Anda di halaman 1dari 118

Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan termasuk gangguan yang terdiri dari gejala ketakutan yang belebihan
dan kecemasan dan gangguan keperibadian Takut adalah respon emosi terhadap ancaman yang
nyata, sedangkan kecemasan adalah antisipasi terhadap ancaman masa depan. Tentu saja dua
hal ini dapat beririsan, namun terdapat hal yang dapat dibedakan, dengan ketakutan lebih sering
dikaitkan dengan lonjakan otonom gairah yang diperlukan untuk keadaan flight or fight, pikiran
bahaya langsung, dan perilaku melarikan diri, dan kecemasan lebih sering dikaitkan dengan
ketegangan otot dan kewaspadaan dalam persiapan untuk bahaya di masa depan dan perilaku
yang berhati-hati atau menghindar. Terkadang tingkat ketakutan atau kecemasan berkurang
dengan perilaku menghindar. Serangan panik termasuk gangguan kecemasan terkhusus sebagai
respon terhadap takut. Serangan panik tidak hanya terbatas dalam gangguan kecemasan namun
dapat muncl dalam kelainan mental lainnya.
Gangguan kecemasan berbeda satu sama lain dalam jenis objek atau situasi yang
menginduksi rasa takut, kecemasan, atau perilaku menghindar, dan ide kognitif yang terkait.
Dengan demikian, disaat gangguan kecemasan cenderung sangat komorbid satu sama lain,
mereka dapat dibedakan dengan pemeriksaan langsung dari jenis situasi yang ditakuti atau
dihindari dan isi dari pikiran atau keyakinan yang terkait.
Gangguan kecemasan berbeda dari ketakutan normatif dalam proses perkembangan atau
kecemasan akibat menjadi berlebihan atau bertahan melampaui periode perkembangan yang
sesuai. Mereka berbeda dari rasa takut atau kecemasan sementara, yang sering disebabkan oleh
stres, dengan menjadi gigih (misalnya, biasanya berlangsung selama 6 bulan), meskipun
kriteria durasi ditujukan sebagai panduan umum dengan fleksibilitas durasi yag lebih pendek
pada anak-anak (seperti pada gangguan kecemasan akibat separasi dan mutisme selektif).
Meskipun individu dengan gangguan kecemasan biasanya melebih-lebihkan bahaya dalam
situasi yang mereka takuti atau hindari, penentuan utama apakah rasa takut atau kecemasan itu
berlebihan atau tidak proporsional, ditentukan oleh dokter, dengan mempertimbangkan faktor-
faktor kontekstual budaya. Banyak gangguan kecemasan berkembang di masa kecil dan
cenderung menetap jika tidak diobati. Sebagian besar terjadi lebih sering pada wanita
dibandingkan pada laki-laki (perkiraan rasio 2: 1). Setiap gangguan kecemasan didiagnosis
hanya ketika gejalanya tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat/obat atau kondisi medis
lain atau tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lainnya.

1
Bab ini disusun berdasarkan urutan perkembangan usia, dengan tiap gangguan diurutkan
sesuai dengan tipikal usia terjadinya kelainan. Individu dengan gangguan kecemasan separasi
takut atau cemas terhadap berpisahan dari hal-hal penting bahkan hingga ke tingkat yang tidak
sesuai perkembangan. Ada ketakutan atau kecemasan yang menetap terhadap hal yang buruk
terjadi kepada hal-hal atau peristiwa yang penting yang dapat berujung pada hilangnya atau
perpisahan dengan hal-hal tertentu dan keengganan untuk hilang dari hal tersebut, sehingga
dapat memunculkan gejala fisik dan mimpi buruk. Walaupun gejala tersebbut seringkali
muncul pada masa kanak-kanak, gejala ini dapat diekspresikan hingga masa dewasa.
Mutisme selektif ditandai dengan adanya gangguan berbicara di keadaan dimana individu
diharuskan untuk berbicara yang terjadi secara konstan (misalnya di sekolah) meskipun
individu tersebut tidak memiliki gangguan dalam situasi lainnya. Gangguan berbicara tersebut
memiliki konsekuensi yag signifikan terhadap prestasi akademik atau pekerjaanya atau dapat
mengganggu kehidupan bersosial. Individu dengan fobia spesifik memiliki ketakutan atau
kecemasan atau penghidaran terhadap objek atau situasi tertentu. Ide kognisi spesifik tidak
dimasukan pada gangguan ini, ataupun dalam gangguan kecemasan lainnya. Ketakutan,
kecemasan, atau penghindaran diri seringkali diakibatkan secara langsung oleh fobia terhadap
keadaan tertentu. Ada berbagai jenis fobia spesifik seperti hewan, lingkungan alami, luka
injeksi, dan situasi lainnya.
Dalam gangguan kecemasan sosial (fobia sosial), individu takut atau cemas tentang atau
menghindari interaksi sosial dan situasi yang melibatkan kemungkinan diteliti. Ini termasuk
interaksi sosial seperti bertemu orang asing, situasi di mana individu dapat diamati makan atau
minum, dan situasi di mana individu tampil di depan orang lain. Gagasan kognitifnya adalah
ketakutan untuk dinilai buruk, tampil memalukan, dihina, ataupun ditolak oleh orang lain.
Dalam gangguan panik, individu tersebut mengalami serangan panik berulang yang tak terduga
dan terus-menerus atau khawatir terjadi lebih banyak serangan panik atau mengubah
perilakunya dengan cara yang maladaptif karena serangan panik (misalnya menghindari
olahraga atau lokasi yang tidak dikenal).
Serangan panik adalah gelombang tiba-tiba dari rasa takut yang hebat atau
ketidaknyamanan intens yang mencapai puncaknya dalam beberapa menit, disertai dengan
gejala fisik dan / atau kognitif. Gejala serangan panik yang teratas terdiri dari kurang dari empat
gejala. Serangan panik berfungsi sebagai penanda dan faktor prognostik untuk keparahan
diagnosis, perjalanan, dan komorbiditas di berbagai gangguan, termasuk, tetapi tidak terbatas
pada, gangguan kecemasan (misalnya, penggunaan narkoba, gangguan depresi dan psikotik).

2
Oleh karena itu serangan panik dapat digunakan sebagai penentu deskriptif untuk setiap
gangguan kecemasan serta gangguan mental lainnya.
Individu dengan agorafobia takut dan cemas tentang dua atau lebih situasi berikut ini:
menggunakan transportasi umum; berada di ruang terbuka; berada di tempat tertutup; berdiri
dalam barisan atau berada di tengah kerumunan; atau berada di luar rumah sendirian dalam
situasi lain. Individu takut situasi ini karena pemikiran bahwa melarikan diri mungkin sulit atau
bantuan mungkin tidak tersedia jika terjadi gejala seperti panik, memalukan, atau gejala yang
membuat individu tidak dapat berbuat apapun. Situasi-situasi ini hampir selalu menimbulkan
ketakutan atau kegelisahan dan seringkali dihindari dan membutuhkan kehadiran seorang
teman.
Ciri-ciri utama dari gangguan kecemasan umum adalah kegelisahan yang terus-menerus dan
berlebihan serta kekhawatiran tentang berbagai domain, termasuk pekerjaan dan kinerja
sekolah, yang sulit untuk dikendalikan oleh individu tersebut. Selain itu, individu tersebut
mengalami gejala fisik, termasuk gelisah atau perasaan tak berdaya; mudah lelah; kesulitan
berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong; sifat lekas marah; ketegangan otot; dan gangguan
tidur.
Gangguan kecemasan yang diinduksi obat-obatan terdiri dari perasaan cemas akan terjadinya
keracunan atau penarikan zat atau karena medikasi yang ditujukan untuk mengobati gejala
penyalahgunaan obat. Gejala cemas merupakan konekuensi fisiologis akibat kondisi medis lain

Gangguan Cemas Akibat Separasi


Kriteria Diagnosis
A. Ketakutan atau kecemasan yang berlebihan tentang hal yang melibatkan perpisahan
atau separasi terhadap hal yang memiliki ikatan kepada individu tertentu, dan ditandai
dengan munculnya setidaknya tiga dari gejala berikut:
1. Stress berlebihan yang rekuren saat berhadapan atau saat mengalami separasi
dari rumah atau hal yang sangat terkait dengan individu
2. Kecemasan yang berlebihan tentang kehilangan hal yang sangat terkait dengan
individu atau ancaman yang dapat menyebabkan kerusakan, seperti penyakit,
cedera, musibah, atau kematian.
3. Kecemasan yang berlebihan akan terjadinya hal yang tidak diinginkan (seperti
tersesat, diculik, mengalami tabrakan, mengalami sakit) yang dapat
menyebabkan separasi dari hal yang sangat terkait dengan individu.

3
4. Keengganan yang terus-menerus atau penolakan untuk pergi, jauh dari rumah,
ke sekolah, untuk bekerja, atau di tempat lain karena takut berpisah.
5. Ketakutan yang terus-menerus dan berlebihan atau keengganan menjadi sendiri
tanpa bersama dengan hal yang sangat terkait dengan individu di rumah atau
keadaan tertentu
6. Keengganan yang terus-menerus atau penolakan untuk tidur jauh dari rumah
atau pergi tidur tanpa berada di dekat hal yang sangat terkait dengan individu.
7. Mimpi buruk berulang yang terkait dengan hal perpisahan.
8. Keluhan berulang dari gejala fisik (seperti nyeri kepala, nyeri perut, mual,
muntah) ketika berpisah dari hal yang sangat terkait dengan individu.
B. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran ini persisten, berlangsung setidaknya 4
minggu pada anak-anak dan remaja dan biasanya 6 bulan atau lebih pada orang dewasa.
C. Gangguan ini menyebabkan kesulitan atau kecacatan yang signifikan secara sosial,
akademik, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
D. Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan oleh gangguan mental lain, seperti menolak
meninggalkan rumah akibat keengganan berlebihan terhadap perubahan dalam
spektrum gangguan autisme; delusi atau halusinasi berkaitan dengan separasi dalam
gangguan psikotik; penolakan untuk pergi ke luar tanpa teman yang dipercaya pada
agorafobia; kekhawatiran tentang kesehatan yang buruk atau bahaya lain yang
menimpa orang-orang penting dalam gangguan kecemasan menyeluruh; atau
kekhawatiran tentang penyakit dalam gangguan kecemasan penyakit.
Gejala Klinis
Fitur penting dari gangguan kecemasan perpisahan adalah rasa takut atau kecemasan yang
berlebihan terkait dengan perpisahan dari rumah atau hal yang sangat terkait dengan individu.
Kecemasan yang terjadi melebihi apa yang harusnya terjadi sesuai dengan tingkat
perkembangan seseorang (Kriteria A). Individu dengan gangguan kecemasan perpisahan
memiliki gejala yang memenuhi setidaknya tiga dari kriteria berikut: Mereka mengalami
tekanan berlebihan yang berulang ketika perpisahan dari rumah atau hal yang sangat terkait
dengan individu(Kriteria A1). Mereka khawatir tentang kesejahteraan atau kematian hal yang
sangat terkait dengan individu, terutama ketika mereka dipisahkan, dan mereka perlu
mengetahui keberadaan hal tersebut dan ingin tetap berhubungan (Kriteria A2). Mereka juga
khawatir tentang peristiwa yang tidak diinginkan untuk diri mereka sendiri, seperti tersesat,
diculik, atau mengalami kecelakaan, yang akan membuat mereka tidak pernah dipersatukan
kembali dengan hal yang sangat terkait dengan individu (Kriteria A3). Individu dengan

4
gangguan kecemasan pemisahan enggan atau menolak untuk keluar sendiri karena ketakutan
berpisah (Kriteria A4). Mereka memiliki ketakutan atau keengganan yang terus-menerus dan
berlebihan tentang sendirian atau tanpa hal yang sangat terkait dengan individu di rumah atau
di lingkungan lain. Anak-anak dengan gangguan kecemasan perpisahan mungkin tidak dapat
tinggal atau pergi di kamar sendiri dan dapat menampilkan perilaku "melekat", tinggal dekat
atau "membayangi" orang tua di sekitar rumah, atau mengharuskan seseorang untuk bersama
mereka ketika pergi ke kamar lain di rumah (Kriteria A5). Mereka memiliki keengganan yang
terus-menerus atau penolakan untuk tidur tanpa berada di dekat orang yang berhubungan erat
dengan individu atau tidur jauh dari rumah (kriteria A6). Anak-anak dengan gangguan ini
sering mengalami kesulitan pada waktu tidur dan mungkin bersikeras bahwa seseorang harus
tetap bersama mereka sampai mereka tertidur. Pada malam hari, mereka dapat berjalan ke
tempat tidur orang tua mereka (atau orang penting lainnya, seperti saudara kandung). Anak-
anak mungkin enggan atau menolak untuk mengikuti camping, tidur di rumah teman, atau
melakukan tugas sendiri. Orang dewasa mungkin merasa tidak nyaman saat bepergian secara
mandiri (seperti tidur di kamar hotel tanpa bersam anaknya). Seringkali muncul mimpi buruk
yang berisikan tentang keadaan yang tidak diinginkan apabila berpisah dengan hal yang sangat
terkait dengan individu (seperti kebakaran, pembunuhan atau musibah lain yang melibatkan
hal yang penting bagi individu). Gejala fisik (seperti sakit kepala, gangguan GIT seperti mual
atau muntah) seringkali muncul pada anak saat dipisahkan dari hal yang sangat terkait bagi
anak tersebut (Kriteria A8). Gejala kardiovaskuar seperti jantung berdebar, pusing, dan
perasaan ingin pingsan jarang terjadi pada anak usia muda, namun dapat muncul pada remaja
dan dewasa. Gangguan ini harus berlangsung setidakya 4 minggu pada anak-anak dan remaja
kurang dari 18 tahun, dan 6 bulan atau lebih pda dewasa (Kriteria B). Namun durasi kriteria
pada dewasa hars digunakan sebagai panduan umum dengan fleksibilitas yang dapat
dikompromikan. Gangguan tersebut harus menyebabkan kesulitan atau kecacatan klinis yang
signifikan secara sosial, akademik, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya (Kriteria C).

Diagnosis Banding

1. Gangguan Kecemasan Menyeluruh


2. Serangan Panik
3. Agoraphobia
4. Conduct disorder
5. Fobia sosial

5
6. Post-traumatic Stress Disorder
7. Gangguan cemas akibat penyakit
8. Bereavement
9. Gangguan depresi atau bipolar
10. Gangguan sikap menantang
11. Gangguan psikotik
12. Gangguan kepribadian

Mutisme Selektif
Kriteria Diagnosis
A. Gangguan untuk berbicara dalam situasi sosial tertentu di mana ada keharusan untuk
berbicara (seperti di sekolah) meskipun tidak terdapat gangguan berbicara dalam situasi
lainnya.
B. Gangguan mengganggu pencapaian pendidikan atau pekerjaan atau komunikasi sosial.
C. Durasi gangguan setidaknya 1 bulan (tidak terbatas pada bulan pertama sekolah).
D. Kegagalan untuk berbicara tidak disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, atau
kenyamanan dengan, bahasa lisan yang dibutuhkan dalam situasi sosial.
E. Gangguan tersebut tidak oleh gangguan komunikasi (misalnya gangguan kelancaran
komunikasi pada anak-anak) dan tidak terjadi secara eksklusif selama spektrum
gangguan autisme, skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya.
Gejala Klinis
Ketika bertemu dengan orang lain dalam interaksi sosial, anak-anak dengan mutisme
selektif tidak memulai pembicaraan atau merespons secara timbal balik ketika diajak bicara
oleh orang lain. Kurang berbicara terjadi dalam interaksi sosial dengan anak-anak atau orang
dewasa. Anak-anak dengan mutisme selektif hanya akan berbicara di rumah mereka di hadapan
anggota keluarga dekat tetapi tidak di depan teman dekat atau bahkan saudara jauh, seperti
kakek nenek atau sepupu. Gangguan ini sering ditandai dengan kecemasan sosial yang tinggi.
Anak-anak dengan mutisme selektif sering menolak untuk berbicara di sekolah, yang mengarah
pada gangguan akademik atau pendidikan, karena guru sering merasa sulit untuk menilai
keterampilan seperti membaca. Gangguan berbicara pada anak mutisme selektif dapat
mengganggu komunikasi sosial, meskipun anak-anak dengan gangguan ini kadang-kadang bisa
menggunakan kata-kata atau bahasa nonverbal (misalnya mendengus, menunjuk, menulis)

6
untuk berkomunikasi dan mungkin bersedia atau ingin melakukan atau terlibat dalam
pertemuan sosial (misalnya bagian nonverbal dalam permainan sekolah).
Diagnosis Banding

1. Gangguan Komunikasi
2. Kelainan perkembangan otak dan Skizofrenia atau gangguan psikotik lainnya
3. Fobia sosial

Fobia Spesifik
Kriteria Diagnosis
A. Rasa takut atau cemas yang terhadap suatu objek atau situasi tertentu (mis. Terbang,
ketinggian, hewan, menerima suntikan, melihat darah).
Catatan: Pada anak-anak, ketakutan atau kecemasan dapat diekspresikan dengan
menangis, mengamuk, terdiam, atau melekat pada orang tertentu.
B. Objek atau situasi tertentu hampir selalu memicu ketakutan atau kecemasan langsung.
C. Objek atau situasi tertentu secara aktif dihindari atau dihadapi dengan rasa takut atau
kecemasan.
D. Ketakutan atau kecemasan tidak sebanding dengan bahaya aktual yang ditimbulkan
oleh objek atau situasi tertentu.
E. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran bersifat persisten, biasanya berlangsung
selama 6 bulan atau lebih.
F. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran menyebabkan tekanan atau gangguan
signifikan secara klinis pada sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
G. Gangguan tidak dapat dijelaskan oleh gejala-gejala gangguan mental lain, termasuk
ketakutan, kecemasan, dan penghindaran situasi yang terkait dengan gejala seperti
panik atau gejala yang membuat individu tidak berdaya lainnya (seperti pada
agorafobia): benda atau situasi yang berkaitan dengan obsesi (seperti pada gangguan
obsesif-kompulsif); pengingat peristiwa traumatis (seperti pada gangguan stres
pascatrauma); perpisahan dari rumah atau hal yang sangat terkait dengan individu
(seperti dalam gangguan kecemasan akibat separasi); atau situasi sosial (seperti dalam
fobia sosial).
Tetapkan jika:
Kode berdasarkan pada stimulus fobia:
300.29 (F40.218) Hewan (misalnya Laba-laba, serangga, anjing).

7
300.29 (F40.228) Lingkungan alami (misalnya Ketinggian, badai, air).
300.29 (F40.23X) Cedera akibat injeksi darah (misalnya Jarum, prosedur medis
invasif).
Catatan pengodean: Pilih kode ICD-10-CM tertentu sebagai berikut:
F40.230 takut akan darah;
F40.231 takut akan injeksi dan transfusi;
F40.232 takut akan perawatan medis lainnya; atau
F40.233 takut cedera.
300.29 (F40.248) Situasional (misalnya Pesawat terbang, lift, tempat-tempat tertutup).
300.29 (F40.298) Lainnya (misalnya Situasi yang dapat menyebabkan tersedak atau
muntah: pada anak-anak, misalnya suara keras atau karakter berkostum).
Catatan pengkodean: Ketika lebih dari satu stimulus fobia hadir, kode semua kode ICD-10-
CM
yang berlaku (misalnya karena takut ular dan terbang, F40.218 fobia, binatang, dan
F40.248 fobia spesifik, situasional).

Gejala Klinis
Ciri utama dari gangguan ini adalah ketakutan atau kecemasan terbatas pada keberadaan
situasi atau objek tertentu (Kriteria A), yang dapat disebut stimulus fobia. Kategori situasi atau
objek yang ditakuti dijadikan sebagai penentu. Banyak orang takut objek atau situasi dari lebih
dari satu kategori, atau stimulus fobia. Untuk diagnosis fobia spesifik, responsnya harus
berbeda dari ketakutan normal sementara yang biasa terjadi pada populasi. Untuk memenuhi
kriteria diagnosis, ketakutan atau kecemasan harus intens atau parah (mis., "Ditandai")
(Kriteria A). Jumlah ketakutan yang dialami dapat bervariasi sesuai dengan kedekatan dengan
objek atau situasi yang ditakuti dan mungkin terjadi dalam mengantisipasi atau di hadapan
objek atau situasi yang sebenarnya. Selain itu, ketakutan atau kecemasan dapat berupa serangan
panik gejala penuh atau terbatas. Karakteristik lain dari fobia spesifik adalah rasa takut atau
kecemasan ditimbulkan hampir setiap kali individu berhubungan dengan stimulus fobia
(Kriteria B). Dengan demikian, seseorang yang menjadi cemas hanya sesekali ketika
dihadapkan dengan situasi atau objek (misalnya menjadi cemas ketika terbang hanya pada satu
dari setiap lima penerbangan pesawat) tidak akan didiagnosis dengan fobia spesifik. Namun,
tingkat ketakutan atau kecemasan yang diekspresikan dapat bervariasi di berbagai keadaan saat
menghadapi objek atau situasi fobia karena berbagai faktor kontekstual seperti kehadiran orang
lain, durasi paparan, dan ancaman lainnya seperti turbulensi pada penerbangan untuk individu

8
yang takut terbang. Ketakutan dan kecemasan sering diungkapkan secara berbeda antara anak-
anak dan orang dewasa. Selain itu, ketakutan atau kecemasan muncul segera saat berhadapan
dengan objek atau situasi fobik. Individu secara aktif menghindari situasi, atau jika ia tidak
mampu atau memutuskan untuk tidak menghindarinya, situasi atau objek tersebut
membangkitkan ketakutan atau kecemasan yang kuat (Kriteria C). Penghindaran secara aktif
berarti individu tersebut secara sengaja berperiaku yang ditujukan untuk menghindari atau
meminimalisir kontak dengan objek fobik atau situasi tertentu (misalnya mengambil
terowongan dibanding mengambil arah jembatan saat menggunakan kendaraan umum untuk
bekerja pada individu yang takut ketinggian). Perilaku menghindar sering kali jelas (misalnya,
seseorang yang takut darah menolak pergi ke dokter) tetapi kadang-kadang kurang jelas
(misalnya, individu yang takut ular menolak untuk melihat gambar yang menyerupai bentuk
atau bentuk ular). Banyak individu dengan fobia spesifik telah menderita selama bertahun-
tahun dan telah mengubah keadaan hidup mereka dengan cara yang dirancang untuk
menghindari objek atau situasi fobia sebanyak mungkin (misalnya, individu yang didiagnosis
dengan fobia spesifik, hewan, yang bergerak untuk tinggal di daerah tanpa binatang yang
ditakuti tertentu). Karena itu, mereka tidak lagi mengalami ketakutan atau kecemasan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam keadaan seperti itu, perilaku menghindar atau penolakan terus-
menerus untuk terlibat dalam kegiatan yang akan melibatkan pemaparan terhadap objek atau
situasi fobia (misalnya, penolakan berulang untuk menerima tawaran untuk perjalanan terkait
pekerjaan karena takut terbang) mungkin membantu dalam mengkonfirmasikan diagnosis
dalam tidak adanya kecemasan yang jelas atau panik. Ketakutan atau kecemasan tidak
sebanding dengan bahaya aktual yang ditimbulkan oleh objek atau situasi, atau lebih intens
daripada yang dianggap perlu (Kriteria D). Meskipun individu dengan fobia spesifik sering
mengakui reaksi mereka sebagai tidak proporsional, mereka cenderung melebih-lebihkan
bahaya dalam situasi yang ditakuti mereka, dan dengan demikian penilaian yang tidak
proporsional dibuat oleh dokter. Konteks sosiokultural individu juga harus diperhitungkan.
Sebagai contoh, ketakutan akan kegelapan mungkin masuk akal dalam konteks kekerasan yang
sedang berlangsung, dan ketakutan terhadap serangga mungkin lebih tidak proporsional dalam
situasi di mana serangga dikonsumsi dalam makanan. Ketakutan, kecemasan, atau
penghindaran bersifat persisten, biasanya berlangsung selama 6 bulan atau lebih (Kriteria E),
yang membantu membedakan gangguan dari ketakutan sementara yang umum dalam populasi,
terutama di kalangan anak-anak. Namun kriteria durasi harus dijadikan panduan umum dan
dapat diberikan ruang dalam hal fleksibilitas. Fobia spesifik harus menyebabkan tekanan klinis

9
signifikan atau penurunan fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya agar gangguan
dapat didiagnosis (Kriteria F).
Diagnosis Banding
1. Agorafobia
2. Gangguan kecemasan social
3. Gangguan kecemasan akan perpisahan
4. Gangguan panik
5. Gangguan obsesif-kompulsif
6. Gangguan terkait trauma dan stress
7. Gangguan makan
8. Spektrum skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya

Gangguan Kecemasan Sosial (Fobia Sosial) 300.23 (F40.10)

Kriteria diagnosis

A. Ditandai oleh rasa takut dan cemas mengenai satu atau lebih situasi sosial dimana individu
terpapar kemungkinan untuk di awasi oleh orang lain. Contohnya menyangkut interaksi
sosial (contoh sedang berbincang-bincang, bertemu dengan orang yang tak dikenal),
sedang di observasi (contoh makan atau minum), dan tampil di depan orang-orang (contoh
memberi pidato).
a. Catatan: pada anak-anak, kecemasan harus terjadi saat dengan teman sebaya dan bukan
hanya terjadi saat sedang interaksi dengan orang dewasa.
B. Individu takut bahwa dia akan bertindak dengan cara atau menunjukkan gejala kecemasan
yang akan dievaluasi secara negatif (contoh dipermalukan atau memalukan, akan
menyebabkan penolakan atau menyinggung orang lain).
C. Situasi sosial hampir selalu memprovokasi rasa takut atau cemas.
Catatan: pada anak-anak, rasa takut atau cemas akan diekspresikan dengan menangis,
mengamuk, diam, melekat, menyusut, atau gagal berbicara dalam situasi sosial.
D. Menghindari situasi sosial atau bertahan dengan rasa takut atau cemas yang luar biasa.
E. Rasa takut atau cemas tidak sebanding dengan ancaman aktual yang ditimbulkan oleh
situasi sosial dan konteks sosial budaya.
F. Rasa takut, cemas, atau penghindaran berlangsung lama, biasanya berlangsung selama 6
bulan atau lebih.

10
G. Rasa takut, cemas, atau penghindaran secara klinis menyebabkan kesulitan yang signifikan
atau penurunan dalam sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
H. Rasa takut, cemas, atau penghindaran tidak disebabkan oleh efek fisiologis zat (contoh
penyalahgunaan obat, obat-obatan) atau kondisi medis lainnya.
I. Rasa takut, cemas, atau penghindaran tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gejala
gangguan mental lainnya, seperti gangguan panik, gangguan dismorfik tubuh, atau
gangguan spectrum autisme.
J. Jika kondisi medis lainnya ada (contoh penyakit Parkinson, obesitas, cacat karena luka
bakar atau cedera), rasa takut, cemas, atau penghindaran dengan jelas tidak berkaitan atau
berlebihan.
Spesifik jika:
Hanya menunjukkan: jika rasa takut terbatas saat berbicara atau tampil di depan publik

Gejala Klinis

Hal penting dalam gangguan kecemasan sosial adalah rasa takut atau cemas yang tajam
dari situasi sosial dimana individu dapat diperhatikan dengan teliti oleh orang lain. Pada anak-
anak rasa takut atau cemas harus terjadi pada teman sebayanya dan tidak hanya terjadi ketika
berinteraksi dengan orang dewasa (Kriteria A). Ketika terpapar dengan situasi sosial, individu
takut jika dia akan dinilai negatif. Individu yakin bahwa dia akan dinilai sebagai orang yang
cemas, lemah, gila, bodoh, membosankan, mengintimidasi, kotor, atau tidak disenangi.
Individu takut bahwa dia akan bertingkah atau menunjukkan gejala kecemasan, seperti wajah
memerah, gemetar, berkeringat, tersandung kata-katar seseorang, atau menatap, yang akan
dievaluasi secara negatif oleh orang lain (Kriteria B). Beberapa orang takut menyinggung orang
lain atau ditolak sebagai hasilnya. Takut menyinggung orang lain sebagai contoh, dengan
tatapan atau dengan menunjukkan gejala cemas mungkin menjadi ketakutan utama pada
individu dari budaya orientasi kolektivis yang kuat. Individu dengan takut tangannya gemetar
mungkin akan menghindari minum, makan, menulis atau menunjukkan sesuatu di publik,
individu yang takut berkeringat mungkin akan menghindari penampilan publik, cahaya terang,
atau diskusi tentang topik yang intim. Beberapa orang takut dan menghindari buang air kecil
di toilet umum ketika ada orang lain (contoh paruresis, sindroma kandung kemih pemalu).

Situasi sosial hampir selalu memprovokasi rasa takut atau cemas (kriteria C). Dengan
demikian, seorang individu yang menjadi cemas hanya sesekali dalam situasi sosial tidak akan
terdiagnosis dengan gangguan kecemasan sosial. Namun, derajat dan tipe rasa takut dan cemas

11
bervariasi (contoh cemas antisipatif, serangan panik) di berbagai kesempatan. Cemas
antisipatif mungkin dapat terjadi kadang-kadang jauh sebelum situasi yang akan datang (contoh
setiap hari takut selama berminggu-minggu sebelum menghadiri acara sosial, mengulangi
pidato selama berhari-hari sebelumnya). Pada anak-anak, rasa takut atau cemas mungkin
diekspresikan dengan menangis, mengamuk, diam, melekat, menyusut, atau gagal berbicara
dalam situasi sosial. Individu akan selalu menghindari situasi sosial yang ditakuti. Sebagai
alternatif, situasi-situasi tersebut yang di tahan dengan rasa takut atau cemas yang luar biasa
(Kriteria D). Penghindaran dapat luas (contoh tidak pergi ke pesta, tidak mau pergi ke sekolah)
atau substil (contoh terlalu mempersiapkan kata-kata untuk pidato, mengalihkan perhatian ke
orang lain, membatasi kontak mata).

Rasa takut atau cemas dinilai tidak sebanding dengan ancaman aktual yang dievaluasi
secara negatif atau evaluasi konsekuensi negatif (Kriteria E). Kadang-kadang, kecemasan tidak
bisa dinilai menjadi berlebihan, karena berkaitan dengan ancaman aktual (contoh dibuli atau
disiksa oleh orang lain). Namun, individu dengan gangguan cemas sosial sering melebih-
lebihkan konsekuensi negatif dari situasi sosial, dan dengan demikian penilaian yang tidak
sebanding dibuat oleh klinisi. Konteks sosiokultural individu perlu diperhitungkan ketika
penilaian ini dibuat. Sebagai contoh, pada budaya tertentu, perilaku yang mungkin tampak
cemas secara sosial dapat dianggap sesuai dalam situasi sosial (contoh mungkin terlihat sebagai
tanda hormat).

Biasanya durasi gangguan berlangsung minimal 6 bulan (Kriteria F). Ambang durasi
ini membantu membedakan gangguan dari ketakutan sosial sementara yang umum, terutama
di kalangan anak-anak dan masyarakat. Namun, kriteria durasi harus digunakan sebagai
panduan umum, dengan kelonggaran untuk beberapa tingkat fleksibilitas. Rasa takut, cemas,
dan penghindaran harus mengganggu secara signifikan fungsi rutin individu, pekerjaan dan
akademik, atau sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya (Kriteria G). Sebagai
contoh, seorang individu yang takut berbicara di depan publik tidak akan terdiagnosis
gangguan cemas sosial jika aktivitas ini tidak rutin mengganggu pekerjaan atau pekerjaan
kelas, dan jika individu tidak kesulitan secara signifikan tentang hal tersebut. Namun, jika
individu menghindar, atau melewatkan, pekerjaan atau pendidikan yang mereka inginkan
karena gangguan kecemasan sosial, kriteria G dapat terpenuhi.

Faktor Risiko dan Prognosis

1. Emosional

12
2. Berhubungan dengan lingkungan
3. Genetik dan fisiologis

Diagnosis Banding

1. Rasa malu yang normatif


2. Agorafobia
3. Gangguan panik
4. Gangguan cemas menyeluruh
5. Gangguan kecemasan akan perpisahan
6. Fobia spesifik
7. Gangguan bisu selektif
8. Gangguan depresi mayor
9. Gangguan dismorfik tubuh
10. Gangguan delusi
11. Gangguan spektrum autism
12. Gangguan kepribadian
13. Gangguan mental lainnya
14. Kondisi medis lainnya
15. Gangguan sikap menentang

Gangguan Panik 300.01 (F41.0)

Kriteria diagnosis:

A. Serangan panik berulang yang tak terduga. Serangan panik adalah gelombang yang
tiba-tiba dari rasa takut yang luar biasa atau rasa ketidaknyamanan yang luar biasa yang
mencapai puncaknya dalam beberapa menit, dan selama waktu itu empat (atau lebih)
dari gejela berikut terjadi:
Catatan: gelombang tiba-tiba dapat terjadi dari keadaan tenang atau keadaan cemas.
1. Palpitasi, berdebar, detak jantung yang meningkat
2. Berkeringat
3. Gemetaran
4. Sensasi sesak nafas

13
5. Merasa tersedak
6. Nyeri dada/ tidak nyaman
7. Mual atau gangguan pencernaan
8. Merasa pusing, tidak stabil, pingsan
9. Sensasi panas atau dingin
10. Parestesi (sensasi baal atau kesemutan)
11. Derealisasi (merasa hal yang terjadi tidak ril) atau depersonalisasi (terlepas dari
diri sendiri)
12. Takut kehilang kontrol atau “menjadi gila”
13. Takut mati

Catatan: gejala budaya spesifik (contoh tinnitus, nyeri leher, sakit kepala, berteriak atau
menangis yang tidak terkontrol) yang dapat terlihat. Gejala-gejala tersebut seharusnya
tidak dihitung sebagai satu dari empat gejala yang diperlukan.

B. Paling sedikit satu dari serangan telah terjadi selama 1 bulan (atau lebih) dari satu atau
keduanya yang berada di bawah ini:
1. Perhatian terus-menerus atau khawatir tentang serangan panik tambahan atau
konsekuensinya (contoh hilang kontrol, mengalami serangan jantung, “menjadi
gila”).
2. Perubahan maladaptive yang signifikan dalam perilaku yang terkait dengan
serangan (contoh perilaku yang dirancang untuk menghindari serangan panik,
seperti menghindari olahraga atau situasi yang tidak dikenal).

Individu lanjut usia akan mendukung penjelasan tentang serangan panic (yang akan
menghalangi diagnosis gangguan panik), meskipun serangan terjadi secara tidak terduga (
dapat terqualifikasi untuk diagnosis gangguan panik). Ini dapat terjadi pake serangan panic
yang terjadi pada individu lanjut usia. Maka, diperlukan perhatian lebih untuk pertanyaan yang
akan diajukan pada orang yang lebih tua sebelum mereka mengingat kejadian yang dapat
membuat mereka panik agar tidak terjadi serangan panic dan diagnosis panic tidak diabaikan.
Sedikitnya kasus gangguan panic pada anak berhubungan dengan sulitnya diagnosis gangguan
panic pada anak, karena anak tidak dapat mendeskripsikan perbedaan ketakutan intense yang
dialami dengan panic, dan membedakannya dengan fobia. Remaja akan lebih sulit untuk
mendiskusikan serangan panic yang mereka alami dibandingkan dengan orang dewasa.

14
Dengan begitu, klinisi harus berhati-hati dengan serang panic yang tidak terduga yang dapat
terjadi pada remaja dan dapat menanganinya.

Risiko dan Faktor Prognosis


Tempramental – afektivitas negative dan sensitivitas kecemasan menjadi factor risiko
untuk onset serangan panic, secara terpisah, untuk khawatir tentang panik, walaupun risiko
status mereka untuk diagnosis gangguan panic tidak diketahui. Sejarah "fearful spells" (yaitu,
gejala serangan terbatas yang tidak memenuhi kriteria penuh untuk serangan panik) mungkin
merupakan faktor risiko untuk serangan panik kemudian dan gangguan panik. Meskipun
pemisahan kegelisahan di masa kanak-kanak, terutama ketika parah, bisa mendahului
pendiagnosisan gangguan panik, hal ini bukan faktor risiko yang konsisten
Lingkungan- Pada gangguan panic didapati laporan pengalaman kekerasan seksual dan
fisik pada masa kanak-kanak lebih banyak dibandingkan dengan gangguan anxietas lainnya.
Merokok merupakan factor risko untuk serangan panic dana gangguan panic. Banyak individu
melaporkan stressor yang dapat diidentifikasi beberapa bulan bulan sebelum serangan panic
pertama mereka. (yaitu, stressor interpersonal dan stressor terkait kesehatan, seperti
penggunaan obat-obatan terlarang, penyakit, atau kematian anggota keluarga)
Genetik dan fisilogis – Diketahui bahwa beberapa gen dapat menyebabkan seseorang
mudah terkena gangguan panik. Meskipun begitu, gen apa, produk gen dan region gen yang
mana, belum dapat diketahui dengan pasti. Saat ini sistem syaraf yang terkait dengan gangguan
panik menekankan amigdala dan struktur terkait, seperti dalam gangguan kecemasan lainnya.
Adanya peningkatan risiko untuk terkena gangguan panik dengan riwayat orang tua yang
mengalami kecemasan, depresi, dan gangguan bipolar. Gangguan pernapasan, seperti asma,
yang berhubungan dengan gangguan panik, dari segi riwayat penyakit dahulu, penyakit
penyerta lainnya dan riwayat keluarga.

Masalah Diagnostik Terkait Budaya

Tingkat kekhawatiran tentang gejala kecemasan mental dan somatik tampaknya


bervariasi di seluruh budaya dan dapat mempengaruhi tingkat serangan panik dan gangguan
panik. Juga, harapan budaya dapat mempengaruhi klasifikasi serangan panik seperti yang
diharapkan atau tidak terduga. Misalnya, seorang individu Vietnam yang mengalami serangan
panik setelah berjalan keluar ke lingkungan berangin (trilng gio; "terkena angin") dapat
mengaitkan serangan panik dengan paparan angin sebagai akibat dari sindrom budaya yang

15
menghubungkan dua pengalaman ini , menghasilkan klasifikasi serangan panik seperti yang
diharapkan. Berbagai sindrom budaya lainnya dikaitkan dengan gangguan panik, termasuk
ataque de nervios ("serangan saraf") di antara orang Amerika Latin dan serangan khyal dan
"kehilangan jiwa" di antara orang Kamboja. Ataque de nervios mungkin melibatkan teriakan,
tangisan atau tangisan yang tidak terkendali, perilaku agresif atau bunuh diri, dan
depersonalisasi atau derealization, yang mungkin dialami lebih lama dari beberapa menit
tipikal serangan panik. Beberapa gejala klinis ataque de nervios memenuhi kriteria untuk
kondisi selain serangan panik (mis., Gangguan disosiatif tertentu lainnya). Sindrom-sindrom
ini berdampak pada gejala dan frekuensi gangguan panik, termasuk atribusi tidak terduga
individu, karena sindrom budaya dapat menciptakan ketakutan akan situasi tertentu, mulai dari
argumen antar pribadi (terkait dengan ataque de nervios), hingga jenis aktivitas (terkait dengan
serangan khyal). , untuk angin atmosfer (terkait dengan serangan trung gio). Klarifikasi tentang
detail atribusi budaya dapat membantu dalam membedakan serangan panik yang diharapkan
dan tidak terduga. Untuk informasi lebih lanjut mengenai sindrom budaya, lihat "Glosarium
Konsep Budaya Kesedihan" dalam Lampiran.
Kekhawatiran spesifik tentang serangan panik atau konsekuensinya cenderung bervariasi
dari satu budaya ke budaya lain (dan lintas kelompok umur dan jenis kelamin yang berbeda).
Untuk gangguan panik, sampel komunitas AS dari kulit putih non-Latin memiliki penurunan
fungsi secara signifikan lebih rendah daripada orang Afrika-Amerika. Ada juga tingkat
keparahan yang didefinisikan secara obyektif lebih tinggi pada orang kulit hitam Karibia non-
Latin dengan gangguan panik, dan tingkat gangguan panik yang lebih rendah secara
keseluruhan pada kelompok Afrika Amerika dan Afro-Karibia, menunjukkan bahwa di antara
individu keturunan Afrika, kriteria untuk gangguan panik mungkin dipenuhi hanya ketika ada
tingkat keparahan dan penurunan yang substansial.

Masalah Diagnostik Terkait Gender

Gambaran klinis gangguan panik tampaknya tidak berbeda antara pria dan wanita.
Ada beberapa bukti untuk dimorfisme seksual, dengan hubungan antara gangguan panik dan
gen katekol-O-metiltransferase (COMT) pada wanita saja.

Markers Diagnostik

16
Agen dengan mekanisme aksi yang berbeda, seperti natrium laktat, kafein,
isoproterenol, yohimbine, karbon dioksida, dan kolesistokinin, memicu serangan panik pada
individu dengan gangguan panik pada tingkat yang jauh lebih besar daripada pada subyek
kontrol yang sehat (dan dalam beberapa kasus, dibandingkan pada individu dengan gangguan
kecemasan, depresi, atau bipolar lainnya tanpa serangan panik). Juga, untuk proporsi orang
dengan gangguan panik, serangan panik berhubungan dengan detektor karbon dioksida
meduler hipersensitif, terbukti pada hipokapnia dan penyimpangan pernapasan lainnya.
Namun, tidak satu pun dari temuan laboratorium ini yang dianggap sebagai diagnostik
gangguan panik

Risiko bunuh diri

Serangan panik dan diagnosis gangguan panik dalam 12 bulan terakhir terkait dengan
tingkat yang lebih tinggi dari upaya bunuh diri dan ide bunuh diri dalam 12 bulan terakhir
bahkan ketika komorbiditas dan riwayat pelecehan anak dan faktor risiko bunuh diri lainnya
diperhitungkan.

Konsekuensi Fungsional Gangguan Panik

Gangguan kepanikan dikaitkan dengan tingginya tingkat kecacatan sosial, pekerjaan,


dan fisik; biaya ekonomi yang cukup besar; dan jumlah kunjungan medis tertinggi di antara
gangguan kecemasan, meskipun efeknya paling kuat dengan adanya agorafobia. Individu
dengan gangguan panik mungkin sering absen dari pekerjaan atau sekolah untuk kunjungan
dokter dan ruang gawat darurat, yang dapat menyebabkan pengangguran atau putus sekolah.
Pada orang dewasa yang lebih tua, penurunan nilai dapat dilihat dalam tugas pengasuhan atau
kegiatan sukarela. Serangan panik gejala lengkap biasanya dikaitkan dengan morbiditas yang
lebih besar (mis., Pemanfaatan layanan kesehatan yang lebih besar, lebih banyak cacat, kualitas
hidup yang lebih buruk) daripada serangan gejala terbatas

Diagnosis Banding.

Gangguan kecemasan tertentu lainnya atau gangguan kecemasan yang tidak ditentukan.
Gangguan kepanikan tidak dapat didiagnosis jika serangan panik bergejala penuh
(tidak terduga) tidak pernah dialami.Pada kasus yang hanya memiliki gejala terbatas serangan

17
panic tidak terduga, gangguan kecemasan spesifik lainnya atau diagnosis gangguan kecemasan
yang tidak spesifik harus dipertimbangkan.

Gangguan kecemasan karena kondisi medis lain.


Gangguan panik tidak didiagnosis jika serangan panik dinilai sebagai konsekuensi
fisiologis langsung dari kondisi medis lain. Contoh kondisi medis yang dapat menyebabkan
serangan panik termasuk hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, pheochromocytoma, disfungsi
vestibular, gangguan kejang, dan kondisi kardiopulmoner (mis. Aritmia, takikardia
supraventrikular, asma, penyakit paru obstruktif kronik [COPD]). Tes laboratorium yang
sesuai (mis., Kadar kalsium serum untuk hiperparatiroidisme; monitor Holter untuk aritmia)
atau pemeriksaan fisik (mis., Untuk kondisi jantung) dapat membantu dalam menentukan peran
etiologis kondisi medis lain.

Gangguan kecemasan yang diinduksi zat / obat.


Gangguan panik tidak didiagnosis jika serangan panik dinilai sebagai konsekuensi
fisiologis langsung dari suatu zat. Intoksikasi dengan stimulan sistem saraf pusat (mis., Kokain,
amfetamin, kafein) atau ganja dan penarikan dari depresan sistem saraf pusat (mis., Alkohol,
barbiturat) dapat memicu serangan panik. Namun, jika serangan panik terus terjadi di luar
konteks penggunaan narkoba (mis., Lama setelah efek keracunan atau penarikan telah
berakhir), diagnosis gangguan panik harus dipertimbangkan. Selain itu, karena gangguan panik
dapat mendahului penggunaan narkoba pada beberapa individu dan dapat dikaitkan dengan
peningkatan penggunaan narkoba, terutama untuk keperluan pengobatan sendiri, riwayat
terperinci harus diambil untuk menentukan apakah individu tersebut memiliki serangan panik
sebelum penggunaan narkoba yang berlebihan. Jika ini masalahnya, diagnosis gangguan panik
harus dipertimbangkan selain diagnosis gangguan penggunaan narkoba. Fitur seperti onset
setelah usia 45 tahun atau adanya gejala atipikal selama serangan panik (misalnya, vertigo,
kehilangan kesadaran, kehilangan kontrol kandung kemih atau usus, bicara cadel, armiesia)
menunjukkan kemungkinan bahwa kondisi medis atau zat lain mungkin menjadi penyebab
gejala serangan panik.

Gangguan mental lainnya dengan serangan panik sebagai fitur terkait (mis., Gangguan
kecemasan lainnya dan gangguan psikotik).
Serangan panik yang terjadi sebagai gejala gangguan kecemasan lain diharapkan
(misalnya, dipicu oleh situasi sosial dalam gangguan kecemasan sosial, oleh objek fobia atau

18
situasi dalam fobia atau agorafobia tertentu, oleh kekhawatiran pada gangguan kecemasan
umum, dengan pemisahan dari rumah atau angka lampiran) dalam gangguan kecemasan
pemisahan) dan dengan demikian tidak akan memenuhi kriteria untuk gangguan panik.
(Catatan: Terkadang serangan panik yang tidak terduga dikaitkan dengan timbulnya gangguan
kecemasan lain, tetapi kemudian serangan menjadi diharapkan, sedangkan gangguan panik
ditandai dengan serangan panik berulang yang tak terduga.) Jika serangan panik terjadi hanya
sebagai respons terhadap pemicu spesifik, maka hanya gangguan kecemasan yang relevan yang
ditugaskan. Namun, jika individu tersebut mengalami serangan panik yang tidak terduga juga
dan menunjukkan kekhawatiran dan kekhawatiran yang terus-menerus atau perubahan perilaku
karena serangan tersebut, maka diagnosis tambahan gangguan panik harus dipertimbangkan

Komorbiditas

Gangguan panik jarang terjadi sebagai gejala klinis tanpa adanya psikopatologi
lainnya. Prevalensi gangguan panik meningkat pada individu dengan gangguan lain, khususnya
gangguan kecemasan lainnya (dan terutama agorafobia), depresi berat, gangguan bipolar, dan
kemungkinan gangguan penggunaan alkohol ringan. Sementara gangguan panik sering
memiliki usia yang lebih dini saat onset daripada gangguan komorbid, onset kadang-kadang
terjadi setelah gangguan komorbiditas dan dapat dilihat sebagai penanda keparahan penyakit
komorbiditas. Tingkat komorbiditas seumur hidup yang dilaporkan antara gangguan depresi
mayor dan gangguan panik sangat bervariasi, berkisar antara 10% hingga 65% pada individu
dengan gangguan panik. Pada sekitar sepertiga dari individu dengan kedua gangguan, depresi
mendahului timbulnya gangguan panik. Dalam dua pertiga sisanya, depresi terjadi bersamaan
dengan atau setelah timbulnya gangguan panik. Sejumlah individu dengan gangguan panik
mengembangkan gangguan terkait zat, yang bagi sebagian orang merupakan upaya untuk
mengobati kecemasan mereka dengan alkohol atau obat-obatan. Komorbiditas dengan
gangguan kecemasan lain dan gangguan kecemasan penyakit juga sering terjadi. Gangguan
panik secara signifikan komorbiditas dengan berbagai gejala dan kondisi medis umum,
termasuk, tetapi tidak terbatas pada, pusing, aritmia jantung, hipertiroidisme, asma, PPOK, dan
sindrom iritasi usus. Namun, sifat hubungan (mis., Sebab dan akibat) antara gangguan panik
dan kondisi ini masih belum jelas. Meskipun prolaps katup mitral dan penyakit tiroid lebih
umum di antara individu dengan gangguan panik daripada populasi umum, perbedaan dalam
prevalensi tidak konsisten.

19
Spesifikasi Serangan Panik

Catatan: Gejala disajikan untuk tujuan mengidentifikasi serangan panik ; Namun,


serangan panik bukanlah gangguan mental dan tidak dapat dikodekan. Serangan panik dapat
terjadi dalam konteks gangguan kecemasan apa pun serta gangguan mental lainnya (mis.,
Gangguan depresi, gangguan stres pascatrauma, gangguan penggunaan zat) dan beberapa
kondisi medis (mis. Jantung, pernapasan, vestibular, gastrointestinal). Ketika kehadiran
serangan panik diidentifikasi, harus dicatat sebagai specifier (mis., "Gangguan stres
pascatrauma dengan serangan panik"). Untuk gangguan panik, kehadiran serangan panik
terkandung dalam kriteria untuk gangguan dan serangan panik tidak digunakan sebagai
specifier. Gelombang rasa takut yang intens atau ketidaknyamanan hebat yang mencapai
puncaknya dalam beberapa menit, dan selama itu terjadi empat (atau lebih) dari gejala berikut:
Catatan: Gelombang tiba-tiba dapat terjadi dari keadaan tenang atau keadaan gelisah.
1. Palpitasi, jantung berdebar, atau detak jantung yang dipercepat.
2. Berkeringat.
3. Gemetar atau bergetar.
4. Sensasi sesak napas atau tercekik.
5. Perasaan tersedak.
6. Nyeri dada atau ketidaknyamanan.
7. Mual atau gawat perut.
8. Merasa pusing, tidak stabil, pusing, atau pingsan.
9. Sensasi cabai atau panas.
10. Parestesi (sensasi mati rasa atau kesemutan).
11. Derealization (perasaan tidak sadar) atau depersonalisasi (terlepas dari diri sendiri).
12. Takut kehilangan kendali atau “menjadi gila.”
13. Takut akan mati.
Catatan: Gejala spesifik kultur (mis., Tinitus, nyeri leher, sakit kepala, teriakan atau tangisan
yang tidak terkendali) dapat terlihat. Gejala seperti itu seharusnya tidak dihitung sebagai salah
satu dari empat gejala yang diperlukan.

Fitur Diagnostik

Fitur penting dari serangan panik adalah lonjakan rasa takut yang intens atau
ketidaknyamanan intens yang mencapai puncaknya dalam beberapa menit dan selama waktu

20
itu empat atau lebih dari 13 gejala fisik dan kognitif terjadi. Sebelas dari 13 gejala ini adalah
fisik (mis., Jantung berdebar, berkeringat), sedangkan dua adalah kognitif (mis., Takut
kehilangan kendali atau menjadi gila, takut mati). 'Fear of going crazy "adalah bahasa sehari-
hari yang sering digunakan oleh individu dengan serangan panik dan tidak dimaksudkan
sebagai istilah yang merendahkan atau diagnostik. Istilah dalam beberapa menit berarti bahwa
waktu untuk mencapai puncaknya intensitas secara harfiah hanya beberapa menit. Serangan
panik dapat muncul baik dari keadaan tenang atau keadaan cemas, dan waktu ke puncak
intensitas harus dinilai secara independen dari setiap kecemasan sebelumnya. Artinya, awal
dari serangan panik adalah titik di mana ada peningkatan ketidaknyamanan yang tiba-tiba
daripada titik di mana armety pertama kali dikembangkan. Demikian juga, serangan panik
dapat kembali ke kondisi gelisah atau tenang dan mungkin memuncak lagi. Serangan panik
dibedakan dari kecemasan yang berkelanjutan oleh waktu ke intensitas puncak, yang terjadi
dalam beberapa menit; sifatnya yang terpisah; dan tingkat keparahannya yang biasanya lebih
besar. Serangan yang memenuhi semua kriteria lain tetapi memiliki kurang dari empat gejala
fisik dan / atau kognitif disebut sebagai serangan gejala terbatas.
Ada dua jenis serangan panik: diharapkan dan tidak terduga. Serangan panik yang diharapkan
adalah serangan yang memiliki isyarat atau pemicu yang jelas, seperti situasi di mana serangan
panik biasanya terjadi. Serangan panik yang tidak terduga adalah yang tidak ada isyarat atau
pemicu yang jelas pada saat terjadinya (mis., Saat bersantai atau tidak tidur [serangan panik
nokturnal]). Penentuan apakah serangan panik diharapkan atau tidak terduga dibuat oleh
dokter, yang membuat penilaian ini berdasarkan kombinasi dari pertanyaan hati-hati tentang
urutan kejadian sebelum atau mengarah ke serangan dan penilaian individu sendiri apakah atau
tidak serangan sepertinya terjadi tanpa alasan yang jelas. Interpretasi budaya dapat
memengaruhi tekad mereka seperti yang diharapkan atau tidak terduga. Gejala spesifik kultur
(mis., Tinitus, nyeri leher, sakit kepala, teriakan atau tangisan yang tidak terkendali) dapat
dilihat; Namun, gejala-gejala tersebut seharusnya tidak dihitung sebagai salah satu dari empat
gejala yang diperlukan. Serangan panik dapat terjadi dalam konteks gangguan mental
(misalnya, gangguan kecemasan, gangguan depresi, gangguan bipolar, gangguan makan,
gangguan obsesif-kompulsif dan terkait, gangguan kepribadian, gangguan psikotik, gangguan
penggunaan zat) dan beberapa kondisi medis (misalnya, jantung, pernapasan, vestibular,
gastrointestinal), dengan mayoritas tidak pernah memenuhi kriteria untuk gangguan panik.
Serangan panik tak terduga yang berulang diperlukan untuk diagnosis gangguan panik.

Fitur Terkait
21
Salah satu jenis serangan panik yang tidak terduga adalah serangan panik nokturnal
(yaitu, bangun dari tidur dalam keadaan panik), yang berbeda dari panik setelah sepenuhnya
bangun dari tidur. Serangan panik terkait dengan tingkat yang lebih tinggi dari upaya bunuh
diri dan ide bunuh diri bahkan ketika komorbiditas dan faktor risiko bunuh diri lainnya
diperhitungkan. Prevalensi Pada populasi umum, perkiraan prevalensi 12 bulan untuk serangan
panik di Amerika Serikat adalah 11,2% pada orang dewasa. Perkiraan prevalensi dua belas
bulan tampaknya tidak berbeda secara signifikan di antara orang Afrika-Amerika, Asia-
Amerika, dan Latin. Estimasi prevalensi 12 bulan yang lebih rendah untuk negara-negara Eropa
berkisar antara 2,7% hingga 3,3%. Wanita lebih sering terkena daripada pria, meskipun
perbedaan jenis kelamin ini lebih jelas untuk gangguan panik. Serangan panik dapat terjadi
pada anak-anak tetapi relatif jarang sampai usia pubertas, ketika tingkat prevalensi meningkat.
Tingkat prevalensi menurun pada individu yang lebih tua, mungkin mencerminkan keparahan
yang semakin berkurang ke tingkat subklinis.

Pengembangan dan Kursus

Usia rata-rata saat serangan panik di Amerika Serikat adalah sekitar 22-23 tahun di
antara orang dewasa. Namun, perjalanan serangan panik kemungkinan dipengaruhi oleh
perjalanan dari setiap gangguan mental (s) yang terjadi dan peristiwa kehidupan yang penuh
tekanan. Serangan panik jarang terjadi, dan serangan panik yang tidak terduga jarang terjadi,
pada anak-anak remaja. Remaja mungkin kurang mau dibandingkan orang dewasa untuk secara
terbuka membahas serangan panik, meskipun mereka hadir dengan episode ketakutan yang
intens atau ketidaknyamanan. Prevalensi serangan panik yang lebih rendah pada individu yang
lebih tua mungkin terkait dengan respons otonom yang lebih lemah terhadap keadaan emosi
relatif terhadap individu yang lebih muda. Orang yang lebih tua mungkin kurang cenderung
menggunakan kata "takut" dan lebih cenderung untuk menggunakan kata "ketidaknyamanan"
untuk menggambarkan serangan panik. Orang yang lebih tua dengan "perasaan panik"
mungkin memiliki hibrida dari serangan gejala terbatas dan kecemasan umum. Selain itu, orang
yang lebih tua cenderung mengaitkan serangan panik dengan situasi tertentu yang membuat
stres (mis., Prosedur medis, pengaturan sosial) dan mungkin secara retrospektif mendukung
penjelasan untuk serangan panik bahkan jika itu tidak terduga pada saat itu. Hal ini dapat
mengakibatkan kurangnya dukungan terhadap serangan panik yang tidak terduga pada individu
yang lebih tua.

22
Faktor Risiko dan Prognostik

Tempramental. Efektivitas negatif (neuroticism) (yaitu, rawan mengalami emosi


negatif) dan sensitivitas kecemasan (yaitu, kecenderungan untuk meyakini bahwa gejala
kecemasan berbahaya) adalah faktor risiko timbulnya serangan panik. Sejarah "mantra
ketakutan" (mis., Serangan gejala terbatas yang tidak memenuhi kriteria lengkap untuk
serangan panik) mungkin merupakan faktor risiko untuk serangan panik selanjutnya.
Lingkungan. Merokok adalah faktor risiko untuk serangan panik. Sebagian besar
individu melaporkan stresor yang dapat diidentifikasi pada bulan-bulan sebelum serangan
panik pertama mereka (mis., Stresor interpersonal dan stresor yang berkaitan dengan
kesejahteraan fisik, seperti pengalaman negatif dengan obat-obatan terlarang atau resep,
penyakit, atau kematian dalam keluarga).

Masalah Diagnostik Terkait Budaya

Interpretasi budaya dapat mempengaruhi penentuan serangan panik seperti yang


diharapkan atau tidak terduga. Gejala spesifik kultur (mis., Tinitus, nyeri leher, sakit kepala,
dan teriakan atau tangisan yang tidak terkendali) dapat dilihat; Namun, gejala-gejala tersebut
seharusnya tidak dihitung sebagai salah satu dari empat gejala yang diperlukan. Frekuensi
masing-masing dari 13 gejala bervariasi lintas budaya (mis., Tingkat parestesia yang lebih
tinggi di Afrika-Amerika dan pusing pada beberapa kelompok Asia). Sindrom budaya juga
mempengaruhi presentasi lintas-budaya serangan panik, menghasilkan profil gejala yang
berbeda di berbagai kelompok budaya. Contohnya termasuk serangan khyal (angin), sindrom
budaya Kamboja yang melibatkan pusing, tinitus, dan nyeri leher; dan serangan trùnggiô
(terkait angin), sebuah sindrom budaya Vietnam yang terkait dengan sakit kepala. Ataque de
nervios (serangan saraf) adalah sindrom budaya di antara orang Amerika Latin yang mungkin
melibatkan teriakan, tangisan atau tangisan yang tidak terkendali, perilaku agresif atau bunuh
diri, dan depersonalisasi atau derealization, dan yang mungkin dialami lebih dari beberapa
menit. Beberapa presentasi klinis ataque de nervios memenuhi kriteria untuk kondisi selain
serangan panik (mis., Gangguan disosiatif tertentu lainnya). Juga, harapan budaya dapat
mempengaruhi klasifikasi serangan panik seperti yang diharapkan atau tidak terduga, karena
sindrom budaya dapat menciptakan ketakutan akan situasi tertentu, mulai dari argumen
antarpribadi (terkait dengan ataque de nervios), hingga jenis aktivitas (terkait dengan serangan

23
khyâl), hingga angin atmosfer (terkait dengan serangan trùnggiô). Klarifikasi detail atribusi
budaya dapat membantu dalam membedakan serangan panik yang diharapkan dan tidak
terduga. Untuk informasi lebih lanjut tentang sindrom budaya, lihat "Glosarium Konsep
Budaya Kesedihan" dalam Lampiran manual ini.

Diagnosis Banding.

Episode paroksismal lainnya (mis., "Serangan kemarahan"). Serangan panik tidak


boleh didiagnosis jika episode-episode tersebut tidak melibatkan fitur penting dari gelombang
ketakutan yang hebat atau ketidaknyamanan yang hebat, tetapi lebih pada kondisi emosional
lainnya (mis., Kemarahan, kesedihan). Gangguan kecemasan karena kondisi medis lain.
Kondisi medis yang dapat menyebabkan atau salah didiagnosis sebagai serangan panik
termasuk hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, fenokromositoma, disfungsi vestibular,
gangguan kejang, dan kondisi kardiopulmoner (misalnya aritmia, takikardia supraventrikular,
asma, penyakit paru obstruktif kronik). Tes laboratorium yang sesuai (mis., Kadar kalsium
serum untuk hiperparatiroidisme; monitor Holter untuk aritmia) atau pemeriksaan fisik (mis.,
Untuk kondisi jantung) dapat membantu dalam menentukan peran etiologis kondisi medis lain.
Gangguan kecemasan yang diinduksi zat / obat. Intoksikasi dengan stimulan sistem saraf pusat
(mis., Kokain, amfetamin, kafein) atau ganja dan penarikan dari depresan sistem saraf pusat
(mis., Alkohol, barbiturat) dapat memicu serangan panik. Sejarah rinci harus diambil untuk
menentukan apakah individu tersebut mengalami serangan panik sebelum penggunaan narkoba
yang berlebihan. Fitur seperti onset setelah usia 45 tahun atau adanya gejala atipikal selama
serangan panik (misalnya, vertigo, kehilangan kesadaran, kehilangan kontrol kandung kemih
atau usus, bicara cadel, atau amnesia) menunjukkan kemungkinan bahwa kondisi medis atau
zat mungkin menyebabkan gejala serangan panik. Gangguan panik. Diperlukan serangan panik
berulang yang tak terduga tetapi tidak cukup untuk diagnosis gangguan panik (mis., Kriteria
diagnostik lengkap untuk gangguan panik harus dipenuhi).

AGORAFOBIA (F40.00)

Kriteria Diagnosis
A. Ketakutan atau kecemasan yang ditandai tentang dua (atau lebih) dari lima situasi berikut:
1. Menggunakan transportasi umum (mis. Mobil, bus, kereta api, kapal, pesawat terbang).
2. Berada di ruang terbuka (mis., Tempat parkir, pasar, jembatan).

24
3. Berada di tempat tertutup (mis., Toko, teater, bioskop).
4. Berdiri dalam barisan atau berada di tengah orang banyak.
5. Berada di luar rumah sendirian.

B. Individu takut atau menghindari situasi ini karena pemikiran yang melarikan diri mungkin
sulit atau bantuan mungkin tidak tersedia dalam hal mengembangkan gejala panik seperti
tom atau gejala lumpuh atau memalukan lainnya (mis., ketakutan jatuh pada orang tua; takut
inkontinensia).
C. Situasi agorafobik hampir selalu memicu rasa takut atau kecemasan.
D. Situasi agorafobik secara aktif dihindari, membutuhkan kehadiran seorang teman, atau
mengalami ketakutan atau kecemasan yang intens.
E. Ketakutan atau kecemasan tidak sebanding dengan bahaya aktual yang ditimbulkan oleh
situasi agorafobik dan konteks sosial budaya.
F. Rasa takut, cemas, atau menghindarinya persisten, biasanya berlangsung selama 6 bulan atau
lebih.
G. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran menyebabkan tekanan atau gangguan signifikan
secara sosial dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
H. Jika kondisi medis lain (mis., Penyakit radang usus, penyakit Parkinson) ada, rasa takut,
kecemasan, atau penghindaran jelas berlebihan.
I. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala-gejala
gangguan mental lain — misalnya, gejalanya tidak terbatas pada fobia spesifik, tipe situasional;
tidak hanya melibatkan situasi sosial (seperti dalam gangguan kecemasan sosial): dan tidak
terkait secara eksklusif dengan obsesi (seperti pada gangguan obsesif-kompulsif), cacat yang
dirasakan atau cacat dalam penampilan fisik (seperti pada gangguan dismoφik tubuh),
pengingat peristiwa traumatis ( seperti pada gangguan stres pascatrauma), atau ketakutan akan
perpisahan (seperti pada gangguan kecemasan perpisahan).
Catatan: Agoraphobia didiagnosis terlepas dari adanya gangguan panik. Jika presentasi
seseorang memenuhi kriteria untuk gangguan panik dan agorafobia, kedua diagnosis harus
ditetapkan.

Faktor Risiko dan Prognostik


Tempramental. Penghambatan perilaku dan disposisi neurotik (mis., Efektivitas
negatif [neuroticism] dan sensitivitas kecemasan) terkait erat dengan agoraphobia tetapi
relevan dengan sebagian besar gangguan kecemasan (gangguan fobia, gangguan panik,

25
gangguan kecemasan umum). Sensitivitas kecemasan (kecenderungan untuk percaya bahwa
gejala kecemasan berbahaya) juga merupakan karakteristik individu dengan agorafobia.
Lingkungan. Peristiwa negatif di masa kanak-kanak (mis., Perpisahan, kematian
orang tua) dan peristiwa stres lainnya, seperti diserang atau dirampok, dikaitkan dengan
timbulnya agorafobia. Selain itu, individu dengan agorafobia menggambarkan iklim fantastis
dan perilaku membesarkan anak sebagai ditandai oleh berkurangnya kehangatan dan
peningkatan perlindungan berlebihan.
Genetik dan fisiologis. Heritabilitas untuk agorafobia adalah 61%. Dari berbagai
fobia, agorafobia memiliki hubungan paling kuat dan paling spesifik dengan faktor genetik
yang mewakili kecenderungan terhadap fobia.

Diagnosis Banding

Ketika kriteria diagnostik untuk agorafobia dan gangguan lain terpenuhi sepenuhnya,
kedua diagnosis harus ditetapkan, kecuali ketakutan, kecemasan, atau penghindaran agorafobia
disebabkan oleh gangguan lainnya. Pembobotan kriteria dan penilaian klinis mungkin
bermanfaat dalam beberapa kasus.
Fobia spesifik, tipe situasional. Membedakan agorafobia dari fobia spesifik
situasional dapat menjadi tantangan dalam beberapa kasus, karena kondisi ini memiliki
beberapa karakteristik dan kriteria gejala. Fobia spesifik, tipe situasional, harus didiagnosis
versus agorafobia jika ketakutan, kecemasan, atau penghindaran terbatas pada salah satu situasi
agorafobia. Membutuhkan ketakutan dari dua atau lebih dari situasi agorafobik adalah cara
yang kuat untuk membedakan agorafobia dari fobia tertentu, terutama subtipe situasional. Fitur
pembeda tambahan termasuk ide kognitif. Jadi, jika situasinya ditakuti karena alasan lain selain
gejala seperti panik atau gejala tidak mampu atau memalukan lainnya (misalnya, ketakutan
akan dirugikan secara langsung oleh situasi itu sendiri, seperti ketakutan pesawat menabrak
orang yang takut terbang), maka diagnosis fobia spesifik mungkin lebih tepat.
Gangguan kecemasan perpisahan. Gangguan kecemasan pemisahan dapat
dibedakan dengan agorafobia dengan memeriksa ide kognitif. Dalam gangguan kecemasan
perpisahan, pikirannya adalah tentang terlepas dari orang lain yang signifikan dan lingkungan
rumah (yaitu, orang tua atau tokoh lampiran lainnya), sedangkan dalam agorafobia fokusnya
adalah pada gejala seperti panik atau gejala lumpuh atau memalukan lainnya dalam situasi yang
ditakuti.

26
Gangguan kecemasan sosial (fobia sosial). Agoraphobia harus dibedakan dari
gangguan kecemasan sosial berdasarkan terutama pada kelompok situasional yang memicu
rasa takut, kecemasan, atau penghindaran dan ide kognitif. Dalam gangguan kecemasan sosial,
fokusnya adalah pada rasa takut dievaluasi secara negatif.
Gangguan panik. Ketika kriteria untuk gangguan panik terpenuhi, agorafobia tidak
boleh didiagnosis jika perilaku penghindaran yang terkait dengan serangan panik tidak meluas
ke penghindaran dua atau lebih situasi agorafobik.
Gangguan stres akut dan gangguan stres pascatrauma. Gangguan stres akut dan
gangguan stres pascatrauma (PTSD) dapat dibedakan dari agorafobia dengan memeriksa
apakah ketakutan, kecemasan, atau penghindaran hanya berkaitan dengan situasi yang
mengingatkan individu akan peristiwa traumatis. Jika ketakutan, kecemasan, atau
penghindaran terbatas pada pengingat trauma, dan jika perilaku penghindaran tidak meluas ke
dua atau lebih situasi agorafobik, maka diagnosis agorafobia tidak diperlukan.
Gangguan depresi berat. Pada gangguan depresi mayor, individu dapat
menghindari meninggalkan rumah karena apatis, kehilangan energi, harga diri rendah, dan
anhedonia. Jika penghindarannya tidak terkait dengan ketakutan akan gejala seperti panik atau
tidak mampu atau memalukan lainnya, maka agorafobia tidak boleh didiagnosis.
Kondisi medis lainnya. Agoraphobia tidak didiagnosis jika penghindaran situasi
dinilai sebagai konsekuensi fisiologis dari kondisi medis. Penentuan ini didasarkan pada
riwayat, temuan laboratorium, dan pemeriksaan fisik. Kondisi medis relevan lainnya mungkin
termasuk kelainan neurodegeneratif dengan gangguan motorik terkait (mis., Penyakit
Parkinson, multiple sclerosis), serta gangguan kardiovaskular. Individu dengan kondisi medis
tertentu dapat menghindari situasi karena kekhawatiran realistis tentang tidak mampu
(misalnya, pingsan pada individu dengan serangan iskemik sementara) atau merasa malu
(misalnya, diare pada individu dengan penyakit Crohn). Diagnosis agorafobia harus diberikan
hanya ketika ketakutan atau penghindaran jelas melebihi yang biasanya terkait dengan kondisi
medis ini.

Gangguan Anxietas Menyeluruh (F41.1)

Kriteria Diagnosis
A. Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan (harapan yang mengkhawatirkan), terjadi
lebih dari beberapa hari selama setidaknya 6 bulan, tentang sejumlah acara atau kegiatan
(seperti kinerja sekolah atau pekerjaan).

27
B. Individu merasa sulit mengendalikan kekhawatiran.
C. Kecemasan dan kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau lebih) dari enam gejala berikut
(dengan setidaknya beberapa gejala telah hadir selama lebih dari beberapa hari daripada tidak
selama 6 bulan terakhir);
Catatan: Hanya satu item yang diperlukan pada anak-anak.
1. Gelisah atau perasaan terkunci atau tegang.
2. Menjadi mudah lelah.
3. Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong.
4. Lekas marah.
5. Ketegangan otot.
6. Gangguan tidur (sulit tidur atau tertidur, atau gelisah, kurang tidur).
D. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan tekanan klinis signifikan atau
gangguan dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
E. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (mis., Penyalahgunaan obat-
obatan, obat-obatan) atau kondisi medis lainnya (mis., Hipertiroidisme).
F. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain (misalnya, kecemasan atau
khawatir tentang mengalami serangan panik pada gangguan panik, evaluasi negatif pada
gangguan kecemasan sosial [fobia sosial], kontaminasi atau obsesi lain pada gangguan obsesif-
kompulsif, pemisahan dari keterikatan angka-angka dalam gangguan kecemasan perpisahan,
pengingat peristiwa traumatis pada gangguan stres pascatrauma, bertambahnya berat badan
pada anoreksia nervosa, keluhan fisik pada gangguan gejala somatik, gangguan penampilan
yang dirasakan pada gangguan dysmorphic tubuh, memiliki penyakit serius pada gangguan
kecemasan penyakit, atau isi delusi keyakinan pada skizofrenia atau gangguan delusi).

Fitur Diagnostik

Fitur penting dari gangguan kecemasan umum adalah kecemasan dan kekhawatiran
yang berlebihan (harapan gelisah) tentang sejumlah peristiwa atau kegiatan. Intensitas, durasi,
atau frekuensi kecemasan dan kekhawatiran tidak sebanding dengan kemungkinan atau
dampak aktual dari peristiwa yang diantisipasi. Individu merasa sulit mengendalikan
kekhawatiran dan menjaga agar pikiran yang mengkhawatirkan tidak mengganggu perhatian
pada tugas-tugas yang ada. Orang dewasa dengan gangguan kecemasan umum sering
mengkhawatirkan kehidupan sehari-hari, keadaan rutin, seperti kemungkinan tanggung jawab
pekerjaan, kesehatan dan keuangan, kesehatan anggota keluarga, ketidakberuntungan anak-

28
anak mereka, atau hal-hal kecil (misalnya, melakukan pekerjaan rumah tangga atau terlambat
untuk janji) . Anak-anak dengan gangguan kecemasan umum cenderung khawatir berlebihan
tentang kompetensi mereka atau kualitas kinerja mereka. Selama perjalanan gangguan, fokus
kekhawatiran dapat bergeser dari satu perhatian ke keprihatinan lainnya. Beberapa fitur
membedakan gangguan kecemasan umum dari kecemasan nonpathologis. Pertama,
kekhawatiran yang terkait dengan gangguan kecemasan umum berlebihan dan biasanya secara
signifikan mengganggu fungsi psikososial, sedangkan kekhawatiran kehidupan sehari-hari
tidak berlebihan dan dianggap lebih mudah dikelola dan mungkin ditunda ketika masalah yang
lebih mendesak muncul. Kedua, kekhawatiran yang terkait dengan gangguan kecemasan
umum lebih meresap, diucapkan, dan menyedihkan; memiliki durasi lebih lama; dan sering
terjadi tanpa précipants. Semakin besar rentang keadaan kehidupan yang dikhawatirkan
seseorang (mis., Keuangan, keselamatan anak-anak, prestasi kerja), semakin besar gejalanya
memenuhi kriteria untuk gangguan kecemasan umum. Ketiga, kekhawatiran sehari-hari jauh
lebih kecil kemungkinannya disertai dengan gejala fisik (mis., Kegelisahan atau perasaan
terkunci atau gelisah). Individu dengan gangguan kecemasan umum melaporkan tekanan
subyektif karena kekhawatiran konstan dan gangguan terkait dalam bidang sosial, pekerjaan,
atau fungsi penting lainnya. Kecemasan dan kekhawatiran disertai oleh setidaknya tiga dari
gejala tambahan berikut: gelisah atau perasaan terkunci atau gelisah, mudah lelah, sulit
berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong, lekas marah, ketegangan otot, dan tidur yang
terganggu, meskipun hanya satu gejala tambahan diperlukan pada anak-anak

Faktor Risiko dan Prognostik

Tempramental. Penghambatan perilaku, efektivitas negatif (neuroticism), dan


penghindaran bahaya telah dikaitkan dengan gangguan kecemasan umum.
Lingkungan. Meskipun kesulitan masa kanak-kanak dan overproteksi orangtua telah
dikaitkan dengan gangguan kecemasan umum, tidak ada faktor lingkungan yang diidentifikasi
sebagai spesifik untuk gangguan kecemasan umum atau diperlukan atau cukup untuk membuat
diagnosis.
Genetik dan fisiologis. Sepertiga dari risiko mengalami gangguan kecemasan umum
adalah genetik, dan faktor-faktor genetik ini tumpang tindih dengan risiko neurotisme dan
dibagi dengan gangguan kecemasan dan suasana hati lainnya, khususnya gangguan depresi
mayor

29
Konsekuensi Fungsional Gangguan Kecemasan Umum

Kecemasan berlebihan mengganggu kemampuan individu untuk melakukan berbagai


hal dengan cepat dan efisien, baik di rumah maupun di tempat kerja. Kekhawatiran
membutuhkan waktu dan energi; gejala-gejala yang terkait dari ketegangan otot dan perasaan
terkunci atau tegang, kelelahan, sulit berkonsentrasi, dan tidur yang terganggu berkontribusi
pada gangguan tersebut. Yang penting kekhawatiran yang berlebihan dapat merusak
kemampuan individu dengan gangguan kecemasan umum untuk mendorong kepercayaan pada
anak-anak mereka. Gangguan kecemasan umum dikaitkan dengan kecacatan dan tekanan yang
signifikan yang terlepas dari gangguan komorbiditas, dan sebagian besar orang dewasa yang
tidak dilembagakan dengan gangguan tersebut mengalami kecacatan sedang hingga serius.
Gangguan kecemasan umum menyumbang 110 juta hari kecacatan per tahun dalam populasi
A.S

Diagnosis Banding

Gangguan kecemasan karena kondisi medis lain. Diagnosis gangguan kecemasan


yang terkait dengan kondisi medis lain harus ditetapkan jika kecemasan dan kekhawatiran
individu dinilai, berdasarkan riwayat, temuan laboratorium, atau pemeriksaan fisik, untuk
menjadi efek fisiologis dari kondisi medis spesifik lainnya (misalnya, pheochromocytoma,
hipertiroidisme) .
Gangguan kecemasan yang diinduksi zat / obat. Gangguan kecemasan yang
diinduksi zat / obat dibedakan dari gangguan kecemasan umum dengan fakta bahwa suatu zat
atau obat (mis., Obat pelecehan, paparan racun) dinilai secara etiologis terkait dengan
kecemasan tersebut. Sebagai contoh, kecemasan parah yang terjadi hanya dalam konteks
konsumsi kopi berat akan didiagnosis sebagai gangguan kecemasan yang disebabkan kafein.
Gangguan kecemasan sosial. Individu dengan gangguan kecemasan sosial sering
memiliki kecemasan antisipatif yang difokuskan pada situasi sosial yang akan datang di mana
mereka harus melakukan atau dievaluasi oleh orang lain, sedangkan individu dengan gangguan
kecemasan umum khawatir, apakah mereka sedang dievaluasi atau tidak. Gangguan obsesif-
kompulsif. Beberapa fitur membedakan kekhawatiran berlebihan gangguan kecemasan umum
dari pikiran obsesif gangguan obsesif-kompulsif. Dalam gangguan kecemasan umum fokus
dari kekhawatiran adalah tentang masalah yang akan datang, dan itu adalah kelebihan

30
kekhawatiran tentang peristiwa masa depan yang tidak normal. Dalam gangguan obsesif-
kompulsif, obsesi adalah ide yang tidak pantas yang mengambil bentuk pikiran, dorongan, atau
gambar yang mengganggu dan tidak diinginkan.
Gangguan stres pascatrauma dan gangguan penyesuaian. Kecemasan selalu ada
pada gangguan stres pascatrauma. Gangguan kecemasan umum tidak didiagnosis jika
kecemasan dan kekhawatiran lebih baik dijelaskan oleh gejala gangguan stres pasca trauma.
Kecemasan juga dapat terjadi pada gangguan penyesuaian, tetapi kategori residual ini harus
digunakan hanya ketika kriteria tidak terpenuhi untuk gangguan lainnya (termasuk gangguan
kecemasan umum). Selain itu, pada gangguan penyesuaian, kecemasan terjadi sebagai respons
terhadap stresor yang dapat diidentifikasi dalam waktu 3 bulan sejak timbulnya stresor dan
tidak bertahan selama lebih dari 6 bulan setelah penghentian stresor atau konsekuensinya.
Gangguan depresi, bipolar, dan psikotik. Kecemasan / kekhawatiran umum adalah
fitur terkait umum dari gangguan depresi, bipolar, dan psikotik dan tidak boleh diagnosa secara
terpisah jika kekhawatiran berlebihan hanya terjadi selama kondisi ini.

Fitur Diagnostik

Fitur penting dari gangguan kecemasan yang disebabkan oleh zat / obat adalah gejala
panik atau kecemasan (Kriteria A) yang dinilai disebabkan oleh efek suatu zat (misalnya, obat
pelecehan, obat, atau racun). paparan). Gejala panik atau kecemasan harus berkembang selama
atau segera setelah keracunan atau penarikan zat atau setelah terpapar obat, dan zat atau obat
harus mampu menghasilkan gejala (Kriteria B2). Gangguan kecemasan yang diinduksi oleh
obat karena perawatan yang diresepkan untuk gangguan mental atau kondisi medis lainnya
harus mulai timbul ketika individu tersebut menerima obat (atau selama penarikan, jika
penarikan dikaitkan dengan obat). Setelah pengobatan dihentikan, gejala panik atau kecemasan
biasanya akan membaik atau hilang dalam beberapa hari hingga beberapa minggu hingga satu
bulan (tergantung pada paruh waktu dari zat / obat-obatan dan adanya penarikan). Diagnosis
gangguan kecemasan yang diinduksi zat / obat tidak boleh diberikan jika timbulnya gejala
panik atau kecemasan mendahului keracunan atau penarikan zat / obat, atau jika gejalanya
menetap untuk periode waktu yang substansial (yaitu, biasanya lebih dari 1 tahun). bulan) dari
saat keracunan parah atau penarikan. Jika gejala panik atau kecemasan berlanjut untuk periode
waktu yang cukup lama, penyebab lain dari gejala tersebut harus dipertimbangkan. Diagnosis
gangguan kecemasan yang diinduksi zat / obat harus dibuat alih-alih diagnosis keracunan zat

31
atau penarikan zat hanya ketika gejala dalam Kriteria A dominan dalam gambaran klinis dan
cukup parah untuk menjamin perhatian klinis independen.

Diagnosis Banding

Keracunan zat dan penarikan zat. Gejala kecemasan umumnya terjadi pada
keracunan zat dan penarikan zat. Diagnosis keracunan spesifik-zat atau penarikan khusus-zat
biasanya cukup untuk mengkategorikan presentasi gejala. Diagnosis gangguan kecemasan
yang disebabkan oleh obat / obat harus dibuat sebagai tambahan terhadap keracunan zat atau
penarikan zat ketika gejala panik atau kecemasan dominan dalam gambaran klinis dan cukup
parah untuk menjamin perhatian klinis independen. Sebagai contoh, gejala panik atau
kecemasan adalah karakteristik dari penarikan alkohol.
Gangguan kecemasan (mis., Tidak diinduksi oleh suatu zat / obat-obatan).
Gangguan kecemasan yang diinduksi zat / obat dinilai secara etiologis berkaitan dengan zat /
obat. Gangguan kecemasan yang disebabkan oleh obat / zat dibedakan dari gangguan
kecemasan primer berdasarkan onset, perjalanan, dan faktor-faktor lain sehubungan dengan zat
/ obat. Untuk penyalahgunaan obat, harus ada bukti dari sejarah, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratorium untuk digunakan, keracunan, atau penarikan. Gangguan kecemasan yang
diinduksi oleh obat / obat hanya timbul sehubungan dengan keracunan atau keadaan putus obat,
sedangkan gangguan kecemasan primer dapat mendahului timbulnya penggunaan zat / obat.
Kehadiran fitur yang tidak khas dari gangguan kecemasan primer, seperti usia atipikal saat
onset (misalnya, timbulnya gangguan panik setelah usia 45 tahun) atau gejala (misalnya, gejala
serangan panik atipikal seperti vertigo sejati, kehilangan keseimbangan, kehilangan kesadaran,
kehilangan kontrol kandung kemih, sakit kepala, bicara cadel) dapat menyarankan etiologi
yang diinduksi zat / obat. Diagnosis gangguan kecemasan primer diperlukan jika gejala panik
atau kecemasan menetap untuk periode waktu yang substansial (sekitar 1 bulan atau lebih)
setelah akhir keracunan zat atau penarikan akut atau ada riwayat gangguan kecemasan.
Delirium. Jika gejala panik atau kecemasan terjadi secara eksklusif selama delirium,
mereka dianggap sebagai fitur terkait dari delirium dan tidak didiagnosis secara terpisah.
Gangguan kecemasan karena kondisi medis lain. Jika gejala panik atau kecemasan
dikaitkan dengan konsekuensi fisiologis dari kondisi medis lain (mis., Alih-alih dengan obat
yang diminum untuk kondisi medis), gangguan kecemasan akibat kondisi medis harus
didiagnosis. Sejarah sering memberikan dasar untuk penilaian semacam itu. Kadang-kadang,
perubahan dalam perawatan untuk kondisi medis lainnya (misalnya, penggantian atau

32
penghentian pengobatan) mungkin diperlukan untuk menentukan apakah obat tersebut
merupakan agen penyebab (dalam hal ini gejalanya dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh
kecemasan yang dipicu oleh zat / obat-obatan) kekacauan). Jika gangguan disebabkan oleh
kondisi medis lain dan penggunaan narkoba, keduanya dapat didiagnosis (yaitu, gangguan
kecemasan karena kondisi medis lain dan gangguan kecemasan yang disebabkan oleh zat /
obat-obatan) dapat diberikan. Ketika tidak ada bukti yang cukup untuk menentukan apakah
gejala panik atau kecemasan disebabkan oleh suatu zat / obat atau kondisi medis lain atau
primer (yaitu, tidak disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis lain), diagnosis untuk
penyakit tertentu atau tidak spesifik lainnya ditentukan. gangguan kecemasan akan
diindikasikan

Gangguan Anxietas karena Kondisi Medis Lain (F06.4)

Kriteria Diagnosis
A. Serangan panik atau kecemasan adalah dominan dalam gambaran klinis.
B. Ada bukti dari sejarah, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa gangguan adalah
konsekuensi patofisiologis langsung dari kondisi medis lain.
C. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain.
D. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama delirium.
E. Gangguan tersebut menyebabkan tekanan atau kerusakan klinis yang signifikan secara
sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya

Fitur Diagnostik

Fitur penting dari gangguan kecemasan akibat kondisi medis lain adalah kecemasan
signifikan secara klinis yang dinilai paling baik dijelaskan sebagai efek fisiologis dari kondisi
medis lain. Gejala dapat mencakup gejala kecemasan yang menonjol atau serangan panik
(Kriteria A). Penilaian bahwa gejalanya paling baik dijelaskan oleh kondisi fisik terkait harus
didasarkan pada bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium (Kriteria B).
Selain itu, harus dinilai bahwa gejala tidak lebih baik diperhitungkan oleh gangguan mental
lain, khususnya, gangguan penyesuaian, dengan kecemasan, di mana stresor adalah kondisi
medis (Kriteria C). Dalam kasus ini, seorang individu dengan gangguan penyesuaian sangat
tertekan tentang arti atau konsekuensi dari kondisi medis yang terkait. Sebaliknya, seringkali

33
ada komponen fisik yang menonjol pada kecemasan (mis., Sesak napas) ketika kecemasan
disebabkan oleh kondisi medis lain. Diagnosis tidak dibuat jika gejala kecemasan terjadi hanya
selama delirium (Kriteria D). Gejala-gejala kecemasan harus menyebabkan distres atau
gangguan signifikan secara klinis di bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting
lainnya (Kriteria E).
Dalam menentukan apakah gejala kecemasan disebabkan oleh kondisi medis lain, dokter
harus terlebih dahulu menentukan keberadaan kondisi medis tersebut. Selain itu, harus
ditetapkan bahwa gejala kecemasan dapat secara etiologis terkait dengan kondisi medis melalui
mekanisme fisiologis sebelum membuat penilaian bahwa ini adalah penjelasan terbaik untuk
gejala pada individu tertentu. Hati-hati dan kompre
penilaian intensif dari berbagai faktor diperlukan untuk membuat penilaian ini. Beberapa aspek
presentasi klinis harus dipertimbangkan: 1) adanya hubungan temporal yang jelas antara onset,
eksaserbasi, atau remisi kondisi medis dan gejala kecemasan; 2) adanya fitur yang atipikal dari
gangguan kecemasan primer (mis., Usia atipikal saat onset atau perjalanan); dan 3) bukti dalam
literatur bahwa mekanisme fisiologis yang diketahui (mis., hipertiroidisme) menyebabkan
kecemasan. Selain itu, gangguan tidak boleh lebih baik dijelaskan oleh gangguan kecemasan
primer, gangguan kecemasan yang disebabkan oleh zat / obat, atau gangguan mental primer
lainnya (mis., Gangguan penyesuaian)

Diagnosis Banding

Delirium. Diagnosis gangguan kecemasan yang terpisah karena kondisi medis lain
tidak diberikan jika gangguan kecemasan terjadi secara eksklusif selama delirium. Namun,
diagnosis gangguan kecemasan karena kondisi medis lain dapat diberikan selain diagnosis
gangguan neurokognitif utama (demensia) jika etiologi kecemasan dinilai sebagai konsekuensi
fisiologis dari proses patologis yang menyebabkan gangguan neurokognitif dan jika kecemasan
adalah bagian yang menonjol dari presentasi klinis.
Gejala campuran (mis., Suasana hati dan kecemasan). Jika presentasi termasuk
campuran dari berbagai jenis gejala, gangguan mental spesifik karena kondisi medis lain
tergantung pada gejala yang mendominasi dalam gambaran klinis.
Gangguan kecemasan yang diinduksi zat / obat. Jika ada bukti penggunaan zat
baru atau berkepanjangan (termasuk obat dengan efek psikoaktif), hentikan penggunaan
suatu zat, atau paparan terhadap racun, suatu gangguan kecemasan akibat zat / obat harus
dipertimbangkan. Obat-obatan tertentu diketahui meningkatkan kecemasan (misalnya,

34
kortikosteroid, estrogen, metoklopramid), dan ketika hal ini terjadi, obat tersebut mungkin
merupakan etiologi yang paling mungkin, walaupun mungkin sulit untuk membedakan apakah
kecemasan itu disebabkan oleh obat-obatan atau untuk penyakit medis itu sendiri. Ketika
diagnosis kecemasan yang diinduksi zat sedang dibuat sehubungan dengan obat-obatan
rekreasional atau non-resep, mungkin berguna untuk mendapatkan skrining urin atau obat
darah atau evaluasi laboratorium lain yang sesuai. Gejala yang terjadi selama atau segera
setelah (yaitu, dalam waktu 4 minggu setelah) keracunan atau penarikan zat atau setelah
penggunaan obat dapat menjadi indikasi khusus dari gangguan kecemasan yang disebabkan
oleh obat / obat, tergantung pada jenis, durasi, atau jumlah zat yang digunakan. . Jika gangguan
dikaitkan dengan kondisi medis lain dan penggunaan zat, kedua diagnosis (yaitu, gangguan
kecemasan karena kondisi medis lain dan gangguan kecemasan yang disebabkan oleh zat /
obat) dapat diberikan. Fitur seperti onset setelah usia 45 tahun atau adanya gejala atipikal
selama serangan panik (misalnya, vertigo, kehilangan kesadaran, kehilangan kontrol kandung
kemih atau usus, bicara cadel, amnesia) menunjukkan kemungkinan bahwa kondisi medis atau
zat lain mungkin menjadi penyebab gejala serangan panik.
Gangguan kecemasan (bukan karena kondisi medis yang diketahui). Gangguan
kecemasan karena kondisi medis lain harus dibedakan dari gangguan kecemasan lainnya
(terutama gangguan panik dan gangguan kecemasan umum). Pada gangguan kecemasan lain,
tidak ada mekanisme fisiologis spesifik dan langsung yang terkait dengan kondisi medis lain
yang dapat ditunjukkan. Usia lanjut saat onset, gejala atipikal, dan tidak adanya riwayat
gangguan kecemasan pribadi atau keluarga menunjukkan perlunya penilaian menyeluruh untuk
mengesampingkan diagnosis gangguan kecemasan karena kondisi medis lainnya. Gangguan
kecemasan dapat memperburuk atau menimbulkan peningkatan risiko untuk kondisi medis
seperti kejadian kardiovaskular dan infark miokard dan tidak boleh didiagnosis sebagai
gangguan kecemasan karena kondisi medis lain dalam kasus ini.
Gangguan kecemasan penyakit. Gangguan kecemasan karena kondisi medis lain harus
dibedakan dari gangguan kecemasan penyakit. Gangguan kecemasan penyakit ditandai oleh
kekhawatiran tentang penyakit, kekhawatiran tentang rasa sakit, dan keasyikan tubuh. Dalam
kasus gangguan kecemasan penyakit, individu mungkin atau mungkin tidak pernah
mendiagnosis kondisi medis. Meskipun seseorang dengan gangguan kecemasan penyakit dan
kondisi medis yang didiagnosis cenderung mengalami kecemasan tentang kondisi medis,
kondisi medis tidak secara fisiologis terkait dengan gejala kecemasan.
Gangguan penyesuaian. Gangguan kecemasan karena kondisi medis lain harus
dibedakan dari gangguan penyesuaian, dengan kecemasan, atau dengan kecemasan dan

35
suasana hati yang depresi. Gangguan penyesuaian diperlukan ketika individu mengalami
respons maladaptif terhadap stres memiliki kondisi medis lain. Reaksi terhadap stres biasanya
berkaitan dengan makna atau konsekuensi dari stres, dibandingkan dengan pengalaman
kecemasan atau gejala suasana hati yang terjadi sebagai konsekuensi fisiologis dari kondisi
medis lainnya. Pada gangguan penyesuaian, gejala kecemasan biasanya terkait dengan
mengatasi stres karena memiliki kondisi medis umum, sedangkan pada gangguan kecemasan
karena kondisi medis lain, individu lebih cenderung memiliki gejala fisik yang menonjol dan
berfokus pada masalah selain stres dari penyakit itu sendiri.
Fitur terkait gangguan mental lain.Gejala kecemasan mungkin merupakan fitur
terkait gangguan mental lain (mis., Skizofrenia, anoreksia nervosa).
Gangguan kecemasan spesifik atau tidak spesifik lainnya. Diagnosis ini diberikan
jika tidak dapat ditentukan apakah gejala kecemasan itu primer, diinduksi zat, atau terkait
dengan kondisi medis lain.

Gangguan Kecemasan Tertentu Lainnya (F41.8)

Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala karakteristik gangguan


kecemasan yang menyebabkan tekanan signifikan secara klinis atau gangguan dalam sosial,
pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya mendominasi tetapi tidak memenuhi kriteria
penuh untuk setiap gangguan dalam kelas diagnostik gangguan kecemasan . Kategori
gangguan kecemasan tertentu lainnya digunakan dalam situasi di mana dokter memilih untuk
mengkomunikasikan alasan spesifik bahwa presentasi tidak memenuhi kriteria untuk
gangguan kecemasan spesifik apa pun. Ini dilakukan dengan merekam "gangguan kecemasan
spesifik lainnya" diikuti oleh alasan spesifik (mis., "Kecemasan umum tidak terjadi lebih dari
beberapa hari daripada tidak").
Contoh presentasi yang dapat ditentukan dengan menggunakan penunjukan "ditentukan
lain" meliputi yang berikut;
1. Serangan gejala terbatas.
2. Kecemasan umum tidak terjadi lebih dari beberapa hari.
3. Topi Khyal (serangan angin): Lihat “Glosarium Konsep Budaya Kesesakan” di Lampiran.
4. Ataque de nervios (serangan saraf): Lihat “Daftar Istilah Konsep Kebudayaan”
dalam Lampiran.

Gangguan Kecemasan yang Tidak Ditentukan(F41.9)


36
Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala karakteristik gangguan
kecemasan yang menyebabkan tekanan signifikan secara klinis atau gangguan dalam sosial,
pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya mendominasi tetapi tidak memenuhi kriteria
penuh untuk setiap gangguan dalam kelas diagnostik gangguan kecemasan . Kategori
gangguan kecemasan yang tidak ditentukan digunakan dalam situasi di mana dokter memilih
untuk tidak menentukan alasan bahwa kriteria tidak terpenuhi untuk gangguan kecemasan
tertentu, dan termasuk presentasi di mana ada informasi yang tidak memadai untuk membuat
diagnosis yang lebih spesifik (misalnya, di pengaturan ruang gawat darurat).

37
Gangguan Obsesif-Kompulsif dan Gangguan yang Berkaitan

• Gangguan Obsesif – Kompulsif & Gangguan yang Berkaitan


o Obsesif – Kompulsif dan gangguan yang berhubungan (OCD) antara lain :
o Body dysmorphic disorder
o Hoarding disorder
o Trichotillomania
o Excoriation
o Gangguan obsesif kompulsif yang berhubungan dengan Penggunaan Zat
o Gangguan obsesif kompulsif yang berhubungan dengan Kondisi Medis Tertentu.
o Gangguan obsesif kompulsif yang Tidak Tergolongkan

• OCD ditandai dengan adanya obsesi dan atau kompulsi. :


o Obsesi  pikiran ataupun gambaran yang persisten dan rekurensi yang
sebenarnya bersifat menganggu dan sebenarnya tidak diinginkan.
o Kompulsi  kebiasaan yang berulang ataupun keinginan yang mempengaruhi
orang tsb, sehingga kebiasaan tersebut merasa perlu dilakukan secara
kaku/menetap.

• Gangguan obsesif – kompulsif kadang juga ditandai dengan adanya gangguan proses
berpikir (preoccupations) dan ditandai dengan perilaku yang repetitif ataupun
keinginan yang menjadi respons proses berpikir tersebut.
• Para dokter didorong untuk dapat mengetahui gejala-gejala yang mungkin terjadi
pada masing-masing individu. Sangat penting untuk menentukan indikator pada
masing-masing diagnosis banding dan penatalaksanaan yang sesuai.
• Beberapa gangguan obsesif-kompulsif terkadang disertai dengan adanya gangguan
cemas.
• Gangguan obsesif-kompulsif mempunyai komponen kognitif sebagai ciri spesifik
pada setiap kelainannya. Dimulai dari batasan tilikan yang baik sampai tilikan yang
buruk sampai delusi.
• Pada beberapa individu yang mempunyai gangguan obsesif-kompulsif yang
mempunyai gejala delusi sevara spesifik, gejala ini tidak seharusnya didiagnosis
sebagai gangguan psikotik.

38
• Gangguan Obsesif-Kompulsif 300.3 (F42) :
A. Terdapatnya gejala obsesi, kompulsi atau keduanya :
Obsesi didefisinikan menurut (1) dan (2) :
1. Pikiran ataupun gambaran yang bersifat rekuren dan persisten , pada
beberapa waktu bersifat menganggu dan tidak diinginkan/diperlukan,
dan pada beberapa individu menyebabkan cemas atau stress.
2. Pikiran ataupun gambaran yang dicoba dinetralisir dalam bentuk
tindakan/perilaku (co : kompulsi)
Terdapatnya gejala obsesi, kompulsi atau keduanya :

Kompulsi didefisinikan menurut (1) dan (2) :

1. Perilaku berulang ( mencuci tangan, ordering, checking) ataupun perilaku


mental ( berdoa, menghitung atau mengucapkan kata yang sama berulang
secara diam-diam) yang individu tersebut merasa perlu dilakukan sebagai
respon terhadap obsesi ataupun aturan yang harus dilakukan secara
teratur.
2. Perilaku atau perilaku mental yang bertujuan mencegah ataupun
mengurangi kecemasan ataupun stres.
Catatan : Anak-anak mungkin belum mengerti tujuan dari perilaku yang dilakukan

B. Obsesi ataupun Kompulsi bersifat membuang-buang waktu ( memerlukan waktu


> 1 jam/hari ) ataupun dapat menyebabkan adanya stres ataupun
ketidakmampuan seseorang dalam beraktivitas di lingkungan sekitar.
C. Gejala Obsesi – Kompulsi tidak berhubungan dengan efek dari penggunaan zat
tertentu ataupun kondisi medis tertentu.
D. Gangguan tersebut lebih baik tidak dijelaskan sebagai gejala dari gangguan
mental yang lain ( cemas yang berlebih  gangguan cemas menyeluruh ;
gangguan pikiran terhadap penampilan  body dismorphic disorder , suka
menarik rambut  trichotillomania ; etc)
 Spesifikan jika :
o Tilikan Baik : individu tersebut menyadari bahwa gangguan obsesif-
kompulsif mungkin tidak benar

39
o Tilikan Buruk : individu tersebut berpikir bahwa gangguan
obsesif-kompulsif tersebut benar adanya.
o Dengan Delusi : individu tersebut yakin sepenuhnya bahwa gangguan
obsesif- kompulsif benar adanya.
 Spesifikan jika :
o Tic-Related : individu tersebut mempunyai riwayat tic sebelumnya.

• Kriteria Diagnosis
 Kriteria A :
- OCD didiagnosis apabila terdapat,

o Obsesi, pikiran yang persisten & berulang, sebenarnya bersifat


menganggu & tidak diperlukan & menyebabkan stres atau cemas .
o Kompulsi, perilaku repetitif yang merupakan respin dari obsesi
o Tujuan dilakukan untuk mengurangi stres atau kecemas yang dicetuskan
oleh obsesi tersebut ataupun mencegah timbul suatu keadaan ( menjadi
sakit ).
 Kriteria B :
- Obsesi dan Kompulsi bersifat time-consuming ( >1jam/hari) atau secara
klinis dapat menyebabkan distress.
- Frekuensi dan derajat dari obsesi dan kompulsi bervariasi pada tiap individu
dengan OCD ( derajat ringan-berat membutuhkan waktu 1-3jam)
 Kriteria Tambahan Dalam Menunjang Diagnosis :
- Tipe obsesif-kompulsif yang bersifat spesifik, cleaning ( obsesi-kompulsi
kebersihan), simetri (obsesi-kompulsi melakukan tindakan seperti
menghitung, ordering).
- Pikiran taboo (obsesi-kompulsi yang berhubungan dengan sexual ataupun
keagamaan atau budaya)

• Perjalanan Penyakit :
o Rata-rata usia individu dengan OCD adalah usia 19,5 tahun dengan 25% kasus
dimulai dari usia 14 tahun. Onset 35 tahun jarang terjadi namun masih dapat
ditemukan.

40
o Apabila OCD diterapi dengan kurang baik, maka pernjalanan penyakit bersifat
kronis, dan dapat muncul remisi.
o Kompulsi lebih mudah didiagnois pada anak-anak daripada obsesi, hal ini
disebabkan kompulsi lebih mudah diobservasi.
o Pola gejala pada orang dewasa bersifat lebih stabil dibandingkan dengan anak-
anak yang gejalanya lebih bervariasi.

• Risiko dan Faktor Prognosis :


o Temperamental
 Emosi yang bersifat negatif and hambatan pada perilaku yang
menyebabkan timbulnya perubahan tempramen.
o Lingkungan
 Kekerasan secara fisik ataupun seksual pada masa anak-anak dan
ataupun stres dan hal traumatis menyebabkan risiko timbulnya OCD
o Genetik
 Mungkin terdapatnya disfungsi dari cortex orbitofrontal, cortex
cingulata anterior dan striatum.

o Laki-laki dengan onset OCD lebih awal daripada Wanita lebih banyak
mempunyai gangguan tic sebagai komorbidnya.
o Risiko bunuh diri pada individu dengan OCD biasanya ditemukan pada individu
yang juga disetai dengan Gangguan Cemas Menyeluruh.
o OCD berhubungan dengan kualitas hidup yang kurang baik pada lingkungan
ataupun pada pekerjaan. Hal ini disebabkan karena individu tersebut
membutuhkan waktu yang lama untuk memenuhi kompulsinya.
o Gejala yang spesifik pada individu dengan OCD dapat menyebabkan adanya
hambatan ataupun masalah spesifik.
o Contoh :
o Obsesi terhadap kekerasan dapat menyebabkan hubungan dengan keluarga dan
teman menjadi tidak nyaman.
o Obsesi symmetry, dapat menyebabkan individu tersebut tidak mampu
menyelesaikan tugas ataupun pekerjaan tepat waktu karena merasa “tidak
benar” yang berakibat dikeluarkan dari sekolah ataupun pekerjaan.

41
• Diagnosis Banding Gangguan Obsesif-Kompulsif :
o Gangguan Cemas
o Gangguan Depresi Mayor
o Gangguan yang Berhubungan dengan Gangguan Obsesif-Kompulsif
o Gangguan Makan
o Gangguan Tic dan Gerakan Stereotype
o Gangguan Psikotik
o Gangguan Obsesif-Kompulsif Personal

 Body Dismorphic Disorder 300.7 (F45.22)


A. Gangguan isi pikiran dengan 1 atau lebih merasa terdapatnya defek atau cacat
pada penampilan fisiknya yang dibandingkan dengan orang lain.
B. Pada beberapa waktu perjalanan penyakit, beberapa individu menunjukkan
adanya perilaku repetitif ( membandingkan penampilannya terus-menerus
dengan orang lain).
C. Gangguan isi pikiran yang secara klinis dapat menyebabkan stress ataupun
hambatan sosial dalam lingkungan dan pekerjaan.
D. Gangguan isi pikiran terhadap penampilan tidak berhubungan dengan komposisi
lemak tubuh ataupun berat badan, yang lebih mengarah ke diagnosis gangguan
makan
 Spesifikan jika :
Disertai dengan dismorphia otot : individu dengan gangguan isi pikiran
yang merasa dirinya terlalu kecil ataupun kekurangan otot. Spesifikasi ini
digunakan jika individu tersebut mempunyai gangguan isi pikiran dengan area
tubuh yang lainnya.

 Spesifikan jika :
Sesuaikan dengan tilikan yang berhubungan dengan gangguan
dismorphic tubuh ( co : Saya merasa jelek atau Saya merasa cacat).

o Tilikan Baik : individu tersebut menydari bahwa tidak ada yang


dinamakan gangguan dismorphic tubuh

42
o Tilikan Buruk : individu tersebut berpikir bahwa gangguan dismorphic
tubuh benar adanya.
o Disertai dengan delusi : individu tersebut sangat yakin bahwa gangguan
dismorphic tubuh benar adanya.

 Diagnosis Banding Gangguan Tubuh Dismorphic :


o Penampilan Normal dan Terdapat Kelainan Fisik yang Terlihat
o Gangguan Makan
o Gangguan Cemas
o Gangguan Depresi Mayor
o Gangguan yang Berhubungan dengan Gangguan Obsesif-Kompulsif
o Gangguan Psikotik

 Hoarding Disorder (Gangguan Penimbunan) 300.3 (F42)


A. Kesulitan yang bersifat menetap apabila membuang atau berpisah dari benda-benda
yang disimpan, terlepas dari nilai aktualnya.
B. Kesulitan ini disebabkan karena adanya kebutuhkan untuk menyimpan barang tersebut
dan akan timbul stres apabila tidak melakukannya.
C. Kesulitan membuang barang menyebabkan timbulnya barang-barang yang memenuhi
dan mengacaukan lingkungan tempat tinggal. Jika tempat tinggal bebas dari timbunan
barang-barang yang disimpan, hal ini disebabkan karena terdapat intervensi dari orang
ketiga (keluarga, orang yang membersihkan rumah,).
D. Gangguan penimbunan ini menyebabkan stres secara klinis ataupun ketidakmampuan
di lingkungan sosial, pekerjaan.
E. Gangguan penimbunan ini tidak berhubungan dengan kondisi medis tertentu ( injury
otak, penyakit cerebrovascular, Sindrom Prader-Willi)
F. Gangguan penimbunan ini lebih baik tidak dijelaskan dengan gejala yang terdapat pada
gangguan mental lainnya ( gangguan obsesif-kompulsif, delusi pada skizofrenia atau
gangguan psikotik lainnya)

 Spesifikan jika :
Disertai simpanan yang berlebihan : individu sulit berpisah dari
barang-barang yang telah disimpan disebabkan karena sudah terlalu berlebihan

43
barang-barang yang disimpan yang dimana tidak diperlukan atau tidak terdapat
lagi ruang bebas untuk menyimpan barang lain.

 Spesifikan jika :
o Tilikan Baik : individu tersebut menyadari bahwa kebiasaan dan
perilaku yang dilakukannya adalah suatu masalah
o Tilikan Buruk : individu tersebut menyadari bahwa perilaku yang
dilakukannya bukan merupakan suatu masalah meskipun terdapat hal
yang sebaliknya.
o Disertai dengan delusi : individu tersebut menyadari dan yakin bahwa
perilaku yang dilakukannya bukan merupakan suatu masalah meskipun
terdapat hal yang sebaliknya.

 Diagnosis Banding Gangguan Penimbunan (Hoarding Disorder ) :


o Berhubungan dengan kondisi medis tertentu
o Gangguan perkembangan sistem syaraf
o Skizofrenia dan Gangguan dengan Gejala Psikotik Lainnya
o Episode Depresi Mayor
o Gangguan Obsesif-Kompulsif

Trichotillomania (gangguan menarik rambut)


Kriteria diagnosis [ 312.39 (F63.2) ]
a. Menarik rambut secara berulang, yang mengakibatkan kerontokan rambut
b. Upaya berulang untuk mengurangi/berhenti menarik rambut
c. Mencabut rambut disebabkan adanya tekanan atau gangguan sosial yang signifikan
secara klinis, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
d. Penarikan rambut/rontok nya rambut tidak disebabkan oleh kondisi medis
e. menarik rambut tidak dapat dijelaskan oleh gejala-gejala gangguan mental lain

Fitur Diagnostik
Ciri penting dari trichotillomania (gangguan menarik rambut) adalah menarik rambut sendiri
secara berulang (kriteria A). Menarik rambut dapat dari berbagai bagian tubuh yang berambut;
bagian tersering adalah kulit kepala, alis, dan lipat mata, dan bagaian yang jarang axilla, wajah,
pubis dan daerah peri-rektal. Menarik rambut dapat terjadi dalam episode singkat yang tersebar

44
sepanjang hari atau selama periode yang lebih jarang tetapi berkelanjutan yang dapat
berlangsung berjam-jam, dan menarik rambut seperti itu dapat berlangsung selama berbulan-
bulan atau bertahun-tahun. Kriteria A mensyaratkan bahwa menarik rambut menyebabkan
kerontokan, meskipun individu dengan kelainan ini dapat menarik rambut dalam pola yang
tersebar luas sehingga kerontokan rambut mungkin tidak terlihat jelas. Individu dengan
trikotilomania telah melakukan upaya berulang untuk mengurangi atau menghentikan
penarikan rambut. Kriteria C menunjukkan bahwa mencabut rambut disebabkan adanya
tekanan atau gangguan sosial yang signifikan secara klinis, pekerjaan, atau bidang fungsi
penting lainnya.. Tekanan yang dimaksud mencakup afek negatif yang mungkin dialami oleh
orang-orang dengan trichotillomania, seperti merasa kehilangan kendali, dan malu. Penurunan
yang signifikan dapat terjadi pada beberapa bidang fungsi yang berbeda, sebagian karena
menghindari pekerjaan, sekolah, atau situasi publik lainnya.

Fitur Terkait Diagnosis Pendukung


Penarikan rambut dapat disertai dengan berbagai perilaku atau ritual yang melibatkan rambut.
Dengan ini, individu dapat mencari jenis rambut tertentu untuk ditarik (mis., rambut dengan
tekstur tertentu atau warna), mencoba mencabut rambut dengan cara tertentu (mis., agar
akarnya keluar utuh), atau membentuk rambut setelah ditarik (mis., menggulung rambut di
antara jari-jari, menarik untaian di antara gigi, menggigit rambut menjadi berkeping-keping,
atau menelan rambut).
Menarik rambut juga dapat didahului atau disertai dengan berbagai kondisi emosional; yang
mungkin dipicu oleh perasaan cemas atau bosan, mungkin juga didahului oleh perasaan tegang
(baik sebelum mencabut rambut atau ketika mencoba untuk menolak keinginan untuk menarik
rambut), atau dapat menyebabkan kepuasan, kesenangan, atau rasa lega ketika rambut ditarik.
Perilaku mencabut rambut mungkin melibatkan berbagai tingkat kesadaran, beberapa orang
terfokus pada tarikan rambut (dengan rasa tegang dan lega berikutnya), dan individu lain secara
tidak sadar (di mana menarik rambut tampaknya terjadi tanpa kesadaran penuh). Banyak orang
melaporkan perpaduan kedua gaya perilaku. Beberapa orang mengalami sensasi "gatal" atau
kesemutan di kulit kepala apabila tidak melakukan tindakan menarik rambut. Biasanya tidak
disertai rasa nyeri.
Pola kerontokan rambut sangat bervariasi. Ketikaada keterlibatan kulit kepala, mungkin ada
kecenderungan untuk mencabut rambut di daerah mahkota atau parietal. Mungkin ada pola
yang hampir botak kecuali untuk perimeter sempit di sekitar tepi luar kulit kepala, khususnya
di tengkuk ("tonsure trichotillomania"). Alis dan bulu mata dapat sama sekali absen.

45
Mencabut rambut biasanya tidak terjadi di hadapan orang lain, kecuali dengan anggota
keluarga. Beberapa orang memiliki keinginan untuk menarik rambut orang lain dan kadang-
kadang mencoba mencari peluang untuk melakukannya secara diam-diam. Beberapa individu
dapat menarik rambut dari hewan peliharaan, boneka, dan bahan berserat lainnya (mis., sweater
atau karpet).Beberapa orang mungkin menyangkal kebiasaan ini. Mayoritas individu dengan
trikotilomania juga memiliki satu atau lebih perilaku berulang yang berfokus pada tubuh,
termasuk mencungkil kulit, menggigit kuku, dan mengunyah bibir.

Prevalensi
Pada populasi umum, estimasi prevalensi dalam 12 bulan trikotilomania pada orang dewasa
dan remaja adalah l% -2%. Wanita lebih sering terkena daripada pria, dengan rasio sekitar 10:
1. Perkiraan ini kemungkinan mencerminkan kondisi rasio jenis kelamin yang sebenarnya,
meskipun itu juga dapat mencerminkan pencarian perlakuan yang berbeda berdasarkan jenis
kelamin atau sikap budaya berkenaan dengan penampilan (mis., penerimaan kerontokan
rambut normatif di antara laki-laki). Di antara anak-anak dengan trikotilomania, pria dan
wanita memiliki hasil yang setara.

Pengembangan dan Kursus


Menarik rambut dapat terlihat pada bayi, dan perilaku ini biasanya hilang pada awal
perkembangan. Timbulnya kebiasaan menarik rambut paling sering terjadi bersamaan, atau
diikuti permulaan, pubertas. Tempat menarik rambut dapat bervariasi dari waktu ke waktu.
Trikotilomania biasa bersifat kronis, dengan beberapa waxing dan menyusut jika gangguan
tidak diobati. Gejala kemungkinan memburuk pada wanita yang disertai perubahan hormonal
(mis., menstruasi, perimenopause). Untuk beberapa individu, gangguan ini dapat timbul dan
hilang selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun. Sebagian kecil
individu tidak kambuh dalam beberapa tahun setelah onset.

Faktor Risiko dan Prognostik


Genetik dan fisiologis. Ada bukti kerentanan genetik terhadap trikotilomania. Gangguan ini
lebih sering terjadi pada individu dengan gangguan obsesif-kompulsif (OCD) dan kerabat
tingkat pertama mereka daripada populasi umum.

Masalah Diagnostik Terkait Budaya

46
Trikotilomania tampak serupa di berbagai budaya, meskipun ada kurangnya data dari daerah
non-Barat.

Marker diagnostik
Sebagian besar individu dengan trikotilomania mengaku menarik rambut; dengan demikian,
diagnosis dermatopatologis jarang dibutuhkan. Biopsi kulit dan dermoscopy (atau trichoscopy)
dari trikotillomania mampu membedakan penyebab lain alopecia. Dalam trikotilomania,
dermoscopy menunjukkan berbagai fitur khas, termasuk penurunan kepadatan rambut dan
rambut rusak dengan panjang yang berbeda.

Konsekuensi Fungsional Trikotilomania (Gangguan Menarik Rambut)


Trichotillomania dikaitkan dengan adanya tekanan serta gangguan sosial dan pekerjaan. Dapat
mungkin adanya kerusakan permanen pada pertumbuhan rambut dan kualitas rambut.
Komplikasi yang jarang terjadi pada trikotilomania; purpura, cedera muskuloskeletal (mis.,
sindrom terowongan karpal; sakit punggung, bahu dan leher), blefaritis, dan kerusakan gigi
(mis., gigi aus atau patah karena menggigit rambut). Menelan rambut (trikofagia) dapat
menyebabkan trichobezoars, dengan anemia berikutnya, nyeri perut, hematemesis, mual dan
muntah, obstruksi usus, dan bahkan perforasi.

Diagnosis Banding
Trikotilomania tidak boleh didiagnosis apabila pencabutan rambut dilakukan karena alasan
kosmetik (yaitu, untuk meningkatkan penampilan fisik seseorang).
Banyak orang memutar dan memainkan rambut mereka, tetapi perilaku ini biasanya tidak
memenuhi syarat untuk diagnosis trikotilomania. Beberapa orang mungkin menggigit daripada
menarik rambut; ini tidak memenuhi syarat untuk diagnosis trikotilomania.

Gangguan obsesif-kompulsif dan terkait lainnya.


Individu dengan OCD dapat mencabut rambut sebagai bagian dari ritual mereka, dan individu
dengan gangguan dysmorphic tubuh dapat menghilangkan rambut tubuh yang mereka anggap
jelek, asimetris, atau abnormal; dalam kasus ini diagnosis trikotilomania tidak ditegakkan.

Gangguan perkembangan saraf.

47
Pada gangguan perkembangan saraf, mencabut rambut dapat memenuhi definisi stereotip
(misalnya, dalam gangguan gerakan stereotipik). Tics (pada gangguan tic) jarang menyebabkan
rambut rontok.

Gangguan psikotik.
Individu dengan gangguan psikotik dapat menghilangkan rambut sebagai respons terhadap
khayalan atau halusinasi. Trikotilomania tidak didiagnosis dalam kasus seperti itu.

Kondisi medis lain.


Trichotillomania tidak didiagnosis jika menarik rambut atau rambut rontok disebabkan oleh
kondisi medis lain (mis., Radang kulit atau kondisi dermatologis lainnya). Penyebab lain dari
adanya jaringan parut pada alopecia (misalnya, alopecia areata, androgenik alopecia, telogen
effluvium) atau alopecia nonscarring (misalnya, diskoid lupus erythematosus kronis, lichen
planopilaris, alopecia sentrifugal cicatricial pusat, pseudopelade, jerawat, dan lain-lain).
dipertimbangkan pada individu dengan rambut rontok yang menyangkal menarik rambut.
Biopsi kulit atau dermoscopy dapat digunakan untuk membedakan individu-individu dengan
trikotilomania dengan yang memiliki kelainan dermatologis.

Gangguan terkait zat.


Gejala menarik rambut dapat diperburuk oleh zat-zat tertentu misalnya, stimulant, tetapi kecil
kemungkinannya bahwa zat-zat tersebut adalah penyebab utama dari rambut yang terus-
menerus ditarik.

Komorbiditas
Trikotilomania sering disertai dengan gangguan mental lain, paling sering adalah gangguan
depresi mayor dan gangguan eksoriasi (pengambilan kulit). Gejala yang berfokus pada tubuh
yang berulang selain dari tarikan rambut atau pencabutan kulit (misalnya menggigit kuku)
terjadi pada sebagian besar individu dengan trikotilomania dan mungkin memerlukan diagnosis
tambahan untuk gangguan obsesif-kompulsif dan terkait lainnya yang spesifik (yaitu,
gangguan perilaku berulang yang berfokus pada tubuh).

Gangguan Ekskoriasi (Skin-Picking)

48
Kriteria Diagnosis [ 698.4 (L98.1) ]
A. Mengupas/menarik kulit berulang yang menyebabkan lesi kulit.
B. Upaya berulang untuk mengurangi atau menghentikan pengupasan/penarikan kulit.
C. Pengupasan/penarikan kulit disebabkan adanya tekanan atau gangguan sosial yang
signifikan secara klinis, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
D. Pengupasan/penarikan kulit tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (mis., Kokain)
atau kondisi medis lainnya (mis., kudis).
E. Pengupasan/penarikan kulit tidak dapat dijelaskan oleh gejala gangguan mental lain (mis.,
delusi atau halusinasi taktil dalam gangguan psikotik, upaya untuk meningkatkan persepsi
cacat atau cacat dalam penampilan di gangguan dysmorphic tubuh, stereotip gangguan gerak,
atau niat untuk menyakiti diri sendiri dalam cedera diri nonsuicidal).

Fitur Diagnostik
Ciri penting dari gangguan eksoriasi (penarikan kulit) adalah penarikan berulang pada kulit
sendiri (Kriteria A). Predileksi yang paling sering dipilih adalah wajah, lengan, dan tangan,
tetapi banyak orang memilih dari beberapa bagian tubuh. Individu dapat menarik pada kulit
yang sehat, pada penyimpangan kulit kecil, pada lesi seperti jerawat atau kapalan, atau pada
keropeng dari pengambilan sebelumnya. Kebanyakan orang memilih menarik kulit dengan
kuku mereka, meskipun banyak yang menggunakan pinset, pin, atau benda lain. Selain menarik
kulit, ada juga yang menggosok kulit, meremas, menusuk, dan menggigit. Individu dengan
gangguan eksoriasi sering menghabiskan banyak waktu pada kebiasaan tersebut hingga
beberapa jam per hari, dan kebiasaan tersebut dapat bertahan selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun. Kriteria A mensyaratkan bahwa penarikan kulit mengarah pada lesi kulit,
meskipun individu dengan gangguan ini sering berusaha menyembunyikan atau menyamarkan
lesi tersebut (mis., dengan make up atau pakaian). Individu dengan gangguan eksoriasi telah
melakukan upaya berulang untuk mengurangi atau menghentikan pengambilan kulit (Kriteria
B).
Kriteria C menunjukkan bahwa pengambilan kulit disebabkan adanya tekanan atau
gangguan sosial yang signifikan secara klinis, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
Tekanan yang dimaksud mencakup afek negatif yang mungkin dialami oleh orang-orang
dengan gangguan ekskoriasi, seperti merasa kehilangan kendali, dan malu. Penurunan yang
signifikan dapat terjadi pada beberapa bidang fungsi yang berbeda, sebagian karena
menghindari pekerjaan, sekolah, atau situasi publik lainnya.

49
Fitur Terkait Diagnosis Pendukung
Pengambilan kulit dapat disertai dengan berbagai perilaku atau ritual yang melibatkan kulit
atau kudis. Dengan demikian, individu dapat mencari jenis keropeng tertentu yang menarik,
dan mereka dapat melihat, memainkan, atau menelan kulit tersebut setelah ditarik. Penarikan
kulit juga dapat didahului atau disertai dengan berbagai keadaan emosional. Penarikan kulit
dapat dipicu oleh perasaan cemas atau bosan, dapat didahului oleh meningkatnya ketegangan
(baik segera sebelum menarik kulit atau ketika mencoba menahan keinginan untuk menarik),
dan dapat menyebabkan kepuasan, kesenangan, atau perasaan lega ketika kulit atau keropeng
telah ditarik. Kebiasaan ini tidak disertai rasa nyeri. Beberapa individu dengan kelainan ini
menarik kulit secara sadar dan fokus (yaitu, dengan ketegangan sebelumnya dan bantuan
berikutnya), sedangkan yang secara tidak sadar (yaitu, ketika menarik kulit terjadi tanpa
ketegangan sebelumnya dan tanpa kesadaran penuh), dan banyak juga yang secara sadar dan
tidak sadar. Pengambilan kulit biasanya tidak terjadi di hadapan orang lain, kecuali anggota
keluarga. Beberapa individu dilaporkan menarik kulit orang lain.

Prevalensi
Pada populasi umum, prevalensi seumur hidup gangguan eksoriasi pada orang dewasa adalah
1,4% atau lebih tinggi. Tiga perempat atau lebih individu dengan gangguan ini adalah
perempuan. Hal ini kemungkinan mencerminkan rasio jenis kelamin yang sebenarnya dari
kondisi tersebut, meskipun mungkin juga mencerminkan pencarian perlakuan yang berbeda
berdasarkan gender atau budaya mengenai penampilan.

Pengembangan dan Kursus


Meskipun individu dengan gangguan eksoriasi dapat hadir pada berbagai usia, pengambilan
kulit
paling sering memiliki onset selama masa remaja, umumnya bertepatan dengan atau setelah
onset pubertas. Gangguan ini sering dimulai dengan kondisi dermatologis, seperti jerawat.
Tempat pengambilan kulit dapat bervariasi dari waktu ke waktu. Kebiasaan ini bersifat kronis.
Untuk beberapa individu, gangguan ini dapat hilang dan timbul selama berminggu-minggu,
berbulan-bulan, atau bertahun-tahun.

Faktor Risiko dan Prognostik

50
Genetik dan fisiologis. Gangguan eksoriasi lebih sering terjadi pada individu dengan gangguan
obsesif-kompulsif (OCD) dan anggota keluarga tingkat pertama mereka daripada populasi
umum.

Diagnostik Marker
Sebagian besar orang dengan gangguan eksoriasi mengakui kebiasaan menarik kulit; oleh
karena itu, diagnosis dermatopatologis jarang diperlukan. Namun, gangguan ini mungkin
memiliki fitur karakteristik pada pemeriksaan histopatologi.

Konsekuensi Fungsional Gangguan Ekskoriasi


Gangguan eksoriasi dikaitkan dengan tekanan serta gangguan sosial dan pekerjaan. Mayoritas
individu dengan kondisi ini menghabiskan setidaknya 1 jam per hari memilih, berpikir tentang
memilih, dan menolak dorongan untuk memilih. Banyak orang melaporkan menghindari acara
sosial atau hiburan serta keluar di depan umum. Mayoritas individu dengan kelainan ini juga
dilaporkan mengalami gangguan kerja karena menarik kulit setidaknya setiap hari atau setiap
minggu. Proporsi yang signifikan dari siswa dengan gangguan eksoriasi melaporkan tidak
masuk sekolah, mengalami kesulitan mengelola tanggung jawab di sekolah, atau pernah
mengalami kesulitan belajar karena memilih kulit. Komplikasi medis pemetikan kulit termasuk
kerusakan jaringan, jaringan parut, dan infeksi dan dapat mengancam jiwa. Jarang, sinovitis
pergelangan tangan karena pengambilan kronis telah dilaporkan. Menarik kulit sering
menyebabkan kerusakan jaringan dan jaringan parut yang signifikan. Ini sering membutuhkan
perawatan antibiotic untuk infeksi, dan kadang-kadang mungkin memerlukan operasi.

Komorbiditas
Gangguan eksitasi sering disertai dengan gangguan mental lainnya. Gangguan seperti itu
termasuk OCD dan trikotilomania (gangguan penarik rambut), serta gangguan depresi mayor.
Gejala yang berfokus pada tubuh berulang selain dari mencabuti kulit dan mencabut rambut
(mis.,menggigit kuku) terjadi pada banyak individu dengan gangguan eksoriasi dan mungkin
pantas mendapat tambahan diagnosis gangguan obsesif-kompulsif dan terkait lainnya yang
ditentukan (yaitu, gangguan perilaku berulang yang berfokus pada tubuh).

51
Gangguan Obsesif-Kompulsif yang Diinduksi Zat/Obat dan Gangguan
Terkait
Kriteria Diagnosis
A. Obsesi, kompulsi, penarikan kulit, penarikan rambut, perilaku berulang yang berfokus pada
tubuh, atau gejala lain yang merupakan karakteristik dari gangguan obsesif-kompulsif dan
gangguan terkait yang mendominasi dalam gambaran klinis.
B. Ada bukti dari sejarah, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium keduanya (1) dan (2):
1. Gejala Kriteria A berkembang selama atau segera setelah keracunan atau penarikan zat
atau setelah terpapar obat.
2. Zat / obat yang terlibat menghasilkan gejala pada Kriteria A.
C. Gangguan ini tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan obsesif-kompulsif dan
terkait yang tidak disebabkan oleh zat / obat. Bukti gangguan obsesif-kompulsif independen
dan yang terkait dapat meliputi:
Gejala-gejala mendahului timbulnya penggunaan zat / obat; gejala bertahan selama periode
waktu yang substansial (mis., sekitar 1 bulan) setelah penghentian akut atau keracunan
parah; atau ada bukti lain yang menunjukkan adanya gangguan obsesif-kompulsif dan
terkait terkait non-zat / obat-independen (misalnya, riwayat episode berulang non-zat / obat
terkait).
D. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama delirium.
E. Gangguan tersebut menyebabkan tekanan atau kerusakan klinis yang signifikan secara
sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.

Catatan: Diagnosis ini dibuat sebagai tambahan untuk diagnosis keracunan zat hanya ketika
gejala dalam Kriteria A mendominasi gambaran klinis dan cukup parah untuk mendapatkan
perhatian klinis.

Fitur Diagnostik
Fitur penting dari zat / obsesif-kompulsif yang diinduksi obat dan terkait gangguan adalah
gejala menonjol dari gangguan obsesif-kompulsif dan terkait (Kriteria A) yang dinilai
disebabkan oleh efek suatu zat (mis., Penyalahgunaan obat-obatan, obat-obatan). Gejala
gangguan obsesif-kompulsif dan terkait harus telah dikembangkan selama atau segera setelah
keracunan atau penarikan zat atau setelah terpapar obat atau racun, dan zat / obat harus mampu

52
menghasilkan gejala (Kriteria B). Zat/obsesif-kompulsif dan terkait gangguan yang disebabkan
oleh obat karena resep perawatan untuk gangguan mental atau kondisi medis umum harus
dimulai saat individu sedang menerima obat. Setelah pengobatan dihentikan, obsesif-
kompulsif dan gejala gangguan terkait biasanya akan membaik atau berkurang dalam beberapa
hari ke beberapa minggu hingga 1 bulan (tergantung pada paruh dari zat / obat). Diagnosis
seharusnya tidak ada substansi / gangguan obsesif-kompulsif yang diinduksi obat dan terkait
diberikan jika timbulnya gejala obsesif-kompulsif dan terkait mendahului substansi keracunan
atau penggunaan obat, atau jika gejalanya menetap untuk jangka waktu yang lama waktu,
biasanya lebih lama dari 1 bulan, dari saat keracunan parah atau penarikan. Jika gejala
gangguan obsesif-kompulsif dan terkait bertahan selama periode waktu yang substansial,
penyebab lain untuk gejala harus dipertimbangkan. Zat / obsesi yang diinduksi obat-obatan
diagnosis gangguan kompulsif dan terkait harus dibuat selain diagnosis keracunan zat hanya
ketika gejala dalam Kriteria A mendominasi klinis gambaran dan cukup parah untuk menjamin
perhatian klinis independen.

Fitur Terkait Diagnosis Pendukung


Obsesi, kompulsi, mencabut rambut, mencabuti kulit, atau perilaku berulang lainnya yang
berfokus pada tubuh dapat terjadi sehubungan dengan keracunan dengan golongan zat berikut:
stimulan (termasuk kokain) dan zat (atau tidak dikenal) lainnya. Logam berat dan racun juga
dapat menyebabkan gejala gangguan obsesif-kompulsif dan terkait. Penilaian laboratorium
(mis., toksikologi urin) mungkin berguna untuk mengukur keracunan zat sebagai bagian dari
penilaian untuk gangguan obsesif-kompulsif dan terkait.

Prevalensi
Dalam populasi umum, data yang sangat terbatas yang tersedia menunjukkan zat yang
diinduksi
gangguan obsesif-kompulsif dan terkait sangat jarang.

Diagnosis Banding
Keracunan zat. Gejala gangguan obsesif-kompulsif dan terkait dapat terjadi dalam keracunan
zat. Diagnosis keracunan spesifik-zat biasanya akan cukup untuk mengkategorikan presentasi
gejala. Diagnosis obsesif-kompulsif dan gangguan terkait harus dibuat selain keracunan zat
ketika gejalanya dinilai lebih dari yang biasanya terkait dengan keracunan dan cukup
parah untuk menjamin perhatian klinis independen.

53
Obsesif-kompulsif dan gangguan terkait (yaitu, tidak diinduksi oleh suatu zat).
Zat/ gangguan obsesif-kompulsif terkait obat dinilai sebagai etiologis terkait dengan zat / obat.
Zat / obsesif yang diinduksi obat-obatan gangguan kompulsif dan terkait dibedakan dari
obsesif-kompulsif primer dan gangguan terkait dengan mempertimbangkan onset, perjalanan,
dan faktor-faktor lain dengan hormat untuk zat / obat. Untuk penyalahgunaan obat, harus ada
bukti dari sejarah, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium untuk digunakan atau
keracunan. Zat / obat- gangguan obsesif-kompulsif dan terkait yang timbul hanya terkait
dengan keracunan, sedangkan gangguan obsesif-kompulsif utama dan terkait dapat mendahului
mulai penggunaan zat / obat. Kehadiran fitur-fitur yang tidak lazim dari yang utama gangguan
obsesif-kompulsif dan terkait, seperti usia atipikal pada awal gejala, mungkin menyarankan
etiologi yang diinduksi zat. Obsesif-kompulsif utama dan terkait diagnosis gangguan
diperlukan jika gejalanya menetap untuk periode waktu yang substansial (sekitar 1 bulan atau
lebih lama) setelah akhir keracunan zat atau yang dimiliki individu riwayat gangguan obsesif-
kompulsif dan terkait.

Obsesif-kompulsif dan gangguan terkait karena kondisi medis lain.


Jika gejala gangguan obsesif-kompulsif dan terkait dapat dikaitkan dengan medis lain kondisi
(yaitu, daripada obat yang diambil untuk kondisi medis lainnya), obsesif-gangguan kompulsif
dan terkait karena kondisi medis lain harus didiagnosis. Sejarah sering memberikan dasar untuk
penilaian. Terkadang, perubahan pada perawatan untuk kondisi medis lainnya (mis.,
penggantian atau penghentian pengobatan) mungkin diperlukan untuk menentukan apakah
obat tersebut merupakan agen penyebab (dalam yang mana gejalanya mungkin lebih baik
dijelaskan oleh zat / obsesif yang diinduksi oleh obat- gangguan kompulsif dan terkait). Jika
gangguan tersebut disebabkan oleh keduanya kondisi medis dan penggunaan zat, baik diagnosa
(yaitu, obsesif-kompulsif dan terkait gangguan karena kondisi medis lain dan obsesif yang
dipicu oleh zat / obat
dan gangguan terkait) dapat diberikan. Ketika ada bukti yang cukup untuk menentukan apakah
gejalanya disebabkan oleh suatu zat / obat atau lainnya kondisi medis atau primer (mis., tidak
disebabkan oleh zat / obat atau kondisi medis lainnya), diagnosis obsesif spesifik lainnya yang
ditentukan atau tidak spesifik dan gangguan terkait akan diindikasikan.

54
Delirium.
Jika gejala gangguan obsesif-kompulsif dan terkait terjadi secara eksklusif selama delirium,
mereka dianggap sebagai gejala terkait dari delirium dan tidak didiagnosis secara terpisah.

Obsesif-Kompulsif dan Gangguan Terkait Karena Kondisi Medis Lain


Kriteria Diagnosis [294.8 (F06.8) ]
A. Obsesi, kompulsi, preokupasi dengan penampilan, hoarding, penarikan kulit, penarikan
rambut, perilaku berulang yang berfokus pada tubuh, atau gejala lain yang merupakan
karakteristik dari gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait yang mendominasi dalam
gambaran klinis.
B. Ada bukti dari sejarah, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa gangguan
tersebut adalah konsekuensi patofisiologis langsung dari kondisi medis lain.
C. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain.
D. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama delirium.
E. Gangguan tersebut menyebabkan tekanan atau kerusakan klinis yang signifikan secara
sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
Tetapkan jika:
 Dengan gejala seperti gangguan obsesif-kompulsif: Jika gangguan obsesif-kompulsif-
 gejala seperti mendominasi dalam presentasi klinis.
 Dengan preokupasi penampilan: Jika keasyikan dengan cacat penampilan yang dirasakan
 atau kelemahan mendominasi dalam presentasi klinis.
 Dengan gejala menimbun (hoarding): Jika penimbunan mendominasi dalam presentasi
klinis.
 Dengan gejala menarik rambut: Jika menarik rambut mendominasi dalam presentasi
klinis.
 Dengan gejala menarik kulit: Jika menarik kulit mendominasi dalam presentasi klinis.

Fitur Diagnostik
Fitur penting dari gangguan obsesif-kompulsif dan terkait karena kondisi medis lain secara
klinis signifikan obsesif-kompulsif dan gejala terkait yang dinilai paling baik dijelaskan

55
sebagai konsekuensi patofisiologis langsung dari kondisi medis lain. Gejala dapat mencakup
obsesi yang menonjol, kompulsi, keasyikan dengan penampilan, penimbunan, menarik rambut,
mencabuti kulit, atau perilaku berulang yang berfokus pada tubuh (Kriteria A). Penilaian
bahwa gejalanya paling baik dijelaskan oleh kondisi medis terkait harus didasarkan pada bukti
dari sejarah, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium (Kriteria B). Selain itu, harus dinilai
bahwa gejalanya tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain (Kriteria C). Diagnosis
tidak dibuat jika gejala obsesif-kompulsif dan terkait hanya terjadi selama delirium (Kriteria
D). Gejala obsesif-kompulsif dan terkait harus menyebabkan tekanan signifikan secara klinis
atau gangguan dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya (Kriteria E).
Dalam menentukan apakah gejala obsesif-kompulsif dan terkait terkait dengan kondisi
medis lain, kondisi medis yang relevan harus ada. Selain itu, harus ditetapkan bahwa gejala
obsesif-kompulsif dan terkait dapat secara etiologis terkait dengan kondisi medis melalui
mekanisme patofisiologis dan ini yang paling menjelaskan gejala pada individu. Meskipun
tidak ada pedoman sempurna untuk menentukan apakah hubungan antara obsesif-kompulsif
dan gejala terkait dan kondisi medis adalah etiologis, pertimbangan yang dapat memberikan
beberapa panduan dalam membuat diagnosis ini termasuk adanya hubungan temporal yang
jelas antara onset, eksaserbasi, atau remisi kondisi medis dan gejala obsesif-kompulsif dan
terkait; adanya fitur yang tidak khas dari gangguan obsesif-kompulsif utama dan terkait
(misalnya, usia atipikal saat onset atau perjalanan); dan bukti dalam literatur bahwa mekanisme
fisiologis yang diketahui (misalnya, kerusakan striatal) menyebabkan gejala obsesif-kompulsif
dan terkait. Selain itu, gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh
gangguan obsesif-kompulsif primer dan terkait, gangguan obsesif-kompulsif yang disebabkan
oleh zat / obat-obatan, atau gangguan mental lainnya.
Ada beberapa kontroversi tentang apakah gangguan obsesif-kompulsif dan terkait dapat
dikaitkan dengan infeksi streptokokus Grup A. Chorea Sydenham adalah manifestasi
neurologis dari demam rematik, yang pada gilirannya disebabkan oleh infeksi streptokokus
Grup A. Chorea Sydenham ditandai oleh kombinasi fitur motor dan nonmotor. Fitur nonmotor
termasuk obsesi, kompulsi, defisit perhatian, dan emosi. Meskipun individu dengan koreografi
Sydenham dapat datang dengan fitur nonneuropsikiatrik dari demam rematik akut, seperti
karditis dan radang sendi, mereka dapat hadir dengan gejala seperti gangguan obsesif-
kompulsif seperti gejala; individu-individu tersebut harus didiagnosis dengan gangguan
obsesif-kompulsif dan terkait karena kondisi medis lain.
Gangguan neuropsikiatri autoimun pediatrik terkait dengan infeksi streptokokus

56
(PANDAS) telah diidentifikasi sebagai kelainan autoimun pasca infeksi lain yang ditandai
dengan timbulnya obsesi, kompulsi, dan / atau tics yang disertai dengan berbagai gejala
neuropsikiatrik akut tanpa adanya chorea, karditis, atau artritis, setelah streptokokus Grup A
infeksi. Meskipun ada bukti yang mendukung keberadaan PANDAS, itu tetap merupakan
diagnosis yang kontroversial. Mengingat kontroversi yang sedang berlangsung ini, deskripsi
PANDAS telah dimodifikasi untuk menghilangkan faktor etiologis dan untuk menunjuk entitas
klinis yang diperluas: sindrom neuropsikiatrik onset akut pediatrik (PANS) atau gejala
neuropsikiatri akut masa kanak-kanak idiopatik, yang layak untuk diteliti lebih lanjut.

Fitur Terkait Diagnosis Pendukung


Sejumlah gangguan medis lainnya diketahui termasuk obsesif-kompulsif dan terkait gejala
sebagai manifestasi. Contohnya termasuk gangguan yang menyebabkan kerusakan striatal,
seperti infark serebral.

Pengembangan dan Kursus


Perkembangan dan perjalanan gangguan obsesif-kompulsif dan terkait karena yang lain kondisi
medis umumnya mengikuti perjalanan penyakit yang mendasarinya.

Marker Diagnostik
Penilaian laboratorium dan / atau pemeriksaan medis diperlukan untuk mengkonfirmasi
diagnosis kondisi medis lain.

Diagnosis Banding
Delirium.
Diagnosis terpisah dari gangguan obsesif-kompulsif dan terkait karena yang lain kondisi medis
tidak diberikan jika gangguan terjadi secara eksklusif selama tentu saja delirium. Namun,
diagnosis gangguan obsesif-kompulsif dan terkait karena kondisi medis lain dapat diberikan
selain diagnosis neurokognitif utama gangguan (demensia) jika etiologi dari gejala obsesif-
kompulsif adalah dinilai sebagai konsekuensi fisiologis dari proses patologis yang
menyebabkan demensia dan jika gejala obsesif-kompulsif adalah bagian yang menonjol dari
presentasi klinis.

Gejala campuran (mis., Suasana hati dan obsesif-kompulsif dan terkait gejala gangguan).

57
Jika presentasi termasuk campuran berbagai jenis gejala, gangguan mental spesifik akibat
kondisi medis lain tergantung pada gejalanya mendominasi dalam gambaran klinis.

Gangguan obsesif-kompulsif dan terkait obat yang diinduksi zat / obat.


Jika ada adalah bukti penggunaan zat baru atau berkepanjangan (termasuk obat-obatan dengan
psikoaktif efek), penarikan dari suatu zat, atau paparan racun, suatu zat / obat yang diinduksi
gangguan obsesif-kompulsif dan terkait harus dipertimbangkan. Ketika suatu zat /gangguan
obsesif-kompulsif yang diinduksi oleh obat dan terkait sedang didiagnosis dalam kaitannya
dengan penyalahgunaan obat, mungkin ada gunanya untuk mendapatkan pemeriksaan urin atau
obat darah atau evaluasi laboratorium lain yang sesuai. Gejala yang terjadi selama atau segera
setelahnya (yaitu, dalam waktu 4 minggu setelah) keracunan atau penarikan zat atau setelah
penggunaan obat dapat dilakukan terutama menunjukkan suatu zat / obsesif-kompulsif yang
diinduksi obat dan terkait gangguan, tergantung pada jenis, durasi, atau jumlah zat yang
digunakan.

Obsesif-kompulsif dan gangguan terkait (primer).


Obsesif-kompulsif dan terkait kelainan karena kondisi medis lain harus dibedakan dari primer
obsesif-kompulsif dan gangguan terkait. Pada gangguan mental primer, tidak spesifik dan
mekanisme fisiologis kausatif langsung yang terkait dengan kondisi medis dapat terjadi
diperagakan. Usia lanjut saat onset atau gejala atipikal menunjukkan perlunya penilaian
menyeluruh untuk menyingkirkan diagnosis gangguan obsesif-kompulsif dan terkait karena
yang lain kondisi medis.

Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan penyakit ditandai dengan keasyikan memiliki atau tertular penyakit
serius. Dalam kasus gangguan kecemasan penyakit, individu mungkin atau mungkin tidak
pernah mendiagnosis kondisi medis.

Fitur terkait gangguan mental lain.


Gejala obsesif-kompulsif dan terkait mungkin fitur terkait gangguan mental lain (mis.,
skizofrenia, anoreksia nervosa).

Obsesif-kompulsif dan gangguan terkait lainnya yang spesifik atau obsesif-kompulsif tidak
spesifik dan gangguan terkait.

58
Diagnosis ini diberikan jika tidak jelas apakah gejala obsesif-kompulsif dan terkait adalah
primer, diinduksi zat, atau karena kondisi medis lain.

Obsesif-Kompulsif Tertentu Lainnya dan Gangguan Terkait


[300.3 (F42) ]
Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala karakteristik obsesif-kompulsif dan
gangguan terkait yang menyebabkan distres atau gangguan signifikan secara klinis pada sosial,
pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya mendominasi tetapi tidak bertemu kriteria
lengkap untuk semua gangguan dalam gangguan obsesif-kompulsif dan terkait kelas
diagnostik. Kategori gangguan obsesif-kompulsif dan terkait lainnya yang ditentukan
digunakan dalam situasi di mana dokter memilih untuk mengomunikasikan alasan spesifik itu
presentasi tidak memenuhi kriteria untuk obsesif-kompulsif tertentu dan terkait kekacauan. Hal
ini dilakukan dengan merekam "obsesif-kompulsif dan terkait lainnya yang ditentukan
gangguan ”diikuti oleh alasan spesifik (mis.,“ perilaku berulang yang berfokus pada tubuh
kekacauan").
Contoh gangguan yang dapat ditentukan menggunakan kategori ini:
1. Gangguan seperti dysmorphic tubuh dengan kekurangan yang sebenarnya: mirip dengan
dysmorphic tubuh kecuali bahwa cacat atau kekurangan dalam penampilan fisik jelas dapat
diamati oleh orang lain (mis., mereka lebih terlihat daripada "sedikit"). Dalam kasus seperti
itu,
keasyikan dengan kekurangan-kekurangan ini jelas berlebihan dan menyebabkan kerusakan
yang signifikan atau kesusahan.
2. Kelainan seperti dysmorphic tubuh tanpa perilaku berulang: Presentasi itu Memenuhi
gangguan dysmorphic tubuh kecuali bahwa individu belum melakukan berulang perilaku atau
tindakan mental dalam menanggapi kekhawatiran penampilan.
3. Kelainan perilaku berulang yang berfokus pada tubuh: Ini ditandai dengan fokus berulang
pada tubuh perilaku berulang (misalnya, menggigit kuku, menggigit bibir, mengunyah pipi)
dan diulang upaya untuk mengurangi atau menghentikan perilaku. Gejala-gejala ini
menyebabkan signifikan secara klinis kesulitan atau gangguan dalam bidang sosial, pekerjaan,
atau bidang fungsi penting lainnya dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh trikotilomania
(kelainan penarik rambut), eksoriasi (skinpicking) gangguan, gangguan pergerakan stereotip,
atau cedera diri nonsuicidal.

59
4. Kecemburuan obsessional: Ini ditandai dengan keasyikan nondelusional dengan a
perselingkuhan yang dirasakan pasangan. Keasyikan dapat menyebabkan perilaku berulang
atau
tindakan mental sebagai tanggapan terhadap masalah perselingkuhan; mereka menyebabkan
tekanan signifikan secara klinis atau gangguan dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang
fungsi penting lainnya; dan mereka tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental
lain seperti gangguan delusi, tipe cemburu, atau gangguan kepribadian paranoid.
5. Shubo-kyofu: Varian dari taijin kyofusho (lihat “Daftar Istilah Konsep Kebudayaan” dalam
Lampiran) yang mirip dengan gangguan dysmorphic tubuh dan ditandai oleh rasa takut yang
berlebihan memiliki kelainan bentuk tubuh.
6. Koro: Terkait dengan sindrom dhat (lihat “Daftar Istilah Konsep Budaya Kesesakan” di
Lampiran), suatu episode kecemasan mendadak dan intens yang dialami penis (atau vulva dan
puting pada wanita) akan surut ke dalam tubuh, mungkin menyebabkan kematian.
7. Jikoshu-kyofu: Varian dari taijin l <yofusho (lihat “Daftar Istilah Konsep Kebudayaan”
dalam Lampiran) ditandai dengan rasa takut memiliki bau badan yang menyinggung (juga
disebut sindrom referensi penciuman).

Obsesif-Kompulsif tidak spesifik dan Gangguan Terkait


[ 300.3 (F42) ]
Kategori ini berlaku untuk gangguan di mana gejala karakteristik obsesif-kompulsif dan
gangguan terkait yang menyebabkan distres atau gangguan signifikan secara klinis pada sosial,
pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya mendominasi tetapi tidak cocok dengan kriteria
lengkap untuk semua gangguan dalam gangguan obsesif-kompulsif dan terkait kelas
diagnostik. Kategori gangguan obsesif-kompulsif dan terkait tidak spesifik adalah digunakan
dalam situasi di mana dokter memilih untuk tidak menentukan alasan criteria tidak terpenuhi
untuk gangguan obsesif-kompulsif dan terkait spesifik, dan termasuk presentasi di mana ada
informasi yang tidak memadai untuk membuat diagnosis yang lebih spesifik (mis., dalam
pengaturan ruang gawat darurat).

60
Gangguan yang berkaitan dengan Trauma dan Stressor

Trauma dan gangguan terkait stressor termasuk gangguan di mana paparan peristiwa
traumatis atau penuh tekanan terdaftar secara eksplisit sebagai kriteria diagnostik. Ini
termasuk reaktif kelekatan lampiran, gangguan keterlibatan sosial disinhibited, gangguan
stres pasca trauma (PTSD), gangguan stress sakut, dan gangguan penyesuaian. Penempatan
bab ini mencerminkan hubungan erat antara diagnosis dan gangguan pada bab-bab di
sekitarnya gangguan kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif dan terkait, dan gangguan
disosiatif.

Tekanan psikologis setelah terpapar pada peristiwa traumatis atau penuh stres cukup
bervariasi. Dalam beberapa kasus, gejala dapat dipahami dengan baik dalam kecemasan atau
ketakutan konteks. Jelas, bagaimanapun, bahwa banyak individu yang telah terkena trauma
atau peristiwa stres menunjukkan fenotipe di mana, daripada gejala kecemasan atau
ketakutan, karakteristik klinis yang paling menonjol adalah gejala anhedonic dan dysphoric,
mengeksternalisasi gejala marah dan agresif, atau gejala disosiatif. Karena ini ekspresi
variabel dari tekanan klinis setelah pajanan terhadap bencana atau permusuhan peristiwa,
gangguan tersebut telah dikelompokkan dalam kategori terpisah: gangguan terkait trauma dan
stresor. Selain itu, tidak jarang untuk gambaran klinis untuk memasukkan beberapa
kombinasi dari gejala di atas (dengan atau tanpa kecemasan- atau gejala berbasis ketakutan).
Gambaran heterogen seperti itu telah lama dikenal dalam penyesuaian gangguan juga.
Pengabaian sosial — yaitu, tidak adanya pengasuhan yang memadai selama masa kanak-
kanak — adalah persyaratan diagnostik gangguan kelekatan reaktif dan disinhibisi gangguan
keterlibatan sosial. Meskipun kedua gangguan tersebut memiliki etiologi yang sama, yang
pertama dinyatakan sebagai gangguan internalisasi dengan gejala depresi dan ditarik perilaku,
sedangkan yang terakhir ditandai dengan disinhibisi dan perilaku eksternalisasi.

GANGGUAN KELEKATAN REAKTIF MASA KANAK (F94.1)

Kriateria Diagnosis

A. Pola konsisten perilaku terhambat, ditarik secara emosional terhadap pengasuh orang
dewasa, dimanifestasikan oleh kedua hal berikut:
1. Anak jarang atau minimal mencari kenyamanan ketika tertekan.

61
2. Anak jarang atau minimal merespons kenyamanan ketika tertekan.
B. Gangguan sosial dan emosi yang persisten ditandai oleh setidaknya dua dari yang berikut:
1. Respons sosial dan emosional minimal kepada orang lain.
2. Terbatas pengaruh positif.
3. Episode kejengkelan, kesedihan, atau ketakutan yang tidak dapat dijelaskan yang
bahkan terbukti selama interaksi yang tidak mengancam dengan pengasuh dewasa
C. Anak tersebut telah mengalami pola perawatan yang ekstrem tidak mencukupi
sebagaimana dibuktikan oleh setidaknya satu dari berikut:
1. Pengabaian atau perampasan sosial dalam bentuk laci persisten <karena memiliki
dasar emosional kebutuhan untuk kenyamanan, stimulasi, dan kasih sayang dipenuhi
oleh orang dewasa yang merawat.
2. Perubahan berulang pengasuh primer yang membatasi peluang untuk membentuk
ikatan yang stabil (misal, sering terjadi perubahan pada anak asuh).
3. Pemeliharaan dalam pengaturan yang tidak biasa yang sangat membatasi peluang
untuk membentuk lampiran selektif (misal, institusi dengan rasio anak-ke-pengasuh
yang tinggi).
D. Perawatan dalam Kriteria C dianggap bertanggung jawab atas perilaku yang terganggu
dalam Kriteria A (misal, gangguan dalam Kriteria A mulai mengikuti kurangnya
perawatan yang memadai dalam Kriteria C).
E. Kriteria tidak terpenuhi untuk gangguan spektrum autisme.
F. Gangguan ini terbukti sebelum usia 5 tahun.
G. Anak memiliki usia perkembangan minimal 9 bulan.
Tentukan jika:
Persisten: Gangguan ada selama lebih dari 12 bulan.
Tentukan tingkat keparahan saat ini:
Gangguan kelekatan reaktif ditentukan sebagai parah ketika seorang anak menunjukkan
semua gejala
gangguan, dengan masing-masing gejala bermanifestasi pada tingkat yang relatif tinggi.
Fitur Diagnostik
Gangguan kelekatan reaktif pada bayi atau anak usia dini ditandai dengan polaperilaku
keterikatan yang secara nyata terganggu dan tidak sesuai perkembangan, di mana anak jarang
atau minimal menoleh secara khusus ke figur lampiran untuk kenyamanan, dukungan,
perlindungan, dan pengasuhan. Fitur penting adalah tidak ada atau lampiran yang kurang
berkembang antara anak dan orang dewasa pengasuhan diduga. Anak-anak dengan ikatan

62
reaktif Gangguan diyakini memiliki kapasitas untuk membentuk keterikatan selektif. Namun,
karena peluang yang terbatas selama perkembangan awal, mereka gagal menunjukkan
perilaku manifestasi dari keterikatan selektif. Artinya, ketika tertekan, mereka menunjukkan
tidak konsisten upaya untuk mendapatkan kenyamanan, dukungan, pengasuhan, atau
perlindungan dari pengasuh. Selanjutnya, ketika tertekan, anak-anak dengan kelainan ini
tidak merespons lebih dari minimal terhadap kenyamanan upaya pengasuh. Dengan
demikian, kelainan tersebut dikaitkan dengan tidak adanya yang diharapkan mencari
kenyamanan dan menanggapi perilakuyang menenangkan. Dengan demikian, anak-anak
dengan reaktif kelainan kelekatan menunjukkan berkurang atau tidak adanya ekspresi emosi
positif selama interaksi rutin dengan pengasuh. Selain itu, kapasitas regulasi emosi mereka
terganggu, dan mereka menampilkan episode emosi negatif rasa takut, sedih, atau mudah
marah itu tidak mudah dijelaskan. Diagnosis kelainan kelekatan reaktif tidak seharusnya
dibuat pada anak-anak yang secara perkembangan tidak mampu membentuk keterikatan
selektif. Untuk ini alasannya, anak harus memiliki usia perkembangan minimal 9 bulan.

Fitur yang Berhubungan untuk Mendukung Diagnosis


Karena hubungan etiologis yang sama dengan pengabaian sosial, kelainan kelekatan reaktif
sering terjadi bersamaan dengan keterlambatan perkembangan, terutama pada keterlambatan
dalam kognisi dan
bahasa. Fitur terkait lainnya termasuk stereotip dan tanda-tanda lain dari pengabaian parah
(mis., malnutrisi atau tanda-tanda perawatan buruk).

Pravelensi
Prevalensi gangguan perlekatan reaktif tidak diketahui, tetapi kelainan ini terlihat relative
jarang dalam pengaturan klinis. Gangguan ini ditemukan pada anak-anak kecil yang terpapar
kelalaian parah sebelum ditempatkan di panti asuhan atau dibesarkan di institusi. Namun,
bahkan di populasi anak-anak yang sangat terabaikan, gangguan ini jarang terjadi, terjadi
pada kurang dari 10% anak-anak tersebut.
Pengembangan dan Kuliah
Kondisi pengabaian sotial sering hadir pada bulan-bulan pertama kehidupan pada anak yang
didiagnosis dengan kelainan kelekatan reaktif, bahkan sebelum kelainan didiagnosis. Klinis
ciri-ciri kelainan ini bermanifestasi dengan cara yang serupa antara usia 9 bulan dan 5 tahun.
Artinya, tanda-tanda kelekatan absen hingga minimal dan terkait secara emosional perilaku
menyimpang jelas pada anak-anak sepanjang rentang usia ini, meskipun berbeda kemampuan

63
kognitif dan motorik dapat memengaruhi bagaimana perilaku ini diekspresikan. Tanpa
remediasi dan pemulihan melalui lingkungan pengasuhan normatif, tampak tanda-tanda itu
Gangguan ini dapat bertahan, setidaknya selama beberapa tahun. Tidak jelas apakah kelainan
kelekatan reaktif terjadi pada anak yang lebih besar dan, jika demikian, bagaimana caranya
itu berbeda dari presentasi pada anak-anak muda. Karena itu, diagnosis seharusnya dibuat
dengan hati-hati pada anak di atas 5 tahun.

Risiko dan Faktor Prognosis


Lingkungan. Pengabaian sosial yang serius adalah persyaratan diagnostik untuk kelekatan
reaktif gangguan dan juga satu-satunya faktor risiko yang diketahui untuk gangguan tersebut.
Namun mayoritas anak-anak yang sangat terabaikan tidak mengembangkan gangguan.
Prognosis tampaknya tergantung pada kualitas lingkungan pengasuhan setelah kelalaian
serius.

Gejala yang Berhubungan dengan Kultur


Perilaku kelekatan yang serupa telah dijelaskan pada anak-anak muda dalam banyak
perbedaan budaya di seluruh dunia. Namun, kehati-hatian harus dilakukan dalam membuat
diagnosis gangguan perlekatan reaktif dalam budaya di mana lampiran belum dipelajari.

Konsekuensi Fungsional dari RAD


Gangguan kelekatan reaktif secara signifikan mengganggu kemampuan anak-anak muda
untuk berhubungan secara pribadi untuk orang dewasa atau teman sebaya dan dikaitkan
dengan gangguan fungsional di banyak orang domain anak usia dini.

Diagnosis Banding
Gangguan spektrum autisme. Perilaku sosial yang menyimpang terwujud pada anak-anak
dengan gangguan perlekatan reaktif, tetapi mereka juga merupakan fitur kunci dari gangguan
spektrum autisme. Secara khusus, anak-anak muda dengan kondisi baik dapat
memanifestasikan ekspresi lembab emosi positif, keterlambatan kognitif dan bahasa, dan
gangguan dalam timbal balik sosial. Akibatnya, gangguan perlekatan reaktif harus dibedakan
dari gangguan spektrum autisme. Kedua gangguan ini dapat dibedakan berdasarkan
perbedaan riwayat pengabaian dan dengan adanya minat yang terbatas atau perilaku ritual,
defisit khusus dalam sosial komunikasi, dan perilaku lampiran selektif. Anak-anak dengan
ikatan reaktif gangguan telah mengalami riwayat kelalaian sosial yang parah, meskipun itu

64
tidak selalu mungkin untuk memperoleh sejarah terperinci tentang sifat tepat dari pengalaman
mereka, terutama di Indonesia evaluasi awal. Anak-anak dengan kelainan spektrum autistik
jarang memiliki riwayat pengabaian sosial. Minat terbatas dan perilaku berulang karakteristik
autism gangguan spektrum bukan merupakan fitur gangguan perlekatan reaktif. Gambaran
klinis ini bermanifestasi sebagai kepatuhan berlebihan terhadap ritual dan rutinitas;
kepentingan terbatas, terpaku; dan reaksi sensorik yang tidak biasa. Namun, penting untuk
dicatat bahwa anak-anak dengan kondisi baik dapat menunjukkan perilaku stereotip seperti
goyang atau mengepak. Anak-anak dengan keduanya gangguan juga dapat menunjukkan
berbagai fungsi intelektual, tetapi hanya anak-anak dengan gangguan spektrum autistik
menunjukkan penurunan selektif dalam perilaku komunikasi sosial, seperti komunikasi yang
disengaja (misal, gangguan dalam komunikasi yang disengaja, diarahkan pada tujuan, dan
bertujuan memengaruhi perilaku penerima). Anak-anak dengan reaktif kelainan kelekatan
menunjukkan fungsi komunikatif sosial sebanding dengan mereka keseluruhan tingkat fungsi
intelektual. Akhirnya, anak-anak dengan gangguan spektrum autistic secara teratur
menunjukkan perilaku keterikatan khas untuk tingkat perkembangan mereka. Sebaliknya,
anak-anak dengan kelainan kelekatan reaktif melakukannya jarang atau tidak konsisten, sama
sekali.
Kecacatan intelektual (gangguan perkembangan intelektual). Keterlambatan perkembangan
sering terjadi menyertai kelainan kelekatan reaktif, tetapi mereka tidak harus bingung dengan
kekacauan. Anak-anak penyandang cacat intelektual harus menunjukkan keterampilan sosial
dan emosional sebanding dengan keterampilan kognitif mereka dan tidak menunjukkan
pengurangan yang dalam pengaruh positif dan kesulitan pengaturan emosi terbukti pada
anak-anak dengan ikatan reaktif kekacauan. Selain itu, perkembangan anak-anak tertunda
yang telah mencapai kognitif usia 7-9 bulan harus menunjukkan keterikatan selektif terlepas
dari mereka usia kronologis. Sebaliknya, anak-anak dengan kelainan kelekatan reaktif
menunjukkan kekurangan lampiran disukai meskipun telah mencapai usia perkembangan
minimal 9 bulan.
Gangguan depresi. Depresi pada anak-anak juga dikaitkan dengan reduksi dalam pengaruh
positif. Namun ada bukti terbatas yang menunjukkan bahwa anak-anak dengan depresi
kelainan memiliki gangguan dalam lampiran. Artinya, anak kecil yang telah
didiagnosisdengan gangguan depresi masih harus mencari dan menanggapi upaya yang
menghibur oleh pengasuh.

Komorbiditas
65
Kondisi yang terkait dengan pengabaian, termasuk keterlambatan kognitif, keterlambatan
bahasa, dan stereotip, sering terjadi bersamaan dengan kelainan kelekatan reaktif. Kondisi
medis, seperti malnutrisi berat, dapat menyertai tanda-tanda gangguan. Gejala depresi juga
dapat terjadi bersamaan dengan kelainan kelekatan reaktif.

GANGGUAN KELEKATAN TAK TERKENDALI MASA KANAK (F94.2)


Kriteria Diagnosis
A. Pola perilaku di mana seorang anak secara aktif mendekati dan berinteraksi dengan orang
dewasa yang tidak dikenal dan menunjukkan setidaknya dua dari yang berikut:
1. Mengurangi atau tidak adanya keengganan dalam mendekati dan berinteraksi dengan
orang dewasa yang tidak dikenal.
2. Perilaku fisik atau verbal yang terlalu akrab (yang tidak konsisten dengan budaya
sanksi dan dengan batasan sosial yang sesuai usia).
3. Berkurang atau tidak ada pemeriksaan kembali dengan pengasuh orang dewasa
setelah berpetualang, bahkan
dalam pengaturan yang tidak dikenal.
4. Kesediaan untuk pergi dengan orang dewasa yang tidak dikenal dengan sedikit atau
tanpa ragu-ragu.
B. Perilaku dalam Kriteria A tidak terbatas pada impulsif (seperti dalam attention
deficit/hyperactivity disorder) tetapi termasuk perilaku sosial yang tidak dihalangi.
C. Anak telah mengalami pola perawatan yang ekstrem yang tidak mencukupi sebagaimana
dibuktikan oleh setidaknya satu dari yang berikut:
1. Pengabaian atau perampasan sosial dalam bentuk ketiadaan dasar emosional yang
persisten kebutuhan untuk kenyamanan, stimulasi, dan kasih sayang dipenuhi oleh
orang dewasa yang merawat.
2. Perubahan berulang pengasuh primer yang membatasi peluang untuk membentuk
lampiran yang stabil (misal, sering terjadi perubahan pada anak asuh).
3. Pemeliharaan dalam pengaturan yang tidak biasa yang sangat membatasi peluang
untuk membentuk lampiran selektif (misal, institusi dengan rasio anak-ke-pengasuh
yang tinggi).
D. Perawatan dalam Kriteria C dianggap bertanggung jawab atas perilaku yang terganggu
dalam Kriteria A (misal, Gangguan dalam Kriteria A mulai mengikuti perawatan patogen
di Kriteria C).
E. Anak memiliki usia perkembangan minimal 9 bulan.
Tentukan jika:
Persisten: Gangguan ini telah ada selama lebih dari 12 bulan.
Tentukan tingkat keparahan saat ini:
Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak yang tidak spesifik ditentukan parah ketika
anak menunjukkan semua gejala gangguan, dengan setiap gejala bermanifestasi pada tingkat
yang relatif tinggi.

66
Fitur Diagnostik
Fitur penting dari gangguan pelibatan sosial tanpa hambatan adalah pola perilaku yang
melibatkan perilaku yang tidak pantas secara budaya, perilaku yang terlalu akrab dengan
orang asing (Kriteria A). Perilaku yang terlalu akrab ini melanggar batas sosial budaya.
Diagnosis gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak tidak boleh dilakukan sebelum
anak-anak secara perkembangan dapat membentuk lampiran selektif. Karena alasan ini, anak
harus memiliki usia perkembangan minimal 9 bulan.

Fitur yang Berhubungan untuk Mendukung Diagnosis


Karena hubungan etiologis yang sama dengan pengabaian sosial, gangguan kelekatan tak
terkendali pada masa kanak dapat terjadi bersamaan dengan keterlambatan perkembangan,
terutama kognitif dan Bahasa keterlambatan, stereotip, dan tanda-tanda lain dari pengabaian
parah, seperti kekurangan gizi atau miskin peduli. Namun, tanda-tanda kelainan ini sering
bertahan bahkan setelah tanda-tanda kelalaian lainnya tidak ada lagi. Oleh karena itu, tidak
jarang anak-anak dengan gangguan ini hadir tanpa tanda-tanda pengabaian saat ini. Apalagi
kondisinya bisa hadir pada anak yang tidak menunjukkan tanda-tanda keterikatan yang tidak
teratur. Dengan demikian, gangguan kelekatan tak terkontrol pada kanak dapat dilihat pada
anak-anak dengan riwayat kelalaian yang tidak memiliki keterikatan atau yang keterikatannya
untuk pengasuh mereka dari terganggu hingga aman.

Pravelensi
Prevalensi gangguan kelekatan tak terkendali pada kanak tidak diketahui. Namun demikian,
kelainan tampaknya jarang terjadi, terjadi pada sebagian kecil anak-anak, bahkan mereka
yang pernah sangat diabaikan dan selanjutnya ditempatkan di panti asuhan atau dibesarkan di
institusi. Sedemikian populasi berisiko tinggi, kondisi ini hanya terjadi pada sekitar 20%
anak-anak. Kondisinya jarang terlihat di pengaturan klinis lainnya.

Pengembangan dan Kuliah


Kondisi kelalaian sosial sering hadir pada bulan-bulan pertama kehidupan pada anak yang
didiagnosis dengan gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak, bahkan sebelum
gangguan tersebut didiagnosis. Namun, tidak ada bukti bahwa pengabaian dimulai setelah
usia 2 tahun dikaitkan dengan manifestasi gangguan. Jika lalai terjadi dini dan tanda-tanda
gangguan muncul, fitur klinis gangguan ini cukup stabil dari waktu ke waktu, terutama jika
kondisi kelalaian tetap ada. Perilaku sosial yang sembarangan dan kurangnya sikap diam
dengan yang asing orang dewasa di masa balita disertai dengan perilaku mencari perhatian di
anak-anak prasekolah. Ketika gangguan tersebut berlanjut hingga masa kanak-kanak tengah,
fitur klinis bermanifestasi sebagai verbal dan fisik yang berlebihan serta ekspresi emosi yang
tidak autentik. Ini tanda-tanda muncul terutama ketika anak berinteraksi dengan orang
dewasa. Hubungan sebaya paling terpengaruh pada masa remaja, dengan perilaku dan konflik
yang tidak pandang bulu. Gangguan pada orang dewasa belum dapat dijelaskan.

67
Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak telah dijelaskan sejak tahun kedua hidup
sampai remaja. Ada beberapa perbedaan dalam manifestasi gangguan tersebut dari anak usia
dini hingga remaja. Pada usia termuda, di banyak budaya, anak-anak menunjukkan sikap
diam ketika berinteraksi dengan orang asing. Anak kecil dengan kelainan itu gagal
menunjukkan sikap diam untuk didekati, terlibat, dan bahkan menemani orang dewasa. Di
prasekolah anak-anak, gangguan verbal dan sosial muncul paling menonjol, sering disertai
olehperilaku mencari perhatian. Kelebihan verbal dan fisik berlanjut sampai pertengahan
masa kanak-kanak, disertai dengan ekspresi emosi yang tidak autentik. Pada masa remaja,
sembarangan perilaku meluas ke teman sebaya. Sehubungan dengan remaja sehat, remaja
dengan gangguan memiliki lebih banyak hubungan teman sebaya yang "superfisial" dan lebih
banyak konflik teman sebaya. Manifestasi orang dewasa dari gangguan tidak diketahui.

Risiko dan Faktor Prognosis


Lingkungan. Pengabaian sosial yang serius adalah persyaratan diagnostik untuk gangguan
kelekatan tak terkendali masa kanak juga satu-satunya faktor risiko yang diketahui untuk
gangguan tersebut. Namun demikian sebagian besar anak-anak yang sangat terabaikan tidak
mengembangkan gangguan ini. Kerentanan neurobiologis dapat membedakan anak-anak
terlantar yang melakukan dan tidak mengembangkan gangguan tersebut. Namun, tidak ada
hubungan yang jelas dengan faktor neurobiologis spesifik yang telah ditetapkan. Gangguan
belum diidentifikasi pada anak-anak yang mengalami pengabaian sosial hanya setelah usia 2
tahun. Prognosis hanya terkait dengan kualitas lingkungan pengasuhan berikut kelalaian
serius. Dalam banyak kasus, kelainan ini berlanjut, bahkan pada anak-anak yang lingkungan
pengasuhan menjadi jauh lebih baik.
Pembeda. Kualitas pengasuhan tampaknya memoderasi gangguan kelekatan tak terkendali
masa kanak. Namun demikian, bahkan setelah penempatan dalam pengasuhan normative
lingkungan, beberapa anak menunjukkan tanda-tanda gangguan yang persisten, setidaknya
melalui masa remaja.

Gejala Fungsional dari Gangguan Kelekatan Tak Terkendali Masa Kanak


Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak tanpa disadari secara signifikan merusak
kemampuan anak-anak berhubungan secara interpersonal dengan orang dewasa dan teman
sebaya.

Diagnosis Banding
Attention-deficit/hyperactivity disordes (ADHD). Karena impulsif sosial yang terkadang
menyertai attention-deficit / hyperactivity disorder (ADHD), perlu dibedakan dua gangguan
tersebut. Anak-anak dengan gangguan keterlibatan sosial tanpa hambatan mungkin dibedakan
dari mereka yang menderita ADHD karena yang pertama tidak menunjukkan kesulitan
dengan perhatian atau hiperaktif.

68
Komorbiditas
Penelitian terbatas telah meneliti masalah gangguan komorbiditas sosial dengan gangguan
kelekatan tak terkendali masa kanak. Kondisi yang terkait dengan pengabaian, termasuk
keterlambatan kognitif, keterlambatan bahasa, dan stereotip, dapat terjadi bersamaan dengan
gangguan keterlibatan sosial tanpa hambatan. Selain itu, anak-anak dapat didiagnosis dengan
ADHD dan gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak bersamaan.

GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA (F43.10)


Kriteria Diagnosis
GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA
Catatan: Kriteria berikut ini berlaku untuk orang dewasa, remaja, dan anak di atas 6 tahun.
Untuk anak-anak 6 tahun dan lebih muda, lihat kriteria yang sesuai di bawah ini
A. Paparan kematian aktual atau terancam, cedera yang serius, atau kekerasan seksual dalam
satu (atau lebih lanjut) dari cara berikut:
1. Secara langsung mengalami peristiwa traumatis.
2. Menyaksikan, secara langsung, peristiwa yang terjadi pada orang lain.
3. Mempelajari bahwa peristiwa traumatis itu terjadi pada anggota keluarga dekat atau
teman dekat. Dalam kasus kematian anggota keluarga atau teman yang nyata atau
terancam, kematian
peristiwa pasti kekerasan atau tidak disengaja.
4. Mengalami paparan berulang atau ekstrem untuk detail traumatis permusuhan acara
(misal, responden pertama mengumpulkan jenazah manusia; petugas polisi berulang
kali terpapar dengan detail pelecehan anak).
Catatan: Kriteria A4 tidak berlaku untuk paparan melalui media elektronik, televisi,
film, atau gambar, kecuali jika paparan ini terkait dengan pekerjaan.
B. Kehadiran satu (atau lebih) dari gejala intrusi berikut yang terkait dengan peristiwa
traumatis, dimulai setelah peristiwa traumatis terjadi:
1. Ingatan yang berulang, tidak disengaja, dan mengganggu dari peristiwa traumatis.
Catatan: Pada anak di atas 6 tahun, permainan berulang dapat terjadi di mana tema
atau aspek dari peristiwa traumatis diekspresikan.
2. Mimpi menyedihkan yang berulang di mana konten dan/atau pengaruh mimpi itu
terkait dengan peristiwa traumatis.
Catatan: Pada anak-anak, mungkin ada mimpi yang menakutkan tanpa konten yang
dikenali.
3. Reaksi disosiatif (misal, kilas balik) di mana individu merasa atau bertindak seolah-
olah peristiwa traumatis tersebut berulang (reaksi tersebut dapat terjadi pada
kontinum, dengan ekspresi paling ekstrem adalah hilangnya kesadaran di lingkungan
saat ini.)
Catatan: Pada anak-anak, pemeragaan khusus trauma dapat terjadi dalam permainan.
4. Tekanan psikologis yang intens atau berkepanjangan pada paparan isyarat internal
atau eksternal yang melambangkan atau menyerupai aspek dari peristiwa traumatis.
5. Ditandai reaksi fisiologis terhadap isyarat internal atau eksternal yang melambangkan
atau menyerupai sebuah aspek dari peristiwa traumatis.

69
C. Menghindari rangsangan terus-menerus yang terkait dengan peristiwa traumatis, dimulai
setelahnya peristiwa traumatis terjadi, sebagaimana dibuktikan oleh satu atau kedua hal
berikut:
1. Penghindaran atau upaya untuk menghindari ingatan, pikiran, atau perasaan tertekan
tentang atau terkait erat dengan peristiwa traumatis.
2. Penghindaran atau upaya untuk menghindari pengingat eksternal (orang, tempat,
percakapan, aktivitas, objek, situasi) yang membangkitkan ingatan, pikiran, atau
perasaan yang menyedihkan tentang atau terkait erat dengan peristiwa traumatis.
D. Perubahan negatif dalam kognisi dan suasana hati yang terkait dengan peristiwa
traumatis, mulai atau memburuk setelah peristiwa traumatis terjadi, sebagaimana
dibuktikan oleh dua (atau lebih) dari berikut ini:
1. Ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari peristiwa traumatis (biasanya
karena disosiatif) amnesia dan bukan faktor-faktor lain seperti cedera kepala, alkohol,
atau obat-obatan).
2. Keyakinan atau harapan negatif yang persisten dan berlebihan tentang diri sendiri,
orang lain, atau dunia (misal, "Aku jahat," "Tidak ada yang bisa dipercaya," "Dunia
sepenuhnya berbahaya," "Seluruh sistem saraf saya hancur secara permanen").
3. Kognisi yang persisten dan terdistorsi tentang penyebab atau konsekuensi dari trauma
peristiwa yang menyebabkan individu menyalahkan dirinya sendiri atau orang lain.
4. Keadaan emosi negatif yang persisten (misal, Ketakutan, kengerian, kemarahan, rasa
bersalah, atau rasa malu).
5. Sangat berkurang minat atau partisipasi dalam kegiatan signifikan.
6. Perasaan terlepas atau terpisah dari orang lain.
7. Ketidakmampuan yang terus-menerus untuk mengalami emosi positif (mis.,
Ketidakmampuan untuk mengalami kebahagiaan, kepuasan, atau perasaan cinta).
E. Perubahan yang ditandai dalam gairah dan reaktivitas yang terkait dengan peristiwa
traumatis, dimulai atau memburuk setelah peristiwa traumatis terjadi, sebagaimana
dibuktikan oleh dua (atau lebih) dari berikut ini:
1. Perilaku mudah marah dan ledakan kemarahan (dengan sedikit atau tanpa provokasi)
biasanya diungkapkan sebagai agresi verbal atau fisik terhadap orang atau benda.
2. Perilaku sembrono atau merusak diri sendiri.
3. Kewaspadaan tinggi.
4. Respon mengejutkan yang berlebihan.
5. Masalah dengan konsentrasi.
6. Gangguan tidur (mis., Sulit jatuh atau tertidur atau tidur gelisah).
F. Durasi gangguan (Kriteria B, C, D, dan E) lebih dari 1 bulan.
G. Gangguan tersebut menyebabkan tekanan atau gangguan klinis yang signifikan secara
sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
H. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misal, obat-obatan, alkohol)
atau kondisi medis lainnya.
Tentukan apakah:
Dengan gejala disosiatif: Gejala individu memenuhi kriteria gangguan stress post trauma, dan
sebagai tambahan, sebagai respons terhadap stresor, pengalaman individu gejala persisten
atau berulang dari salah satu dari berikut ini:

70
1. Depersonalisasi: Pengalaman yang terus-menerus atau berulang dari perasaan yang
terlepas dari, dan seolah-olah seseorang adalah pengamat dari luar, proses mental atau
tubuh seseorang (misal, merasa seolah-olah ada dalam mimpi; merasakan rasa tidak
sadar diri atau tubuh atau waktu bergerak lambat).
2. Dereaiisasi: Pengalaman yang terus-menerus atau berulang tentang tidak realistisnya
lingkungan (misal, dunia di sekitar individu dialami sebagai tidak nyata, seperti
mimpi, jauh, atau terdistorsi).
Catatan: Untuk menggunakan subtipe ini, gejala disosiatif tidak boleh dikaitkan dengan
efek fisiologis suatu zat (misal, pemadaman, perilaku selama keracunan alkohol) atau
kondisi medis lainnya (misal, kejang parsial kompleks).
Tentukan jika:
Dengan ekspresi tertunda: Jika kriteria diagnostik penuh tidak terpenuhi hingga setidaknya 6
bulan setelah kejadian (meskipun onset dan ekspresi beberapa gejala mungkin langsung).

GANGGUAN STRES PASCATRAUMA PADA ANAK-ANAK 6 TAHUN DAN LEBIH


MUDA
A. Pada anak-anak 6 tahun dan lebih muda, paparan kematian aktual atau terancam, cedera
serius, atau kekerasan seksual dalam satu (atau lebih) cara berikut:
1. Secara langsung mengalami peristiwa traumatis.
2. Menyaksikan, secara langsung, peristiwa yang terjadi pada orang lain, terutama
pengasuh utama.
Catatan: Menyaksikan tidak termasuk peristiwa yang disaksikan hanya di media
elektronik,
televisi, film, atau gambar.
3. Belajar bahwa peristiwa traumatis terjadi pada orang tua atau figur pengasuh
B. Kehadiran satu (atau lebih) dari gejala intrusi berikut yang terkait dengan kejadian
traumatis, dimulai setelah peristiwa traumatis terjadi:
1. Ingatan traumatis yang berulang, tidak disengaja, dan mengganggu.
Catatan: Memori spontan dan intrusif mungkin tidak selalu tampak menyedihkan dan
dapat dinyatakan sebagai pemeragaan ulang.
2. Mimpi menyedihkan yang berulang di mana konten dan / atau pengaruh mimpi itu
terkait dengan peristiwa traumatis.
Catatan: Mungkin tidak mungkin memastikan bahwa konten yang menakutkan itu
terkait dengan peristiwa traumatis.
3. Reaksi disosiatif (mis., Kilas balik) tempat anak merasakan atau bertindak seolah-olah
peristiwa traumatis berulang. (Reaksi tersebut dapat terjadi pada kontinum, dengan
ekspresi yang paling ekstrem adalah hilangnya kesadaran sepenuhnya akan
lingkungan saat ini.) pemeragaan khusus trauma semacam itu dapat terjadi dalam
permainan.
4. Tekanan psikologis yang intens atau berkepanjangan pada paparan isyarat internal
atau eksternal yang melambangkan atau menyerupai aspek dari peristiwa traumatis.
5. Tandai reaksi fisiologis untuk mengingatkan peristiwa traumatis.
C. Satu (atau lebih) dari gejala berikut, mewakili penghindaran persisten rangsangan yang
terkait dengan peristiwa traumatis atau perubahan negatif dalam kognisi dan suasana hati

71
yang terkait dengan peristiwa traumatis, harus ada, dimulai setelah kejadian atau
memburuk setelah kejadian:
Penghindaran Stimuli yang Persisten
1. Penghindaran atau upaya untuk menghindari kegiatan, tempat, atau pengingat fisik
yang membangkitkan ingatan akan peristiwa traumatis.
2. Penghindaran atau upaya untuk menghindari orang, percakapan, atau situasi antar
pribadi yang membangkitkan ingatan peristiwa traumatis.
Perubahan Negatif dalam Kognisi
3. Secara substansial meningkatkan frekuensi keadaan emosi negatif (mis., Ketakutan,
rasa bersalah, kesedihan, rasa malu, kebingungan).
4. Sangat berkurang minat atau partisipasi dalam kegiatan signifikan, termasuk
penyempitan bermain.
5. Perilaku yang ditarik secara sosial.
6. Pengurangan terus-menerus dalam ekspresi emosi positif.
D. Perubahan gairah dan reaktivitas yang terkait dengan peristiwa traumatis, dimulai atau
memburuk setelah peristiwa traumatis terjadi, sebagaimana dibuktikan oleh dua (atau
lebih) dari:
1. Perilaku mudah marah dan ledakan kemarahan (dengan sedikit atau tanpa provokasi)
biasanya diungkapkan sebagai agresi verbal atau fisik terhadap orang atau benda
(termasuk ekstrim amarah).
2. Kewaspadaan tinggi.
3. Respon mengejutkan yang berlebihan.
4. Masalah dengan konsentrasi.
5. Gangguan tidur (misal, Sulit untuk atau tetap tertidur atau tidur gelisah).
E. Durasi gangguan lebih dari 1 bulan.
F. Gangguan tersebut menyebabkan tekanan signifikan secara klinis atau gangguan
dalam hubungan dengan orang tua, saudara kandung, teman sebaya, atau pengasuh
lain atau dengan perilaku sekolah.
G. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misal, obat-obatan atau
alkohol) atau kondisi medis lainnya.
Tentukan apakah:
Dengan gejala disosiatif: Gejala individu memenuhi kriteria gangguan stress pasca
trauma, dan individu mengalami gejala persisten atau berulang salah satu dari berikut ini:
1. Depersonalisasi: Pengalaman yang terus-menerus atau berulang dari perasaan yang
terlepas dari, dan seolah-olah seseorang adalah pengamat dari luar, proses mental atau
tubuh seseorang (misal, merasa seolah-olah ada dalam mimpi; merasakan rasa tidak
sadar diri atau tubuh atau waktu bergerak lambat).
2. Derealization: Pengalaman yang terus-menerus atau berulang tentang keabadian di
sekitar (misal, dunia di sekitar individu dialami sebagai tidak nyata, seperti mimpi,
jauh, atau terdistorsi).
Catatan: Untuk menggunakan subtipe ini, gejala disosiatif tidak boleh dikaitkan dengan
efek fisiologis suatu zat (misal, pingsan) atau kondisi medis lainnya (misal, kejang parsial
kompleks).

72
Tentukan jika:
Dengan ekspresi tertunda: Jika kriteria diagnostik penuh tidak dipenuhi sampai
setidaknya 6 bulan setelah kejadian (walaupun onset dan ekspresi beberapa gejala dapat
terjadi segera).

Fitur Diagnostik
Fitur penting dari gangguan stres pascatrauma (PTSD) adalah pengembangan karakteristik
gejala setelah paparan satu atau lebih peristiwa traumatis. Reaksi emosional ke peristiwa
traumatis (misal, ketakutan, ketidakberdayaan, kengerian) tidak lagi menjadi bagian dari
Kriteria A. Presentasi klinis PTSD bervariasi. Pada beberapa individu, pengalaman ulang
berbasis rasa takut, gejala emosional, dan perilaku mungkin mendominasi. Dalam yang lain,
anhedonis atau keadaan mood dysphoric dan kognisi negatif mungkin paling menyusahkan.
Dalam beberapa individu lain, gejala rangsangan dan eksternalisasi yang menonjol,
sementara di yang lain, gejala disosiatif mendominasi. Akhirnya, beberapa individu
menampilkan kombinasi dari pola gejala ini.
Peristiwa traumatis yang dialami secara langsung dalam Kriteria A termasuk, tetapi tidak
terbatas untuk, paparan perang sebagai pejuang atau warga sipil, ancaman atau serangan fisik
aktual (misal, serangan fisik, perampokan, penjarahan, pelecehan fisik pada masa kanak-
kanak), terancam atau seksual actual kekerasan (misal, penetrasi seksual secara paksa,
penetrasi seksual yang difasilitasi alkohol / narkoba, kasar kontak seksual, pelecehan seksual
tanpa kontak, perdagangan seksual), diculik, sedang disandera, serangan teroris, penyiksaan,
penahanan sebagai tahanan perang, alami atau manusia membuat bencana, dan kecelakaan
kendaraan bermotor yang parah. Untuk anak-anak, melakukan kekerasan seksual Peristiwa
dapat mencakup pengalaman seksual yang tidak sesuai dengan perkembangan tanpa fisik
kekerasan atau cedera. Penyakit yang mengancam jiwa atau kondisi medis yang melemahkan
belum tentu dianggap sebagai peristiwa traumatis. Insiden medis yang memenuhi syarat
sebagai peristiwa traumatis melibatkan tiba-tiba, peristiwa bencana (mis., terbangun saat
operasi, syok anafilaksis). Peristiwa yang disaksikan termasuk, tetapi tidak terbatas pada,
mengamati cidera terancam atau serius, kematian yang tidak wajar, pelecehan fisik atau
seksual orang lain karena kekerasan, rumah tangga kekerasan, kecelakaan, perang atau
bencana, atau malapetaka medis pada anak seseorang (mis., mengancam jiwa pendarahan).
Eksposur tidak langsung melalui belajar tentang suatu acara terbatas pengalaman yang
memengaruhi kerabat atau teman dekat dan pengalaman yang keras atau tidak sengaja (misal,
kematian karena sebab alami tidak memenuhi syarat). Peristiwa semacam itu termasuk
serangan pribadi yang kejam, bunuh diri, kecelakaan serius, dan cedera serius. Gangguan
mungkin terutama parah atau tahan lama ketika stresor bersifat interpersonal dan disengaja
(misal, penyiksaan, seksual kekerasan).
Peristiwa traumatis dapat dialami kembali dengan berbagai cara. Umumnya, individu
memiliki ingatan acara yang berulang, tidak disengaja, dan mengganggu (Kriteria Bl).
Mengganggu ingatan dalam PTSD dibedakan dari perenungan depresi yang mereka terapkan
hanya untuk kenangan menyedihkan yang tidak disengaja dan mengganggu. Penekanannya
adalah pada berulang kenangan peristiwa yang biasanya mencakup perilaku sensorik,
emosional, atau fisiologis komponen. Gejala pengulangan pengalaman yang umum adalah

73
mimpi menyedihkan yang memutar ulang peristiwa itu sendiri atau yang representatif atau
secara tematis terkait dengan ancaman utama yang terlibat dalam peristiwa traumatis
(Kriteria B2). Individu dapat mengalami keadaan disosiatif yang berlangsung dari beberapa
detik hingga beberapa jam atau bahkan berhari-hari, selama komponen peristiwa dihidupkan
kembali dan individu berperilaku seolah-olah peristiwa itu terjadi pada saat itu (Kriteria B3).
Peristiwa semacam itu terjadi pada kontinum dari visual singkat atau sensorik lainnya intrusi
tentang bagian dari peristiwa traumatis tanpa kehilangan orientasi realitas, untuk
menyelesaikan hilangnya kesadaran lingkungan saat ini. Episode-episode ini, sering disebut
sebagai "kilas balik," biasanya singkat tetapi dapat dikaitkan dengan kesusahan
berkepanjangan dan meningkat gairah. Untuk anak-anak kecil, pemeragaan peristiwa yang
terkait dengan trauma dapat muncul dalam permainan atau dalam kondisi disosiatif. Tekanan
psikologis yang hebat (Kriteria B4) atau reaktivitas fisiologis (Kriteria B5) sering terjadi
ketika individu terpapar pada peristiwa pemicu itu menyerupai atau melambangkan aspek
dari peristiwa traumatis (misal, hari-hari berangin setelah badai; melihat seseorang yang
menyerupai pelaku). Isyarat pemicu bisa berupa fisik sensasi (misal, pusing untuk penderita
trauma kepala; detak jantung yang cepat untuk yang sebelumnya anak yang trauma), terutama
untuk individu dengan presentasi yang sangat somatik.
Stimuli yang terkait dengan trauma terus-menerus (missal, Selalu atau hampir selalu)
dihindari. Individu biasanya melakukan upaya yang disengaja untuk menghindari pikiran,
ingatan, perasaan, atau berbicara tentang peristiwa traumatis (mis., memanfaatkan teknik
pengalih perhatian untuk menghindari pengingat internal) (Kriteria Cl) dan untuk
menghindari kegiatan, objek, situasi, atau orang yang membangkitkan ingatan akan hal itu
(Kriteria C2).
Perubahan negatif dalam kognisi atau suasana hati yang terkait dengan peristiwa mulai atau
memburuk setelah paparan acara tersebut. Perubahan negatif ini dapat mengambil berbagai
bentuk, termasuk ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari peristiwa traumatis;
amnesia seperti itu biasanya karena amnesia disosiatif dan bukan karena cedera kepala,
alkohol, atau obat-obatan (Kriteria D1). Bentuk lain adalah persisten (misal, selalu atau
hampir selalu) dan harapan negatif yang dilebih-lebihkan mengenai aspek penting kehidupan
yang diterapkan pada diri sendiri, orang lain, atau masa depan (misal, "Saya selalu memiliki
penilaian buruk"; "Orang yang berwenang tidak dapat dipercaya") yang dapat bermanifestasi
sebagai perubahan negatif pada identitas yang dirasakan sejak trauma (mis., "Saya tidak bisa
mempercayai siapa pun lagi"; Kriteria D2). Individu dengan PTSD mungkin memiliki
kognisi keliru yang persisten tentang penyebab peristiwa traumatis yang menyebabkan
mereka menyalahkan diri sendiri atau orang lain (misal, "Ini semua salah saya bahwa paman
saya melecehkan saya") (Kriteria D3). Negatif yang persisten keadaan suasana hati (misal,
ketakutan, kengerian, kemarahan, rasa bersalah, malu) mulai atau memburuk setelah paparan
ke acara (Kriteria D4). Individu dapat mengalami penurunan minat atau partisipasi dalam
kegiatan yang sebelumnya dinikmati (Kriteria D5), merasa terpisah atau terasing dari orang
lain (Kriteria D6), atau ketidakmampuan yang persisten untuk merasakan emosi positif
(Terutama kebahagiaan, kegembiraan, kepuasan, atau emosi yang terkait dengan keintiman,
kelembutan, dan seksualitas) (Kriteria D7).
Individu dengan PTSD mungkin cepat marah dan bahkan mungkin terlibat dalam agresif
perilaku verbal dan / atau fisik dengan sedikit atau tanpa provokasi (mis., berteriak pada
orang, mendapatkan menjadi perkelahian, menghancurkan objek) (Kriteria El). Mereka juga

74
dapat melakukan tindakan gegabah atau merusak diri sendiri perilaku seperti mengemudi
yang berbahaya, alkohol berlebihan atau penggunaan obat-obatan terlarang, atau menyakiti
diri sendiri atau perilaku bunuh diri (Kriteria E2). PTSD sering ditandai dengan tinggi
sensitivitas terhadap potensi ancaman, termasuk yang terkait dengan pengalaman traumatis
(misal, setelah kecelakaan kendaraan bermotor, menjadi sangat sensitif terhadap ancaman
yang berpotensi disebabkan oleh mobil atau truk) dan mereka yang tidak terkait dengan
peristiwa traumatis (misal, takut menderita serangan jantung) (Kriteria E3). Individu dengan
PTSD mungkin sangat reaktif terhadap yang tidak terduga rangsangan, menampilkan respons
kejut yang meningkat, atau kegoncangan, terhadap suara keras atau gerakan yang tidak
terduga (misal, melompat dengan mencolok sebagai tanggapan terhadap dering telepon)
(Kriteria E4). Kesulitan konsentrasi, termasuk kesulitan mengingat peristiwa sehari-hari
(misal, lupa nomor telepon seseorang) atau menghadiri tugas yang difokuskan (misal,
mengikuti percakapan untuk periode waktu yang berkelanjutan), umumnya dilaporkan
(Kriteria E5). Masalah dengan onset dan perawatan tidur yang umum dan mungkin terkait
dengan mimpi buruk dan masalah keamanan atau dengan gairah tinggi umum yang
mengganggu tidur yang cukup (Kriteria E6). Beberapa individu juga mengalami gejala
detasemen disosiatif persisten dari tubuh mereka (depersonalisasi) atau dunia di sekitar
mereka (derealization); ini tercermin dalam specifier '' dengan gejala disosiatif ".

Fitur yang Berhubungan untuk Mendukung Diagnosis


Regresi perkembangan, seperti kehilangan bahasa pada anak-anak, dapat terjadi. Pendengaran
pseudo-halusinasi, seperti memiliki pengalaman indera pendengaran seseorang pikiran yang
diucapkan dalam satu atau lebih suara yang berbeda, serta ide paranoid, dapat hadir. Setelah
peristiwa traumatis yang berkepanjangan, berulang, dan parah (misal, pelecehan anak,
penyiksaan), individu tersebut dapat mengalami kesulitan dalam mengatur emosi atau
mempertahankan hubungan interpersonal yang stabil, atau gejala disosiatif. Saat yang
traumatis Kejadian tersebut menghasilkan kematian dengan kekerasan, gejala-gejala dari
kedua kematian yang bermasalah dan PTSD mungkin ada.

Pravelensi
Di Amerika Serikat, risiko seumur hidup yang diproyeksikan untuk PTSD menggunakan
kriteria DSM-IV pada usia 75 tahun adalah 8,7%. Prevalensi dua belas bulan di antara orang
dewasa A.S. adalah sekitar 3,5%. Estimasi yang lebih rendah adalah terlihat di Eropa dan
sebagian besar negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin, berkerumun di sekitar 0,5% -
L0%. Meskipun kelompok yang berbeda memiliki tingkat paparan trauma yang berbeda
peristiwa, probabilitas bersyarat mengembangkan PTSD mengikuti tingkat paparan yang
sama dapat juga bervariasi antar kelompok budaya. Tingkat PTSD lebih tinggi di antara para
veteran dan orang lain yang panggilannya meningkatkan risiko paparan traumatis (mis.,
polisi, petugas pemadam kebakaran, tenaga medis darurat). Tarif tertinggi (mulai dari
sepertiga hingga lebih dari satu setengah) dari mereka yang terpapar) ditemukan di antara
mereka yang selamat dari perkosaan, pertempuran militer dan penahanan, dan interniran dan
genosida yang bermotivasi etnik atau politis. Prevalensi PTSD dapat bervariasi di seluruh
pengembangan; anak-anak dan remaja, termasuk anak-anak prasekolah, umumnya

75
menunjukkan prevalensi yang lebih rendah setelah terpapar trauma seriusacara; Namun, ini
mungkin karena kriteria sebelumnya tidak cukup berkembang diberitahukan. Prevalensi
PTSD ambang penuh juga tampaknya lebih rendah di antara mereka orang dewasa yang lebih
tua dibandingkan dengan populasi umum; ada bukti bahwa subthreshold presentasi lebih
umum daripada PTSD penuh di kemudian hari dan bahwa gejala-gejala ini terkait dengan
gangguan klinis substansial. Dibandingkan dengan kulit putih AS-bukan-Latin, tingkat PTSD
yang lebih tinggi telah dilaporkan di antara warga Amerika Latin, Afrika Amerika, dan
Amerika Serikat Indian Amerika, dan tingkat yang lebih rendah telah dilaporkan di antara
orang Asia-Amerika, setelah penyesuaian untuk variabel paparan traumatis dan demografis.
Pengembangan dan Kuliah
PTSD dapat terjadi pada usia berapa pun, dimulai setelah tahun pertama kehidupan. Gejala
biasanya dimulai dalam 3 bulan pertama setelah trauma, meskipun mungkin ada penundaan
bulan, atau bahkan bertahun-tahun, sebelum kriteria untuk diagnosis dipenuhi. Ada banyak
bukti untuk apa DSM-IV disebut "onset tertunda" tetapi sekarang disebut "ekspresi tertunda,"
dengan pengakuan bahwa beberapa gejala biasanya muncul segera dan bahwa keterlambatan
sedang rapat kriteria penuh.
Seringkali, reaksi seseorang terhadap trauma awalnya memenuhi kriteria untuk stres akut
gangguan segera setelah trauma. Gejala-gejala PTSD dan kerabat keunggulan gejala yang
berbeda dapat bervariasi dari waktu ke waktu. Durasi gejalanya juga bervariasi, dengan
pemulihan lengkap dalam waktu 3 bulan terjadi dalam sekitar satu-setengah orang dewasa,
sementara beberapa orang tetap bergejala selama lebih dari 12 bulan dan terkadang selama
lebih dari 50 tahun. Gejala kekambuhan dan intensifikasi dapat terjadi pada Menanggapi
pengingat trauma asli, stres kehidupan yang sedang berlangsung, atau yang baru dialami
Peristiwa traumatis. Untuk orang yang lebih tua, kesehatan menurun, fungsi kognitif
memburuk, dan isolasi sosial dapat memperburuk gejala PTSD.
Ekspresi klinis pengalaman-ulang dapat bervariasi di setiap perkembangan. Anak muda dapat
melaporkan timbulnya mimpi menakutkan baru tanpa konten khusus untuk peristiwa
traumatis. Sebelum usia 6 tahun (lihat kriteria untuk subtipe prasekolah), anak kecil lebih
mungkin untuk berekspresi Mengalami kembali gejala melalui permainan yang merujuk
langsung atau simbolis ke trauma. Mereka mungkin tidak memanifestasikan reaksi ketakutan
pada saat paparan atau selama mengalami kembali. Orang tua dapat melaporkan berbagai
perubahan emosional atau perilaku di usia muda anak-anak. Anak-anak dapat fokus pada
intervensi imajiner dalam permainan mereka atau bercerita. Sebagai tambahan untuk
menghindari, anak-anak mungkin menjadi sibuk dengan pengingat. Karena masih muda
keterbatasan anak dalam mengekspresikan pikiran atau memberi label emosi, perubahan
negatif pada suasana hati atau kognisi cenderung melibatkan perubahan suasana hati
terutama. Anak-anak mungkin mengalami co-occurring trauma (mis., kekerasan fisik,
menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga) dan dalam kondisi kronis mungkin tidak dapat
mengidentifikasi timbulnya gejala. Perilaku menghindar mungkin dikaitkan dengan
permainan terbatas atau perilaku eksplorasi pada anak kecil; berkurangnya partisipasi dalam
kegiatan baru pada anak usia sekolah; atau keengganan untuk mengejar peluang
perkembangan pada remaja (mis. berkencan, mengemudi). Anak-anak yang lebih tua dan
remaja dapat menilai diri mereka sebagai pengecut. Remaja mungkin memendam keyakinan
bahwa ia diubah dengan cara-cara itu menjadikannya tidak diinginkan secara sosial dan

76
menjauhkan mereka dari teman sebaya (mis., '"Sekarang saya tidak akan pernah cocok") dan
kehilangan aspirasi untuk masa depan. Perilaku mudah marah atau agresif pada anak-anak
dan remaja dapat mengganggu hubungan teman sebaya dan perilaku sekolah. Perilaku
sembrono dapat menyebabkan untuk cedera diri atau orang lain, mencari sensasi, atau
perilaku berisiko tinggi. Individu yang terus mengalami PTSD sampai dewasa yang lebih tua
dapat mengungkapkan lebih sedikit gejala hyperarousal, penghindaran, dan kognisi dan
suasana hati yang negatif dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda dengan
PTSD, meskipun orang dewasa yang terpapar pada peristiwa traumatis di kemudian hari
mungkin lebih banyak menampilkan penghindaran, hyperarousal, masalah tidur, dan mantra
menangis daripada orang dewasa muda yang terkena untuk peristiwa traumatis yang sama.
Pada individu yang lebih tua, gangguan ini dikaitkan dengan negatif persepsi kesehatan,
pemanfaatan perawatan primer, dan ide bunuh diri.

Faktor Risiko dan Prognosis

Faktor risiko secara umum dibagi menjadi faktor pretraumatik, peritraumatik dan post traumatic.

 Faktor pretraumatik
a. Temperamental: masalah – masalah pada masa anak – anak usia 6 tahun ( contohnya paparan
terhadap trauma, masalah kecemasan) dan gangguan mental sebelumnya ( conyohnya gangguan panic,
depresi, PTSD, atau obsessive compulsice disorder )

b. Lingkungan : status sosioekonomi yang rendah, pendidikan yang rendah, paparan trauma
sebelumnya (terutama pada masa kanak-kanak), kesulitan di masa kecil (ekonomi, peripisahan orang
tua atau meninggal) karakteristik kultural (faalistik, self-blaming coping strategies), intelegensi
yangrendah, ras minoritas, masalah kejiwaan pada keluarga,

c. Genetik dan fisiologis: wanita, paparan trauma pada usia muda.

 Faktor Peritraumatik
Terdiri dari faktor lingkungan. Hal ini termasuk derajat keparahan trauma, ancaman kehidupan yang
dirasakan, personal injury, kekerasan intra personal, menjadi pelaku kejahatan, menyaksikan
kekejaman, atau membunuh musuh.

 Faktor Post Traumatik


Temperamental: temasuk penilaian negative, strategi coping yang tidak benar, dan berkembangnya
stress akut.

77
Environmental: termasuk paparan berikutnya yang mengingatkan kepada perasaan kecewa, finansial,
atau trauma kehilangan.

Diagnosis Banding

Gangguan penyesuaian

Gangguan dan kondisi posttraumatic lainnya

Acute Stress Disorder

Gangguan cemas dan gangguan obsesif kompulsif

Gangguan depresi mayor

Gangguan kepribadian

Gangguan disosiatif

Gangguan konfersi

Gangguan psikotik

Traumatic Brain Injury

Komorbiditas

Delapan puluh persen orang dengan PTSD mengalami gejala lain yang memenuhi kriteria diagnosis
untuk minimal satu gangguan mental (contoh depresi, bipolar, kecemasann, gangguan terkait
penggunaan zat) dibandinkan dengan penderita yang tidak mengalami PTSD. Komorbid seperti
gangguan penggunaan zat dan gangguan eperilaku lebih banyak pada pria dibandingkan wanita.

Gangguan Stres Akut

308.3 (F43.0)

Kriteria Diagnostik

A. Paparan terhadap kematian aktual atau terancam, cedera serius, atau pelanggaran seksual dalam satu
(atau lebih) cara berikut:

1. Secara langsung mengalami peristiwa traumatis.

78
2. Menyaksikan, secara langsung, peristiwa yang terjadi pada orang lain.

3. Mempelajari bahwa peristiwa tersebut terjadi pada anggota keluarga dekat atau teman dekat.
catatan: Dalam kasus kematian anggota keluarga atau teman yang nyata atau terancam, kejadian
tersebut berupa kekerasan atau kecelakaan.

4. Mengalami paparan berulang atau ekstrem untuk detail peristiwa (mis., responden pertama
mengumpulkan jenazah manusia, petugas polisi berulang kali terpapar dengan detail pelecehan anak).
Catatan: Ini tidak berlaku untuk eksposur melalui media elektronik, televisi, gerakan, atau gambar,
kecuali eksposur ini terkait dengan pekerjaan.

B. Kehadiran sembilan (atau lebih) gejala berikut dari lima kategori intrusi, suasana hati negatif,
disosiasi, penghindaran, dan gairah, mulai atau memburuk setelah peristiwa traumatis terjadi:

Gejala intrusi

1. Ingatan yang berulang, tidak disengaja, dan mengganggu dari peristiwa traumatis. Catatan: Pada
anak-anak, repetitive play dapat terjadi di mana tema atau aspek dari peristiwa traumatis
diekspresikan.

2. Mimpi-mimpi menyedihkan yang berulang di mana konten dan / atau pengaruh mimpi itu terkait
dengan peristiwa tersebut. Catatan: Pada anak-anak, mungkin ada mimpi yang menakutkan tanpa
konten yang dikenali.

3. Reaksi disosiatif (mis., flashback) di mana individu merasa atau bertindak seolah-olah peristiwa
traumatis berulang. (Reaksi semacam itu dapat terjadi pada sebuah kontinum, dengan ekspresi yang
paling ekstrem adalah hilangnya kesadaran sepenuhnya dari lingkungan saat ini.)

4. Tekanan psikologis yang intens atau berkepanjangan, atau reaksi fisiologis yang ditandai sebagai
respons terhadap isyarat internal atau eksternal yang melambangkan atau menyerupai aspek peristiwa
traumatis.

Suasana Hati Negatif

5. Ketidakmampuan gigih untuk mengalami emosi positif (mis., Ketidakmampuan untuk mengalami
kebahagiaan, kepuasan, atau perasaan cinta).

Gejala Disosiatif

6. Perasaan yang berubah tentang realitas lingkungan atau diri seseorang (mis., Melihat diri sendiri
dari sudut pandang orang lain, linglung, waktu melambat).

7. Ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari peristiwa traumatis (biasanya karena amnesia
disosiatif dan bukan karena faktor-faktor lain seperti cedera kepala, alkohol, atau obat-obatan).

79
Gejala Penghindaran

8. Upaya untuk menghindari ingatan, pikiran, atau perasaan yang menyusahkan atau terkait erat dengan
peristiwa traumatis.

9. Upaya untuk menghindari pengingat eksternal (orang, tempat, percakapan, kegiatan, tujuan, situasi)
yang membangkitkan ingatan, pikiran, atau perasaan yang menyusahkan atau terkait erat dengan
peristiwa traumatis.

Gejala Gairah

10. Gangguan tidur (mis., Sulit jatuh atau tertidur, tidur gelisah).

11. Perilaku yang mudah marah dan ledakan kemarahan (dengan sedikit atau tanpa provokasi),
biasanya ex ditekan sebagai agresi verbal atau fisik terhadap orang atau benda.
12. Hypervigilance.

13. Masalah dengan konsentrasi.

14. Respon mengejutkan yang berlebihan.

C. Durasi gangguan (gejala dalam Kriteria B) adalah 3 hari sampai 1 bulan setelah paparan trauma.
Catatan: Gejala biasanya dimulai segera setelah trauma, tetapi presisten setidaknya selama 3 hari
hingga sebulan, untuk memenuhi kriteria gangguan.

D. Gangguan tersebut menyebabkan tekanan klinis yang signifikan atau gangguan fungsi sosial,
pekerjaan, atau area penting lainnya.

E. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (mis., Obat-obatan atau alkohol) atau
kondisi medis lainnya (mis. Cedera otak traumatis ringan) dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh
gangguan psikotik singkat.

Fitur diagnostik

Fitur penting dari gangguan stres akut adalah perkembangan gejala khas yang berlangsung dari
3 hari hingga 1 bulan setelah paparan satu atau lebih peristiwa traumatis. Peristiwa traumatis yang
dialami secara langsung termasuk, tetapi tidak terbatas pada, paparan perang sebagai pejuang atau
warga sipil, ancaman atau kekerasan pribadi yang sebenarnya (misalnya, kekerasan seksual, serangan
fisik, pertempuran aktif, penjambretan, fisik anak-anak dan / atau kekerasan seksual lence, diculik,
disandera, serangan teroris, penyiksaan), bencana alam atau buatan manusia (misalnya gempa bumi,
angin topan, kecelakaan pesawat terbang), dan kecelakaan parah (misalnya, kendaraan bermotor yang
parah, kecelakaan industri). Untuk anak-anak, peristiwa traumatis seksual dapat mencakup pengalaman
seksual yang tidak pantas tanpa kekerasan atau cedera. Penyakit yang mengancam jiwa atau kondisi
medis yang melemahkan tidak selalu dianggap sebagai peristiwa traumatis.

80
Gambaran gejala lengkap harus ada setidaknya 3 hari setelah peristiwa traumatis dan dapat
didiagnosis hanya hingga 1 bulan setelah kejadian. Gejala yang terjadi segera setelah kejadian tetapi
sembuh dalam waktu kurang dari 3 hari tidak akan memenuhi kriteria untuk gangguan stres akut.
Peristiwa yang disaksikan termasuk, tetapi tidak terbatas pada, mengamati ancaman atau cedera serius,
kematian tidak wajar, kekerasan fisik atau seksual yang ditimbulkan pada individu lain sebagai hasil
dari serangan kekerasan, kekerasan rumah tangga yang parah, kecelakaan parah, perang, dan bencana;
itu juga dapat mencakup menyaksikan bencana medis (mis., pendarahan yang mengancam jiwa) yang
melibatkan anak seseorang. Acara yang dialami secara tidak langsung melalui belajar tentang acara
terbatas pada kerabat dekat atau teman dekat. Peristiwa seperti itu pastilah kekerasan atau kecelakaan
— kematian karena sebab alami tidak memenuhi syarat — dan termasuk kekerasan pribadi, bunuh diri,
kecelakaan serius, atau cedera serius. Gangguan ini mungkin sangat parah ketika stresor bersifat
interpersonal dan disengaja (mis., Penyiksaan, pemerkosaan).

Perubahan dalam kesadaran dapat mencakup depersonalisasi, perasaan terpisah dari diri sendiri
(misalnya, melihat diri sendiri dari sisi lain ruangan), atau derealization, memiliki pandangan yang
terdistorsi terhadap lingkungan seseorang (mis., Merasakan bahwa segala sesuatu bergerak dalam
gerakan lambat, melihat sesuatu dalam keadaan linglung, tidak menyadari peristiwa yang biasanya
disandikan orang).

Beberapa individu juga melaporkan ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari
peristiwa traumatis yang mungkin dikodekan. Gejala ini disebabkan oleh amnesia disosiatif dan tidak
pada cedera kepala, alkohol, atau obat-obatan. Stimuli yang terkait dengan trauma terus-menerus
dihindari. Individu dapat menolak untuk mendiskusikan pengalaman traumatis atau terlibat dalam
strategi penghindaran untuk meminimalkan kesadaran akan reaksi emosional (mis., Penggunaan
alkohol berlebihan ketika diingatkan tentang pengalaman sebelumnya).

Sangat umum bagi individu dengan gangguan stres akut untuk mengalami masalah dengan
onset dan pemeliharaan tidur, yang mungkin terkait dengan mimpi buruk atau dengan peningkatan
gairah yang meningkat yang mencegah tidur yang cukup. Gangguan stres akut sering ditandai dengan
sensitivitas tinggi terhadap potensi ancaman, termasuk yang terkait dengan pengalaman traumatis
(misalnya, korban kecelakaan kendaraan bermotor mungkin sangat sensitif terhadap ancaman yang
berpotensi disebabkan oleh mobil atau truk) atau tidak terkait dengan peristiwa traumatis (misalnya,
takut mengalami serangan jantung). Kesulitan konsentrasi, termasuk kesulitan mengingat peristiwa
sehari-hari (mis., Lupa nomor telepon seseorang) atau menghadiri tugas yang difokuskan (mis.,
Mengikuti percakapan untuk periode waktu yang berkelanjutan), umumnya dilaporkan. Individu
dengan gangguan stres akut mungkin sangat reaktif terhadap rangsangan yang tidak terduga,
menampilkan respons kejut yang meningkat atau kegelisahan terhadap suara keras atau gerakan yang
tidak terduga (misalnya, individu dapat melompat dalam respons terhadap dering telepon).

81
Faktor Risiko dan Prognosis

Temperamental : termasuk gangguan mental sebelumnya, tingkat afektifitas negatif yang tinggi
(neuroticism), keparahan yang dirasakan lebih besar dari peristiwa traumatis, dan gaya koping yang
menghindar.

Environmental : terpapar pada peristiwa traumatis yang berisiko mengalami gangguan stres
akut. Faktor risiko untuk gangguan ini termasuk riwayat trauma sebelumnya.

Genetik dan fisiologis: Wanita memiliki risiko lebih besar untuk mengalami gangguan stress
akut.

Diagnosis Banding

Gangguan penyesuaian

Ganggun panik

Gangguan Disosiatif

Gangguan posttraumatik

Gangguan obsesif kompulsif

Gangguan Psikotik

Traumatic Brain Injury

Gangguan Penyesuaian

Kriteria Diagnostik

A. Perkembangan gejala emosional atau perilaku sebagai respons terhadap stresor yang dapat
diidentifikasi yang terjadi dalam waktu 3 bulan sejak timbulnya stresor.

B. Gejala-gejala atau perilaku yang secara klinis signifikan, seperti yang dibuktikan oleh orang lain,
adalah sebagai berikut:

1. Ditandai distress yang tidak sesuai dengan keparahan atau intensitas stresor, dengan
mempertimbangkan konteks eksternal dan faktor budaya yang mungkin mempengaruhi keparahan
gejala dan presentasi.

82
2. Gangguan signifikan dalam bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

C. Gangguan yang berhubungan dengan stres tidak memenuhi kriteria untuk kelainan mental lain dan
bukan sekadar eksaserbasi kelainan mental yang sudah ada sebelumnya.

D. Gejala-gejala tidak menunjukan berkabung yang normal.

E. Ketika stressor telah berakhir, gejalanya tidak berubah selama lebih dari 6 bulan selanjutnya.

Tentukan apakah:

309.0 (F43.21) Dengan mood yang depresi: Suasana hati yang rendah, menangis, atau perasaan
kehilangan harapan yang dominan.

309.24 (F43.22) Dengan kecemasan: Gugup, khawatir, gelisah, atau kecemasan akan perpisahan

309.28 (F43.23) Dengan kecemasan campuran dan suasana hati tertekan: Kombinasi epresi dan
kecemasan dominan.

309.3 (F43.24) Dengan gangguan pada kondisi: Gangguan terhadap kondisi dominan. 309.4 (F43.25)
Dengan berbagai gangguan emosi dan perilaku: Kedua gejala emosional (mis., Depresi, kecemasan)
dan gangguan perilaku dominan. 309.9 (F43.20) Tidak ditentukan: Untuk reaksi maladaptif yang tidak
dapat diklasifikasikan sebagai salah satu subtipe spesifik dari gangguan penyesuaian .__

Fitur Diagnostik

Kehadiran gejala emosional atau perilaku dalam menanggapi stresor yang dapat diidentifikasi
adalah fitur penting dari gangguan penyesuaian (Kriteria A). Stresor dapat berupa peristiwa tunggal
(mis., Pemutusan hubungan pasangan), atau mungkin ada beberapa pemicu stres (mis., Kesulitan
bisnisdan masalah perkawinan). Stres dapat berulang (mis., Terkait dengan krisis bisnis musiman,
hubungan seksual yang tidak terpenuhi) atau berkelanjutan (mis., Penyakit menyakitkan yang
berkepanjangan dengan meningkatnya kecacatan, hidup dalam lingkungan yang penuh kejahatan).
Stres dapat memengaruhi satu individu, seluruh keluarga, atau kelompok atau komunitas yang lebih
besar (mis., Bencana alam).

Faktor Risiko dan Prognosis

Lingkugngan : Individu dari keadaan kehidupan yang kurang beruntung mengalami tingkat
stresor tinggi dan mungkin berisiko lebih tinggi untuk gangguan penyesuaian.

83
Diagnosis Banding

Gangguan depresi Mayor

PTSD dan Gangguan stress akut

Gangguan kepribadian

Faktor psikologis yang memengaruhi kondisi medis lain

Reaksi stress normatif

Komorbid

Gangguan penyesuaian dapat menyertai sebagian besar gangguan mental dan gangguan medis apa pun.
Gangguan penyesuaian dapat didiagnosis selain gangguan mental lain hanya jika yang terakhir tidak
menjelaskan gejala-gejala tertentu yang terjadi sebagai reaksi terhadap stresor. Sebagai contoh, seorang
individu dapat mengembangkan kelainan penyesuaian, dengan suasana hati yang tertekan, setelah
kehilangan pekerjaan dan pada saat yang sama memiliki diagnosis gangguan obsesif-kompulsif. Atau,
seorang individu mungkin memiliki gangguan depresi atau bipolar dan gangguan penyesuaian selama
kriteria keduanya terpenuhi. Gangguan penyesuaian adalah hal yang umum dari penyakit medis dan
mungkin merupakan respons psikologis utama terhadap gangguan medis.

Gangguan Terkait Truama dan Stressor Tertentu lainnya.

309.89 (F43.8)

Kriteria Diagnostik

Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala karakteristik gangguan terkait trauma dan stres
yang menyebabkan tekanan signifikan atau gangguan dalam sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi
penting lainnya mendominasi tetapi tidak memenuhi kriteria untuk setiap gangguan pada kriteria
diagnostik gangguan terkait trauma dan stres. Kategori gangguan terkait trauma dan stres spesifik
lainnya digunakan dalam situasi di mana dokter memilih untuk mengkomunikasikan alasan spesifik
bahwa presentasi tidak memenuhi kriteria untuk gangguan spesifik terkait trauma dan stres. Ini
dilakukan dengan mencatat "gangguan spesifik terkait trauma dan stres" yang diikuti oleh alasan
spesifik (mis., "Gangguan berkabung kompleks persisten"). Contoh yang dapat digolongkan "tertentu
lainnya" meliputi yang berikut:

1. Gangguan mirip gangguan penyesuaian dengan onset gejala tertunda yang terjadi lebih dari 3 bulan
setelah stresor.

2. Gangguan mirip gangguan dengan durasi lama lebih dari 6 bulan durasi stres yang berkepanjangan.

84
3. Ataquedenervios: Lihat “Glossary of Cultural Conceept of Distress” di Lampiran.

4. Sindrom budaya lainnya: Lihat “Glossary of Cultural Conceept of Distress” di Ap pendix.

5. Gangguan berkabung yang persisten kompleks: Gangguan ini ditandai dengan reaksi duka
berkabung yang parah (lihat bab “Conditions for Further Study”). 


Gangguan Terkait Trauma dan Stresor yang Tidak Spesifik

309.9 (F43.9)

Kriteria Diagnostik

Kategori ini berlaku untuk gejala dimana karakteristik gejala gangguan terkait trauma dan stres yang
menyebabkan tekanan signifikan atau gangguan dalam sosial, occupational, atau bidang fungsi penting
lainnya mendominasi tetapi tidak memenuhi kriteria klinis penuh untuk semua gangguan dalam kriteria
diagnostik gangguan terkait trauma dan stres. Kategori gangguan terkait trauma atau stres yang tidak
ditentukan digunakan dalam situasi di mana dokter memilih untuk tidak menentukan alasan bahwa
kriteria tidak terpenuhi untuk gangguan terkait trauma dan stres tertentu, dan termasuk adanya
kekurangan informasi untuk membuat diagnosis yang lebih spesifik (misalnya, dalam pengaturan ruang
gawat darurat).

85
Gangguan Disosiatif

Gangguan disosiatif ditandai oleh gangguan dan / atau diskontinuitas dalam integrasi
normal kesadaran, ingatan, identitas, emosi, persepsi, tubuh
representasi, kontrol motorik, dan perilaku. Gejala disosiatif berpotensi mengganggu setiap
bidang fungsi psikologis. Bab ini termasuk identitas disosiatif gangguan, amnesia disosiatif,
gangguan depersonalisasi / derealization, ditentukan lainnya gangguan disosiatif, dan
gangguan disosiatif yang tidak spesifik.
Gejala disosiatif dialami sebagai a) intrusi tanpa batas ke dalam kesadaran dan perilaku,
dengan hilangnya kontinuitas dalam pengalaman subjektif (mis., "positif" gejala disosiatif
seperti fragmentasi identitas, depersonalisasi, dan derealization) dan / atau b) ketidakmampuan
untuk mengakses informasi atau untuk mengontrol fungsi mental yang normal
siap menerima atau mengontrol (mis., gejala disosiatif 'negatif' seperti itu
sebagai amnesia).
Gangguan disosiatif sering ditemukan setelah trauma, dan banyak
dari gejala, termasuk rasa malu dan kebingungan tentang gejala atau keinginan untuk
menyembunyikannya, dipengaruhi oleh kedekatan dengan trauma. Pada DSM-5, gangguan
disosiatif ditempatkan di sebelah, tetapi bukan bagian dari, trauma dan stres yang berhubungan
dengan gangguan, mencerminkan hubungan erat antara kelas-kelas diagnostik ini. Keduanya
merupakan gangguan stres akut dan gangguan stres pascatrauma mengandung gejala disosiatif,
seperti amnesia, kilas balik, mati rasa, dan depersonalisasi / derealization.
Gangguan depersonalisasi / derealization ditandai oleh persisten yang signifikan secara
klinis atau depersonalisasi berulang (mis., pengalaman ketidaktahuan atau terlepas dari
seseorang pikiran, diri, atau tubuh) dan / atau derealization (mis., pengalaman
ketidakberpihakan atau detasemen dari
lingkungan seseorang). Perubahan pengalaman ini disertai dengan realitas yang utuh
pengujian. Tidak ada bukti perbedaan antara individu dengan yang dominan gejala
depersonalisasi versus derealisasi. Karena itu, individu dengan kelainan ini dapat memiliki
depersonalisasi, derealization, atau keduanya.
Amnesia disosiatif ditandai oleh ketidakmampuan untuk mengingat informasi
autobiografi. Amnesia ini dapat dilokalisasi (mis., Peristiwa atau periode waktu), selektif (mis.,
Spesifik aspek dari suatu peristiwa), atau digeneralisasi (yaitu, identitas dan riwayat hidup).
Amnesia disosiatif pada dasarnya ketidakmampuan untuk mengingat informasi otobiografi
yang tidak konsisten dengan normal lupa. Ini mungkin atau mungkin tidak melibatkan
perjalanan yang disengaja atau pengembaraan yang membingungkan (mis., fuga). Meskipun
beberapa individu dengan amnesia segera menyadari bahwa mereka telah "kehilangan waktu"
atau bahwa mereka memiliki celah dalam ingatan mereka, sebagian besar individu dengan
gangguan disosiatif pada awalnya tidak menyadari amnesia mereka. Bagi mereka, kesadaran
amnesia hanya terjadi saat pribadi
identitas hilang atau ketika keadaan membuat orang-orang ini sadar bahwa otobiografi
informasi tidak ada (mis., ketika mereka menemukan bukti peristiwa yang tidak dapat mereka
ingat atau ketika orang lain memberi tahu atau bertanya tentang peristiwa yang tidak dapat
mereka ingat). Sampai dan kecuali ini terjadi, orang-orang ini memiliki "amnesia untuk

86
amnesia mereka." Amnesia dialami sebagai hal yang esensial fitur amnesia disosiatif; individu
mungkin mengalami pelokalan atau selektif amnesia paling umum, atau amnesia umum jarang.
Fugue disosiatif jarang terjadi pada orang dengan amnesia disosiatif tetapi sering terjadi pada
gangguan identitas disosiatif.
Gangguan identitas disosiatif ditandai dengan a) adanya dua atau lebih yang berbeda
keadaan kepribadian atau pengalaman kepemilikan dan b) episode amnesia berulang.
Itufragmentasi identitas dapat bervariasi dari budaya (mis., presentasi bentuk kepemilikan) dan
keadaan.
Dengan demikian, individu dapat mengalami diskontinuitas dalam identitas dan ingatan itu
mungkin tidak segera terbukti bagi orang lain atau dikaburkan oleh upaya untuk
menyembunyikan disfungsi. Individu dengan pengalaman gangguan identitas disosiatif a)
gangguan yang berulang dan tidak dapat dijelaskan ke dalam fungsi sadar dan rasa diri mereka
(mis., suara; tindakan dan ucapan yang dipisahkan; pikiran, emosi, dan impuls yang
mengganggu), b) perubahan rasa diri (mis., sikap, preferensi, dan merasa seperti tubuh atau
tindakan seseorang bukan miliknya sendiri), c) perubahan persepsi yang aneh
(mis., depersonalisasi atau derealization, seperti perasaan terlepas dari tubuh seseorang saat
memotong), dan d) gejala neurologis fungsional intermiten. Stres sering menghasilkan transien
eksaserbasi gejala disosiatif yang membuatnya lebih jelas.
Kategori residual gangguan disosiatif spesifik lainnya memiliki tujuh contoh: kronis
atau berulang gejala disosiatif campuran yang mendekati, tetapi gagal, kriteria diagnostic untuk
gangguan identitas disosiatif; keadaan disosiatif sekunder dari pencucian otak atau reformasi
pemikiran; dua presentasi akut, dengan durasi kurang dari 1 bulan, dari disosiatif campuran
gejala, salah satunya juga ditandai oleh adanya gejala psikotik; dan tiga single-
gejala presentasi disosiatif — trans disosiatif, pingsan atau koma disosiatif, dan Sindrom
Ganser (pemberian jawaban perkiraan dan samar-samar).

Gangguan identitas disosiatif


Kriteria diagnostic 300.14 (F44.81)
A. Gangguan identitas yang ditandai oleh dua atau lebih kepribadian yang berbeda, yang
dapat digambarkan dalam beberapa budaya sebagai pengalaman kepemilikan.
Gangguan pada identitas melibatkan diskontinuitas yang ditandai dalam arti diri dan
rasa hak pilihan, disertai oleh perubahan terkait dalam pengaruh, perilaku, kesadaran,
memori, persepsi, kognisi, dan / atau fungsi motorik sensorik. Tanda dan gejala ini
dapat diamati oleh orang lain atau dilaporkan oleh individu.
B. Kesenjangan yang berulang dalam mengingat peristiwa sehari-hari, informasi pribadi
yang penting, dan / atau peristiwa traumatis yang tidak konsisten dengan lupa biasa.
C. Gejala-gejala tersebut menyebabkan distres atau gangguan klinis yang signifikan secara
sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
D. Gangguan itu bukan bagian normal dari praktik budaya atau agama yang diterima
secara luas. Catatan: Pada anak-anak, gejalanya tidak lebih baik dijelaskan oleh teman
bermain imajiner atau permainan fantasi lainnya.

87
E. Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (mis., blacl <out atau perilaku
kacau selama mabuk alkohol) atau kondisi medis lainnya
(mis., kejang parsial kompleks).

Fitur Diagnostik
Fitur yang menentukan gangguan identitas disosiatif adalah adanya dua atau lebih yang
berbeda keadaan kepribadian atau pengalaman kepemilikan (Kriteria A). Keterbukaan atau
kedekatan status kepribadian ini, bagaimanapun, bervariasi sebagai fungsi psikologis motivasi,
tingkat stres saat ini, budaya, konflik dan dinamika internal, dan emosional ketahanan.
Gangguan identitas yang berkelanjutan dapat terjadi ketika tekanan psikososial parah dan / atau
berkepanjangan. Dalam banyak kasus kepemilikan-bentuk identitas disosiatif gangguan, dan
dalam sebagian kecil kasus non-kepemilikan-bentuk, manifestasi dari alternative identitas
sangat terbuka. Sebagian besar individu dengan bentuk non-kepemilikan disosiatif
gangguan identitas tidak secara terbuka menunjukkan diskontinuitas identitas mereka untuk
waktu yang lama waktu; hanya sebagian kecil yang hadir untuk perhatian klinis dengan
pergantian yang dapat diamati identitas. Ketika keadaan kepribadian alternatif tidak diamati
secara langsung, gangguan tersebut dapat terjadi diidentifikasi oleh dua kelompok gejala: 1)
perubahan mendadak atau diskontinuitas dalam arti diri dan perasaan agen (Kriteria A), dan 2)
amnesia disosiatif berulang (Kriteria B).
Kriteria Gejala terkait dengan diskontinuitas pengalaman yang dapat memengaruhi apa
pun aspek fungsi individu. Individu dengan gangguan identitas disosiatif dapat melaporkan
perasaan bahwa mereka tiba-tiba menjadi pengamat pribadi mereka "memiliki" ucapan dan
tindakan, yang mereka rasa tidak berdaya untuk dihentikan (rasa diri). Individu seperti itu
juga dapat melaporkan persepsi suara (mis., suara anak; menangis; suara a makhluk spiritual).
Dalam beberapa kasus, suara dialami sebagai banyak, membingungkan, independent pikiran
mengalir di mana individu tidak mengalami kontrol. Emosi yang kuat, impuls, dan bahkan
ucapan atau tindakan lain mungkin tiba-tiba muncul, tanpa rasa pribadi kepemilikan atau
kendali (sense of agency). Emosi dan impuls ini sering terjadi dilaporkan sebagai ego-dystonic
dan membingungkan. Sikap, pandangan, dan preferensi pribadi (mis., tentang makanan,
aktivitas, pakaian) mungkin tiba-tiba bergeser dan kemudian bergeser kembali. Individu
mungkin
melaporkan bahwa tubuh mereka terasa berbeda (misalnya, seperti anak kecil, seperti lawan
jenis, besar dan berotot). Perubahan dalam arti diri dan kehilangan agensi pribadi dapat disertai
oleh perasaan bahwa sikap, emosi, dan perilaku ini — bahkan tubuh seseorang — adalah
"Bukan milikku" dan / atau "tidak di bawah kendali saya." Meskipun sebagian besar gejala
Kriteria A adalah subyektif, banyak dari diskontinuitas tiba-tiba ini dalam berbicara,
mempengaruhi, dan perilaku dapat disaksikan oleh keluarga, teman, atau dokter. Kejang non-
epilepsi dan konversi lainnya gejala yang menonjol pada beberapa presentasi gangguan
identitas disosiatif, terutama dalam beberapa pengaturan non-Westem.
Amnesia disosiatif individu dengan gangguan identitas disosiatif bermanifestasi dalam
tiga cara utama: sebagai 1) kesenjangan dalam memori jauh dari peristiwa kehidupan pribadi
(mis., periode masa kanak-kanak atau remaja; beberapa peristiwa penting dalam kehidupan,
seperti kematian kakek-nenek, menikah, melahirkan); 2) hilang dalam memori yang dapat
diandalkan (mis., Dari apa yang terjadi hari ini, keterampilan yang dikenal dengan baik seperti

88
bagaimana melakukan pekerjaan mereka, menggunakan komputer, membaca, mengemudi);
dan
3) penemuan bukti tindakan dan tugas sehari-hari yang tidak mereka ingat lakukan (mis.,
menemukan benda-benda yang tidak dapat dijelaskan dalam tas belanja mereka atau di antara
barang milik mereka; menemukan tulisan atau gambar yang membingungkan yang harus
mereka buat; menemukan cedera; "Datang ke" di tengah melakukan sesuatu). Fugue disosiatif,
di mana orang tersebut menemukan perjalanan yang terpisah, adalah hal biasa. Dengan
demikian, individu dengan gangguan identitas disosiatif
dapat melaporkan bahwa mereka tiba-tiba menemukan diri mereka di pantai, di tempat kerja,
di klub malam, atau di suatu tempat di rumah (mis., di lemari, di tempat tidur atau sofa, di
sudut) dengan no memori bagaimana mereka datang ke sana. Amnesia pada individu dengan
gangguan identitas disosiatif tidak terbatas pada peristiwa stres atau traumatis; orang-orang ini
sering tidak dapat mengingat acara sehari-hari juga.
Individu dengan gangguan identitas disosiatif bervariasi dalam kesadaran dan sikap
mereka terhadap amnesia mereka. Adalah umum bagi orang-orang ini untuk meminimalkan
gejala amnestik mereka. Beberapa perilaku amnestik mereka mungkin tampak jelas bagi orang
lain — seperti ketika orang-orang ini jangan mengingat sesuatu yang mereka saksikan telah
lakukan atau katakan, ketika mereka tidak bisa ingat nama mereka sendiri, atau ketika mereka
tidak mengenali pasangan mereka, anak-anak, atau orang yang dekat teman.
Identitas bentuk-kepemilikan dalam gangguan identitas disosiatif biasanya
bermanifestasi sebagai perilaku yang muncul seolah-olah "roh," makhluk gaib, atau orang luar
telah mengambil kendali, sedemikian rupa sehingga individu mulai berbicara atau bertindak
dengan cara yang jelas berbeda. Sebagai contoh, perilaku seseorang dapat memberikan kesan
bahwa identitasnya telah digantikan oleh "hantu" dari seorang gadis yang bunuh diri di
komunitas yang sama tahun sebelumnya, berbicara dan bertindak seolah-olah dia masih hidup.
Atau seorang individu dapat "diambil lebih dari "oleh setan atau dewa, mengakibatkan
kerusakan yang mendalam, dan menuntut individu itu atau seorang kerabat dihukum karena
tindakan masa lalu, diikuti oleh periode identitas yang lebih halus perubahan. Namun,
mayoritas negara kepemilikan di seluruh dunia adalah normal, biasanya bagian dari latihan
spiritual, dan tidak memenuhi kriteria untuk disor identitas identitas der. Identitas yang muncul
selama kepemilikan-bentuk gangguan identitas disosiatif hadir berulang-ulang, tidak
diantisipasi dan disengaja, menyebabkan tekanan atau kerusakan klinis yang signifikan
(Kriteria C), dan bukan merupakan bagian normal dari budaya atau agama yang diterima secara
luas praktek (Kriteria D).
Fitur pendukung diagnosis
Individu dengan gangguan identitas disosiatif biasanya mengalami depresi
komorbiditas, kecemasan, penyalahgunaan zat, cedera diri, kejang non-epilepsi, atau gejala
umum lainnya. Mereka sering menyembunyikan, atau tidak sepenuhnya menyadari, gangguan
dalam kesadaran, amnesia,
atau gejala disosiatif lainnya. Banyak orang dengan laporan gangguan identitas disosiatif kilas
balik disosiatif di mana mereka menjalani pengindeksan kembali sensorik dari sebelumnya
Peristiwa seolah-olah itu terjadi di masa sekarang, sering dengan perubahan identitas, sebagian
atau benar-benar kehilangan kontak dengan atau disorientasi dengan realitas saat ini selama
kilas balik, dan amnesia berikutnya untuk konten kilas balik. Individu dengan gangguan

89
tersebut biasanya melaporkan beberapa jenis penganiayaan antarpribadi selama masa kanak-
kanak dan dewasa. Bentuk nonmaltreatment dari peristiwa kehidupan awal yang luar biasa,
seperti beberapa panjang, prosedur medis awal kehidupan yang menyakitkan, juga dapat
dilaporkan. Mutilasi diri dan bunuh diri perilaku sering terjadi. Pada tindakan standar, orang-
orang ini melaporkan tingkat yang lebih tinggi hipnotizabilitas dan disosiativitas dibandingkan
dengan kelompok klinis lain dan kontrol sehat mata pelajaran. Beberapa individu mengalami
fenomena atau episode psikotik sementara. Beberapa daerah otak telah terlibat dalam
patofisiologi identitas disosiatif gangguan, termasuk korteks orbitofrontal, hippocampus, gyrus
parahippocampal, dan
amigdala.

Prevalensi
Prevalensi gangguan identitas disosiatif selama 12 bulan di antara orang dewasa di A.S.
kecil studi komunitas adalah 1,5%. Prevalensi antar jenis kelamin dalam penelitian itu adalah
1,6% untuk pria dan 1,4% untuk wanita.

Pengenbangan dan kursus


Gangguan identitas disosiatif dikaitkan dengan pengalaman yang luar biasa, traumatis
peristiwa, dan / atau pelecehan yang terjadi di masa kecil. Gangguan penuh pertama-tama dapat
bermanifestasi hamper segala usia (dari masa kanak-kanak paling awal hingga akhir
kehidupan). Disosiasi pada anak-anak dapat terjadi masalah dengan memori, konsentrasi,
lampiran, dan permainan traumatis. Meskipun demikian, anak-anak biasanya tidak hadir
dengan perubahan identitas; sebaliknya mereka hadir terutama dengan tumpang tindih dan
gangguan di antara kondisi mental (Kriteria A fenomena), dengan gejala terkait untuk
diskontinuitas pengalaman. Tiba-tiba perubahan identitas selama masa remaja dapat muncul
menjadi hanya kekacauan remaja atau tahap awal dari gangguan mental lain. Lebih tua individu
dapat datang ke pengobatan dengan apa yang tampak sebagai gangguan mood akhir hidup,
obsesif- gangguan kompulsif, paranoia, gangguan mood psikotik, atau bahkan gangguan
kognitif karena amnesia disosiatif. Dalam beberapa kasus, pengaruh gangguan dan ingatan
mungkin terjadi semakin menyusup ke dalam kesadaran dengan bertambahnya usia.
Dekompensasi psikologis dan perubahan identitas yang terang-terangan dapat dipicu
oleh 1) penghapusan dari situasi yang menimbulkan trauma (mis., dengan meninggalkan
rumah); 2) milik individu anak-anak mencapai usia yang sama ketika individu tersebut semula
dilecehkan atau trauma; 3) pengalaman traumatis kemudian, bahkan yang nampaknya tidak
penting, seperti anak di bawah umur kecelakaan kendaraan bermotor; atau 4) kematian, atau
timbulnya penyakit fatal di, pelakunya.

Faktor risiko dan prognosis


Lingkungan. Pelecehan fisik dan seksual antar pribadi dikaitkan dengan peningkatan
risiko gangguan identitas disosiatif. Prevalensi pelecehan dan penelantaran masa kecil di
Indonesia Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa di antara mereka yang mengalami kelainan

90
adalah sekitar 90%. Lain bentuk pengalaman trauma, termasuk prosedur medis dan bedah masa
kecil, perang, pelacuran anak-anak, dan terorisme, telah dilaporkan.
Pengubah saja. Penyalahgunaan yang sedang berlangsung, retraumatization di
kemudian hari, komorbiditas dengan mental gangguan, penyakit medis yang parah, dan
keterlambatan dalam perawatan yang sesuai dikaitkan dengan prognosis yang lebih buruk.

Diagnostik berhubungan dengan budaya


Banyak fitur gangguan identitas disosiatif dapat dipengaruhi oleh budaya individu Latar
Belakang. Individu dengan gangguan ini dapat hadir dengan menonjol secara medis gejala
neurologis yang tidak dapat dijelaskan, seperti kejang non-epilepsi, lumpuh, atau sensorik
kehilangan, dalam pengaturan budaya di mana gejala seperti itu biasa terjadi. Demikian pula
dalam pengaturan di mana kepemilikan normatif adalah umum (mis., daerah pedesaan di
negara berkembang, di antara yang tertentu
kelompok keagamaan di Amerika Serikat dan Eropa), identitas yang terfragmentasi dapat
mengambil bentuk memiliki roh, dewa, setan, binatang, atau tokoh mitos. Akulturasi atau
kontak antar budaya yang berkepanjangan dapat membentuk karakteristik identitas lain (mis.,
identitas di India dapat berbicara bahasa Inggris secara eksklusif dan mengenakan pakaian
Barat). Bentuk kepemilikan gangguan identitas disosiatif dapat dibedakan dari kepemilikan
yang diterima secara budaya
menyatakan bahwa yang pertama tidak disengaja, menyusahkan, tidak terkendali, dan sering
berulang atau gigih; melibatkan konflik antara individu dan sekitarnya lingkungan keluarga,
sosial, atau pekerjaan; dan dimanifestasikan pada waktu dan di tempat yang melanggar norma-
norma budaya atau agama.

Diagnostik berhubungan jenis kelamin


Wanita dengan gangguan identitas disosiatif mendominasi dalam pengaturan klinis
orang dewasa tetapi tidak dalam pengaturan klinis anak. Pria dewasa dengan gangguan
identitas disosiatif dapat menyangkal mereka
gejala dan riwayat trauma, dan ini dapat menyebabkan peningkatan tingkat diagnosis negatif
palsu. Wanita dengan gangguan identitas disosiatif hadir lebih sering dengan akut keadaan
disosiatif (mis., kilas balik, amnesia, fugue, neurologis fungsional [konversi] gejala, halusinasi,
melukai diri sendiri). Laki-laki umumnya menunjukkan lebih banyak kriminal atau kekerasan
perilaku dari wanita; di antara laki-laki, pemicu umum keadaan disosiatif akut termasuk
pertempuran, kondisi penjara, dan serangan fisik atau seksual.

Risiko Bunuh Diri


Lebih dari 70% pasien rawat jalan dengan gangguan identitas disosiatif telah mencoba
bunuh diri; berganda upaya adalah umum, dan perilaku mencederai diri sendiri sering terjadi.
Penilaian terhadap risiko bunuh diri mungkin rumit ketika ada amnesia untuk perilaku bunuh
diri di masa lalu atau ketika identitas yang hadir tidak merasa ingin bunuh diri dan tidak
menyadari bahwa identitas yang dipisahkan lainnya melakukan.

91
Konsekuensi Fungsional Gangguan identitas disosiatif
Kerusakan sangat bervariasi, dari yang tampaknya minimal (mis., Pada profesional
yang berfungsi tinggi) untuk mendalam. Terlepas dari tingkat kecacatan, individu dengan
identitas disosiatif gangguan biasanya meminimalkan dampak dari gejala disosiatif dan
posttraumatic mereka.
Gejala individu yang berfungsi lebih tinggi dapat merusak hubungan, perkawinan, keluarga,
dan fungsi pengasuhan anak lebih dari pekerjaan dan kehidupan profesional mereka (meskipun
yang terakhir juga dapat terpengaruh). Dengan perawatan yang tepat, banyak individu yang
mengalami gangguan menunjukkan peningkatan nyata dalam fungsi pekerjaan dan pribadi.
Namun, beberapa tetap sangat terganggu dalam sebagian besar aktivitas kehidupan. Orang-
orang ini hanya boleh menanggapi pengobatan dengan sangat lambat, dengan pengurangan
bertahap atau peningkatan toleransi gejala disosiatif dan posttraumatic mereka. Perawatan
suportif jangka panjang mungkin perlahan-lahan tingkatkan kemampuan orang-orang ini untuk
mengelola gejala mereka dan mengurangi penggunaan
tingkat perawatan yang lebih ketat.

Diagnosis Banding
Gangguan disosiatif spesifik lainnya. Inti dari gangguan identitas disosiatif adalah
pembagian identitas, dengan gangguan berulang pada fungsi sadar dan perasaan diri. Fitur
sentral ini dibagi dengan satu bentuk gangguan disosiatif tertentu lainnya, yang dapat
dibedakan dari gangguan identitas disosiatif dengan adanya kronis atau berulang gejala
disosiatif campuran yang tidak memenuhi Kriteria A untuk identitas disosiatif gangguan atau
tidak disertai dengan amnesia berulang.
Gangguan depresi berat. Individu dengan gangguan identitas disosiatif sering
mengalami depresi, dan gejalanya dapat memenuhi kriteria untuk episode depresi mayor.
Penilaian yang ketat menunjukkan bahwa depresi ini dalam beberapa kasus tidak memenuhi
kriteria penuh gangguan depresi mayor. Gangguan depresi spesifik lainnya pada individu
dengan disosiatif gangguan identitas sering memiliki fitur penting: suasana hati yang depresi
dan kognisi berfluktuasi karena mereka berpengalaman di beberapa negara identitas tetapi tidak
yang lain.
Gangguan bipolar. Individu dengan gangguan identitas disosiatif sering salah
didiagnosis dengan gangguan bipolar, paling sering gangguan bipolar II. Pergeseran relatif
cepat di mood pada individu dengan gangguan ini — biasanya dalam beberapa menit atau jam,
berbeda dengan perubahan mood yang lebih lambat biasanya terlihat pada individu dengan
gangguan bipolar — disebabkan oleh perubahan mood yang cepat dan subyektif biasanya
dilaporkan di seluruh kondisi disosiatif disertai dengan fluktuasi tingkat aktivasi. Selanjutnya,
secara disosiatif gangguan identitas, suasana hati yang meningkat atau tertekan dapat
ditampilkan dalam hubungannya dengan terang-terangan identitas, sehingga satu atau suasana
hati lain mungkin mendominasi untuk jangka waktu yang relatif lama (sering selama berhari-
hari) atau dapat berubah dalam beberapa menit.

92
Gangguan stres pascatrauma. Beberapa individu yang mengalami trauma memiliki
keduanya pasca trauma stres gangguan (PTSD) dan gangguan identitas disosiatif. Karena itu,
sangat penting untuk membedakan antara individu dengan PTSD saja dan individu yang
memiliki PTSD dan gangguan identitas disosiatif. Diagnosis banding ini mengharuskan dokter
untuk menentukan ada atau tidak adanya gejala disosiatif yang bukan merupakan karakteristik
akut gangguan stres atau PTSD. Beberapa individu dengan PTSD menunjukkan gejala
disosiatif itu
juga terjadi pada gangguan identitas disosiatif: 1) amnesia untuk beberapa aspek trauma, 2)
disosiatif kilas balik (yaitu, menghidupkan kembali trauma, dengan kesadaran berkurang arus
seseorang orientasi), dan 3) gejala intrusi dan penghindaran, perubahan negatif dalam kognisi
dan suasana hati, dan hyperarousal yang difokuskan di sekitar peristiwa traumatis. Di sisi lain
tangan, individu dengan gangguan identitas disosiatif memanifestasikan gejala disosiatif itu
bukan merupakan manifestasi PTSD: 1) amnesia untuk banyak kejadian sehari-hari (mis.,
nontraumatic), 2) flashback disosiatif yang dapat diikuti oleh amnesia untuk konten flashback,
3) intrusi mengganggu (tidak terkait dengan materi traumatis) oleh negara identitas yang
dipisahkan ke dalam perasaan diri dan hak pilihan individu, dan 4) perubahan yang jarang dan
penuhdi antara berbagai negara identitas.
Gangguan psikotik. Gangguan identitas disosiatif dapat dikacaukan dengan
skizofrenia atau gangguan psikotik lainnya. Suara-suara batin yang dipersonifikasikan,
komunikasi internal gangguan identitas disosiatif, terutama anak-anak (mis., "Saya mendengar
seorang gadis kecil menangis di a
lemari dan seorang pria yang marah berteriak padanya "), mungkin keliru karena halusinasi
psikotik. Pengalaman disosiatif dari fragmentasi identitas atau kepemilikan, dan kehilangan
yang dirasakan kontrol atas pikiran, perasaan, impuls, dan tindakan, mungkin dikacaukan
dengan tanda-tanda formal gangguan pikiran, seperti penyisipan atau penarikan pikiran.
Individu dengan disosiatif gangguan identitas juga dapat melaporkan halusinasi visual, taktil,
penciuman, gustatory, dan somatik, yang biasanya terkait dengan faktor posttraumatic dan
disosiatif, seperti parsial kilas balik. Individu dengan gangguan identitas disosiatif mengalami
gejala-gejala ini sebagai disebabkan oleh identitas alternatif, tidak memiliki penjelasan
khayalan untuk fenomena tersebut, dan sering menggambarkan gejalanya dengan cara yang
dipersonifikasikan (mis., "Saya merasa seperti orang lain inginkan menangis dengan mata saya
"). Penganiayaan dan merendahkan suara internal dalam identitas disosiatif gangguan yang
terkait dengan gejala depresi dapat salah didiagnosis sebagai depresi berat dengan fitur
psikotik. Perubahan identitas yang kacau dan intrusi akut yang mengganggu pikiran proses
dapat dibedakan dari gangguan psikotik singkat dengan dominasi disosiatif
gejala dan amnesia untuk episode tersebut, dan evaluasi diagnostik setelah penghentian krisis
dapat membantu mengkonfirmasi diagnosis.
Gangguan zat / obat yang diinduksi. Gejala yang berhubungan dengan fisiologis efek
suatu zat dapat dibedakan dari gangguan identitas disosiatif jika zat tersebut dalam pertanyaan
tersebut dinilai secara etiologis terkait dengan gangguan tersebut.
Gangguan kepribadian. Individu dengan gangguan identitas disosiatif sering
menunjukkan identitas yang tampaknya merangkum berbagai fitur gangguan kepribadian yang
parah, menunjukkan a Diagnosis banding gangguan kepribadian, terutama tipe batas. Penting,
Namun, variabilitas longitudinal individu dalam gaya kepribadian (karena inkonsistensi di

93
antara identitas) berbeda dari disfungsi yang meresap dan persisten dalam mempengaruhi
manajemen dan hubungan antar pribadi yang tipikal dengan gangguan kepribadian.
Gangguan konversi (gangguan gejala neurologis fungsional). Gangguan ini
mungkin dibedakan dari gangguan identitas disosiatif dengan tidak adanya gangguan identitas
dicirikan oleh dua atau lebih keadaan kepribadian yang berbeda atau pengalaman kepemilikan.
Amnesia disosiatif pada gangguan konversi lebih terbatas dan terbatas (mis., Amnesia untuk
kejang non-epilepsi).
Gangguan kejang. Individu dengan gangguan identitas disosiatif dapat datang dengan
kejang gejala dan perilaku yang menyerupai kejang parsial kompleks dengan temporal fokus
lobus. Ini termasuk déjà vu, jamais vu, depersonalisasi, derealization, out-of-body pengalaman,
amnesia, gangguan kesadaran, halusinasi, dan gangguan lainnya fenomena sensasi, pengaruh,
dan pemikiran. Temuan elektroensefalografi normal, termasuk telemetri, membedakan kejang
non-epilepsi dari gejala mirip kejang
Gangguan identitas disosiatif. Juga, individu dengan gangguan identitas disosiatif
memperoleh skor disosiasi sangat tinggi, sedangkan individu dengan kejang parsial kompleks
tidak.
Gangguan buatan dan malingering. Individu yang berpura-pura gangguan identitas
disosiatif jangan melaporkan gejala intrusi karakteristik halus dari gangguan; sebagai gantinya
mereka cenderung melaporkan gejala gangguan yang dipublikasikan secara luas, seperti
disosiatif
amnesia, sambil melaporkan gejala komorbiditas yang kurang dipublikasikan, seperti depresi.
Individu yang berpura-pura gangguan identitas disosiatif cenderung relatif tidak terganggu oleh
atau bahkan tampaknya menikmati "mengalami" gangguan tersebut. Sebaliknya, individu
dengan yang asli gangguan identitas disosiatif cenderung malu dan kewalahan oleh gejalanya
dan untuk melaporkan gejala mereka atau menyangkal kondisi mereka. Pengamatan berurutan,
menguatkan
sejarah, dan penilaian psikometri dan psikologis yang intensif mungkin
membantu dalam penilaian. Individu yang berpura-pura gangguan identitas disosiatif biasanya
membuat terbatas, stereotip identitas alternatif, dengan amnesia pura-pura, terkait dengan
peristiwa yang menjadi keuntungannya
dicari. Misalnya, mereka dapat menunjukkan identitas "semua baik" dan identitas "semua
buruk" di harapan mendapatkan pengusiran untuk kejahatan.

Komorbiditas
Banyak orang dengan gangguan identitas disosiatif datang dengan gangguan
komorbiditas. Jika tidak dinilai dan diobati secara khusus untuk gangguan disosiatif, orang-
orang ini sering menerima pengobatan jangka panjang hanya untuk diagnosis komorbiditas,
dengan pengobatan keseluruhan terbatas respon dan demoralisasi yang dihasilkan, dan
kecacatan.
Individu dengan gangguan identitas disosiatif biasanya menunjukkan sejumlah besar
komorbiditas gangguan. Secara khusus, sebagian besar mengembangkan PTSD. Gangguan lain
yang sangat komorbiditas dengan gangguan identitas disosiatif termasuk gangguan depresi,

94
trauma dan
gangguan yang berhubungan dengan stresor, gangguan kepribadian (terutama kepribadian
avoidant dan borderline) gangguan), gangguan konversi (gangguan gejala neurologis
fungsional), gangguan gejala somatik, gangguan makan, gangguan terkait zat, obsesif-
kompulsif gangguan, dan gangguan tidur. Perubahan disosiatif dalam identitas, memori, dan
kesadaran dapat mempengaruhi presentasi gejala gangguan komorbiditas.
Amnesia Disosiatif
Kriteria Diagnosis 300.12 (f44.0)
A. Ketidakmampuan untuk mengingat informasi autobiografi yang penting, biasanya
karena traumatis atau sifat stres, yang tidak konsisten dengan lupa biasa. Catatan: Amnesia
disosiatif paling sering terdiri dari amnesia lokal atau selektif untuk a peristiwa atau peristiwa
tertentu; atau amnesia umum untuk identitas dan sejarah hidup.
B. Gejala-gejala tersebut menyebabkan distres atau gangguan sosial yang signifikan
secara klinis, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
C. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (mis., Alkohol atau obat
pelecehan lainnya, obat-obatan) atau kondisi neurologis atau medis lainnya (mis., kejang
kompleks parsial, amnesia global transien, gejala sisa cedera kepala tertutup / cedera otak
traumatis, kondisi neurologis lainnya).
D. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan identitas disosiatif, pasca
trauma gangguan stres, gangguan stres akut, gangguan gejala somatik, atau neurokognitif
mayor atau ringan kekacauan.
Catatan pengkodean: Kode untuk amnesia disosiatif tanpa fugue disosiatif adalah 300,12
(F44.0). Kode untuk amnesia disosiatif dengan fugue disosiatif adalah 300,13 (F44.1).
Tentukan jika; 300.13 (F44.1) Dengan fugue disosiatif: Perjalanan yang disengaja atau
membingungkan pengembaraan yang dikaitkan dengan amnesia untuk identitas atau untuk
otobiografi penting lainnya informasi.

Fitur Diagnosis
Karakteristik utama dari amnesia disosiatif adalah ketidakmampuan untuk mengingat
autobiografi yang penting informasi bahwa 1) harus berhasil disimpan dalam memori dan 2)
biasanya akan mudah diingat (Kriteria A). Amnesia disosiatif berbeda dari amnesia permanen
karena kerusakan neurobiologis atau toksisitas yang mencegah penyimpanan memori atau
pengambilan karena selalu berpotensi reversibel karena memori telah berhasil disimpan.
Amnesia terlokalisasi, kegagalan untuk mengingat peristiwa selama periode waktu
terbatas, adalah bentuk paling umum dari amnesia disosiatif. Amnesia lokal mungkin lebih luas
dari amnesia untuk peristiwa traumatis tunggal (mis., berbulan-bulan atau bertahun-tahun
terkait dengan pelecehan anak atau intens tempur). Dalam amnesia selektif, individu dapat
mengingat beberapa, tetapi tidak semua, peristiwa selama periode waktu terbatas. Dengan
demikian, individu dapat mengingat bagian dari trauma acara tetapi tidak bagian lain. Beberapa
individu melaporkan amnesia lokal dan selektif.

95
Amnesia umum, kehilangan ingatan total untuk riwayat hidup seseorang, jarang terjadi.
Individu dengan amnesia umum dapat melupakan identitas pribadi. Beberapa kehilangan
pengetahuan sebelumnya tentang dunia (mis., pengetahuan semantik) dan tidak dapat lagi
mengakses keterampilan yang dipelajari dengan baik (mis., pengetahuan prosedural). Amnesia
menyeluruh memiliki onset akut; kebingungan, disorientasi, dan biasanya berkeliaran tanpa
tujuan dari individu-individu dengan amnesia umum membawa mereka ke perhatian polisi atau
layanan darurat psikiatris. Disamaratakan amnesia mungkin lebih umum di antara veteran
perang, korban kekerasan seksual, dan individu
mengalami tekanan atau konflik emosional yang ekstrem.
Individu dengan amnesia disosiatif sering tidak sadar (atau hanya sebagian sadar)
masalah memori mereka. Banyak, terutama mereka yang mengalami amnesia terlokalisasi,
meminimalisir pentingnya kehilangan ingatan mereka dan mungkin menjadi tidak nyaman
ketika diminta untuk mengatasinya saya t. Dalam amnesia sistematis, individu kehilangan
memori untuk kategori informasi tertentu (mis., semua kenangan yang berkaitan dengan
keluarga seseorang, orang tertentu, atau masa kanak-kanak pelecehan seksual). Dalam amnesia
berkelanjutan, seorang individu lupa setiap peristiwa baru saat itu terjadi.

Fitur Pendukung Diagnosis


Banyak orang dengan amnesia disosiatif mengalami gangguan kronis dalam
kemampuannya membentuk dan mempertahankan hubungan yang memuaskan. Sejarah
trauma, pelecehan anak, dan viktimisasi itu biasa. Beberapa individu dengan amnesia disosiatif
melaporkan kilas balik disosiatif
(mis., pengalaman ulang perilaku peristiwa traumatis). Banyak yang memiliki riwayat
selfmutilation, upaya bunuh diri, dan perilaku berisiko tinggi lainnya. Depresif dan fungsional
gejala neurologis adalah umum, seperti juga depersonalisasi, gejala auto-hipnosis, dan
hipnotizabilitas tinggi. Disfungsi seksual sering terjadi. Cidera otak traumatis ringan dapat
mendahului amnesia disosiatif.

Prevalensi
Prevalensi 12 bulan untuk amnesia disosiatif di antara orang dewasa di komunitas A.S. kecil
studi adalah 1,8% (1,0% untuk pria; 2,6% untuk wanita).

Pengembangan dan Kursus


Onset amnesia menyeluruh biasanya tiba-tiba. Sedikit yang diketahui tentang
permulaan local dan amnesi selektif karena amnesia ini jarang terbukti, bahkan untuk individu.
Meskipun kejadian yang luar biasa atau tidak dapat ditoleransi biasanya mendahului amnesia
terlokalisasi, onsetnya mungkin tertunda selama berjam-jam, berhari-hari, atau lebih lama.
Individu dapat melaporkan beberapa episode amnesia disosiatif. Satu episode dapat
mempengaruhi episode mendatang. Di antara episode amnesia, individu dapat atau mungkin
tidak menunjukkan gejala akut. Durasi acara yang terlupakan dapat berkisar dari menit ke
dekade. Beberapa episode amnesia disosiatif sembuh dengan cepat (mis.,
96
ketika orang tersebut dikeluarkan dari pertempuran atau situasi stres lainnya), sedangkan
lainnya episode bertahan untuk jangka waktu yang lama. Beberapa individu mungkin secara
bertahap mengingat yang dipisahkan kenangan bertahun-tahun kemudian. Kapasitas disosiatif
dapat menurun dengan bertambahnya usia, tetapi tidak selalu. Ketika amnesia timbul, mungkin
ada tekanan yang cukup besar, perilaku bunuh diri, dan
gejala gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Amnesia disosiatif telah diamati pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Anak-anak
mungkin yang paling sulit dievaluasi karena mereka sering mengalami kesulitan memahami
pertanyaan tentang amnesia, dan pewawancara mungkin merasa kesulitan untuk merumuskan
persahabatan anak pertanyaan tentang ingatan dan amnesia. Pengamatan amnesia disosiatif
yang jelas seringkali sulit dibedakan dari kurangnya perhatian, penyerapan, kecemasan,
pertentangan perilaku, dan gangguan belajar. Laporan dari beberapa sumber berbeda (mis.,
Guru, terapis, pekerja kasus) mungkin diperlukan untuk mendiagnosis amnesia pada anak-
anak.

Faktor RIsiko dan Prognosis


Lingkungan. Pengalaman traumatis tunggal atau berulang (mis., Perang, penganiayaan
masa kecil, bencana alam, interniran di kamp konsentrasi, genosida) adalah hal yang umum
cedents. Amnesia disosiatif lebih mungkin terjadi dengan 1) jumlah yang lebih besar
merugikan pengalaman masa kecil, khususnya kekerasan fisik dan / atau seksual, 2) kekerasan
antarpribadi; dan 3) meningkatnya keparahan, frekuensi, dan kekerasan trauma.
Genetik dan fisiologis. Tidak ada studi genetik amnesia disosiatif. Studi laporan
disosiasi faktor genetik dan lingkungan yang signifikan baik dalam klinis dan sampel nonklinis.
Pengubah saja. Penghapusan dari keadaan traumatis yang mendasari disosiatif
amnesia (mis., pertempuran) dapat mengembalikan memori dengan cepat. Kehilangan memori
individu dengan fugue disosiatif mungkin terutama refraktori. Bisa timbul gejala PTSD
mengurangi amnesia lokal, selektif, atau sistematis. Memori yang kembali, bagaimanapun,
mungkin dialami sebagai kilas balik yang bergantian dengan amnesia untuk konten kilas balik.

Diagnosis berhubungan dengan Budaya


Di Asia, Timur Tengah, dan Amerika Latin, kejang non-epilepsi dan fungsional lainnya
gejala neurologis dapat menyertai amnesia disosiatif. Dalam budaya dengan sangat ketat tradisi
sosial, para pendahulunya amnesia disosiatif sering tidak terlibat trauma jujur. Sebaliknya,
amnesia didahului oleh tekanan atau konflik psikologis yang parah (mis., konflik perkawinan,
gangguan keluarga lainnya, masalah kelekatan, konflik yang disebabkan
pembatasan atau penindasan).

Risiko Bunuh Diri

97
Perilaku bunuh diri dan perilaku merusak diri sendiri umum terjadi pada individu
dengan disosiatif amnesia. Perilaku bunuh diri bisa menjadi risiko khusus ketika amnesia tiba-
tiba muncul dan membanjiri individu dengan ingatan yang tak tertahankan

Konsekuensi fungsional dari disosiatif amnesia


Kerusakan individu dengan amnesia disosiatif lokal, selektif, atau sistematis berkisar
dari terbatas hingga parah. Individu dengan amnesia disosiatif umum yang kronis biasanya
mengalami gangguan pada semua aspek fungsi. Bahkan ketika orang-orang ini "mempelajari
kembali" aspek sejarah hidup mereka, ingatan autobiografis tetap sangat terganggu.
Sebagian besar menjadi cacat vokasi dan interpersonal.

Diagnosis banding
Gangguan identitas disosiatif. Individu dengan amnesia disosiatif dapat melaporkan
depersonalisasi dan gejala auto-hipnosis. Individu dengan gangguan identitas disosiatif
melaporkan diskontinuitas meresap dalam arti diri dan hak pilihan, disertai oleh banyak orang
gejala disosiatif lainnya. Amnesia individu dengan lokal, selektif, dan / atau amnesia disosiatif
sistematis relatif stabil. Anmesias dalam identitas disosiatif
gangguan termasuk amnesia untuk peristiwa sehari-hari, menemukan harta yang tidak dapat
dijelaskan, fluktuasi mendadak dalam keterampilan dan pengetahuan, kesenjangan besar dalam
mengingat sejarah kehidupan, dan singkat kesenjangan amnesik dalam interaksi interpersonal.
Gangguan stres pascatrauma. Beberapa individu dengan PTSD tidak dapat
mengingat sebagian atau seluruhnya peristiwa traumatis tertentu (mis., korban perkosaan
dengan depersonalisasi dan / atau dereisasi gejala yang tidak dapat mengingat sebagian besar
peristiwa sepanjang hari pemerkosaan). Saat itu amnesia meluas melampaui waktu langsung
trauma, diagnosis komorbiditas disosiatif amnesia dijamin.
Gangguan neurokognitif. Dalam gangguan neurokognitif, kehilangan memori untuk
informasi pribadi biasanya tertanam dalam kognitif, linguistik, afektif, perhatian, dan perilaku
gangguan. Dalam amnesia disosiatif, defisit memori terutama untuk otobiografi informasi;
kemampuan intelektual dan kognitif dipertahankan.
Gangguan terkait zat. Dalam konteks keracunan berulang dengan alkohol atau zat /
obat lain, mungkin ada episode "^ kekurangan" atau periode yang mana individu tidak memiliki
memori. Untuk membantu membedakan episode-episode ini dari amnesia disosiatif, sejarah
longitudinal yang mencatat bahwa episode amnestik hanya terjadi dalam konteks keracunan
dan tidak terjadi dalam situasi lain akan membantu mengidentifikasi sumber sebagai substansi
diinduksi; Namun perbedaannya mungkin sulit ketika individu dengan disosiatif amnesia juga
dapat menyalahgunakan alkohol atau zat lain dalam konteks stress situasi yang juga dapat
memperburuk gejala disosiatif. Beberapa individu dengan komorbiditas amnesia disosiatif dan
gangguan penggunaan narkoba akan menghubungkan masalah ingatan mereka semata-mata
untuk penggunaan zat. Penggunaan alkohol atau zat lain dalam waktu lama dapat menyebabkan
gangguan neurokognitif yang diinduksi zat yang mungkin terkait dengan gangguan kognitif
fungsi, tetapi dalam konteks ini sejarah penggunaan zat yang berkepanjangan dan persisten
defisit yang terkait dengan gangguan neurokognitif akan berfungsi untuk membedakannya

98
dari amnesia disosiatif, di mana biasanya tidak ada bukti gangguan persisten di fungsi
intelektual.
Amnesia pasca trauma karena cedera otak. Amnesia dapat terjadi dalam konteks
traumatis cedera otak (TBI) ketika telah ada dampak pada kepala atau mekanisme lainnya
gerakan cepat atau perpindahan otak di dalam TBI tengkorak. Karakteristik lain dari TBI
termasuk kehilangan kesadaran, disorientasi dan kebingungan, atau, dalam kasus yang lebih
parah, tanda-tanda neurologis (mis., kelainan pada neuroimaging, timbulnya kejang baru atau
ditandai memburuknya gangguan kejang yang sudah ada sebelumnya, pemotongan bidang
visual, anosmia). Sebuah neurokognitif gangguan yang disebabkan TBI harus muncul segera
setelah cedera otak atau segera setelah individu pulih kesadaran setelah cedera, dan bertahan
melewati periode pasca cedera akut. Berikut presentasi kognitif dari gangguan neurokognitif
TBI adalah variabel dan termasuk kesulitan dalam domain perhatian kompleks, fungsi
eksekutif, pembelajaran dan memori serta kecepatan pemrosesan dan gangguan informasi yang
melambat dalam kognisi sosial. Fitur tambahan ini membantu membedakannya dari disosiatif
amnesia.
Gangguan kejang. Individu dengan gangguan kejang dapat menunjukkan perilaku
kompleks selama kejang atau pasca-iktal dengan amnesia berikutnya. Beberapa individu
dengan gangguan kejang terlibat dalam pengembaraan non-tujuan yang terbatas pada periode
aktivitas kejang. Sebaliknya, perilaku selama fugue disosiatif biasanya bertujuan, kompleks,
dan diarahkan dan dapat berlangsung selama berhari-hari, berminggu-minggu, atau lebih lama.
Kadang-kadang, individu dengan gangguan kejang akan melaporkan bahwa ingatan
autobiografi sebelumnya telah "dimusnahkan" sebagai kejang gangguan berkembang.
Kehilangan memori seperti itu tidak terkait dengan keadaan traumatis dan muncul terjadi
secara acak. Elektroensefalogram serial biasanya menunjukkan kelainan. Telemetri
pemantauan electroencephalographic biasanya menunjukkan hubungan antara episode amnesia
dan aktivitas kejang. Amnesia disosiatif dan epilepsi dapat hidup berdampingan.
Pingsan katatonik. Mutisme pada pingsan katatonik mungkin menunjukkan amnesia
disosiatif, tetapi gagal mengingat tidak ada. Gejala katatonik lainnya (mis., Kekakuan, postur,
negativisme) adalah biasanya hadir.
Gangguan buatan dan malingering. Tidak ada tes, baterai tes, atau serangkaian
prosedur yang selalu membedakan amnesia disosiatif dari amnesia pura-pura. Individu dengan
gangguan buatan atau malingering telah dicatat untuk melanjutkan penipuan mereka bahkan
selama wawancara yang difasilitasi oleh hipnosis atau barbiturat. Amnesia pura-pura lebih
sering terjadi pada individu dengan 1) amnesia disosiatif akut dan kemerahan; 2) masalah
keuangan, seksual, atau hukum; atau 3) a ingin melarikan diri dari keadaan yang penuh tekanan.
Amnesia sejati dapat dikaitkan dengan keadaan yang sama. Banyak orang yang berpura-pura
sakit mengaku secara spontan atau ketika berhadapan.
Perubahan normal dan terkait usia dalam memori. Penurunan memori besar dan
ringan gangguan neurokognitif berbeda dari amnesia disosiatif, yang biasanya terkait dengan
peristiwa yang membuat stres dan lebih spesifik, luas, dan / atau kompleks.

Komorbiditas

99
Ketika anemia disosiatif mulai terjadi, berbagai macam fenomena afektif dapat muncul:
disforia, kesedihan, kemarahan, rasa malu, rasa bersalah, konflik dan kekacauan psikologis,
dan bunuh diri dan ide pembunuhan, impuls, dan tindakan. Orang-orang ini mungkin memiliki
gejala itu kemudian memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan depresi persisten
(dysthymia); depresi berat kekacauan; gangguan depresi spesifik atau tidak spesifik lainnya;
gangguan penyesuaian, dengan suasana hati tertekan; atau gangguan penyesuaian, dengan
berbagai gangguan emosi
dan perilaku. Banyak individu dengan amnesia disosiatif mengembangkan PTSD di beberapa
titik selama hidup mereka, terutama ketika anteseden traumatis dari amnesia mereka dibawa
menjadi kesadaran.
Banyak orang dengan amnesia disosiatif memiliki gejala yang memenuhi kriteria
diagnostic untuk gejala somatik komorbiditas atau gangguan terkait (dan sebaliknya), termasuk
somatic gangguan gejala dan gangguan konversi (gejala neurologis fungsional kekacauan).
Banyak orang dengan amnesia disosiatif memiliki gejala yang memenuhi diagnostik
kriteria untuk gangguan kepribadian, terutama ketergantungan, penghindaran, dan batas.

Gangguan Depersonalisasi / Dereisasi


Kriteria diagnostic 300.6 (f48.1)
A. Kehadiran pengalaman yang berulang atau berulang dari depersonalisasi, derealization, atau
keduanya:
1. Depersonalisasi: Pengalaman ketidaktahuan, detasemen, atau menjadi pengamat luar
sehubungan dengan pikiran, perasaan, sensasi, tubuh, atau tindakan seseorang (mis., perubahan
persepsi, rasa waktu terdistorsi, diri tidak nyata atau tidak ada, emosional dan / atau mati rasa
fisik).
2. Derealization: Pengalaman unreality atau detachment sehubungan dengan
lingkungan (mis., individu atau objek dialami sebagai tidak nyata, seperti mimpi, berkabut, tak
bernyawa, atau terdistorsi secara visual).

B. Selama pengalaman depersonalisasi atau derealization, pengujian realitas tetap utuh.


C. Gejala-gejala tersebut menyebabkan distres atau gangguan klinis yang signifikan secara
sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
D. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (mis., A
obat pelecehan, pengobatan) atau kondisi medis lainnya (mis., kejang).
E. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain, seperti skizofrenia,
gangguan panik, gangguan depresi mayor, gangguan stres akut, posttraumatic gangguan stres,
atau gangguan disosiatif lainnya.

Fitur Diagnostik
Ciri-ciri penting dari gangguan depersonalisasi / derealization adalah episode
depersonalisasi, derealization, atau keduanya yang persisten atau berulang. Episode
depersonalisasi ditandai oleh perasaan tidak realistis atau terlepas dari, atau tidak terbiasa
100
dengan, perasaan seseorang. seluruh diri atau dari aspek diri (Kriteria Al). Individu mungkin
merasa terpisah dari seluruh keberadaannya (mis., "Saya bukan siapa-siapa," "Saya tidak punya
diri"). Ia mungkin juga merasakannya terlepas secara subyektif dari aspek diri, termasuk
perasaan (mis., hypoemotionality: "Saya tahu saya punya perasaan tetapi saya tidak
merasakannya"), pikiran (misalnya, "Pikiranku tidak terasa seperti milik saya," "kepala ^ diisi
dengan kapas"), seluruh tubuh atau bagian tubuh, atau sensasi ( misalnya, sentuhan,
proprioception, lapar, haus, libido). Mungkin juga ada perasaan berkurang dari hak pilihan
(mis., Merasa robot, seperti robot; kurang bisa mengendalikan pembicaraan atau gerakan
seseorang). Pengalaman depersonalisasi kadang-kadang bisa berupa diri yang terpisah, dengan
satu bagian mengamati dan satu berpartisipasi, yang dikenal sebagai "pengalaman di luar
tubuh" dalam bentuknya yang paling ekstrem. Gejala kesatuan "depersonalisasi" terdiri dari
beberapa faktor gejala: pengalaman tubuh yang tidak normal (mis., Ketidaktahuan diri dan
perubahan persepsi); mati rasa emosional atau fisik; dan distorsi temporal dengan ingatan
subjektif anomali.
Episode derealization ditandai oleh perasaan tidak realistis atau terlepas dari, atau
ketidaktahuan dengan, dunia, baik itu individu, benda mati, atau semua lingkungan (Kriteria
A2). Individu ini mungkin merasa seolah-olah dia berada dalam kabut, mimpi, atau gelembung,
atau seolah-olah ada selubung atau dinding kaca antara individu dan dunia di sekitarnya.
Lingkungan mungkin dialami sebagai buatan, tidak berwarna, atau tidak bernyawa.
Derealization biasanya disertai dengan distorsi visual subjektif, seperti keburaman, ketajaman
tinggi, bidang visual yang melebar atau menyempit, dua dimensi atau kerataan, berlebihan tiga
dimensi, atau mengubah jarak atau ukuran objek (mis., Makropsia atau mikropsia). Distorsi
pendengaran juga dapat terjadi, di mana suara atau suara diredam atau dinaikkan. Sebagai
tambahan. Kriteria C mensyaratkan adanya kesusahan atau gangguan klinis yang signifikan
dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fimctioning lainnya, dan Kriteria D dan E
menggambarkan diagnosis eksklusi.

Fitur Pendukung Diagnosis


Individu dengan gangguan depersonalisasi / derealization mungkin mengalami
kesulitan menggambarkan gejalanya dan mungkin berpikir mereka "gila" atau "menjadi gila".
Pengalaman umum lainnya adalah ketakutan akan kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki.
Gejala yang umum dikaitkan adalah a
indera waktu yang diubah secara subyektif (yaitu, terlalu cepat atau terlalu lambat), serta
kesulitan subyektif dalam mengingat kembali kenangan masa lalu dan memilikinya sebagai
pribadi dan emosional. Gejala somatik yang samar, seperti kepala penuh, kesemutan, atau
pusing, tidak jarang terjadi. Individu dapat mengalami perenungan ekstrem atau keasyikan
obsesif (mis., Terus-menerus terobsesi tentang apakah mereka benar-benar ada, atau
memeriksa persepsi mereka untuk menentukan apakah mereka tampak nyata). Berbagai tingkat
kegelisahan dan depresi juga merupakan fitur umum yang terkait. Individu dengan gangguan
ini ditemukan memiliki hiporeaktivitas fisiologis terhadap rangsangan emosional. Substrat
saraf yang menarik termasuk sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenokortikal, lobulus parietal
inferior, dan sirkuit limbik kortikal prefrontal.

101
Prevalensi
Gejala depersonalisasi / derealization sementara yang berlangsung selama berjam-jam
adalah umum pada populasi umum. Prevalensi 12-bulan gangguan depersonalisasi /
derealization dianggap jauh lebih sedikit daripada untuk gejala sementara, meskipun perkiraan
yang tepat untuk gangguan tersebut tidak tersedia. Secara umum, sekitar setengah dari semua
orang dewasa telah mengalami setidaknya satu episode seumur hidup dari depersonalisasi /
derealization. Namun, simptomatologi yang memenuhi kriteria penuh untuk gangguan
depersonalisasi / derealization jauh lebih jarang daripada gejala sementara. Prevalensi seumur
hidup di negara-negara AS dan non-AS adalah sekitar 2% (kisaran 0,8% hingga 2,8%). Rasio
jenis kelamin untuk gangguan ini adalah 1: 1.

Pengembangan dan Kursus


Usia rata-rata pada awal gangguan depersonalisasi / derealization adalah 16 tahun, meskipun
gangguan dapat dimulai pada anak usia dini atau menengah; minoritas tidak dapat mengingat
tidak pernah memilikinya gejalanya. Kurang dari 20% individu mengalami onset setelah usia
20 tahun dan hanya 5% setelah usia 25 tahun. Onset pada dekade keempat kehidupan atau
lambat sangat tidak biasa. Onset dapat berkisar dari sangat mendadak hingga bertahap. Durasi
episode gangguan depersonalisasi / derealization dapat sangat bervariasi, dari singkat (jam atau
hari) hingga berkepanjangan (minggu, bulan, atau tahun). Mengingat kelangkaan onset
gangguan setelah usia 40 tahun, dalam kasus seperti itu individu harus diperiksa lebih dekat
untuk kondisi medis yang mendasarinya (misalnya, lesi otak, gangguan kejang, apnea tidur).
Perjalanan gangguan sering persisten. Sekitar sepertiga dari kasus melibatkan episode diskrit;
sepertiga lainnya, gejala terus menerus sejak awal; dan masih sepertiga lainnya, perjalanan
awalnya episodik yang akhirnya menjadi berkelanjutan.
Sementara pada beberapa individu intensitas gejala dapat bertambah dan berkurang,
yang lain melaporkan tingkat intensitas yang tak tergoyahkan yang dalam kasus-kasus ekstrem
dapat terus-menerus hadir selama bertahun-tahun atau dekade. Faktor internal dan eksternal
yang mempengaruhi intensitas gejala bervariasi antar individu, namun beberapa pola khas
dilaporkan. Eksaserbasi dapat dipicu oleh stres, suasana hati yang memburuk atau gejala
kecemasan, pengaturan baru atau stimulasi berlebihan, dan faktor fisik seperti pencahayaan
atau kurang tidur.

Faktor Risiko dan Prognosis


Emosional. Individu dengan gangguan depersonalisasi / derealization ditandai oleh
temperamen penghindaran bahaya, pertahanan yang belum matang, dan skema pemutusan dan
overconnection. Pertahanan yang belum matang seperti idealisasi / devaluasi, proyeksi
dan berakting menghasilkan penolakan realitas dan adaptasi yang buruk. Skema pemutusan
kognitif mencerminkan kecacatan dan penghambatan emosional dan menggolongkan tema
pelecehan, pengabaian,
dan perampasan. Skema overconnection melibatkan gangguan otonomi dengan tema
ketergantungan, kerentanan, dan ketidakmampuan.

102
Lingkungan. Ada hubungan yang jelas antara gangguan dan trauma interpersonal masa
kanak-kanak dalam sebagian besar individu, meskipun hubungan ini tidak lazim atau ekstrem
dalam sifat trauma seperti dalam gangguan disosiatif lainnya, seperti gangguan identitas
disosiatif. Secara khusus, pelecehan emosional dan pengabaian emosional telah paling kuat dan
konsisten dikaitkan dengan gangguan tersebut. Stresor lain dapat mencakup pelecehan fisik;
menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga; tumbuh dengan orang tua yang memiliki
gangguan mental serius; atau kematian tak terduga atau bunuh diri anggota keluarga atau tutup
Wend. Pelecehan seksual adalah anteseden yang jauh lebih umum tetapi dapat ditemui.
PREcipants proksimal yang paling umum dari gangguan ini adalah stres berat (interpersonal,
keuangan, pekerjaan), depresi, anxiet (terutama serangan panik), dan penggunaan narkoba.
Gejala dapat secara spesifik disebabkan oleh zat-zat seperti tetrahydrocannabinol, halusinogen,
ketamin, MDMA (3,4-methylenedioxymethamphetamine; "ekstasi") dan salvia. Penggunaan
ganja dapat memicu timbulnya baru serangan panik dan gejala depersonalisasi / derealization
secara bersamaan.

Diagnosis berhubungan dengan Budaya


Pengalaman depersonalisasi / derealisasi yang diinduksi secara sukarela dapat menjadi
bagian dari praktik meditasi yang lazim di banyak agama dan budaya dan tidak boleh
didiagnosis sebagai gangguan. Namun, ada orang-orang yang awalnya memaksakan keadaan
ini dengan sengaja tetapi seiring waktu kehilangan kendali atas mereka dan dapat
mengembangkan rasa takut dan keengganan untuk praktik terkait.

Konsekuensi Fungsional Depersonalisasi / Gangguan Derealization


Gejala gangguan depersonalisasi / derealization sangat menyusahkan dan berhubungan
dengan morbiditas utama. Sikap afektif yang rata dan robot ini individu yang sering
menunjukkan mungkin tampak tidak sesuai dengan rasa sakit emosional yang ekstrem yang
dilaporkan oleh mereka yang mengalami gangguan tersebut. Kerusakan sering dialami baik
dalam bidang interpersonal dan pekerjaan, sebagian besar karena hypoemotionaHty dengan
orang lain, kesulitan subjektif dalam fokus dan mempertahankan informasi, dan perasaan
umum keterkaitan dari kehidupan.

Diagnosis Banding
Gangguan kecemasan penyakit. Meskipun individu dengan gangguan
depersonalisasi / derealization dapat hadir dengan keluhan somatik yang tidak jelas serta
kekhawatiran kerusakan otak permanen,
diagnosis gangguan depersonalisasi / derealization ditandai oleh adanya konstelasi khas gejala
depersonalisasi / derealization dan tidak adanya manifestasi lain dari gangguan kecemasan
penyakit. Gangguan depresi berat. Perasaan mati rasa, mati, apatis, dan berada dalam mimpi
tidak jarang dalam episode depresi utama. Namun, pada gangguan depersonalisasi /
derealization, gejala-gejala tersebut berhubungan dengan gejala gangguan lebih lanjut. Jika
depersonalisasi / derealization jelas mendahului timbulnya episode depresi utama atau jelas
berlanjut setelah resolusi, diagnosis gangguan depersonalisasi / derealization berlaku.

103
Gangguan obsesif-kompulsif. Beberapa individu dengan gangguan depersonalisasi /
derealization dapat menjadi terobsesi dengan pengalaman subyektif mereka atau
mengembangkan ritual untuk memeriksa status gejala mereka. Namun, gejala lain dari
gangguan obsesif-kompulsif yang tidak terkait dengan depersonalisasi / derealization tidak ada.
Gangguan disosiatif lainnya. Untuk mendiagnosis depersonalisasi / derealization Gangguan,
gejala tidak boleh terjadi dalam konteks gangguan disosiatif lain, seperti gangguan identitas
disosiatif. Diferensiasi dari amnesia disosiatif dan kelainan konversi (kelainan simptom
neurologis fungsional) lebih sederhana, karena gejala kelainan ini tidak tumpang tindih dengan
kelainan depersonalisasi / dereisasi.
Gangguan kecemasan. Depersonalisasi / derealization adalah salah satu gejala
serangan panik, semakin umum seiring meningkatnya keparahan serangan panik. Oleh karena
itu, gangguan depersonalisasi / dereahisasi tidak boleh didiagnosis ketika gejalanya hanya
terjadi
selama serangan panik yang merupakan bagian dari gangguan panik, gangguan kecemasan
sosial, atau fobia tertentu. Selain itu, tidak biasa untuk gejala depersonalisasi / derealization
untuk pertama kali dimulai dalam konteks serangan panik onset baru atau sebagai gangguan
panik berkembang dan memburuk. Dalam presentasi seperti itu, diagnosis gangguan
depersonalisasi / derealization dapat dibuat jika 1) komponen depersonalisasi / derealization
presentasi adalah sangat menonjol sejak awal, jelas melebihi durasi dan intensitas terjadinya
serangan panik yang sebenarnya; atau 2) depersonalisasi / derealization berlanjut setelah
gangguan panik terjadi atau telah berhasil diobati. Gangguan psikotik. Kehadiran pengujian
realitas utuh khusus mengenai gejala depersonalisasi / derealization sangat penting untuk
membedakan gangguan depersonalisasi / derealization dari gangguan psikotik. Jarang,
skizofrenia gejala positif dapat menimbulkan tantangan diagnostik ketika delusi nihilistik
hadir. Untuk misalnya, seseorang dapat mengeluh bahwa dia sudah mati atau dunia tidak nyata;
ini bisa berupa pengalaman subyektif yang diketahui individu itu tidak benar atau keyakinan
delusi.
Gangguan zat / obat yang diinduksi. Depersonalisasi / derealization yang terkait
dengan efek fisiologis zat selama keracunan akut atau penarikan tidak didiagnosis sebagai
gangguan depersonalisasi / derealization. Zat pencetus yang paling umum adalah obat-obatan
terlarang, mariyuana, halusinogen, ketamin, ekstasi, dan salvia. Di sekitar 15% dari semua
kasus gangguan depersonalisasi / derealization, gejalanya diendapkan dengan menelan zat-zat
tersebut. Jika gejalanya menetap untuk beberapa waktu tanpa adanya zat atau penggunaan obat
lebih lanjut, diagnosis depersonalisasi / berlaku gangguan derealization. Diagnosis ini biasanya
mudah ditegakkan karena sebagian besar individu dengan presentasi ini menjadi sangat fobia
dan tidak menyukai zat pemicu dan tidak menggunakannya lagi.
Gangguan mental karena kondisi medis lain. Fitur seperti onset setelah usia 40 tahun
atau adanya gejala atipikal dan tentu saja pada setiap individu menunjukkan kemungkinan
kondisi medis yang mendasarinya. Dalam kasus seperti itu, penting untuk melakukan a evaluasi
medis dan neurologis menyeluruh, yang mungkin termasuk studi laboratorium standar, titer
virus, elektroensefalogram, tes vestibular, pengujian visual, studi tidur, dan / atau pencitraan
otak. Ketika dugaan gangguan kejang yang mendasarinya terbukti sulit untuk dikonfirmasi,
elektroensefalogram rawat jalan dapat diindikasikan; meskipun epilepsi lobus temporal paling
sering terlibat, epilepsi lobus parietal dan frontal juga dapat dikaitkan.

104
Komordibitas
Dalam sampel kenyamanan orang dewasa yang direkrut untuk sejumlah studi penelitian
depersonalisasi, komorbiditas seumur hidup tinggi untuk gangguan depresi unipolar dan untuk
setiap gangguan kecemasan, dengan sebagian besar sampel memiliki kedua gangguan tersebut.
Komorbiditas dengan gangguan stres pascatrauma rendah. Tiga gangguan kepribadian yang
paling sering terjadi adalah penghindaran, batas, dan obsesif-kompulsif.

Gangguan Disosiatif Tertentu Lainnya


300.15 (F44.89)
Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala karakteristik disosiatif
gangguan yang menyebabkan tekanan signifikan secara klinis atau gangguan dalam sosial,
pekerjaan, atau bidang-bidang fungsi penting lainnya mendominasi tetapi tidak memenuhi
kriteria lengkap untuk semua
gangguan dalam kelas diagnostik gangguan disosiatif. Disosiatif lain yang ditentukan kategori
gangguan digunakan dalam situasi di mana dokter memilih untuk berkomunikasi alasan
spesifik bahwa presentasi tidak memenuhi kriteria untuk disosiatif tertentu kekacauan. Ini
dilakukan dengan merekam "gangguan disosiatif spesifik lainnya" diikuti berdasarkan alasan
spesifik (mis., “trans disosiatif”). Contoh presentasi yang dapat ditentukan menggunakan
penunjukan "ditentukan lain" termasuk yang berikut ini:
1. Sindrom kronis dan berulang dari gejala disosiatif campuran: Kategori ini
termasuk gangguan identitas yang terkait dengan diskontinuitas yang kurang dari ditandai di
rasa diri dan hak pilihan, atau perubahan identitas atau episode kepemilikan dalam diri
seseorang yang melaporkan tidak ada amnesia disosiatif.
2. gangguan identitas karena persuasi yang dipaksakan dan intens: Individu yang telah
mengalami persuasi paksa yang kuat (mis., cuci otak,
reformasi pikiran, indoktrinasi sementara tawanan, penyiksaan, pemenjaraan politik jangka
panjang, perekrutan oleh sekte / sekte atau oleh organisasi teror) dapat hadir dengan lama
perubahan, atau pertanyaan yang disengaja, identitas mereka.
3. Reaksi disosiatif akut terhadap kejadian stressfui: Kategori ini untuk akut, sementara kondisi
yang biasanya berlangsung kurang dari 1 bulan, dan terkadang hanya beberapa jam atau
berhari-hari. Kondisi-kondisi ini dicirikan oleh penyempitan kesadaran; depersonalisasi;
derealization; gangguan persepsi (mis., perlambatan waktu, makropsia); mikro-amnesia;
pingsan sementara; dan / atau perubahan fungsi sensorik-motorik (mis.,
analgesia, kelumpuhan).
4. Trans disosiatif: Kondisi ini ditandai dengan penyempitan akut atau lengkap hilangnya
kesadaran akan lingkungan sekitar yang bermanifestasi sebagai sikap tidak responsif yang
mendalam atau ketidakpekaan terhadap rangsangan lingkungan. Ketidak responsif mungkin
disertai dengan perilaku stereotip minor (mis., gerakan jari) di mana individu tidak menyadari
dan / atau bahwa dia tidak dapat mengendalikan, serta kelumpuhan sementara
atau kehilangan kesadaran. Trans disosiatif bukanlah bagian normal dari yang diterima secara
luas praktik budaya atau agama kolektif.

105
Gangguan Disosiatif yang Tidak Ditentukan
300.15 (F44.9)
Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala karakteristik gangguan disosiatif
yang menyebabkan tekanan signifikan atau gangguan sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi
penting lainnya mendominasi tetapi tidak memenuhi kriteria penuh untuk setiap gangguan
dalam kelas diagnostik gangguan disosiatif . Kategori gangguan disosiatif yang tidak spesifik
digunakan dalam situasi di mana dokter memilih untuk tidak menentukan alasan bahwa kriteria
tidak terpenuhi untuk gangguan disosiatif tertentu, dan termasuk presentasi yang tidak
memiliki informasi yang cukup untuk membuat diagnosis yang lebih spesifik (misalnya, di
pengaturan ruang gawat darurat).

106
Gangguan Somatik dan Gangguan Terkait Lainnya

Gangguan Somatik dan Gangguan Terkait Lainnya, terdiri dari:


1. Gangguan somatik
2. Gangguan kecemasan
3. Gangguan konversi (gangguan neurologis fungsional)
4. Factitious disorder
5. Gangguan somatik spesifik dan gangguan terkait lainnya
6. Gangguan somatik tidak spesifik dan gangguan terkait lainnya
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala positif yaitu gejala somatik disertai
pikiran, perasaan, dan perilaku abnormal sebagai respons terhadap gejala-gejala somatik yang
timbul. Gangguan jiwa lainnya dapat memiliki manifestasi gejala somatik primer, misal
gangguan depresi mayor dan gangguan kecemasan.
Beberapa faktor yang turut memengaruhi yaitu:
1. Faktor genetik (meningkatkan sensitivitas nyeri)
2. Pengalaman traumatis ( kekerasan, pelecehan)
3. Pembelajaran dari peristiwa traumatis (stigma terhadap penyakit dalam
kebudayaan dan norma sosial)
1. Gangguan Somatik (300.82 (F45.1))
Kriteria Diagnosis:
A. Satu atau lebih gejala somatik yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
B. Perasaan, pikiran, perilaku yang berlebihan sehubungan dengan gejala somatik atau
masalah kesehatan terkait dengan manifestasi minimal satu dari berikut:
1. Pikiran yang tidak proporsional terhadap suatu gejala
2. Kecemasan yang berlebihan terhadap gejala atau masalah kesehatan
3. Terbuangnya waktu dan tenaga untuk memikirkan gejala atau masalah
kesehatan
C. Meskipun salah satu gejala somatik tidak timbul terus-menerus, namun gejala menjadi
persisten ( > 6 bulan)
D. Jika gejala nyeri lebih dominan: spesifik untuk individu dengan gejala nyeri dominan
E. Jika gejala persisten ditandai dengan gejala somatik berat dan berlangsung > 6 bulan.
F. Tentukan derajat penyakit:
1. Ringan: hanya satu gejala spesifik pada kriteria B

107
2. Sedang: 2 atau lebih gejala spesifik pada kriteria B
3. Berat: 2 atau lebih gejala spesifik pada kriteria B, dan beberapa gangguan
somatik atau satu gejala somatik yang sangat berat
Pada gangguan somatik dapat pula ditemukan gangguan kognitif meliputi perhatian/
pikiran yang terfokus pada gejala somatik, kecemasan dan ketakutan berlebih terhadap aktifitas
yang memperberat kondisi kesehatan. Gangguan perilaku termasuk pengecekan ke beberapa
dokter untuk memeriksa gejala yang sama.
Prevalensi gangguan somatik pada populasi dewasa yaitu 5-7%. Insindensi meningkat pada
wanita dibandingkan dengan pria. Adapun tipe kepribadian yang mudah terkena gangguan
somatik yakni tipe kepribadian neuroticism/ negatif, kecemasan dan depresi. Faktor lingkungan
yang turut berpengaruh yaitu status sosioekonomi dan pendidikan rendah serta trauma. Lain-
lain: jenis kelamin perempuan, usia tua, riwayat pelecehan, gangguan depresi, kecemasan.
Diagnosis Banding Gangguan Somatik:
• Gangguan medis lainnya
• Gangguan kecemasan
• Gangguan kecemasan menyeluruh
• Gangguan depresi
• Gangguan konversi
• Gangguan delusional
• Body dysmorphic disorder
• Gangguan obsesif kompulsif

2. Gangguan Kecemasan (300.7 (F45.21))


Kriteria diagnosis gangguan kecemasan yakni sebagai berikut:
A. Preokupasi dengan penyakit serius
B. Gejala somatik tidak timbul atau derajat ringan. Jika terdapat gangguan medis atau
risiko tinggi untuk timbulnya gangguan medis, dapat menimbulkan preokupasi yang
berlebihan.
C. Kecemasan berlebih mengenai kesehatan
D. Perilaku berlebihan terkait dengan kesehatan ( pemeriksaan berulang untuk suatu gejala
penyakit) atau perilaku menghindari maladaptive (menghindari dokter dan RS)
E. Preokupasi penyakit minimal 6 bulan, tetapi penyakit spesifik yang dicemaskan dapat
berubah selama periode waktu tersebut.

108
F. Preokupasi terkait penyakit tidak dapat dijelaskan oleh gangguan jiwa lain, seperti
gangguan gejala somatik, gangguan kecemasan, gangguan kecemasan menyeluruh,
gangguan dysmorphic tubuh, obsesif-kompulsif, atau gangguan delusi, tipe somatik
Tentukan:
• Tipe pencari perawatan: perawatan medis, termasuk kunjungan dokter atau menjalani
tes dan prosedur
• Tipe penghindar perawatan: menghindari perawatan medis
Sebagian besar individu dengan gangguan kecemasan mencari banyak perawatan medis
namun pasien tidak pernah puas. Pasien sering kali berkonsultasi dengan banyak dokter untuk
masalah yang sama dan didapatkan hasil tes diagnostik negatif. Prevalensi 1-2 tahun dari
gangguan kecemasan berdasarkan dalam survei dan sampel berkisar 1,3%-10%. Pada populasi
rawat jalan, prevalensi 6 bulan atau 1 tahun antara 3%- 8%. Prevalensi gangguan serupa pada
pria dan wanita.
Penyakit kecemasan bersifat kronik dan umumnya mengenai usia dewasa, dan kerap kali
berkaitan dengan gangguan memori. Faktor yang turut berperan terhadap timbulnya gangguan
kecemasan yaitu faktor lingkungan dimana gangguan kecemasan dipresipitasi oleh stress atau
suatu penyakit pada individu. Selain itu 1/3 dari ½ individu dengan gangguan kecemasan sering
kali berhubungan dengan gangguan jiwa, medis, dan gangguan kecemasan yang berat.

Diagnosa banding gangguan kecemasan:


• Kondisi medis lainnya
• Gangguan penyesuaian
• Gangguan somatik
• Gangguan kecemasan menyeluruh
• Gangguan obsesif kompulsif
• Gangguan depresi major
• Gangguan psikotik
Gangguan Konversi
(Gangguan Gejala Neurologis Fungsional)
Kriteria Diagnostik
A. Satu atau lebih gejala gangguan motorik volunter atau sensorik.
B. Temuan klinis memberikan bukti ketidakcocokan antara gejala dan yang dikenali
kondisi neurologis atau medis.
C. Gejala atau defisit tidak lebih bisa disebabkan oleh gangguan medis atau mental
lainnya.
D. Gejala atau defisit menyebabkan tekanan klinis signifikan atau gangguan dalam sosial,
pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya atau memerlukan evaluasi medis.

109
Tentukan jenis gejala:
(F44.4) Dengan kelemahan atau kelumpuhan
(F44.4) Dengan gerakan abnormal (mis., Tremor, gerakan dystonie, mioklonus, gait).
(F44.4) Dengan gejala menelan
(F44.4) Dengan gejala bicara (mis., Disfonia, bicara cadel)
(F44.5) Dengan serangan atau kejang
(F44.6) Dengan anestesi atau kehilangan sensorik
(F44.6) Dengan gejala sensorik khusus (mis., Penglihatan, penciuman, atau gangguan
pendengaran)
(F44.7) Dengan gejala campuran.
Spesifikasikan :
Episode akut : Gejala hadir selama kurang dari 6 bulan.
Persisten : Gejala terjadi selama 6 bulan atau lebih.
Spesifikasikan :
Dengan stresor psikologis (sebutkan stressor)
Tanpa stresor fisiologis
Fitur Diagnostik
Banyak klinisi menggunakan nama alternatif "fungsional" (mengacu pada fungsi abnormal
sistem saraf pusat) atau "psikogenik" (mengacu pada etiologi) untuk menggambarkan gejala
gangguan konversi (gangguan gejala neurologis fungsional).
Dalam gangguan konversi, mungkin ada satu atau lebih gejala dari berbagai jenis. Gejala
motorik termasuk kelemahan atau kelumpuhan; gerakan abnormal, seperti tremor atau dystoni;
kelainan gaya berjalan; dan postur ekstremitas abnormal. Gejala sensorik termasuk perubahan,
pengurangan, atau hilangnya sensasi kulit, penglihatan, atau pendengaran. Episode abnormal
gerakan anggota tubuh yang generalisata dengan gangguan yang jelas atau hilangnya kesadaran
mirip dengan kejang epilepsi (juga disebut kejang psikogenik atau non-epilepsi). Dapat disertai
episode anresponsif mirip sinkop atau koma. Gejala lain dapat berupa penurunan atau tidak
adanya volume bicara (disfonia/ afonia), gangguan artikulasi (disartria), rasa benjolan pada
tenggorokan (globus), dan diplopia.
Meskipun diagnosis membutuhkan gejala yang tidak dapat dijelaskan oleh penyakit neurologis,
namun kondisi ini tidak dapat diangggap remeh karena hasil pemeriksaan normal atau
gejalanya ‘bizare’. Harus ada penemuan klinis yang secara jelas menunjukan tidak adanya atau
inkompabilitas dengan gejala neurologis. Inkonsistensi internal pada pemeriksaan adalah satu
cara untuk menunjukkan ketidakcocokan (yaitu, menunjukkan bahwa tanda-tanda fisik muncul
melalui satu metode pemeriksaan tidak lagi positif ketika diuji dengan cara yang berbeda).
Contohnya dari temuan pemeriksaan tersebut meliputi
• Tanda Hoover, di mana kelemahan ekstensi pinggul kembali ke kekuatan normal
dengan kontralateral fleksi pinggul melawan resistensi.

110
• Kelemahan yang ditandai dari fleksi pergelangan kaki plantar saat diuji di tempat tidur
pada individu yang bisa berjinjit;
• Temuan positif pada entrainment tremor test. Pada tes ini, tremor unilateral dapat
diangap sebagai fungsional jika tremor berubah ketika individu dialihkan. Ini dapat
diamati jika individu diminta untuk meniru pemeriksa dalam gerakan ritmis dengan
tangan mereka yang normal dan ini menyebabkan tangan yang mengalami tremor
fungsional menggikuti irama tangan yang normal atau tremor fungsional ditekan, atau
tidak lagi membuat gerakan ritmis sederhana.
• Dalam serangan yang menyerupai epilepsi atau sinkop (serangan non-epilepsi
"psikogenik"), serangan terjadi dengan mata tertutup dan resistensi terhadap
pembukaan atau electroencephalogram normal (Meskipun ini saja tidak mengekslusi
semua bentuk epilepsi atau sinkop).
• Untuk gejala visual, bidang visual berbentuk tabung (yaitu, tunnel vision).
Penting untuk dicatat bahwa diagnosis gangguan konversi harus didasarkan pada gambaran
klinis keseluruhan dan bukan pada temuan klinis tunggal.
Gejala Pendukung Terkait Diagnosis
Sejumlah gejala terkait dapat mendukung diagnosis gangguan konversi. Adanya riwayat
berbagai gejala somatik yang serupa. Onset dapat dikaitkan dengan stres atau trauma, baik
secara psikologis atau fisik. Relevansi etiologis potensial dari stres atau trauma ini tinggi.
Meskipun, penilaian untuk stres dan trauma adalah penting, diagnosis tidak boleh dihambat
jika tidak ada yang ditemukan.
Gangguan konversi sering dikaitkan dengan gejala disosiatif, seperti depersonalisasi,
derealisasi, dan amnesia disosiatif, terutama pada onset gejala atau selama serangan.
Diagnosis gangguan konversi tidak memerlukan penilaian bahwa gejala-gejalanya tidak secara
sengaja diproduksi (mis., tidak pura-pura), karena tidak adanya pura-pura mungkin tidak bisa
dibedakan secara fakta. Demikian pula konsep keuntungan sekunder (yaitu, ketika individu
memperoleh manfaat eksternal dengan pelepasan dari tanggung jawab) juga tidak spesifik
untuk gangguan konversi dan khususnya dalam konteks bukti yang pasti untuk berpura-pura,
diagnosa yang seharusnya dipertimbangkan sebagai gantinya akan mencakup gangguan buatan
atau malingering.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Onset terjadi sepanjang hidup. Terjadinya serangan non-epilepsi memuncak pada dekade
ketiga, dan gejala motorik memiliki onset puncaknya pada dekade keempat. Gejalanya bisa
sementara atau persisten. Prognosisnya mungkin lebih baik pada anak dari pada remaja dan
dewasa.
Faktor Risiko dan Prognostik
Emosional. Ciri-ciri kepribadian maladaptif umumnya dikaitkan dengan gangguan konversi.
Lingkungan. Riwayat pelecehan dan penelantaran masa kecil. Kehidupan yang sering stres.
Genetik dan fisiologis. Adanya penyakit neurologis yang menyebabkan gejala serupa adalah
faktor risiko (mis., kejang non-epilepsi lebih sering terjadi pada pasien yang juga menderita
epilepsi).

111
Durasi gejala pendek dan menerima diagnosis memiliki prognosis yang baik. Ciri-ciri
kepribadian maladaptif, adanya fisik penyerta penyakit, dan mendapatkan keuntungan dari
gangguannya memiliki prognosis yang buruk
Masalah Diagnostik Terkait Budaya
Perubahan yang menyerupai gejala konversi (dan disosiatif) sering terjadi ritual yang disetujui
secara budaya. Jika gejala sepenuhnya dijelaskan dalam hal tertentu konteks budaya dan tidak
mengakibatkan distres atau kecacatan yang signifikan secara klinis, maka diagnosis gangguan
konversi tidak dibuat.
Masalah Diagnostik Terkait Jenis Kelamin
Gangguan konversi dua hingga tiga kali lebih banyak pada perempuan.
Konsekuensi Fungsional Gangguan Konversi
Individu dengan gejala konversi mungkin memiliki disabilitas. Tingkat keparahan disabilitas
dapat serupa dengan yang dialami oleh individu dengan penyakit medis yang ditiru.
Diagnosis Banding
Jika gangguan mental lain lebih baik menjelaskan gejalanya, diagnosis itu harus dibuat. Namun
diagnosis gangguan konversi dapat dibuat dengan adanya gangguan mental lain.
Penyakit saraf. Diagnosis banding utama adalah penyakit neurologis yang lebih baik
menjelaskan gejalanya. Setelah pemeriksaan neurologis menyeluruh, etiologi penyakit
neurologis jarang ditemukan pada follow up. Namun, pemeriksaan ulang mungkin diperlukan
jika gejalanya tampak progresif. Gangguan konversi dapat terjadi bersamaan dengan penyakit
neurologis.
Gangguan somatik. Gangguan konversi dapat menjadi diagnosis tambahan ganguan somatik.
Sebagian besar gejala somatik tidak dapat seratus persen tidak sesuai dengan patofisiologi
(mis., nyeri, fatigue), sedangkan pada gangguan konversi, ketidakcocokan tersebut diperlukan
untuk diagnosis. Pikiran, perasaan, dan perilaku yang berlebihan yang menjadi ciri gejala
somatik sering tidak ada pada gangguan konversi.
Gangguan buatan dan malingering. Diagnosis gangguan konversi tidak perlu pembuktian
bahwa gejala tidak diproduksi secara sengaja (mis., tidak pura-pura), karena penilaian gerakan
volunter tidak dapat diandalkan. Namun bukti pasti dari berpura-pura (mis., bukti jelas bahwa
kehilangan fungsi hadir selama pemeriksaan tetapi tidak di rumah) membantu diagnosis
gangguan buatan jika tujuan jelas individu tersebut adalah berpura-pura sakit jika tujuannya
adalah untuk mendapatkan keuntungan.
Gangguan disosiatif. Gejala disosiatif sering terjadi pada individu dengan gangguan konversi.
Jika ada gangguan konversi dan gangguan disosiatif, kedua diagnosis harus dibuat.
Gangguan tubuh dismorfik. Individu dengan gangguan tubuh dismorfik memiliki
kekhawatiran berlebihan tentang cacat yang dirasakan dalam fisik mereka tetapi tidak
mengeluh gejala sensorik atau fungsi motorik di bagian tubuh yang terkena.
Gangguan depresi. Pada gangguan depresi, individu dapat mengeluh perasaan berat pada
anggota badan mereka secara generalisata, sedangkan kelemahan gangguan konversi lebih
fokal dan menonjol. Gangguan depresi juga dibedakan dengan adanya gejala utama depresi.

112
Gangguan panik. Gejala neurologis episodik (mis., Tremor dan parestesia) dapat terjadi pada
gangguan konversi dan serangan panik. Dalam serangan panik, gejala neurologis biasanya
bersifat sementara dan episodik akut dengan karakteristik gejala kardiorespirasi. Kehilangan
kesadaran dengan amnesia saat serangan dan gerakan ekstremitas yang kuat terjadi pada
serangan non-epilepsi, tetapi tidak pada serangan panik.
Komorbiditas
Gangguan kecemasan, terutama gangguan panik, dan gangguan depresi umumnya terjadi
bersamaan dengan gangguan konversi. Gangguan somatik dapat juga terjadi. Psikosis,
penyalahgunaan zat, dan penyalahgunaan alkohol jarang terjadi. Gangguan kepribadian lebih
banyak pada individu dengan gangguan konversi daripada pada populasi umum. Gangguan
neurologis atau kondisi medis lainnya terjadi bersamaan dengan gangguan konversi.

Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Kondisi Medis Lainnya 316 (F54)


Kriteria Diagnostik
A. Adanya gejala atau kondisi medis (selain gangguan mental).
B. Faktor psikologis atau perilaku berpengaruh buruk terhadap kondisi medis melalui :
1. Adanya bukti asosiasi antara faktor psikologis terhadap perkembangan atau eksaserbasi, atau
keterlambatan pemulihan dari kondisi medis.
2. Faktor-faktor yang mengganggu tatalaksana kondisi medis (mis., Kepatuhan yang buruk).
3. Faktor-faktor tersebut merupakan risiko kesehatan tambahan.
4. Faktor-faktor mempengaruhi patofisiologi yang mendasarinya, mempercepat atau
memperburuk
gejala atau memerlukan perhatian medis.
C. Faktor psikologis dan perilaku dalam Kriteria B tidak disebabkan oleh gangguan mental
yang lain (mis., gangguan panik, gangguan depresi mayor, gangguan stres pasca trauma).
Spesifikasikan tingkat keparahan saat ini:
Ringan: Meningkatkan risiko medis (mis., Kepatuhan yang tidak konsisten dengan
pengobatan antihipertensi).
Sedang: Memperburuk kondisi medis yang mendasarinya (mis., Kecemasan yang
memburuk asma).
Parah: mengakibatkan rawat inap atau gawat darurat.
Ekstrem: Menghasilkan risiko yang parah dan mengancam jiwa (mis., Mengabaikan
gejala serangan jantung).
Fitur Diagnostik
Fitur penting dari faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis lainnya adalah adanya
satu atau lebih faktor psikologis atau perilaku yang signifikan secara klinis yang merugikan
mempengaruhi kondisi medis dengan meningkatkan risiko penderitaan, kematian, atau cacat
(Kriteria B). Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi kondisi medis dengan mempengaruhi

113
perjalanan penyakit atau pengobatan, dengan menambah faktor risiko, atau mempengaruhi
patofisiologi yang mendasari untuk mempresipitasi atau memperburuk gejala atau
mengakibatkan perlunya perhatian medis.
Faktor psikologis atau perilaku termasuk tekanan psikologis, pola interaksi interpersonal,
coping, dan perilaku kesehatan maladaptif, seperti penolakan gejala atau ketidakpatuhan
terhadap rekomendasi medis. Contoh klinis umum adalah kecemasan yang memperburuk
asma, penolakan kebutuhan untuk pengobatan nyeri dada akut, dan manipulasi insulin oleh
seorang individu dengan diabetes yang ingin menurunkan berat badan. Banyak perbedaan
faktor psikologis telah terbukti mempengaruhi kondisi medis - misalnya, gejala depresi atau
kecemasan, peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, gaya hubungan, ciri-ciri kepribadian, dan
coping. Efek samping dapat berkisar dari akut, dengan segera konsekuensi medis (mis.,
kardiomiopati Takotsubo) hingga kronis, terjadi dalam jangka waktu yang lama (mis., stres
kerja kronis meningkatkan risiko hipertensi). Terkena kondisi medis dapat berupa patofisiologi
yang jelas (mis., diabetes, kanker, penyakit koroner), sindrom fungsional (mis., migrain,
irritable bowel syndrome, fibromyalgia), atau gejala medis idiopatik (mis. nyeri, kelelahan,
pusing).
Diagnosis ini dipakai untuk situasi di mana efek psikologis pada kondisi medis terbukti dan
faktor psikologis secara klinis berefek pada perjalanan atau hasil dari kondisi medis. Psikologis
abnormal atau gejala perilaku yang berkembang sebagai respons terhadap kondisi medis lebih
banyak didiagnosis sebagai gangguan penyesuaian (respon psikologis yang signifikan secara
klinis terhadap stressor yang dapat diidentifikasi). Harus ada bukti untuk menyatakan asosiasi
antara faktor psikologis dan kondisi medis, meskipun sering tidak memungkinkan untuk
menunjukkan kausalitas langsung atau mekanisme yang mendasari hubungannya.
Prevalensi
Prevalensi faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis lainnya tidak jelas. Di USA,
diagnosis ini lebih umum daripada gejala somatik
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis lainnya dapat terjadi sepanjang
umur. Terutama pada anak kecil, heteroanamnesis dari orang tua atau sekolah dapat membantu
diagnostik
evaluasi. Beberapa kondisi merupakan karakteristik dari tahapan kehidupan tertentu (mis.,
Pada lansia, stres yang terkait dengan peran sebagai pengasuh untuk pasangan yang sakit).
Masalah Diagnostik Terkait Budaya
Banyak perbedaan antara budaya dapat mempengaruhi faktor psikologis dan efeknya pada
kondisi medis, seperti dalam bahasa dan gaya komunikasi, cara menjelaskan gejala penyakit,
pola pencarian perawatan kesehatan, ketersediaan layanan dan organisasi, hubungan dokter-
pasien dan praktik penyembuhan lainnya, peran keluarga dan gender, dan sikap terhadap
kesakitan dan kematian. Faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis lainnya harus
dibedakan dari perilaku budaya tertentu seperti menggunakan iman atau spiritual penyembuh
atau variasi lain dalam manajemen penyakit yang dapat diterima dalam suatu budaya dan
merupakan upaya untuk membantu kondisi medis daripada mengganggunya. Tindakan ini
dapat melengkapi bukan menghalangi intervensi berbasis bukti. Jika mereka melakukannya
dan tidak merugikan, mereka tidak boleh dianggap patologis sebagai faktor psikologis
mempengaruhi kondisi medis lainnya.

114
Konsekuensi Fungsional
Faktor-faktor psikologis dan perilaku telah terbukti mempengaruhi jalannya banyak penyakit
medis.
Diagnosis Bandin
Gangguan mental karena kondisi medis lain. Hubungan antara gejala gangguan mental dan
orang-orang dari kondisi medis juga merupakan karakteristik dari gangguan mental karena
kondisi medis lain, tetapi etiologi berkebalikan. Dalam gangguan mental karena kondisi medis
lain, kondisi tersebut dinilai sebagai penyebab gangguan mental melalui mekanisme fisiologis
langsung. Dalam faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis lainnya, faktor
psikologis atau perilaku dinilai untuk mempengaruhi jalannya kondisi medis.
Gangguan penyesuaian. Gejala psikologis atau perilaku abnormal yang berkembang di
respons terhadap suatu kondisi medis didiagnosis sebagai gangguan penyesuaian (secara klinis
respons psikologis yang signifikan terhadap stresor yang dapat diidentifikasi). Misalnya,
seorang individu dengan angina yang dicetuskan setiap kali ia menjadi marah akan didiagnosis
memiliki faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis lainnya, sedangkan seorang
individu dengan angina yang mengembangkan perilaku cemas akan didiagnosis memiliki
gangguan penyesuaian dengan ansietas. Dalam praktik klinis, bagaimanapun, faktor psikologis
dan kondisi medis sering kali saling memperburuk (mis., ansietas merupakan pencetus dan
konsekuensi dari angina). Gangguan mental lain sering mengakibatkan komplikasi medis,
terutama penyalahgunaan zat (mis., penggunaan alkohol, penggunaan tembakau). Faktor-
faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis lainnya didiagnosis ketika ciri-ciri
psikologis atau perilaku tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis mental.
Gangguan gejala somatik. Gangguan gejala somatik ditandai dengan kombinasi gejala
somatik dan pikiran dan perasaan yang berlebihan atau maladaptif, dan perilaku dalam
menanggapi gejala-gejala ini atau masalah kesehatan terkait. Individu mungkin atau mungkin
tidak memiliki kondisi medis yang dapat didiagnosis. Sebaliknya, dalam faktor psikologis
mempengaruhi kondisi medis lainnya, faktor psikologis mempengaruhi kondisi medis. Pikiran,
perasaan, dan perilaku individu tidak harus berlebihan. Perbedaannya adalah salah satu
penekanan, bukan perbedaan yang jelas. Dalam faktor psikologis mempengaruhi kondisi medis
lainnya, penekanannya adalah pada kondisi eksaserbasi medis (mis., seorang individu dengan
angina yang dicetuskan setiap kali ia menjadi cemas). Dalam gangguan gejala somatik,
penekanannya adalah pada pikiran, perasaan maladaptif, dan perilaku (mis., seorang individu
dengan angina yang terus-menerus khawatir bahwa ia akan mengalami serangan jantung,
mengambil tekanan darahnya beberapa kali sehari, dan membatasi aktivitasnya).
Gangguan kecemasan penyakit. Gangguan kecemasan penyakit ditandai dengan kecemasan
terhadap penyakit yang tinggi, yang menyusahkan dan / atau mengganggu kehidupan sehari-
hari dengan gejala somatik minimal. Fokus kekhawatiran klinis adalah kekhawatiran individu
tentang penyakit; dalam banyak kasus, tidak ada penyakit serius. Dalam faktor psikologis yang
memengaruhi kondisi medis lainnya, kecemasan mungkin merupakan faktor psikologis yang
relevan yang mempengaruhi kondisi medis, tetapi secara klinis kekhawatiran adalah efek buruk
pada kondisi medis.
Komorbiditas
Menurut definisi, diagnosis faktor psikologis yang memengaruhi kondisi medis lainnya
mencakup sindrom atau sifat psikologis atau perilaku yang relevan dan kondisi medis sebagai
komorbid.

115
Gangguan Buatan (Factitious Disorder) 300.19 (F68.10)
Kriteria Diagnostik
Gangguan Buatan yang Ditimbulkan pada Diri
A. Pemalsuan tanda atau gejala fisik atau psikologis, atau induksi cedera atau penyakit, terkait
dengan penipuan yang teridentifikasi.
B. Individu menampilkan dirinya kepada orang lain sebagai sakit, cacat, atau terluka.
C. Perilaku menipu terbukti bahkan tanpa adanya imbalan eksternal yang jelas.
D. Perilaku itu tidak disebabkan oleh gangguan mental lain, seperti delusi atau gangguan
psikotik lainnya.
Spesifikasikan :
Episode tunggal
Episode berulang (dua atau lebih peristiwa pemalsuan penyakit dan / atau induksi
cedera)
Gangguan Buatan yang Ditimbulkan pada Orang Lain
A. Pemalsuan tanda atau gejala fisik atau psikologis, atau induksi cedera atau penyakit,
terhadap orang lain, terkait dengan penipuan yang diidentifikasi.
B. Orang tersebut menghadirkan orang lain (korban) kepada orang lain sebagai orang sakit,
cacat, atau terluka.
C. Perilaku menipu terbukti bahkan tanpa adanya imbalan eksternal yang jelas.
D. Perilaku itu tidak disebabkan oleh gangguan mental lain, seperti delusi gangguan atau
gangguan psikotik lainnya.
Catatan: Pelaku, bukan korban, yang menerima diagnosis ini.
Spesifikasikan :
Episode tunggal
Episode berulang (dua atau lebih peristiwa pemalsuan penyakit dan / atau induksi
cedera)
Fitur Diagnostik
Fitur penting dari gangguan tiruan adalah pemalsuan tanda-tanda medis atau psikologis dan
gejala pada diri sendiri atau orang lain yang terkait dengan penipuan yang diidentifikasi.
Individu dengan gangguan buatan juga dapat mencari pengobatan untuk diri mereka sendiri
atau orang lain atas induksi cedera atau penyakit. Diagnosis perlu menunjukkan bahwa individu
itu mengambil tindakan diam-diam untuk merepresentasikan, mensimulasikan, atau
menyebabkan tanda atau gejala penyakit atau cedera. Tidak adanya imbalan eksternal yang
jelas. Metode pemalsuan penyakit dapat termasuk berlebihan, dibuat-buat, simulasi, dan
induksi. Bila kondisi medis yang sebelumnya memang sudah ada, perilaku menipu atau induksi
cedera menyebabkan orang lain melihat orang tersebut (atau lainnya) lebih sakit atau cacat,
dan ini dapat menyebabkan intervensi klinis yang berlebihan. Contohnya, melaporkan perasaan

116
depresi dan bunuh diri setelah kematian pasangan meskipun kematiannya tidak benar atau
orang tersebut tidak memiliki pasangan; menipu melaporkan episode gejala neurologis (mis.
kejang, pusing, atau pingsan); memanipulasi tes laboratorium (mis., dengan menambahkan
darah ke urin) untuk menunjukkan kelainan secara keliru; memalsukan catatan medis untuk
mengindikasikan suatu penyakit; menelan suatu zat (mis., insulin atau warfarin) untuk
menginduksi hasil laboratorium yang abnormal atau penyakit; atau secara fisik melukai diri
mereka sendiri atau menginduksi penyakit pada diri mereka sendiri atau oran lain (mis., dengan
menyuntikkan bahan feses untuk menghasilkan abses atau untuk menginduksi sepsis).
Fitur Pendukung Terkait Diagnosis
Individu dengan gangguan buatan pada diri sendiri atau gangguan buatan pada orang lain
beresiko mengalami tekanan psikologis yang hebat atau gangguan fungsi denggan
menyebabkan kerusakan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Keluarga, teman, dan
profesional perawatan kesehatan juga sering terperngaruh oleh perilaku mereka. Gangguan
buatan memiliki kesamaan dengan penyalahgunaan zat, gangguan makan, gangguan kontrol
impuls, gangguan pedofilik, dan beberapa gangguan lainnya yang terkait dengan perilaku dan
upaya yang disengaja untuk menyembunyikan perilaku tidak teratur melalui penipuan.
Sedangkan beberapa aspek gangguan buatan dapat mewakili perilaku kriminal (mis., gangguan
buatan) dikenakan pada orang lain, di mana tindakan orang tua dengan pelecehan dan
penganiayaan seorang anak). Diagnosis gangguan buatan menekankan identifikasi objektif
pemalsuan tanda dan gejala penyakit, daripada penyebab tentang niat atau kemungkinan yang
mendasarinya. Selain itu, perilaku tersebut, termasuk induksi cedera atau penyakit terkait
dengan penipuan.
Prevalensi
Prevalensi gangguan buatan tidak diketahui, kemungkinan karena peran penipuan.Di antara
pasien di rumah sakit, diperkirakan sekitar 1% dari individu memiliki presentasi yang
memenuhi kriteria untuk gangguan buatan.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Perjalanan gangguan tiruan biasanya merupakan salah satu episode intermiten. Episode tunggal
dan episode persisten lebih jarang. Onset biasanya pada awal masa dewasa, sering setelah rawat
inap untuk kondisi medis atau gangguan jiwa. Ketika dikenakan pada yang lain, gangguan
tersebut dapat dimulai setelah rawat inap anak individu atau tanggungan lainnya. Pada individu
dengan episode pemalsuan berulang tanda dan gejala penyakit dan / atau induksi cedera, pola
ini berturut-turut dan terjadi seumur hidup.
Diagnosis Banding
Pengasuh yang berbohong tentang cedera pada yang diasuh semata-mata untuk melindungi diri
dari tanggung jawab tidak didiagnosis dengan gangguan buatan yang dikenakan pada orang
lain karena perlindungan dari liabilitas adalah imbalan eksternal (Kriteria C, perilaku menipu
terbukti jelas bahkan jika tidak ada imbalan eksternal yang jelas).
Gangguan gejala somatik. Pada gangguan gejala somatik, mungkin ada perhatian berlebihan
dan mencari perawatan untuk masalah medis yang dirasakan, tetapi tidak ada bukti individu
tersebut memberikan informasi palsu atau berperilaku menipu.
Malingering. Malingering dibedakan dari gangguan buatan dengan keuntungan pribadi (mis.,
uang, waktu cuti). Sebaliknya, diagnosis gangguan buatan membutuhkan tidak adanya imbalan
yang jelas.

117
Gangguan konversi. Gangguan konversi ditandai dengan gejala neurologis yang tidak
konsisten dengan patofisiologi, dibedakan dengan bukti pemalsuan.
Gangguan kepribadian borderline. Sengaja melukai diri sendiri secara fisik tanpa ada niat
bunuh diri dapat terjadi dalam gangguan mental lain seperti kepribadian borderline. Gangguan
buatan mengharuskan induksi cedera terjadi dengan asosiasi penipuan.
Kondisi medis atau gangguan mental yang tidak terkait dengan pemalsuan gejala yang
disengaja. Gangguan buatan tidak mengecualikan kehadiran kondisi medis yang sebenarnya
atau gangguan mental, seperti penyakit komorbiditas sering terjadi pada individu bersama
dengan gangguan buatan. Misalnya, individu yang mungkin memanipulasi kadar gula darah
untuk menghasilkan gejala juga mungkin menderita diabetes.
Gejala Somatik Spesifik Lainnya dan Gangguan Terkait 300.89 (F45.8)
Kategori ini berlaku pada karakteristik gejala gangguan somatik dan gangguan terkait yang
menyebabkan tekanan atau gangguan sosial yang signifikan secara klinis, pekerjaan, atau
bidang fungsi penting lainnya tetapi tidak memenuhi kriteria lengkap untuk semua kelainan
pada gejala somatik dan gangguan diagnostik terkait.
Contoh yang dapat ditentukan menggunakan penunjukan "spesifik lainnya" ;
1. Gangguan gejala somatik singkat: Durasi gejala kurang dari 6 bulan.
2. Gangguan ansietas penyakit singkat: Durasi gejala kurang dari 6 bulan.
3. Gangguan ansietas penyakit tanpa perilaku berlebihan yang berhubungan dengan kesehatan
: Kriteria D untuk gangguan ansietas penyakit tidak terpenuhi.
4. Pseudocyesis: Keyakinan salah tentang kehamilan yang dikaitkan dengan tanda-tanda
objektif dan melaporkan gejala kehamilan.

Gejala Somatik Tidak Spesifik dan Gangguan Terkait 300.82 (F45.9)


Kategori ini berlaku untuk gejala karakteristik gejala gangguan somatik dan gangguan terkait
yang menyebabkan tekanan atau gangguan sosial yang signifikan secara klinis, pekerjaan, atau
bidang fungsi penting lainnya tetapi tidak memenuhi kriteria lengkap untuk semua kelainan
pada gejala somatik dan gangguan diagnostik terkait.

118

Anda mungkin juga menyukai