Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sensasi indra umum yang meliputi reseptor jalur sederhana
yaitu sensasi taktil (sentuhan, tekanan), sensasi sakit, dan sensasi
propioseptif
2. Mengetahui sensasi indra khusus yang meliputi sensasi olfaktori (pembau),
sensasi gustatory (pengecap), sensasi visual (pengelihatan), sensasi
auditori (pengengaran), sensasi equilibrium (orientasi tubuh)
B. Dasar Teori
Persepsi terhadap lingkungan eksternal ditentukan oleh mekanisme
fisiologis yang terlibat dalam pemrosesan informasi yang dtransmisikan oleh
serabut saraf ke otak dari berbagai reseptor yang terletak di seluruh tubuh
(Anderson, 1996). Menurut soewolo (2003) sensasi merupakan interpretasi
otak terhadap impuls yang datang dari saraf sensorik. Sensasi indera pada
manusia diekspresikan dan dikendalika oleh pusat sensori tubuh secara
konstan. Sensasi yang ada sangat diperlukan untuk menanggapi atau
merespon rangsangan yang ada di lingkungan.
Sensasi berdasarkan jalur saraf dan reseptornya yang terlibat dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu jalur sederhana dan jalur kompleks.
Sensasi umum melibatkan reseptor dan jalur saraf sederhana misalnya sensasi
taktil (sentuhan), sensasi termoreseptif, sensasi sakit, dan sensasi poprioseptik
(kesadaran akan aktivitas otot). Sensasi khusus melibatkan reseptor dan jalur
saraf kompleks, misalnya sensasi olfaktori, gustatori, visual, auditori, dan
sensasi equilibrium (basoeki, 1999).
Kulit memiliki reseptor yang tersebar tidak merata di permukaan tubuh,
beberapa bagian kulit memiliki reseptor yang padat dan bagian lain hanya
sedikit atau jarang. Permukaan tubuh yang memiliki sedikit reseptor
cenderung tidak peka, sedangkan permukaan dengan banyak reseptor sangat
peka (basoeki, 1999).
Sistem olfactori (pembau) dan gustatori (perasa) disebut sensasi kimiawi
karena fungsinya memonitor substansi-substansi kimiawi dari lingkungan
diluar tubuh. Tanggungjawab sistem pembau adalah mengindikasikan
susunan saraf pusat, kemudian diolah menjadi suatu sensasi berupa bayangan
tunggal. Syarat penglihatan binokuler adalah visus yang baik, kerja otot otot
ekstrinsik yang normal, dan susunan saraf pusat yang tidak ada kelainan.
Dengan penglihatan binokuler, seseorang dapat menentukan atau merasakan
jarak.
Indra pendengaran adalah telinga yang berfungsi sebagai pengindera
bunyi. Reseptornya adalah Organum Spirale pada Organum Vestibulo
Cochlearis (sebagaimekanoreseptor atau interoceptive sensory system yang
merupakan lawan dari exteroceptive sensory system). Bentuk reseptornya
berupa sel-sel indera yang ujungnya berbulu, dan ujung lainnya berupa
dendrit bipoler. Sel-sel indera yang menyebar di sepanjang membrane
basiliaris memiliki kepekaan yang berbeda beda. Sistem pendengaran ini
mengacu pada konsep tonotopic
merupakan
somatosensorik
(visual,
integrasi
vestibular,
yang
kompleks
proprioceptive)
dari
dan
system
motorik
ijuk
penggaris
meteran
pensil
pinset
jarum pentul
batang pengaduk
timer
tabung reaksi
gelas ukur
pisau
spidol
kursi putar
kertas manila
air
gula pasir
laturan kina
wortel
kentang
bawang merah
larutan nutrisari
D. Langkah kerja
Langkah kerja dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Pembeda Dua Titik
3.
4. Menentukan Propioreseptor
5. Bintik Buta
6.
