Anda di halaman 1dari 36

A.

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sensasi indra umum yang meliputi reseptor jalur sederhana
yaitu sensasi taktil (sentuhan, tekanan), sensasi sakit, dan sensasi
propioseptif
2. Mengetahui sensasi indra khusus yang meliputi sensasi olfaktori (pembau),
sensasi gustatory (pengecap), sensasi visual (pengelihatan), sensasi
auditori (pengengaran), sensasi equilibrium (orientasi tubuh)
B. Dasar Teori
Persepsi terhadap lingkungan eksternal ditentukan oleh mekanisme
fisiologis yang terlibat dalam pemrosesan informasi yang dtransmisikan oleh
serabut saraf ke otak dari berbagai reseptor yang terletak di seluruh tubuh
(Anderson, 1996). Menurut soewolo (2003) sensasi merupakan interpretasi
otak terhadap impuls yang datang dari saraf sensorik. Sensasi indera pada
manusia diekspresikan dan dikendalika oleh pusat sensori tubuh secara
konstan. Sensasi yang ada sangat diperlukan untuk menanggapi atau
merespon rangsangan yang ada di lingkungan.
Sensasi berdasarkan jalur saraf dan reseptornya yang terlibat dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu jalur sederhana dan jalur kompleks.
Sensasi umum melibatkan reseptor dan jalur saraf sederhana misalnya sensasi
taktil (sentuhan), sensasi termoreseptif, sensasi sakit, dan sensasi poprioseptik
(kesadaran akan aktivitas otot). Sensasi khusus melibatkan reseptor dan jalur
saraf kompleks, misalnya sensasi olfaktori, gustatori, visual, auditori, dan
sensasi equilibrium (basoeki, 1999).
Kulit memiliki reseptor yang tersebar tidak merata di permukaan tubuh,
beberapa bagian kulit memiliki reseptor yang padat dan bagian lain hanya
sedikit atau jarang. Permukaan tubuh yang memiliki sedikit reseptor
cenderung tidak peka, sedangkan permukaan dengan banyak reseptor sangat
peka (basoeki, 1999).
Sistem olfactori (pembau) dan gustatori (perasa) disebut sensasi kimiawi
karena fungsinya memonitor substansi-substansi kimiawi dari lingkungan
diluar tubuh. Tanggungjawab sistem pembau adalah mengindikasikan

molekul-molekul kimia yang dilepaskan di udara yang mengakibatkan bau.


Molekul kimia diudara dapat dideteksi bila ia masuk ke reseptor olfactory
epithelia melalui proses penghirupan. sistem gustation adalah merespon
molekul-molekul kimia yang ada di dalam mulut yang meningkatkan reseptor
rasa tertentu di lidah dan di rongga mulut. Saat individu makan, organ
pembau dan perasa bereaksi secara selaras. Molekul makanan menstimulasi
reseptor perasa dan pembau dan memproduksi impresi terintegrasi yang
disebut dengan aromaljlavor (Asiah, Tanpa tahun) .
Alat pembau atau sistem olfaction biasa juga disebut dengan Organon
Olfaktus, dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga reseptomya
disebut pula chemoreceptor. Organon olfaktus terdapat pada hidung bagian
atas, yaitu pada concha superior dan membran ini hanya menerima rangsang
benda-benda yang dapat menguap dan berwujud gas. Reseptor organon
olfactory terdapat di bagian atas hidung, menempel pada lapisan jaringan
yang diselaputi lendir dan disebut olfactory muscosa. Selaput lendir tersebut
berfungsi untuk melembabkan udara. Sistem gustatory atau organon gustus
adalah indera pengecap yang terdapat pada lidah dan memiliki 4 daerah yaitu
Manis, pada puncak lidah, dapat diselidiki dengan meletakkan gula di lidah.
Asin ,pada puncak dan tepi lidah, dapat diselidiki dengan meletakkan garam
di lidah Asam, pada tepi lidah, dapat dibuktikan dengan meletakkan asam
sitrun di lidah. Pahit, pada pangkal lidah, dapat dibuktikan dengan
meletakkan kina di lidah (Asiah, Tanpa tahun)
Reseptor indra visual (pengelihatan) merupakan mata. Untuk dapat
melihat, stimulus (cahaya) harus jatuh di reseptor dalam retina kemudian
diteruskan ke pusat penglihatan (fovea centralis). fovea penting untuk
menerima rangsang cahaya kuat dan rangsang warna karaena dalam fovea
terdapat reseptor penglihatan berupa sel-sel conus (sel kerucut) dan basilus
(sel batang). Penglihatan tiga dimensi merupakan persepsi kedalaman pada
alat visual yang dapat berfungsi untuk menentukan jarak. Penentuan jarak
dengan penglihatan tiga dimensi memerlukan penglihatan binokuler, yaitu
suatu penglihatan optimal yang terjadi bila bayangan yang diterima mata
sangat jelas pada kedua fovea centralis, yang secara simultan dikirim ke

susunan saraf pusat, kemudian diolah menjadi suatu sensasi berupa bayangan
tunggal. Syarat penglihatan binokuler adalah visus yang baik, kerja otot otot
ekstrinsik yang normal, dan susunan saraf pusat yang tidak ada kelainan.
Dengan penglihatan binokuler, seseorang dapat menentukan atau merasakan
jarak.
Indra pendengaran adalah telinga yang berfungsi sebagai pengindera
bunyi. Reseptornya adalah Organum Spirale pada Organum Vestibulo
Cochlearis (sebagaimekanoreseptor atau interoceptive sensory system yang
merupakan lawan dari exteroceptive sensory system). Bentuk reseptornya
berupa sel-sel indera yang ujungnya berbulu, dan ujung lainnya berupa
dendrit bipoler. Sel-sel indera yang menyebar di sepanjang membrane
basiliaris memiliki kepekaan yang berbeda beda. Sistem pendengaran ini
mengacu pada konsep tonotopic

yaitu bahwa neuron yang paling besar

berperan dalam pembentukan struktur pendengaran, berkumpul di bagian


yang paling responsif. Cara kerja sel-sel reseptor itu adalah bila membrane
basiliaris bergerak ke atas (ke membrana tectoria) karena desakan
perilymphe, maka sel-sel indera atau rambut tertahan oleh membrana tectoria
sehingga membengkok. Bengkokan ini menimbulkan aliran listrik yang
disebut aliran mikrofon yang bekerja sebagai potensial generator sehingga
terjadi impuls dalam dendrit neuron bipoler itu. Sistem vestibular merupakan
dasar tonus otot, keseimbangan, dan koordinasi bilateral Sistem vestibular
terletak pada telinga dalam (kanal semisirkular) dan mendeteksi gerakan serta
perubahan posisi kepala (Waiman dkk, 2011)
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan equilibrium
baik statis maupun dinamis tubuh ketika di tempatkan pada berbagai posisi
(Delitto, 2003). Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan
pusat gravitasi atas dasar dukungan, biasanya ketika dalam posisi tegak.
Keseimbangan terbagi menjadi 2 yaitu statis dan dinamis (soewolo, 2003).
Keseimbangan

merupakan

somatosensorik

(visual,

integrasi
vestibular,

yang

kompleks

proprioceptive)

dari
dan

system
motorik

(musculoskeletal, otot, sendi jaringan lunak) yang keseluruhan kerjanya


diatur oleh otak terhadap respon atau pengaruh internal dan eksternal tubuh.

