PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hospitalisasi adalah suatu proses oleh suatu alasan yang berencana dan
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah, selama proses tersebut anak
dapat mengalami kejadian berupa pengalaman yang sangat traumatik dan penuh
dengan stress (Saputra, 2017). Anak yang sakit dan harus dirawat dirumah sakit
akan mengalami masa sulit karena tidak dapat melakukan kebiasaan seperti
biasanya (Sufyanti dkk, 2015). Lingkungan dan orang-orang asing, perawatan
dan
berbagai prosedur yang dijalani oleh anak merupakan sumber utama stres, kecewa
dan cemas, terutama untuk anak yang pertama kali dirawat di rumah sakit
(Sufyanti dkk, 2015).
(Ramdaniati et al, 2016). Reaksi anak pada hospitalisasi secara garis besar adalah
sedih, takut dan bersalah karena menghadapi sesuatu yang belum pernah dialami
sebelumnya, rasa tidak aman, rasa tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu
yang biasa dialami dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan (Wong, 2009).
Dampak yang ditimbulkan dari hospitalisasi jika tidak segera diatasi maka akan
mempengaruhi
perkembangan psikososial, terutama pada anak- anak (Hela & Tjahjono, 2015).
putih dan imunitas tubuh. Adanya penekanan system imun inilah nampaknya
akan
permainan (Saputro, 2017). Bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi
atau pengobatan terhadap anak yang dikenal dengan terapi bermain (Pratiwi &
Deswita, 2016). Pada anak-anak yang belum bisa mengekspresikan perasaan dan
pikiran mereka misalnya pada anak usia prasekolah usia (3-6tahun) permainan
menggambar, melukis atau mewarnai merupakan permainan yang sesuai prinsip
bermain di Rumah Sakit dan dapat membantu mengekspresikan pikiran perasaan
cemas, takut, sedih, tegang dan nyeri (Ramdaniati, 2016).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
c. Sebagai salah satu bacaan ilmiah penerapan evidence based nursing pada
keperawatan profesi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Derajat kecemasan yang tinggi terjadi pada anak usia antara dua sampai enam
tahun. Dalam jumlah tertentu kecemasan adalah sesuatu yang normal. Stres utama
dari masa bayi pertengahan sampai usia prasekolah adalah kecemasan akibat
perpisahan (Wong, 2009). Kecemasan yang timbul pada anak tidak selalu
bersifat patologi tetapi dapat juga disebabkan oleh proses perkembangan itu
sendiri atau karena tingkah laku yang salah satu dari orang tua. Menurut Nursalam
(2008), manifestasi cemas pada anak antara lain :
a. Fase protes
Perilaku yang dapat diobservasi pada fase ini yakni menangis, berteriak,
menghindari dan menolak kontak mata dengan orang asing, mencoba
Perilaku yang dapat diobservasi pada fase ini yakni tidak aktif, menarik diri dari
orang lain, depresi, sedih, tidak komunikatif, lamanya perilaku tersebut
berlangsung bervariasi.
c. Fase pelepasan
Pada fase ini perilaku yang dapat diobservasi antara lain menunjukkan
Berikut ini bentuk perilaku dari gangguan kecemasan umum pada anakanak:
d. Susah berkonsentrasi.
Fasial Image Scale (FIS) merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui
tingkat kecemasan seserorang berdasarkan pada ekspresi yang ditunjukkan oleh
pasien. Pengukuran tingkat kecemasan dengan FIS ini menggunakan sistem skor
dari 1 sampai dengan 5. Skor 1 menunjukkan ekspresi wajah sangat senang
sedangkan skor 5 menunjukkan ekspresi wajah sangat tidak senang
(Asmarawanti, 2015).
B. Konsep Hospitalisasi
1. Pengertian
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi
Pola asuh keluarga yang terlalu protektif dan selalu memanjakan anak juga dapat
mempengaruhi reaksi takut dan cemas anak dirawat di rumah sakit. Beda dengan
keluarga yang suka memandirikan anak untuk aktivitas sehari-hari anak akan
lebih kooperatif bila dirumah sakit.
b. Keluarga
Keluarga yang terlalu khawatir atau stres anaknya yang dirawat di rumah sakit
akan menyebabkan anak menjadi semakin stres dan takut.
Anak mencari dukungan yang ada dari orang lain untuk melepaskan tekanan
akibat penyakit yang dideritanya. Anak biasanya akan minta dukungan kepada
orang terdekat dengannya misalnya orang tua atau saudaranya. Perilaku ini
biasanya ditandai dengan permintaan anak untuk ditunggui selama dirawat di
rumah sakit, didampingi saat dilakukan treatment padanya, minta dipeluk saat
merasa takut dan cemas bahkan saat merasa kesakitan.
Apabila mekanisme koping anak baik dalam menerima dia harus dirawat di rumah
sakit akan lebih kooperatif anak tersebut dalam menjalani perawatan di rumah
sakit.
Menurut Wong (2009), penyakit dan hospitalisasi merupakan krisis bagi anak,
terutama karena adanya stress akibat perubahan lingkungan dan kondisi dari sehat
menjadi sakit, serta anak mempunyai keterbatasan dalam mekanisme koping
dalam menghadapi stressor. Menurut wong (2009), stressor yang ditunjukkan
anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi adalah :
b. Kehilangan kendali
c. Cedera tubuh
Konflik psikoseksual anak sangat rentan terhadap ancaman cedera tubuh.
Prosedur invasif yang dilakukan terhadap anak menimbulkan sakit maupun tidak
menjadi ancaman anak usia prasekolah karena konsep integritas tubuh yang
belum berkembang dengan baik.
d. Nyeri
Reaksi nyeri pada usia prasekolah hampir sama dengan anak usia toddler . Anak
usia prasekolah akan mendorong orang yang akan melakukan prosedur agar
menjauh, mencoba mengamankan atau menyingkirkan peralatan, atau berusaha
mengunci dirinya ditempat yang aman.
C. Konsep Bermain
1. Pengertian
bahwa bermain sebagai aktifitas yang dapat dilakukan anak sebagai upaya
stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dan bermain pada anak di rumah
sakit menjadi media bagi anak untuk mengekspresikan perasaan, relaksasi dan
distraksi perasaan yang tidak nyaman. Sedangkan menurut Wong (2009) bermain
merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
bermain merupakan media terbaik untuk belajar karena dengan bermain, anak –
lain:
a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit
anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangannya, walaupun
demikian selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi
b. Mengespresikan perasaan, keinginan dan fantasi, serta ide-idenya pada saat anak
sakit dan dirawat di rumah sakit anak mengalami berbagai perasaan yang sangat
tidak menyenangkan. Pada anak yang belum dapat mengespresikannya secara
verbal, permainan adalah media yang sangat efektif untuk mengeskpresikannya.
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap sters karena sakit dan dirawat di rumah
sakit.
perasaan tersebut. Media yang paling efektif adalah melalui kegiatan bermain,
permainan yang terapeutik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak
merupakan aktifitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh
kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan
perasaan pikiran anak, mengalihkan perasaan nyeri dan relaksasi. Dengan
demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dari pelayanan
kesehatan anak dirumah sakit (Pratiwi & Deswita, 2016).
pada suatu media, mewarnai gambar diartikan sebagai proses memberi warna
pada media yang sudah bergambar. Mewarnai buku gambar adalah terapi
permainan melalui buku gambar untuk mengembangkan kreativitas
pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak. Pada saat itu, data yang masuk
melalui lima panca indera (penglihatan, penciuman, pengecapan,
pendengaran, dan sentuhan) semua masuk melalui otak tengah (thalamus)
dan direkam, disimpan secara tidak sadar oleh hipocampus dan muatan emosi
tersimpan di amigdala. Menurut Adriana (2013) Melalui mewarnai gambar,
seorang dapat menuangkan simbolisasi tekanan atau kondisi traumatis yang
dialaminya kedalam coretan dan pemilihan warna. Dinamika secara psikologis
menggambarkan bahwa individu dapat menyalurkan perasaan-perasaan yang
tersimpan dalam bawah sadarnya dan tidak dapat dimunculkan kedalam realita
melalui gambar.
bersama orang – orang yang kita cintai. Melalui aktifitas mewarnai gambar, emosi
dan perasaan yang ada didalam diri bisa dikeluarkan, sehingga dapat menciptakan
koping yang positif. Koping positif ini ditandai dengan perilaku dan emosi yang
positif. Keadaan tersebut akan membantu dalam mengurangi stress/cemas yang
dialami anak. (Asmarawanti, 2015).
BAB III
METODE PENULISAN
T :-
pasien.
Step 3 : Melakukan penelitian kritis terhadap bukti-bukti (artikel penelitian).
Menerapkan kritisi jurnal dengan prinsip validity, reability, importance pada
format critical appraisal yang terlampir.
Perancang menyusun proposal hingga presentasi laporan hasil dan intervensi yang
telah dilakukan sebagai penerapan EBP.
1. Target : diberikan pada pasien anak usia pra sekolah yang mengalami kecemasan
hospitalisasi, kesadaran kompomentis (GCS 13-15), pasien kooperatif.
pasien.
C. Prosedur Pelaksanaan
1. Tahap Awal
pasien kooperatif.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pra Intervensi
b. Tahap Intervensi
c. Post Intervensi
A. Hasil
Umur : 2 tahun
Agama : Islam
B. Pembahasan
Hospitalisasi adalah suatu proses oleh suatu alasan yang berencana dan darurat,
mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan
sampai pemulangannya kembali ke rumah, selama proses tersebut anak dapat
mengalami kejadian berupa pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan
stress (Saputra, 2017). Anak yang sakit dan harus dirawat dirumah sakit akan
mengalami masa sulit karena tidak dapat melakukan kebiasaan seperti biasanya
Dari penelitian diatas peneliti berpendapat bahwa skala kecemasan pasien sesudah
diberikan terapi bermain mewarnai berkurang yang ditandai dengan penurunan
skala kecemasan dari skala 3 menjadi skala 1 serta pasien menunjukkan
perubahan ekspresi wajah, nampak senang dan antusias saat melakukan terapi
bermain mewarnai. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Fricilia Euklesia
Wowiling,
Amatus Yudi Ismanto, dan Abram Babakal (2013) tentang kecemasan anak
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta diuraikan pada
B. Saran
2. Bagi Institusi
bermain teraupetik mewarnai untuk mengurangi kecemasan pada pasien anak usia
pra sekolah yang mengalami kecemasan hospitalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Asmarawanti, & Lustyawati, S., (2015). Penerapan terapi bermain mewarnai gambar
untuk menurunkan tingkat kecemasan hospitalisasi anak usia pra sekolah (3-6
tahun), (online), (stikesmi.ac.id, diakses tanggal 7 November 2019).
Saputro, H., & Fazrin, I., (2017). Penurunan tingkat kecemasan anak akibat hospitalisasi
dengan penerapan terapi bermain, (online),
Ramdaniati S., Hermaningsih S., & Muryati, (2016). Comaprison study of art
therapy and
play therapy in reducing anxiety on pre-school children who experience
hospitalization, (http://www.scirp.org/journal/ojn, diakses tanggal 7 November
2019).
Hela, M., & Tjahjono, H.D, (2015), pengaruh terapi bermain terhadap kecemasan anak
yang mengalami hospotalisasi di ruang Mirah Delima RS William Booth
Surabaya, (online), (Jurnal Keeperawatan, diakses tanggal 7 November 2019).
Wowiling, F.E., Ismanto, A.Y., & Babakal, A., (2013). Pengaruh terapi bermain
mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan pada anak usia pra sekolah akibat
hospitalisasi di ruuanagan Irina E BLU RSUP.PROF.DR.R.D.KANDOU Manado,
(Universitas Sam Ratulangi Manado, diakses tanggal 7 November 2019).
Saharan, P., (2017). Asses the effectiveness of play interventions on anxiety among of
Ymuna Nagar, Hryana: An Experimental Study, (online), (www.IJARND.com,
diakses tanggal 7 November 2019).
Pratiwi, E.S., & Deswita., (2016). Perbedaan pengaruh terapi bermain mewarnai gambar
dengan bermain puzzle terhadap kecemasan anak usia prasekolah di IRNA RSUP
Dr.M.Djamil Padang, (online), (Universitas Andalas, diakses tanggal 7 November
2019).
Adriana, D. 2013. Tumbuh kembang dan terapi bermain pada anak . Jakarta: Salemba
Medika.
Hawari, D. 2011. Manajemen stres cemas dan depresi. Jkarta : FKUI.
Purnomo, D., (2016). Pengaruh terapi bermain dengan teknik bercerita terhadap
kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia pra sekolah di RSUD Kota Madiun,
(online), (stikes Bhakti Husada Mulia Madiun, diakses tanggal 7 November
2019).
Wong, D.L, Eaton, M.H., Wilson, M.L., Schwartz, P. 2009. Buku ajar kepetawatan
pediatrik . Vol.2. Jakarta: EGC.