Proyeksi Binokular
8. Dominansi Mata
9. Adaptasi olfaktori
10. Reseptor Gustatori (Pengecap)/ Mengenali zona Pengecap
15. Keseimbangan
Sentuhan
dirasakan
1
jarum 2
jarum
Ujung jari
Sisi hidung
Punggung
pentul
-
pentul
0,1
0,1
0,1
1
1
4
lengan
Belakang
0,3
1,5
leher
10
11 12
13
14 15
16 17
18
19 20
21 22
23
24 25
1
6
11
16
21
2
7
12
17
22
3
8
13
18
23
4
9
14
19
24
5
10
15
20
25
Keterangan:
= reseptor yang dapat merasakan sentuhan (1,3,6,14,19,23)
= reseptor yang dapat merasakan sakit(1,3,6,7,9,10,14,16,19,23,24,25)
Kesimpulanya reseptor rasa sakit dan sentuhan identik
U1
U2
U3
jari
Tepat
Tidak
menunjuk hidung
tepat
Tidak
2,3
2,8
tepat
7
tepat
4
5 cm
11 cm
X
Mata Kanan X , O disisi kIRI (O,X) (tetap terlihat)
Mata kanan tetap X dengan posisi
X atas, O bawah
(tetap terlihat)
X
O
Tabel 6. Binokular
Perlakuan
Salah satu mata ditutup
Hasil
X
X
X
X
X
X
X
9
10
X
X
aroma hilang
Subjek bernafas denagn satu nostril 3,40 detik
dan menghembuskan nafas melalui
mulut
Tabel 10. Reseptor Gustatori (Pengecap)/ Mengenali zona Pengecap
Perlakuan
Bagian lidah
Butiran gula
Ujung lidah
Tetesan larutan Ujung lidah
gula
Kina
Garam dapur
Nutrisari
Ujung lidah
Ujung lidah
Ujung lidah
Sisi
samping
Watu
mulai Waktu
yang
merasakan
diperlukan
sensasi rasa
hingga
2 detik
1 detik
hilang
13 detik
9 detik
1 detik
1 detik
2 detik
0 detik
13 detik
23 detik
7 detik
2 detik
rasa
lidah
Tabel 11. Pengecap dan Pembau
Perlakuan
wortel
Nostril tertutup
Nostril terbuka
Dapat
merasakan Dapat
merasakan
kentang
(benar)
Dapat
(benar)
merasakan Dapat
(benar)
(benar)
merasakan
Bawang merah
Dapat
merasakan Dapat
(benar)
merasakan
(benar)
Hasil
7,4 meter
7,4 meter
kanan
Tidak terdengar
Terdengar
Telinga kiri
12 Terdengar selama
10
detik
selama
detik
2 Terdengar
selama
detik
mata terbuka
Berdiri tegak dengan Bertahan
salah
satu
kakai
mata tertutup
Tidak bertahan lama
mata terbuka
mata tertutup
Berdiri tegak dengan Tidak bergoyang pada Bergoyang sejak awal
kedua kaki meraapat awalnya
dan
kedua
tanagn menit
disamping tubuh
tetapi
pada
terakhir
bergoyang
Duduk
putas
diatas
dengan
bertumpu
Kursi
diputar
lalu
dihentikan tiba-tiba
pusing
kaki
pada
sandaran kaki
Tabel 18. Aparatus Vestibular
Perlakuan
lurus kedepan
Subyek berdiri tegak denagn kaki Tubuh seimbang
rapatdan mata tertutup
Tubuh subyek diputar ke kanan 10 Tidak dapat seimbang
kali
Mata subyek dibuka dan pengamat Mata tidak focus, berkedip-kedip
mengamati mata subyek
Subyek berjalan lurus kedepan
sempoyongan
F. Analisis Data
Uji Pembeda Dua Titik
Percobaan uji pembeda dua titik ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan sensitivitas dari beberapa bagian tubuh manusia. Percobaan
pertama dilakukan pada ujung jari. Jarak terpendek pertama yang diambil
sebagai acuan adalah 0,1 cm. Pada jarak ini kedua jarum masih dirasakan
seperti satu jarum. Kemudian, jarak tersebut ditambah beberapa kali hingga
jarak 1 cm. pada jarak ini, kedua jarum pertama kali dirasakan oleh ujung jari.
Berdasarkan percobaan didapatkan hasil, jarak terpendek ujung jari
merasakan dua ujung jarum (titik) adalah 1cm.
Selanjutnya ujung kedua jarum tersebut dikenakan pada sisi hidung.
Dalam hal ini juga menggunakan jarak pertama 0,1 cm untuk kedua ujung
jarum. Demikian halnya dengan ujung jari, jarak terdekat sisi hidung
merasakan dua ujung jarum pada jarak 1 cm. Kemudian, percobaan dilakukan
pada punggung lengan, dan jarak terdekat punggung lengan dapat merasakan
kedua ujung jarum adalah pada jarak 4 cm. Berbeda dengan percobaan yang
dilakukan pada punggung lengan, pada belakang leher jarak terdekat kedua
ujung jarum dirasakan adalah pada jarak 1,5 cm.
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum sensasi indera bagian
uji pembeda dua titik diketahui bahwa daerah yang penempatan ujung
jarumnya lebih dekat namun tetap terasa terpisah merupakan area yang lebih
sensitif. Berdasarkan percobaan dapat diurutkan daerah yang kepekaannya
paling tinggi hingga yang paling rendah sebagai berikut, ujung jari, sisi
hidung, belakang leher, dan yang terakhir punggung lengan
Penentuan reseptor sentuhan
Penentuan reseptor sentuh dilakukan dengan menggambar 25 petak
yang dibuat pada punggung lengan, subyek mengalami sensasi sentuhan pada
beberapa petak. Hal ini menunjukkan bahwa pada petak-petak yang dibuat
tersebut terdapat reseptor sentuhan yang memang letaknya tersebar.
Penentuan reseptor sakit
Penentuan reseptor sentuh dilakukan dengan menggambar 25 petak
yang dibuat pada punggung lengan, subyek mengalami sensasi sentuhan pada
beberapa petak. Hal ini menunjukkan bahwa pada petak-petak yang dibuat
tersebut terdapat reseptor sentuhan yang memang letaknya tersebar.
Penentuan proprioreseptor
Berdasarkan hasil pengamatan, setelah menuliskan huruf X pada papan
tulis kemudian menutup mata dan membuat titik yang sedekat mungkin
dengan bagian tengah huruf X pada ulangan 1 adalah 2,3 cm, pada ulangan 2
adalah 1 cm, dan pada ulangan ketiga adalah 2,8 cm. Persentase atau tingkat
keberhasilan subyek menunjuk jari tengah adalah 30% dan keberhasilan
subyek menunjuk hidung dengan mata tertutup adalah 60%.
Bintik buta
Berdasarkan pengamatan bintik buta yang dilakukan didapatkan data
bahwa pada berbagai perlakuan didapatkan hasil yang berbeda. Mata subyek
secara perlahan didekatkan dengan kertas yang bertuliskan huruf X O dengan
berbagai posisi yaitu mendatar, mendatar terbalik, tegak, dan tegak terbalik.
Hasilnya jarak tanda O menghilang dari pandangan subyek pada posisi
mendatar X O yaitu 5 cm. Ketika berada pada posisi mendatar terbalik yaitu
O X, tanda O tidak hilang dari pandangan walaupun pada jarak terdekat. Pada
pengamatan dengan posisi tegak yaitu O X pada jarak 11 cm tanda O
menghilang, dan pada posisi tegak terbalik yaitu X O tanda O tidak hilang
walaupun berada pada jarak terdekat.
Proyeksi binokular
Pada pengamatan proyeksi binokular, berdasarkan pengamatan ketika
salah satu mata ditutup dengan jarak antar pupil 6 cm hal yang terjadi adalah
tampak lubang sebelah kanan saat mata kiri ditutup. Pada pengamatan
selanjutnya yaitu pentingnya penglihatan binokular ketika subyek menutup
salah satu mata sambil memegang sebatang pensil lalu memasukkan tabung
reaksi hasilnya hanya satu kali subyek berhasil memasukkan pensil kedalam
tabung reaksi. Jadi peluang yang didapatkan dalam 10 kali ulangan hanya
10%.
Dominansi mata
Pada perlakuan dominansi mata, ketika sebuah pensil diletakkan segaris
dengan obyek pandang yang cukup jauh kemudian mata kiri tertutup, hal
yang terjadi yaitu kenampakan yang terlihat bergeser 2 cm ke kanan, dan
ketika mata kanan ditutup obyek pandang bergeser ke kiri.
Adaptasi olfaktori
Subyek diberi perlakuan dengan cara bernafas menggunakan satu
nostril dan menghembuskan napas lewat mulut, ketika subyek diberi aroma
maka aromanya menghilang pada 3.40 detik.
Reseptor gustatory
Ketika unjung lidah subyek diberi butiran gula, waktu yang di butuhkan
untuk mengecap adalah 2-13 detik sedangkan ketika diberi setetes larutan
gula waktunya 1-9 detik. Jika diberi larutan kina waktu untuk mengecap
sekitar 1-13 detik, dan garam dapur 1-23 detik. Namun, ketika diberi nutrisari
pada ujung lidah waktu untuk mengecap adalah 2-7 detik dan jika diberi
nutrisari disisi lidah waktunya 0-2 detik. Jadi kesimpulan sementara yang bisa
diambil yaitu bahwa pada ujung lidah memiliki reseptor pengecap manis,
sehingga ketika diberi gula sensasi manis yang dirasakan cukup lama, dan
ketika diberi kina dan garam dapur sensasi yang dirasakan hanya sebentar.
