical physiology
e-Book. Elsevier Health Sciences.
2. Hamzah, Z., Indriana, T., Indahyani, D. E., & Barid, I. (2020). Sistem
Stomatognati (Pengunyahan, Penelanan Dan Bicara). Deepublish.
3. RAHAYU, Y. C., & KURNIAWATI, A. 2018. Buku Ajar Cairan Rongga
Mulut.Ed2 . Yogyakarta : Innosain.
4. Rensburg, BG Jansen. Oral Biology. 2nd ed. Gerrmany: Quintessence Publishing
Co. Inc. 1995.

Anda mungkin juga menyukai