Anda di halaman 1dari 6

TUGAS FISIOLOGI SISTEM URINARIA

Nama : Suratmi

NIM : 6411420028

Rombel : 2A Kesehatan Masyarakat

Soal :

1. Jelaskan fisiologi pengisian dan pengosongan urin di vesika urinaria!


2. Jelaskan proses mikturisi atau berkemih!
3. Jelaskan proses pembentukan urin!
4. Jelaskan fungsi-fungsi ginjal!

Jawaban :

1. Proses pengisian urin di vesika urinaria dimulai setelah proses sekresi. Proses
sekresi akan menghasilkan urine yang siap dikeluarkan dan merupakan cara
tubuh menjaga keseimbangan pH tubuh serta kadar asam dan basa tubuh.
Setelah melalui ketiga tahap tersebut, urine akan mengalir ke ureter dan
tersimpan di kandung kemih.
Jika volume urin yang terdapat dalam kandung kemih telah cukup banyak dan
telah mampu menyebabkan distensi otot detrusor, otot detrusor akan
mengalami kontraksi dan hal ini mengakibatkan keluarnya urin dari kandung
kemih melalui uretra.

2. Mikturisi adalah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan


urin. Mikturisi melibatkan dua tahap utama, yaitu:

(i) Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya
meningkat melampaui nilai ambang batas. Keadaan ini akan mencetuskan
tahap kedua.
(ii) Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan
kandung kemih atau, jika gagal, setidaknya akan menyebabkan keinginan
berkemih yang disadari. Meskipun refleks mikturisi adalah refleks medula
spinalis yang bersifat autonom, refleks ini dapat dihambat atau difasilitasi oleh
pusat-pusat di korteks serebri atau batang otak.

Mikturisi diatur oleh 2 mekanisme yakni, refleks berkemih dan kontrol


volunter. Refleks berkemih dicetuskan apabila reseptor-reseptor regang di
dalam kandung kemih terangsang. Kandung kemih pada orang dewasa dapat
menampung sampai 250 atau 400 ml urin sebelum tegangan di dindingnya
mulai meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar
peregangan melebihi ambang ini, semakin besar pula tingkat pengaktifan
reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor regang membawa impuls ke korda
spinalis dan akhirnya, melalui antarneuron, merangsang saraf parasimpatis
yang berjalan ke kandung kemih dan menghambat neuron motorik yang
mempersarafi sfingter eksterna. Stimulasi parasimpatis pada kandung kemih
menyebabkan organ ini berkontraksi. Untuk membuka sfingter interna tidak
diperlukan mekanisme khusus, perubahan bentuk kandung kemih sewaktu
organ tersebut berkontraksi secara mekanis menarik sfingter interna menjadi
terbuka. Secara simultan, sfingter eksterna melemas karena neuron-neuron
motoriknya dihambat. Kedua sfingter terbuka dan urin terdorong ke luar
melalui uretra akibat gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih.

Pengisian kandung kemih, selain memicu refleks berkemih, juga


menyebabkan timbulnya keinginan sadar untuk berkemih. Persepsi kandung
kemih yang penuh muncul sebelum sfingter eksterna secara refleks melemas,
sehingga hal tersebut memberi “peringatan” bahwa proses berkemih akan
dimulai. Akibatnya, kontrol volunter terhadap berkemih dapat mengalahkan
refleks berkemih, sehingga pengosongan kandung kemih dapat terjadi sesuai
keinginan orang yang bersangkutan dan bukan pada saat pengisian kandung
kemih pertama kali mencapai titik yang menyebabkan pengaktifan reseptor
regang. Apabila saat berkemih tidak tepat sementara refleks berkemih sudah
dimulai, pengosongan kandung kemih dapat secara sengaja dicegah dengan
mengencangkan sfingter eksterna dan diafragma pelvis. Impuls eksitatorik
volunter yang berasal dari korteks serebrum mengalahkan masukan inhibitorik
refleks dari reseptor regang ke neuronneuron motorik yang terlibat, sehingga
otot-otot ini tetap berkontraksi dan urin tidak dikeluarkan.

Apabila isi kandung kemih terus bertambah, masukan refleks dari reseptor
regang juga semakin meningkat. Akhirnya, masukan inhibitorik refleks ke
neuron motorik sfingter eksternal menjadi semakin kuat, sehingga tidak lagi
dapat dikalahkan oleh masukan eksitatorik volunter, yang mengakibatkan
sfingter melemas dan kandung kemih secara tidak terkontrol dikosongkan.
Proses berkemih juga dapat secara sengaja dimulai, walaupun kandung kemih
belum teregang, yakni oleh relaksasi volunter dari sfingter eksternal dan
diafragma pelvis. Penurunan lantai panggul juga memungkinkan kandung
kemih turun, yang secara simultan membuka sfingter uretra interna dam
meregangkan kandung kemih. Pengaktifan reseptor-reseptor regang
selanjutnya menyebabkan kandung kemih berkontraksi melalui refleks
berkemih.

Refleksi mikturisi merupakan sebuah siklus yang lengkap, yang terdiri dari :
(1) kenaikan tekanan secara cepat dan progresif, (2) periode tekanan menetap,
(3) kembalinya tekanan vesica urinaria ke nilai tonus basal.

Pengeluaran urin secara volunteer terjadi sebagai berikut : mula-mula orang


tersebut secara volunteer mengkontraksikan otot perutnya yang akan
meningkatkan tekanan di dalam kandung kemih dan memungkinkan urin
tambahan memasuki leher vesica urinaria dan uretra posterior di bawah
tekanan sehingga meregangkan dindingnya. Hal ini memicu reseptor regang
yang mencetuskan reflex mikturisi dan menghambat spinchter eksterna.
Biasanya seluruh urin dikeluarkan dan tersisa 5-10 mL urin saja.

3. Proses pembentukan urine melalui tiga tahapan yaitu melalui mekanisme


filtrasi, reabsorpsi dan sekresi.
a. Filtrasi (penyaringan)
Proses pertama dalam pembentukan urine adalah proses filtrasi yaitu proses
perpindahan cairan dari glomerulus menuju ke kapsula bowman dengan
menembus membrane filtrasi. Membran filtrasi terdiri dari tiga bagian utama
yaitu: sel endothelium glomerulus, membrane basiler, epitel kapsula bowman.
Di dalam glomerulus terjadi proses filtrasi sel-sel darah, trombosit dan protein
agar tidak ikut dikeluarkan oleh ginjal. Hasil penyaringan di glomerulus akan
menghasilkan urine primer yang memiliki kandungan elektrolit, kritaloid, ion
Cl, ion HCO3, garam-garam, glukosa, natrium, kalium, dan asam amino.
Setelah terbentuk urine primer maka didalam urine tersebut tidak lagi
mengandung sel-sel darah, plasma darah dan sebagian besar protein karena
sudah mengalami proses filtrasi di glomerulus.
b. Reabsorpsi (Penyerapan kembali)
Reabsorpsi merupakan proses yang kedua setelah terjadi filtrasi di glomerulus.
Reabsorpsi merupakan proses perpindahan cairan dari tubulus renalis menuju
ke pembuluh darah yang mengelilinginya yaitu kapiler peitubuler. Sel-sel
tubulus renalis secara selektif mereabsorpsi zat-zat yang terdapat pada urine
primer dimana terjadi reabsorpsi tergantung dengan kebutuhan. Zat-zat
makanan yang terdapat di urine primer akan direabsorpsi secara keseluruhan,
sedangkan reabsorpsi garam-garam anorganik direabsorpsi tergantung jumlah
garam-garam anorganik di dalam plasma darah. Proses reabsorpsi terjadi
dibagian tubulus kontortus proksimal yang nantinya akan dihasilkan urine
sekunder setelah proses reabsorpsi selesai. Proses reabsorpsi air di tubulus
kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal. Proses reabsorpsi akan
terjadi penyaringan asam amino, glukosa, asam asetoasetat, vitamin, garam-
garam anorganik dan air. Setelah pembentukan urine sekunder maka di dalam
urine sekunder sudah tidak memiliki kandungan zat-zat yang dibutuhkan oleh
tubuh lagi sehingga nantinya urine yang dibuang benar-benar memiliki
kandungan zat yang tidak dibutuhkan tubuh manusia.
c. Sekresi
Urine sekunder yang dihasilkan tubulus proksimal dan lengkung Henle akan
mengalir menuju tubulus kontortus distal. Urine sekunder akan melalui
pembuluh kapiler darah untuk melepaskan zat-zat yang sudah tidak lagi
berguna bagi tubuh. Selanjutnya, terbentuklah urine yang sesungguhnya.
Urine ini akan mengalir dan berkumpul di tubulus kolektivus (saluran
pengumpul) untuk kemudian bermuara ke rongga ginjal.