Demikian juga ketika diberi nutrisari pada ujung lidah waktunya hanya
sebentar dibandingkan ketika diberi pada sisi lidah karena pada sisi lidah
merupakan reseptor pengecap asam.
Pengecap dan pembau
Ketika subyek diberi perlakuan dengan nostril tertutup dan
diperintahkan untuk mengunyah dan merasakan bahan berupa wortel, bawang
merah, kentang, dan apel subyek masih bisa merasakannya dengan tepat sama
seperti ketika nostril terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa reseptor indera
pengecap tidak berhubungan dengan indera penciuman.
Ketajaman pendengaran
Selanjutnya untuk praktikum ketajaman pendengaran terhadap bunyi
dengan cara memukul garpu tala menggunakan subyek mampu mendengar
bunyi sampai sejauh 7.4 meter. Hal ini menunjukkan telinga subyek masih
normal dan kemampuan mendengar bunyi berbeda-beda tergantung
individunya.
Lalu saat praktikum pengahantaran suara dilakukan ketika tangkai
garpu tala diletakkan diantara dua gigi atas bawah, sumber suara berasal dari
atas. Untuk perlakuan salah satu telinga yang di tutup, sumber bunyi berasal
dari kiri apabila telinga kanan yang ditutup. Jika kedua telinga yang di tutup
maka tidak terdengar sumber bunyi dari manapun, dan jika garpu tala
didekatkan pada telinga maka bunyi akan terdengar dengan jelas. Hal ini
menunjukkan bahwa sumber suara akan cepat dihantarkan ke reseptor
pendengaran melalui udara sesuai tempat asal suara sehingga ketika telinga
dibuka suara akan terdengar jelas.
Kelelahan pendengaran
Ketika garpu tala didekatkan ke telinga praktikan, maka suara akan
terdengar selama 12 detik (kanan) dan 10 detik (kiri). Jika garpu tala
dijauhkan dari telinga tidak akan terdengar apapun. Setelah itu garpu tala
didekatkan lagi ke telinga praktikan, ternyata bunyi hanya terdengar selama
10 detik.
Keseimbangan
Pada uji kesetimbangan ini subyek berdiri tegak dengan mata terbuka
subyek tetap bertahan pada posisi awal, sedangkan saat mata subyek tertutup
keseimbangan tubuhnya berkurang dan subyek berpindah dari posisi awal.
Tes Romberg
Uji selanjutnya yaitu tes Romberg. Subyek dalam tes ini berdiri tegak
dengan kedua kaki merapat dan tangan di samping tubuh. Kemudian diamati
goyangan tubuh dari subyek. Berdasarkan pengamatan, diketahui pada
beberapa saat, awalnya tubuh subyek masih seimbang dan belum ada
goyangan. Namun, beberapa saat kemudian tubuh subyek bergoyang dengan
intensitas yang sangat rendah.
Setelah subyek diistirahatkan sejenak, uji dilanjutkan dengan subyek
menutup mata, kedua kaki merapat, dan tangan di samping tubuh.
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa dari awal perlakuan subyek sudah
hilang keseimbangannya dan tubuhnya bergoyang dengan intensitas yang
lebih tinggi daripada saat mata subyek terbuka.
Kanalis semisirkularis
Pada pengamatan kanalis semisirkularis, sensasi yang terjadi pada
subyek setelah diberi perlakuan pemutaran kursi kemudian dihentikan tibatiba dengan posisi duduk diatas kursi dengan kaki bertumpu di sandaran kaki
berturut-turut normal dan pusing.
Apparatus vestibular
Pada pengamatan apparatus vestibular dilakukan beberapa perlakuan.
Pertama subyek berdiri tegak dengan kaki rapat dan mata tertutup, pada saat
ini keadaan tubuh subyek yang diamati dalam keadaan seimbang. Kedua
tubuh subyek diputar ke kanan 10 kali, hasilnya tubuh subyek mulai tidak
seimbang, kemudian mata subyek dibuka perlahan dan diamati hasilnya mata
tidak bisa fokus lurus kedepan, dan terakhir subyek dimunta berjalan lurus
kedapan dan hasilnya subyek berjalan sempoyongan
G. Pembahasan
Uji beda dua titik
Basoeki (2000), untuk terjadi sensasi harus ada rangsang harus ada reseptor,
impuls harus dihantarkan sepanjang jalur saraf dari sensori ke otak, bagian
otak yang menerima harus menerjemahkan impuls untuk menjadi sensasi.