Bagian otak yang mengatur meliputi, basal ganglia, Cerebellum, area


assosiasi (Batson, 2009). Equilibrium adalah sebuah bagian penting dari
pergerakan tubuh dalam menjaga tubuh tetap stabil sehingga manusia tidak
jatuh walaupun tubuh berubah posisi. Statis Equlibrium yaitu kemampuan
tubuh untuk menjaga keseimbangan pada posisi diam seperti pada waktu
berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas balance board. Dinamik Equilibrium
adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posis pada waktu bergerak.
keseimbangan bukanlah kualitas yang terisolasi, namun mendasari kapasitas
kita untuk melakukan berbagai kegiatan yang merupakan kehidupan kegiatan
normal sehari-hari.
Banyak komponen fisiologis dari tubuh manusia memungkinkan kita
untuk melakukan reaksi keseimbangan. Bagian paling penting adalah
proprioception yang menjaga keseimbangan. Kemampuan untuk merasakan
posisi bagian sendi atau tubuh dalam gerak (Brown et al., 2006).
Keseimbangan tubuh dipengaruhi oleh system indera yang terdapat di tubuh
manusia bekerja secara bersamaan jika salah satu system mengalami
gangguan maka akan terjadi gangguan keseimbangan pada tubuh (imbalance),
system indera yang mengatur/mengontrol keseimbangan seperti visual,
vestibular, dan somatosensoris (tactile & proprioceptive).
C. Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut

ijuk

penggaris

meteran

pensil

pinset

jarum pentul

batang pengaduk

timer

tabung reaksi

gelas ukur

pisau

spidol

kursi putar

Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagia berikut:

kertas manila

air

gula pasir

laturan kina

larutan garam dapur

wortel

kentang

bawang merah

larutan nutrisari

D. Langkah kerja
Langkah kerja dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Pembeda Dua Titik

2. Menentukan Reseptor Sentuh

3.

Menentukan Reseptor Sakit

4. Menentukan Propioreseptor

5. Bintik Buta
6.

Proyeksi Binokular

7. Pentingnya Pengelihatan Binokuler

8. Dominansi Mata

9. Adaptasi olfaktori
10. Reseptor Gustatori (Pengecap)/ Mengenali zona Pengecap

11. Pengecap dan Pembau

12. Ketajaman Pendengaran terhadap Sumber Bunyi

13. Penghantaran Suara

14. Kelelahan Pendengaran

15. Keseimbangan

16. Tes Romberg

17. Kanalis Semisirkularis

18. Aparatus Vestibular

E. Data Hasil Pengamatan


Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai
berikut
Tabel 1. Uji Pembeda Dua Titik
Daerah

Sentuhan

Jarak terpendek jarum yang

dirasakan
1

jarum 2

jarum

Ujung jari
Sisi hidung
Punggung

pentul
-

pentul

0,1
0,1
0,1

1
1
4

lengan
Belakang

0,3

1,5

leher

Tabel 2. Dan 3 Menentukan Reseptor Sentuh dan reseptor Sakit


Petak reseptor sentuhan
1

10

11 12

13

14 15

16 17

18

19 20

21 22

23

24 25
1
6
11
16
21

2
7
12
17
22

3
8
13
18
23

4
9
14
19
24

5
10
15
20
25

Keterangan:
= reseptor yang dapat merasakan sentuhan (1,3,6,14,19,23)
= reseptor yang dapat merasakan sakit(1,3,6,7,9,10,14,16,19,23,24,25)
Kesimpulanya reseptor rasa sakit dan sentuhan identik

Tabel 4. Menentukan Propioreseptor


Jarak dari X

Keberhasilan menujuk Kebrehasilan

U1

U2

U3

jari
Tepat

Tidak

menunjuk hidung
tepat
Tidak

2,3

2,8

tepat
7

tepat
4

Tabel 5. Bintik Buta


Perlakuan

Jarak ketika O menghilang dari


pandangan

Mata Kanan X , O disisi kanan


(X,O)
Mata kanan tetap X dengan posisi
X bawah , O atas

5 cm

11 cm

X
Mata Kanan X , O disisi kIRI (O,X) (tetap terlihat)
Mata kanan tetap X dengan posisi
X atas, O bawah

(tetap terlihat)

X
O
Tabel 6. Binokular
Perlakuan
Salah satu mata ditutup

Hasil yang tampak


Hanya tampak satu lubang

Jarak anatar pupil 6 cm


Tabel 7. Pentingnya Pengelihatan Binokuler
Ulangan
1
2
3
4
5
6
7
8

Hasil
X
X
X
X
X

X
X

9
10

X
X

Keberhasilan memasukkan pensil dalam tabung reaksi 10%


Tabel 8. Dominansi Mata
Perlakuan
Mata kiri ditutup
Mata kanan ditutup

Pandangan yang tampak


Bergeser ke kanan 2cm
Bergeser ke kiri 2cm

Tabel 9. Adaptasi olfaktori


Perlakuan

Waktu yang diperlukan hingga

aroma hilang
Subjek bernafas denagn satu nostril 3,40 detik
dan menghembuskan nafas melalui
mulut
Tabel 10. Reseptor Gustatori (Pengecap)/ Mengenali zona Pengecap
Perlakuan

Bagian lidah

Butiran gula
Ujung lidah
Tetesan larutan Ujung lidah
gula
Kina
Garam dapur
Nutrisari

Ujung lidah
Ujung lidah
Ujung lidah
Sisi
samping

Watu

mulai Waktu

yang

merasakan

diperlukan

sensasi rasa

hingga

2 detik
1 detik

hilang
13 detik
9 detik

1 detik
1 detik
2 detik
0 detik

13 detik
23 detik
7 detik
2 detik

rasa

lidah
Tabel 11. Pengecap dan Pembau
Perlakuan
wortel

Nostril tertutup
Nostril terbuka
Dapat
merasakan Dapat
merasakan

kentang

(benar)
Dapat

(benar)
merasakan Dapat

(benar)

(benar)

merasakan

Bawang merah

Dapat

merasakan Dapat

(benar)

merasakan

(benar)

Tabel 12. Ketajaman Pendengaran terhadap Sumber Bunyi


Jarak
Jarak terjauh bunyi terdengar
Jarak terjauh bunyi mulai terdengar

Hasil
7,4 meter
7,4 meter

Tabel 13. Penghantaran Suara


Perlakuan
Sumber uuara
Tangkai pada kepala/ antara dua gigi Dari atas kepala
atas-bawah
salah satu telinga di tutup

Telinga kiri ditutup sumber dari

kedua telinga ditutup


Garpu tala dipindah kedekat telinga

kanan
Tidak terdengar
Terdengar

Tabel 14. Kelelahan Pendengaran


Perlakuan
Telinga kanan
Garputala yang bergetar Terdengar selama
didekatkan ke telinga
detik
Suara tidak terdengar dijauhkan dari telinga
Garpu tala didekatkan Terdengar
lagi ke telinga

Telinga kiri
12 Terdengar selama

10

detik
selama

detik

2 Terdengar

selama

detik

Tabael 15. Keseimbangan


Perlakuan

Kemampuan bertahan Kemampuan bertahan


pada posisi awal saat pada posisi awal saat

mata terbuka
Berdiri tegak dengan Bertahan
salah

satu

kakai

diangkat selama 2 menit

mata tertutup
Tidak bertahan lama

Tabel 16. Tes Romberg


Perlakuan

Goyangan tubuh ssaat Goyangan tubuh ssaat

mata terbuka
mata tertutup
Berdiri tegak dengan Tidak bergoyang pada Bergoyang sejak awal
kedua kaki meraapat awalnya
dan

kedua

tanagn menit

disamping tubuh

tetapi

pada

terakhir

bergoyang

Tabael 17.Kanalis Semisirkularis


Perlakuan

Duduk
putas

diatas
dengan

bertumpu

Sensasi yang dialami


Kursi belum diputar
kursi normal

Kursi

diputar

lalu

dihentikan tiba-tiba
pusing

kaki
pada

sandaran kaki
Tabel 18. Aparatus Vestibular
Perlakuan

Keadaan saat subjek berjalan

lurus kedepan
Subyek berdiri tegak denagn kaki Tubuh seimbang
rapatdan mata tertutup
Tubuh subyek diputar ke kanan 10 Tidak dapat seimbang
kali
Mata subyek dibuka dan pengamat Mata tidak focus, berkedip-kedip
mengamati mata subyek
Subyek berjalan lurus kedepan

sempoyongan

F. Analisis Data
Uji Pembeda Dua Titik
Percobaan uji pembeda dua titik ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan sensitivitas dari beberapa bagian tubuh manusia. Percobaan
pertama dilakukan pada ujung jari. Jarak terpendek pertama yang diambil
sebagai acuan adalah 0,1 cm. Pada jarak ini kedua jarum masih dirasakan

seperti satu jarum. Kemudian, jarak tersebut ditambah beberapa kali hingga
jarak 1 cm. pada jarak ini, kedua jarum pertama kali dirasakan oleh ujung jari.
Berdasarkan percobaan didapatkan hasil, jarak terpendek ujung jari
merasakan dua ujung jarum (titik) adalah 1cm.
Selanjutnya ujung kedua jarum tersebut dikenakan pada sisi hidung.
Dalam hal ini juga menggunakan jarak pertama 0,1 cm untuk kedua ujung
jarum. Demikian halnya dengan ujung jari, jarak terdekat sisi hidung
merasakan dua ujung jarum pada jarak 1 cm. Kemudian, percobaan dilakukan
pada punggung lengan, dan jarak terdekat punggung lengan dapat merasakan
kedua ujung jarum adalah pada jarak 4 cm. Berbeda dengan percobaan yang
dilakukan pada punggung lengan, pada belakang leher jarak terdekat kedua
ujung jarum dirasakan adalah pada jarak 1,5 cm.
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum sensasi indera bagian
uji pembeda dua titik diketahui bahwa daerah yang penempatan ujung
jarumnya lebih dekat namun tetap terasa terpisah merupakan area yang lebih
sensitif. Berdasarkan percobaan dapat diurutkan daerah yang kepekaannya
paling tinggi hingga yang paling rendah sebagai berikut, ujung jari, sisi
hidung, belakang leher, dan yang terakhir punggung lengan
Penentuan reseptor sentuhan
Penentuan reseptor sentuh dilakukan dengan menggambar 25 petak
yang dibuat pada punggung lengan, subyek mengalami sensasi sentuhan pada
beberapa petak. Hal ini menunjukkan bahwa pada petak-petak yang dibuat
tersebut terdapat reseptor sentuhan yang memang letaknya tersebar.
Penentuan reseptor sakit
Penentuan reseptor sentuh dilakukan dengan menggambar 25 petak
yang dibuat pada punggung lengan, subyek mengalami sensasi sentuhan pada
beberapa petak. Hal ini menunjukkan bahwa pada petak-petak yang dibuat
tersebut terdapat reseptor sentuhan yang memang letaknya tersebar.
Penentuan proprioreseptor
Berdasarkan hasil pengamatan, setelah menuliskan huruf X pada papan
tulis kemudian menutup mata dan membuat titik yang sedekat mungkin
dengan bagian tengah huruf X pada ulangan 1 adalah 2,3 cm, pada ulangan 2
adalah 1 cm, dan pada ulangan ketiga adalah 2,8 cm. Persentase atau tingkat
keberhasilan subyek menunjuk jari tengah adalah 30% dan keberhasilan
subyek menunjuk hidung dengan mata tertutup adalah 60%.

Bintik buta
Berdasarkan pengamatan bintik buta yang dilakukan didapatkan data
bahwa pada berbagai perlakuan didapatkan hasil yang berbeda. Mata subyek
secara perlahan didekatkan dengan kertas yang bertuliskan huruf X O dengan
berbagai posisi yaitu mendatar, mendatar terbalik, tegak, dan tegak terbalik.
Hasilnya jarak tanda O menghilang dari pandangan subyek pada posisi
mendatar X O yaitu 5 cm. Ketika berada pada posisi mendatar terbalik yaitu
O X, tanda O tidak hilang dari pandangan walaupun pada jarak terdekat. Pada
pengamatan dengan posisi tegak yaitu O X pada jarak 11 cm tanda O
menghilang, dan pada posisi tegak terbalik yaitu X O tanda O tidak hilang
walaupun berada pada jarak terdekat.
Proyeksi binokular
Pada pengamatan proyeksi binokular, berdasarkan pengamatan ketika
salah satu mata ditutup dengan jarak antar pupil 6 cm hal yang terjadi adalah
tampak lubang sebelah kanan saat mata kiri ditutup. Pada pengamatan
selanjutnya yaitu pentingnya penglihatan binokular ketika subyek menutup
salah satu mata sambil memegang sebatang pensil lalu memasukkan tabung
reaksi hasilnya hanya satu kali subyek berhasil memasukkan pensil kedalam
tabung reaksi. Jadi peluang yang didapatkan dalam 10 kali ulangan hanya
10%.
Dominansi mata
Pada perlakuan dominansi mata, ketika sebuah pensil diletakkan segaris
dengan obyek pandang yang cukup jauh kemudian mata kiri tertutup, hal
yang terjadi yaitu kenampakan yang terlihat bergeser 2 cm ke kanan, dan
ketika mata kanan ditutup obyek pandang bergeser ke kiri.
Adaptasi olfaktori
Subyek diberi perlakuan dengan cara bernafas menggunakan satu
nostril dan menghembuskan napas lewat mulut, ketika subyek diberi aroma
maka aromanya menghilang pada 3.40 detik.
Reseptor gustatory
Ketika unjung lidah subyek diberi butiran gula, waktu yang di butuhkan
untuk mengecap adalah 2-13 detik sedangkan ketika diberi setetes larutan
gula waktunya 1-9 detik. Jika diberi larutan kina waktu untuk mengecap
sekitar 1-13 detik, dan garam dapur 1-23 detik. Namun, ketika diberi nutrisari
pada ujung lidah waktu untuk mengecap adalah 2-7 detik dan jika diberi

nutrisari disisi lidah waktunya 0-2 detik. Jadi kesimpulan sementara yang bisa
diambil yaitu bahwa pada ujung lidah memiliki reseptor pengecap manis,
sehingga ketika diberi gula sensasi manis yang dirasakan cukup lama, dan
ketika diberi kina dan garam dapur sensasi yang dirasakan hanya sebentar.
Demikian juga ketika diberi nutrisari pada ujung lidah waktunya hanya
sebentar dibandingkan ketika diberi pada sisi lidah karena pada sisi lidah
merupakan reseptor pengecap asam.
Pengecap dan pembau
Ketika subyek diberi perlakuan dengan nostril tertutup dan
diperintahkan untuk mengunyah dan merasakan bahan berupa wortel, bawang
merah, kentang, dan apel subyek masih bisa merasakannya dengan tepat sama
seperti ketika nostril terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa reseptor indera
pengecap tidak berhubungan dengan indera penciuman.
Ketajaman pendengaran
Selanjutnya untuk praktikum ketajaman pendengaran terhadap bunyi
dengan cara memukul garpu tala menggunakan subyek mampu mendengar
bunyi sampai sejauh 7.4 meter. Hal ini menunjukkan telinga subyek masih
normal dan kemampuan mendengar bunyi berbeda-beda tergantung
individunya.
Lalu saat praktikum pengahantaran suara dilakukan ketika tangkai
garpu tala diletakkan diantara dua gigi atas bawah, sumber suara berasal dari
atas. Untuk perlakuan salah satu telinga yang di tutup, sumber bunyi berasal
dari kiri apabila telinga kanan yang ditutup. Jika kedua telinga yang di tutup
maka tidak terdengar sumber bunyi dari manapun, dan jika garpu tala
didekatkan pada telinga maka bunyi akan terdengar dengan jelas. Hal ini
menunjukkan bahwa sumber suara akan cepat dihantarkan ke reseptor
pendengaran melalui udara sesuai tempat asal suara sehingga ketika telinga
dibuka suara akan terdengar jelas.
Kelelahan pendengaran
Ketika garpu tala didekatkan ke telinga praktikan, maka suara akan
terdengar selama 12 detik (kanan) dan 10 detik (kiri). Jika garpu tala
dijauhkan dari telinga tidak akan terdengar apapun. Setelah itu garpu tala
didekatkan lagi ke telinga praktikan, ternyata bunyi hanya terdengar selama
10 detik.

Keseimbangan
Pada uji kesetimbangan ini subyek berdiri tegak dengan mata terbuka
subyek tetap bertahan pada posisi awal, sedangkan saat mata subyek tertutup
keseimbangan tubuhnya berkurang dan subyek berpindah dari posisi awal.
Tes Romberg
Uji selanjutnya yaitu tes Romberg. Subyek dalam tes ini berdiri tegak
dengan kedua kaki merapat dan tangan di samping tubuh. Kemudian diamati
goyangan tubuh dari subyek. Berdasarkan pengamatan, diketahui pada
beberapa saat, awalnya tubuh subyek masih seimbang dan belum ada
goyangan. Namun, beberapa saat kemudian tubuh subyek bergoyang dengan
intensitas yang sangat rendah.
Setelah subyek diistirahatkan sejenak, uji dilanjutkan dengan subyek
menutup mata, kedua kaki merapat, dan tangan di samping tubuh.
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa dari awal perlakuan subyek sudah
hilang keseimbangannya dan tubuhnya bergoyang dengan intensitas yang
lebih tinggi daripada saat mata subyek terbuka.
Kanalis semisirkularis
Pada pengamatan kanalis semisirkularis, sensasi yang terjadi pada
subyek setelah diberi perlakuan pemutaran kursi kemudian dihentikan tibatiba dengan posisi duduk diatas kursi dengan kaki bertumpu di sandaran kaki
berturut-turut normal dan pusing.
Apparatus vestibular
Pada pengamatan apparatus vestibular dilakukan beberapa perlakuan.
Pertama subyek berdiri tegak dengan kaki rapat dan mata tertutup, pada saat
ini keadaan tubuh subyek yang diamati dalam keadaan seimbang. Kedua
tubuh subyek diputar ke kanan 10 kali, hasilnya tubuh subyek mulai tidak
seimbang, kemudian mata subyek dibuka perlahan dan diamati hasilnya mata
tidak bisa fokus lurus kedepan, dan terakhir subyek dimunta berjalan lurus
kedapan dan hasilnya subyek berjalan sempoyongan
G. Pembahasan
Uji beda dua titik

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum sensasi indera bagian


uji pembeda dua titik diketahui bahwa daerah yang penempatan ujung
jarumnya lebih dekat namun tetap terasa terpisah merupakan area yang lebih
sensitif. Berdasarkan percobaan dapat diurutkan daerah yang kepekaannya
paling tinggi hingga yang paling rendah sebagai berikut, ujung jari, sisi
hidung, belakang leher, dan yang terakhir punggung lengan.
Hal ini menunjukkan bahwa pada pada keempat daerah tersebut peka
terhadap stimulus berupa sentuhan. Berdasarkan keempat daerah yang diuji
tersebut diketahui bahwa ujung jari memiliki kepekaan atau sensitivitas
paling tinggi terhadap rangsang sentuhan. Tortora (1984) menyatakan bahwa
sensasi tersebut merupakan sensasi yang memiliki reseptor sederhana.
Reseptor ini terdiri dari dendrite dari neuron sensoris yang terbungkus kapsul
dari epithelium atau jaringan konektif. Reseptor ini terdiri dari dendrite dari
neuron sensoris yang terbungkus kapsul. Badan meissner ini terletak di dalam
dermis tepat di bawah epidermis dan diduga merupakan mekanosreseptor
yang merespon terhadap sentuhan ringan. Sebab di semua bagian tubuh yang
sangat sensitif terhadap sentuhan ringan banyak dijumpai badan meissner.
Dua titik yang dirasakan itu diakibatkan stimulus yang diberikan
hanya satu yang tepat mengenai reseptor. Apabila jarak dua titik yang
terdeteksi pendek berarti jarak antara dua reseptor juga pendek. hal ini
menunjukkan bahwa pada daerah tersebut mengandung banyak reseptor
sehingga sensitifitasnya tinggi. Sebaliknya, jika jarak dua titik yang terdeteksi
jauh berarti jarak antara dua reseptor juga jauh. Sehingga rangsangan yang
diterima hanya terasa satu titik saja. Hal ini menunjukkan bahwa pada daerah
tersebut mengandung reseptor yang sedikit sehingga sensitifitasnya rendah.
Penentuan reseptor sentuh
Penentuan reseptor sentuh dilakukan dengan menggambar 25 petak
yang dibuat pada punggung lengan, subyek mengalami sensasi sentuhan pada
beberapa petak. Hal ini menunjukkan bahwa pada petak-petak yang dibuat
tersebut terdapat reseptor sentuhan yang memang letaknya tersebar. Menurut

Basoeki (2000), untuk terjadi sensasi harus ada rangsang harus ada reseptor,
impuls harus dihantarkan sepanjang jalur saraf dari sensori ke otak, bagian
otak yang menerima harus menerjemahkan impuls untuk menjadi sensasi.
Apabila salah satu dari itu tidak ada, maka stimulus tidak akan dirasakan.
Adanya beberapa petak yang tidak dirasakan stimulusnya kemungkinan
disebabkan stimulus yang diberikan kurang, sehingga sensasi sentuhan
kurang terasa.
Penentuan Reseptor Sakit
Dari data diketahui bahwa dari 25 petak bagian yang mengalami
sensasi sakit mirip dengan sensasi sentuhan. Reseptor sakit bekerja di setiap
jaringan tubuh. Reseptor ini distimulasi oleh berbagai stimulus. Menurut
Tortora (1984) rasa sakit somatic merupakan rasa sakit dengan daerah
stimulus terdapat di kulit yang biasa disebut superficial somatic pain atau
reseptor terdapat di otot tendon yang disebut deep somatic pain. Data yang
diperoleh menunjukkan ada beberapa petak yang tidak merasakan sensasi
sakit, titik tersebut kemungkinan tidak terbentuk karena tidak tepat mengenai
superficial somatic pain.
Penentuan proprioreseptor
Berdasarkan hasil pengamatan, setelah menuliskan huruf X pada
papan tulis kemudian menutup mata dan membuat titik yang sedekat mungkin
dengan bagian tengah huruf X pada ulangan 1 adalah 2,3 cm, pada ulangan 2
adalah 1 cm, dan pada ulangan ketiga adalah 2,8 cm. Persentase atau tingkat
keberhasilan subyek menunjuk jari tengah adalah 30% dan keberhasilan
subyek menunjuk hidung dengan mata tertutup adalah 60%.
Keberhasilan subyek menyentuh jari tengah dan ujung hidung
dipengaruhi oleh propioreseptor. Propioreseptor mengatur aktivitas otot,
tendon, dan sendi. Propioreseptor menyebabkan bisa mengetahui posisi dan
perpindahan anggota badan tanpa melihat, sehingga meskipun subyek dalam
keadaan mata tertutup subyek masih dapat menunjuk sesuatu dengan tepat
(Anthony, 1983). Dengan demikian Percobaan ini menunjukkan bahwa

sensasi kinestetik memudahkan pengulangan kegiatan tertentu yang


melibatkan koordinasi perototan.
Bintik Buta
Benda yang terkena cahaya akan membiaskan cahayanya melalui
kornea dan diteruskan ke aqeus humor, pupil, lensa mata, vitrous humor,
kemudian retina. Cahaya yang masuk ke bagian bintik kuning retina akan
mengenai sel-sel batang dan kerucut. Sel kerucut sebagai fotoreseptor yang
peka cahaya akan menangkap rangsang dan mengubahnya menjadi impuls
yang dihantarkan ke saraf optik ke otak besar bagian belakang (lobus
oksipitalis). Pada lobus oksipitalis ini terjadi asosiasi berupa kesan melihat
benda
Pembiasan cahaya dari suatu benda akan membentuk bayangan benda
jika cahaya tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, karena cahaya
yang jatuh pada bagian ini akan mengenai sel-sel batang dan kerucut yang
meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik meneruskannya ke otak
sehingga terjadi kesan melihat. Sebaliknya, bayangan suatu benda akan tidak
nampak, jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian
bintik buta pada retina (Tortora, 1984).
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terdapat perbedaan
jarak hilangnya tanda lingkaran pada waktu pengamatan. Hal ini dikarenakan
bayangan suatu benda tidak nampak pada jarak tertentu, karena pembiasan
cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina.
Bayangan akan nampak jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut
jatuh di bagian bintik kuning pada retina(Tortora, 1984).
Proyeksi Binokular
Manusia pada saat melihat suatu benda, kedua bola matanya akan
terfokus pada satu benda tersebut. Keadaan demikian disebut single binocular
vision. Single binocular vision adalah kemampuan mengarahkan cahaya dari
suatu benda agar jatuh pada titik-titik sesuai pada retina kedua mata. Bila kita
melihat benda yang relatif jauh, maka cahaya yang datang melewati pupil
akan dapat langsung sampai ke titik sesuai pada kedua retina mata tanpa
menggerakkan kedua bola mata ke medial sebab cahaya yang datang relatif

sejajar. Bila benda kita dekatkan ke mata, agar bayangan jatuh pada titik
sesuai, maka kedua bola mata harus diputar ke arah medial (konvergensi bola
mata) (Soewolo, 2005).
Percobaan binokuler dilakukan dengan melihat 2 lubang yang dibuat
pada karton dengan jarak antar lubang sama dengan jarak kedua pupil.
Kemudian karton didekatkan perlahan-lahan

pada mata dan dari hasil

pengamatan, pada jarak 6 cm lubang terlihat 1. Jarak kedua pupil juga 6 cm.
Dari hasil pengamatan, saat mata kanan ditutup lubang terlihat 1 tetapi pada
saat mata kiri ditutup, lubang yang terlihat tetap 2. Penggunaan salah satu
mata pada proses penglihatan dapat menyebabkan daya akomodasi berlebih
dan bayangan tidak bisa terfokuskan pada retina, serta terjadi Perbedaan
kelainan refraksi antara mata kanan dan kiri bisa ringan sampai (Tortora,
1984). Untuk dapat melakukan penglihatan binokuler harus dengan syarat di
antaranya: tidak terdapat kelainan posisi bolamata (Deviasi Manifes), tidak
terjadi perbedaan magnifikasi pada retina, tidak terdapat kelainan akomodasi,
tidak terdapat kelainan patologis.

Pentingnya Penglihatan Binokular


Pada pengamatan selanjutnya yaitu pentingnya penglihatan binokular
ketika subyek menutup salah satu mata sambil memegang sebatang pensil
lalu memasukkan tabung reaksi hasilnya hanya satu kali subyek berhasil
memasukkan pensil kedalam tabung reaksi. Jadi peluang yang didapatkan
dalam 10 kali ulangan hanya 10%. Menurut Basoeki (1988), hal ini, terjadi
karena pada waktu mata subyek ditutup salah satu, maka permukaan refraktif
mempunyai daya bias yang kurang memadai untuk membelokkan cahaya
yang tingkatannya mencukupi untuk memfokuskannya sebagai titik yang
jelas pada retina, sehingga focus penglihatan subyek menjadi berkurang.
Selain itu, mata akan lebih cepat mengalami kelelahan dalam melihat bila
dibandingkan kedua mata terbuka. Penglihatan binokuler bertujuan untuk
mempertajam obyek yang dilihat mata, untuk mendapatkan satu kesatuan dari
kedua mata, karena mata normal memiliki permukaan refraktif daya bias yang

memadai untuk membelokkan cahaya yang tingkatannya mencukupi untuk


memfokuskannya sebagai titik yang jelas pada retina.
Dominansi Mata
Pada praktikum dominansi mata, subjek diminta memandang sebuah
obyek pandang yang jauh, kemudian teman yang lain meletakkan sebuah
pensil antara obyek pandang dengan mata sehingga mata, pensil dan obyek
pandang berada pada satu garis lurus. Pada hasil pengamatan ini, saat kedua
mata terbuka tampak pensil dan obyek pandang terletak pada satu garis lurus.
Setelah menutup mata kiri, obyek pandang terlihat miring ke kanan sejauh 2
cm, sedangkan pada saat mata kiri dibuka dan mata kanan ditutup obyek
pandang terlihat 2 cm miring ke kiri sedangkan pensil terlihat berada di
samping kanan obyek. Hal ini berarti dominansi mata terletak pada kedua
mata, karena baik mata kiri dan kanan dapat menfokuskan pada bintik kuning
tanpa harus dilakukan bersamaan. Jika salah satu mata dominan hasilnya
ketika salah mat tertutup hanya salah satu mata yang dapat difokuskan untuk
melihat obyek pandang hal ini sesuai dengan Tortora, (1984) bahwa
bergesernya obyek saat munutup salah satu mata disebabkan adanya
dominansi mata cahaya jatuh pada mata sebelah kanan akan tampak pada
setengah temporal dari retina pada mata kanan dan setengahnya pada
setengah nasal dari retina pada mata kiri. Sedangkan apabila cahaya jatuh
pada sebelah kiri akan nampak setengah temporal dari retina pada mata kiri
dan setengahnya pada setengah nasal dari retina pada mata kanan.
Selain itu hal ini dikarenakan pembentukan bayangan pada retina yang
bersangkutan dengan pemfokusan cahaya. Bila cahaya merambat dari
medium transparan misalnya udara ke medium transparan kedua yang
kerapatannya berbeda, misalnya air maka cahaya akan dibelokkan. Dalm
keadaan demikian dikatakan cahaya mengalami refraksi. Mata memiliki 4
media lurus dari udara yang masuk mata akan direfraksi pada titik berikut: 1.
Pada permukaan anterior kornea, begitu cahaya berpindah dari udara yang
lebih renggang ke kornea yang lebih rapa;2. Pada permukaan posterior
kornea, begitu cahaya berpindah dari kornea ke aqueus humor yang kurang
rapat; 3. Pada permukaan anterior lensa, begitu cahaya berpindah dari kornea

ke aqueus humor ke lensa yang lebih rapat; 4. Pada permukaan poterior lensa,
begitu cahaya berpindah dari lensa ke vitreus humor ke lensa yang kurang
rapat (Soewolo, 2005)
Dalam praktikum pembau (Adaptasi Olfaktori), praktikan menghitung
berapa waktu yang dibutuhkan oleh praktikan mengalami ketidak pekaan
(kelelahan) pembau atau yang disebut dengan Olfactor Fatigue Times (OFT)
dan waktu yang dibutuhkan oleh praktikan untuk kesembuhan pembau atau
yang disebut Olfactor Recovery Times (ORT) (Subowo.1992). Sumber bau
yang digunakan berasal dari minyak angin freshcare. Hasil praktikum
menunjukkan praktikan mengalami OFT pada 3.40 detik. Jika dibandingkan,
waktu yang dihasilkan untuk menghilangkan bau berbeda-beda pada setiap
praktikan. Hal ini disebabkan karena kepekaan indera pembau pada tiap orang
berbeda.
Benda kimia yang dapat menstimulasi sel saraf dalam hidung adalah
substansi yang dapat larut dalam zat cair (lendir) yang terdapat pada cilia
yang menutupi sel tersebut. Makin berbau suatu substansi, maka hal tersebut
menunjukkan bahwa makin banyak molekul yang dapat larut dalam air dan
lemak (konsentrasi penguapannya tinggi) (Campbell.2004).
Reseptor olfaktori hanya mampu berfungsi selama 35 hari. Bila mati,
baik karena sebab yang alami, maupun karena kerusakan fisik, maka reseptor
tersebut akan digantikan oleh reseptor-reseptor baru yang axonnya akan
berkembang ke lapisan olfactory bulbs yang akan dituju, dan bila telah
sampai pada lapisan yang dimaksud, mereka akan memulihkan koneksi
sinapsis yang terputus (Puspiwati,1999).
Dalam percobaan indra pengecap, letak rasa pada lidah sebagian
tidak sesuai dengan teori, karena disebabkan oleh beberapa factor, antara lain
kondisi tubuh yang kurang sehat (sakit) sehingga biasanya semua rasa akan
terasa pahit, dan sisa rasa makanan yang sebelumnya masih tertinggal dilidah
sehingga rasa bercampur dengan rasa makanan sebelumnya. Kuncup rasa
manis, asam, asin, gurih, pahit memang ada disemua bagian lidah, tapi
intensitasnya banyaknya kuncup rasa berberda-beda. Dalam percobaan ini
kuncup rasa pada lidah praktikan yang paling banyak adalah kuncup rasa

manis. Kuncup pengecap tergolong kemoreseptor yang menerima rangsangan


zat-zat kimia dalam makanan yang kita makan. Zat-zat kimia tersebut
mencapai kuncup pengecap melalui pori pengecap (taste pores). Kuncup
pengecap akan merespon kepada empat dasar yaitu: manis, asam, pahit, dan
asin. Permukaan lidah terbagi atas empat daerah yaitu pangkal lidah sensitif
terhadap pahit, bagian kanan dan kiri sensitif terhadap asam, bagian depan
sensitif terhadap asin, dan bagian unjung lidah sensitif terhadap rasa manis
(Soewolo,dkk.2003).
Dalam percobaan pengecap dan pembau, ketika sebelum dan
sesudah ditutup hidungnya lalu diperintahkan untuk mengunyah bahan berupa
wortel, bawang merah, kentang, dan apel praktikan masih bisa menebak rasa
bahan yang dicobakan. Praktikan tidak bisa membau jenis makanan tersebut,
tapi bisa merasakannya. Hal ini mungkin dikarenakan sedang sakit dan bahan
yang dipakai sebagai percobaan baunya kurang menyengat.
Menurut Soewolo,dkk (2003) pembau dan pengecap saling bekerja
sama, sebab rangsangan bau dari makanan dalam rongga mulut dapat
mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori. Keadaan ini
akan terganggu ketika kita sakit pilek, di mana hubungan antara rongga
hidung dan rongga mulut terganggu, sehingga uap makanan dari makanan di
mulut tidak dapat mencapai rongga hidung dan makanan seakan-akan
kehilangan rasanya.
Pada praktikum ketajaman pendengaran terhadap sumber bunyi, jarak
terjauh bunyi yang dapat didengarkan adalah pada jarak 7.4 meter.
Berdasarkan teori tempat, setiap frekuensi akan mengaktivasi membran
basilar pada sel-sel rambut yang ada dalam satu lokasi. Membran basilaisr
bekerja layaknya dawai-dawai piano (Dellmann.1992). Berarti membrane
basilaris pada telinga praktikan mampu menerima frekuensi bunyi pada jarak
7.40 meter, dan kemampuan ini berbeda-beda pada tiap praktikan.
Selanjutnya pada praktikum penghantaran suara, ketika praktikan
diberikan sumber suara dari getaran garpu tala yang diletakkan di sebelah atas
kepala maka sumber bunyi berasal dari atas. Begitu juga ketika ketika salah
satu telinga (kiri) di tutup, maka sumber bunyi berasal dari kanan, dan ketika

telinga ditutup tidak terdengar apapun. Apabila sumber bunyi didekatkan


pada telinga akan terdengar jelas. Dalam praktikum ini praktikan agak
kesulitan menemukan sumber bunyi.
Teori mengenal sumber bunyi menyatakan bahwa bunyi yang datang
dari suatu sumber yang ada didalam bidang meridian yang melalui tubuh
manusia dan terdapat dimuka, diatas, ataupun dibelakangnya akan mencapai
telinga dalam waktu bersamaan. Apabila sumber bunyi berada disebelah kiri,
maka telinga kiri yang dahulu mendengarnya. Oleh karena itu timbul kesan
bahwa sumber bunyi itu datang secara terus menerus pada waktu yang sama
pada kedua tellinga kita, kita akan kesulitan menentukan sumber bunyi
(Dellman.1992).
Pada percobaan ini menggunakan garpu tala sebagai alat untuk
membuktikan bahwa transmisi melalui udara lebih baik daripada melalui
tulang. Semakin berat garpu tala akan semakin jelas terdengar bunyinya.
Penghantaran lewat udara lebih baik daripada lewat tulang. Penghantaran
lewat udara dinamakan aerotymponal sedangkan penghantaran lewat tulang
dinamakan craniotymponal (Wijaya.2007).
Berikutnya pada praktikum kelelahan pendengaran ketika garpu tala
didekatkan ke telinga praktikan, maka suara akan terdengar selama 12 detik
(kanan) dan 10 detik (kiri). Jika garpu tala dijauhkan dari telinga tidak akan
terdengar apapun. Setelah itu garpu tala didekatkan lagi ke telinga praktikan,
ternyata bunyi hanya terdengar selama 10 detik. Hal ini terjadi karena telinga
mengalami suatu kelelahan.
Sumber bunyi mempunyai frekuensi getaran berbeda-beda mulai dari
frekuensi rendah sampai tinggi. Pada telinga terdapat membrane basilaris
yang menerima bunyi dengan getaran yang bervariasi. Pada membran
basilaris di dekat jendela lonjong berfungsi menerima dan merespon getaran
frekuensi tinggi. Di bagian tengah berfungsi menerima getaran frekuensi
sedang, dan yang paling ujung berfungsi menerima getaran rendah
(Soewolo,dkk.2003).
Suara pelan hanya mengaktivasi beberapa neuron, sedangkan suara
yang kencang dapat mengaktivasi lebih banyak neuron. Oleh karena itu, pada

frekuensi rendah, impuls frekuensinya akan menandakan tinggi nada dan


jumlah

penembakan

neuron

akan

menandakan

kenyaringannya

(Bevelander.1988). Sehingga ketika telinga mendengar suara yang jelas,


kemudian suara rendah, dan diberi suara tinggi lagi telinga akan sulit
mendengar suara karena membran basilaris telinga lelah akibat pergantian
bunyi yang mendadak sehingga neuron yang diaktifkan hanya sedikit.
15. Keseimbangan
Pada uji kesetimbangan ini subyek berdiri tegak dengan mata terbuka
subyek tetap bertahan pada posisi awal, sedangkan saat mata subyek tertutup
keseimbangan tubuhnya berkurang dan subyek berpindah dari posisi awal.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada saat subyek memejamkan
mata, keseimbangan subyek berkurang. Tortora (1984) dan Soewolo (2003)
menyebutkan bahwa saat kita diam alat keseimbangan yang berfungsi adalah
alat keseimbangan statis yang berupa macula akustika yang terletak di dalam
sakulus dan utrikulus. Soewolo (2003) bila seseorang dalam posisi tegak,
maka rambut sel reseptor dalam utrikulus berorientasi vertical dan rambut sel
reseptor dalam sakulus berorientasi horizontal. Alat keseimbangan inilah yang
memberikan informasi tentang posisi kepala pada saat diam. Apabila salah
satu mata dari subyek ditutup maka orientasi sel reseptor dalam utrikulus dan
sakulus akan terganggu dan akan berubah arah sehingga mengakibatkan
posisi tubuh tidak seimbang.
Tes Romberg
Uji selanjutnya yaitu tes Romberg. Subyek dalam tes ini berdiri tegak
dengan kedua kaki merapat dan tangan di samping tubuh. Kemudian diamati
goyangan tubuh dari subyek. Berdasarkan pengamatan, diketahui pada beberapa
saat, awalnya tubuh subyek masih seimbang dan belum ada goyangan. Namun,
beberapa saat kemudian tubuh subyek bergoyang dengan intensitas yang sangat
rendah.
Setelah subyek diistirahatkan sejenak, uji dilanjutkan dengan subyek
menutup mata, kedua kaki merapat, dan tangan di samping tubuh. Berdasarkan
pengamatan diketahui bahwa dari awal perlakuan subyek sudah hilang

keseimbangannya dan tubuhnya bergoyang dengan intensitas yang lebih tinggi


daripada saat mata subyek terbuka.
Uji ini demikian halnya dengan uji keseimbangan sebelumnya saat diam alat
keseimbangan yang berperan adalah alat keseimbangan statis. Alat keseimbangan
inilah yang memberikan informasi tentang posisi kepala pada saat diam. Apabila
salah satu mata dari subyek ditutup maka orientasi sel reseptor dalam utrikulus
dan sakulus akan terganggu dan akan berubah arah sehingga mengakibatkan tubuh
subyek tidak seimbang
Kanalis semisirkularis dan apparatus vestibular
Pada pengamatan dengan memberikan sensasi untu merangsang kanalis
semisirkularis dan apparatus vestibular berpengaruh pada keseimbangan tubuh.
Kedua perlakuan yang diberikan mengakibatkan keseimbangan tubuh berkurang
atau bisa dikatakan tidak seimbang. Berdasarkan Sistem keseimbangan manusia
bergantung kepada telinga dalam, mata, dan otot dan sendi untuk menyampaikan
informasi yang dapat dipercaya tentang pergerakan dan orientasi tubuh di dalam
ruang. Jika telinga dalam atau elemen sistem keseimbangan lainnya rusak, dapat
menyebabkan vertigo, pusing, ketidakseimbangan dan gejala lainnya (Soepardi,
2008). Rasa keseimbangan kita dikontrol oleh sinyal ke otak dari 3 sistem
sensoris:
1. Mata
2. Sensor pergerakan di kulit, otot dan sendi
3. Telinga dalam (sistem vestibuler): organ keseimbangan pada telinga dalam
yang

disebut

sistem

verstibuler.

Termasuk

diantaranya

kanalis

semisirkularis yang bereaksi terhadap rotasi kepala. Dekat dengan kanalis


semisirkularis adalah utrikulus dan sakulus yang mendeteksi gravitasi dan
gerak maju mundur (Ballenger, 1997).
Keseimbangan yang baik bergantung pada setidaknya dua dari tiga
sistem sensoris yang bekerja dengan baik. Jika satu sistem tidak bekerja,
sinyal dari input dua sensoris lainnya menjaga kita tetap seimbang.
Bagaimanapun, jika otak tidak dapat memproses sinyal dari semua sistemsistem ini, atau jika pesan-pesan kontradiksi atau tidak berfungsi semestinya,
kita akan merasakan perasaan kehilangan keseimbangan. Pada kedua
pengamatan ini ketidakseimbangan terjadi karena sensasi yang diberikan pada

apparatus vestibular dan kanalis semisirkularis mempengaruhi keadaan mata


sehingga mata tidak dapat menyampaikan informasi akibatnya mata tidak bisa
fokus ketika diamati dalam keadaan telah diberi perlakuan sensasi dengan
memutar kursi kemudian dihentikan dan diputar tubuhnya dengan posisi
berdiri.
H. Kesimpulan

Berdasarkan keempat daerah yang diuji tersebut diketahui bahwa ujung


jari memiliki kepekaan atau sensitivitas paling tinggi terhadap rangsang

sentuhan.
Berdasarkan uji penentuan reseptor sentuh, diketahui bahwa bahwa pada
petak-petak yang dibuat tersebut terdapat reseptor sentuhan yang letaknya

tersebar.
Berdasarkan uji penentuan reseptor sakit diketahui bahwa reseptor sakit

bekerja di setiap jaringan tubuh


Berdasarkan uji propioreseptor diketahui bahwa propioreseptor berperan
dalam aktivitas otot, tendon, dan sendi. Propioreseptor menyebabkan bisa
mengetahui posisi dan perpindahan anggota badan tanpa melihat, dan
sensasi kinestetik memudahkan pengulangan kegiatan tertentu yang

melibatkan koordinasi perototan.


Ketika hidung diberi stimulus bau terus menerus, maka kepekaan hidung
akan berkurang dan bahkan tidak dapat mencium bau. Hal ini disebabkan
karena reseptor olfaktori pada hidung mengalami kelelahan atau yang
disebut Olfactor Fatigue Times (OFT). Setelah hidung diistirahatkan baru
hidung mendapat kesembuhan pembau atau yang disebut Olfactor

Recovery Times (ORT).


Kuncup pengecap pada lidah mampu merasakan empat rasa yaitu: manis,
asam, pahit, dan asin. Permukaan lidah terbagi atas empat daerah yaitu
pangkal lidah mengecap pahit, bagian kanan dan kiri mengecap asam,
bagian depan mengecap asin, dan bagian ujung mengecap rasa manis.
Keadaan dimana tidak sesuai dengan aslinya dikarenakan subyek yang
sedang sakit atau kurang sehat.

Pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari
makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima

oleh reseptor olfaktori. Keadaan ini akan terganggu ketika kita sakit pilek.
Membran basilaris pada telinga mampu menerima frekuensi bunyi pada

jarak tertentu, dan kemampuan ini berbeda-beda pada tiap orang.


Sumber bunyi yang berasal dari manapun akan terdengar hampir sama,

tergantung dari mana tempat terdekat bunyi tersebut dirambatkan.


Bunyi lebih cepat dihantarkan melalui udara daripada lewat tulang (benda

padat)
Ketika telinga diberi getaran yang tinggi, lalu diberi getaran rendah, dan
diberi getaran tinggi lagi kepekaan telinga akan berkurang. Hal ini terjadi
karena telinga mengalami kelelahan
o Berdasarkan uji keseimbangan yang dilakukan diketahui bahwa
saat diam, tubuh dijaga keseimbangannya oelh alat keseimbangan
statis. Namun, alat ini akan terganggu fungsinya jika mata tertutup,
o Demikian halnya dengan uji keseimbangan ini tes Romberg juga
untuk mengetahui bahwa mata yang tertutup juga mempengaruhi
keseimbangan.

Daftar referensi
Anthony, Chaterine P, dan Gary A.T. 1983. Anatomy And Physiology. London:
The C.V Mosby Company.
Asiah, Soesi. Tanpa tahun. Mekanisme SensorisdanPersepsi SertaAnatomOi rganorgan

sensoris.

Online

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul

/psikologi_faal/bab6_mekanisme_sensoris_dan_persepsi_serta_anatomi
_ organ_organ_sensoris.pdf diakses pada 20 September 2014
Ballenger, JJ.1997.Fisiologi Sistem Auditori dan Vestibuler; Penyakit Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. J. Jakarta: Binarupa Aksara
Basoeki, S. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi Dan Fisiologi Manusia. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Bevelander, Gerrit & Judith A. Ramaley. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Ed ke-8
Terjemahan Wisnu Gunarso. Jakarta: Erlangga.
Champbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Penerbit Erlangga
Dellmann, Dieter & Esther M. Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Ed
ke-3.Terjemahan Hartono. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Puspitawati, Ira. 1999. Psikologi Faal. Jakarta: Penerbit Gunadarma.
Soepardi, EA dkk.2008.Gangguan Keseimbangan dan Kelumpuhan Nervus
Fasialis; Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala & Leher, edisi keenam. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI

Soepardi, EA dkk.2008.Gangguan Keseimbangan dan Kelumpuhan Nervus


Fasialis; Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala & Leher, edisi keenam. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI
Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.
Subowo. 1992. Histologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.
Tortora, Gerald, Dan Nicholas. P.A. 1984. Principles Of Anatomy And Physiology.
New York: D Van Nostran Company.
Waiman, E., Soedjatmiko, Gunardi, H., Sekartini, R., dan Endyarni B. 2011.
Sensori integrasi: Dasar dan Efektifitas Terapi. Sari Pediatri
2011;13(2):129-36.
Wijaya, Jati. 2007. Aktif Biologi 2A. Jakarta : Penerbit Ganeca Exact

Lampiran Data Sementara.

Anda mungkin juga menyukai