Anda di halaman 1dari 11

Pengukuran Potensial Osmotik dan

Potensial Air Jaringan Tumbuhan


LAPORAN PRAKTIKUM
Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Fisiologi Tumbuhan
yang dibina oleh Ibu Herawati Susilo dan Ibu Balqis

Oleh:
Kelompok 6 / Off.B
Prayoga Rendra V.

(110341421546)

Ulil Husna

(110341421530)

Nadidah Safitri

(110341421516)

Dea Inayah P.

(110341421539)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Januari 2013

A. Topik Permasalahan
Pengukuran Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan Tumbuhan
B. Tujuan
1. Mengetahui nilai PA umbi kentang
2. Menemukan fakta tentang gejala plasmolisis
3. Menunjukkan faktor penyebab plasmolisis
4. Mendeskripsikan peristiwa plasmolisis
5. Menunjukkan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial osmotok antara sel
dan larutan di sekitarnya
C. Hasil Pengamatan
Tabel data hasil pengamatan:
a. Mengukur potensial osmotik

No

Konsentrasi
Larutan
Gula

Jumlah Sel Yang Plasmolisis


Sayatan I

Sayatan II

Sayatan III

Ti

To

Ti

To

Ti

To

0%

25

25

25

2.

5%

22

18

21

3.

10%

10

10

21

20

4.

15%

10

10

10

23

5.

20%

15

16

25

Rata-Rata data potensial osmotik


No

Konsentrasi

Jumlah sel yang plasmolisis

larutan gula

Ti

To

1.

0%

25

2.

5%

20

3.

10%

17

4.

15%

7,3

6,3

11,3

5.

20%

10

12

Keterangan :
Ti = tidak mengalami plasmolisis
I = mengalami plasmolisis insipien
To = mrngalami plasmolisis total
b. Mengukur potensial air umbi kentang

No

Konsentrasi
larutan gula

Panjang silinder kentang


awal

Panjang silinder kentang


direndam

I
(cm)

II
(cm)

III
(cm)

IV
(cm)

I
(cm)

II
(cm)

III
(cm)

IV
(cm)

Ratarata
(cm)

1.

0%

2,1

2,1

2,1

2,1

2,1

2.

5%

2,1

2,1

2,05

3.

10%

2,2

2,1

2,1

2,1

2,125

4.

15%

2,1

2,025

5.

20%

2,1

2,1

2,1

2,125

D. Analisis Data
1. Tabel molaritas dan potensial osmotik berbagai konsentrasi larutan gula
Konsentrasi Larutan Gula
0%
5%
10%
15%
20%
2.

Molaritas
0
0,05
0,1
0,15
0,2

Potensial Osmotik
-1,30
-2,60
-4,00
-5,00

Pengubahan jumlah sel yang mengalami plasmolisis dalam bentuk persen


Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Rata 2 j umlah sel yang mengalami plasmolisistotal dan sebagian

x 100
%
jumlah total sel
Hasil penghitungan tercantum pada tabel berikut.
Konsentrasi Larutan Gula

Jumlah sel yang mengalami plasmolisis (dalam


persen)
0%
18,67%
20%
70,67%
58,67%

0%
5%
10%
15%
20%

3. Grafik hubungan molaritas dan persentase sel yang berplasmolisis.

Hubungan molaritas dan persentase sel yang berplasmolisis


80
70
60
persentase sel yang
berplasmolisis

50
40
30
20
10
0
0

0,05

0,10

0,15

0,20

Grafik hubungan molaritas dengan panjang silinder kentang

Hubungan molaritas dan panjang silinder kentang


2.14
2.12
2.1
2.08
panjang silinder kentang

2.06
2.04
2.02
2
1.98
1.96
0

0,5

0,10

0,15

0,20

4. Panjang silinder kentang selalu bertambah dan tidak ada yang sama dengan panjang awalnya
(tidak ada yang panjangnya tidak berubah).
5. Jumlah sel yang berplasmolisis sekitar 50% terjadi pada konsentrasi larutan gula 0,20 M.

E. Pembahasan
Kemampuan sebuah sel tumbuhan menyerap air dari lingkungannya ditentukan oleh nilai
potensial air (). Jika sel diletakkan dalam air murni (0 M) turgor penuh akan terjadi jika
potensial cairan vakuolanya mencapai nol, sebab pada keadaan ini nilai yang ada di dalam sel
menjadi sama dengan yang ada pada air murni di luar sel (Loveless, 1987: 150).

Hubungan molaritas dan panjang silinder kentang


2.15
2.1

panjang silinder
kentang

2.05
2
1.95
0 0,5 0,10 0,15 0,20

Konsentrasi larutan gula


Panjang
silinder
kentang

Gambar 4.1. Hubungan molarutas dan panjang silinder kentang


Hasil pengamatan mengenai pengukuran panjang kentang setelah perendaman
ditunjukkan pada grafik diatas. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa penambahan panjang
dari silinder kentang adalah fluktuatif yakni pada konsentrasi larutan gula 10%, dan 20%, dan
panjangnya semakin menurun pada larutan berkonsentrasi 5%, dan 15%. Namun semua kentang
yang telah direndam pada larutan gula dengan berbagai konsentrasi tersebut tidak satupun hasil
yang menyebutkan bahwa kentang tersebut mengalami penyusutan dari ukuran semula yakni 2
cm. Hasil ini kurang sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa seharusnya pada hasil
pengamatan terdapat adanya kentang yang mengalami pengurangan panjang. Hal ini karena
cairan pelarut yang berada di luar sel lebih pekat (hipertonis) sehingga sel umbi kentang

mengalami plasmolisis dan panjangnya berkurang. Pada grafik seharusnya juga nampak adanya
suatu titik yang menggambarkan bahwa silinder umbi kentang mempunyai panjang yang tetap
karena bersifat isotonis dengan larutan gula di luar sel.

Gambar 4.2. Kurva khas yang diperoleh sebagai hasil percobaan untuk
menemukan angka rata-rata potensial air didalam sel pada suatu jaringan
tumbuhan (sumber : Salisbury, 1992 :155).
Grafik tersebut merupakan kurva yang diperoleh dari hasil percobaan dalam menentukan
rata-rata potensial air dalam sel pada jaringan tumbuhan. Namun pada kurva tersebut dilakukan
perhitungan perubahan terhadap berat, bukan pada perubahan panjang dari jaringan tumbuhan.
Akan tetapi dasar tersebut tetap dapat dijadikan sebagai parameter potensial air pada umbi
kentang. Jaringan tumbuhan mengalami penambahan berat pada saat direndam pada larutan gula
dengan konsentrasi 0% seharusnya demikian pula dengan silinder kentang yang direndam pada
konsentrasi 0%. Sebagaimana terlihat pada kurva, semakin tinggi konsentrasi larutan gula
seharusnya semakin berkurang ukuran berat dari jaringan tumbuhan. Demikian pula dengan
umbi kentang yang telah direndam pada larutan gula dengan berbagai konsentrasi, seharusnya

semakin besar konsentrasi larutan gula, maka semakin berkurang ukuran panjang dari silinder
kentang dan semakin rendah konsentrasi larutan gula maka semakin panjang silinder kentang
tersebut. Sehingga ada titik dimana ukuran panjang silinder kentang tidak bertambah setelah
direndam pada larutan gula dengan konsentrasi tertentu. Pada keadaan inilah larutan gula bersifat
isotonis dengan larutan yang ada didalam sel-sel silinder kentang sehingga dapat diketahui
potensial air silinser umbi akar. Pada hasil data yang diperoleh dari praktikum diperkirakan
kondisi ini berada saat larutan gula kurang lebih berkonsentrasi 15%. sehingga tidak terjadi
perpindahan partikel zat dari dalam sel keluar sel/lingkungan atau sebaliknya.
Tidak tepatnya hasil yang diperoleh pada praktikum mengukur potensial air umbi kentang
ini disebabkan beberapa faktor yakni:
1. Kesalahan pada pengukuran saat memotong kentang
2. Suhu. Suhu potensial osmotik suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya
suhu. Potensial osmotik suatu larutan yang ideal akan sebanding dengan suhu absolutnya
(Sasmitamihardja, 1990).
3. Keadaan kentang yang berbeda kemampuan dalam menyerap larutan (permeabilitas)
4. Perendaman kentang dengan larutan gula yang tidak bersamaan.
5. Perhitungan ukuran panjang silinder kentang.
6. Penggunaan pipet atau gelas ukur kemungkinan tertukar.
F. Kesimpulan
G. Diskusi
1. Ada perbedaan respon sel-sel epidermis pada larutan eksternalnya (larutan gula) yang
berbeda konsentrasinya. Respon yang ditunjukkan adalah protoplas dari sel epidermis
akan kehilangan air dan menyusut volumenya, sehingga terlepas dari dinding sel. Hal ini
dapat terjadi karena air berdifusi ke luar sel tersebut untuk menyeimbangkan konsentrasi
larutan di dalam sel dengan larutan eksternalnya. Peristiwa lepasnya protoplas dari
dinding selnya disebut plasmolisis. Plasmolisis yang terjadi dapat berupa plasmolisis
sebagian ataupun plasmolisis seluruhnya.
2. Kecenderungan tingkat plasmolisis dengan konsentrasi larutan gula adalah semakin
tinggi konsentrasi larutan gula, maka semakin besar pula tingkat plasmolisis yang terjadi.
Artinya, jumlah sel yang mengalami plasmolisis semakin banyak.

3. Bila tekanan osmotik larutan di luar sel sama dengan tekanan osmotik cairan selnya, tidak
ada peristiwa yang akan terjadi. Hal ini dikarenakan tidak ada perbedaan potensial
osmotik sehingga tidak ada air yang mengalir ke luar atau ke dalam sel.
4. Dalam praktikum ini ditekankan pada jumlah sel yang mengalami plasmolisis sekitar
50% karena hal itu dapat menunjukkan bahwa konsentrasi larutan gula tertentu benarbenar mempengaruhi tingkat plasmolisis sel sehingga mayoritas sel-sel yang diamati
(sekitar 50% atau lebih) mengalami plasmolisis. Selain itu, hal ini juga terkait dengan
plasmolisis insipien yang akan dijelaskan pada nomor selanjutnya.
5. Plasmolisis insipien adalah jika 50% sel dalam suatu jaringan mengalami plasmolisis.
Plasmolisis insipien juga merupakan suatu kondisi di mana protoplasma hampir terlepas
dari dinding sel. Keadaan ini dapat dikembalikan dengan meletakkan jaringan pada
larutan yang hipotonis.
6. Menurut dugaan kami, sel yang terplasmolisis dalam praktikum ini masih dapat kembali
normal bila dikembalikan ke lingkungan air biasa asalkan protoplasmanya belum sampai
terlepas dari dinding selnya. Jika protoplasmanya sudah terlepas dari dinding selnya,
maka sel tersebut tidak bisa menjadi normal kembali.
7. Perbedaan tingkat perubahan panjang potongan kentang pada konsentrasi larutan gula
yang berbeda ditunjukkan dengan semakin pekat larutan gula (konsentrasi larutan gula
semakin besar) maka pertambahan panjang potongan kentang semakin menurun, sampai
akhirnya pertambahan panjangnya sangat sedikit atau tidak mengalami pertambahan
panjang.
8. Jika potongan kentang bertambah panjang, artinya air diluar potongan kentang tersebut
(air perendam) kurang pekat daripada cairan vakuola (hipotonik) sehingga air dari
lingkungan masuk ke dalam sel (Loveless, 1987: 149).
9. Jika tidak terjadi perubahan volume pada larutan perendam berarti potensial air jaringan
kentang sama dengan potensial air larutan perendam (isotonik), (Loveless, 1987: 155).
10. Umbi kentang dapat berubah ukurannya setelah direndam dalam larutan gula dalam
berbagai konsentrasi meskipun sel-sel umbi kentang tersebut memiliki dinding sel. Hal
ini disebabkan larutan gula bersifat hipotonik terhadap cairan vakuola sehingga air dalam
larutan gula akan masuk ke dalam protoplasma. Walapun sel-sel umbi kentang tersebut
memiliki dinding sel yang lebih kaku, namun dinding sel bersifat permeabel artinya

semua larutan dapat dengan mudah keluar masuk melewati dinding sel (Loveless, 1987:
148). Ketika plasmolisis terjadi, volume protoplasma menurun, plasmodesmata pecah dan
protoplas keluar dari dinding sel. Ruangan antara dinding sel dan membran plasma akan
diisi oleh cairan dari lingkungan luar sel/jaringan yang masuk melewati dinding sel.
(Hopkins, 1999: 33).
H. Daftar Pustaka
Hopkins, William G. 1999. Introduction to Plant Physiology. USA: John Willey

and

Sons.Inc
Loveless, A.R.1987. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.Jakarta:
Gramedia.
Salisbury, F.B. and W.Ross. 1992. Plant Physiology. Fourth edition. Belmont California:
Wadsworth Publishing Co.
I.

PT

Anda mungkin juga menyukai