Apabila salah satu dari itu tidak ada, maka stimulus tidak akan dirasakan.
Adanya beberapa petak yang tidak dirasakan stimulusnya kemungkinan
disebabkan stimulus yang diberikan kurang, sehingga sensasi sentuhan
kurang terasa.
Penentuan Reseptor Sakit
Dari data diketahui bahwa dari 25 petak bagian yang mengalami
sensasi sakit mirip dengan sensasi sentuhan. Reseptor sakit bekerja di setiap
jaringan tubuh. Reseptor ini distimulasi oleh berbagai stimulus. Menurut
Tortora (1984) rasa sakit somatic merupakan rasa sakit dengan daerah
stimulus terdapat di kulit yang biasa disebut superficial somatic pain atau
reseptor terdapat di otot tendon yang disebut deep somatic pain. Data yang
diperoleh menunjukkan ada beberapa petak yang tidak merasakan sensasi
sakit, titik tersebut kemungkinan tidak terbentuk karena tidak tepat mengenai
superficial somatic pain.
Penentuan proprioreseptor
Berdasarkan hasil pengamatan, setelah menuliskan huruf X pada
papan tulis kemudian menutup mata dan membuat titik yang sedekat mungkin
dengan bagian tengah huruf X pada ulangan 1 adalah 2,3 cm, pada ulangan 2
adalah 1 cm, dan pada ulangan ketiga adalah 2,8 cm. Persentase atau tingkat
keberhasilan subyek menunjuk jari tengah adalah 30% dan keberhasilan
subyek menunjuk hidung dengan mata tertutup adalah 60%.
Keberhasilan subyek menyentuh jari tengah dan ujung hidung
dipengaruhi oleh propioreseptor. Propioreseptor mengatur aktivitas otot,
tendon, dan sendi. Propioreseptor menyebabkan bisa mengetahui posisi dan
perpindahan anggota badan tanpa melihat, sehingga meskipun subyek dalam
keadaan mata tertutup subyek masih dapat menunjuk sesuatu dengan tepat
(Anthony, 1983). Dengan demikian Percobaan ini menunjukkan bahwa
sejajar. Bila benda kita dekatkan ke mata, agar bayangan jatuh pada titik
sesuai, maka kedua bola mata harus diputar ke arah medial (konvergensi bola
mata) (Soewolo, 2005).
Percobaan binokuler dilakukan dengan melihat 2 lubang yang dibuat
pada karton dengan jarak antar lubang sama dengan jarak kedua pupil.
Kemudian karton didekatkan perlahan-lahan
pengamatan, pada jarak 6 cm lubang terlihat 1. Jarak kedua pupil juga 6 cm.
Dari hasil pengamatan, saat mata kanan ditutup lubang terlihat 1 tetapi pada
saat mata kiri ditutup, lubang yang terlihat tetap 2. Penggunaan salah satu
mata pada proses penglihatan dapat menyebabkan daya akomodasi berlebih
dan bayangan tidak bisa terfokuskan pada retina, serta terjadi Perbedaan
kelainan refraksi antara mata kanan dan kiri bisa ringan sampai (Tortora,
1984). Untuk dapat melakukan penglihatan binokuler harus dengan syarat di
antaranya: tidak terdapat kelainan posisi bolamata (Deviasi Manifes), tidak
terjadi perbedaan magnifikasi pada retina, tidak terdapat kelainan akomodasi,
tidak terdapat kelainan patologis.
ke aqueus humor ke lensa yang lebih rapat; 4. Pada permukaan poterior lensa,
begitu cahaya berpindah dari lensa ke vitreus humor ke lensa yang kurang
rapat (Soewolo, 2005)
Dalam praktikum pembau (Adaptasi Olfaktori), praktikan menghitung
berapa waktu yang dibutuhkan oleh praktikan mengalami ketidak pekaan
(kelelahan) pembau atau yang disebut dengan Olfactor Fatigue Times (OFT)
dan waktu yang dibutuhkan oleh praktikan untuk kesembuhan pembau atau
yang disebut Olfactor Recovery Times (ORT) (Subowo.1992). Sumber bau
yang digunakan berasal dari minyak angin freshcare. Hasil praktikum
menunjukkan praktikan mengalami OFT pada 3.40 detik. Jika dibandingkan,
waktu yang dihasilkan untuk menghilangkan bau berbeda-beda pada setiap
praktikan. Hal ini disebabkan karena kepekaan indera pembau pada tiap orang
berbeda.
Benda kimia yang dapat menstimulasi sel saraf dalam hidung adalah
substansi yang dapat larut dalam zat cair (lendir) yang terdapat pada cilia
yang menutupi sel tersebut. Makin berbau suatu substansi, maka hal tersebut
menunjukkan bahwa makin banyak molekul yang dapat larut dalam air dan
lemak (konsentrasi penguapannya tinggi) (Campbell.2004).
Reseptor olfaktori hanya mampu berfungsi selama 35 hari. Bila mati,
baik karena sebab yang alami, maupun karena kerusakan fisik, maka reseptor
tersebut akan digantikan oleh reseptor-reseptor baru yang axonnya akan
berkembang ke lapisan olfactory bulbs yang akan dituju, dan bila telah
sampai pada lapisan yang dimaksud, mereka akan memulihkan koneksi
sinapsis yang terputus (Puspiwati,1999).
Dalam percobaan indra pengecap, letak rasa pada lidah sebagian
tidak sesuai dengan teori, karena disebabkan oleh beberapa factor, antara lain
kondisi tubuh yang kurang sehat (sakit) sehingga biasanya semua rasa akan
terasa pahit, dan sisa rasa makanan yang sebelumnya masih tertinggal dilidah
sehingga rasa bercampur dengan rasa makanan sebelumnya. Kuncup rasa
manis, asam, asin, gurih, pahit memang ada disemua bagian lidah, tapi
intensitasnya banyaknya kuncup rasa berberda-beda. Dalam percobaan ini
kuncup rasa pada lidah praktikan yang paling banyak adalah kuncup rasa
penembakan
neuron
akan
menandakan
kenyaringannya
disebut
sistem
verstibuler.
Termasuk
diantaranya
kanalis
sentuhan.
Berdasarkan uji penentuan reseptor sentuh, diketahui bahwa bahwa pada
petak-petak yang dibuat tersebut terdapat reseptor sentuhan yang letaknya
tersebar.
Berdasarkan uji penentuan reseptor sakit diketahui bahwa reseptor sakit
Pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari
makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima
oleh reseptor olfaktori. Keadaan ini akan terganggu ketika kita sakit pilek.
Membran basilaris pada telinga mampu menerima frekuensi bunyi pada
padat)
Ketika telinga diberi getaran yang tinggi, lalu diberi getaran rendah, dan
diberi getaran tinggi lagi kepekaan telinga akan berkurang. Hal ini terjadi
karena telinga mengalami kelelahan
o Berdasarkan uji keseimbangan yang dilakukan diketahui bahwa
saat diam, tubuh dijaga keseimbangannya oelh alat keseimbangan
statis. Namun, alat ini akan terganggu fungsinya jika mata tertutup,
o Demikian halnya dengan uji keseimbangan ini tes Romberg juga
untuk mengetahui bahwa mata yang tertutup juga mempengaruhi
keseimbangan.
Daftar referensi
Anthony, Chaterine P, dan Gary A.T. 1983. Anatomy And Physiology. London:
The C.V Mosby Company.
Asiah, Soesi. Tanpa tahun. Mekanisme SensorisdanPersepsi SertaAnatomOi rganorgan
sensoris.
Online
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul
/psikologi_faal/bab6_mekanisme_sensoris_dan_persepsi_serta_anatomi
_ organ_organ_sensoris.pdf diakses pada 20 September 2014
Ballenger, JJ.1997.Fisiologi Sistem Auditori dan Vestibuler; Penyakit Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. J. Jakarta: Binarupa Aksara
Basoeki, S. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi Dan Fisiologi Manusia. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Bevelander, Gerrit & Judith A. Ramaley. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Ed ke-8
Terjemahan Wisnu Gunarso. Jakarta: Erlangga.
Champbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Penerbit Erlangga
Dellmann, Dieter & Esther M. Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Ed
ke-3.Terjemahan Hartono. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Puspitawati, Ira. 1999. Psikologi Faal. Jakarta: Penerbit Gunadarma.
Soepardi, EA dkk.2008.Gangguan Keseimbangan dan Kelumpuhan Nervus
Fasialis; Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala & Leher, edisi keenam. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI