YUNI DWI
03. RAHMA 04. KHAIRUNNISA
1810321016 1810321028
ANXIETY DISORDERS
Gangguan kecemasan yaitu kekhawatiran tentang peristiwa
saat ini atau masa depan yang melibatkan beberapa pola
respons umum, termasuk gejala perilaku (melarikan diri
dan penghindaran), kognitif (penilaian diri negatif), dan
fisiologis (peningkatan denyut jantung, pernafasam
cepat, tremor, dan ketegangan otot).
ANXIETY DISORDERS FROM A DEVELOPMENTAL PERSPECTIVE
The Major DSM-5 Categories of Anxiety Disorders
Separation Anxiety Disorder (SAD) Kekhawatiran berlebihan tentang perpisahan dengan pengasuh atau rumah
yang signifikan, berlangsung setidaknya 4 minggu, dan menyebabkan
penderitaan dan gangguan yang signifikan
Selective Mutism Kegagalan untuk berbicara dalam situasi tertentu, tidak dikaitkan dengan
kesulitan bahasa, ditandai dengan kecemasan sosial yang tinggi
Specific Phobia Kecemasan dan ketakutan spesifik yang ditimbulkan oleh suatu objek atau
situasi, menghasilkan perilaku menghindar
Social Anxiety Disorder (Social Phobia) Takut/kecemasan mengenai situasi tertentu yang melibatkan ekspektasi
sosial atau kinerja
Panic Attack Timbulnya perasaan teror, ketakutan yang intens, atau ketakutan tiba-tiba
disertai gejala fisik (sesak napas, jantung berdebar-debar tidak nyaman) dan
distorsi kognitif (ingin melarikan diri dan takut gila)
C. Etiology
1. Peran faktor biologis, genetic, dan temperamen
2. Pengasuhan dan pemodelan perilaku
SEPARATION ANXIETY DISORDER
C. Etiology
Kemungkinan besar gangguan ini muncul ketika sekolah formal dimulai (sekitar usia 5
tahun) tetapi mungkin saja tidak muncul ketika seorang anak belajar dirumah.
SELECTIVE MUTISM
Anak-anak yang rentan terhadap afektif negative atau penghambatan perilaku dapat
meningkatkan gangguan tersebut, serta indicator kecemasan sosial, isolasi sosial atau
Riwayat orang tua yang pemalu (APA, 2013).
C. Etiology
1. The role of behavioural factors and conditioning
Etiologi fobia spesifik paling sering dikaitkan dengan pengalaman pengkondisian individu.
Misalnya, penerbangan yang sangat bergejolak dapat mengakibatkan ketakutan terbang di
masa depan.
2. Parenting and Attachment Theory
Penelitian menemukan pengaruh kelekatan pada perkembangan kecemasan pada anak-
anak.
3. Biological and genetic components
Etiologi fobia spesifik dapat dipahami dalam beberapa jalur, termasuk temperamen,
karakteristik keluarga, dan paparan pengalaman pengkondisian.
PHOBIAS AND FEARS
2. Panic Disorder
Jika individu mengalami serangan panik berulang dan rasa takut mengalami serangan
panik, maka diagnosis gangguan panik mungkin tepat. DSM-5 mencatat bahwa setelah
beberapa bulan serangan panik terjadi, individu dianggap telah memiliki gangguan panik
jika: 1. Ada rasa takut yang terus-menerus yang menyebabkan mengalami serangan
panik(takut kehilangan kendali, atau menjadi gila). 2. Serangan tersebut menghasilkan
perubahan perilaku yang signifikan akibat dari upaya untuk menghindari serangan panik
lainnya.
PANIC ATTACKS AND PANIC DISORDER
B. Prevalance and Course
Menurut DSM (APA, 2013), pengetahuan terkait tingkat prevelensi Selective gangguan panik
dalam sampel komunitas bisa setinggi 3,5%, antara remaja akhir dan awal tiga puluhan.
Usia sedang adalah sekitar 20 sampai 24 tahun (APA, 2013). Wanita dua kali lebih mungkin
dibandingkan pria untuk memiliki gangguan panik.
C. Etiology
Fungsi Biologis, Genetik, dan Neurotransmitter individu yang mengalami serangan panik
sebelum usia 20 tahun memiliki kemungkinan 20 kali lebih besar memiliki keluarga yang
juga mengalami gangguan panik.
C. Etiology
1. The role of biological, genetic, and temperament factors
Dari semua fobia, agorafobia memiliki faktor genetik kerentanan tertinggi terhadap fobia
sekitar 61% dari yang lainnya (APA, 2013).
AGORAPHOBIA
C. Etiology
1. The role of biological, genetic, dan temperament factors
Studi menunjukkan bahwa sebanyak 30% sampai 40% dari gangguan kecemasan dapat
disebabkan oleh faktor genetik (Eley, 1999).
2. Information processing and cognitive biases for emotional information
Menurut teori kognitif, individu yang cemas mengantisipasi dan menafsirkan peristiwa
dengan cara yang negatif.
3. Parenting and behavioural modelling
Studi menunjukkan bahwa orang tua yang cemas sebenarnya dapat meningkatkan
kecenderungan anak-anak mereka untuk terlibat dalam perilaku cemas (Barrett et al., 1996).
B. Prevalensi OCD
Tingkat prevalensi untuk OCD diperkirakan sekitar 1% dari populasi dengan sedikit lebih
banyak perempuan daripada laki-laki yang memenuhi kriteria. Meskipun laki-laki dengan
gangguan cenderung memiliki onset lebih awal di masa kanak-kanak (APA, 2013).
Sedangkan tingkat prevalensi untuk gangguan dismorfik tubuh sekitar 2%, dengan sedikit
perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
OBSESSIVE-COMPULSIVE AND RELATED DISORDERS
C. Etiologi
Dari perspektif genetik, individu dengan riwayat keluarga gangguan Tourette berada pada
risiko yang lebih tinggi untuk mengalami OCD pada masa kanak-kanak, terutama untuk laki-
laki. Dari perspektif neurologis, OCD telah dikaitkan dengan rendahnya tingkat serotonin,
serta orbital wilayah korteks frontal, termasuk kerusakan (overaktivitas) dari berekor inti
(Saxena dalam Wilmshurst et al., (2015).
D. Intervensi
Beberapa skala pra-DSM-5 untuk gangguan kecemasan memiliki pertanyaan terkait
terhadap perilaku OCD. Satu skala khusus, Children’s Yale Brown Obsessive Compulsive
Scale.
1. Manajemen Medis
Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) telah efektif dalam pengobatan OCD pada
anak-anak dan remaja (McClellan dalam Wilmshurst et al., (2015).
OBSESSIVE-COMPULSIVE AND RELATED DISORDERS
Metode kognitif dan perilaku, seperti family-based cognitive behavioral treatment (CBFT)
dalam program yang dikenal sebagai Focus Program (Freedom from Obsessons and
Compulsions Using Special tools) mengikutsertakan anggota keluarga dalam program
tersebut.
THANKS!
ANY QUESTION?