Anda di halaman 1dari 15

Tugas MA Psikopatologi Anak

Anxiety Disorder
(Separation Anxiety Disorder & Generalized Anxiety Disoder)
[REVISI]

Disusun oleh:
Amelya Dwi Astuti (1106013826)
Ayu Karlina (1106020623)

Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia
2013
Separation Anxiety Disorder (SAD)

I. Definisi

Separation anxiety disorder (SAD) adalah ketakutan yang parah dan tak masuk akal
untuk berpisah dengan orang tua atau pengasuh (Beidel & Turner, 2005). SAD sering dianggap
sinonim dengan school refusal, meskipun school refusal bukanlah sebuah diagnosis sendiri
melainkan deskripsi yang terkait dengan masalah perilaku. Namun demikian, hal tersebut
menjadi salah satu fitur yang sering muncul pada separation anxiety disorder (Nutt, Bell,
Masterson, & Short, 2001). Lebih lanjut, Silverman dan Field (2011) menyatakan bahwa
separation anxiety disorder (SAD) meliputi kecemasan berlebihan terhadap perpisahan dari
rumah atau sosok kelekatan utama, gangguan tidur dan mimpi buruk terkait perpisahan,
menangis dan merajuk ketika orang tua pergi, menempel pada pengasuh atau terus menerus
mencari sosok kelekatan utama, gangguan perilaku dan/atau keluhan somatis selama berpisah,
ketakutan yang menetap untuk sendiri, dan menghindari perpisahan dengan pengasuh
(misalnya pada perilaku school refusal).
Anak dengan SAD merasa takut dan cemas terhadap perpisahan dari sosok kelekatan
sampai pada tahap yang sudah tidak sesuai secara perkembangan. Ada ketakutan dan
kecemasan menetap tentang hal yang membahayakan akan menimpa sosok kelekatannya dan
kejadian yang mengarah pada kehilangan atau perpisahan dari sosok kelekatannya serta
keengganan untuk jauh dari sosok kelekatannya, seperti halnya mimpi buruk dan gejala-gejala
fisik dari tekanan. Meskipun gejalanya sering berkembang pada anak sekolah, hal ini dapat
ditampilkan sepanjang masa dewasa (DSM V; APA, 2013).

II. Kriteria Diagnostik

Dalam DSM V (DSM V; APA, 2013), disebutkan kriteria diagnostik untuk separation
anxiety disorder adalah sebagai berikut:
A. Ketakutan atau kecemasan tidak pantas dan berlebihan secara perkembangan mengenai
perpisahan dari orang-orang yang lekat dengannya, sebagaimana dibuktikan oleh
setidaknya tiga hal berikut:
1. Distress berlebihan yang berulang ketika mengantisipasi atau mengalami perpisahan
dari rumah atau dari sosok kelekatan utama.
2. Kekhawatiran yang menetap dan berlebihan akan kehilangan sosok kelekatan utama
atau terhadap kemungkinan bahaya bagi mereka, seperti sakit, cedera, bencana, atau
kematian.
3. Kekhawatiran yang menetap dan berlebihan akan mengalami peristiwa yang tidak
diinginkan (misalnya tersesat, diculik, mengalami kecelakaan, mengidap penyakit) yang
menyebabkan perpisahan dari sosok yang paling lekat.
4. Keengganan atau penolakan menetap untuk pergi keluar, jauh dari rumah, ke sekolah,
bekerja, atau ke manapun karena takut perpisahan.
5. Ketakutan yang menetap dan berlebihan atau keengganan untuk sendirian atau tanpa
sosok kelekatan utama di rumah atau di tempat lainnya.
6. Keengganan atau penolakan menetap untuk tidur jauh dari rumah atau tidak di dekat
sosok kelekatan utama.
7. Mimpi buruk berulang yang melibatkan tema perpisahan.
8. Keluhan gejala fisik yang berulang (misalnya sakit kepala, sakit perut, mual, muntah)
pada saat perpisahan dari sosok kelekatan terjadi atau ketika mengantisipasi hal
tersebut.
B. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran menetap, berlangsung setidaknya 4 minggu
pada anak-anak dan remaja, serta biasanya 6 bulan atau lebih pada orang dewasa.
C. Gangguan menyebabkan distress yang signifikan secara klinis atau gangguan dalam
bidang sosial, akademik, pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya.
D. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain, seperti menolak untuk
meninggalkan rumah karena resistensi yang berlebihan terhadap perubahan pada autism
spectrum disorder; delusi atau halusinasi mengenai perpisahan pada psychotic disorders;
penolakan untuk pergi ke luar tanpa pendamping terpercaya pada agoraphobia;
kekhawatiran tentang kesehatan yang buruk atau hal merugikan lainnya menimpa
significant others pada generalized anxiety disorder; atau kekhawatiran memiliki penyakit
pada illness anxiety disorder.

III. Epidemiology

SAD merupakan gangguan kecemasan paling umum pada masa anak-anak (Last et al.,
1987, dalam Eisen, Brien, Bowers, dan Strudler, 2001). Prevalensi yang diperkirakan dari
sampel komunitas berkisar antara 3% sampai 5% pada anak-anak (Anderson et al., 1987; Bird
et al., 1988, dalam Eisen, Brien, Bowers, dan Strudler, 2001) dan 0,01% sampai 2,4% pada
remaja (Bowen et al., 1990; Fergussen et al., 1993; McGee et al., 1992, dalam Eisen et al.,
2001). Prevalensi yang diperkirakan dari klinik khusus kecemasan anak lumayan besar.
Contohnya, Last dkk (1987, dalam Eisen et al., 2001) melaporkan bahwa SAD menyumbang
33% dari penerimaan dibandingkan dengan 15% dari masing-masing penerimaan generalized
anxiety, school phobia, dan major depression.
SAD lebih umum teramati pada anak perempuan daripada anak laki-laki (Last et al.,
1987, 1992, dalam Eisen et al., 2001). Namun demikian, perbedaan simtomatologi lebih
dikarenakan fungsi usia daripada perbedaan gender. Contohnya, anak-anak prasekolah sering
mengalami mimpi buruk dengan tema terkait perpisahan. Anak-anak usia sekolah dan yang
lebih tua cenderung mengalami ketidaknyamanan yang intens terhadap perpisahan dan
keluhan somatis di hari sekolah (Francis et al., 1987, dalam Eisen et al., 2001).
Dalam DSM V (DSM V; APA, 2013), disebutkan bahwa prevalensi SAD 12 bulan di
antara orang tua di US berkisar 0.9%-1.9%. Pada anak-anak, prevalensi 6 sampai 12 bulan
diperkirakan sekitar 4%. Pada remaja di US, prevalensi 12 bulan sebesar 1.6%. Prevalensi SAD
menurun dari anak-anak ke remaja dan dewasa, serta gangguan kecemasan yang paling umum
berada pada anak-anak di bawah 12 tahun. Dalam sampel klinis anak, gangguan setara pada
laki-laki dan perempuan. Dalam komunitas, gangguan lebih sering terjadi pada perempuan.

IV. Perkembangan dan Alur


Dalam DSM V (DSM V; APA, 2013), dipaparkan bahwa periode peningkatan separation
anxiety dari sosok yang lekat adalah bagian dari perkembangan awal yang normal, dan
mengindikasikan perkembangan hubungan kelekatan yang aman (secure attachment
relationships), misalnya pada usia sekitar satu tahun, ketika bayi mengalami kecemasan orang
asing (stranger anxiety). Awal mula SAD mungkin sekitar usia prasekolah, serta mungkin terjadi
kapanpun selama anak-anak, dan lebih jarang pada saat remaja. Biasanya ada periode
exacerbation (memburuk) dan remission (membaik).
Dalam beberapa kasus, baik kecemasan akan kemungkinan perpisahan maupun
penghindaran situasi yang melibatkan perpisahan dari rumah atau keluarga inti (misalnya pergi
kuliah, berpindah dari sosok yang lekat) mungkin menetap sampai dewasa. Akan tetapi,
mayoritas anak dengan SAD terbebas dari impairing anxiety disorders selama hidupnya.
Banyak orang dewasa dengan SAD tidak mengingat titik awal SAD masa anak-anak, meskipun
mereka mungkin mengingat gejala-gejalanya.
Manifestasi SAD bervariasi dari usia. Anak-anak yang lebih muda lebih enggan untuk
pergi ke sekolah atau mungkin menghindari sekolah sama sekali. Mereka mungkin tidak
mengekspresikan kekhawatiran atau ketakutan spesifik pada ancaman pasti terhadap orang
tua, rumah, atau dirinya sendiri, dan kecemasan termanifestasi hanya ketika perpisahan
dialami. Semakin lama, kekhawatiran muncul; biasanya kekhawatiran terhadap bahaya spesifik
(misalnya kecelakaan, penculikan, perampokan, kematian) atau keraguan mengenai tidak
bertemunya dengan sosok yang lekat. Pada orang dewasa, SAD mungkin membatasi
kemampuannya untuk menyesuaikan dengan perubahan keadaan (misalnya pindah, menikah).
Orang dewasa dengan gangguan biasanya terlalu mempedulikan keturunan dan pasangan
mereka dan mengalami ketidaknyamanan yang kentara ketika berpisah dari mereka. Mereka
mungkin juga mengalami kekacauan yang signifikan dalam pekerjaan atau pengalaman sosial
karena butuh untuk secara terus-menerus mengecek keberadaan significant other-nya.

V. Faktor Risiko dan Prognostik


Dalam DSM V (DSM V; APA, 2013), faktor risiko dan prognostik SAD terbagi menjadi
dua, yaitu:
1. Faktor lingkungan. SAD sering berkembang setelah tekanan hidup, khususnya
kehilangan (misalnya kematian keluarga atau binatang peliharaan; penyakit individu
atau keluarga; perubahan sekolah; perceraian orang tua; perpindahan ke lingkungan
tetangga baru; imigrasi; bencana yang melibatkan periode perpisahan dari sosok
yang lekat). Pada dewasa muda, contoh lain tekanan hidup meliputi meninggalkan
rumah orang tua, memasuki hubungan romantis, dan menjadi orang tua.
Overprotective dan gangguan pola asuh bisa jadi berkaitan dengan SAD.
2. Faktor genetis dan fisiologis. SAD pada anak mungkin diwariskan. Pewarisan
diperkirakan 73% pada komunitas sampel kembar usia 6 tahun, dengan
perbandingan lebih tinggi pada perempuan. Anak-anak dengan SAD menunjukkan
sensitivitas yang sangat meningkat untuk stimulasi pernapasan menggunakan udara
yang kaya CO2.

V.1. Isu Diagnostik Terkait Budaya


DSM V (DSM V; APA, 2013) menjelaskan bahwa terdapat variasi budaya pada sejauh
mana sesuatu diharapkan dalam menoleransi perpisahan, sehingga keinginan dan kesempatan
untuk berpisah antara orang tua dan anak mungkin dihindari dalam beberapa budaya. Misalnya,
ada variasi yang besar antara negara dan budaya yang menghormati orang tua di mana
keturunannya diharapkan meninggalkan rumah orang tua. Oleh karena itu, penting untuk
mendiferensiasi gangguan kecemasan perpisahan dari tingginya nilai yang ditempatkan
beberapa budaya berada pada saling ketergantungan antara anggota keluarga.
V.2. Isu Diagnostik Terkait Gender
Anak perempuan menunjukkan keengganan atau penghindaran terhadap sekolah yang
lebih besar daripada anak laki-laki. Ekspresi takut akan perpisahan yang secara tidak langsung
mungkin lebih umum muncul pada laki-laki daripada perempuan, misalnya dengan aktivitas
mandiri yang terbatas, keengganan untuk jauh dari rumah sendiri, tekanan ketika pasangan
atau anak melakukan sesuatu secara mandiri, atau ketika kontak dengan pasangan atau anak
tidak mungkin dilakukan (DSM V; APA, 2013).

VI. Risiko Bunuh Diri

SAD pada anak dapat berhubungan dengan peningkatan risiko bunuh diri. Pada
komunitas sampel, kehadiran mood disorders, anxiety disorders, atau substance use telah
menunjukkan hubungan dengan pemikiran dan upaya bunuh diri. Namun, hubungan ini tidak
spesifik hanya pada SAD tetapi ditemukan di berbagai anxiety disoders (DSM V; APA, 2013).

VII. Konsekuensi Fungsional dari SAD

Dalam DSM V (DSM V; APA, 2013), disebutkan bahwa orang dengan SAD biasanya
membatasi aktivitas mandiri yang jauh dari rumah atau sosok kelekatan (misalnya, pada anak
adalah menghindari sekolah, tidak pergi kemah, atau memiliki kesulitan untuk tidur sendiri,
sementara itu pada remaja adalah tidak pergi kuliah, dan pada orang dewasa dapat berupa
tidak meninggalkan rumah orang tua, tidak bepergian, ataupun tidak bekerja di luar rumah).

VIII. Perbedaan dengan Diagnosis Lain

DSM V (DSM V; APA, 2013) menjelaskan perbedaan diagnosis untuk SAD dengan
diagnosis lainnya.
1. Generalized anxiety disorder. SAD dibedakan dari GAD dalam hal kecemasan secara
dominan mengenai perpisahan dengan sosok kelekatan, dan jika kekhawatiran lain
muncul, hal itu tidak mendominasi gambaran klinis.
2. Panic disorder. Ancaman perpisahan mungkin mengarah pada kecemasan ekstrim dan
bahkan panic attack. Pada SAD, kecemasan lebih mengarah pada kemungkinan untuk
jauh dari sosok kelekatan serta kekhawatiran akan terjadinya peristiwa yang tidak
diinginkan menimpa mereka, sementara pada panic disoder, seseorang menjadi tidak
berdaya karena serangan panik yang tidak terduga.
3. Agoraphobia. Tidak seperti orang dengan agoraphobia, orang-orang dengan SAD
bukan cemas terhadap situasi terjebak atau tidak berdaya dalam situasi di mana ia sulit
untuk kabur ketika terjadi gejala seperti panik atau gejala lainnya yang membuat ia tak
berdaya.
4. Conduct disorder. Penghindaran (bolos) sekolah biasa dalam conduct disorder, tetapi
SAD tidak bertanggung jawab terhadap absensi sekolah. Selain itu, anak atau remaja
yang mengalami conduct disorder justru cenderung menjauh dari rumah daripada
pulang.
5. Social anxiety disorder. School refusal mungkin dikarenakan social anxiety disorder
(social phobia). Dalam hal ini, school avoidance disebabkan takut dinilai buruk oleh
orang lain daripada khawatir terpisah dari sosok kelekatan.
6. Posttraumatic stress disorder. Ketakutan berpisah dari orang yang dicintai biasanya
terjadi setelah peristiwa traumatis seperti bencana, khususnya jika selama peristiwa
tersebut terjadi perpisahan dari orang yang dicintai. Pada posttraumatic stress disorder
(PTSD), pusat gejalanya adalah gangguan dan penghindaran terhadap memori yang
terkait dengan peristiwa traumatis tersebut, sedangkan pada SAD, kekhawatiran dan
penghindaran mengarah pada kesejahteraan sosok kelekatan dan perpisahan dari
mereka.
7. Illness anxiety disorder. Individu dengan illness anxiety disorder merasa khawatir akan
kemungkinan ia mengidap penyakit spesifik, tetapi fokus utamanya adalah tentang
diagnosis medis itu sendiri, bukan tentang keterpisahan dari sosok kelekatan.
8. Bereavement. Keinginan atau pengharapan yang kuat terhadap orang yang sudah
meninggal, kesedihan intens dan rasa sakit emosional, serta preokupasi terhadap
almarhum atau keadaan kematian diduga merupakan respon yang terjadi selama masa
berkabung, sementara takut berpisah dari sosok kelekatan lainnya merupakan pusat
dari SAD.
9. Depressive and bipolar disorders. Gangguan-gangguan ini dapat berhubungan
dengan keengganan untuk meninggalkan rumah, tetapi fokus utamanya bukan
kekhawatiran atau ketakutan terhadap kejadian tak diinginkan menimpa sosok
kelekatan, melainkan lebih kepada motivasi untuk terlibat dengan dunia luar yang
rendah. Namun demikian, individu dengan SAD mungkin menjadi depresi ketika terpisah
atau pada saat antisipasi perpisahan.
10. Oppositional defiant disorder. Anak-anak dan remaja dengan SAD mungkin
menentang ketika dipaksa untuk terpisah dari sosok kelekatannya. Seseorang dianggap
mengalami oppositional defiant disorder hanya ketika ada perilaku menentang menetap
yang tidak terkait dengan antisipasi atau kejadian perpisahan dari sosok kelekatan.
11. Psychotic disorders. Tidak seperti halusinasi pada psychotic disorders, pengalaman
perseptual tidak biasa yang mungkin terjadi pada SAD umumnya disebabkan oleh
mispersepsi terhadap stimulus aktual yang terjadi hanya pada situasi tertentu (misalnya
malam hari) dan segera pulih dengan hadirnya sosok kelekatan.
12. Personality disorders. Dependent personality disorder dikarakteristikkan dengan
kecenderungan tidak diskriminatif untuk bergantung pada orang lain, sedangkan SAD
melibatkan fokus mengenai kedekatan dan keamanan sosok kelekatan utama.
Borderline personality disorder ditandai dengan ketakutan ditinggalkan oleh orang yang
dicintai, ditambah dengan masalah pada identitas, self-direction, fungsi interpersonal
dan impulsivitas, sementara pada SAD hal-hal tambahan tersebut bukan utama.

IX. Komorbiditas

Pada anak, SAD memiliki komorbiditas yang tinggi dengan Generalized Anxiety Disorder
(GAD) dan specific phobia. Pada orang dewasa, komorbiditas yang umum meliputi specific
phobia, PTSD, panic disorder, GAD, social anxiety disorder, agoraphobia,
obsessive-compulsive disorder, dan personality disorder. Depressive dan bipolar disorders juga
komorbid dengan SAD pada orang dewasa (DSM V; APA, 2013).

X. Treatments

Nutt et al. (2001) memaparkan dua jenis treatment untuk anak dengan SAD, yakni
psychological treatment dan psychopharmacological treatment. Psychological treatment dapat
berupa intervensi perilaku (behavioral intervention), khususnya pemaparan bertahap pada
situasi yang menakutkan (misalnya kehadiran di sekolah) yang dianggap efektif dan dapat
digunakan dalam kombinasi dengan intervensi keluarga untuk memastikan bahwa perilaku
menghindar tidak diperkuat atau didorong.
Pada psychopharmacological treatment, penelitian awal terhadap obat-obatan cenderung
menggunakan kelompok diagnosis yang lebih luas, meliputi anak-anak dengan anxious
school-refusing yang tidak diperlukan untuk mengisi kriteria diagnosis SAD sekarang. Satu dari
percobaan awal melihat imipramine versus plasebo dan menunjukkan hasil yang menjanjikan,
tetapi penelitian selanjutnya gagal mereplikasi penemuan ini, dan percobaan 12 pekan
berikutnya dengan clomipramine dosis rendah (40-75 mg/hari) tidak menunjukkan manfaat
terapeutik apapun. Dalam percobaan terbuka yang lebih baru untuk treatment anak dan remaja
dengan gangguan kecemasan termasuk SAD, fluoxetine menunjukkan peningkatan secara
klinis, tetapi percobaan double-blind lebih lanjut jelas diperlukan. Dari 21 anak-anak dengan
berbagai anxiety disorder (overanxious disorder, social phobia, atau separation anxiety
disorder), fluoxetine (dengan dosis 25,7 mg/hari) menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Generalized Anxiety Disorder (GAD)

I. Definisi dan karakteristik

Generalized anxiety disorder (GAD) adalah kecemasan yang tidak ada sumber jelas
mengenai sumber kecemasannya. Kecemasan digeneralisasi dalam setiap kejadian sehari-hari.
Kecemasan yang dialami oleh anak-anak dengan GAD tersebar luas dan berfokus pada
berbagai kehidupan sehari-hari mereka, tidak seperti kecemasan lain yang terkait dengan
sumber pemicu spesifik seperti keterpisahan, keramaian, hewan atau pun serangga.
Penderita GAD menganggap kekhawatiran mereka sebagai sesuatu yang tidak bisa
dikontrol (Ruscio, Borkovek, & Ruscio, 2001). Anak-anak dengan gangguan GAD sering
mengalami kegagalan dalam kecemasan mereka, selain itu mereka akan mengalami berbagai
gejala keluhan fisik, seperti ketegangan otot, mudah lelah, kekurangan energi, lekas marah,
serta mengalami gangguan tidur, seperti sulit untuk tidur dan tidur yang tidak nyenyak.

II.1. Karateristik GAD berdasarkan DSM –IV-TR:

A. Mengalami kecemasan yang berlebihan dan kekhawatiran yang sering muncul selama enam
bulan. Biasanya kecemasan terkait dengan aktivitas dan situasi sekolah atau pekerjaan.
B. Individu mengalami kesulitan dalam mengontrol kecemasan
C. Kecemasan dan kekhawatiran terkait dengan tiga atau lebih dari enam gejala berikut yang
terjadi minimal selama enam bulan:
Catatan: Hanya satu item yang diperlukan pada anak-anak.
(1) Gelisah, dan tegang
(2) Menjadi mudah lelah
(3) Susah berkonsentrasi atau pikiran kosong
(4) Mudah Marah
(5) Ketegangan otot
(6) Gangguan tidur

II.2. Karakteristik GAD berdasarkan DSM V

A. Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan mengenai sejumlah peristiwa atau kegiatan
sehari-hari,( seperti pekerjaan atau kinerja sekolah), yang lebih sering terjadi daripada tidak
selama paling sedikit enam bulan.
B. Individu merasa kesulitan untuk mengontrol kekhawatiran pada diri nya .
C. Rasa cemas dan khawatir terkait dengan tiga atau lebih gejala dari enam gejala berikut ini:
Catatan : Hanya satu item yang diperlukan pada anak-anak .
(1) Kegelisahan atau perasaan tegang
(2) Menjadi mudah lelah .
(3) Sulit untuk berkonsentrasi.
(4) Mudah tersinggung.
(5) Ketegangan otot .
(6) Gangguan tidur (sulit untuk tidur, gelisah, tidur tidak nyenyak)
D. Kecemasan, kekhawatiran, atau simtom fisik yang muncul menyebabkan distres yang
signifikan secara klinis, dan menyebabkan gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau
fungsi-fungsi lain yang penting dalam kehidupan,
E. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat (misalnya, penyalahgunaan
obat) atau kondisi medis lain (misalnya, hipertiroid).
F. Bukan disebabkan oleh gangguan mental lain (misalnya panic disorder, social phobia,
gangguan delusi, dsb)

III. Epidemiology

Prevalensi GAD ditemukan sebanyak 3-6% pada semua anak (Albano et al, 2003 dalam
Mash & Wolfe), secara umum gangguan ini memiliki prevalensi yang sama antara laki-laki dan
perempuan, dengan prevalensi sedikit lebih tinggi pada remaja perempuan. Pada DSM V
disebutkan bahwa selama satu tahun sebanyak 0,9% di kalangan remaja dan 2,9% di kalangan
orang dewasa pada masyarakat umum di Amerika Serikat. Wanita dua kali lebih mungkin
mengalami GAD dibandingkan laki-laki. Prevalensi diagnosis meningkat pada usia pertengahan
dan mengalami penurunan di usia akhir.
Individu keturunan Eropa cenderung mengalami GAD lebih sering daripada orang
keturunan non-Eropa (yaitu, Asia, Afrika, penduduk asli Amerika dan Kepulauan Pasifik). Selain
itu, orang dari negara maju lebih mungkin mengalami GAD dibandingkan orang dari
negara-negara belum berkembang.

IV. Perkembangan dan Alur

Dalam DSM V dikatakan, banyak individu dengan GAD melaporkan bahwa mereka
merasakan kecemasan dan kegelisahan sepanjang kehidupan mereka. Usia rata-rata
munculnya gangguan ini adalah 30 tahun, tetapi usia penyebarannya muncul pada jangkauan
yang sangat luas. Usia rata-rata yang muncul pada gangguan kecemasan lain lebih akhir
daripada gangguan ini. Simtom-simtom kecemasan dan kegelisahan yang berlebihan dapat
terjadi lebih awal pada kehidupan tetapi kemudian diwujudkan sebagai temperamen anxious.
Gangguan ini jarang terjadi sebelum remaja. Dalam Mash and Wolfe (2005) dikatakan, untuk
anak-anak usia rata-rata onset GAD adalah 10 sampai 14 tahun (Albano et al., 2003).
Dikatakan pula bahwa simtom-simtom GAD cenderung menjadi kronis dan bertambah
sepanjang rentang kehidupan, serta sangat sulit untuk mencapai kesembuhan total.
Perbedaan utama antar kelompok usia adalah konten dari sumber kekhawatiran
individu. Anak-anak dan remaja cenderung lebih khawatir mengenai sekolah dan sporting
performance, sedangkan orang dewasa yang lebih tua memiliki sumber kecemasan yang lebih
besar mengenai kesejahteraan keluarga atau kesehatan fisik mereka sendiri. Dengan demikian,
konten kekhawatiran individu cenderung disesuaikan dengan usia. Orang dewasa yang lebih
muda mengalami simtom-simtom keparahan yang lebih besar dibandingkan dengan orang
dewasa yang lebih tua.

V. Faktor Risiko dan Prognostik

Dalam DSM V, faktor risiko dan prognostik GAD terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Faktor temperamen. GAD dapat berkembang pada individu yang memiliki perilaku
inhibisi, neurotic, serta harm avoidance.
2. Faktor lingkungan. Lingkungan dapat memberikan risiko terhadap GAD pada anak,
misalkan melalui pola asuh orangtua yang terlalu protektif terhadap anak.
3. Faktor genetik dan fisiologis. 1/3 risiko GAD disebabkan oleh faktor genetis.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa GAD memiliki komponen biologis. GAD sering
ditemukan pada orang-orang yang memiliki keluarga dengan penderita gangguan ini. Pada
penelitian pada anak kembar, ditemukan bahwa kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami
GAD terjadi pada pasangan kembar identik (Monozygote) dibanding kembar tidak identik
(Dyzygote). Model neurobiologi menjelaskan bahwa GAD dapat disebabkan oleh kerusakan
dalam sistem GABA (gamma-aminobutyric), yang merupakan neurotransmitter penghambat
kecemasan, sehingga kerusakan ini menyebabkan seseorang tidak dapat mengendalikan
kecemasannya.

V.1. Isu Diagnostik Terkait Gender


GAD didiagnostik lebih sering terjadi pada perempuan. Sekitar 55% - 60% dari pasien
yang mengalami gangguan adalah perempuan. Dalam studi epidemiologi, dua pertiga yang
mengalami GAD adalah perempuan. Selain itu, terdapat pola yang berbeda pada perempuan
dan laki-laki yang mengalami GAD terkait dengan komorbiditas. Pada perempuan, komorbiditas
terbatas pada gangguan cemas serta stress unipolar, sedangkan pada laki-laki komorbiditas
lebih mengarah pada gangguan penyalahgunaan zat dan obat.

VI. Konsekuensi Fungsional dari GAD

GAD akan sangat mengganggu individu dalam menjalankan tugas kesehariannya


secara cepat dan efisien. Beberapa gejala GAD seperti ketegangan otot, mudah lelah, dan dan
sulit berkonsentrasi, membuat individu kehilangan energi untuk menjalankan aktivitasnya,
sehingga dibutuhkan banyak waktu dan energi untuk bisa menyelesaikan tugas-tugas
sehari-hari. Selain itu, rasa khawatir yang berlebihan, dapat menurunkan keyakinan terhadap
diri sendiri dalam menyelesaikan tugas sehari-hari.

VIII. Perbedaan dengan Diagnosis Lain

1. Anxiety disorder due to another medical condition. Diagnosis kecemasan individu


ditetapkan berdasarkan kondisi medis, yakni melalui temuan di laboratorium, pemeriksaan
fisik, serta efek fisiologis dari kondisi medis yang spesifik misalnya hipertiroidisme.
2. Substance/medication-induced anxiety disorder. Diagnosis kecemasan berdasarkan
sumber kecemasan yang didapat ketika menyalahgunakan bahan atau obat. Sehingga
kecemasan hanya terjadi ketika individu dalam keadaan menggunakan bahan atau obat
tertentu. Misalkan individu yang mengalami kecemasan setelah mengonsumsi kopi dalam
jumlah berlebih, sehingga akan didiagnosis sebagai gangguan kecemasan induksi kafein.
3. Social anxiety disorder. Kecemasan sosial fokus pada situasi sosial dimana individu
mengalami kecemasan terhadap evaluasi dari orang lain. Sedangkan GAD tidak terkait
terhadap evaluasi orang lain, melainkan terhadap kemampuannya dalam menjalankan
tugas kesehariannya.
4. Obsessive-compulsive disorder. GAD terkait pada penyelesaian tugas di masa yang akan
datang, sedangkan pada OCD kecemasan lebih terfokus pada ide-ide atau pikiran yang
tidak sejalan, sehingga dianggap mengganggu dan menimbulkan kecemasan.
5. Posttraumatic stress disorder and adjustment disorders. Pada gangguan pasca trauma
dan penyesuaian, kecemasan terjadi diakibatkan oleh adanya suatu kejadian traumatis,
serta stressor. Hal lain yang juga membedakan dengan GAD, yakni berdasarkan waktu
pengidentifikasian kecemasan. Gangguan penyesuaian, diidentifikasi pada waktu tiga bulan
setelah kemunculan stressor, dan tidak akan bertahan selama enam bulan.

IX. Komorbiditas

Pada anak, GAD memiliki komorbiditas yang tinggi dengan gangguan cemas lainnya serta
gangguan depresi unipolar. Komorbiditas ini dikaitkan dengan faktor temperamen, serta faktor
genetik dan lingkungan dari individu.

X. Terapi

1. CBT (Cognitive behavioural therapy): Dapat digunakan (Borkoves dan Ruscos, 2001)
untuk mengarahkan individu dalam mengendalikan pikiran yang menimbulkan kecemasan yang
mengarahkan klien belajar untuk mengendalikan pikiran yang menimbulkan kecemasan,
mengatur dan mengurangi pikiran cemas yang negatif.
2. Relaksasi: Dapat dikombinasikan bersama CBT, untuk menjadikan individu dapat berpikir
tenang, sehingga mampu mengganti kecemasan negatifnya menjadi kecemasan yang rasional.
3. Medis: Anxiolytic dapat digunakan untuk GAD, dan juga sering digunakan pada
gangguan phobia atau gangguan kecemasan lainnya). Obat-obatan lain yang dapat digunakan
adalah benzodiazepin, seperti Valium dan Xanax, juga buspirone (BuSpar), yang dapat
menurunkan gejala kecemasan pada individu.
Daftar Pustaka

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders
(fifth edition). Washington, DC: Author.

Beidel, D. C., & Turner, S. M. (2005). Childhood anxiety disorders: A guide to research and
treatment. New York, USA: Routledge.

Davison, Gerald C, john M.Neale, Ann M.Kring. (2006). Psikologi abnormal. Edisi kesembilan.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Durand, V. Mark, & Barlow, David H. (2006).Psikologi Abnormal. Edisi Keempat. Jilid Pertama.
Jogjakarta : Pustaka Pelajar

Eisen, A. R., Brien, L. K., Bowers, J., & Strudler, A. (2001). Separation anxiety disorder. Dalam
C. A. Essau & F. Petermann (Eds). Anxiety disorders in children and adolescents:
Epidemiology, risk factors, and treatment. East Sussex, USA: Brunner-Routledge.

Mash, Eric. J & David A.Wolfe. (2005). Abnormal child psychology (Third Edition). Belmont, CA,
USA : Thomson wadsworth.

Nutt, D., Bell, C., Masterson, C., & Short, C. (). Mood and anxiety disorders in children and
adolescents: A psychopharmacological approach. London, UK: Martin Dunitz.

Silverman, W. K., Field, A. P. (2011). Anxiety disorder in children and adolescents (2nd ed).
Cambridge, UK: Cambridge University Press.

Whitebourne, Susan K, & Halgin Richard P.(2009). Psikologi Abnormal. Jakarta : Salemba
Humanika

Anda mungkin juga menyukai