4. Berikut ini merupakan fungsi ginjal yaitu:


1) Menyaring dan membersihkan darah.
Ginjal memiliki peran penting dalam membuang racun. Racun tersebut jika
tidak dikeluarkan akan sangat berbahaya bagi tubuh. Nefron merupakan salah
satu bagian organ ginjal yang menjalankan fungsi ini. Ginjal menyaring
kurang lebih 200 liter darah dan 2 liter zat sisa serta air dalam setiap harinya.
2) Penghasil hormon.
Ginjal juga berfungsi menghasilkan hormon. Hormon yang dihasilkan yaitu
hormon eritroprotein (singkatannya EPO) yang memiliki fungsi sebagai
perangsang dalam meningkatan laju pembentukan sel darah merah oleh
sumsum tulang.
3) Menjaga keseimbangan air.
Ginjal memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan air di dalam
tubuh. Jika ginjal tidak bisa bekerja dengan baik, maka sudah bisa dipastikan
tubuh akan mengalami kekeringan dan terjadi dehidrasi berlebih karena
kekurangan cairan darah atau sebaliknya, tubuh akan tenggelam karena
kebanjiran cairan di dalam tubuh yang menumpuk dan tidak terbuang.
4) Mengendalikan kadar gula darah.
Fungsi ginjal sangat erat kaitannya dengan produksi hormon insulin dan
adrenalin. Jika insulin bekerja untuk menyetabilkan kadar gula yang tinggi,
maka adrenalinlah yang bertugas untuk meningkatkan kadar gula darah jika
jumlahnya terlalu rendah.
5) Menjaga kesehatan tulang.
Ginjal juga memiliki kaitan kuat dengan tulang. Fungsi ginjal lainnya adalah
turut memproduksi calcitriol, zat yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga
jumlah kalsium dan fosfat.
6) Membentuk urin.
Ginjal merupakan organ yang erat hubungannya dengan dengan fungsi
pembentukan urin. Urin yang pada umumnya terjadi dari air, urea, dan
amonia, berisi zat dan senyawa buangan yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh
tubuh.
7) Memproduksi sel darah merah.
Sel darah merah yang diproduksi di sumsum tulang ternyata diatur oleh organ
ginjal. Ginjal akan mengeluarkan hormon erythropoietin yang berguna untuk
merangsang produksi sel darah merah di dalam sumsum tulang.
8) Mengatur produksi vitamin D.
Ginjal juga mengatur produksi vitamin D. Umumnya, manusia mendapatkan
vitamin D dari sinar matahari atau vitamin. Akan tetapi, vitamin D tersebut
masih dalam bentuk tidak aktif. Ginjal berfungsi mengubah bentuk tidak aktif
vitamin D tersebut menjadi sebuah zat bernama kalsitriol yang merupakan
bentuk aktif dari vitamin D. Jadi, fungsi ginjal juga sebagai penghasil vitamin
D aktif atau kalsitriol. Kalsitriol sendiri sangat penting dalam penyerapan
kalsium untuk tulang.

Anda mungkin juga menyukai