Anda di halaman 1dari 2

Pengertian, Tanda dan Gejala Kecemasan Anak

A. Pengertian Kecemasan Anak


Kecemasan adalah reaksi alami dan respon peringatan yang diperlukan pada
manusia. Hal ini dapat menjadi gangguan serius ketika itu berlebihan dan tak
terkendali. Kecemasan adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan perasaan
ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan (Stuart G.W, 2013).
Kecemasan tidak hanya dialami oleh orang dewasa namun juga dapat dialami oleh
anak-anak khususnya anak usia dini. Penyebab munculnya kecemasan juga bervariasi
seperti factor keturunan atau adanya perlakuan kekerasan terhadap anak (Puspitasari,
I.,2018).
Penelitian tentang Children and adolescents referred for treatment of anxiety
disorders menunjukkan sebanyak 49% anak usia 6-12 tahun mengalami gangguan
kecemasan (Polly Cathy, 2014). Sedangkan penelitian tentang Mental health problems
In children and young people menunjukkan sebanyak 6.9% anak mengalami
kecemasan dan GAD sebesar 9.2%. Data ini menunjukkan bahwa kecemasan
merupakan masalah kesehatan jiwa pada anak (Utami, T dkk., 2017).
B. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala kecemasan pada anak adalah mudah frustrasi, mengeluh
nyeri fisik, seperti perut nyeri dan sakit kepala, sulit bernafas, menunjukkan rasa
ketakutan, mudah kesal, berteriak, mudah terkejut, muka merah, gemetar dan
mengekspresikan rasa khawatir (Utami, T dkk., 2017).
Kecemasan dapat mempengaruhi fisik dan keadaan emosional anak-anak dan
dapat berkembang menjadi masalah seperti absensi sekolah, konsep diri rendah,
gangguan verbal dan non verbal, Penurunan prestasi akademik, gangguan perilaku,
kesulitan dalam berhubungan dengan teman, ketergantungan tinggi, penurunan tingkat
konsentrasi dan perhatian (McLoone, J., Hudson, J. L., & Rapee, R. M. 2006). Jika
tidak diobati, kecemasan bisa berubah menjadi penyakit yang lebih serius seperti
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, obesitas, dan depresi (Utami, T dkk., 2017).
Hubungan yang lain adalah kecemasan dan depresi memiliki gejala fisik yang
sama sepertimerasa mual,sakit perut sakit kepala tanpa alasan yang jelas. Kecemasan
berat yang menguras energi dan emosi biasanya akan berkembang menjadi depresi
(bisa sementara ataupun menetap). Melihat berbagai dampak dari kecemasan dan
depresi pada anak sekolah perlu dilakukan upaya untuk mengatasi ataupun
pencegahan kecemasan dan depresi (Utami, T dkk., 2017).
Menurut Tamisa, A. (2016). Gejala kecemasan meliputi :
a. Gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin, detak jantung
makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur
tidak nyenyak, dada sesak.
b. Gejala yang bersifat mental adalah : ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak
dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan (Siti
Sundari, 2004:62)
Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada masing-masing orang.
Kholil Lur Rochman, (2010 pada Tamisa, A. (2016) mengemukakan beberapa gejala-
gejala dari kecemasan antara lain :
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering
dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of persecution.
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak
berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan
jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
Kesimpulan
Kecemasan adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan perasaan ketidakpastian,
ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan. Kecemasan tidak hanya dialami oleh orang
dewasa namun juga dapat dialami oleh anak-anak khususnya anak usia dini.

Sumber
Tamisa, A. (2016). Latar Belakang Kecemasan Anak Pra Sekolah Kasus A (Im) Siswa
Taman Kanak-Kanak Ar-Rahmah Palembang. Psikis: Jurnal Psikologi Islami, 2(2).
Utami, T. W., Astuti, Y. S., & Livana, P. H. (2017). Hubungan Kecemasan Dengan Depresi
Pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Keperawatan, 9(1), 1-5.
Puspitasari, I., & Wati, D. E. (2018). Strategi parent-school partnership: Upaya preventif
separation anxiety disorder pada anak usia dini. Yaa Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, 2(1), 49-60.

Anda mungkin juga menyukai