Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANSIETAS

PAPER

Oleh:
KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2015

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN


TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANSIETAS

PAPER
diajukan sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Klinik VIII
dengan dosen: Ns. Emi Wuri Wuryaningsih,M.Kep. Sp.Kep. J

Oleh:
Tediy Junianto
Ervi Fitri Faradiana
Mahbub Ramadhani
Siti Zumrotul Mina
Jamilatus Sholihah
Amadea Yollanda
Raras Rachmatichasari
Eka Yuliana
Ananta Erfrandau
Listya Pratiwi
Desi Rahmawati
Riska Umaroh
Alifia Rizqi P.D
Retno Puji A.
Lina Nur Khumairoh
Aris Kurniawan
Made Estini S.P
Dina Amalia
Ary Januar Pranata P

112310101033
122310101001
122310101003
122310101005
122310101007
122310101009
122310101011
122310101013
122310101015
122310101017
122310101021
122310101023
122310101025
122310101027
122310101029
122310101033
122310101035
122310101037
122310101039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2015

PEMBAHASAN

I.
II.

DIAGNOSA KEPERAWATAN : Ansietas


TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang

secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati, 2005).


Ansietas merupakan suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai
gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan
atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999).
Ansietas yaitu keadaan dimana seorang mengalami perasaan gelisah/cemas dan
aktivasi sistem syaraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas, tak
spesifik. Seseorang yang mengalami ansietas tidak dapat mengidentifikasi ancaman.
Ansietas dapat terjadi tanpa rasa takut namun ketakutan biasanya tidak terjadi tanpa
ansietas. (Capernito, Linda jual,1999). Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak
pasti dan tidak berdaya, keadaan emosi ini tidak dimiliki obyek yang spesifik, kondisi
dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal (Stuart &
Sundeen, 1998).
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.
Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki
firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang
mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus
ansietas (Corner, 1992). Kecemasan adalah satu perasaan subjektif yang dialami seseorang
terutama oleh adanya pengalaman baru, termasuk pada pasien yang akan mengalami
tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami cemas karena
hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur tindakan medik yang menyebabkan perasaan tidak
nyaman (Rawling, 1984)
Cemas (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Ketika merasa cemas individu merasa tidak nyaman takut dan memiliki firasat akan
ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut

terjadi. Ansietas merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya
kepada individu (Videbeck, 2008)
Ansietas adalah keadaan ketika individu/kelompok mengalami perasaan gelisah
(penilaian atau opini) dan aktivitas system sarafautonom dalam berespons terhadap
ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito & Lynda, 2007)
Ansietas adalah perasaan gelisah yang samar-samar dari ketidaknyamanan atau
ketakutan yang mengiringi respons autonom (alasannya sering kali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh penderita); rasa ketakutan yang disebabkan oleh karena mengantisipasi
keadaan yang berbahaya. Ini merupakan tanda yang memperingatkan akan bahaya yang
akan terjadi yang mana memungkinkan penderita untuk mengukur dan mengatasi ancama
tersebut (NANDA, 2010)
Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ansietas merupakan respons
emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan kekhawatiran yang tidak jelas dan berlebihan
dan disertai berbagai gejala sumatif yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi
sosial atau penderitaan yang jelas bagi pasien.

B. Faktor Prediposisi Dan Presipitasi


Faktor Predisposisi
Menurut Stuart and Sundeen (1998), teori yang dikembangkan untuk menjelaskan
penyebab kecemasan adalah
a. Teori psikoanalitik
Menurut Freud struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu id, ego, dan super
ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan
hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang,
sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego.
Ansietas merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk
memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.
b. Teori interpersonal
Kecemasan terjadi dari ketakutan akan pola penolakan interpersonal. Hal ini juga
dihubungkan dengan trauma pada masa perkembangan atau pertumbuhan seperti
kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu
yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan
berat (Stuart&Sundeen, 1998).

c. Teori perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku
menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan
keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang
pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan
menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya
(Smeltzer&Bare, 2001).
d. Teori keluarga
Intensitas cemas yang dialami oleh individu kemungkinan memiliki dasar genetik.
Orang tua yang memiliki gangguan cemas tampaknya memiliki resiko tinggi untuk
memiliki anak dengan gangguan cemas. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan
kecemasan merupakan hal yang bisa ditemui dalam suatu keluarga.
e. Kajian biologis
Kajian

biologi

menunjukkan

bahwa

otak

mengandung

reseptor

khusus

benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan. Penghambat


asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) dan endorfin juga memainkan peran
utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan.

Faktor Presipitasi

Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada kehidupan manusia
dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada
beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Ada 2 faktor yang mempengaruhi
kecemasan pasien pre operasi :
a. Faktor eksternal
1) Ancaman integritas fisik, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan
terhadap terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, jenis pembedahan yang
akan dilakukan).
2) Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga diri, dan
hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran (Stuart and
Sundeen, 1998).
b. Faktor internal
Menurut Stuart and Sundeen (1998) kemampuan individu dalam merespon
terhadap penyebab kecemasan ditemukan oleh :

1) Potensi stressor
Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan
perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan
adaptasi (Smeltzer&Bare, 2001).
2) Maturitas
Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan
akibat kecemasan, karena individu yang matur mempunyai daya adaptasi yang
lebih besar terhadap kecemasan (Hambly, 1995).
3) Pendidikan dan status ekonomi
Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah akan menyebabkan orang
tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu
akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan
akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk
dalam menguraikan masalah yang baru (Stuart&Sundeen, 1998).
4) Keadaan fisik
Seseorang yang akan mengalami gangguan fisik seperti cidera, operasi akan mudah
mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami kecemasan, di
samping itu orang yang mengalami kelelahan fisik mudah mengalami kecemasan.
5) Tipe kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan
daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri- ciri orang dengan kepribadian
A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa diburu
waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot- otot mudah
tegang. Sedang orang dengan tipe kepribadian B mempunyai ciri- ciri berlawanan
dengan tipe kepribadian A. Karena tipe keribadian B adalah orang yang penyabar,
teliti, dan rutinitas (Stuart&Sundeen, 1998).
6) Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami
kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang biasa dia tempati
(Hambly, 1997).
7) Umur
Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami
gangguan akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang
berpendapat sebaliknya (Varcoralis, 2000).
8) Jenis kelamin
Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang ditandai oleh kecemasan
yang spontan dan episodik. Gangguan ini lebih sering dialami oleh wanita daripada
pria (Varcoralis, 2000).

C. Rentang Respon

Predisposisi

Etiologi

Faktor Internal:
Tidak memiliki
keyakinan akan
kemampuan diri

Faktor eksternal:
Dari lingkungan
Ketidaknyamana
n
akan
kemampuan diri
Threat (ancaman)
Konflik
Fear (ketakutan)
Unflued
need
(kebutuhhan
yang
tidak
terpenuhi)

Pandangan
Psikoanalitis

Id

Superego

Pandangan
Interpersonal

Perasaan takut
terhadap
ketidakpastian dan
penolakan
interpersonal

ANSIETAS

Psikologis

Fisiologis

Pandangan
Perilaku

Sesuatu yang
mengganggu
kemapuan
individu

Psikologis

Rasa
takut
akan adanya
ancaman

Kesulitan
Berfikir Logis

Gg. Proses Pikir

Fisiologis

Persepsi
penilaian diri
buruk

Harga Diri
Rendah
Malu untuk
bersosialisasi

Munculnya Aktivitas
involunter

Peningkatan
Pertahanan Diri

Kelenjar adrenal
melepas adrenalin
(epinefrin)

Isolasi Sosial
Vasokontriksi PD dan
peningkatan denyut

Peningkatan curah
jantung

D. Penentuan Diagnosa
Batasan Karakteristik
1. Perilaku : penurunan produktivitas, gelisah, pergerakan yang irelevan,
insomnia, meihat sepintas, kontak mata yang buruk, agitasi, mengintai,
mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup,
tampak waspada.
2.
Afektif: kesedihan yang

mendalam,

ketakutan,

gugup, mudah

tersinggung,perasaan tidak adekuat, iritabilitas, peningkatan kewaspadaan,


senang berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan,
peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten, fokus pada diri sendiri,
distres, khawatir, bingung, menyesal, ragu/tidak percaya diri, gelisah.
3. Fisiologis: wajah tegang, gemetar, suara gemetar, tremor, keringat banyak,
peningkatan ketengangan, tremor tangan.
4. Simpatik: ekstitasi kardiovaskular, wajah merah, jantung berdebar-debar,
peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, perningkatan
frekuensi pernapasan, anoreksia, peningkatan refleks, diare, mulut kering,
pupil melebar, kesulitan bernapas, vasokontriksi superfisial, kedutan pada
otot, lemah.
5. Parasimpatik: nyeri abdomen, mual, sering berkemih, dorongan segera
berkemih, diare, penurunan tekanan darah, penurunan denyut nadi, vertigo,
letih, gangguan tidur, kesemutan pada ekstremitas, anyang-anyangan.
6. Kognitif: menyadari gejala fisiologis, bloking pikiran, konfusi, penurunan
lapang persepsi, kesulitan berkonsentrasi, penurunan kemampuan untuk
belajar, penurunan kemampuan memecahkan masalah, ketakutan terhadap
konsekuensi yang tidak spesifik, khawatir, lupa, gangguan perhatian,
melamun, cenderung menyalahkan orang lain (Nanda, 2012)
III.

PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

Faktor Predisposisi
Faktor Presipitasi
Tanda Gejala
Diagnosa : Ansietas

Diagnosa keperawatan : Ansietas


Domain 9

: Koping/Toleransi Stress

Kelas 2

: Respons Koping

Definisi

: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons

autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan
takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan
individu untuk bertindak menghadapi ancaman. (NANDA, 2012).

IV.

No
1

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa
Rencana Tindakan Keperawatan
Rasional
Keperawatan perawatanTujuan
untuk hasil: Kriteria Evaluasi
yang dialami Intervensi
Ketika
pasien
telah
Ansietas
TUM :
memberikan
perubahan
a. Pasien
mampu 4. Focus pada saat ini dan di sini
mengenali
tingkat
Pasien dapat mengontrol mendiskusikan
dan 5. Kembangkan rencana ruang dengan pasien
ansietasnya
diharapkan
bahkan terbebas
dari memantau
perilaku
(mis. tetap di luar ruangan selama 50 menit
pasien
mampu
ansietas
sendiri setiap shift
setiap jam)
melakukan
perawatan
b.Setelah
Mampu
mengidentifikasi
pasien
mengidentifikasi
bagaimana untuk
TUK 1 :
dilakukan
interaksi 6.
1. Bantu
Kaji tingkat
ansietas
(mis. kemampuan
Penting bagimemberikan
perawat
stressor
ansietas
dimanifestasikan
melalui perilaku
pada tingkat
Pasien dapat mengalami dengan
pasien selama 1x24
untuk memahami,
kemampuan
pemecahan perubahan
untuk mengurang
tingka
Secara aktif
dengan
ansietas
dialami
penurunan
tingkat c.jam,
pasienikut serta
dapat 7. Gali
masalah,
dll) pasien cara mengantisipasi
ansietas yang
sampai
ke
dalam aktivitas unit
ansietas, sedikitnya satu mengalami
penurunan 2. ansietas
Pertahankan lingkungan yg aman dan tenang tingkat
sedang, rendah,
d.gejala
Melakukan
kesehatan
tentang atau
tingkat.
ansietas interaksi
dengan 8.
3. Berikan
Kurangi penyuluhan
rangsang
hilang
sehingga
dengan
sebaya
stress dan
penetapan tujuan
kriteria
hasil:
4. penatalaksanaa
Bicara dan tenangkan
pasien
pasiendapat
mulai
e. Mengembangkan
tujuan
a. Tidak tampak tanda- 5. Dorong keterlibatan dalam
aktivitas, berkonsentrasi
pada
yang
tandarealistis
ansietas seperti
bergantung pada tingkat ansietas
keikutsertaan
dalam
f. Menghubungkan
ketegangan,
ketakutan, 6. Pandu keikutsertaan dalam perawatan diri
mengembangkan rencana
perilaku
dengan
insomnia, tremor,
peka 7. Arahkan kembali sesuai kebutuhan
perawatan dan mencapai
perasaan
(mis. 8. Bantu
rangsang,
isolasi,
pasien
dalam perubahan perilaku
kehilangan
keletihan, pekerjaan)
gelisah,
mengidentifikasikemungkinan sumber stress
penyimpangan persepsi. 9. Kenalkan humor dalam mengurangi ansietas
10.
Berikanpenyuluhan
penyuluhan
kesehatan
tentang Proses penuaan
TUK 3:
Setelah dilakukan interaksi
1. Berikan
kesehatan
tentang proses
dapat
ansietastermasuk
(dampakreaksi
terhadap
tubuh, tingkat membangkitkan ansietas
Pasien dapat menerima
dengan pasien selama 1x24
penuaan
berduka
ansietas,
dampak
kimiawi
tubuh)
perubahan
fisik
dan jam,
pasien
mampu 2. Beri
dorongan
pada
pasienpada
untuk
berfungsi pada beberapa orang
Kaji penggunaan
emosi
pada
proses menerima perubahan fisik 11.semandiri
mungkin alcohol, kafein, nikotin,
dan obat-obatan
penuaan
dan emosi pada
proses 3. Beri
dorongan lain.pada
psien
untuk
penuaan dengan
kriteria
mendiskusikan perasaan/ketakutan
hasil:
4. Bantu
dalam mengidentifikasi
strategi
TUK 2 :
Setelah dilakukan interaksi 1.
Bantupasien
pasien
untuk
menghubungkan
Untuk dapat mengenali
Pasienpasien selama
mampu
koping
yang
efektifperasaan
Pasien dapat mengenali a. dengan
1x24
perilaku
dengan
ansietas pada diri pasien
5. Bantu
pasien dalam mengidentifikasi sistem
ansietasnya sendiri
dan jam,mengenali
pasienketerbatasan
mampu 2.
Beridoronganpadapasienuntuk
sendiri
diperlukan
Mengungkapkan
pendukung
ikut
serta
dalam b.mengenali
ansietasnya
membicarakan perasaan tenang ansietas
bantuan
dari
tenaga
ketakutan
tentang
6.
Gali
dengan
pasien
penggunaan
sistem
mengembangkan
sendiri dengan
kriteria 3. Dapatkan persepsi pasien tentang ansietas medis khusunya perawat.
proses penuaan
pendukung secara efektif

c.
d.

Berfungsi pada tingkat


optimal
Menggunakan
kekuatan untuk
mengembangkan
koping terhadap proses
penuaan

TUK 4:
Setelah dilakukan interaksi Ikut serta dalam merencanakan pulang
1. Gali mekanisme koping dengan pasien;
Pasien
dapat dengan pasien selama 1x24
menunjukkan
strategi jam,
pasien
mampu
bantu pasien untuk mengidentifikasi
koping efektif
dalam menunjukkan
strategi
mekanisme koping yang telah berhasil
hubungannya
dengan koping
efektif
dalam
mengurangi ansietas
krisis
maturasi
dan hubungannya dengan krisis
2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
situasi.
maturasi dan situasi dengan
mekanisme
koping
adaptif
dalm
kriteria hasil:
pengharapan cultural pasien sendir
a. Pasien
mampu
3. Bicarakan pentingnya program latihan
mengembangkan
teratur
4. Berikan penyuluhan kesehatan dalam
rencana pribadi untuk
menurunkan ansietas
proses
pemecahan
masalah
(mis.
dengan menggunakan
mengatur, memprioritaskan, menerapkan,
proses
pemecahan
mengevaluasi)

Menggunakan
masalah
teknik
relaksasi termasuk
napas dalam
b. Mengidentifikasi
1. Instruksikan pasien untuk napas lambat
dukungan/sumber
dan dalam (mata dapat terpejam atau
komunitas
terbuka)
c. Memperagakan teknik
2. Minta pasien untuk duduk atau berbaring
relaksasi
dalam posisi yang nyaman dalam ruangan
d. Memenuhi kebutuhan
yang tenang (pasien harus memejamkan
perawatan diri

Salah satu manfaat dari


relaskasi
adalah untuk
menurunkan kecemasan
dengan cara
mengatur
pernapasan
dan
merieksasikan
otot-otot
pada bagian tubuh.

e.
f.

Membentuk hubungan
interpersonal
Ikut
serta
dalam
merencanakan pulang

mata kecuali tindakan ini membuatnya


merasa tidak nyaman)
3. Pada periode sepanjanglatihan minta
pasien untuk berfokus pada pernapasan
(lambat dan dalam)
4. Untuk memulai latihan, instruksikan
pasien untuk mengambil posisi yang
nyaman dan bayangkan sedang berada
pada tempat yang nyaman (mis. di pantai).
Kemudian instruksikan pasien untuk
menegangkan dengan perlahan (selama 5
detik) (tanpa cedera) dan kemudian rileks
setiap kelompok otot (10-15 detik)
5. Mulai dengan ibu jari kaki dan kaki dan
beralih secara progresif ke atas-betis,
paha, bokong, pinggang, tangan (buat
genggaman), lengan bawah, lengan atas,
bahu, leher, dan berakhir dengan wajah
(meringis). Setelah merelaksasikan wajah,
pasen harus tetap tenang selama 15 menit
(atau selama yang dapat ditoleransi oleh
pasien), berkonsentrasi dengan dami,
tenang dan pernapasan.
6. Instruksikan pasien untuk menggunakan
keseluruhan latihan atau hanya untuk area
yang tegang bila waktu memungkinkan
7. Instruksikan
pasien
untuk
menggunakanprosi napas dalam bila
waktu terbatas

No.

Diagnosa

Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan

Keperawatan

Kriteria Evaluasi

TUK 5:

Intervensi

Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu klien menjelaskan situasi


keperawatan selama 2 X 24
yang dapat segera menimbulkan
Klien dapat memperluas jam,
klien
mengetahui 2. Bersama klien meninjau kemb
kesadarannya terhadap perkembangan
ansietas
klien terhadap stressor yan
perkembangan ansietas
dengan kriteria hasil:
mengancam dan menimbulkan k
3. Kaitkan pengalaman yang baru t
1. Klien mampu memahami
pengalaman masa lalu yang relev
situasi dan interaksi yang
menyebabkan ansietas
2. Klien
mampu
menganalisis
pengalaman masa lalu
terhadap ansietas
TUK 6:
Setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan klien teknik rela
keperawatan selama 2 X 24
meningkatkan kontrol dan rasa p
Klien
dapat jam,
klien
dapat 2. Dorong klien untuk mengguna
menggunakan
teknik menggunakan
teknik
dalam menurunkan tingkat ansie
relaksasi
relaksasi dengan kriteria
hasil:
1. Tingkat ansietas klien
berkurang
2. Klien
mampu
mengulangi
teknik
relaksasi yang telah
diajarkan perawat

DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Linda Juall. 1995. Nursing Care Plans and Documentation. Jakarta : EGC.
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih bahasa oleh
Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Hambly, K. 1997. Bagaimana Meningkatkan Rasa Percaya Diri. Jakarta: Arcan.
Istiqomah. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.
NANDA. 2010. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Ahli bahasa Fatiah.
Smeltzer, S.C. and Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
Vol.2. Jakarta : EGC.
Stuart, G. W and Sudden, S. J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3 Cetakan I. Alih
Bahasa: Achir Yani. S. Hamid. Jakarta: EGC.
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Varcarolis, E.M. 2000. Psychiatric Nursing Clinical Guide: Assessment Tools &
Diagnosis. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Videbeck, Sheila I. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai